XtGem Forum catalog
jowo.yn.lt
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lagi kepada Sucoan Sam-sat karena mereka tentu tidak akan berani lagi datang kemari sedang bentrokan dengan Tan Kong Ceng sebaikanya diselesaikan saja agar tidak menanam permusuhan yang tidak ada gunanya." "Terima kasih atas nasihat Injin (tuan penolong),aku akan perhatikan betul-betul. Cuma saja....." Liu Wangwee tidak dapat menemukan kata-katanya, sebaliknya ia tersenyum kepada tamunya yang aneh itu. "Cuma saja apa, toako ?" tanya si kerudung merah. "Cuma saja aku menyesal tak dapat melihat wajah Injin." sahut Liu Wangwee. "Untuk apa melihat wajahku. Kita berkenalan cara begini saja sudah cukup." kata si kerudung merah, ia tertawa gelak-gelak. Liu Wangwee terkejut, suara tertawa itu seperti ia kenal baik tapi dimana ia pernah mendengarnya, siapa orangnya ? Maka dengan bernapsu berkata, "Injin, suara ketawamu aku kenal benar, hanya dimana aku pernah mendengarnya aku sudah lupa lagi. Dasar aku sudah tua, tukang pelupa !" "Toako kenal suara tawaku, itu sudah bagus." sahut si kerudung merah. "Sekarang belum waktunya aku memperkenalkan wajahku tapi ada suatu waktu, tentu aku akan datang pula untuk menyambangi toako dan disitulah toako nanti kenali siapa diriku." Liu Wangwee tidak memaksa si kerudung merah untuk memperkenalkan diri karena sudah jelas si bintang penolong sungkan berbuat demikian. Maka ia suruh seorang pelayan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ untuk panggil keluar nonanya, untuk kasih selamat jalan kepada bintang penolongnya yang hendak berangkat hari itu. Sebentar lagi tampak Bwee Hiang sudah keluar, lalu Liu Wangwee berkata pada gadisnya, "Anak Hiang, Injin akan berangkat hari ini juga. Lekas kau mengucapkan selamat jalan dan terima kasih." Bwee Hiang lantas berlutut dihadapan si kerudung merah yang sedang duduk di kursi. "Budi Injin sebesar gunung, entah dengan apa kami dari keluarga Liu dapat membalasnya. Moga-moga Thian akan melindungi Injin dalam perjalanan dengan tak kurang suatu apa pun. Bwee Hiang mengharap perpisahan ini hanya untuk sementara saja dan segera akan disusul oleh kunjungan Injin sehingga Bwee Hiang dapat melayani Injin lagi..." demikian si gadis mengucapkan kata-kata selamat berpisahnya, air matanya tampak bercucuran jatuh di lantai. Bwee Hiang sangat duka hatinya. Ia tidak menduga si kerudung merah akan meninggalkan mereka demikian cepatnya sebab hari kemarin ia duduk berkumpul dengan si bintang penolong, tidak ada omongan bahwa si kerudung merah akan berangkat hari ini. Dalam beberapa hari berkumpul, disamping si kerudung merah terus mengobati ayahnya, tamu asing itu sangat ramah terhadap dirinya. Ia dapat banyak petunjuk dalam hal ilmu silat maupun sastra, dan Bwee Hiang juga sangat hormat dalam pelayanannya sehingga si kerudung merah kelihatan betah tinggal dalam rumah Liu Wangwee. Sebagaimana dengan ayahnya, Bwee Hiang juga sudah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berusaha memancing siapa dirinya si kerudung merah tapi tamu itu selalu kesampingkan omongan yang menyinggung tentang keadaan dirinya, maka Bwee Hiang tidak berani mendesak. Kini tiba-tiba ia mendengar si kerudung merah akan angkat kaki dari rumahnya, tentu saja si nona menjadi terkejut dan merasa sangat sedih. Seraya mengelus-elus rambut si nona, si kerudung merah berkata, "Anak Hiang, kau tak usah menangis. Kau lupa dengan peribahasa yang mengatakan, 'Tiap ada berkumpul. selalu ada berpisah'. Maka perpisahan ini semoga disusul dengan kunjunganku berikutnya. Kata-katamu ini tepat sekali. Nah, bangunlah nak !" Sementara Bwee Hiang bangkit dari berlututnya sambil menyusuti air matanya dengan saputangan berbareng si kerudung merah juga bangkit dari duduknya. Setelah angkat tangan menyoja pada Liu Wangwee, dengan tidak berkata apa-apa lagi ia putar tubuhnya dan meninggalkan ruangan itu dengan cepat sehingga Liu Wangwee tertegun ditempatnya melihat sikap tamunya yang aneh itu. Sebentar saja si kerudung merah sudah lenyap dari pandangan mereka. Sejak itu ayah dan anak itu berlatih keras dalam ilmu pukulan maupun pedang untuk berjaga-jaga kalau-kalau dari pihaknya Tan Kong Ceng mencari gara-gara pula. Dengan dapat beberapa petunjuk yang berharga dari si kerudung merah, dalam tempo pendek ilmu pedang Bwee TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Hiang sudah berubah jauh. Ia merasa girang akan kemajuannya itu tapi ia tidak pernah lupa untuk berterima kasih kepada tamu anehnya itu. Hari lewat dengan cepat laksana anak panah yang melesat dari busurnya. Tanpa terasa sudah satu tahun setengah dilewati sejak kunjungannya si kerudung merah. Ternyata si bintang penolong tidak kelihatan mata hidungnya pula. Tapi Liu Wangwee dan Bwee Hiang tentram hatinya karena ilmus ialtnya sudah banyak maju. Sementara itu desa Kunhiang pun sudah banyak berubah. Desa itu maju karena pabrik-pabrik disitu bertamah banyak. Penduduk makin banyak sehingga makin ramai desa itu, tentam dan aman. Hartawan Tan juga tidak mencari gara-gara pula kepada Liu Wangwee. Liu Wangwee mengira keadaan akan dinikmati terus dampai hari tuanya, tidak dikira pada suatu hari ia dibikin terkejut dengan adanya kabar yang tersiar bahwa Sucoan Samsat sudah kembali mengganas. Mereka sedang mencari si kerudung merah. Kabar yang mengagetkan Liu Wangwee adanya berita yang mengatakan bahwa Sucoan Sam-sat akan membakar dan menghancurkan desa Kunhiang kalau mereka tidak menemukan si kerudung merah. Mereka hendak melampiaskan angkara murkanya kepada desa Kunhiang sebagai gantinya si kerudung merah. Bingung hatinya Liu Wangwee bersama gadisnya. Kemana mencari si kerudung merah yang sampai sebegitu jauh tidak mengunjungi rumahnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tiba-tiba Liu Wangwee ingat akan sahabatnya yang tinggal dikota Gakwan, dibawah kaki gunung Hengsan, ialah Soatcian Ang Ban Teng, Pangcu dari Ceng Gee Pang. Pikirnya, Ceng Gee Pang ada mempunyai banyak anggauta, tersebar luas, siapa tahu dengan bantuan Pangcu dari Ceng Gee Pang, ia dapat berita dimana adanya si kerudung merah supaya dapat diberitahukan tentang maksud Sucoan Sam-sat mencarinya. Demikianlah, Liu Wangwee setelah memesan Bwee Hiang untuk berhati-hati dirumah, ia berangkat ke kota Gakwan menemui Ang Ban Teng dan minta pertolongan sahabat ini. Ang Ban Teng dan Liu Wangwee ada sahabat dari banyak tahun, maka pertemuan mereka sangat menggembirakan. Liu Wangwee tidak minta bantuan sang sahabat untuk menghadapi tiga algojo dari Sucoan, ia hanya minta bantuan supaya mendengar-dengar dimana adanya si kerudung merah. Ang Ban teng menjanjikan akan membantunya. Meskipun tidak diminta bantuan untuk menghadapi Sucoan Sam-sat, Ang Ban Teng tidak enak nampak sahabatnya menghadapi bencana, maka Pangcu dari Ceng Gee Pang itu sudah perlukan malam-malam mengunjungi markas cabangnya di atas jurang Tong-hong-gay seperti yang kita ceritakan disebelah atas. Sudah dua minggu lamanya sejak kunjungannya pada Ang Ban Teng, diam-diam Liu Wangwee merasa cemas hatinya karena belum mendapat berita apa-apa dari sahabat itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pada suatu siang hari untuk menghibur diri dari kecemasannya, Liu Wangwee jalan-jalan disekitra desa dan akhirnya memasuki rumah makan An Goan dimana ia minta disediakan arak dan makanan sederhana untuk mengisi perutnya. Setelah ia menengak beberapa sloki araknya, tiba-tiba ia dibikin kaget oleh suara ramai-ramai diatas loteng. Ketika ia melihat ke loteng, saat itu satu anak kecil tengah dilemparkan oleh dua pelayan rumah makan melalui langkan. Liu Wangwee memeramkan matanya saking ngeri melihat adegan itu. Pikirnya, anak kecil dilempar dari atas loteng yang demikian tinggi, bagaimana jadinya kalau sebentar jatuh diatas lantai. Kalau tidak hancur, sedikitnya anak itu bakalan setengah mati keadaannya. Ketika ia membuka pula matanya, tiba-tiba ia berseru, "Eh...." Matanya terbelalak heran sebab anak kecil itu tampak lagi berdiri tidak kurang suatu apa, hanya kedua tangannya memegangi perutnya. Tampak dua pelayan yang melemparkan si bocah turun dan satu diantaranya yang dipanggil Lo-ji telah mendamprat. "Enak saja kau ngomong. Besok-besok sampai kapan kau akan membayarnya ? Memangnya uang sewa kamar disini boleh diulur-ulurkan ? Hmm ! Bocah, lebih baikkau sekarang pergi dari sini supaya jangan aku si Lo-ji menggebuki kau setengah mati. Hayu, pergi sana. Bocah tukang sikat !" "Aku bukan mau sikat uang sewaan kamar cuma aku mau minta tempo besok." kata si anak kecil. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lo-sam, kawannya Lo-ji menghampiri si bocah, katanya, "Sudah, sudah, hayo keluar. Jangan sampai Lo-ji turun tangan !" Lo-sam berkata sambil menjoroki si anak kecil hingga sempoyongan. Tamu-tamu rumah makan itu jadi pada menonton kejadian itu. Mereka lihat si anak kecil wajahnya hitam legam seperti pantat kuali, usianya kira-kira baru 14 tahun, cuma perawakannya ada tinggi kurus. Entah anak siapa dia, para tamu menanya dalam hatinya. Ada yang menanyakan pada Lo-ji, lalu menerangkan. "Aku tidak tahu dia anak siapa, hanya dia sudah menginap disini selama tiga malam. Ketika diminta uang sewa kamar dan makan, katanya besok, besok kapan ? Dia memang anak gembel yang kesasar ke sini rupanya." Lo-ji tutup kata-katanya sambil menghampiri si bocah yang belum mau pergi. Ia ulur tangannya dan menjoroki lagi sambil berkata, "Lekas keluar, aku tak ingin melihat cecongormu, tukang sikat !" Kembali si bocah sempoyongan, malah kali ini sampai terpelanting tapi ia cepat bangun lagi. Para tamu pada ketawa terbahak-bahak melihat kejadian itu. Hanya Liu Wangwee yang lihai matanya tidak turut ketawa. Sedari tadi, pada saat ia buka matanya melihat si bocah tidak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ apa-apa dilempar dari atas loteng, hatinya merasa heran. Sekarang ia menyaksikan si anak kecil dijoroki sempoyongan sampai terpelanting lagi, tapi kakinya antap betul. Anak itu seperti mempunyai kepandaian yang disembunyikan. Melihat si bocah belum mau keluar, dua pelayan itu makin marah. Dua orang lalu menubruk mau menggusur si anak hitam dilempar keluar. Benar si bocah kena dicekal tapi waktu mau diseret tidak bergeming seperti nyangkut pada tiang besi. Tapi ini hanya sejenak saja, sebab lantas si bocah dapat diseretoleh dua pelayan itu. Dasar orang-orang dogol, pikirnya, barusan si bocah tidak bergeming diseret lantaran kurang keras gentaknya, maka mereka ulangi lagi, benar saja anak kecil itu kena diseret. "Tahan !" tiba-tiba Liu Wangwee berkata ketika melihat si bocah mau dilempar keluar. Dua pelayan itu hentikan niatnya melempar si anak kecil keluar. Mereka lihat ada orang menghampiri mereka, lantas mereka kenali itu adalah Liu Wangwee, ketua dari orang-orang kaya dalam desa itu. Dengan sangat hormat, mereka menanyakan apa maksudnya si hartawan mengucapkan kata 'Tahan !' yang mana dijawab oleh Liu Wangwee, "Kalian lepaskan anak ini, semua hutangnya aku yang tanggung !" Dua pelayan itu melengak. Tapi tidak berani membantah, maka seketika itu mereka melepaskan cekalannya hingga si anak kecil sekarang bebas. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Anak itu ketawa nyengir pada mereka, lalu membungkukkan badan memberi hormat pada Liu Wangwee, katanya, "Terima kasih atas kebaikan Lope." "Anak kurang ajar, Loya begitu kenapa dipanggil Lope ?" semprot Lo-ji mau ambil muka Liu Wangwee. Tapi hartawan Liu menggoyangkan tangannya, "Kalian sudah tidak ada urusan lagi, lekas layani tamu-tamu lainnya !" Lo-ji jadi bengong. Dikira bakal dipuji tapi kenyataannya menerima kata-kata pahit dari Liu Wangwee. Lo-ji dan Lo-sam pada ngeloyor pergi. "Anak, mari kita makan sama-sama." kata Liu Wangwee seraya tangannya diulur mencekal lengan si anak kecil diajak ke mejanya. Liu Wangwee minta pelayan tambah hidangan lagi. Setelah sama-sama sudah ambil tempat duduk, Liu Wangwee menanya, "Anak, namamu siapa ?" "Aku she Lo, nama In." sahut si anak kecil, yang memang Lo In adanya. "Aku ribut dengan pelayan itu lantaran......." "Sudah, sudah." memotong Liu Wangwee seraya goyanggoyang tangannya. "Urusan dengan mereka sudah aku bereskan, jadi tak usah kau sebut-sebut lagi. Aku hanya mau berkenalan dengan kau, sebenarnya kau anak siapa ?" Mendapat pertanyaan itu, Lo In tidak lantas menjawab. Ia TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kerutkan keningnya, berpikir apakah ia boleh mengaku ia anaknya Kwee Cu Giok ? Tidak bisa, sebab ia tidak kenal siapa Kwee Cu Giok itu. Anak Liok Sinshe juga tidak tepat sebab Liok Sinshe janya pelindungnya saja, ia jadi sangsi. "Anak, kau dapat kesulitan untuk menyebutkan nama orang tuamu ?" tanya Liu Wangwee yang melihat Lo In seperti yang ragu-ragu akan menyebutnya. "Oh, bukan, bukan." sahut Lo In gugup. "Aku sendiri tidak tahu aku anak siapa, maka aku jadi ragu-ragu untuk menjawabnya." Lo In berkata dengan malu-malu, sambil tundukkan kepalanya. Liu Wangwee ketawa. "Tidak apa, mari kita makan. Eh, barusan aku lihat kau memegangi perut saja, apa kau sakit ?" "Memang aku lagi sakit perut, tapi sekarang sudah baik." jawab Lo In. "Lantaran tubuhmu didorong-dorong tadi oleh dua orang dogol itu, rupanya perutmu terkojak-kojak hingga perutmu kabur sendirinya. Hahaha..." Liu Wangwee tertawa. Lo In turut tertawa. "Mari kita makan." mengundang hartawan Liu. Lo In tidak diundang untuk kedua kalinya, ia hantam saja makanan yang sudah tersedia di depannya. Sudah lama ia hanya makan buah-buahan saja, kini menghadapi makanan enak bukan main senangnya. Hampir kenyang, tiba-tiba ia ingat sesuatu dalam benaknya, maka seketika itu ia letakkan mangkok dan sumpitnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia bengong, dari kedua matanya tampak ada mengembeng air mata. Liu Wangwee heran melihat kelakuannya Lo In, ia menanya, "Nak, kenapa ? Apa kau rasakan perutmu sakit lagi ?" Lo In geleng kepala. "Aku menghadapi makanan seenak ini, aku jadi ingat kepada seseorang yang pernah mengajak aku makan seperti Lope sekarang ini." kata Lo In seraya menyusut air matanya dengan tangan bajunya. "Siapa orang itu ?" tanya Liu Wangwee. "Lebih baik aku tidak menyebutkan namanya." sahut Lo In. "Sebab dengan menyebutkan namanya aku menjadi lebih sedih lagi." Liu Wangwee tidak menanya panjang. Ia hanya menghibur, "Orang baik memang selalu diingat orang, biarlah orang itu mendapat lindungan Thian. Anak, kau jangan sedih, sebaiknya kau makan terus dan lebih banyak." Mendengar hiburan Liu Wangwee, bukannya Lo In terhibur sebaliknya malah ia menangis tersedu-sedu hingga membuat tamu-tamu yang duduk disekitarnya menjadi heran. Liu Wangwee merasa tidak enak. "Nak, mari kita pulang. Di rumah ada enci yang dapat menghiburmu." Dengan serentak Lo In hentikan tangisnya yang terisak-isak ketika mendengar Liu Wangwee menyebutkan kata 'enci'. Ia ingat akan enci Eng Lian-nya. Apakah yang dimaksud oleh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ orang tua didepannya ini ada enci Eng Lian-nya ? Lo In anggukkan kepalanya. Liu Wangwee heran melihat kelakuannya si anak hitam, apakah dia kurang waras ingatannya, tadi menangis tersedusedu sekarang berhenti menangis seraya mengangguk,a pa yang ia anggukkan ? Justru kelakuan Lo In yang ia anggap aneh itu yang membuat Liu Wangwee makin keras niatnya untuk mengetahui rahasia dirinya si bocah. Meskipun ditutup oleh wajahnya yang hitam, mata Lo In yang tajam bercahaya tidak bisa menutup matanya Liu Wangwee yang lihai. Orang tua itu menduga pasti si bocah ada berkepandaian sangat tinggi dilihat dari sorot matanya yang tajam luar biasa seakan-akan ada membungkus tenaga dalam yang dahsyat. Setelah membayar uang makanan, Liu Wangwee lantas ajak Lo In berlalu dari situ. "Kau mau ajak aku kemana, Lope ?' tanya Lo In seperti yang linglung. "mari kita pulang." sahut Liu Wangwee manis budi. "Pulang kemana ?" si bocah menanya heran. "Ke rumahku. Mari, disana kita bisa ngomong-ngomong dengan tiada yang ganggu." Liu Wangwee kata seraya tarik tangan Lo In. "Nanti dulu, aku mau ambil pakaianku sebentar." kata Lo In TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sambil terus lari naik tangga loteng masuk ke kamarnya. Sebentar lagi ia sudah turun lagi dengan membawa buntalan kecil. Liu Wangwee ketawa melihat kelakuan Lo In yang lucu. Dalam perjalanan, Lo In menanya, "Lope kata tadi di rumah ada enci ?" "Ya, benar ada enci. Di sana kau akan ketemu enci." sahut Liu Wangwee. Lo In kegirangan. Jalannya makin cepat hingga Liu Wangwee terheran-heran sebab ia sudah gunakan jalan cepat untuk mencoba meninggalkan si bocah, kenyataannya Lo In masih terus mengintil dalam jarang yang dekat sekali dengannya. -- 14 -- Ketika sampai dirumah, Bwee Hiang heran melihat ayahnya membawa pulang satu anak berwajah hitam seperti pantat kuali. "Nah, ini encimu." kata Liu Wangwee memperkenalkan anak gadisnya pada si bocah. "Bukan, bukan, dia bukan enci Lianku." sahut si bocah mengawasi Bwee Hiang. "Siapa itu enci Lianmu ?" tanya Bwee Hiang, tersenyum manis. Lo In ketawa nyengir. Lucu kelihatannya hingga Bwee Hiang tertawa ngikik. "Anak Hiang, kau bawa masuk adikmu itu." kata Liu Wangwee dari sebelah dalam, yang sudah masuk lebih dahulu setelah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memperkenalkan Bwee Hiang pada Lo In. "Adik, mari masuk." kata Bwee Hiang. "Ah, aku tidak mau. Tidak ada enci Lian, buat apa aku masuk." kata si bocah seraya mundur dan mau ngeloyor dari depan pintu masuk. "hei, kau mau kemana ? Mari masuk, di dalam nanti enci kasih makanan enak." membujuk Bwee Hiang seraya cekal tangannya Lo In ditarik masuk ke dalam. Lo In sudah mau bebaskan tangannya yang dicekal si gadis kalau ia tidak mendengar Bwee Hiang kata 'mau kasih makanan enak'. Ia ragu-ragu makanan enak apa yang akan diberikan padanya oleh enci yang baru dikenal itu. Lagian Bwee Hiang kelihatan ramah tamah meskipun tidak selincah enci Liannya, si bocah merasa malu hati. Maka ia menurut dituntun oleh Bwee Hiang dibawa masuk ke dalam rumah dimana Lo In dapat lihat perabotan dan perhiasan rumah itu sangat indah dan menarik perhatiannya. Dasar orang gunung, ia menanya ini itu pada Bwee Hiang, kapan ia melihat barang yang menarik hatinya. Si gadis sangat sabar, ia memberi keterangan dengan terang hingga Lo In menjadi girang. "Ini namanya apa ?" tanya Lo In pada Bwee Hiang seraya menunjuk sesuatu ketika ia dibawa ke ruang belakang. Bwee Hiang pintar, otaknya cerdas. Melihat Lo In laga lagunya seperti baru keluar dari pegunungan, maka ia selalu melayani TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ gerak geriknya supaya si bocah senang. Apalagi barusan dikisiki oleh ayahnya supaya ia perlakukan si bocah baik-baik karena bocah itu ada isinya. Maka Bwee Hiang menjaga hati-hati supaya tidak membikin hatinya si anak kecil kurang senang. Ketika ia ditanya Lo In sambil tersenyum ia menjawab, "Aku Bwee Hiang, dan kau, siapa namamu ?" "Aku she Lo nama In, enci Hiang." jawabnya seraya nyengir ketawa. Nyengir ketawa dalam wajah hitam macam pantat kuali, tentu saja kelihatannya lucu dan tak tahan Bwee Hiang untuk tidak tertawa. Ia ngikik ketawa sambil menekap mulutnya dengan tangannya yang halus putih. Lo In senang melihat teman barunya banyak ketawa. Pada Bwee Hiang ternyata Lo In lebih terlepas omongannya hingga diam-diam si gadis pun merasa suka pada anak hitam ini. Ditanya kenapa Lo In ribut dalam rumah makan, Lo In lantas saja nyerocos cerita. ia kata bukannya ia tidak mau bayar uang sewa kamar tapi lantaran uangnya kena dicopet orang, maka ia minta tempo besok. Apa mau pada hari yang dijanjikan ia sakit perut tidak bisa keluar hingga kembali berjanji besok. Tapi orang-orang rumah makan tidak mau mengerti dan mengusir dia seperti mengusir binatang. Untung ketemu sama Liu Wangwee dan membereskannya, kalau tidak entah bagaimana jadinya. "Orang usirmu seperti binatang, kenapa kau tidak melawan ?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tany Bwee Hiang. "Aku anak kecil, mana bisa menang sama orang tua." sahut Lo In ketawa. "Kau bohong, ya. Kalau kau mau, mungkin dua orang dogol itu bukan tandinganmu." berkata lag si gadis yang hendak memancing Lo In. Lo In ketawa nyengir. "Enci Hiang bisa saja. Aku tidak pandai berkelahi. Bagaimana aku bisa menangkan dua orang tua itu" jawab Lo In kemudian. Si bocah suka dengan humor, maka laga lagunya sabansaban bikin Bwee Hiang ketawa ngikik hingga diam-diam si gadis merasa suka sama adik kecil ini. Omong-omong tidak terasa lagi hari sudah sore. Lo In permisi pada Bwee Hiang hendak berlalu, tapi si gadis menahan. "Nanti dulu, aku akan kabarkan pada ayah." katanya. "Jangan ganggu orang tua. Biarkan dia mengaso. Sebentar pun masih boleh enci sampaikan aku punya rasa hormat dan terima kasih padanya." berkata Lo In ketawa. "Adik kecil, kau jangan pergi dulu. Kalau aku pergi, aku nanti marah !" kata Bwee Hiang sambil bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam menemui ayahnya. Lo In tidak berani tinggalkan tempat itu, karena ia takut membuat marah Bwee Hiang yang ia pandang sebagai enci yang sangat baik padanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Selagi menanti Bwee Hiang, pikirannya melayang pada Eng Lian. Dimana enci nakal itu sekarang berada, dimana ia harus mencaharinya ? Dalam keadaan ngelamun, tiba-tiba ia ditegur oleh Bwee Hiang, "Adik kecil, kau lagi ingati apa saja sampai terbengongbengong kulihat." Lo In seperti tersadar dari tidurnya, dengan gugup ia menjawab, "Tidak, oh tidak. Aku hanya memikiri dimana malam ini aku harus menginap. Aku tidak punya uang untuk membayar uang sewa penginapan, nanti diusir orang lagi." Bwee Hiang tersenyum, "Adik kecil kalau tidak, seharusnya kau tidur di pohon." si gadis berkata sambil ngikik ketawa. "Oh, kalau di lembah, oh, tidak, kalau.... kalau....." omongan Lo In jadi kacau. Ia kesalahan omong maka ia jadi gugup tidak karuan tapi Bwee Hiang yang cerdik sudah lantas dapat menangkap apa yang Lo In ingin maksudkan omongannya itu. "Nah, anak tukang ngebohong." ia berkata sambil jari telunjuknya menuding pada Lo In. "Ngomongnya saja sudah gaga gugu hihihi..." Mau tidak mau Lo In jadi ketawa melihat teman barunya bergaya lucu. "Begini, adik kecil." berkata lagi Bwee Hiang. "Ayah kata sedikitnya kau harus menjadi tamu kita seminggu lamanya, itu baru betul. Kau tidak boleh sekarang pergi dari sini sebab TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ayah kata kalau kau paksa pergi artinya kau tidak memandang mata pada orang tua." Lo In jadi melengak mendengar kata-kata Bwee Hiang. "Habis, aku tidur dimana ?" tanyanya. "Di pohon, tuh !" jawab Bwee Hiang sembari jarinya telunjuknya menunjuk ke jurusan pohon, lucu gayanya hingga Lo In jadi tertawa terbahak-bahak. Senang Lo In dapatkan teman barunya yang jenaka, sekalipun tidak seperti Eng Lian yang kejenakaannya suka dibarengi dengan mencubit. Si bocah tidak ingat bahwa usia Eng Lian dan Bwee Hiang jauh bedanya. Eng Lian masih terhitung anak-anak sedang Bwee Hiang sudah masuk hitungan gadi yang sudah matang 'keluar pintu', mana bisa antara Eng Lian dan Bwee Hiang disamakan kelakuannya. Bwee Hiang demikian open pada Lo In selain sendirinya kena ketarik sama kejenakannya si bocah, adalah keinginan ayahnya supaya ia dapat mengetahui asal usulnya Lo In. Liu Wangwee percaya anak gadisnya yang cerdik dapat mengorek rahasia dirinya Lo In yang diduga menyembunyikan kepandaian sangat tinggi. Liu Wangwee curigai Lo In bukan anak sembarangan, siapa tahu bapaknya ada orang lihai yang dapat menolong ia dalam kesulitan menghadapi Sucoan Samsat. Matanya Liu Wangwee lihai. Memang betul Lo In hendak sembunyikan kepandaiannnya. Hanya sayang, dasar anak kecil 'sok aksi', dipancing-pancing akhirnya si bocah bercerita juga pada Bwee Hiang bahwasanya ia di lembah ada TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mempunyai kawan-kawan tentara kera, burung rajawali, gorila serta teman mainnya Eng Lian yang nakal jenaka. Perihal ia makan buah 'Jit-goat-ko' dan nyalinya Tok-gan Siancu tidak ia ceritakan pada si gadis. Bwee Hiang separuh percaya, setengah tidak. Tapi melihat Lo In bercerita sambil bergaya dan tangannya tidak bisa diam dan unjuk aksinya, mau tidak mau tiap sebentar si nona jadi cekikikan ketawa. Lo In girang dapat membikin teman barunya itu ketawa ngikik. Dengan pertemuan ini, membuat ia tidak begitu kehilangan atas lenyapnya Eng Lian. Keluarga Liu ada kaya raya, rumahnya besar bertingkat, dilingkari dengan pekarangan yang lebar dan luas. Malah dibelakang rumahnya ada satu tempat yang dinamakan 'rimba kecil', dimana orang bisa jalan-jalan cari angin seperti di Kebon Raja. Untuk mengurus rumah dan tanahnya yang luas itu, sudah tentu hartawan Liu ada memakai banyak pegawai dan pelayan. Bwee Hiang sendiri ada pakai dua pelayan yang ia beri nama sendiri Ling Ling dan Lan Lan yang berusia kirakira 15 dan 16 tahun. Bwee Hiang bukan gadis hartawan yang sombong dan angkuh, sebaliknya ia sangat ramah tamah sehingga dua pelayannya sangat suka dan setia padanya. Begitulah dengan bergaul sama Bwee Hiang yang diramaikan oleh Ling Ling dan Lan Lan, kelihatannya si bocah Lo In senang tinggal dalam rumahnya Liu Wangwee. Pada suatu sore, cuaca ada adem sekali. Tampak Lo In sedang mendongeng apa tahu, yang terang Bwee Hiang terpingkal-pingkal ketawa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kalau mendengar dari mulutmu yang banyak omong, kukira kau hanya satu bocah tukang ngobrol saja, adik kecil." berkata Bwee Hiang setelah ia berhenti ketawa. Kiranya Lo In sedang mendongeng bagaimana ia dapat memerintah tentara keranya dengan bahasa monyet, perintah burung garudanya dengan hanya siulan saja, lompat tinggi ke atas pohon dengan hanay sekali gerakan saja, inilah rupanya yang membuat Bwee Hiang terpingkal-pingkal ketawa. Pantasan si gadis sama sekali tidak percaya. Pikirnya, bagaimana manusia bisa bercakap bahasa monyet, memerintah dan memanggil burung raksasa hanya dengan siulan saja. Maka juga, setelah ia terpingkal-pingkal ketawa ia mengatakan si bocah hanya pandai omong besar saja. Ia tidak kira justru kata-kata ini membuat si bocah penasaran. "Enci Hiang mau bukti ?" tanya si bocah dalam penasarannya. "Coba kau tangkan tuh burung gereja yang saling kejar di pohon !" sahut Bwee Hiang ketawa seraya jarinya menunjuk ke pohon. Lo In menoleh ke jurusan yang ditunjuk. Benar saja ada dua ekor burung gereja yang terbang saling kejar. Tanpa banyak omong si bocah dekati pohon, kemudian enjot tubuhnya ngapung ke atas pohon. Entah bagaimana ia menyergap, tahu-tahu dua ekor burung gereja itu sudah berada ditangannya dan dibawa lompat turun. Sambil ketawa-ketawa ia menghampiri Bwee Hiang, seketika itu sedang terbelalak keheranan melihat gerakan si bocah yang sangat gesit. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Nah, ini lihat, burung yang enci suruh tangkap." berkata si bocah seraya taruh dua ekor burung gereja itu ditelapakan tangan kirinya. Burung yang tadinya lincah, terbang dengan gesitnya, sekarang berada di telapak tangan si bocah kelihatannya jinak, hanya sayapnya mengebas-ngebas seperti mau terbang tapi tak dapat mereka pergi dari telapak tangan Lo In seakanakan sepasang kakinya pada melengket pada telapak tangan si bocah. Bwee Hiang lihat burung itu tampak gemetaran, seperti yang kedinginan. Ia heran, tapi ia lantas berkata, "Pantas tidak bisa terbang, burung-burung itu barusan kau pencet sih !" "Siapa yang pencet ? Nah, nih lihat !" berkata Lo In seraya ia lemparkan dua ekor burung itu ke udara. Lantas saja dua burung itu dapat bergerak bebas lagi, terbang gesit sekali seperti tadinya. Malah, kali ini mereka seperti yang ketakutan, sudah terbang jauh dari situ. Bwee Hiang tidak merasa heran. Ia kira si bocah tentu bisa main sulap dengan dua ekor burung gereja yang ditangkapnya tadi. Tapi untuk membikin si bocah jangan sampai kurang senang, maka ia berkata sambil unjukkan jempolnya, "Begini, kau benar hebat adik kecil. Kau ajari aku nanti, ya !" Lo In hanya ketawa, tapi diam-diam si bocah yang 'sok aksi' bangga dalam hatinya. Pada malam harinya, ketika Bwee Hiang omong-omong dengan ayahnya, sang ayah menanya : "Anak Hiang, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bagaimana dengan usahamu, apa sudah berhasil ?" "Ah, itu anak tidak punya kepandaian apa-apa. Cuma omong kosong saja. Katanya ada punya teman kawanan kera dan ia bisa bahasa monyet. Hihihi...." jawab Bwee Hiang. Liu Wangwee kerutkan alisnya mendengar si putri menutur. Sebelum ia buka mulut menanya, Bwee Hiang sudah menyambung, "Tapi ayah, lompatannya ke atas pohon dan menangkap burung memang begini !" Bwee Hiang unjuk jempolnya. "Lompatan bagaimana, coba, coba kau tuturkan." mendesak sang ayah. Bwee Hiang lantas tuturkan bagaimana Lo In lompat ke pohon, tahu-tahu dua ekor burung gereja sudah kena ditangkapnya. Kemudian ditaruh ditelapak tangan dan burung-burung itu tak dapat terbang seolah-olah kedinginan. "Anak hitam itu mungkin hanya bisa sulap saja, yah. Tidak sebagaimana ayah duga ada menyembunyikan kepandaiannya...." kata Bwee Hiang menutup penuturannya. Tapi ia terhenti kata-katanya karena tiba-tiba ia dibikin kaget oleh kelakuan sang ayah yang sekonyong-konyong tertawa terbahak-bahak. "Oh, ayah ketawakan dia ? Memang juga lucu caranya menangkap burung dan ditaruh ditangannya, persis tukang sulap." menyambung Bwee Hiang, turut ketawa. "Anak tolol !" kata Liu Wangwee kepada puterinya, hingga sang puteri menjadi kaget karena tidak biasanya sang ayah mengatakan ia 'anak tolol'. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ayah, kenapa kau bilang aku tolol ?" ia menanya dengan penasaran. "Anak Hiang, itu bukannya ilmu sulap dari si bocah." menerangkan sang ayah dengan roman kegirangan. "Anak itu telah memperlihatkan 'Han ki bian kang', Ilmu tenaga lunak berhawa dingin, satu ilmu yang tak mudah dilatih kalau orangnya tidak punya lwekang yang dahsyat dalam tubuhnya. Hahaha, memang tidak meleset dugaanku. Dia satu anak yang luar biasa, harus kau baik-baik melayaninya dan coba-coba pancing kepandaian silatnya, anak Hiang." Bwee Hiang melongo mendengar kata-kata ayahnya. Pikirnya, kalau begitu si bocah benar bukannya main sulap seperti yang dikiranya. Entahlah, apa dia hanya punya kepandaian itu saja ? Maka ia girang ketika ayahnya menganjurkan buat ia coba-coba pancing kepandaiannya si bocah hitam dengan ilmu silat. Demikian pada suatu sore, Bwee Hiang ajak Lo In ke lapangan tempat berlatih. Belum lama mereka omong-omong, muncul Liu Wangwee menghampiri mereka. Mereka jadi ngobrol bertiga. Setelah beberapa lama Liu Wangwee berkata kepada anaknya, "Anak Hiang, cuaca begini baik, bagaimana kalau kita berlatih pedang ?" "Bagus, bagus !" kata sang anak sambil bertepuk tangan. "Eh, Ling Ling, coba kau ambilkan sepasang pedang yang biasa aku dan ayah pakai berlatih !" kata Bwee Hiang suruh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pelayannya. Ling Ling lekas berlalu ambil barang yang diperlukan, sebentar lagi ia sudah ambilkan sepasang pedang pada nonanya. Satu batang pedang ia pegang sendiri, lainnya ia angsurkan kepada ayahnya. Sambil melirik pada Lo In yang tinggal tenang-tenang saja duduk. Bwee Hiang berkata, "Adik kecil, kau lihat encimu main pedang. Kau nonton disitu !" Liu Wangwee sementara itu sudah siap, ia mengedipkan matanya pada si gadis, satu tanda supaya Bwee Hiang berlatih benar-benar lalu serang menyerang dimulai. Perlahan mula-mulanya, tapi makin lama main seru. 'Bwee hoa kiam hoat' dimainkan dengan indah sekali, banyak jurus-jurus yang berbahaya diperlihatkan hingga sepasang pedang berkelebatan seakan-akan lihat sambaran. Ling Ling dan Lan Lan yang menyaksikan merasa sangat kagum dan bertepuk tangan beberapa kali. Sebaliknya, Lo In menonton acuh ta acuh kelihatannya. Sikap si bocah tak lolos dari matanya Liu Wangwee yang lihai. "Sudah, kita sampai disini saja." kata Liu Wangwee sambil lompat keluar dari arena pertempuran. Bwee Hiang juga merasa heran si bocah seperti yang tidak tertarik dengan latihan mereka yang sangat hebat. Terdengar Liu Wangwee menanya, "Anak In, apa kau tidak tertarik dengan latihan kami barusan ?" "Aku tidak bisa berkelahi seperti kalian, mana aku mengerti." sahutnya, nyengir ketawa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Liu Wangwee menggelengkan kepala. Di luar tahunya Lo In, matanya mengedip pada gadisnya, disambut dengan manggutan oleh Bwee Hiang. "Anak In tidak bisa main pedang. Coba kau ajari anak Hiang. Aku ada urusan. Biarlah kalian berdua teruskan berlatih." berkata Liu Wangwee sambil terus bertindak meninggalkan Lo In dan Bwee Hiang. Bwee Hiang ambil tempat disampingnya Lo In. Ia berkata, "Adik kecil, mari aku ajari kau bermain pedang supaya jangan nanti dihina orang." sambil menarik tangannya Lo In diajak ke tengah lapangan. "Nah, ini pakai pedangku. Aku pakai pedang ayah." menyambung si nona seraya angsurkan pedangnya pada si bocah, sedang ia mengambil pedang Liu Wangwee yang diletakkan tidak jauh dari situ. "Ketika mereka sudah berhadapan, Lo In berkata, "Eh, barusan aku tidak ingat bagaimana kau mainkan pedangmu. Coba sekarang unjuk sekali lagi." Jengkel juga Bwee Hiang menghadapi anak yang cerewet ini, sembari putar pedangnya ia berkata, "Nah, ini lihat !" Bwee Hiang mainkan tipu-tipu silat 'Bwee hoa kiam hoat' atau 'Ilmu pedang kembang bwee'. ialah 'Bwee swat tiauw goat' atau 'Kembang bwee mekar menghadapi rembulan'. Pedang si nona menusuk ke depan, ke kanan dan ke kiri dengan cepat sekali. Kemudian disusul dengan tipu 'Bwee hiang boan wan' atau 'Harumnya bunga bwee memenuhi taman', salah satu jurus dari 'Bwee hoa kiam hoat' yang paling disukai oleh Bwee Hiang. Mungkin karena namanya 'bwee hiang' ada termasuk di dalamnya. Tampak Bwee Hiang bersemangat memainkan tipu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 'Bwee hiang boan wan', pedangnya menari-nari dengan indahnya, berkelebat laksana kilat, tubuhnya si nona yang tinggi seolah-olah tebungkus oleh sinar pedang yang dimainkan. Lo In kelihatan tersenyum-senyum. "Enci Hiang, hebat permainan pedangmu. Sayang aku tak dapat melayani kau. Aku ngeri melihat pedangmu menyambar-nyambar. Bisa-bisa leherku putus oleh.... eh, kau jangan main-main...." Berbareng si bocah menghilang dari hadapannya Bwee Hiang sehingga pedangnya Bwee Hiang menyabet angin. Matanya si gadis celingukan mencari Lo In sementara dua pelayannya Ling Ling dan Lan Lan pada mendekap mulutnya untuk menahan ketawa karena saat itu tampak Lo In berada di belakangnya Bwee Hiang sambil leletkan lidahnya dalam gayanya yang sangat lucu. Melihat Bwee Hiang celingukan mencari dirinya, Lo In berkata, "Enci Hiang, aku ada disini." Bwee Hiang cepat putar tubuhnya. Benar saja si nakal sudah ada dibelakangnya. "Setan kecil." kata Bwee Hiang, ketawa kegirangan. "Kau membohongi encimu, ya !" "Habis, leherku mau disabet pedang, siapa mau kasih." sahut Lo In melucu seraya pegangi lehernya hingga Bwee Hiang ngikik ketawa dibarengi oleh ketawanya Ling Ling dan Lan Lan. Ramailah saat itu pada ketawa. Apa sebenarnya sudah terjadi hingga Lo In kepaksa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memperlihatkan kepandaiannya yang istimewa ? Saat itu, Bwee Hiang sedang enaknya memainkan tipu silatnya 'Bwe hiang boan wan', ia mendengar si anak kecil nyerocos ngomong lantas berkelebat dalam benaknya untuk menyerang tiba-tiba pada si bocah dengan telengas. Kalau Lo In bisa silat, tentu ia akan berkelit dari serangannya. Sebaliknya kalau si bocah tak punya guru, paling-paling si anak kecil akan terluka batang lehernya. Mendapat pikiran bagus itu, maka selagi ia putar pedangnya, diam-diam ia balik mata pedangnya sehingga belakang saja yang ia gunakan membabatleher Lo In dengan jurus yang ampuh dan seperti kilat menyambar. Dalam kagetnya, otomatis keluar ilmu saktinya Lo In 'Bu eng bue seng' (tiada bayangan tiada suara), menghilang dari hadapannya Bwee Hiang sehingga si nona terperanjat. Pikirnya, hanya setan saja yang bisa menghilang demikian. Hatinya kegirangan sebab percobaannya berhasil. Ia tidak ragu-ragu lagi bahwa si bocah memang ada mempunyai kepandaian luar biasa seperti kata ayahnya. "Anak kecil, kau jangan suka gede bohong." kata Bwee Hiang sehabisnya ngikik ketawa. "Sekarang sudah ketahuan rahasia dirimu, kau mau bilang apa ?" Lo In ketawa nyengir. Tiba-tiba ia rasakan adanya angin menyambar dari belakangnya, tangannya yang kanan menyampok ke belakang lalu tangan kirinya diacungkan, kemudian tubuhnya berputar. Tahu-tahu dia sudah menggigti sebuah benda. Ia melihat si penyerang gelap lompat dari balik pohon mau melarikan diri. Benda yang digigit di mulutnya ia tiup sambil berkata, "Perlahan jalan, sahabat...." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Orang itu menjerit dan jatuh meloso, badannya menggigil kedinginan. Lo In sudah mau lompat menyusul tapi dari balik pohon-pohon kembali muncul lima orang yang memegat dan mengurungnya. Ternyata orang-oang itu hebat-hebat pengawakannya, tinggi besar dan bengis-bengis. Tapi Lo In tidak takut seperti biasa, ia menanya dengan tenang, "Para paman, aku tidak bermusuhan dengan kalian, kenapa kalian mau tangkap aku ?" "Hahaha !" tertawa seorang diantaranya, seraya usap-usap jenggotnya yang panjang. "Anak kecil, kau anaknya Kwee Cu Gie, bukan ?" "Aku tidak kenal siapa Kwee Cu Gie." kata Lo In tenang. "Tidak perduli kau anak Kwee Cu Gie atau bukan, kami harus tangkap sebab kau sudah membuat malu namanya Ceng Gee Pang !" kata lagi orang tadi. "Oh, jadi kalian adalah orang-orangnya Ceng Gee Pang ?" tanya Lo In. "Kalau benar, kau mau apa ?" "Aku sih cuma mau menanya saja." Lo In berkata sambil bejak-bejak benda ditangannya. Kiranya itu ada dua panah kecil yang barusan ia tangkap dengan tangannya dari si penyerang gelap. Lima orang yang mengurung si bocah terbelalak matanya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ karena mereka kenali panah kecil itu terbuat dari logam istimewa tapi diremas-remas Lo In si bocah seperti juga meremas tepung terigu. Dua panah itu hancur menjadi bubuk. "Maju semua !" bentak orang tadi yang berkata pada Lo In, menganjurkan kawan-kawannya mengepung rapat. Dengan rada-rada jeri mereka maju. "Aku hanya satu bocah. Kalau sebentar kalian kalah sama anak kecil, jangan salahkan aku berbuat kurang ajar, ya !" berkata Lo In, ketawa nyengir dia. Panas hatinya orang-orang yang mengepung si bocah. Masa mereka yang sudah tercatat namanya dikalangan Kangouw sebagai jago-jago kenamaan boleh diingusi oleh satu bocah yang belum lepas tetek, pikir masing-masing. "Anak sombong, lebih baik kau menyerah supaya dengan baik kita bawa kau ke pusat untuk dihadapkan kepada Pangcu." kata satu diantara lima orang itu. "Buat apa aku menghadap Pangcu kalian ?" kata si bocah acuh tak acuh. Kalau Lo In menghadapi lima jago itu dengan santai saja, sebaliknya Bwee Hiang dan dua orang pelayannya Ling Ling dan Lan Lan menjadi ketakutan. Mereka kuatirkan keselamatannya Lo In. Meskipun Bwee Hiang tahu barusan Lo In ada unjukkan kepandaiannya yang luar biasa, pikirnya, anak kecil menghadapi orang-orang gede yang sudah kawakan dalam kalangan kangouw, mana bisa menang ? Apalagi Bwee Hiang melihat semuanya pada membawa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ senjata tajam yang menyeramkan. Ia diam-diam heran kenapa ada orang-orang masuk ke dalam rumahnya, sang ayah diam-diam saja ? Apakah ayahnya memang tidak ada di rumah ? Mungkinkah sang ayah keluar sebab tidak kelihatan muncul orang tua itu disitu justru keadaan sedang gentingnya. Bwee Hiang menjadi nekat. Ia lalu lompat menghampiri Lo In, katanya, "Adik kecil, kau jangan takut. Encimu datang membantu !" Lo In menoleh ke arah Bwee Hiang. "Enci Hiang, kau tenangtenang saja nonton. Lihat adikmua akan bikin semua paman ini tangkap angin." "Kentut !" memotong si orang yang berjenggot panjang. "Jangan jumawa, anak kecil. Lihat kami tangkap kau !" Berbareng ia ajak kawan-kawannya maju, kira-kira jaraknya empat langkalh lagi mereka mendekati Lo In, tiba-tiba si bocah ketawa terbahak-bahak lalu tubuhnya berputar seperti gasing, perlahan seperti asap tubuhnya naik ke atas hingga lima orang itu jadi heran dan matanya mengikuti tubuh Lo In yang ngapung seperti asap. Dalam tertegunnya tiba-tiba mereka rasakan dengkulnya pada terkulai roboh mendeprok ditanah dibarengi dengan jatuhnya sepotong baju dari udara. Kiranya yang mencolot ke udara tadi bukan tubuh Lo In, sebaliknya bajunya yang melayang ke udara bagaikan asap, sementara Lo In berbareng sudha jongkok dan lalu menotok 'leng-coanhiat' jalan darah di dengkul masing-masing lawannya. Sambil pakai lagi bajunya, Lo In jalan menghampiri Bwee TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Hiang yang saat itu berdiri terkesima di tempatnya. Ling Ling dan Lan Lan terbelalak matanya nampak kejadian yang mempesonakan di depannya, satu kejadian yang mungkin dilakukan hanya oleh tukang sulap kawakan dengan ilmu sihirnya, tapi tidak oleh si anak kecil seperti Lo In. Sungguh kejadian itu mengagumkan kepada yang melihatnya. Termasuk itu orang-orang kasar yang telah menjadi korban totokan Lo In. "Enci Hiang, kau mau apakan orang-orang jahat ini ?" tanya Lo In. Bwee Hiang masih belum hilang kesimanya, ia hanya memandang si bocah dengan air mata mengembeng saking girangnya ia menyaksikan ilmu sakti Lo In. "Kenapa kau menangis, enci Hiang ?" tanya Lo In kaget. "Oh, oh, adik kecil. Aku menangis saking kegirangan. Kau,kau...... selamat." "Sekarang enci mau apakan mereka itu ?" "Adik kecil, biarkan saja dahulu, tunggu ayah pu...." "Tahan, tahan !" terdengar suara dari kejauhan hingga si nona berhenti bicaranya. Kiranya yang datang itu adalah Liu Wangwee. Ketika is orang tua sampai pada mereka, Bwee Hiang cepat berkata, "Ayah, orang-orang ini....." "Tunggu, aku bicara dahulu." memotong Liu Wangwee. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Semua ada orang sendiri. Kejadian yang menegangkan barusan adalah gara-gara ayahmu." Bwee Hiang terkejut, "Ayah....." "Tunggu dahulu, aku belum bicara habis." kata Liu Wangwee. "Anak In, harap kau jangan marah, Semua ini ada aku yang atur. Aku lihat kau selalu mau umpatkan kepandaianmu yang sakti, membuat aku jadi tidak sabaran. Maka, kebetulan ada Pangcu datang dari Ceng Gee Pang dan orang-orangnya. Pangcu dari Ceng Gee Pang adalah sahabatku. Ketika aku ceritakan hal dirimu, dia kaget. Karena dia menduga pasti bahwa kau ada anak itu yang membuat repot cabangnya di Tong-hong-gay. Sahabatku ingin mencoba-coba dengan panah saljunya, dibantu oleh lima anak buahnya, ternyata percobaan mereka telah membuka kedokmua yang menyembunyikan kepandaian saktimu. Anak In, nanti aku akan ceritakan panjang lebar duduknya urusan. Sekarang aku perkenalkan kau dengan Ang Pangcu dari Ceng Gee Pang...." Berbareng maju satu orang, ternyata orang itu adalah si pembokong denan panah lihainya, hingga Lo In menjadi tertawa terbahak-bahak. Setelah Lo In ketawa puas, Soat-cian Ang berkata, "Siauwhiap (pendekar cilik), harap kau jangan marah. Barusan apa yang aku lakukan adalah hanya main-main saja. Tidak sebenarnya kami mau berbuat kurang ajar padamu." "Main-main tinggal main-main, paman." sahut Lo In, melucu dia. "Kalau aku tidak punya sedikit kepandaian, barusan aku sudah ditembusi oleh tiga panah tanganmu." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Semua orang jadi ketawa, begitu juga Bwee Hiang, Ling Ling an Lan Lan. Lega hatinya masing-masing, setelah tahu duduknya perkara. Lima orang yang masih mendeprok di tanah lalu dibebaskan dari totokan oleh Lo In. Mereka pada bangun serentak, salaman dengan si bocah, memohon maaf untuk kelakuannya yang barusan dibuat. Tapi Lo In sudah lantas berkata, "Para paman, kalian tidak bersalah. Malah yang harus minta maaf pada kalian yang sudah berbuat kurang ajar membikin kalian duduk ditanah sebentaran. Hahaha.... " Meskipun kata-kata Lo In membanyol sifatnya, tapi mereka merasa tersindir juga, tampak muka semuanya pada bersemu merah saking jengah. Dari musuh sekarang sudah menjadi teman, maka dengan gembira orang-orang pada masuk ke dalam untuk menyambung pembicaraan lebih jauh. Lo In yang tadinya hendak menyembunyikan kepandaiannya, sekarang sudah tidak bisa lagi. Rahasianya sudah bocor. Maksudnya menyembunyikan kepandaia, ia tidak mau cari urusan, kuatir ketahan perjalanannya mencari enci Liannya. Tidak tahunya ia ketemu dengan Liu Wangwee yang lihat matanya hingga rahasia dirinya jadi terbongkar. Soat-cian Ang bersama dengan lima orang pilihannya datang ke rumah Liu Wangwee untuk memberitahukan bahwa ia tidak mendapat kabar perihal si kerudung merah. Ia mau damaikan bagaimana baiknya nanti menghadapi Sucoan Sam-sat. Tibatiba ia mendengar si bocah hitam ada dirumahnya Liu Wangwee, membikian ia disamping kegirangan ingin juga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mencoba-coba kepandaian si bocah yang dikatakan Hupangcu Ang Ban Ie si bocah boleh dijuluki 'Hek bin sin tong' atau 'si bocah sakti hitam'. Setelah sekarang ia menjajal kepandaiannya Lo In, barulah ia mau percaya memang anak itu sakti dalam ilmu silat. Tiga panahnya yang diarahkan dengan sungguh-sungguh malah disambut dengan tangan dan mulut. Itu adalah kepandaian luar biasa yang belum pernah ia saksikan sebelumnya. Malah yang membikin ia kaget adalah lima orangnya, bukan orang sembarangan, jago-jago pilihan sudha kena dikerjakan demikian mudahnya, membuat ia merasa takluk pada kepandaian si bocah. Dalam omong-omong, Liu Wangwee menyatakan kesulitannya pada Lo In bahwa ia akan disatroni oleh Sucoan Sam-sat sedang si kerudung merah yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang, malah diselidiki juga tidak ketahuan jejaknya ada dimana. "Mendengar namanya," kata Lo In. "Tiga algojo itu benarbenar seram. Entah kepandaiannya bagaimana, tapi kalau sepanjang aku masih ada disini, aku nanti coba-coba menghadapinya. Harap Lope jangan kuatir." Liu Wangwee saling pandang dengan Ang Ban Teng. "Memangnnya kau mau pergi dari sini, Siauw-hiap (pendekar cilik) ?" tanya Ang Ban Teng. "Jangan panggil Siauwhiap segala. Panggil saja aku anak In. Aku paling suka dengar, karena itu ada panggilannya Liok Sinshe." kata Lo In. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Baik, baik." sahut Ang Ban Teng cepat. "Aku selanjutnya akan panggil kau, anak In. Tapi kalau aku boleh tahu, siapa itu Liok Sinshe yang kau sebutkan ?" "Liok Sinshe ada seorang baik. Biarlah kita jangan omong tentang Liok Sinshe sebab nanti bikin aku menangis karena ingat kepadanya." kata Lo In, sedih tampaknya. Liu Wangwee dan Soat-cian Ang saling pandang nampak kelakuannya si bocah. "Anak In, kau mau kemana ?" tanya Soat-cian Ang, nampak Lo In bangkit dari duduknya dan mau ngeloyor keluar. Lo In balik tubuhnya, sambil ketawa nyengir ia menyahut. "Aku mau mencari enci Hiang." Rupanya si bocah tidak kerasan duduk berunding dengan orang-orang tua. Liu Wangwee kedipi matanya pada sahabatnya hingga Soatcian ANg tidak membuka mulut lagi. Mereka hanya mengawasi saja si bocah ngeloyor keluar. "Biarkan dia pergi pada Bwee Hiang. Anak itu selama disini kelihatan akur betul dengan puteriku. Aku percaya Bwee Hiang dapat menahan dia." kata Liu Wangwee pada Soat-cian Ang dan para hadirin lainnya. Soat-cian Ang anggukkan kepalanya. "Adatnya aneh tapi terang ia mempunyai kepandaian yang luar biasa sampai aku dan lima Hiocu pilihan digulingkan." menyatakan Pangcu dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ceng Gee Pang sambil melirik pada anak-anak buahnya. Lima Hiocu (pemimpin pusat) pada ketawa, tapi dalam hatinya merasa malu. Soat-cian Ang alihkan pembicaraan sekarang pada soal Sucoan Sam-sat. "Bagaimana sekarang pikiran toako ?" tanya Ang Ban Teng. "Bagaimana kau pikir tentang si bocah ?" balik menanya Liu Wangwee. "Anak itu berkepandaian tinggi. Hanya aku sangsikan pengalamannya bertempur dengan jago-jago kelas berat seperti Sucoan Sam-sat." menyatakan Soat-cin Ang. "Jadi bagaimana baiknya ?" Liu Wangwee seperti yang keputusan akal. "SUcoan Sam-sat adalah sangat ganas." menyatakan Soatcian Ang. "Kalau toako gagal majukan kita punya jago cilik, akibatnya mengerikan. Seluruh keluarga toako akan dibasmi olehnya. Ini justru yang aku sedang pikirkan." Liu Wangwee ketawa. Tapi ketawanya mengandung kecemasan. Ia rupanya dapat mengerti akan kekuatiran sahabatnya itu. Memang juga ia sangsikan Lo In nanti bisa tempur tiga algojo dari Sucoan yang buat itu tapi apa daya ? Keadaan sudah memaksa, si kerudung merah yang diharapharap kedatangannya kini ditumplek pada si bocah saja. Kalau toh Lo In tidak tahan mengusir tiga jagoan jahat dari Sucoan itu, apa boleh buat. Sudah nasibnya mesti hancur lebur TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dibawah keganasannya mereka. Cuma ia menyesal kalau dalam urusannya itu si bocah nanti kebawa-bawa membuang jiwa dengan percuma. APa nanti kata orang tuanya apabila mengetahui duduknya urusan bahwa jago cilik itu dibawabawa olehnya sehingga menemui kebinasaannya. Memikir kesitu, hartawan Liu menjadi lesu. Untuk beberapa saat dalam ruangan itu menjadi sunyi. "Pangcu, bukankah kita akan ketamua Kian-san Ji-lo ?" nyeletuk salah satu Hiocu dari Ceng Gee Pang yang bernama Lie Goan Tay. "Aaa... " tiba-tiba Ang Ban Teng terkejut girang. "Kau benar Lie Hiocu. Aku sampai lupa akan kedatangan Kian-san Ji-lo. Ya, ya, betul toako."ia meneruskan kata-katanya pada Liu Wangwee. "Dalam dua hari ini Ceng Gee Pang akan kedatangan Kian-san Ji-lo, aku nanti coba untuk minta bantuannya. Asal mereka bersedia membantu, rasanya kita tak usah kuatirkan akan kedatangannya tiga orang jahat itu kemari." "Kian-san Ji-lo...." menggumam Liu Wangwee. "Bukankah toako juga kenal dengan Kian-san Ji-lo Cia Kie dan Cia Liang ? Dua orang tua dari Kian-san itu kepandaiannya susah diukur." Liu Wangwee anggukkan kepala. "Aku tidak kenal dengan dua orang tua dari gunung Kian-san (Kian-san Ji-lo)." katanya. "Hanya kau dengar sepak terjangnya dalam rimba persilatan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tidak menentu sehingga orang sangsi apakah mereka itu masuk kalangan Pek-to atau Hek-to. Liu Wangwee belum jelas benar apakah Kian-san Ji-lo itu masuk Pek-to (golongan ksatria) atau Hek-to (golongan jahat). "Mereka ada hubungan baik dengan suhuku." berkata Soatcian Ang. "Kalau aku minta bantuannya, rasanya mereka tentu mau terima." "Ya, kalau Hiante yang minta untuk memecahkan kesulitan Hiante sendiri rasanya mereka tidak menolak." menyatakan Liu Wangwee. "Tapi ini halnya menyangkut diriku, mana dapat mereka dimintakan bantuannya sedang aku tidak kenal kepada mereka ?" "Hahaha...." tertawa Soat-cian Ang. "Toako ini anggap aku seperti orang lain atau bagaimana ? Urusan toako sama juga ada urusanku, kenapa mesti dibedabedakan ?" Senang Liu Wangwee mendengar kata-kata sahabatnya itu, dengan siapa memang ia bersahabat rapat meskipu tidak angkat saudara. "Kalau begitu terserahlah untuk mana sebelumnya aku mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas perhatian Hiante." kata Liu Wangwee seraya bangkit dari duduknya dan angkat tangannya menyoja pada Ang Ban Teng hingga tergopoh-gopoh Soat-cian Ang berdiri untuk membalasnya. Ia TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berkata, "Jangan seeji, toako." Demikian perundingan sudah didapat pemecahan. Kian-san Ji-lo atau dua orang tua dari gunung Kian-san, she Cia bernama Kie dan Liang, pendek saja. Sepak terjangnya disamping membuat kagum orang, juga membikin orang membenci mereka. Itulah karena perbuatannya yang murah hati dan kejam buas hingga orang tak dapat memastikan mereka masuk golongan baik atau jahat. Mereka ada hubungan baik dengan gurunya Soat-cian Ang, si panah salju ialah Ang Hui Kin, satu she dengan Soat-cian Ang, gelarnya 'Touw-kut-ciang' atau 'si pukulan menembus tulang', cukup kenamaan dalam kalangan Kangouw. Omong-omong dalam hal berkelana, Ang Hui Kin dapat tahu kalau dua sahabatnya ini bakal lewati kota Gakwan, maka Ang Hui Kin minta kalau dua orang tua itu lewat disana, sukalah mampir di pusat Ceng Gee Pang. Disana muridnya Ang Ban Teng menjadi Pangcu. Cia Kie dan Cia Leng terima baik undangan itu. Maka diamdiam Ang Hui Kin sudah mengabarkan pada Ang Ban Teng bakal kedatangannya dua orang tua itu ke Gakwan. Benar jgua, dua jago tua yang sepak terjangnya tak menentu itu datang di Gakwan, selewatnya dua hari dari kejadiankejadian yang diceritakan diatas. Kedatangan mereka sangat dihormatai sekali oleh Ang Ban Teng dan anak buahnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dalam omong-omong, Soat-cian Ang menceritakan tentang sahabatnya Liu Wangwee menghadapi kesuakaran akan disatroni Sucoan Sam-sat dan minta bantuannya dua orang tua itu untuk menjadi perantara suapaya urusan dapat didamaikan. Cia Kie kerutkan alisnya setelah mendengar penuturan Ang Ban Teng. "Untuk menjadi perantara, kami tidak keberatan." kata Cia Kie. "Cuma soalnya, apakah Sucoan Sam-sat dapat memahami atau tidak kami punya maksud baik ? Biasanya, tiga algojo itu suka bawa kemauannya sendiri, tidak ingin urusannya dicampuri orang lain. Inilah yang sulit. Akhirnya, tentu akan terjadi pertempuran." Ang Ban Teng terdiam. Lalu ia ceritakan tentang Sucoan Samsat yang dipecundangi si kerudung merah. Sebenarnya mereka ada mencari si kerudung merah tapi oelh karena orang yang dicari tak dapat diketemukan, maka Liu Wangwee yang akan dijadikan sasaran dari kekejamannya sebagai pembalasan sakit hati. "Memang aku dengar." Cia Liang kali ini yang bicara. "Pada waktu belakangan ini ada muncul satu pendekar dengan kerudung merah. Katanya ia selalu membuat kebaikan dalam sepak terjangnya sehingga orang sangat memujanya. Kami belum tahu siapa adanya dia dan ingin sekali kalau ketemu, kami juga akan coba-coba kepandaiannya yang hebat seperti dikatakan orang." -- 15 -- TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lalu Ang Pangcu ceritakan halnya si bocah Lo In, bagaimana dia (Soat-cian Ang) dan lima Hiocunya dipecundangi si bocah secara yang mempesonakan. Dua orang tua itu diam-diam terkejut mendengar ceritanya Pangcu dari Ceng Gee Pang. "Ah, masa ada kejadian begitu ?" tanya Cia Liang, tidak percaya dia. "Memang, kalu tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, tidak akan percaya dengan ceritaku barusan." kata Ang Ban Teng. "Nanti kedua Lo-suhu saksikan sendiri kepandaiannya yang luar biasa itu." Tadinya Kian-san Ji-lo mau menolak dengan halus permintaan bantuan Ang Bang Teng. Tapi setelah mendengar tentang adanya bocah hitam yang gaib kepandaiannya, maka mereka jadi rubah haluan. Ingin mereka menyaksikan kepandaiannya bocah sakti itu. Demikianlah, pada malam harinya dengan diantar oleh Ang Ban Teng, Kian-san Ji-lo telah bikin kunjungan pada Liu Wangwee, oleh siapa diterima dengan manis budi hormat hingga dua orang tua itu menjadi girang. Selain mereka bertiga, juga Ang Ban Teng ajak lima Hiocunya. Pikirnya, jikalau perlu mereka bisa dikerahkan tenaganya. Meskipun bulan muda, malam itu malamnya Sie-gww ce-cit (bulan 4 tanggal 7 Tionghoa), cuaca tampak terang. Sudah menjadi kebiasaan dari Liu Wangwee, kalau ada datang tamu yang menjadi kenalan baiknya, ia suka bawa tamunya itu ke taman bungan yang dikitari oleh banyak pohon besar dan tinggi yang terawat baik. Kali ini kedatangan Pangcu dari Ceng TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Gee Pang yang membawa serta Kian-san Ji-lo dan lima anak buahnya juga oleh Liu Wangwee dibawa ke taman tersebut. Disana, selain mereka menikmati hidangan yang mencocoki selera, juga menikmati harumnya bunga-bunga yang baru mekar dalam taman yang luas itu. Senang kelihatannya para tamu dibawa ke tempat ini. Mereka memuji Liu Wangwee yang dapat menciptakan taman sedemikian indah dan menariknya. Dalam omong-omong Kian-san Ji-lo matanya selalu melirik sana sini. Liu Wangwee diam-diam heran, tapi Ang Ang Teng lantas sudah dapat tebak maksud dua jago tua itu. Ia lantas berkata pada Liu Wangwee, "Toako, kedua Lo-suhu ini ingin berkenalan dengan anak In. Dimana dia sekarang ?" "Oh, begitu." sahut Liu Wangwee, tahu sekarang ia kenapa dari setadian dua jago tua itu larak lirik saja. "Nanti aku suruh panggil dia." Lantas Liu Wangwee suruh salah satu pelayannya untuk memanggil Lo In. Tidak lama pelayan itu datang kembali tapi tidak dengan Lo In. Ia berkata pada Liu Wangwee, "Loya, anak itu tidak ada ditempatnya." "Coba cari, tentu dia ada bersama Siocia." "Sudah kucari dan menanyakan pada Siocia. Katanya anak kecil itu sejak siang tadi keluar dan sampai sekarang belum kembali." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Liu Wangwee heran. Kemana perginya Lo In sebab biasanya anak itu hampir tidak berkisar dari samping puterinya. Lalu ia minta maaf kepada dua jago tua itu, katanya, "Harap kedua Lo-suhu dapat memaafkan, bocah itu katanya tidak ada." "Jangan seeji, Liu-heng." kat Cia Kie. "Kedatangan kami kemari memang pertama ingin belajar kenal dengan bocah sakti itu. Tapi biarlah, kalau dia tidak ada di rumah. Kami rupanya tidak berjodoh menemuinya." "Maksud kedua." menyambung Cia Liang, adiknya. "Adalah hendak mendamaikan urusan Liu-heng dengan Sucoan Samsat. Kami harap saja berjalan memuaskan dan...." Cia Leng berhenti bicaranya karena melihat ada satu pelayan yang berlarian datang menghampiri Liu Wangwee kepada siapa diserahkan sebatang pisau kecil dengan secarik kertas. Tanpa menanya lagi pada si pelayan, Liu Wangwee lantas baca surat itu diterangi rembulan. Tampak mukanya pucat setelah membaca. "Toako, ada urusan apa yang membuat kau kaget ?" tanya Ang Ban Teng. Liu Wangwee tidak menjawab, hanya serahkan secarik kertas itu kepada sahabatnya, siapa lalu menyambuti dan dibaca isinya. "Sucoan Sam-sat datang !" sekonyong-konyong Ang Ban Teng berteriak hingga membuat terkejut para hadirin seketika itu, tidak terkecuali Kian-san Ji-lo. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Inilah Lo-suhu, coba baca." kata Ang Ban Teng seraya menyerahkan secarik kertas itu kepada Cia Kie yang lalu membacanya. Surat itu hanya pendek saja bunyinya : "Liu In Ciang, meskipun kau minta bala bantuan dua tua bangka dari Kian-san, rumahmu toh akan kami hancurkan dan bakar habis. Serumah tanggamu tak ada satu jiwa yang kami tinggalkan ! Sucoan Sam-sat" "Hehehe !" tertawa Cia Kie. "Kami tidak bermusuhan dengan kalian, tapi kalau kalian anggap kami sebagai musuh, apa boleh buat. !" Kemudian ia berpaling pada Liu Wangwee yang masih tertegun ditempatnya. Ia berkata, "Liu-heng, mereka memasukkan nama kita berdua. Biarlah kami berdiri dibelakangmu. Jangan takut Liu-heng. Dan....." "Hahaha !" sekonyong-konyong kedengaran suara tawa dari balik gerombolan rumput alang-alang hingga bicaranya Cia Kie menjadi terhenti lalu berpaling ke jurusan orang tertawa tadi yang lantas muncul dan Liu Wangwee kenali itulah Sin-mo Lie Kui, si berewok ganas, saudara ketiga dari Sucoan Samsat. Terdengar kata-katanya menyambung ketawanya tadi. "Tua bangka, biarpun kalian berdua berdiri di belakangnya, percuma saja. Paling baik, kalau kalian tahu gelagat lantas enyah dari sini dan biarkan kami mengganas pada keluarga Liu !" Cia Kie dan Cia Liang bangkit dengan serentak. Yang disebut duluan berkata, "Kian-san Ji-lo belum pernah terbirit-birit lari oleh karena gertakan. Malah makin digertak mereka makin TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ nekad. Hahaha..." Tertawanya berhenti karena sebatang piauw menyambar pada tenggorokannya. "kau kirim barang rongsokan begini. Mana masuk hitungan jago Kangouw !" Cia Kie kata seraya tangannya diangkat dan piauw tahu-tahu sudah terjepit pada dua jarinya lalu dibuang begitu saja hingga membuat Lie Kui panas hatinya melihat senjata rahasianya dihina oleh Cia Kie. Melihat akan terjadi pertempuran ramai, maka semua orang pada mundur. Sedang pelayan-pelayan yang hatinya kecil sudah pada lari ketakutan. "Kau sambuti lagi ini !" teriak Lie Kui, berbareng tangannya saling susul hingga beberapa batang piauw menyambar dahsyat ke arahnya Cia Kie. Ta[i si orang she Cia tidak gentar. Dengan berkelit dan kebasan lengan bajunya yang gedombrongan, semua piauw Lie Kui kena dijatuhkan. Tidak heran kalau Lie Kui menjadi jengkel dan penasaran, cepat ia enjot tubuhnya lompat mendekati Cia Kie. Setelah berhadapan, si berewok obral makiannya pada Cia Kie sambil dua kepalannya bekerja saling susul menyerang toako dari Kian-san Ji-lo. Mereka jadi bertempur seru saling jotos, hebat sekali, sama-sama tandingan. Liu Wangwee merasa tidak enak hatinya. Belum apa-apanya, tamu barunya sudah bertarung dengan musuhnya yang ganas. Bagaimana kalau Cia Kie nanti mengalami celaka ? TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ai, kemana perginya si bocah perginya ? Demikian pikir Liu Wangwee yang menjadi kacau pikirannya memikirkan Lo In yang diharap tenaganya. Sementara itu perkelahian hebat berlangsung terus. Diamdiam tanpa diketahui oleh orang-orang disitu yang tengah memusatkan perhatiannya kepada mereka yang sedang bertempur, disitu sudah tambah dua orang yang bukanlain adalah Giam-ong Puy Teng dan si Cakar Setan Teng Cong. Mereka menyaksikan Sam-tenya berkelahi tenang-tenang saja, seolah-olah sudah memperhitungkan bahwa Cia Kie bukan tandingan Samtenya yang belakangan ini sudah dipale oleh gurunya. Lie Kui berkelahi bagaikan banteng ngamuk, pukulannya mendatangkan suara menderu-deru dan betul-betul saja Cia Kie keteter. Melihat gelagat jelek, Cia Liang adiknya sudah lantas nyerbu untuk bantu engkonya tapi si Raja Akherat Puy Teng sudah menghadang di hadapannya. "Jangan kesusu, sobat !" katanya. "Kalau mau main-main, jangan ganggu orang yang sedang enaknya berlatih. Mari aku layani kau !" Cia Liang gemas. Tanpa banyak cing-cong lagi ia sudah menerjang Puy Teng. Si Raja Akherat ganas pukulanpukulannya. Lwekangnya bertambah setelah dipale oleh gurunya, sebagai bekal untuk menuntut balas. Ia bersilat degan Mo-jiauw Sin-kang atau Tenaga sakti cengkeraman setan. Jurus-jurus yang digunakan sangat berbahaya sekali. Tangannya menjambret dan mencengkeram hingga dalam sedikit tempo saja Cia Liang menjadi kewalahan melayaninya. "Celaka !" kata Liu Wangwee dlam hatinya ketika melihat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kedua penolongnya keteter. Bagaimana sekarang ? Dari takut, hatinya Liu Wangwee menjadi nekad. Seketika itu juga lompat ke dalam kalangan berkelahi hendak membantu Cia Liang yang sudah kepayahan. Perbuatan Liu Wangwee dicegat oleh Teng Cong hingga dua orang ini jadi bertempur. Liu Wangwee gunakan 'Bwee hoat Kun-hoat (Ilmu jotosan bunga bwee) untuk menggempur Mojiauw Teng Cong. Meskipun kelihatannya perlahan seranganserangannya tapi antap dan telak sekali mengarah sasarannya. Dalam beberapa bulan ini, ia berlatih tekun bersama puterinya. Maka telah didapat kemajuan yang baik sekali. Ia kelihatan bersilat lebih lincah dan cepat. Kalau tempo hari ketemu Teng Cong, saat itu Liu Wangwee sudah punya pukulan-pukulan seperti sekarang, mungkin dapat sama kuat kalau tidak sampai menang. Tapi sekarang dimana Mo-jiauw juga sudah mendapat pelajaran dari gurunya sebagai bekal untuk mencahari si kerudung merah, mau tidak mau Lin In Ciang harus mengakui pihak lawan ada lebih unggul. Teng Cong dari dahulu memang adalah setingkat lebih tinggi kepandaiannya dari dua saudaranya. Ia pun disayang oleh gurunya Thitouw-eng Ie Jie Lo atau Garuda Kepala Besi yang menciptakan ilmu pukulannya tersendiri yang dinamai 'Sin-mo Siang jiauw Ciang-hoat' atau 'Ilmu pukulan Sepasang Cakar Iblis Sakti'. Melayani Mo-jiauw Sin-kang dari Teng Cong yang lihai, sudah tentu Liu In Ciang alias Liu Wangwee bukan tandingannya. Hal mana membuat Pangcu dari Ceng Gee Pang yang menonton menjadi khawatir. Ia lalu mengedipkan pada lima anak buahnya. Tidak sampai dikedipi dua kali, mereka sudah sama mengerti sebab dengan serentak sudah menyerbu ke dalam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ arena pertarungan sehingga adegan-adegan saling gempur dalam taman bunga itu menjadi ramai bukan main. Tiga orang lawan delapan orang, Sucoan Sam-sat tidak menjadi keder malah tampak makin bernapsu. Tubuhnya berkelebatan gesit sekali hingga lawan-lawannya saban-saban kebogehan serangannya tidak mendapat sasarannya. Sebentar lagi terdengar jeritan saling susul. Itu adalah jeritan tanda dari kesakitan. Tampak beberapa tubuh pada roboh tersungkur, terkulai atau mendeprok di tanah dengan sukar bangun pula. Mereka yang roboh itu adalah lima Hioucu bersama Pangcu dari Ceng Gee Pang, mereka kedengaran merintih kesakitan. Yang masih kuat bertempur tnggal Kiansan Ji-lo dengan tuan rumah. Tapi juga tidak lama sebab Cia Kie sudah dibikin mental tubuhnya kena tendangan Lie Kui, Cia Liang adiknya menyusul kena dicengkeram pundaknya oleh Giam-ong Puy Teng sedang Liu Wangwee tampak masih terus bertahan. Ini bukannya karena Liu Wangwee ilmu silatnya lebih tinggi dari Kian-san Ji-lo, yang sebenarnya kalau ia masih terus dapat bertahan adalah Teng Cong tidak sekejam dua saudaranya. Ia bermaksud mau bikin Liu Wangwee lelah dan roboh sendirinya, ia peras tenaga Liu Wangwee dengan kegesitannya lompat sana sini. Dalam keadaan sudah tinggal robohnya saja, tiba-tiba Liu Wangwee mendengar teriakan puterinya dari jauh yang barusan keluar dari rumahnya. Bwee Hiang barusan saja mendapat laporan dari salah satu pelayannya bahwa ayahnya terancam bahaya di taman bunga, berhantam dengan salah satu orang dari Sucoan Sam-sat. Ia cepat sembat pedangnya dan lari keluar. Tampak olehnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sang ayah sudah lelah dan tinggal robohnya saja. Hatinya sedih bercampur gusar, ia berteriak, "Orang jahat, kau jangan lukai ayahku !" Dengan beberapa lompatan ia sudah sampai di taman bunga. Mo-jiauw Teng Cong lompat mundur ketika diserang Bwee Hiang dengan pedangnya. Berbareng tampak Liu Wangwee sudah jatuh duduk saking lelahnya karena barusan diperas tenaganya oleh si Ji-ko dari Sucoan Sam-sat. "Jangan melukai ayah ! Berani ganggu lagi, jangan sesalkan pedang nonamu tidak mengenal ampun !" kata si nona dengan gagah, ia berdiri di samping Liu Wangwee yang mengeletak empas-empis kecapaian. Kian-san Ji-lo dan yang lainnya sudah pada rebah malang melintang, dari mulutnya keluar rintihan kesakitan. Melihat kejadian itu semua, hatinya si nona sangat sakit. Ia menyesal orang kabarinya telah terlambat. Kalau tidak, tentu ia sudah keluar siang-siang membantu para tamu yang membantu ayahnya menempur si tiga algojo buas. "Ji-ko, serahkan dia padaku." kata Lie Kui yang kegirangan melihat si botoh dapat ia jumpai kembali. "Kalau sebentar kita basmi keluarga Liu, biar tinggalkan dia untuk aku. Hahaha....." Bwee Hiang kenali si berewok yang tempo hari kurang ajar terhadap dirinya. Matanya melotot gemas ke arah si ceriwis hingga Lie Kui kembali berkakakan ketawa. "Kau ketawai apa, orang jelek !" semprot si gadis. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kau jangan marah. Jelek-jelek aku bakal suamimu, bukan ?" goda Lie Kui. "Fui !" si gadis meludahi muka Lie Kui, saking gemasnya. Sin-mo Lie Kui keburu berkelit hingga mukanya tidak sampai berkenalan dengan ludah si nona. Ia tidak marah, malah dengan ketawa hahah hihi, ia menghampiri Bwee Hiang. Tangannya yang nakal diulur untuk mencolek pipi orang, tapi pedang si nona menyabet laksana kilat. Cepat ia tarik tangannya, kalau tidak, pasti tangan nakal itu akan kutung dan kutungannya pasti jatuh di tanah. "Nona manis, kau jangan galak-galak. Nanti aku cium kau di depan orang banyak !" Lie Kui mengancam dengan omongannya yang tidak enak di dengar untuk telinga si nona. "Tutup mulut kotormu !" bentak Bwee Hiang. Berbareng pedangnya dikasi kerja untuk menyerang si setan sakti. Pikirnya, ia sudah berlatih banyka dengan ayahnya, masa ia tidak bisa menabas si berewok yang memuakkan ini ? Ia tidak tahu bahwa Lie Kui juga sudah dapat kemajuan banyak, dibekali oleh gurunya. Serangan si nona meskipun bagus dan berbahaya, tidak ubahnya seperti dahulu ketika ia menghadapi Lie Kui. Ia hanya diganda dengan berkelit sana sini saja hingga diam-diam Bwee Hiang mengeluh kenapa dirinya goblok amat tidak bisa menjatuhkan Lie Kui. Si setan sakti sebaliknya merasakan bahwa ilmu pedang si nona sudah jauh berbeda dengan dahulu. Diam-diam ia amat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berterima kasih pada gurunya sebab kalau tidak kepandaiannya ditambah, sekarang menghadapi si nona, salah-salah lehernya bisa dibabat pedang yang menari-nari dengan sangat cepatnya. Bwee Hiang gunakan gurus serangan kesayangannya, ialah 'Bwee hiang boan-wan' (harumnya bunga bwee memenuhi taman), bagus sekali dimainkan oleh si gadis. Gerakan pedang menari-nari dengan indahnya. Menyabet ke kiri ke kanan, ke atas ke bawah dengan cepat sekali. Dengan itu ia coba mendesak si setan sakti tapi tidak bermanfaat. Lie Kui adalah lebih gesit dari dahulu. Malah sekarang lantaran agak kewalahan, selainnya berkelit sana sini, lengan bajunya sering dipakai menyampok pedang hingga serang si nona sering mencong dari sasarannya. Teng Cong dan Puy Teng ketawa bergelak-gelak melihat si bontot tengan permainkan si nona yang sudah jadi mandi keringat. Sebaliknya, Kian-san Ji-lo menonton dengan rasa penuh penasaran. Pangcu dari Ceng Gee Pang dengan lima anak buahnya merintih-rintih menahan sakit dari lukanya sedang Liu Wangwee keadaannya dalam sadar atau tidak, mengikuti jalannya pertempuran si gadis lawan si bontot dari Sucoan Sam-sat. Sebentar lagi, tampak si gadis menusuk dengan bernapsu. Inilah tindakan yang ditunggu-tunggu oleh Lie Kui. Dengan tipu 'Han mo tui ho' atau 'Setan kedinginan mengejar api', ia lihat pedang Bwee Hiang tangan bajunya dibarengi dengan kekuatan lwekang, ia menyentak hingga senjata itu terlepas dari cekalannya si gadis. Malah Bwee Hiang hampir TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terhuyung-huyung menubruk si berewok kalau sja ia tidak cepat-cepat tancap kakinya dengan ilmu 'cian kin tui' yang membuat berat badannya seribu kati. Bwee Hiang berdiri terkesima. Putuslah semua harapannya. Tadinya ia berbesar hati dengan ilmu pedangnya yang hebat, ia dapat melindungi orang-orang yang kini rebah malang melintang. Kenyataannya, ilmu pedangnya meskipun meningkat berkat pengunjukkannya si kerudung merah, tidak bisa berbuat apa-apa dalam menghadapi si muka berewok. Ia lupa bahwa lwekannya kalah jauh dengan Lie Kui. Jago pedang tak dapat menjadi jago pedang yang kesohor jikalau ilmunya itu tidak dibarengi dengan lwekang yang tinggi. Seperti Bwee Hiang, ilmu pedangnya bukannya jelek, ia bisa bikin Lie Kui mandi keringat dan mungkin tertusuk salah satu anggotanya kalau saja lwekangnya Bwee Hiang sedikit sama dengan tenaga dalamnya si berewok. Bwee Hiang hanya merasa cemas, cemas karena latihannya kurang mahir pikirnya. Sayang, sebenarnya Bwee Hiang bisa menjadi jago betina kelas wahid sebab ia berbakat kalau saja ia mendapat didikan yang baik dari seorang berilmu dan melatih lwekangnya yang dahsyat untuk menghadapi jagojago kuat. Dalam putus asa dan hilang harapan, Bwee Hiang cuma bisa jongkok dan menubruk ayahnya, dipeluki sambil menangis. "Oh, ayah, anakmu yang celaka ini, yang membuat gara-gara ini semua. Oh, ayah, ayah....." ia menangis makin keras ketika sang ayah digoyang-goyang tubuhnya tinggal diam saja. Dasar orang buas, dengan tidak punya perasaan sedikitpun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melihat orang sedang bersedih. Sin-mo Lie Kui seraya menghampiri si nona, ia menggodai, "Nona manis, kalau aku Lie Kui tidak pandang kau ada calon istriku, siang-siang sudah aku cabut nyawamu. Sekarang jangan nangis, marilah ikut aku..........." "Tahan, tahan, aku datang....." terdengar orang berteriak, keluar dari pintu belakang rumah. Teriakan mana membikin Lie Kui tidak jadi mencekal lengan si botoh yang lemas halus. Dalam sekejapan saja lantas berdiri di depan Sucoan Sam-sat seorang anak berwajah hitam. Mereka tidak tahu bagaimana si bocah bergerak sebab tahu-tahu setelah terdengar teriakannya 'Tahan, tahan, aku datang........', orangnya sudah berdiri di hadapan mereka. Sudah tentu mereka tidak pandang mata pada Lo In yang hanya satu bocah mukanya hitam, lain tidak. Lie Kui tertawa, kapan melihat anak kecil itu wajahnya hitam. Ia berkata, "Anak kecil, pantas benar kalau kau jadi anak aku Lie-toaya (tuan besar Lie)." Lo In ketawa nyengir. "Sama-sama hitam, bagus sekali kalau kau pelayan dari aku Losiauwya (tuan kecil)". sahut Lo In. Matanya Lie Kui mendelik pada si bocah. "Hei, anak kecil. Lekas kau enyah dari sini !" kata Giam-ong Puy Teng nyaring. "Kenapa aku harus pergi ?" tanya Lo In. "Di sini bukan urusan anak kecil, semua urusan orang tua !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sahut Puy Teng. Lo In tiba-tiba ketawa gelak-gelak. Meskipun suaranya tidak sekeras orang dewasa, tapi bagi telinga bukan main berisiknya hingga dirasakan pekak oleh karenanya. Sucoan Sam-sat bukan main kagetnya apabila merasakan suara ketawa itu selain menyelusup ke kuping memekakkan juga jantung rasa tergetar. Teng Cong yang sangat berhati-hati dalam segala hal lalu menanya pada si bocah, "Saudara kecil, apa maksudmu datang kemari ?" Matanya si bocah berkilat melihat ke sekitarnya, banyak orang bergeletakan rebah keluarkan rintihan sedang enci Hiangnya sedang menangis sesengukkan memeluki Liu Wangwee. "Enci Hiang, kau mengapa menangis ?" ia tanyai Bwee Hiang dan tidak meladeni pertanyaannya Mo-jiauw Teng Cong. "Adik kecil, kau terlambat datang. Oh, ayah, ayah sudah.........." Bwee Hiang tak dapat melampiaskan katakatanya. Karena sangat sedih, ia tersedu-sedu menangis sembari peluki tubuhnya Liu Wangwee dan digoyang-goyang, mulutnya tak hentinya memanggil : "ayah, ayah !" "Anak bau, kau bikin ribut saja !" bentak Lie Kui seraya tangannya yang segede apa tahu, digaploki ke kepala Lo In. Badannya si berewokan mendadak terputar sendiri karena saking kerasnya ia memukul, ia telah menggaplok angin sebab Lo In sudah lenyap dari hadapannya. Mo-jiauw Teng cong yang lihat gelagat jelek sudah lantas hendak mencegah Lie Kui berlaku kasar pada si bocah tapi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ gagal akeran Giam-ong Puy Teng yang berangasan sudah turun tangan mencengkeram kedua pundak Lo In saat itu ada dibelakangnya Lie Kui. "Celaka !" pikir Mo-jiauw Teng Cong dalam hati kecilnya. Sebelum ia membuka mulut hendak mencegah toakonya berlaku kasar, tiba-tiba terdengar : plak ! plak ! tiga kali. Tubuhnya Giam-ong Puy Teng tampak terputar bagaikan gasing, seraya tangannya memegangi pipinya yang kena digampar oleh Lo In. Kesakitan bukan main dia, sebab giginya sampai pada rontok, malah kepalanya jadi keleyengan pusing karena tubuhnya terputar. Entah dibagaimanakan oleh si bocah nakal. Bwee Hiang sembari tersedu-sedu menangis, diam-diam ia perhatikan gerak gerik adik kecilnya. Melihat Lo In dalam segebrakan saja membuat dua jagoan yang kesohor kebuasannya menjadi pecundang, bukan main girangnya. Malah ia tertawa ngikik waktu nampak Giam-ong tubuhnya berputar macam gasing seraya memegangi pipinya yang bekas digampar si bocah. Melihat keadaan genting, Mo-jiauw Teng Cong tak dapat berpeluk tangan menonton. Segera ia melompat, maksudnya hendak membekuk Lo In yang berdiri membelakanginya. Adegan itu sangat menegangkan urat syaraf sampai-sampai Bwee Hiang menjerit saking ngerinya melihat si bocah dibokong. Tapi bukannya si bocah yang kena dibekuk, sebaliknya si Cakar Setan yang tersungkur dan ngusruk habis, mukanya mencium tanah. Terbelalak matanya si gadis. Ia hampir tidak percaya akan penglihatannya sebab Lo In tampaknya lenyap seperti asap TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ saja. Gerakannya bagaikan kilat, seantero tubuhnya seperti ada matanya, tidak mudah di bokong lawan. Giam-ong Puy Teng tampak roboh terkulai, setelah main gasing sebentaran. Ia rasakan kepalanya pusing benar, mulutnya berlumuran darah. Ketika ia semburkan ada tiga empat biji giginya yang ikut lompat keluar dengan darahnya. Lie Kui naik pitam. Goloknya yang berkilauan dihunus dari sarungnya. "Anak haram jadah ! Kau rasakan golok kakakmu !" bentaknya disusul dengan serangan membacok dari atas ke bawah kemudian dari samping kiri ke kanan dan sebaliknya, disusul dengan tikaman ke arah dada, dahsyat sekali. Cepat serangannya Lie Kui, bertubi-tubi. Tidak heran sebab ia menggunakan salah satu jurus yang paling ampuh dari 'Sinmo Siang jiauw Ciang-hoat' yang dinamai 'Han mo hoan sin' atau 'Setan kedinginan jungkir balik'. Cuma si berewokan merasa amat gegetun karena tiap tebasan, tikaman dan sontekan dari goloknya, seakan-akan menebas, menikam dan menyontek bayangan saja. Lo In di depannya bergerak terlalu gesit, meskipun melayani ia dengan tangan kosong. Mata Lie Kui serasa mabuk, nampak Lo In seperti menari-nari dengan lima bayangan, mengitari dirinya. Terpaksa ia membacok sana sini, serabutan saja. Untuk mengocok si berewokan itu, Lo In sudah gunakan gerakan 'Thian lie pian in', ialah 'Bidadari menari di awan'. Si bocah punya 'Bu ong sin kang' (tenaga sakti tanpa bayangan) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yagn sempurna, telah memungkinkan ia memerkan gerakan yang indah, lincah dan gesit laksana kilat dalam jurusnya 'Bidadari menari di awan' tubuhnya tampak bagaikan menarinari diikuti dengan lima bayangan. Karena ini si bontot dari Sucoan Sam-sat matanya menjadi mabuk. Bwee Hiang berhenti menangis. Ia terpesona dengan kepandaiannya si bocah sakti yang nakal, lupa ia kepada ayahnya yang barusan ia peluki dengan tangisan terisak-isak. Demikian mudah si bocah permainkan Lie Kui yang tinggi besar, kasar. Hatonya merasa puas. Pikirnya, "Aku sendiri tak dapat membalas si kurang ajar. Biarlah adik In yang tolong balaskan !" Dalam berpikir demikian, tiba-tiba ia menjerit, "Adik kecil, awas !" Berbareng dengan jeritan si gadis tampak Lo In jumpalitan. Ujung sepatunya yang kecil menotok jalan darah di pergelangan tangan kanan Lie Kui hingga goloknya terpental dan orangnya jatuh numprah. Badannya Lo In kemudian berputar, mencelat ke atas beberapa kali. Ketika si bocah berhenti bergerak, tampak ia berdiri dengan mulut menggigit pisau dah dua tangannya juga menggenggam pisau. Dari mana Lo In dapat tiga pisau dengan berbareng ? Itu ketika sedang gembiranya Bwee Hiang menonton si berewokan dipermainkan oleh adik kecilnya, tiba-tiba matanya yang awas melihat Mo-jiauw Teng Cong tengah mengayun tangannya melepaskan senjata rahasianya 'Thoat-beng-ciam' (Jarum pencabut nyawa) dan Giam-ong Puy Teng TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menyambitkan 'Hui-to' (pisau terbang). Mereka lepaskan senjata-senjata rahasianya dengan serentak dan saling susul hingga Bwee Hiang menjerit 'Adik kecil, awas !' dan hatinya ketakutan adik kecilnya mati dibokong oleh dua orang jahat itu. Mendengar tanda bahaya, si bocah lantas jungkir balik, ujung sepatunya menotok pergelangan Lie Kui hingga goloknya jatuh untuk hindarkan hujan jarum, badannya berputar mengebut dengan bajunya sedang sambaransambaran pisau terbang Giam-ong Puy Teng, ia punahkan dengan tubuhnya mencelat pergi datang beberapa kali. Dua pisau ia tangkap dan satu ia gigit hingga waktu ia tancap kaki pula ke tanha, tampak gayanya lucu sekali. Mulutnya yang menggigit pisau seperti ketawa, dua pisau yang dipegang kedua tangannya diacung-acungkan. Tapi hanya sejenak saja si bocah hitam bergaya lucu sebab kemudian pisau di tangan kiri ia lontarkan pada Lie Kui, mengarah kuping sebelah kiri hingga si berewokan menjerit dan memegang telinganya yang daunnya sudah copot. Pisau di mulut ia tiup, menyambar telinga Mo-jiauw Teng Cong sebelah kanan hingga ia pun menjerit, daun kupingnya mental jatuh di tanah. Tinggal pisau di tangan kanannya yang membuat Giam-ong Puy Teng menggigil ketakutan sebab saat itulah ada gilirannya. Si bocah dengan wajahnya yang hitam legam memandang toako dari Sucoan Sam-sat. Kemudian ia menengadah ke langit lalu tertawa gelak-gelak yang memekakkan telinga tiga algojo pecundang, setelah mana ia memandang pula Giamong Puy Teng dan berkata, "Kau ada paman jahat, biar hukuman begini saja !" Berbareng dengan kata-katanya, pisau ditangan kanannya juga sudah lantas meluncur ke arah mata kirinya. Pisau itu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ meluncur cepat karena di dorong oleh kekuatan lwekang sehingga tahu-tahu sudah nancap pada matanya si raja akherat tanpa ia dapat berkelit lagi. Ia teraduh-aduh sambil pegangi matanya yang berlumuran darah. Sucoan Sam-sat rasakan hukuman yang mereka terima lebih berat dari si kerudung merah sebab dua daun kuping yang mental dari tempatnya tak dapat ditempel lagi dan matanya Giam-ong Puy Teng menjadi meram dua-duanya. Ia menjadi buta. Untuk mengeroyok Lo In, itu sudah tak mungkin. Si bocah kepandaiannya benar-benar mempesonakan. Belum pernah mereka saksikan jago silat yang mana juga, apalagi Lo In hanya satu anak kecil saja. Dengan memimpin toakonya yang sudah buta, Teng Cong dan Lie Kui berlalu meninggalkan tempat itu. Mereka ketakutan ditahan oleh Lo In tapi kenyataannya tidak demikian sebab si bocah sudah bertindak menghampiri Bwee Hiang, tidak menghiraukan lagi pada mereka. "Adik kecil, kau datang terlambat. Kemana saja kau pergi ?" tanya Bwee Hiang sambil deliki matanya, ia memarahi si adik kecil. Lo In hanya tertawa nyengir. Ia tidak ladeni enci Hiangnya. Sebaliknya, ia lantas jongkok untuk memeriksa keadaan Liu Wangwee. "Gara-gara kau adik kecil datang terlambat, ayah, ayah sudah....." Bwee Hiang kembali menangis sesenggukkan, seraya goyang-goyang tubuhnya Liu Wangwee. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bwee Hiang rupanya ngeri untuk mengatakan 'ayah sudah MATI', hanya sampai pada kata 'sudah' lantas ia nangis sesenggukan seperti anak kecil. "Enci Hiang, kenapa kau menangisi lope begini sedih ?" kata Lo In setelah si bocah memeriksa Liu Wangwee. Sambil menyeka air matanya dengan lengan baju, Bwee Hiang menyahut, "Kau bisa kata begitu tapi bagaimana aku tidak bisa menangis karena dia sudah pulang..... Oh, ayah, ayah, kau tega tinggalkan Bwee Hiang....." Bwee Hiang menangis keras, malah kali ini gegerungan. Lo In menjadi heran, dari heran ia jadi tertawa terbahak-bahak. Sudah menjadi wataknya rupanya, kalau Lo In menghadapi sesuatu yang akan meminta tenaganya, ia suka tertawa terbahak-bahak. Orang sedang kematian bapak, sedih bukan main. Menangis untuk melampiaskan kesedihan, tiba-tiba mendengar si bocah ketawa terbahak-bahak, sudah tentu si nona menjadi jengkel. Tak tahan meluapnya hawa amarah, maka seketika itu ia sudah lantas merangsang Lo In yang sedang jongkok di dekatnya. Ia ingin cekek mampus saja si bocah seketika itu sampai melupakan badannya bersentuhan dengan si bocah. Gemas ia hendak menggigit Lo In yang saat itu dengan sabar melayani tangan si nona yang saling susul hendak mencengkeram mukanya. Dua tangannya si nona sudah kena dipegangi Lo In, lalu Bwee Hiang gunakan mulutnya menggigit pipi si bocah muka hitam. Heran, Lo In tinggal antapkan saja pipinya digigit si nona. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lo In kelihatan seperti yang bercanda dengan Bwee Hiang, tapi sebaliknya si nona beringas hendak menerkamnya. Orang-orang yang melihat perbuatan Lo In pada mencela, diam-diam pada mengutuk kelakuan si bocah yang keterlaluan. Masa orang yang menangisi ayahnya yang mati ditertawakan, mereka tidak menyalahkan kalau si nona begitu marah. Malah, kalau mereka tidak sedang terluka, tentu dengan serentak turut mengganyang si bocah. Bwee Hiang rasakan menggigit pipinya Lo In bukannya menggigit daging tapi seperti menggigit kapas, lunak bukan main. Dalam sikapnya itu ia bukan menggigit, sebaliknya seperti ia menciumi si hitam. Ketika ia sadar atas kelakuannya yang tidak benar, ia rasakan dirinya sudah berada dalam pelukan Lo In. Ia berontak tapi tanpa hasil. Kedua tangan Lo In yang memeluk dirinya seperti besi seberat seribu kati, susah disingkirkan. Ia jadi jengah dengan sendirinya, selebar mukanya merah karena malu. Ketika mulutnya sudah siap hendak mencaci maki, tiba-tiba ia mendengar si bocah berkata, seperti berbisik di kupingnya, "Enci Hiang, jangan marah. Juga jangan menangis sebab Lope tidak apa-apa....." Bwee Hiang mendelik matanya, "Apa kau masih belum mau lepaskan encimu ?" Bwee Hiang menegur tatkala si bocah masih terus memeluki tubuhnya. Sambil ketawa haha hihi, Lo In lepaskan pelukannya. Kelakuan Lo In hanya bersifat main-main saja. Ia anggap Bwee Hiang seperti Eng Lian. Sebaliknya bagi Bwee Hiang yang sudah dewasa, merasa tidak enak Lo In perlakukan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dirinya demikian di depan orang banyak. Ketika ia hendak melampiaskan amarahnya via mulutnya, Lo In sudah mendahului berkata, "Enci Hiang, Lope hanya kehabisan tenaga. Dia tidak mati !" "Hah ! Masa ?" Bwee Hiang kaget tapi timbul harapannya. "Kau lihat, nanti adikmu tolong Lope." kata Lo In. Sambil berkata, tangan Lo In bekerja. Ia angkat tubuhnya Liu Wangwee supaya dikasih duduk, lalu berkata pada Bwee Hiang, "Kau bantu aku, enci Hiang. Kau pegangi tubuh Lope supaya dia dapat duduk tegak." Bwee Hiang cepat membantu, memegangi tubuhnya Liu Wangwee yang lemas dan hendak jatuh rebah lagi. Kemudian Lo In tempelkan tangan kirinya ke bokong si orang tua, tangan kanannya menempel di dada. Seperti strum mengalir, tenaga dalamnya Lo In yang dikerahkan, sudah nyusup membuka otot-otot yang mecet dan saluran-saluran darah yagn jalannya mampet. Dalam tempo tidak lama, kelihatan Liu Wangwee bergerak, kemudian menarik napas dan membuka matanya. Saking kegirangannya, Bwee Hiang lantas mau berteriak dan memeluk ayahnya tapi melihat Lo In geleng-geleng kepalanya, ia tidak berani sembarangan. Ia taat pada kewajibannya sampai si orang tua pulih kesegarannya. Ia melihat Lo In dan Bwee Hiang ada didekatnya. Si gadi tengah memegangi tubuhnya, sedang Lo In menempelkan telapakan tangannya di dada dan di bebokongnya. Liu Wangwee mengerti bahwa Lo In sedang menolong dirinya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan tenaga dalamnya yang dahsyat sebab ia rasakan hawa panas menyelusup dimana-mana dalam tubuhnya dan segera ia merasakan kesegarannya kembali. "Anak-anak, terima kasih atas pertolongan kalian." Liu Wangwee tiba-tiba berkata. Bwee Hiang memandang Lo In dan Lo In anggukkan kepalanya. Itu sebagai tanda si nona boleh bicara dengan ayahnya. Seketika si nona sudah menubruk ayahnya dan berkata sambil berlinang-linang air mata, "Ayah, kau sudah sembuh. Oh, untung ada adik kecil. Kalau tidak, entahlah bagaimana jadinya kita." Bwee Hiang berkata seraya menunjuk pada Lo In yang saat itu juga ia sudah hentikan pertolongannya pada Liu Wangwee yang sudah kembali kesehatannya. "Anak In, terima kasih. Kau anak baik. Semoga selamanya kau mendapat perlindungan dari Thian...." Liu Wangwee berkata, seraya ia bangkit dari duduknya dibantu oleh Bwee Hiang yang sangat kegirangan. Setelah melihat sang ayah dapat bergerak bebas, si nona lepaskan tangannya yang membantu Liu Wangwee untuk berdiri. Lalu ia rapihkan rambut kepalanya yang awut-awutan dan ketika ia merapihkan pakaiannya yang juga awut-awutan, matanya melirik pada Lo In yang mengangguk sambil ketawa. Bwee Hiang pelototi matanya sebentar, tapi ia pun ketawa mesem. Ia sadar sekarang, bahwa perbuatan Lo In barusan bukannya kelakuan kurang ajar. Itu hanya kelakuan dari seorang bocah nakal yang menganggap ia (Bwee Hiang) sebagai teman sebayanya memain. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kalaupun dimisalkan Lo In barusan main gila terhadap dirinya, si nona pun tidak merasa menyesal sebab pertolongan Lo In pada orang tuanya ada jauh lebih berharga dari kenakalannya si bocah barusan atas dirinya. Maka itu, barusan setelah pelototi Lo In, ia telah kasih senyum mesem memikat pada si bocah hitam. Liu Wangwee melihat Kian-san Ji-lo dan Pangcu beserta anak buahnya roboh malang melintang terluka karena mengganasnya Sucoan Sam-sat, hatinya sangat terharu. Sebab oleh karena hendak membantu dirinya, mereka telah menjadi korban. "Anak In, coba kau periksa lukanya para pamanmu itu. Barangkali kau dapat menolongnya." berkata itu Liu wangwee kepada Lo In. (Bersambung) Jilid 06 Si bocah menurut. Yang luka parah ternyata Cia Liang dari Kian-san Ji-lo, tulang sambungan pundak sebelah kiri remuk dicengkeram Giam-ong Puy Teng. Cian Kie sang engko tidak seberapa berat kena tendangan Lie Kui sedang Pangcu dan lima anak buahnya dari Ceng Gee Pang hanya luka-luka ringan. Mungkin karena takut, mereka tidak berani maju lagi dan pura-pura merintih kesakitan ketika mereka dirobohkan. Sementara Lo In memberi pertolongan kepada mereka yang terluka, Bwee Hiang di lain pihak sudah nyerocos menuturkan bagaimana Lo In menempur tiga jago jahat dari Sucoan dan merobohkannya satu persatu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Liu Wangwee ketika Lo In datang, ia sudah jatuh pingsan, tidak menonton pertempuran ramai itu. Maka sambil anggukanggukan kepala, diam-diam Liu Wangwee merasa sangat kagum akan kepandaian Li In yang sakti. "Hek-bin Sin-tong...." kedengaran ia menggumam setelah mendengar habis si nona bercerita. Ini adalah cetusan perkataan yang tanpa terasa dari bibirnya Liu Wangwee seperti juga kejadian dengan Hu-pangcu dari Ceng Gee Pang tempo hari. Julukan bagi Lo In ialah 'Hek-bin Sin-tong' atau 'Si bocah sakti berwajah hitam', sejak membuat kucar kacir Sucoan Sam-sat telah menjadi populer di kalangan Kangouw. Nama Hek-bin Sin-tong untuk Lo In dengan serentak telah menjadi terkenal. Seraya mengurut-urut jenggotnya, Liu Wangwee menarik napas tatkala Bwee Hiang habis menutur. Parasnya kelihatan sangat berduka, hingga Bwee Hiang jadi kaget. "Ayah, kau kenapa ?" tanya sang gadis penuh kuatir. "Aku menyesal anak In datang terlambat. Kalau tidak, tentu para pamanmu tidak sampai mengalami malapetaka seperti sekarang ini." jawab sang ayah lesu. "Aku juga tidak tahu kemana anak nakal itu sudah pergi. Coba aku nanti tanya padanya." kata Bwee Hiang seraya bertindak menghampiri si bocah yang sedang repot. Kiranya Lo In tidak boleh disalahkan. Sebab ia tidak tahu kalau pada malam ini bakal kedatangan Sucoan Sam-sat. Ia permisi pada Bwee Hiang untuk jalan-jalan keluar lantaran ada urusan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sendiri. Si bocah masih penasaran pada orang yang menggasak miliknya berupa bungkusan kecil. Uang ia tidak buat pikira. Yang ia sayangi obat-obatan yang ia bawa ada dalam bungkusan itu. Maksudnya ia keluar jalan-jalan, siapa tahu ia dapat pergoki orang yang menyikat barang miliknya itu. Dari siang ia kelayapan tanpa tujuan sampai pada saat cuaca remang-remang ia lihat ada seorang yang kebetulan kesamprokan dengannya seperti ketakutan dan menjauhkan diri. Orang yang potongannya kurus kecil tapi gesit. Romannya seperti kunyuk, ketawanya tidak enak dilihat. Lo In lantas curiga, mungkin orang ini yang sudah ambil buntelan kecilnya. Ia pura-pura tidak memperhatikan tapi diam-diam ia pasang mata kemana perginya orang itu. Lo In harus melewati beberapa lapangan dan tikungan untuk menguntit orang yang mencurigakan itu. Waktu sampai pada satu jalan yang menikung ke belakang sebuah kuil kecil, Lo In kehilangan jejak orang yang dikuntitnya. Ia merasa heran. Bagaimana orang itu bisa lolos dari kuntitannya. Pikirnya, tidak bisa salah. Orang itu tentu masuk ke dalam kuil di situ. Dasar anak bernyali besar, tanpa pikir dirinya bisa terjebak, Lo In sudah masuk dalam kuil itu. Di dalam ia disambut oleh Hweshio (pendeta) muda dari kira-kira berusia 18 tahun dan menanyakan pada Lo In, "Saudara kecil, ada urusan apa kau datang kemari ?" "Aku hendak sembahyang, suhu." sahutnya singkat, sedang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ matanya berkilat memperhatikan sekitarnya. Ia mengharap kalau-kalau dapat melihat orang yang dikuntitnya. Omongnya mau sembahyang tapi Lo In tidak maju ke tempat pemujaan, sebaliknya ia jalan sana sini melongok-longok mencari orang yang dicurigai. "Saudara kecil, kau cari apa ?" tanya si Hweshio mesem, rupanya sudah tahu apa yang diinginkan oleh si bocah. "Tidak, aku mau mencari orang. Apa suhu dapat lihat ada orang kurus kecil masuk ke sini barusan ?" Lo In balik menanya. "Bukankah saudara kecil hendak sembahyang ?" menanya lagi si Hweshio. "Sembahyang belakangan kalau aku sudah ketemu orang itu." sahutnya, nyengir. "Saudara kecil, tempat disini tidak boleh dipakai main-main !" kata si Hweshio. "Aku omong benar, bagaimana kau katakan main-main ?" "Tadi bilangnya mau sembahyang, sekarang mau cari orang. Apa itu bukannya main-main ?" "Kau keluarkan dulu orang itu, aku nanti sembahyang !" Si Hweshio jadi kurang senang, matanya mendelik. Ia angkat tangannya, menunjuk ke pintu sambil katanya, "Keluar, lekas keluar !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kau suruh aku keluar, mudah saja. Asal kau sudah keluarkan orang yang sembunyi dalam kuilmu disini !" Panas hatinya si Hweshio. Si bocah diusir, bukannya menurut malah menantang ! "Aku Tong Seng, murid keempat dari Ceng Bian Hweshio. Belum pernah menemui tamu macam kau yang tidak tahu adat !" teriaknya sambil tepuk-tepuk dada. "Baru murid keempat, biar kau murid nomor wahid juga aku tidak takut. Asal kau masih membandel tidak mau keluarkan orang yang kucari !" sahut Lo In. Meluap amarahnya Tong Seng Hweshio. "Kau kira disini biasa sembunyikan maling ?" bentaknya berbareng tangannya melayang hendak menyekik batang leher Lo In. "Hehehe, kau mau berkelahi ?" kata Lo In, tangan si Hweshio yang melayang dapat ditangkapnya. Sekali sentak tubuh Tong Seng Hweshio terjerunuk ke depan, jidatnya membentur meja tepekong hingga kontan tambah daging. "Rampok ! Rampok !" teriaknya seraya pegangi jidatnya yang kesakitan. Lo In tenang-tenang saja meskipun dari berbagai jurusan pada bermunculan kawanan kepala gundul dengan masing-masing membawa gegaman pentungan kayu besar. Si bocah hitung kira-kira ada 15 orang yang muncul berbareng mendengar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ teriakannya Tong Seng Hweshio tapi diantaranya tidak kelihatan orang yang dicari. Satu Hweshio yang usianya lebih tua dari Tong Seng tampak maju mendekat Lo In. Dengan bengis ia membentak, "Anak kecil, kau mau merampok di sini ?" "Buat apa aku merampok kuilmu yang tidak ada harganya." sahut Lo In. "Aku hanya mau minta orang yang kucari, kau keluarkan !" "Siapa yang kau cari ?" tanya si Hweshio. "Hehehe, kau juga mau main putar-putar ?" kata Lo In tidak senang. "Nih, main putar-putar !" bentak si Hweshio seraya pentungnya melayang mau mengepruk kepala Lo In. "Bagus !" kata Lo In, berbareng ia berkelit nyamping. Ketika pentungan lewat, kakinya maju, tangan kanannya dengan satu jari telunjuk menotok lengan si Hweshio jagoan yang menjerit seketika dan roboh terkulai. Semuanya menyerbu Lo In. Sesosok tubuh menjadi sasaran pentungan ramai-ramai hingga yang dijadikan sasaran menjadi berkuing-kuing seperti babi dipotong. Kiranya orang yang dihujani pentungan bukannya Lo In sebab si bocah sudah lenyap tanpa setahu mereka. Mereka celingukanmencari seraya minta maaf pada si Hweshio yang menjadi sasaran pentungan tadi. Siapa, ternyata ada Hong Seng, murid kepala dari Ceng Bian Hweshio dalam kuil itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kemana itu anak anjing ?" teriak Hong Seng penuh kegusaran. Ia dapat bergerak bebas pula dari totokan Lo In sebab si bocah hanya menotok main-main saja. Mendengar ribut-ribut, Ceng Bian Hweshio keluar dari kamar semedhinya. Murid-muridnya repot melapor tentang munculnya bocah berwajah hitam membuat onar dalam kuil. Ketika ditanyaka apa sebabnya, Hong Seng lapor kalau si bocah hitam itu mencari jejaknya si kurus kecil. "Aku sudah katakan, kalian jangan suka campur dengan si Tangan panjang Ong Cit. Sebab satu waktu Ong Cit akan ketemu batunya. Benar ia pandai memindahkan milik orang dengan menggunakan kesebatan tanganya, tapi itu perbuatan tidak baik. Satu waktu bila ia diterjang sial bisa susah. Nah, buktinya sekarang, bagaimana ? Kuil kita menjadi kerembetrembet oleh perbuatannya Ong Cit." Kawanan Hweshio itu ada komplotannya Ong Cit. Mereka suka melindungi si Tangan Panjang dengan menyuruh Ong Cit melenyapkan diri dalam kuilnya sebab tidak ada orang berani carinya kalau ia sudah berada dalam kuil itu. Orang segan kepada Ceng Bian Hweshio yang menjadi kuil tersebut. Mereka begitu perlu melindungi si Tangan Panjang latnaran mereka sering mendapat bagian dari penghasilan yang diperoleh Ong Cit. Mendengar kata-kata gurunya, Hong Seng membela kawannya. Ia berkata, "Suhu, Ong Cit banyak membantu kuil kita. Apa suhu hendak pungkir kedermawanannya ? Orang sudah hinakan kuil kita, bukannya suhu mencari tahu siapa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ orangnya, sebaliknya suhu marahi kita dan sesalkan bergaul dengan Ong CIt." Ceng Bian Hweshio juga bukannya pendeta suci. Maka ketika mendengar jawaban sang murid kepala, seketika itu menjadi gusar. "Mari kita cari anak hitam itu !" katanya seraya ajak anak muridnya untuk memeriksa seluruh kuil. Tapi Lo In tidak diketemukan, entah kemana bocah itu larinya. Ketika Hong Seng membuka sebuah kamar yang biasa dipakai untuk mengumpat oleh Ong cit, kaget bukan main si murid kepala dari Ceng Bian Hweshio. Dalam kamar itu tampak Ong Cit, dua daun kupingnya hilang, empat jari tangan kanannya sudah kuntung dan kuntungannya jatuh di lantai. Dari tangan dan kedua belah telinganya tampak berlumuran darah, bekas bekerjanya pisau tajam yang menggeletak tidak jauh dari si Tangan Panjang. Malah pisau itu pun miliknya Ong Cit. Si copet lihat dalam keadaan tidak bergerak karena kena ditotok terpaksa Hong Seng lapor pada gurunya untuk sekalian minta bantuan supaya membuka totokan. Ceng Bian Hweshio sudah lantas datang ke kamarnya Ong Cit. Ia geleng-geleng kepala nampak nasib yang dialami si Tangan lihai. Cepat ia bekerja untuk membuka totokan tapi sana sini ditepuk tubuhnya si copet lihai oleh si kepala kuil untuk membebaskan totokan tetap tak berhasil. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Hong Seng heran. Ceng Bian Hweshio malah lebih heran dan terkejut karena sebagai orang Kangouw kawakan ia tidak bisa membuka totokan orang. Bagaimana ia berusaha ternyata tidak peroleh hasilnya malah Ong Cit tiap sebentar berjengit kesakitan dan matanya mengucurkan air. Ia menangis dan matanya saja yang mencilak-cilak seolah-olah memohon supaya percobaa Ceng Bian Hweshio jangan diteruskan karena ia merasakan suatu siksaan ditepuk sana sini bagian anggautanya untuk mencari tempat membuka totokan. Ceng Bian Hweshio yang sudah banyak pengalaman dapat memahami keadaan si Tangan Panjang. Maka ia hentikan percobaannya. Ia berkata, "Biasanya totokan macam ini tidak sembarang orang bisa buka, berjalan dua jam lamanya dan si korban akhirnya bebas dengan sendirinya. Maka tunggu saja dua jam lagi, lihat bagaimana jadinya." Ceng Bian Hweshio berkata seraya ngeloyor keluar dari kamar. Tinggal Hong Seng dan kawan-kawannya pada menemani Ong Cit sambil menanti sang waktu lewat dua jam sebagaimana dikatakan oleh suhunya. Selama menemani, diam-diam mereka ketakutan kalau-kalau si bocah wajah hitam itu datang lagi menotok mereka dan menyiksa sebagaimana yang dialami si Tangan Panjang Ong Cit. Syukur-syukur si bocah tidak datang lagi dan mereka kegirangan. Ketika sudah lewat dua jam, benar saja totokan pada Ong Cit terbuka dengan sendirinya. Kini baru terdengar rintihan si Tangan Panjang yang kesakitan karena sepasang daun telinga dan empat jari di tangan kanannya dihilangkan orang dengan paksa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Hong Seng sudah memberi obat pil bikinan Ceng Bian Hweshio untuk menahan rasa sakit dan obat bubuk untuk diborehkan pada bagian-bagian angguta yang terluka maka Ong Cit tidak sampai menderita kesakitan terus menerus. Menurut penuturan Ong Cit, ketika ia kesomplokan dengan Lo In, ia lihat matanya Lo In berkilat tajam menotok di jantungnya hingga berdebaran. Maka ia jadi ketakutan sebab menurut penuturan jago-jago persilatan kalau orang punya mata demikian berwibawa mempunyai lwekang (tenaga dalam) yang dahsyat. Tadinya ia tidak takuti Lo In ketika dalam rumah makan ia sambar bungkusa kecilnya yang saat itu si bocah tengah bicara dengan seorang pelayan, berdiri membelakangi bungkusannya. Tapi tadi, ketika ia kesomplokan dan pandangannya kebentrok dengan mata Lo In yang berkilat menusuk jantung, membuat ia jadi ketakutan. Sebagai copet yang lihai, ia tahu dirinya dikuntit Lo In. Maka pikirnya, jalan yang selamat adalah masuk ke dalam kuil Thian Ong Bio dimana ia banyak kawan yang dapat membantu melindungi dirinya. Setelah kasak kusuk dengan Tong Seng lalu ia masuk ke kamar biasa ia mengumpat tapi tidak urung ia dapat diketemukan oleh si bocah muka hitam. Tatkala mana ia sudah berlaku nekad dengan pisaunya yang tajam luar biasa, ia menerjang Lo In. "Hehe, mau melawan ?" si bocah berkata berbareng Ong Cit rasakan nadi tangannya yang memegang pisau kena disentil, kesemutan lemas, pisaunya dengan sendirinya jatuh ke lantai. Ia coba menerobos keluar tapi satu tendangan mengenai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pahanya membuat ia jatuh melongsor. Cepat ia bangun lagi tapi bukan untuk lari, sebaliknya ia lantas jatuhkan diri berlutut di depan Lo In untuk minta ampun. "Asal kau kembalikan barangku, aku nanti kasih kelonggaran." kata Lo In. "Ada, oh, ada. Aku tidak ganggu sedikit pun barang Siaoya." sahut Ong Cit. Setelah berkata, Ong Cit bangun dari berlututnya dan jalan menghampiri satu lemari kecil dimana ia keluarkan miliknya Lo In. "Inilah barang Siaoya." katanya seraya menyerahkan pada Lo In. Lo In menyambuti lalu periksa isinya, ternyata benar saja tidak diganggu. Uang yang jumlahnya tidak seberapa dan botol obat-obatan yang si copet tidak tahu obat apa membikin Ong Cit tidak bernafsu untuk mengganggunya. Makanya juga ia lantas simpan saja di dalam lemari kecil, spesial untuk menyimpan barang-barang rongsokkan (tidak berharga) dari hasil kerja tangan panjangnya. "Bagus." kata Lo In setelah memeriksa isi bungkusa kecilnya. "Nasibmu masih baik. Coba kau bikin hilang barangku. Sebagai gantinya aku bikin hancur batok kepalamu. Nah, ini kau lihat !" berbareng tangan Lo In diulur mengambil sebuah patung kecil diatas meja tidak jauh dari situ. Patung itu dikepal Lo In sejenak lalu setelah kepalannya dibuka, ia perlihatkan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pada Ong Cit. Matanya Ong Cit terbelalak ketakutan, badannya menggigil seperti disambar penyakit malaria layaknya. Kembali ia tekuk lututnya dan minta-minta ampun. "Ampun, Siaoya, ampunilah selembar jiwaku........." ia meratap. Kiranya patung itu, meskipun kecil terbuat dari logam murni yang kuat. Di taruh dalam kamar itu, merupakan tepekongnya Ong Cit dalam pekerjaan jahatnya. Patung yang sekeras itu ternyata dalam genggamannya Lo In telah berubah menjadi tepung terigu. Sudah tentu saja Ong Cit menjadi ketakutan menyaksikan demikian dahsyatnya tenaga dalam si bocah wajah hitam. Setelah meniup berhamburan patung yang berubah menjadi tepung itu dari tangannya, Lo In berkata pada Ong Cit, "Kau jahat, suka bikin susah orang tapi tidak sejahat orang yang membunuh sesamanya. Maka aku kasih kelonggaran hukuman. Sekarang kau ambil pisau ini dan iris kedua daun telingamu !" Ong Cit gemetaran tubuhnya. Matanya memandang Lo In seperti yang mohon dikasihani tapi Lo In belagak pilon, malah katanya, "Lekas kerjakan !" Si Tangan Panjang tidak bisa berbuat apa-apa. Ia ambil pisaunya sendiri yang tadi jatuh di lantai, sambil kuatkan hati, ia mengiris dua daun telinganya satu demi satu. Darah mengetel jatuh dari telingan yang sudah kehilangan daunnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Melihat itu, hatinya Ong Cit terkesiap dan ia jatuh pingsan. Kapan ia siuman kembali, ia dapatkan dirinya tak dapat bergerak. Empat jari di tangan kanannya sudah berserakan di lantai bersama dua daun kupingnya. Mulutnya tak dapat bersuara untuk minta tolong karena urat gagunya sudah kena ditotok Lo In. Maka terpaksa ia menantikan orang datang membuka kamarnya saja. Mendengar penuturan Ong Cit, semua orang menjadi gentar terhadap si bocah wajah hitam. Mereka mengharap Lo In tidak mengulangi kedatangannya ke kuil mereka. Demikianlah, Lo In sambil bersiul-siul kegirangan mendapat pulang barangnya yang tak ternilai harganya. Ia berjalan pulang ke ruman Liu Wangwee. Justru tatkala itu Kian-san Jilo dan jago-jago dari Ceng Gee Pang sudah dirobohkan oleh Sucoan Sam-sat. Si botoh Bwee Hiang tengah dipermainkan oleh Lie Kui. Pelayan yang melihat si bocah pulang lantas memberikan laporannya. Kaget Lo In. Cepat ia lari ke taman bunga, dimana ia lihat enci Hiang sedang peluki tubuhnya Liu Wangwee yang dalam keadaan kehabisan tenaga. Kapan ia lihat Lie Kui hendak menganggu Bwee Hiang, mengulur tangan hendak memegang si nona, lantas ia berteriak : 'Tahan, tahan, aku datang.....!' dari kejauhan, sementara tubuhnya melesat seperti meluncurnya roket yang barusan dilepaskan, bagaimana si bocah bergerak tahu-tahu sudah muncul dihadapan mereka. Tidak mudah untuk memberi pertolongan kepada mereka yang menjadi korban keganasan Sucoan Sam-sat, apalagi Cia Liang yang remuk sambungan tulang pundaknya di TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ cengkeram Giam-ong Puy Teng. Untung, dengan secara kebetulan, Lo In sudah dapat kembali obat mustajabnya sehingga dapat menolong mereka dengan tidak usah ke sana sini mencari obat. Obat buatan Lo In, yang mewariskan kepandaian Liok Sinshe memang manjur sekali. Maka dalam tempo pendek korbankorban yang terluka karena keganasan Sucoan Sam-sat sudah dapat bergerak pula. Hal mana membikin Liu Wangwee jadi sangat kegirangan. Segera ia suruh Bwee Hiang supaya pelayan-pelayannya menyiapkan satu meja perjamuan untuk memberi selamat pada mereka, yang membantu dirinya dengan tidak sampai mengorbankan jiwanya. Dengan dipimpin oleh Liu Wangwee dan Pangcu dari Ceng Gee Pang, dilain saat para tamu sudah kelihatan pada memasuki rumahnya Liu Wangwee. Mereka diantar ke sebuah ruangan makan yang lebar luas dan diperaboti indah lengkap. Mereka kelihatan amat senang dapat memasuki ruangan yang mencocoki seleranya sehingga mereka pada melupakan apa yang sudah terjadi barusan dan rasa sakitnya kena dihajar oleh Sucoan Sam-sat. Sementara, Lo In tidak mau turut dengan mereka. Ia hanya menyusul Bwee Hiang yang pergi dari situ untuk menyampaikan perintah Liu Wangwee kepada para pelayan yang bertugas menyiapkan barang hidangan. "Kenapa kau ikuti aku ?" tanya Bwee Hiang. "Bukannya berkumpul dengan para paman. Siapa tahu mereka mau dengar ceritamu yang lucu-lucu. Hihihi...." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Aku tidak kerasan berkumpul dengan orang tua. Maka aku menyusul enci kemari." sahut si bocah. "Apa tidak boleh ?" "Bukannya tidak boleh, cumanya tidak pantas begitu saja meninggalkan mereka." "Tidak pantas dalam pandangan mereka, tidak jadi soal. Asal pantas dalam pandangan enci Hiang, aku sudah puas." Kata-kata Lo In mengingatkan Bwee Hiang pada kejadian, ia menciumi pipinya si bocah yang maksudnya mau gigit hancur dagingnya, tahu-tahu si bocah berbalik memeluki tubuhnya. Ingat kesitu, wajah si nona menjadi merah dan berkata, "Tidak pantas kelakuanmu barusan terhadap encimu. Malu ditonton banyak orang !" "Enci yang mulai, bagaimana bisa salahkan aku ?" "Hah ! Aku mulai apa ?" si gadis cepat menanya, kaget ia dituduh yang mulai. "Mencium pipiku, apakah itu bukan mulai dulu ? Maka lantas saja kalau aku main-main memeluk tubuh enci, bukan ? Hehehe... " Bwee Hiang pucat wajahnya lalu merah karena jengah. Pikirnya, kurang ajar bocah hitam ini. Tapinya memang alasannya tepat juga. Ia jadi membisu. Kemudian, ia gerakan kakinya lebih cepat meninggalkan Lo In dengan tidak berkatakata seperti yang sedang mendongkol. Sebelum ia bertindak jauh, tiba-tiba kupingnya mendengar Lo In berkata, "Baik, kau marah. Aku pun akan pergi dari sini !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Terkejut si nona. Cepat ia balik tubuhnya dan lekas menghampiri Lo In. Sambil pegang tangan si bocah, dituntun, ia berkata, "Adik kecil, kau gampang ngambek ya ? Mari ikut encimu !" Lo In ketawa nyengir, sebaliknya si nona gondok. Cuma ia tidak berani berlaku kasar lagi pada si bocah, takut Lo In benar-benar pergi dari rumahnya. Kalau Lo In berlalu garagara ia (Bwee Hiang), pasti ia akan didamprat oleh ayahnya. Juga, andaikata diantara Sucoan Sam-sat ada yang balik lagi, siapa yang berani melayaninya ? Dalam bahaya, keluarga Liu, bagaimana dapat membiarkan si bocah pergi begitu saja ? Oleh sebab itu, maka Bwee Hiang sudah robah sikapnya yang mendongkol menjadi ramah seperti biasanya hingga Lo In senang hatinya. Demikian, tidak lama perjamuan sudah disiapkan. Lo In ada bersama-sama Bwee Hiang di ruangan belakang lagi ngomong-ngomong. Tiba-tiba muncul satu pelayan, berkata pada Bwee Hiang, "Siocia, loya suruh aku undang adik kecil turut serta dalam perjamuan !" "Nah, kau dapat kehormatan. Lekas pergi turut makan ke sana. Makanannya enak-enak, tentu kau dapat makan banyak." berkata Bwee Hiang pada Lo In, menggodai si bocah. "Brengsek !" Lo In menggerutu hingga Bwee Hiang menjadi heran. "Apanya yang brengsek, adik kecil ?" si nona lantas menanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lo In tidak menjawab perkataan Bwee Hiang, sebaliknya ia berkata pada si pelayan, "Kau katakan pada Loya, aku tidak bisa ke sana, lagi tidak enak badan." "Hihihi..." Bwee Hiang tertawa ngikik, sambil tekap mulutnya. "Orangnya segar bugar dikatakan tidak enak badan. Kalau tidak enak badan iut, biasanya rebah di pembaringan. Ah, adik kecil, kau kenapa sih permainkan orang tua ?" Lo In ketawa nyengir. Kepalanya digeleng-gelengkan. "Aku tidak mau ke sana, kalau tidak bersama enci." ia berkata kemudian. Bwee Hiang melengak. "Kenapa mesti sama-sama encimu ke sana ?" ia menanya. "Kalau bersama enci, aku jadi punya teman ngobrol." sahut si bocah. Bwee Hiang memandang paa pelayannya yang saat itu tengah tersenyum-senyum melihat lagak lagunya dan kata-katanya si bocah yang serba lucu. "Kau katakan pada Loya apa yang dikatakan adik kecil barusan." Bwee Hiang berkata pada si pelayan yang sedang menanti keputusan. Pelayan itu lantas berlalu. Tak lama lagi ia kembali, katanya, "Loya minta adik kecil ke sana bersama-sama Siocia." "Nah, ini baru betul !" kata Lo In seraya bertepuk tangan kegirangan. Bwee Hiang jebirkan bibirnya yang mungil pada Lo In yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kontan disambut dengan jebiran pula hingga si pelayan yang menyaksikan adegan itu tidak tahan untuk tidak ketawa cekikikan. Bwee Hiang tidak marah sebab ia tahu, memang kelakuan mereka waktu itu dapat mengitik urat ketawa. Si nona tak usah tukar pakaian lagi karena ia sekarang sudah berdandan rapih. Tadi, setelah ia pesan tukang masak untuk menyiapkan hidangan, ia sudah masuk ke kamarnya untuk menukar pakaian yang kotor dan awut-awutan. Rambutnya pun sudah rapih dibereskan oleh dua pelayannya Ling Ling dan Lan Lan. Waktu ia menemui Lo In pula, kecantikannya membuat kagum si bocah berbareng bau harum menusuk ke lubang hidungnya. Entah minyak wangi apa yang dipakai Bwee Hiang. Yang terang si bocah setelah menghirum bau harum itu merasakan dadanya lega dan segar. "Hebat enciku ini." ia berkata dalam hati kecilnya. Tidak berani ia mengatakan terang-terangan, nanti sang enci salah paham. Coba kalau Eng Lian yang ia hadapkan, sudah lantas mulutnya ramai memuji dan mungkin ia memeluk si dara harum sambil membisiki kata-kata pujian pada telinganya. Kalau dalam keadaan biasa, sudah tentu Liu Wangwee keberatan puterinya turut dalam perjamuan diantara orangorang lelaki yang bukan menjadi famili dekatnya. Tapi kali ini ia terpaksa karena Lo In tanpa Bwee Hiang biar bagaimana juga tak akan menghadiri perjamuan itu. LO In justru orang penting dimana Kian-san Ji-lo berkali-kali ada mengatakan keinginannya berkenalan dengan si bocah. Demikian ketika Lo In dan Bwee Hiang muncul, orang-orang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pada bertepuk tangan. Malah Soat-cian Ang, Pangcu dari Ceng Gee Pang berseru, "Hidup, jago kecil kita." beberapa kali, disambut riuh oleh anak buahnya. Kian-san Ji-lo hanya ketawa ngekeh, kepalanya manggutmanggut. Segera perjamuan dimulai karena sekarang sudah komplit dengan hadirnya Lo In. Dalam omong-omong, Cia Kie berkata pada Lo In, "Siohiap, eh, anak In. Tiga manusai dari Sucoan itu sangat jahat. Kau telah memberi hukuman terlalu enteng pada mereka. Mereka jadi keenakan, malah mungkin akan menuntut balas !' Kian-san Ji-lo sudah dikisiki oleh Ang Ban Teng, kalau bicara dengan Lo In jangan menggunakan perkataan 'Siaohiap' sebab si bocah paling suka dipanggil 'anak In'. Ia menyatakan penyesalannya pada Lo In yang memberikan hukuman terlalu enteng pada Sucoan Sam-sat yang kesohor kebuasannya. "Paman-paman itu toh tidak membunuh orang." sahut Lo In acuh tak acuh. "Ha ha ha !" Cia Kie tertawa. "Anak In, kau masih kecil. Belum banyak mendengar dalam kalangan Kangouw orang ributi kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh mereka. Kau tahu anak In, mereka membunuh orang tanpa berkedip matanya. Entah sudah berapa banyak jiwa yang dikirimkan pada Giamlo- ong oleh mereka. Tapi yang terang, kalangan Pekto maupun Hekto pada mengutuk atas perbuatannya. Terbelalak matanya Lo In. Lucu tampaknya sepasang mata TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang bening dan berwibawa terdapat diantara wajahnya yang hitam legam. "Ah, masa sampai begitu ?" Lo In menanya, heran dia. "Seharusnya mereka itu dibasmi habis." menyela Cia Liang. "Apa dibasmi, paman maksudkan apa dibasmi ?" si bocah tidak mengerti. "Di basmi ialah dibunuh habis mereka itu." menegaskan Cia Liang, ketawa. "Mana bisa dibunuh, aku tidak biasa membunuh." Lo In ketawa nyengir. "Mereka datang ke sini mau membunuh keluarga Liu, tidak satu juga yang mereka mau kasih tinggal. Kenapa kita tidak mau bunuh habis mereka ?" tanya Cia Kie. Lo In geleng-geleng kepala. "Aku belum pernah bunuh orang." katanya lucu. Para hadirin jadi saling pandang melihat kelakuan si bocah. Bwee Hiang ingin menegur atas ketololan Lo In tapi ia tidak berani buka mulut dihadapan banyak orang tua. Hanya matanya saja mengawasi si bocah seolah-olah menyesalkan dengan kata-kata yang diucapkan Lo In. Tapi Lo In tidak dapat memahami isi hatinya si enci Hiang. Ia tinggal tenang-tenang saja. Ang Pangcu tidak sabaran. Ia lantas berkata, "Anak In, kalau mereka tidak dibasmi habis, dibunuh semua aku maksudkan, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mereka akan...." Kata-kata Ang Pancu tidak diteruskan karena ia kaget tiba-tiba melihat satu orangnya bernama Kang Kiat muncul diantar oleh satu pelayan. kang Kiat ada salah satu Tocu dari markas cabang Ceng Gee Pang di sebelah barat desa Kunhiang (tempatnya Liu Wangwee). Belum berapa lama dibangun, masih dibawah penilikan Hoan Hiocu dari pusat di Gakwan. Disana selainnya Kang Tocu, masih ada tiga Tocu lagi yang menjadi pemimpin cabang itu, dibantu oleh beberapa anak buahnya yang semuanya ada pandai silat. Ceng Gee Pang pada waktu belakangan ini mendapat kemajuan pesat, membangun cabang di beberapa tempat. Ang Ban Teng merasa sangat girang karena dalam pimpinannya Ceng Gee Pang mendapat banyak kemajuan. Melihat kedatangan Kang Kiat dengan air muka kusut dan bajunya berlepotan darah, dengan cepat Ang Ban Teng menaya, "Kang Tocu, kelihatannya ada kabar penting untukku. Ada apa ?" Setelah memberi hormat dan disuruh ambil tempat duduk oleh Liu Wangwee, Kang Tocu lalu menyampaikan kabar duka untuk Ceng Gee Pang. Kan Kiat menceritakan telah kedatangan dua orang itu malam, satu bermuka kelimis bersih dan satu lagi hitam berewokan bengis. Mereka menanyakan apa disitu ada pusat dari Ceng Gee Pang. Kang Kiat jawab bukan, hanya cabangnya saja yang baharu dibangun belum lama. Tiba-tiba ia dengar si TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berewokan ketawa terbahak-bahak lalu berkata pada temannya, "Jiko, Ceng Gee Pang suah menjadi alatnya Liu In Ciang, mari kita bereskan !" Leng Tongcu yang berdiri tidak jauh dari Kang Kiat panas hatinya mendengar kata-kata si berewokan, lalu maju dan berkata, "Apa yang dibereskan ?" -- tangannya berbareng melayang hendak menggaplok kepala tamu yang tidak diundang itu. Tapi si berewokan yang bukan lain Lie KUi adanya, sudah lantas berkelit. Cepat bagaikan kilat tangannya diulurkan menepuk pundaknya Leng Tongcu yang tidak keburu mengelakkannya. Hanya menjerit sekali, Leng Tongcu sudah roboh tersungkur tidak bangun lagi. Kang Kiat melihat hal itu menjadi gusar. Ia sudah lantas mau menerjang Lie Kui tapi Ong Tocu sudah mendahului. Orang-orang Ceng Gee Pang beringas dan ramai-ramai mengeroyok si berewokan hitam tapi mereka diganda hanya dengan ketawa-ketawa saja, malah ketika Mo-jiauw Teng Cong, si muka kelimis turun tangan, segera terdengar beberapa jeritan ngeri dan orang-orang Ceng Gee Pang pada roboh dihajar dua tamu tidak diundang itu. Kemudian muncul orang-orang bersenjata dipimpin oleh Hoan Hiocu. Barangkali lebih baik kalau rombongan bersenjata tajam ini tidak muncul sebab akibatnya sangat mengerikan. Lie Kui dan Teng cong lantas merampas golok lawan, dengan senjata mana mereka mengganas. Teriakan-teriakan ngeri menyayatkan hati, kepala orang pating berjatuhan bagaikan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ buah kelapa yang berjatuhan dari pohonnya. Banjir darah disitu, malah Hoan Hiocu pun menjadi salah satu korbannya. Kepalanya menggelinding jatuh dilantai karena ditebas oleh Lie Kui. Kang Kiat yang masih sempat menyelamatkan diri, sudah lantas meninggalkan mereka yang sedang ngamuk dalam markasnya, lari ke rumahnya Liu Wangwee. Ia tahu Pangcunya ada disana untuk memberi laporan. Ang Pangcu mendengar kejadian yang menyedihkan itu sampai tidak bisa membuka mulut, saking sangat gusar dan jeri pada Sucoan Sam-sat. "Ang-hiante, bagaimana baiknya ini ?" Liu Wangwee berkata pada Ang Ban Teng. "Hahaha !" sekonyong-konyong Cia Kie ketawa. "Anak In, kalau kau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, tentu kau mengatakan aku si kakek omong kosong. Nah, sekarang buktinya bagaimana ?" "Anak In, coba kau turut paman Ang pergi ke sana menengoknya." Liu Wangwee berkata pada si bocah yang acuh tak acuh mendengar hal itu. Mendengar kata-katanya Liu Wangwee, barulah ia seperti tersadar. Tapi ia tidak menyahut, sebaliknya ia memandan Bwee Hiang yang pucat wajahnya mendengar kabar jelek yang disampaikan oleh Kang Kiat. "Kau ikut paman Ang ke sana, adik kecil." berkata Bwee Hiang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ketika si bocah tinggal diam saja duduk di kursinya. "Apa mesti encimu turut ke sana ?" Nada suaranya paling belakang agak keras, seperti teguran. "Anak In, turutlah kata-kata encimu." Liu Wangwee menganjurkan. Lo In tinggal diam saja. Liu Wangwee dan Bwee Hiang saling pandang nampak Lo In tidak bergerak dari duduknya. Mereka mengerti kalau tidak bersama Bwee Hiang, si bocah tidak mau pergi. Keadaan sudah demikian mendesak, Ang Pangcu kelihatan amat gelisah. Ia tidak punya nyali untuk pergi ke markas cabangnya tanpa Lo In, sebab percuma saja akan mengantarkan jiwa saja kepada Sucoan Sam-sat. Matanya mengawasi Liu Wangwee seperti memohon pertolongan. Liu Wangwee menjadi sangat tidak enak, maka ia lalu berkata pada puterinya, "Anak HInga, kau bawa pedangmu dan antarkan adik kecilmu kesana, ikut paman Ang." Bwee Hiang bangkit dari duduknya dan berlalu, diikuti oleh Lo In, seolah-olah yang tidak mau ketinggalan. Kemana Bwee Hiang pergi, ia harus ikut. Sungguh lucu lagaknya si bocah hitam. Sebenarnya bukan apa-apa kelakuannya Lo In itu, ia memang ketakutan kehilangan Bwee Hiang seperti ia sudah kehilangan Eng Lian. Sebentar lagi tampak Bwee Hiang sudah muncul kembali dengan pakaian ringkas, pedangnya disorong di pinggang. Di TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ belakangnya tampak Lo In mengintil. "Habis, kalau anak pergi, siapa yang temani ayah ?" tanya si gadis. Ia khawatir ayahnya ditinggal sendirian. "Legakan hatimu, kami disini akan menemani ayahmu." Cia Kie berkata tertawa. Lega hatinya si gadis, lalu ia bersama Lo In ikut Ang Pangcu dan Kang Kiat pergi ke markas cabang Ceng Gee Pang. Karena masing-masing dapat menggunakan jalan cepat, maka dalam tempo pendek saja mereka sudah sampai di tempat tujuan. Keadaan dalam markas cabang itu benar-benar mengerikan. Mayat tampak malang melintang, yang kuntung tangan, kaki, paha dan kepala terdapat di sana sini. Sunyi senyap, hanya terkadang seperti ada terdengar rintihan dari korban-korban yang belum mati. Sementara Lie Kui dan Teng cong yang diharapkan masih dapat dijumpai disitu, ternyata sudah tidak kelihatan mata hidungnya. Ang Pangcu nampak semua itu telah mengucurkan air mata, diikuti oleh lima Hiocunya. Bwee Hiang juga tidak dapat menahan rasa terharunya, ia menangis. Beberapa kali ia menyeka air mata dengan lengan bajunya. Lo In yang belum pernah melihat orang dibunuh demikian kejam, tampak geleng-geleng kepala. Pernah ia melihat orang terluka, berceceran darahnya, kejadian itu dua tahun yang lalu dimana Liok Sinshe mengamuk menghajar musuh-musuhnya. Di sini ia nampak bukan darah berceceran saja, tapi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengumpiang di sana sini, sedang kepala, tangan, kaki dan lain-lain anggota tubuh manusia berserakan mengerikan. Hatinya yang lemah tidak mau membunuh orang, tiba-tiba tergugah. Tangannya yang kecil dikepal-kepalkan, romannya sangat gusar. Ia menyesal tadi kenapa ia tidak membereskan jiwanya Sucoan Sam-sat. Kalau tidak, tentu ia tidak menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan seperti sekarang ini. Bwee Hiang melirik pada adik kecilnya, ia tahu bahwa Lo In sangat gusar. "Adik kecil," katanya. "Lantaran kau punya murah hati, nah kejadiannya begini. Kau lihat, bagaimana kejamnya Sucoan Sam-sat mengganas !" "Biarlah sekali lagi kita ketemu mereka, aku tak akan kasih ampun !" jawab si bocah seraya angguk-anggukkan kepalanya. Terkejut Bwee Hiang. Pikirnya, kenapa bocah ini mengatakan 'kita' ? Apakah dimaksudkan dia dengan ia (Bwee Hiang) yang kelak akan menghadapi Sucoan Sam-sat ? Ia tidak sempat memecahkan soal ganjil itu karena segera mendegnar Ang Pangcu berkata pada Lo In, "Anak In, inilah bukti dari perbuatan ganas Sucoan Sam-sat. Maka kalau belakang hari kau ketemu mereka, aku harap kau suka menghukum mereka yang setimpal dengan kebuasannya !" "Aku mengerti paman Ang. Semoga dalam perjalanan berkelana aku akan menjumpai mereka supaya para paman TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang mati sekarang toh akhirnya mendapat kepuasan di alam baka !" demikian si bocah berjanji. -- 17 -- Kata-kata Lo In membuat Bwee Hiang ketawa girang sebab sudah terang si bocah sekarang sudah berubah pandangannya terhadap orang-orang jahat. Kelemahan hatinya berubah menjadi suatu keganasan. Yang paling girang adalah Ang Pangcu sebab ia percaya meskipun ia sendiri tidak bisa membalas kekejamannya Sucoan Sam-sat, sekarang ada si bocah sakit yang menyanggupinya. Mendengar kedatangannya ketua dari pusat, maka orangorang Ceng Gee Pang yang tadi pada lari menyembunyikan diri dari angkara murka Sucoan Sam-sat pada muncul dan memberikan pertolongan pada mereka yang belum tewas jiwanya. Atas perintahnya Pangcu, tempat itu dibersihkan dari mayat-mayat yang malang melintang. Ketika Kang Kiat berada jauh dari Bwee Hiang dan Lo In, Kang Tocu berkata pada Ang Pangcu, "Pangcu, kalau tadi kita tidak berkutat dulu membujuk si bocah muka hitam, kita pasti datang disini dalam waktunya. Kita masih bisa menjumpai dua orang jahat itu dan kita dapat menolong saudara-saudara kita, tidak sampai mengambil korban begini banyak !" "Kang Tocu." katanya. "Kau tidak tahu." Ang Pangcu ketawa. "Justru si bocah yang penting kita bawa ke sini. Apa dengan tenaga kita, dapat kita usir Sucoan Sam-sat ? Hmm ! Kau jangan mimpi. Bocah itu mempunyai kepandaian yang susah diukur, dialah yang telah mengusir pergi Sucoan Sam-at dari taman bungan Liu Wangwee, dimana kita berenam dan KianTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ san Ji-lo sudah roboh tidak berdaya. Kalau tidak ada dia, sekarang, kau tentu tidak bisa berhadapan dengan Pangcumu........." "Ha ! Apa iya ?" memotong Kang Kiat, matanya terbelalak kurang percaya. Ang Pangcu hanya tersenyum melihat kelakuan Tocunya. Sementara itu ia sudah bertindak ke arah Bwee Hiang dan Lo In yang tengah ngomong-ngomong. Sebelum ia membuka mulut bicara, Bwee Hiang sudah mendahului, "Paman Ang, musuh sudah pergi. Sedang paman juga repot menghadapi para paman yang mati dan terluka. Maka sebaiknya aku dan adik In pulagn saja. Aku masih kuatirkan di rumah ada terjadi apa-apa yang tidak diingini !" Sebenarnya Ang Pangcu hendak menahan mereka tapi karena alasannya Bwee Hiang cukup teguh maka ia pun tidak bisa berkata apa-apa selain mengucap terima kasih pada Lo in dan si nona atas perhatiannya. "Aku harap saja di rumah tidak terjadi apa-apa, anak Hiang !" berkata Ang Pangcu ketika ia mengantar muda mudi itu keluar dari kantor cabangnya. Hanya diwaktu menyaksikan pemandangan yang mengerikan tadi, tampak Lo In seperti hatinya tergerak, gusar dan berubah kelemahan hatinya dengan ketegasan. Tapi waktu dalam perjalanan si bocah hanya biasa lagi saja. Riang gembira dan saban-saban menggodai enci Hiangnya supaya tertawa. Lo In senang hatinya, kalau melihat Bwee Hiang ngikiki ketawa karena kejenakaannya. Dalam perjalanan pulang ini juga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bukan sedikit Bwee Hiang dibikin ketawa ngikik oleh ucapan atau lagaknya si bocah. Kapan mereka sampai di rumah pula, Bwee Hiang berasa tidak enak hatinya. Ia tidak melihat ada pelayannya yang membukai pintu pekarangan. Malah pintu itu tidak terkunci, tidak biasanya demikian. Masuk ke dalam rumah, biasanya ia disambut oleh Ling Ling dan Lan Lang. Kali ini tidak kelihatan satu juga pelayannya itu. Kemana mereka sudah pergi ? Ia masuk lebih jauh ke ruangan dimana ayahnya dan Kian-san Jilo pasang omong di waktu ia meninggalkan rumah. Tidak tampak mereka disitu. "Adik kecil, mungkin ada kejadian hebat di sini !" kata Bwee Hiang. Hatinya sangat tegang, sedang Lo In terus mengintil di belakangnya si gadis. Bwee Hiang cepatkan tindakannya, menghampiri kamarnya. Ketika ia membuka pintu kamar, matanya terbelalak. Lo In tidak turut masuk ketika melihat Bwee Hiang tergesa-gesa masuk ke dalam kamarnya, ia menanti di luar sambil bersiulsiul. Bwee Hiang lihat Lan Lan menggeletak di lantai sudah tidak bernapas. Ia jongkok memeriksa. Terkejut ia ketika melihat pakaiannya si pelayang sobek sana sini seperti yang disobek orang. Kapan Bwee Hiang angkat pakaian yang menutupi tubuh si pelayan, kiranya Lan Lang sudah telanjang sehingga pusar ke bawah. Dari tanda-tanda yang mencurigakan, Bwee Hiang duga Lan Lan dibunuh setelah diperkosa. Tidak terdapat tanda penganiayaan. Rupanya Lan Lan dibunuh dengan totokan maut. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bwee Hiang ngeri. Ia menekap mulutnya. Kemudia ia buka tekapan tangannya, ia memandang ke pembaringannya. "Hei, kenapa ada orang lagi tidur ?" ia menanya pada dirinya sendiri. Cepat ia bangkit dari jongkoknya lantas menghampiri orang yang seperti tertidur dengan pakai selimut. "Kurang ajar, siapa berani tidur di pembaringanku ?" bentak Bwee Hiang seraya ia menyingkap selimut yang dipakai menutup kepala orang yang lagi tidur. "Ah, Ling Ling !" teriaknya ketika ia mengenali wajah orang yang tidur. Pada wajahnya Ling Ling yang cantik tampak sepasang mata yang melotot penasaran. Meskipun merasa ngeri melihat wajahnya si pelayan, Bwee Hiang masih sempat membuka selimut yang menutupi tubuh. "Aiyaaa !" Bwee Hiang mengeluarkan teriakan tertahan, seraya ia mundur setelah menutupi pula selimut tadi yang menutupi tubuhnya Ling Ling. Apakah yang membikin si nona sangat kaget ? Kiranya, ketika selimut dibuka, tampak tubuh Ling Ling telanjang bulat. Sepasang buah dadanya yang montok sudah dikupas orang hingga rata. Kemana sepasang buah dadanya itu ? Sedang tangan kirinya, 3 dim diatas nadi berlumur darah, tertabas kutung oleh senjata tajam. Bwee hiang tak tahan menghadapi dua adegan di depannya, maka ia berteriak, "Adik kecil, adik kecil, lekas kau masuk !" Lo In terkejut mendengar panggilan Bwee Hiang seperti yang ketakutan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sekali lompat ia sudah berada di dalam mendekati Bwee Hiang yang berdiri gemetaran di tepi pembaringan di atas mana ada terlentang mayatnya Ling Ling. Ketika Lo In sudah berada di dekatnya, Bwee Hiang tak tahan dengan goncangan hatinya maka ia roboh terkulai dan akan mendeprok di lantai kalau tidak keburu Lo In datang menyangga. "Enci Hiang, enci Hiang !" memanggil si bocah ketika melihat si nona lemas badannya dan kedua matanya tertutup. Apa yang sudah terjadi ? Tanyanya dalam hati. Sementara matanya melirik ke bawah, ia melihat tubuhnya Lan Lan yang terkapar tak berkutik. Cepat Lo In pondong Bwee Hiang dan diletakkan di atas satu dipan, tidak jauh dari pembaringan. Meskipun biasanya Lo In sangat tenang, kali ini kelihatan ia gugup juga. Cepat si bocah menghampiri Lan Lan yang menggeletak di lantai. kapan ia membuka baju yang sobek sana sini yang menutupi tubuhnya Lan Lan, tampak Lan Lan telanjang bagian bawahnya. Cepat ia menutupi pula Lan lan, lalu meraba tangan si pelayan diperiksa urat nadinya. Kiranya Lan Lan sudah tidak bernyawa. Ia geleng-geleng kepala tampaknya ia merasa kasihan pada si pelayan yang bernasib malang itu. Ia mengerti bahwa Lan lan mati karena totokan jahat pada jalan darah. Lo In jadi termenung sejenak dalam keadaan berjongkok. Kapan matanya kemudian melirik ke pembaringan, ia lihat ada sesosok tubuh yang ditutupi selimut seluruhnya. Cepat ia TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bangkit dan menghampiri. Perlahan-lahan ia membuka selimut yang menutupi. Kaget ia karena itulah Ling Ling yang ketawanya manis dan mukanya botoh, sekarang sudah jadi mayat dengan mata melotot. Dalam terkejutnya, ia menyingkap terus selimut yang menutupi tubuh Ling Ling. Bukan main gusarnya Lo In nampak sepasang buah dadanya si pelayan yang cantik dikupas orang. Berbayang di matanya si bocah, kapan Ling Ling turut tertawa ngikik, sepasang buah dadanya yang bulat menonjol seperti turut bergoyang. Pikir si bocah, Ling Ling toh sudah jadi mayat. Apa halangannya kalau ia diperiksa lebih jauh tanda-tanda kekejaman manusia atas dirinya si pelayan. Maka, ia sudah menyingkap terus selimut dan.... hatinya terkesiap kapan melihat tangan kirinya si Ling Ling dekat pergelangan terkutung mengeluarkan banyak darah. Kekejaman itu sedikitnya dengan pedang, kalau tidak dengan golok dikerjainya. Lo In sambil bergidik. Ia bergidik dan bulu tengkuknya dirasakan berdiri. Bukannya takut tapi meluap kegusarannya yang belum pernah ia alami sebelumnya. Cepat-cepat ia menutupi pula tubuhnya Ling Ling dengan selimutnya. Lo In tampak berdiri bengong. Pikirnya, apakah mungkin ada manusia demikian kejam merusak anggauta tubuh si Ling Ling yang botoh mungil ? Tapi bukti sudah ada, bagaimana juga Lo In dapat melupakan kekejamannya manusia jahat dalam dunia yang lebar ini. Kalau tadi ia acuh tak acuh meskipun sudah menyaksikan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kekejaman dalam markas cabang Ceng Gee Pang, sekarang setelah menyaksikan Ling Ling dan Lan Lang menjadi korban keganasan manusia jahat, maka hatinya benar-benar menjadi sadar bahwa seharusnya ia membasmi kejahatan untuk menolong si lemah. Tiba-tiba ia teringat akan Liu Wangwee, maka seketika itu ia lompat keluar kamar. Saban beberapa tindak ia jalan, ia menemukan mayat para pelayan yang mengerikan. Ia tidak ada tempo untuk memeriksa satu demi satu. Yang penting ia mau cari Liu Wangwee, orang tua yang telah perlakukan dirinya sangat baik. Setelah ia berputar-putar mencari, tidak juga ia menemukan si orang tua. Akhirnya ia sampai ke taman bunga, dimana belum lama berselang ada dilakukan pertempuran dengan Sucoan Sam-sat. Di sini ia telah menemui mayatnya Cia Kie terkapar dengan leher hampir putus, tidak jauh darinya terlihat mayatnya Cia Liang terlentang dengan kepala sudah terpisah. Cemas hatinya Lo In, sebab Liu Wangwee masih juga belum diketemukan. Ia berdiri bengong. Tiba-tiba pendengarannya yang tajam menangkap seperti ada suara rintihan dalam gerombolan alang-alang. Dengan beberapa lompatan ia sudah sampai disana, ia menerobos masuk dan kemudian keluar lagi dengan sesosok tubuh dipanggul di atas pundaknya. Itulah Liu Wangwee yang keadaannya sudah hampir mati. Lo In letaki orang tua yang bernasib buruk di tempat terbuka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dengan meminjam penerangan rembulan, Lo In periksa keadaannya si orang tua. Si bocah cepat menotok beberapa bagian jalan darah untuk menghentikan darah yang keluar tidak hentinya dari luka-luka di bagian muka, bahu dan kedua tangannya yang sudah menjadi buntung. Keadaan lukanya si hartawan sangat parah. Lo In putus harapan untuk merampas jiwanya dari malaikat elmaut. Meskipun demikian, ia coba keluarkan obatnya yang manjur untuk menolongnya. Dalam repotnya, tiba-tiba ia dibikin kaget oleh Bwee Hiang yang menubruk ayahnya dan menangis menggerung-gerung. Bwee Hiang ketika mendusin dari pingsannya, ia tidak melihat adik kecilnya dalam kamar. Ia lantas menduga Lo In tentu sedang mencari ayahnya. Cepat ia bangun dan lari keluar. Ia tidak perdulikan mayat-mayat para pelayannya yang malang melintang ia ketemukan. Terus ia mencari Lo In sampai ia jumpai si bocah sedang memberikan pertolongan pada ayahnya di taman bunga. Bukan main takutnya si gadis tampak keadaan ayahnya sudah sangat payah. Ia memeluki sambil menangis, tangannya meraba-raba wajah si orang tua yang sudah mandi darah. Dengan jari-jarinya yang halus, si nona beberapa kali coba melekkan matanya Liu Wangwee yang meram saja seperti sudah mati. Putus harapan si nona, ia menangis makin menjadi. "Enci Hiang." tiba-tiba si gadis mendengar adik kecilnya berkata halus. "Lope tidak dapat ditolong hanya dengan tangisan saja. Maka tenangkanlah hati enci dan marilah kita TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sama-sama menolongnya." Bwee Hiang seperti tersadar mendengar kata-kata si bocah. Ia melepaskan pelukannya sambil masih terisak-isak ia menyusuti air matanya. "Adik kecil, bagaimana ini..........?" si gadis kebingungan, tangisnya belum berhenti. "Tenang, enci Hiang." menghibur Lo In. "Jiwa ada di tangan Thian (Tuhan). Kita manusia harus pasrah kepada nasib, asal kita sudah menolong dengan sebisanya kepada Lope. Coba aku periksa lagi keadaannya." Lo In berkata sambil tangannya mengangkat tubuhnya Liu Wangwee hendak di pondong, di bawa pergi dari situ. Tiba-tiba matanya Liu Wangwee yang barusan meram saja tampak dibuka, sebelum badannya terangkat oleh Lo In. Si bocah tersenyum kepadanya. Bwee Hiang lihat itu, mukanya mendekati wajah si orang tua. Katanya, "Ayah, oh, ayah......" Si orang tua tersenyum. Terdengar ia berkata, "Anak Hiang, anak Hiang. Selanjutnya kau harus akur-akur dengan adik kecilmu. Eh, anak In." Liu Wangwee teruskan kata-katanya pada si bocah. "Tolong kau jaga encimu. Biarlah kalian hi...." Sampai disitu kata-kata Liu Wangwee terputus berbareng jiwanya juga sudah pergi. Kepalanya teklok dengan sendirinya. Lo In menghela napas. Liu Wangwee mati dengan disangga tangannya. Suatu kematian yang mengharukan, setelah meninggalkan pesa pada putri kesayangannya dan si bocah wajah hitam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sementara itu, setelah mendengar pesan sang ayah kemudian melihat ayahnya menutup mata, Bwee Hiang tidak tahan dengan getaran hati yang sangat sedih dan putus harapan. Maka ia tidak bisa menangis, sebaliknya, ia jatuh pingsan........ Sampai disini kita melihat pada Eng Lian. Seperti diceritakan di sebelah atas, Eng Lian setelah dicekoki 'Cian jit su su hun' atau 'Obat bubuk mematikan ingatan seribu hari', ingatannya sudah berubah dan menjadi lupa kepada segala kejadian yang sudah-sudah. Si bocah Lo In sudah tidak ada dalam alam pikirannya lagi. Ia hanya ingat Ang Hoa Lobo ada suhunya dan kepada siapa ia harus bersetia dan menurut. Meskipun demikian, obat itu tidak mengganggu alam pikirannya yang cerdik, lincah dan gayanya yang lucu. Ang Hoa Lobo sangat kegirangan setelah menguasai Eng Lian. Cita-citanya yang besar untuk mendirikan partay baru, segera kesampaian dengan bantuannya Siauw Cu Leng. Ang Hoa Pay (Partay Bunga Merah) telah terbentuk dan perlahan-lahan dikenal di kalangan Kangouw. Akan tetapi orang tak dapat menemukan dimana pusat atau cabangnya Partay Bunga Merah itu. Orang hanya dengar perkumpulan baru itu dikepalakan oleh satu nona muda yang menamakan dirinya Kim Coa Siancu atau Dewi Ular Emas. Kabarnya Kim Coa Siancu ada sangat lihai, pergi dan datang tak kelihatan bayangannya, menakjubkan dan membuat jagojago rimba persilatan (Bulim) menjadi khawatir akan sepak terjangnya partai baru itu. Apakah partai itu berhaluan baik atau jahat. Tapi yang terang, belakangan ini banyak terjadi penculikan anak-anak tanggung usianya, menimbulkan kegemparan karena diketahui penculikan-penculikan itu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dilakukan oleh Kim Coa Siancu. Eng Lian yang sudah berubah dirinya menjadi Kim Coa Siancu memang juga berkepandaian lihai. Ia bukan saja dapat didikan serius dari Ang Hoa Lobo tapi juga disayang oleh Sucouwnya ialah Lamhay Mo Lie atau 'Si Iblis wanita dari lautan kidul (selatan)' yang kepandaiannya susah diukur. Lamhay Mo Lie yang melihat Eng Lian ada berbakat jempolan, tidak ragu-ragu lagi ia mendidik si dara cilik dengan luar bisa. Lwekangnya Eng Lian dahsyat oleh karena emposan dari obat-obat gaib Lamhay Mo Lie. Dalam tempo pendek atau tidak sampai dua tahun, dari satu dara kecil yang lemah, Eng Lian berubah menjadi si 'Jelita 17 tahun' yang tegap, cantik luar biasa dan kepandaiannya sangat tinggi. Memang tidak dilebih-lebihkan kalau Ang Hoa Lobo suka membual bahwa Kim Coa Siancu ada seorang yang hebat kepandaiannya sebab memang demikian kenyataannya si dara cilik di bawah didikan langsung dari Lamhay Mo Lie. Sepanjang muncul Kim Coa Siancu yang memimpin Ang Hoa Pay, ada juga beberapa orang kuat yang dapat menyelidiki dimana tempatnya partai baru itu. Tapi Coa-kok (lembah ular) adalah sangat berbahaya untuk dikunjungi, maka ada sedikit orang yang berani menempuh bahaya untuk pergi ke sana. Diantara yang sedikit orang yagn berani menempuh bahaya terhitung Siang-tauw niauw Kam Eng Kim, puteri dan mantunya (Lengkoan Giok Lie Kam Lian Eng dan Hek-houw Ma Liong). Mereka sangat penasaran dengan diculiknya Ma Sian Bwee, cucu dan puteri kesayangannya mereka. Setelah Ma Sian Bwee diculik Ang Hoa Lobo, dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bercucuran air mata Kam Lian Eng melapor pada ayahnya, si Burung Kepala Dua Kam Eng Kim. Mendengar laporan yang mengagetkan itu, bukan main marahnya si Burung Kepala Dua. Sambil menggebrak meja ia mencaci si nenek yang menculiknya, ia tidak tahu siapa namanya si nenek culik itu. Hanya ia tahu si nenek adalah suruhannya Kim Coa Siancu sebagaimana diterangkan oleh Lengkoan Giok-Lie Kam Lian Eng. Sejak itu, penyelidikan dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mengetahui dimana tempatnya Kim Coa Siancu itu. Sampai beberapa lama dia berusaha, akhirnya dapat juga keterangan yang dingini oleh mereka. "Coa-kok letaknya ada di sebelah utara barat gunung Hengsan." menyatakan Ma Liong dalam membicarakan soal menolong anaknya. "Jauh tentunya dari tempat kita." kata sang isteri, Lengkoan Giok Lie. "Jauh tidak menjadi soal." menyela Kam Eng Kim. "Yang dipikirkan tempat itu merupakan lembah yang banyak ular jahatnya. Banyak orang bilang yang memasuki lembah itu, bisa masuk tidak bisa keluar lagi." "Apa benar sampai begitu bahayanya, ayah ?" tanya Lengkoan Giok-lie. "Aku sendiri belum tahu ke sana, bagaimana aku tahu ?" jawab sang ayah. "Biar bagaimana, kita tidak tega anak Bwee diantapkan begitu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ saja !" Ma Liong menyatakan kecemasannya. Kam Eng Kim dan puterinya membungkam. Tampak si Burung Kepala Dua mengurut-urut jenggotnya yang panjang. "Memang begitu." katanya. "Tidak perduli ada gunung golok di sana, kita harus pergi untuk menolong Sian Bwee !" si jago tua meneruskan, bersemangat dia. "Kapan kita berangkat ?" Lengkoan Giok-lie juga bersemangat. Ma Liong melirik pada mertuanya, tidak berkata apa-apa. "Nanti aku tanyakan dahulu pada sahabatku Louw Bin Cie, apa dia bersedia untuk mengikuti kita atau tidak." Kam Eng Kim menyatakan. "Bagus." kata Ma Liong. "Kalau Louw Su-siok turut, kita dapat tambah tenaga yang sangat berarti. Dia kepandaiannya menggunakan sepasang pedang, tiada yang dapat menandinginya !" Ma Liong kelihatan kegirangan mendengar Louw Bin Cie akan diajak dalam kepergiannya itu. Tidak heran ia kegirangan karena Louw Bin Cie ada tersohor kepandaiannya bersilat dengan sepasang pedangnya. Dua pedang yang digunakan olehnya bukan pedang dari ukuran biasa, tapi pendek. Dari ujung pedang samapi di ujung gagangnya kira-kira panjang dua kaki. Pedang biasa, tajam hanya satu muka. Tapi pedang Louw Bin Cie ada dua muka, depan belakang. Kepandaiannya menggunakan sepasang pedang itu, membuat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ namanya Louw Bin Cie terkenal dengan julukan Sian-jin Siang-kiam Louw Bin Jie atau 'Si Sepasang Pedang Dewa' dan dengan kepandaiannya ini bukan sedikit jago-jago silat yang menjadi pecundang. Malah di kalangan Hekto (jahat) namanya sangat ditakuti. Dengan Kam Eng Kim, si Sepasang Pedang Dewa ada bersahabat baik, lebih-lebih dari saudara putusan perut. Maka ketika Louw Bin Cie mendapat kabar hal diculiknya Sian Bwee, dia juga sangat gusar. Sian Bwee ada satu anak perempuan yang berbakat untuk belajar ilmu silat. Maka Louw Bin Cie sering memberi beberapa petunjuk dan pandangan kepada si dara cilik sebagai cucunya juga, karena atas perintah Kam Eng Kim, kepadanya Sian Bwee ada memanggil Yaya (engkong atau kakek). Demikian, ketika ditanya pikirannya, Louw Bin Cie tidak pikirpikir lagi. Ia sudah lantas menyanggupi untuk pergi bersamasama dengan Kam Eng Kim ke Coa-kok. "Aku ingin lihat, Kim Coa Siancu itu macam bagaimana. Apakah dia ada mempunyai tangan delapan sampai orang ketakutan kepadanya ? Hmm !" Louw Bin Cie menyatakan kesengitannya ketika Kam Eng Kim mengatakan si Dewi Ular Emas ada sangat lihai ilmu silatnya, disamping juga ada pembantunya yang lihai-lihai. Pada keesokan harinya, genap satu setengah tahun Sian Bwee menghilang. Ma Liong dan isteri dengan dikawal oleh dua jago tua Kam Eng Kiam dan Louw Bin cie, mereka melakukan perjalanan ke lembah ular dimana ada bersemayam Kim Coa Siancu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dalam perjalanan kesana, mereka dapat kesukaran mencari keterangan. Waktu jarak tempat yang dituju masih jauh, mereka masih dapat petunjuk dari orang dimana letaknya Coa-kok. Tapi makin mendekat ke tempat tujuan, makin sukar mereka dapat keterangan. Orang-orang yang ditanyai kebanyakan menggeleng kepala, mengatakan tidak tahu. Lengkoan Giok-lie coba gunakan pengaruh uang, menyogok, supaya orang mau kasih petunjuk tetapi tidak ada yang mau terima. Mereka jadi heran. "Kalau begitu jalannya, bagaimana kita cari sarangnya Kiam Coa Siancu ?" tiba-tiba Kam Eng Kiam mengutarakan pikirannya. Ma Liong dan isterinya hanya memandang si jago tua, hanya diam saja. Rupanya mereka satu pikiran. Memang sukar untuk mencari sarangnya Kim Coa Siancu, manakala tidak mendapat petunjuk dari orang-orang yang berdekatan dengan Coa-kok. Louw Bin Cie juga terdiam di tempat berdirinya. Setelah semuanya membisu untuk beberapa lama, tiba-tiba Louw Bin Cie berkata, "Mari ikut aku. Di sana ada orang yang akan menolong kita." Louw Bin Cie berkata sambil tangannya menunjuk ke jurusandepan, nyamping ke kiri hingga kawan-kawannya menjadi heran, "Memangnya siapa ada tinggal disana ?" tanya Kam Eng Kim pada sahabatnya. "Aku kira toako tentu kenal orangnya manakala sudah jumpa." jawabnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Louw Bin Cie tidak menerangkan siapa adanya orang itu, hanya ia terus memimpin orang-orangnya dengan jalan lebih dahulu menuju ke arah yang barusan ia tunjuk sehingga Kam Eng Kim sungkan untuk menanya lebih jauh. Tidak lama mereka jalan, segera menemukan sebuah rumah sederhana dikurung oleh pagar bambu sekitarnya. Mereka sampai didekatnya, tiba-tiba dibikin kaget oleh anjing yang menyalak. Gonggongan anjing itu keras dan galak. Rupanya anjing jantan sebab kemudian disusul menyalaknya anjing lain yang tidak begitu galak, anjing betina rupanya. Sebentar lagi tampak muncul seorang wanita yang berusia pertengahan, melihatnya, Louw Bin Cie menyapa, "Thio Jiso (enso kedua), apa kau baik-baik saja ? Sungguh girang aku dapat melihat kau lagi." Wanita tadi memandang ke jurusan Louw Bin Cie, "Eh, kau yang datang Louw-ji (si Louw kedua). Sungguh tidak disangkasangka." kata si wanita seraya menghampiri pintu pekarangan, berbareng mulutnya ramai melarang anjing-anjingnya menyalak. "Mari, mari masuk. Kau bawa banyak teman ?" kata si wanita lagi seraya membuka pintu pekarangan, menyilahkan tamutamunya masuk. "Bagaimana, apa toako ada di rumah ?" tanya Louw Bin Cie sambil terus berjalan mengikuti si Thio Jiso, nyonya rumah rupanya. Si wanita yang dipanggil Thio Jiso tidak menyahut, hanya jalannya dipercepat dan masuk lebih dahulu ke dalam rumah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sebentar lagi tampak muncul lagi wanita lain. Lian Eng yang melihat merasa bingung sebab wanita itu romannya hampir sama dengan yang tadi, hanya sedikit tuaan. Tapi kalau dilihat sepintas lalu, orang bisa keliru dan menyangka wanita yang baru muncul itu yang tadi juga. "Selamat datang, selamat datang !" menyambut si wanita yang barusan muncul. "Thio Toaso, bagaimana kau baik-baik saja ?" kata Louw Bin Cie sambil angkat tangannya menyoja si nyonya dan diturut oleh yang lain. Lian Eng bingung Louw Bin Jie memanggil Jiso dan Toaso (enso kedua dan kesatu). Apa tuan rumah punya dua isteri ? Tanya hati kecilnya. Lengkoan Giok-lie tak usah lama-lama menebak dalam hatinya karena ia segera diperkenalkan kepada tuan rumah dan dua wanita tadi. Dan benar saja dua wanita itu adalah isterinya tuan rumah. Mereka itu Sian Kin dan Sian Lian, orang she Kho, keduanya adalah isteri dari Kim to Thio Tiat, si Golok Emas yang pada 10 tahun berselang terkenal namanya sebagai guru silat di kota Hokciu (Hokkian). Sian Kin dan Sian Lin adalah sepasang dara kembar dari puteri hartawan Kho di kota Hokciu yang bersama-sama mencintai Thio Tiat gara-gara belajar silat. Thio Tiat tidak memilih-milih lagi, ia sikat sekaligus kedua-duanya menjadi istrinya. Matanya Thio Tiat benar-benar lihai sebab dua isterinya memang benar isteri-isteri yang pantas mendapat cinta sang suami. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Karena mereka betul-betul setia dan merawat suaminya dengan baik. Satu sama lain bisa akur, tidak main iri-irian seperti biasanya bila satu suami dengan dua istri bila dijadikan satu (srumah) pasti cakar-cakaran. Tetapi mereka dapat hidup dengan bahagia. Belakangan Thio Tiat merasa bosan dengan penghidupan di kota, maka ia sudah ajak dua istrinya menyepi di tempat pegunungan, yang ditinggali sekarang, ialah dusun Cit-sengtin, termasuk wilayah Coa-kok juga. Thio Tiat dengan Louw Bin Cie adalah teman baik dari kecil. Malah ketika si guru silat bercinta-cintaan dengan sepasang dara kembar, ia tahu juga. Malah sering menggodai mereka. Pada waktu itu ia sering mendapat pesanan Sian Kin dan Sian Lin, bukannya suatu hadiah tapi pesanan cubit karena si dara jengkel digodai. Thio Tiat hanya ketawa terbahak-bahak dapat melihat Louw Bin Cie teraduh-aduh terima cubitan Sian Lin yang lebih galak dari encinya. Louw Bin Cie dipanggil Louw-ji karena masih ada engkonya yang dipanggil Louwtoa (si Louw kesatu atau tua) yang bernama Bin Gie, yang juga mengenali sepasang dara itu tapi tidak suka bersenda gurau seperti Louw Bin Cie. Demikian pertemuan antara Thio Tiat dan Louw Bin Cie, sungguh-sungguh menggirangkan kedua pihak karena sejak si orang she Thio menyepi di kampungnya situ, belum pernah ketemu lagi dengan teman sepermainan di waktu masih kecil itu. Louw Bin Cie mengenalkan Kam Eng Kim dan lain-lainnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pada Thio Tiat dimana Thio Tiat memberi sambutannya indah dan sopan hingga menyenangkan para tamunya. Siang-tauwniauw Kam Eng Kiam memang kenal dengan Thio Tiat tapi hanya kenal nama saja. Begitu juga sebaliknya dengan Thio Tiat. Tapi sekarang, begitu berani, kelihatan mereka cocok dan dapat mengobrol banyak. Demikian, dilain pihak Lian Eng pun dapat mengobrol dengan gembira dengan dua nyonya rumahnya, yang ternyata suka ngomong. Tidak hentinya dua nyonya rumah itu menghujani Lian Eng dengan rupa-rupa pertanyaan tentang keadaan di kota sekarang ini. Lengkoan Giok-lie tidak keberatan untuk menceritakan perubahan-perubahan yang ia tahu sehingga dua nyonya itu kelihatannya merasa senang. Selama mereka bercakap-cakap, tak terasa cuaca mulai gelap. Dengan ramah tamah, tuan dan nyonya rumah mengundang mereka untuk melewatkan sang malam dalam rumah itu saja. Para tamu tidak melihat alasan untuk menolak. Apalagi urusan yang penting hendak ditanyakan belum dilakukan. Maka itu mereka dengan baik telah menerima undangan untuk menginap dalam rumah Thio Tiat. Nyonya rumah telah menyediakan hidangan sekedarnya tapi cukup lezat dimakan oleh para tamu dan semuanya pada mengatakan banyak terima kasih. Pada mulanya, di waktu omong-omong dengan perlahanlahan Louw Bin Cie timbulkan persoalan Kim Coa Siancu. Waktu mendengar disebutnya Kim Coa Siancu, otomatis, tampak wajah Thio Tiat dan dua istrinya menjadi pucat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tapi Thio Tiat dapat menguasai getaran jantungnya yang kaget. "Sebaiknya jangan kita bicarakan soal itu." katanya, perlahan suaranya. Ma Liong tidak puas. Ia lantas ceritakan tentang diculiknya Sian Bwee dan maksud mereka lewat di Cit-sen-tin adalah hendak menyatroni sarangnya Kim Coa Siancu di Coa-kok. Hanya menyesal sekali, tidak ada seorang yang dapat memberi petunjuk yang jelas untuk pergi ke sana. Mendengar itu, Thio Tiat saling pandang dengan kedua istrinya. "Urusan kalian memang hebat." kata Sian Lin tiba-tiba. "Dalam hal lain mungkin kita dengan lantas dapat membantu tapi dalam itu, maaf saja." "Kenapa begitu ?" tanya Kam Eng Kim, tidak puas dia. "Dalam wilayah di sini, ada satu pantangan untuk orang menyebut apa-apa mengenai dirinya, apalagi petunjuk seperti yang kalian ingini." berkata lagi Sian Lin, wajahnya sudah pucat ketakutan. Thio Tiat dan Sian Kin juga kelihatan gelisah. "Hahaha !" terdengar Kam Eng Kim tertawa. "Kalian tidak berani kasih tahu, kami juga tak berani lama-lama tinggal disini. Nah, marilah kita pergi !" ia bangkit dari duduknya mengajak kawan-kawannya berlalu dari rumah itu, malam-malam itu juga. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ayah, kau jangan bawa adat yang bukan-bukan !" berkata Lian Eng yang merasa jengkel dengan kelakuan sang ayah yang tidak benar. "Apa kau bilang ? Bukan-bukan ? Hmm !" tidakk senang ia ditegur anaknya. "Orang sudah begitu baik terhadap kita, masa dibalas dengan kelakuan yang demikian tidak sopan ?" berkata lagi Lien Eng, berani ia menyela ayahnya. "Kau, kau, anak apa ! Tidak punya isi perut. Orang sudah ketakutan masih mau ngotot lagi. Mereka boleh takut pada si sundal Kim Coa Sian....." berbareng api lilin yang sengaja dipasang dua batang telah menjadi padam. "Hihihi....." kedengaran suara ketawa wanita di sebelah luar, perlahan suara ketawa itu tapi menusuk ke telinga orang yang ada disitu. Thio Tiat dan dua istrinya saling peluk ketakutan sementara Ma Liong dan Liang Eng juga jeri hatinya, hanya Louw Bin Cie yang besar hatinya. Dengan sekali lompat ia sudah berada di luar pintu. Di sana si orang she Louw hanya melihat seperti segulungan asap ketiup angin pergi, pergi tidak kelihatan ditelan kegelapan sang malam. Louw Bin Cie sebenarnya hendak mencegat larinya si wanita yang ketawa tadi tapi sudah terlambat. Wanita itu sudah lenyap seperti asap bergulung-gulung. Si orang she Louw hanya bisa menghela napas dengan mendongkol. Ketika ia masuk lagi ke dalam, api lilin penerangan sudah dipasang lagi. Mendadak Lian Eng menjerit TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melihat ayahnya sedang duduk menyender di kursi dengan kedua matanya tertutup. Waktu Thio Tiat dan dua istrinya mendekati, mereka menjadi menggigil seperti yang merian, "Kim...... Kim..... Coa.... Sian.....cu.....!" kata-kata ini molor keluar dari bibirnya sian Lin seraya tangannya menunjuk pada jidatnya Kam Eng Kim dimana terdapat goresan seperti gambar ular kecil tengah meloget-loget jalan. "Ayah, ayah........." Lian Eng bangkit dari duduknya hendak menubruk ayahnya, tapi cepat dihalangi oleh Sian Lian hingga mereka jadi berkutatan. Lian Eng berontak hendak menghampiri ayahnya sedang Sian Lian bertahan menghalanginya. Segera Sian Kin sudah turun tangan juga, katanya, "Nona Eng, kau dengar dulu omonganku. Sabar, satu sudah hilang, masa harus yang lain menyusul ?" Ma Liong dan Louw Bin Cie heran mendengar kata-kata Sian Kin. Sementara itu, Lian Eng juga sudah menjadi tenang. Tidak lagi ia berontak untuk memeluk ayahnya yang sudah jadi mayat. Ia ingin mendengar penjelasan Sian Kin, yang lalu berkata lagi, "Nona Eng, kalau adikku barusan mencegah kau menubruk ayahmu adalah demi keselamatanmu. Kam Lo-enghiong setelah mendapat totokan maut dari Siancu, badannya menjadi beracun. Kalau kena diraba, orang yang merabanya akan ikut ia ke alam baka. Inilah yang dapat kuterangkan. Harap kau tidak menjadi kecil hati. Sekarang paling baik kita urus jenasah ayahmu baik-baik. Mau ditanam disini boleh saja, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mau di bawa pulang, itu terserah." Lengkoan Giok-lie mendengar perkataan Sian Kin, berdiri bulu kuduknya. Seram dia, hatinya berdebar keras, ketakutan. Matanya saling pandang dengan suaminya. Ma Liong ragu-ragu akan Sian Kin, maka ia tinggal membisu saja, tak dapat ia memberi putusan. Sang istri paham dengan sikapnya sang suami, maka dari takut ia juga menjadi raguragu atas keterangannya Sian Kin. Louw Bin Cie juga masih tidak percaya, masa sampai begitu ampuh totokan si Dewi Ular Emas. Dapatkan ia menyimpan bisa di dalam tubuhnya sang korban ? Melihat sikap mereka, kuatir salah satu antaranya nanti nekad mencoba-coba meraba mayatnya Kam Eng Kiam, maka si Jiso (Sian Lin) berkata, "Kalian mungkin tidak percaya akan katakata enciku. Nanti aku kasih bukti !" berbareng ia berlalu dari situ masuk ke belakang. Tidak lama ia kembali dengan membawa seekor anak anjing yang masih kecil hingga para tamu menjadi heran. "Nah, lihat, aku korbankan makhluk yang tidak berdosa !" katanya berbareng ia pegang kepalanya si anjing kecil, mukanya ditempelkam pada pipinya Kam Eng Kim, lalu dilepaskan dengan cepat hingga si anak anjing jatuh di lantai. Ia tidak berkuing-kuing lari mencari ibunya, sebaliknya, begitu badannya menyentuh lantai, tampak ia berkelejetan seperti makan racun layaknya. Sebentar kemudian terdengar suara 'Ngik' hanya sekali dan anjing kecil itu melayang jiwanya dan tubuhnya sudah tak bergerak lagi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lian Eng lompat menubruk Ma Liong. Ia memeluk suaminya dengan ketakutan bukan main. Ma Liong pun tergetar hatinya, tapi tidak ketakutan seperti Lian Eng. Louw Bin Cie dilain pihak, tampak angguk-anggukkan kepalanya. Hatinya cemas tercampur terharu. Ia cemas karena gara-gara ia yang membawanya ke rumah Thio Tiat sehingga Kam Eng Kim menemukan kematian konyol, terharu kehilangan si Burung Kepada Dua yang tidak sedikit tahun menjadi sahabatnya. Ia jadi berdiri menjublek. Sekonyong-konyong Lian Eng melepaskan pelukan dari suaminya lalu menghampiri Sian Lin, di dekapnya Lian Eng jatuhkan diri berlutut sambil berkata, "Lin koukou, kau adalah Injinku, terimalah hormatku dan aku mohon maaf atas kelakuanku barusan yang tidak benar." air matanya tampak bercucuran. Koukou artinya bibi dan Injin (tuan penolong). Melihat kelakuan Lengkoan Giok-lie, Sian Lin mengelus-elus rambut si juwita dari kota Lengkoan, "Anak Eng. Kita orang sendiri, tak usah banyak peradatan. Nah, bangunlah !" Sian Lin menyilakan si nyonya muda bangun. Mengingat nanti berabe diperjalanan kalau mayatnya Kam Eng Kim di bawa pulang, maka atas kemauan Lin Eng sendiri, mayat Kam Eng Kim dikubur di Cit-seng-tin. Mayat itu dibungkus dengan kain tebal dan selimut supaya tubuhnya yang beracun tidak sampai teraba oleh orang yang menggotongnya ke dalam liang kubur. Lian Eng mengucurkan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ banyak air mata, menyaksikan penguburan jenasah ayahnya yang kesohor itu hanya disaksikan oleh ia sendiri, sang mantu Ma Liong, sahabatnya Louw Bin Cie serta Thio Tiat dan dua nyonya yang mulia hatinya. Coba kematian Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim kejadian di tempatnya sendiri, sudah tentu banyak yang datang melayat dan penguburan dilakukan dengan ramai sekali dengan diantar oleh banyak kawankawannya dalam dunia Kangouw. Setelah selesai membereskan penguburan jenasah ayahnya, Lian Eng ajak kawan-kawannya untuk meneruskan perjalanan. Kepada tuan rumah dan dua nyonya rumah, Lengkoan Giok-lie mengucapkan banyak terima kasih. Malahan ia mau tinggalkan uang untuk ongkos selama mereka tinggal disitu, akan tetapi ditolak oleh tuan dan nyonya rumah yang manis budi. Dalam perjalanan, mereka mampir disebuah rumah makan An Seng untuk melepaskan lelah dan mengisi perut. Mengingat akan nasehat dua nyonya Thio Tiat bahwa ada pantangan bagi orang-orang yang tinggal di wilayah dekat Lembah Ular menyebutkan nama Kim Coa Siancu atau menyinggungnyinggung soalnya, maka Lian Eng dan dua kawannya tak berani dengan terang-terangan berbicara mengenai soal Kim Coa Siancu lagi. Mereka kini tahu akan kelihaiannya si Dewi Ular Emas. Meskipun demikian, diam-diam Lian Eng ada mengandung maksud bahwa suatu waktu ia mesti menemui Kim Coa Siancu untuk menentukan siapa unggul. Tapi hal ini ia tidak dapat lakukan sekarang. Pikirnya, ia akan belajar atau memperdalam ilmu silatnya lagi, setelah mana ia baru akan mencari Kim Coa Siancu yang telah menculik puterinya dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ membunuh ayahnya. Dalam rumah makan itu mereka kasak kusuk untuk mengambil keputusan, apakah perjalanan baik diteruskan atau baik pulang saja. Louw Bin Cie tidak berkata apa-apa sebab ia memang hanya sebagai pengantar saja. Putusannya sudah tentu ada pada Ma Liong dan istrinya yang mempunyai kepentingan dalam hal itu. "Diteruskan juga percuma, kita hanya akan mengantarkan jiwa saja." Ma Liong menyatakan pikirannya. "Sebaiknya kita pulang saja dahulu untuk berdamai dengan orang-orang tua dirumah, untuk meminta nasehatnya bagaimana kita harus berbuat menghadapi musuh yang sangat tangguh." Louw Bin Cie pikir, itulah jalan paling baik. Maka Lian Eng pun tidak bisa membantah dan mereka sekarang telah putar haluan untuk balik kembali saja. Tidak jauh dari meja makan mereka, tampak ada 4 orang, juga sedang makan dengan bernapsu. Mereka ketawa geli dalam hati melihat satu diantaranya yang bermuka merah dan gendut pendek, makannya sangat gembul. Beberapa kali telah tambah nasi dalam mangkoknya tapi masih belum juga kelihatan merasa kenyang. "Tan-heng, aku kuatir perutmu nanti kembung seperti balon !" kawannya bermuka putih menggodai si gendut yang makan tanpa batas. "Hahaha !" si gendut tertawa seraya letakkan mangkok dan sumpitnya di meja, mulutnya masih penuh dengan nasi. Setelah menelan habis nasi di mulutnya, ia meneruskan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berkata, "Perjalanan kita ke Coa-kok harus melewati banyak tempat sepi. Maka aku harus bekal makanan dalam perutku supaya tidak kelaparan di jalan. Hahaha !" Si gendut tertawa seraya tepuk-tepuk perutnya. Louw Bin Cie terkejut mendengar kata si gendut. Pikirnya, kalau begitu 4 orang yang sedang makan itu bermaksud hendak pergi ke lembah ular. Apa maksud mereka ke sana ? Apa ada urusan yang sama dengan urusannya Ma Liong ? Louw Bin Cie saling berpandangan dengan Ma Liong serta istrinya. Si Sepasang Pedang Dewa Louw Bin Cie ingin mencari tahu, kalau benar mereka ada bertujuan sama, baik sekali kalau diajak menjadi teman seperjalanan. Ketika ia mau bangkit dari duduknya, tiba-tiba ia mendengar seorang lain yang memakai kumis berkata pada si gemuk, "Tan-heng, jangan-jangan belum sampai disana bekal dalam perutmu itu sudah digerembengi orang............ Hehehe !" Si gemuk ketawa, "Aku Tan Thiat Ga, datang kemari mengantar dia, aku punya toako." berkata si gemuk seraya menunjuk orang di depannya yang berperawakan jangkung. "Kalau aku si orang she Tan tidak punya 'isi', mana berani begitu gegabah mengantar orang ke tempat yang seram !" Maksud si gemuk 'isi' itu artinya 'punya kepandaian silat'. Tapi temannya, si kumis berlagak pilon dengan arti yang sebenarnya, ia menggodai, katanya, "Tentu saja ada isi, ialah isi perut. Hahahaha...." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Semua orang ketawa kecuali si jangkuk yang kelihatannya sedari tadi bermuram durja saja. Thiat Gu rupanya seorang yang jenaka diantara mereka, maka kawannya suka menggodainya. Sebab kemudian dengan gayanya yang lucu ia berkata lagi pada si kumis seraya mengusap-usap perutnya, kepalanya nunduk memandang perutnya yang seperti balon ditiup, katanya, "Lie-heng, isi ini penuh dengan lwekang (tenaga dalam) yang dahsyat. Siapa berani raba isinya ? Hmm ! Jago-jago temanku, jungkir balik dengan iniku !" si gemuk perlihatkan kepalannya. Lalu meneruskan, "Di sini aku mau coba si dara jelita yang disohorkan berkepandaian sangat tinggi !" "Siapa itu dara jelita, Tan-heng ?" tanya si kumis seraya menahan tertawa. "Hehehe...." kepalanya mendongak. "Itulah Kim Coa Sian...... !" Baru saja menyebut 'Kim Coa Sian...', belum 'cu'-nya keucapkan, badan si gemuk tiba-tiba gemetaran dan jatuh ke lantai bersama bangku yang didudukinya. Semua orang kaget, apa lagi kawan-kawannya yang serentak turun tangan menolong temannya yang diserang penyakit ayan, pikir mereka. "Hi hi hi..... !" terdengar suara ketawa wanita di sebelah luar. -- 18 -- Suara ketawa itu tidak diperhatikan oleh kawan-kawannya Tiat Gu yang sedang repot menolong si gemuk yang kelenger TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan tiba-tiba itu. Tapi bagi Louw Bin Cie dengan kawankawannya, tertawa wanita itu mereka kenal baik. Itulah Kim Coa Siancu, berkata dalam hati masing-masing. Tidak berani mereka mengucapkan dengan terang-terangan karena takut mati konyol seperti Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim dan si gemuk yang barusan mereka saksikan menemui ajalnya. Louw Bin Cie hanya dapat berpandangan dengan dua kawannya. Sementara itu Tiat Gu yang digoyang-goyang lengannya tetap tidak sadarkan diri. Si jangkung, toakonya si gemuk lalu ulur tangannya meraba pipi dan dahinya sang kawan. Tiba-tiba ia bergemetaran dan jatuh meloso di lantai. Berkelejatan sebentar seperti anak anjing beberapa malam yang lalu Lian Eng saksikan, lantas si jangkung tidak berkutik lagi. Melihat si jangkung keracunan gara-gara meraba pipi si gemuk, maka dua kawannya yang lain ketakutan, tidak berani meraba tubuh sang kawan. Apalagi si kumis yang barusan menggoyang-goyang lengan si gemuk, bukan main ia ketakutan. Ia tidak apa-apa menggoyang-goyang lengan si gemuk lantaran lengan si korban ketutupan lengan baju. Coba bila tidak, pasti si kumis yang direnggut duluan jiwanya oleh racun dahsyat dari Kim Coa Siancu. Keadaan waktu itu menjadi panik, para tamu yang takut tentang hal itu sebentar saja sudah padalari keluar kecuali tamu-tamu yang datang dari luar tempat tidak mengerti akan kematiannya si gemuk dan si jangkung. Penduduk disitu sudah lantas tahu bahwa si gemuk mendapat hadiah 'Bu-im In-coa' atau 'Cap ular tanpa suara', senjata rahasia Kim Coa Siancu yang menggemparkan. Pada dahi si gemuk tampak goresan gambar ular yang sedang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melegot-legot jalan. Entah macam apa bentuknya senjata rahasia dari Kim Coa Siancu, tiada orang yang tahu. Orang-orang hanya tahu korban-korban yang kena sasarannya akan gemetaran sebentar dan kemudian lantas mati. Pada jidat si korban akan diketemukan satu goresan gambar ular kecil yang jalan melegot-legot. Berdasar inilah rupanya orang menamakan senjata yang ampuh dari Kim Coa Siancu 'Bu-im In-coan' atau 'Cap ular tanpa suara'. Si muka putih dan si kumis mengeluarkan banyak uang juga untuk mengubur jenazah kedua kawannya karena mereka tak dapat melakukannya sendiri tapi harus minta bantuannya beberapa penduduk disitu yang sudah biasa menguburkan korban-korban dari Kim Coa Siancu sehingga tidak sampai keracunan. Louw Bin Cie dan dua kawannya tidak menyaksikan penguburan itu karena mereka sudah lantas melakukan perjalanan pulang. Meskipun sudah kawakan dalam dunia Kangouw, Louw Bin Cie menyaksikan kejadian yang sehebat dilakukan Kim Coa Siancu, diam-diam keberaniannya menjadi kecut untuk menghadapi Kim Coa Siancu. Ia ingin buru-buru pulang untuk berunding dengan kawan-kawannya yang lebih tua tentang halnya Kim Coa Siancu. Ketika matahari mendoyon ke sebelah barat, si Sepasang Pedang Dewa Louw Bin Cie dan dua kawannya menjadi kebingungan karena sudah kesasar jalan. Hari sudah mendekati sore, bagaimana mereka nanti dapat tempat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pemondokan sebab disitu jalan-jalan yang dilewati boleh dikata hanya hutan-hutan yang sepi saja. Di depan sana, tiba-tiba Lian Eng nampak ada satu kebun bunga. Ia memang paling suka pada kembang-kembang, maka seketika itu ia cepatkan jalannya meninggalkan kawankawannya. Ia tidak mengira bahwa disana sudah ada seorang gadis tengah memetik bunga-bungan yang indah seraya dari mulutnya terdengar suara nyanyian yang amat merdu kedengarannya. "Hm, siapa anak dara ditengah-tengah hutan ini ?" Lian Eng menanya pada dirinya sendiri seraya teruskan jalannya mendekati si anak dara yang tengah asyik memetik bunga. Lengkoan Giok-lie menggunakan ilmu entengi tubuh maka juga si gadis jelita tadi tidak mengetahui kalau dirinya ada yang dekati. "Adik manis, kau sendirian saja memetik kembang ?" tiba-tiba ia menegur si gadis yang kelihatan kaget dan hentikan menyanyinya. Ka[an ia menoleh pada Lengkoan Giok-lie, si Lengkoan Gioklie menjadi sangat terperanjat hatinya. "Eh, kau, kau ada disini, anak Bwe..." tiba-tiba mulutnya nyonya Ma tercetus ucapan aneh. Aneh untuk si gadis sebab ia tidak kenal sama wanita di depannya. "Siapa yang kau maksudkan dengan anak Bwee ?" ia lantas TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menanya. "Eh, apa kau bukan anak Bwee ?" Lengkoan Giok-lie menegasi berbareng hatinya rada sangsi karena reaksi dari si gadis di luar dugaannya. Gadis itu geleng-geleng kepala mendengar pertanyaan Lengkoan Giok-lie. Lian Eng menjadi penasaran, ia datang lebih dekat dan mengawasi wajah gadis itu. Ia lihat si gadis pengawakannya agak berubah, lebih jangkung dan lebih botoh dari Sian Bwee anaknya satu setengah tahun yang lalu. Pikirnya, perubahan itu wajar karena satu setengah tahu ia tidak ketemu anaknya itu. Ibu mana sih yang tidak mengenali anaknya, maka juga Lian Eng sudah berkata pula, "Tidak salah, kau adalah Sian Bwee anakku. Kalau buka, siapa ada orang tuamu, adik manis ?" "Hihihi..... bibi ini lucu. Aku jadi anakmu, aku sudah keliru. Aku bernama Cui Sian bukannya Sian Bwee !" si gadis menyangkal seraya terus memetik bunganya, tidak memperdulikan Lian ENg yang haus akan cintanya sang puteri yang hilang ! Sementara itu Ma Liong, suaminya sudah datang mendekati isterinya yang sedang terpaku, tercengang mendapat perlakuan dari si gadis yang ia kira anaknya. "Engko Liong, coba kau lihat siapa dia." kata Lian Eng ketika mengetahui suaminya ada didepannya. "Eh, nona. Coba kau lihat siapa ini." Lian Eng kata pada si gadis yang sedang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ membelakangi mereka, asyik memetik bunga. Si gadis menolah kepada mereka. Ma Liong terkesiap hatinya nampak wajah si gadis tapi dia sangsi sebab gadis yang dilihatnya ini pengawakannya lebih jangkung dan lebih botoh dari anaknya Sian Bwee yang hilang. "Adik Eng, anak ini mirip dengan anak kita." akhirnya ia berkata juga. Liang Eng tidak menyahuti kata-katanya sang suami tapi ia gapaikan tangannya pada Louw Bin Cie yang berdiri sedikit jauh dari mereka, si Sepasang Pedang Dewa dengan segera lantas datang menghampiri. "Louw susiok (paman), coba kau lihat, siapa gadis itu." kata Lian Eng. Louw Bin Cie memandang pada gadis yang asyik memetik bunga, "Hei, nona, coba kau berpaling sebentar !" katanya pada si gadis. Si nona menoleh dan melemparkan senyuman manis. "Ah, dialah Sian Bwee." kataya setelah melihat tegas roman muka si gadis. "Nah, bagaimana pendapatmu ?" Lian Eng menanya suaminya. Ma Liong juga memang menduga gadis itu adalah anaknya hanya ia ragu-ragu karena perbedaan perawakan si gadis itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mendengar perkataan sang isteri dan ucapan Louw Bin Cie, mau tidak mau ia harus akui bahwa gadis di depannya itu ada puterinya yang hilang. Maka ia lantas maju mendekati dan berkata, "Anak Sian, apakah kau sudah lupa kepada ayah bundamu ? Kau disini sendirian, mari kita pulang !" "Hihihi...." si gadis ketawa empuk. "Pulang ? Pulang kemana ? Aku tidak bisa meninggalkan suhu, lagian aku tidak kenal kalian !" si gadis berbareng angkat kaki hendak meninggalkan mereka. "Tunggu !" kata Lian Eng, agak bengis suaranya. Si gadis hentikan tindakannya. Ia agak kaget, wanita ini main bentak, pikirnya. "Kau mau apa ? Aku tidak ada urusan dengan kau. Kenapa kau tetap juga mengaku aku sebagai anakmu ? Hihihi, adaada saja." Lian Eng dan dua kawannya seketika mempunyai satu anggapan baha gadis di depannya ini memang Sian Bwee adanya, cuma saja ingatannya sudah tidak waras, memungkiri ayah bundanya sendiri. Maka mendengar kata-kata Cui Sian, Louw Bin Cie saling pandang bertiga. Dengan satu tanda kedipan dari Lian Eng, segera juga Ma Liong bergerak hendak menangkap Cui Sian. Pikrinya, dengan sekali jambret tangan Cui Sian sudah dapat dicekal olehnya sebab dalam gerakannya ia gunakan tipu 'Sianjin hian chiu' atau 'Sang Dewa perlihatkan tangan', salah satu jurus dari 'Liu su ciang hoat' (Ilmu pukulan pohon Liu) yang menjadi kebanggaan dalam perguruannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tangan kiri di dada untuk menjaga serangan membalik, tangan kanan menyambar tangan si gadis. Ma Liong sangsi kalau Cui Sian bukan puterinya dan pandai silat, maka ia sudah gunakan tipu itu. Tapi sebaliknya sang isteri, Lian Eng menganggap perbuatan sang suami itu terlalu kasar terhadap anak sendiri. Meskipun kelihatannya tidak berjaga-jaga, tangannya yang halus terancam bakal kena dicekal Ma Liong, si gadis waspada juga. Begitu tangan Ma Liong menyambar, segera ia tarik sedikit tangannya sehingga sambaran tangan Ma Liong hanya menangkap angin. "Hihihi..." Cui Sian ketawa, seraya lari dari situ. Ma Liong terbelalak matanya, Lian Eng terpaku ditempatnya dan Louw Bin Cie manggut-manggut kepalanya. Kenapa ? Ma Liong suami isteri dan Louw Bin Cie bukannya heran atas kegesitannya si gadis, hanya mereka kenali Cui Sian menyelamatkan tangannya dari sambaran Ma Liong adalah jurus 'Thian lie kay tay' atau "Bidadari meloloskan sabuk'. Suatu gerakan yang khusus untuk mengelakkan tipu 'Sian jin hian ciu' dari ilmu silat 'Liu su ciang hoat'. Dengan begitu, Cui Sian itu benar-benar adalah Sian Bwee, puterinya yang hilang itu. Lian Eng tidak sabaran setelah mendapat bukti ini, maka ia sudah lompat menyusul sebelum Cui Sian pergi jauh, "Anak Bwee, kau mau kemana ?" ia memanggil. Cui Sian tidak meladeni, ia terus lari seperti yang ketakutan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tiba-tiba ia hentikan larinya dan kebingungan karena di depannya sudah ada Ma Liong yang mencegat. Ia tidak kekurangan akal, lantas ia belik ke kanan, lari menghampiri sebuah pohon besar seraya berteriak-teriak minta tolong. Tapi sebelum ia sampai ke pohon yang dituju, tiba-tiba muncul Louw Bin Cie dari balik sebuah pohon yang terus mencekal tangan si gadis sehingga tidak berkutik meskipun Cui Sian berontak-rontak keras untuk melepaskan tangannya. Tidak lama lagi, sudah sampai Ma Liong dan Lian Eng kesitu. Lian Eng peluk Cui Sian seraya mengelus-elus rambutnya, "Anak Bwee, kau benar-benar adalah puteriku yang hilang. Apa kau tidak kenali aku, ibumu ?" berkata Lian Eng dengan penuh kesayangan. Tapi si gadis terus berontak-rontak, mulutnya ribut tidak mengakui Lian Eng dan Ma Liong sebagai ayah ibunya, hingga suami isteri itu kewalahan. "Mari kita bawa dengan paksa saja." Ma Liong mengusulkna. "Nanti setelah di rumah, kita pikir bagaimana baiknya mengobati pikirannya yang ngawur." Louw Bin Cie setuju dengan usul itu. Tiada ada lain jalan dari pada demikian, maka Lian Eng juga jadi mufakat dan seketika itu juga, Ma Liong sudah gunakan jarinya menotok jalan darah si gadis yang membuat ia tidak berontak-rontak dan gampang diangkutnya. Tiba-tiba mereka mendengar suara, "hihihi!". Suara ketawa wanita yang sangat dikenal oleh mereka. "Kim Coa Siancu..." ucap mereka dalam hati masing-masing. Ma Liong dan Lian Eng tanpa disadari sudah menggigil TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tubuhnya. Louw Bin Cie masih dapat menahan getaran jantungnya, ia tidak demikian jeri seperti Ma Liong suami isteri. Ia pasrah kepada nasib apabila senjata rahasianya Kim Coa Siancu ialah 'Buim In-coa' mengambil jiwanya seketika itu. Mereka sudah pada memeramkan matanya untuk menerima kematian. Tapi lama ditunggu, kiranya tidak ada apa-apa yang menakutkan sebab disana tidak jauh dari pohon besar tampak seorang dara manis yang umurnya sebaya dengan Cui Sian lagi ketawa-tawa manis ke arahnya. Kapan Lian Eng perhatikan si dara manis yang sedang jalan mendatangi, ia lihat, gadis itu benar-benar sangat cantik. Terpesona ia oleh kecantikan gadis itu. Kecantikannya sendiri yang sampai mendapat julukan Lengkoan Giok-lie atau si Jelita dari kota Lengkoan, ia merasa belum menemui tandingan, sekarang ia menjumpai nona di depannya sungguh menakjubkan hatinya. Dalam pakaian serba tipis yang menggiurkan, burungburungan yang bergerak-gerak memain pada ikat kepalanya yang pantas sekali, sungguh nona ini pantas menjadi satu ratu yang dipuja dalam suatu negera. Demikian mempesonakan wajahnya si dara manis, hingga Lian Eng tanpa merasa dari bibirnya telah berkata, "Nona, kau sangat cantik....." tatkala si dara manis sudah berhadapan dengan Lengkoan Giok-lie. "Terima kasih atas pujianmu." suaranya ramah dan meresap di hati. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Cui Sian sementara itu masih tetap dikuasai oleh Ma Liong dan isterinya. Ketika melihat yang datang itu lantas saja Cui Sian berkata, "Siancu, mereka hendak membawa aku. Katanya aku adalah anak mereka. Tolong Siancu supaya dapat mengusir mereka yang mengganggu kesenangan kita !" Lenkoan Giok-lie dan dua kawannya menjadi terkejut. Kiranya dara manis itu adalah Kim Coa Siancu yang ditakuti bagaikan hantu. Mereka kira tadinya Kim Coa Siancu itu adalah satu wanita yang berwajah jelek menakuti dengan jari-jarinya yang berkuku panjang-panjang runcing menyeramkan. Tidak tahunya, ia hanya satu dara manis dari usia yang sebaya dengan Sian Bwee dan cantik sekali. Lian Eng memberanikan hati apalagi melihat Kim Coa Siancu tidak ada apa-apanya yang harus ditakuti dan seram. Ia berkata, "Mohon Siancu punya kemurahan supaya anakku ini dikembalikan ingatannya dan mengenali ayah bundanya lagi." Kim Coa Siancu tertawa manis. "Dari mana kau tahu CUi Sian adalah puteri kalian ? Bagaimana kalian dapat mengenalinya ?" tanya Kim Coa Siancu. "Aku yang menjadi ibunya, mana tak bisa mengenali anaknya. Juga ayahnya dan Yayanya (dimaksudkan Louw Bin Cie) pasti mengenalinya." "Orang bisa saja keliru kecuali bila ada buktinya." "Bukti apa yang Siancu maksudkan ?" menyela Ma Liong. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kalian mengatakan Cui Sian adalah anak kalian, tapi apa buktinya ?" sahut si Dewi Ular Emas. Lengkoan Giok-lie dan suaminya merenungkan apa yang dimaksud oleh Kim Coa Siancu. Akhirnya Lengkoan Giok-lie dapat tahu maksud si Dewi Ular Emas, lalu katanya :"Aku dapat buktikan bahwa pada jidat puteriku ada satu andeng-andeng kecil. Sepintas lalu memang tidak kelihatan. Tapi kalau diperhatikan tampak nyata." "Bagus." kata Kim Coa Siancu. "Coba kau unjukkan padaku, dimana adanya andeng-andeng itu pada jidatnya Cui Sian. Kalau benar ada, tentu Cui Sian adalah anak kalian." "Baik !" sahut Lian Eng hampir berbareng dengan Ma Liong. Lengkoan GIok-lie lantas pegang kepala Cui Sian dan memeriksa. Bukan main girangnya sebab tanda yang dimaksudkan itu memang ada diatas jidat Cui Sian. "Siancu, ini dia...." kata Lengkoan Giok-lie seraya dengan jarinya ia tekan andeng-andeng paa jidat si gadis. Karena jidatnya kena disentuh, otomatis Cui Sian beringas dan tangannya si wanita cantik dari kota Lengkoan kena digigit seketika. Cui Sian berbareng berontak dan lari kepada Kim Coa Siancu sambil ketawa hi hi hi.... Cui Sian merasa dirinya aman disampingnya Kim Coa Siancu. Sementara Ma Liong dan Louw Bin Cie berdiri bengong TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melihat kejadian itu. Kim Coa Siancu telah berkata, "Nah, lihat buktinya !" Apa yang dimaksudkan 'Nah, lihat buktinya' oleh Kim Coa Siancu, Ma Liong dan Louw Bin Cie tidak paham tapi yang terang bahwa dengan sekonyong-konyong setelah digigit Cui Sian, Lengkoan Giok-lie telah tertawa Hi hi hi..., berbareng gerakan kakinya lari pada Kim Coa Siancu. Pikirannya Lengkoan Giok-lie sudah berubah sekarang, berubah dalam alam pikiran untuk Kim Coa Sianculah adanya suhunya dan pelindungnya. Ia sudah tidak mengenali Ma Liong lagi sebagai suaminya, apalagi kepada Louw Bin Cie. Ma Liong jadi kebingungan. Anak belum dapat ditarik pulang, sekarang isterinya lagi ikut pihak sana. Dalam tertegunnya itu, Ma Liong dengar kata-kata Louw Bin Cie, "Lekas tarik pulang isterimu sebelum dikuasai orang !" Ma Liong tiba-tiba menjadi nekad. Ia lompat dan menyambar tangan isterinya. Tapi sang isteri berkelit seperti Cui Sian barusan menggunakan gerak 'Bidadari loloskan sabuknya', hingga Ma Liong menjadi sangat cemas. "Adik Eng, ingat mari kita pulang !" kata Ma Liong seraya kembali ia lakukan percobaannya untuk menjambret tangan Lengkoan Giok-lie. Lagi-lagi Ma Liong jambret angin, malah diluar dugaannya, sang isteri telah menyerangnya dengan jurus yang sangat berbahaya. Coba kalau ia tidak siap sedia dengan kemungkinan itu, tentu kena dihajar oleh Lengkoan Giok-lie. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Pulang ? Pulang kemana ? Aku tidak kenal dengan kau !" bentak Lengkoan Giok-lie, sambil maju menyerang Ma Liong lagi. "Adik Eng, ingat, kau adalah istriku." kata Ma Liong sambil menangkis serangan-serangan Lengkoan Giok-lie yang hebat. "Susiok !" teriak Ma Liong. "Kau jangan diam saja, lekas bantu aku !" Mendengar teriakan Ma Liong, Louw Bin Cie seperti yang baru tersadar dari tidurnya. Ia sudah lantas maju untuk bantu menangkap Lengkoan Giok-lie. Pertempuran menjadi seru. Lengkoan Giok-lie dikerubuti dua orang yang kepandaiannya sudah terkenal dalam kalangan Kangouw. Kim Coa Siancu dan Cui Sian hanya menonton saja, tidak begitu menaruh perhatian kelihatannya. Rupanya mereka hanya menunggu bagaimana kesudahannya pertempuran sengit itu. Lengkoan Giok-lie tampak beringas menempur dua lawannya. Karena kalah unggul, akhirnya Lian Eng menjadi kewalahan dan kena disergap oleh Louw BIn Cie. Lengkoan Giok-lie masih terus berontak-rontak. Tidak enak Louw Bin Cie pikir, saat itu ia memeluki istri orang, maka ia teriaki Ma Liong, "Lekas, lekas kau gantikan aku !" Dengan cepat Ma Liong menggantikan yang masih terus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ meronta-ronta, "Jahanam, kau tidak mau lepaskan nyonyamu !" ia semprot Ma Long hingga sang suami jadi kebingungan. "Adik Eng, kau toh ada istriku. Bagaimana kau maki aku jahanam ?" kata Ma Liong sambil pererat pelukannya, kuatir sang isteri terlepas lagi. "Kau dua orang jahat, bagaimana mau menghina nyonyamu ?" semprot Lian Eng, sepasang matanya beringas menakutkan. Ma Liong hanya saling pandang dengan Louw Bin Cie. Louw Bin Cie gerak-gerakkan tangannya, mengasih isyarat pada Ma Liong. Si Macam Hitam Ma Liong mengira sang paman menyuruh ia menotok jalan darah isterinya supaya jangan ia berontak-rontak terus-terusan. Dalam keadaan tertotok, meskipun pikirannya sudah berubah, Lengkoan Gioklie mudah diangkut pulang. Tapi bagaimana ? Dua tangannya dipakai memeluki Lian Eng. Bagaimana mungkin dengan satu tangan ia bisa kuasai Lian Eng sedang dengan satu tangan lain dapat menotok Lengkoan Giok-lie ? Tapi ia tidak kekurangan akal rupanya, tangan kanannya yang memeluk Lian Eng digeser pindah ke atas, maksudnya hendak menotok 'tee-hiat' (jalan darah dibawah tetek) tapi justru tiba-tiba Lian Eng berontak, jari yang hendak menotok 'tee-hiat' tadi, sesudah menyentuh buah dadanya Lengkoan Giok-lie, otomatis si cantik dari kota Lengkoan itu menggigit lengan Ma Liong hingga Ma Liong jadi kesakitan dan berbareng dengan Lengkoan GIok-lie yang terlepas dari pelukannya, ia lari menghampiri Kim Coa Siancu seraya ketawa hihihi ! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tampak Ma Liong berdiri kesakitan digigit Lengkoan Giok-lie tadi. "Liong-jie, kau kenapa ?" tanya Louw Bin Cie seraya menghampiri pada Ma Liong. "Siapa kau ?" bentak Ma Liong tiba-tiba hingga Louw Bin Cie sangat kaget. "Aku adalah kau punya susiok." sahut Louw Bin ie terang. "Susiok ? Siapa susiok ?" kata Ma Liong, matanya beringas. Louw Bin Cie mengerti bahwa Ma Liong juga sudah ketularan berubah pikirannya seperti istrinya tadi. Tapi toh ia mau coba juga, katanya, "Liong-jie, ingat ! Kau kena dikerjai orang. Ingat, lekas ingat !" Ma Liong bukannya mengingatkan malah ia jadi marah pada Louw Bin Cie. "Pergi kau ! Aku tidak kenal denganmu !" bentaknya kasar. Berbareng ia juga sudah jalan menghampiri Kim Coa Siancu yang memandang Louw Bin Cie dengan senyuman manis mempesonakan. "Bagaimana, paman ?" tanyanya pada Louw Bin Cie. Louw Bin Cie jadi serba salah. Ia mau marah salah, tidak marah memang ia tahu sudah dipermainkan oleh Kim Coa Siancu. Perlahan dari jeri hatinya menjadi nekad. Pikirnya, ia tempo hari meninggalkan kampung halaman dengan empat orang, masa sekarang ia harus pulang dengan sendirian. "Siancu." katanya dengan hati mantap setelah ia berhadapan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan Kim Coa Siancu yang tatkala itu sudah hendak berlalu meninggalkan tempat itu, diiringi oleh Cui Sian, Ma Liong dengan istrinya, "Kau adalah satu Dewi yang sangat dipuja. Tidak seharusnya kau berlaku kejam...." "Aku kejam apa ?" memotong Kim Coa Siancu. "Setelah merampas anaknya, masa sekarang kau mau kuasai juga ayah bundanya ? Itu suatu perbuatan yang tidak betul, masuk hitungan kejam." berkata si orang she Louw berani. "Orang she Louw," Kim Coa Siancu ketawa manis. "Kalau aku tidak pandang kau orang baik yang belum pernah berbuat kejahatan, siang-siang aku sudah ambil jiwamu." kata si Dewi Ular Emas. "Bagus." sahut Louw Bin Cie. "Kau sudah menghargai aku, tapi aku juga tidak akan angkat kaki dari sini sebelum aku adu jiwa dengan kau." Berbareng dengan kata-katanya, Louw Bin Cie sudah mencabut dua belah pedangnya. Pikirnya, ia kesohor kepanaiannya dengan sepasang pedangnya yang aneh, belum pernah dipecundangi musuh, masa menghadapi satu gadis cilik saja ia mesti terima takluk sebelum bertempur ? Sungguh hatinya yan berani tidak mau terima. "Siancu." katanya lagi. "Dengan sepasang pedangku ini, akan aku adu jiwa denganmu. Mari, marilah kita menetapkan siapa unggul !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kim Coa Siancu yang sedari tadi menonton saja laga lagunya Louw Bin Cie yang sudah nekad, tiba-tiba ia tertawa. Suaranya kali ini melengking menusuk telinga hingga Louw Bin Cie kalau tidak merasa malu, saat itu ia sudah kepingin angkat tangannya untuk menutupi kupingnya yang sakit seperti ditusuk-tusuk. Setelah berhenti tertawa, Kim Coa Siancu memandang Louw Bin Cie. "Kau mau berkelahi ?" tanyanya halus, bukan satu bentakan. "Ya !" sahut Louw Bin Cie singkat. "Sudah siap ?" Kim Coa Siancu menggoda. "Sudah siap ?" Kim Coa Siancu menggoda. "Ya !" sahut Louw Bin Cie gemas. Berbareng ia mulai menyerang, tidak menanti Kim Coa Siancu bersiap-siap dahulu. Pikirnya, dengan secara tidak menduga-duga serangannya akan berhasil. Tapi ia tidak mengira bahwa Kim Coa Siancu tidak boleh dipandang enteng. Demikian ketika sepasang pedangnya menusuk berbareng ke arah dada, tiba-tiba tangan kiri Louw CIn Bie kesemutan dan pedang jatuh dengan sendirinya. Saat itu Louw Bin Cie hanya lihat Kim Coa Siancu bergerak sedikit tangannya, berkelebat menyentil jalan darah pada nadi tangan kirinya. Louw Bin Cie bukan jago kampungan, sentilah Kim Coa Siancu pada nadinya hanya membuat jatuh satu pedangnya tidak sampai membuat ia jatuh terkulai oleh pengaruh totokan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Boleh juga, ya !" berkata Kim COa Siancu seraya berkelit dari serangan susulan Louw Bin Cie yang hebat sebab si orang she Louw sudah menggunakan tipu yang sukar dielakan yang dinamai 'Beng goat Kiam eng' atau 'Bayangan pedang diterang bulan'. Ujung pedang seperti menusuk dada tapi sebenarnya yang diarah adalah 'jalanan nasi' (tenggorokan). Cepat laksana kilat gerakan ini dilakukan, maklumlah Louw Bin Cie adalah jago pedang maka julukannya juga 'Sian-jin Siang-kiam', si Sepasang Pedang Dewa. Tapi.... terbelalak sepasang matanya si Sepasang Pedang Dewa ketika melihat ujung pedangnya bukan menusuk tenggorokan tapi nancap diantara dua jari mungil si Dewi Ular Emas, wajahnya si elok bersenyum manis ke arahnya. Louw Bin Cie kerahkan tenaga dalamnya untuk menarik pulang pedangnya yang dijepit dua jarinya Kim Coa Siancu tapi meskipun ia berdegingan, tidak dapat ia tarik lolos dari jepitan jari lawan. Kaget si Sepasang Pedang Dewa, peluh bercucuan di seluruh tubuhnya. "Mari, kita jangan terlalu lama main-main !" berkata Kim Coa Siancu berbareng terdengar suara 'pletak !'. Itu adalah suara patahnya pedang Louw Bin Cie hingga si jago pedang hanya memegangi pedang buntung di tangannya sambil berdiri menjublek, tidak tahu apa yang ia harus berbuat saking kagetnya. Pedang Louw Bin Cie bukan sembarangan pedang. Dibuat dari baja pilihan, meskipun pendek, bobotnya berat juga. Bukan sedikit menemui senjata lawan yang lebih besar dan berat, pedangnya dapat memapas kuntung. Tapi sekarang, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sekarang ditangannya Kim Coa Siancu hanya ujungnya saja dijepit oleh dua jarinya yang halus mungil, sekali dikutik, pedang sudah patah persis pada tengah-tengahnya. SAmpai dimana tenaga alam Kim Coa Sianvu, benar-benar susah diukur. Oleh karenanya si Sepasang Pedang Dewa menjadi menjublek, tidak tahu apa yang ia harus bikin saat itu. Kepalanya nunduk dengan perasaan kagum. "Hi hi hi !" suara ketawa yang membuat si Sepasang Pedang Dewa tersadar dari kekagetannya. Cepat ia angkat mukanya, kiranya suara ketawa itu sudah berada di tempat jauh. Kim Coa Siancu sudah tidak ada pula disitu, berbareng Cui Sian alias Sian Bwee dengan ayah bundanya sekali, sudah tidak kelihatan mata hidungnya. Louw Bin Cie hanya bisa menghela napas beberapa kali dengan putus harapan. Ia lalu membongkoki badannya, memungut pedangnya yang jatuh tadi. Perlahan-lahan ia bertindak meninggalkan tempat itu dengan penuh teka teki akan kelihaian Kim Coa Siancu yang muda belia dan cantik luar biasa. Beberapa lie ia jalan tanpa merasa, tiba-tiba ia melihat jauh di depan seperti ada dua orang sedang meneduh di bawah pohon, yang satu tengah berdiri, yang lainnya tengah duduk, dua-dua kelihatan menyandar pada batang pohon. Louw Bin Cie kegirangan akan menemui dua orang ditempat yang sepi itu. Pikirnya, dapatkah mereka ia buat teman kongkouw (ngomong) dalam perjalanan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia cepatkan jalannya. Beberapa tindak lagi mendekati dua orang itu, ia lantas hendak membuka mulut menyapa tapi katakatanya urung meluncur dari bibirnya karena matanya tiba-tiba jadi terbelalak kaget. Kiranya orang-orang yang menyandar itu bukan seperti biasanya menyandar melepaskan lelah, keduanya tertusuk dengan pedang. Yang menyandar sambil berdiri adalah seorang yang masih muda, dadanya tertusuk pedang hingga menembus ke batang pohon, sementara yang satunya lagi adalah wanita muda, lehernya disate pedang menembus pohon. Mata keduanya melotot gusar seakan-akan kematian mereka itu penasaran. Meskipun si Sepasang Pedang Dewa banyak pengalamannya bertempur, kematian-kematian seperti yang ia saksikan sekarang adalah wajar. Tapi mengingat bahwa kematian mereka ini bukan dari perkelahian tapi akibat keganasan Kim Coa Siancu, membuat hatinya tergetar setelah melihat tanda goresan Cap Ular Kecil yang berlegot-legot jalan pada jidatnya si korban masing-masing. Suatu tanda cap yang menakutkan bagi siapa yang melihatnya. Siapakah korban-korban itu ? Louw Bin Cie tidak berani memeriksa kantong baju mereka, untuk mendapatkan petunjuk siapa sebenarnya mereka itu. Ia takut akan keracunan dan menemui kematian konyol. Kembali Louw Bin Cie melihat lagi akan sepak terjangnya Kim Coa Siancu. Sebenarnya menurut hatinya yang tidak tega, Louw Bin Cie ingin gulung tangan baju bantu mengubur dua mayat itu tapi mengingat bahanyanya racun Kim Coa Siancu. Ia urungkan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ niatnya, ia lalu meneruskan perjalanannya sambil menghela napas. Baru kali ini si Sepasang Pedang Dewa banyak keluarkan elahan napas dalam perjalanan. Biasanya ia paling gembira dan nyalinya besar, meskipun dalam perjalanan menempuh bahaya. Belum berapa lama Louw Bin Cie berjalan, kembali ia menemukan sesosok tubuh yang sedang celentang. Ketika ia datang mendekati, kaget bukan main sebab orang itu adalah si muka putih, temannya si gemuk yang tampak sudah jadi mayat dengan tanda goresan Cap Ular pada jidatnya. Kemana perginya si kumisan, temannya si gemuk yang satunya lagi ? Demikian tanya Louw Bin Cie dalam hati kecilnya. Louw Bin Cie makin jeri hatinya. Tak ada tempo ia untuk memeriksa tubuh si muka putih yang sudah jadi mayat, ia lantas teruskan perjalanannya. Ingin cepat-cepat ia sampai di rumah untuk mendongeng kepada kawan-kawan halnya si Dewi Ular Emas yang hebat dan menggemparkan sepak terjangnya. Pikirnya, yang penting ia harus lekas-lekas keluar dari daerah berbahaya yang termasuk wilayah Coa-kok supaya jangan sampai menemukan kematian konyol. Akhirnya ia sampai juga di Tong-pek-cun, satu dusun yang ramai dan banyak penduduknya, terletak di luar wilayah berbahaya dari Lembah Ular. Hatinya Louw Bin Cie baru merasa lega. Ia mamir pada sebuah rumah makan 'Ce-lamtiam' yang kesohor dengan arak wanginya. Banyak orang dari lain tempat datang, kebanyakan pada masuk dalam rumah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ makan itu. Maka tidak heran kalau sabah hari rumah makan itu penuh dengan tamu-tamu, kalau tidak dari luar dudun, tentu yang datang makan dari dalam dusun itu sendiri. Sedang enaknya Louw Bin Cie mencicipi makanan lezat dan arak wangi sebagai pengantarnya, tiba-tiba matanya melihat pada seorang tamu yang barusan masuk. Ia kenali itulah si kumis teman si gemuk. Ia ingin dapat beromong-omong dengan si kumis, mengerti teman-temannya yang telah gugur dan maksud mereka ke Lembah Ular. Dengan cara kebetulan, si kumis kehabisan tempat dan datang makan satu meja dengan Louw Bin Cie. Mereka lalu berkenalan, sementara menunggu hidangan si kumis yang perawakan kecil kurusm memperkenalkan namanya Tiong Kiat she Lie asalah dari propinsi Kwitang. Louw Bin Cie terkejut. Pikirnya, apa bukan dianya ? Lantas ia menanya, "Lie-heng ini bukannya Kengcu Kim-kauw cian yang menggemparkan Kwitang ?" Kengcu Kim-kauw-cian artinya 'Si Gunting Emas dari kota Kengcu'. "Ah, itu hanyalah nama kosong saja." sahut Lie Tiong Kiat merendah. "Aku sendiri tidak punya kepandaian apa-apa tapi teman-teman Kangouw main sembarangan memberi julukan 'si Gunting Emas', sungguh berkelebihan." Louw Bin Cie terkejut mendengar namanya Lie Tiong Kiat yang bergelar di Gunting Emas, lantaran mendengar sepak terjangnya si Gunting Emas yang hebat dan pantas dapat pujian. Ia menindas si jahat menolong si lemah. Di samping TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ilmu silatnya tinggi, tubuhnya enteng seperti jatuhnya selembar daun kalau ia lompat dari atas menginjak tanah, tidak ada suaranya. Lompat tingginya melebihi kepandaian jago-jago silat kelas satu, khusus ia namakan ilmu entengi tubuhnya itu 'Kim cian coan in' atau 'Panah emas tembusi mega'. "Sepantasnyalah kalau orang memberikan julukan kau demikian." kata Louw Bin Cie seraya manggut-manggut kepalanya, air mukanya tersenyum ramah. "Nama saudara Louw juga sangat santar terdengar di telingaku. Maka aku girang sekali dapat berkenalan dengan saudara." si Gunting Emas balas memuji. (Bersambung) Jilid 07 Letak meja mereka makan di satu pojokan, agak jauh dari meja tamu lain. Maka dengan leluasa mereka dapat membicarakan soal-soal yang rahasia, asal tidak keras-keras bicaranya. Demikian, kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Louw Bin Cie untuk menanyakan halnya si Gunting Emas datang ke Lembah Ular. Lie Tiong Kiat kaget Louw Bin Cie timbulkan soal Kim Coa Siancu. Mengingat ia sudah berada di luar wilayah Lembah Ular, tidak ada halangan untuk berbicara dengan Louw Bin Cie mengenai halnya Kim Coa Siancu. Ia menanya, "Dari mana saudara tahu halnya aku ke Coa-kok ?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ketika kawan saudara yang gemuk itu menemui ajalnya, aku juga beserta kawan-kawan berada di sana menyaksikan." sahut Louw Bin Cie. "Louw-heng kata bersama-sama kawan, sekarang kawankawanmu ada dimana ?" tanya Lie Tiong Kiat. Ia heran Louw Bin Cie hanya sendirian tapi menyebutkan ada kawankawannya. "Lie-heng jangan kaget." sahut Louw bin Cie. "Seperti dengan kau, aku juga sudah kehilangan kawan-kawan dalam perjalanan." "Juga dibunuh Kim Coa Siancu ?' tanya Lie Tiong Kiat. "Satu yang di bunuh, sedang yang lain pada mengikuti si Dewi Ular Emas." "He, bagaimana bisa begitu ?" Louw Bin Cie menghela napas. Lalu ia ceritakan terbunuhnya Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim, pertemuannya dengan Cui Sian yang dikenali Lengkoan Giok-lie dan Ma Liong sebagai puterinya yang hilang diculik. Kemudian muncul Kim Coa Siancu, Lengkoan Giok-lie digigit Cui Sian dan ingatannya menjadi berubah dan lalu menggigit Ma Liong sehingga suaminya ini pun menjadi berubah pikirannya dan mengikuti si Dewi Ular Emas dengan kesukaan sendiri. Kemudian ia sendiri maju, nekad untuk menempur Kim Coa Siancu tapi kesudahannya dipecundangi dengan cara yang memalukan sekali. Si Gunting Emas Lie Tiong Kiat manggut-manggut, kemudian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terdengar ia menghela napas. Atas permintaan Louw Bin Cie, si Gunting Emas lalu menuturkan riwayat perjalanannya ke Lembah Ular yang ia tidak sangka-sangka akan berbahaya sekali. Pada suatu malam gelap dan hujan turun dengan rintik-rintik. Keadaannya sunyi senyap dan hawanya dingin membuat orang tidur nyenyak berselimut tebal. Pada saat itu, Tan Eng Sian (si jangkung teman si gemuk) barusan saja pulang dari rumah kawannya yang tinggal di luar kota Hokcu dimana ia menginap dua malam untuk memberi pertolongan kepada anak temannya yang dapat sakit. Tan Eng Siang selainnya terkenal pandai silat, juga pandai obat-obatan. Maka tidak jarang ia mendapat undangan sahabat atau kenalan yang anggota keluarganya dalam sakit untuk diminta pertolongannya. Tatkala ia samapi di halaman rumahnya, tiba-tiba ia dibikin kaget oleh berkelebatnya bayangan keluar dari jendela rumahnya. Ia tidak tahu bayangan siapa yang merupakan asap menghilang ditelan kegelapan, yang terang ia mendengar suara seram, "Hihihi..." sehingga ia kaget dan menduga bayangan tadi manusia yang masuk ke dalam rumahnya. Tan Eng Sian tergopoh-gopoh menggedor pintu yang segera dibukai oleh seorang pelayan laki-laki tau yang sudah bongkok. "Siapa yang masuk barusan ?" tanya Eng Sian cepat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Tidak ada yang masuk kemari," sahut si kakek bongkok. Eng Sian tidak sempat memajukan pertanyaan lebih jauh karena hatinya penuh dengan kekuatiran rupanya sebab sikapnya amat gugup. Cepat ia pergi ke kamarnya. Ternyata kamar dikunci dari sebelah dalam. Ia heran sebab tidak biasanya sang istri tidur dengan pintu kamar terkunci. Sebab menurut kata istrinya sebaiknya pintu kamar jangan dikunci, kalau ada apa-apa gampang keluarnya. Ini ada alasan yang janggal tapi karena ia sangat mencintai istrinya ialah istri kedua yang baru dua tahun ia nikah, karena istri pertamanya meninggal dunia pada lima tahun berselang, ia tidak keberatan dengan usulnya itu. Tapi kenyataannya sekarang dikunci dari sebelah dalam ? Kenapa ? Ah, tentu perbuatan orang jahat yang merupakan bayangan tadi, pikirnya. Dalam keadaan mendesak, diliputi oleh kekuatiran, tidak ada jalan lain Tan Eng Sian mendobrak pintu kamar dengan paksa karena sang isteri yang dipanggilpanggil beberapa lamanya belum juga membuka pintu kamarnya. Waktu sang pintu sudah terpentang, sekali lompat Tan Eng Sian sudah berada di dalam kamar. Matanya terbelalak ketika ia melihat ke atas pembaringannya. Ia tampak berdiri menjublek dengan wajah gusar, matanya tidak berkedip memandang ke arah pembaringan dimana isterinya tampak rebah celentang dalam pakaian hawa (telanjang) sedang di sisinya ada seorang lelaki yang memeluk sang isteri dalam pakaian adam. Adegan dua orang telanjang bulat inilah yang membuat Tan Eng Sian berdiri menjublek dengan mata TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terbelalak. Dari sangat gusar, Eng Sian menjadi heran sebab dua manusia yang main-main pat-pat gulipat itu tidak bergerak, apalagi lompat ketakutan dan pakai pakaiannya kembali. Ketika Tan Eng Sian mendekati dengan kegusaran yang meluap-luap, ternyata dua manusia mesum itu sudah tidak ada napasnya. Jiwanya telah melayang, entah sejak kapan. Cepat Tan Eng Sian periksa, ternyata mereka tidak terluka apa-apa. Kapan diselidiki lebih tegas, kiranya mereka itu telah ditotok urat kematiannya dalam keadaan telanjang bulat seperti yang dihadapi ia sekarang. Saking gemasnya tiba-tiba tangan Tan Eng Sian menyambar saling susul dan dua manusia mesum itu dilain saat tubuhnya sudah pada pindah ke lantai, sedikitpun tidak mengeluarkan kesakitan meskipun terbanting keras karena memang dua manusia menjijikan itu sudah tidak bernapas lagi. Eng Sian lalu keluar, ia berteriak memanggil si bongkok. Meskipun suaranya keras dan diulang-ulang, tidak kelihatan si bongkok datang menghampiri. "Kemana si bongkok perginya, apa dia sudah mampus ?" berkata Tan Eng Sian dalam marahnya seraya kakinya bertindak ke kamar si bongkok. Di situ tidak ada orangnya, makin meluap amarahya Tan Eng Sian. Ia pergi ke belakang berteriak-teriak memanggil pelayan-pelayannya yang lain tidak ada kelihatan muncul satu juga. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Si kakek bongkok itu Eng Sian belum jelas benar asal usulnya. Ia menemukan si bongkok di halaman kuil 'Malaikat Bumi', ketika ia mengantar Loan Giok, isterinya sembahyang membayar kaul penyakitnya supaya sembuh. Si bongkok dengan roman yang mengharukan soja-soja minta pekerjaan pada Eng Sian suami isteri untuk pekerjaan apa saja ia mau terima asal dapat makan katanya. Atas usulnya Loan Giok yang merasa kasihan pada si kakek bongkok, ia telah diterima bekerja untuk membikin bersih kebun di pekarangan sebab kebetulan tukan kebunnya Eng Sian berhenti pada dua hari yang lalu. Melihat kecerdikannya si kakek bongkok setelah satu minggu tinggal pada keluarga Tan Eng Sian sudah percayakan padanya untuk menjaga pintu di waktu malam sebab Eng Sian sering bepergian. Tuan rumah puas dengan pekerjaan si bongkok, ia sangat cekatan dan gesit. Kalau Eng Sian pulang malam, menggedor rumahnya tidak sampai diulangi berkalikali, si bongkok sudah lantas membukainya. Sudah jangka dua minggu si bongkok bekerja pada Tan Eng Sian. Melihat bujang-bujangnya tidak muncul, si bongkok juga kemana tahu, Eng Sian lari masuk lagi, menghampiri satu pojokan dalam ruangan tengah rumahnya dimana terdapat sebuah lemari cukup besar dan berta, tapi untuk Eng Sian tidak menjadi halangan, ketika ia menggeser lemari itu kelihatan enteng dapat dikisarkan. Terkejut Eng Sian seketika, mukanya tampak pucat melihat lubang rahasia tempat menyimpan hartanya sudah dibongkar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ orang. Tiada seorang yang tahu tempat menyimpan harta itu dibawahnya lemari kecuali Loan GIok isterinya. Maka itu, lantas saja ia mencurigai isterinya. Tapi bagaimana ia menegur dan tanya Loan Giok karena sang isteri sudah tidak bernyawa lagi ? Sejak ia masuk ke dalam rumah tadi, yang ia kuatir adalah lubang rahasia itu karena di dalamnya ada tersimpan satu kalung lehe dari batu giok (kumala) tertabur berlian yang ia dapat miliki dari Gouw Tiang Su saudara angkatnya dengan mempertaruhkan jiwanya. Gouw Tiang Su adalah satu maling terbang yang licin, entah dari mana ia dapat menyikat kalung kumala sangat berharga itu. Ketika ia memperlihatkan hasilnya itu kepada Tan Eng Sian, lantas timbul dalam hatinya si orang she Tan yang serakah untuk memiliki barang-barang berharga. Ketika diminta, malah mau dibeli dengan uang, barang itu tak diberikan oleh Gouw Tiang Su, maka Eng Sian terpaksa menggunakan kekerasan untuk memilikinya. Dalam perkelahian yang sangat seru, Eng Sian hampir celaka kalau tidak ada orang ketiga yang datang menyela. Ialah seorang muda dari usia tiga puluhan, mukanya tampan, namanya Coan Sim, she Tan sama dengan Eng Sian yang telah bantu mengerubuti Gouw Tiang Su hingga ia kewalahan dan akhirnya ia menyerah, barangnya dirampas oleh Tan Eng Sian. Karena kejadian itu maka Coan Sim sering-sering suka datang bertamu ke rumah Eng Sian yang disambut dengan manis budi dan ramah oleh tuan dan nyonya rumah. Loan Giok ketika ikut Tan Eng Sian sudah janda, ditinggal mati TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ oleh suaminya yang menjadi sahabar Eng Sian. Ia ambil Loan Giok terdorong oleh perasaan kasihan. Tatkala mana usia Loan Giok bukan muda lagi, sudah 45, lebih tua 4 tahun dari Eng Sian. Tapi lantaran Loan Giok bisa merawat diri, wajahnya tetap segar seperti juga wanita yang baru berusia 30an. Wajahnya yang hitam manis botoh, kalau tertawa memincuk jantung membuat Eng Sian yang sudah lama bujangan, tidak punya pilihan lain selain mengambil Loan Giok sebagai istrinya untuk menyambung kebahagiaan sampai di hari tuanya. Memang benar Loan Giok ada seorang istri yang baik, tidak genit dan mencintai suaminya hingga selama itu Eng Sian merasa puas dengan pelayanan Loan Giok. Kebahagiaan yang diharap sampai tua oleh Eng Sian suami isteri ternyata tak dapat terlaksana. Manusia boleh mengharap, tapi guratan nasib tak dapat dielakkan. Demikian awan mendung telah muncul memayungi keluarga Tan ialah dengan munculnya Coan Sim, bintang penolong Eng Sian ketika menghadapi Gouw Tiang Su. Coan Sim tampan wajahnya, tapi hatinya busuk. Tukang mempermainkan anak isteri orang degnan ketampanannya sebagai modal. Ia tidak punya pekerjaan, sehari-harinya hanya luntang lantung saja. Kalau ia bisa berlaku royal dalam hidupnya yang workloss itu karena berkat dari tante girang yang membantunya. Pada sore itu dimana Tan Eng Sian sedang keluar, Coan Sim dapat kesempatan ngobrol dengan Loan Giok. Nyonya untuk TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ rumah pandang Coan Sim adalah pemuda sopan santun. Memang demikian ia membawa kelakuannya di depan Tan Eng Sian dan Loan Giok apabila sedang omong-omong. Maka Loan Giok tidak berkeberatan menemani Coan Sim mengobrol, malah si pemuda dapat suguhan hidangan enak berupa kue-kue dan teh hangat sebagai kawan dalam menikmati pasang omong. Dalam omong-omong, bukan sekali dua kali mereka beradu pandangan hingga Loan Giok sering tundukkan kepala, hatinya tergetar karena pandangan tajam dari matanya si anak muda tampan. Sebaliknya, Coan Sim makin tergiur memandang calon tante girang didepannya yang hitam manis dengan senyum memikat. Dari omong-omong sopan lantas melantur kepada kata-kata melantur, itulah Coan Sim yang mulai keluarkan aksi merayunya. Ia berkata, "Siapa tidak jadi kegirangan omongomong dengan Tan-hujin yang sangat cantik...." Tan-hujin artinya nyonya Tan. "Saudara Tan, kau omong berlebihan." sahut Loan Giok seraya angkat kepalanya dari menunduk marusan karena tikaman mata lihai si anak muda. Coan Sim ketawa. Ia kata lagi, "Selama aku ingat belum pernah aku memuji siapa juga kecuali pada hujin yang memang aku kagumi kecantikannya...." Berdebar hatinya Loan Giok. Belum pernah ia mendengar kata-kata yang dapat membanggakan sanubarinya seperti yang ia dengar dari mulut Coan Sim yang seolah-olah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bunyinya musik mengalun di telinganya. Ia diam saja. Sampai Coan Sim berkata lagi, "Kecantikan hupjan diatas dari segala gadis cantik dari umur 17 keatas. Hahaha, ini bukannya bohong. Aku berani bersumpah. Gerakan hujin diwaktu jalan, diwaktu duduk, dilengkapi oleh senyuman manis memikat, siapa yang akan tidak gugur imannya ?" "Aha, saudara ini suka main-main. Aku sudah menjadi nenek dan...." "Itu hanyalah pikiran hujin." Coan Sim cepat memotong sebelum Loan Giok melanjutkan kata-katanya. "Usia tidak menjadi ukuran, kalau memang wajah sendiri memang cantik dipandangan orang." Mau tidak mau, Lok Giok yang biasanya tidak genit, menjadi berubah mendadak sontak mendengar rayuan Coan Sim yang dahsyat itu. Dari suaminya yang dulu maupun yang sekarang, belum pernah Loan Giok mendengar pujian tentang kecantikan dirinya apalagi yang demikian muluk seperti yang ia dengar dari mulutnya si anak muda yang tampan. Waktu ia melirik pada wajah si pemuda yang tengah berseri-seri ke arahnya, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tersenyum membalas, kemudian dengan lagak manja ia berkata, "Apa iya ?" "Siapa yang membohongi hujin ?" si anak muda kata, romannya serius. "Baiklah, aku akan kasih hadiah...." kata si nyonya rumah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Berbareng ia bangkit dari duduknya, entah mau kemana. Coan Sim juga cepat bangkit, ia menghadang. Dengan berani ia pegang kedua lengan Loan Giok, ia menarik dan mendekap badan Loan Giok di dadanya. Dua tubuh bersentuhan hangat, tergetar hatinya Loan Giok. Ia coba berontak, susah terlepas dari pelukannya Coan Sim. Ketika ia angkat mukanya mendongak, tahu-tahu mulurnya sudah ditekan bibirnya Coan Sim. Dari berontak ia menjadi jinak. Hanya tangan kirinya mengikuti tangan kanan Con sim yang mulai galak dan berkeliaran meraba buah dada yang jadi berombak dan lainlain anggota tubuh sampai si nyonya bergemetaran ketika tangan nakal Coan SIm sampai pada bagian yang hanya oleh tangan suami yang syah bagian itu boleh disentuh. "Ah, kau. Jangan disini...." kata Loan Giok perlahan, tangannya yang kanan berbareng mendorong dada si pemuda hingga ia terlepas dari pelukan Coan Sim yang ceriwis kemudian jalan tanpa menoleh lagi. Coan Sim kesima sebentaran tapi ia segera mengikuti si nyonya. Ia sudah dapat menduga maksudnya si nyonya dan benar saja ia telah dibawa ke kamarnya. Girang seperti menemui gunung emas, ketika Coan Sim sudah berada dalam kamar si tante girang. Terdengar dari sebelah luar suaranya Loan Giok. "Ah, kau begini nakal terhadap nenek-nenek. Hihihi....." "Nenek-nenek justru yang bisa main... ma..."sahut Coan Sim terputus. Berbareng terdengar suara pintu didorong terbuka, seorang kakek bongkok masuk ke dalam dengan pisau ditangannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dua manusia mesum itu terbelalak kaget. Loan Giok sembat selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. "Kakek gila, kenapa kau berani masuk ke kamar nyonyamu !" semprot Loan Giok. Coan Sim yang memang punya kepandaian silat sudah segera hendak melompat menerkam si kakek, ia tidak takut orang ada bawa pisau tajam. Sayang, sebelum ia bergerak si bongkok sudah sampai dan menotok 'thian ki hiat', jalan darah pada iga kanannya hingga ia terkulai di ranjang dalam keadaan tidak berpakaian. Loan Giok menjadi ketakutan, mukanya pucat seperti kehabisan darah. "Hehehe, jangan takut !" kata si bongkok. "Asal kau mau katakan dimana disimpannya kalung kumala, aku tidak akan apa-apakan kau dan lelaki jahanam ini !" sambil menunjuk pada Coan Sim yang tidak berkutik. Loan Giok memang menyayangi kalung kumala berharga itu seperti juga dengan Eng Sian suaminya. Tapi dalam keadaan yang genting itu dimana jiwanya tentu lebih pentind dari pada kalung kumala, maka ia lantas berkata, "Kau cari di bawah lemari yang terletak dipojokan dari ruang tengah !" "Bagus ! Kau tunggu sampai aku ketemukan barang itu. Kalau kau bohong, awas !" mengancam si bongkok seraya putar tubuhnya jalan kelua dan pintu ia kunci dari sebelah luar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hingga Loan Giok tidak bisa keluar menggunakan kesempatan si kakek lagi pergi. Loan Giok menangis lalu bangkit memeriksa keadaan Coan Sim yang hanya sepasang matanya saja berputar, badannya sendiri tak dapat digerakkan. "Oh, kau kenapa jadi begini ?" tanya si nyonya Tan seraya menggoyang-goyang tubuh si pemuda yang diam saja. Nyonya Tan tidak tahu kalau Coan Sim kena ditotok. Tante girang tidak jadi girang menghadapi kegawatan pada saat itu. Sebagai nyonya yang tidak genit dan memang baik kelakuannya, Loan Giok menangis menyesalkan kelakuannya yang tidak benar. Ia telah khilap seketika, pada saat mendengar rayuan asmara dari si pemuda tampan tapi busuk hatinya. Apa daya sekarang ? Ia hanya mengharap belas kasihan si kakek bongkok, sebentar bila ia sudah kembali. Ia tahu bahwa si bongkok tidak akan gagal mencari kalung kumala. Sebentar lagi ia mendengar pintu di buka, si kakek tampak berjalan masuk sambil ketawa-ketawa. Tapi ketika sampai tidak jauh dari tepi pembaringan, Loan Giok kaget melihat sikapnya berubah bengis. Ia ketakutan, hampir ia selimuti kepalanya sekali kalau tiak keburu mendengar si kakek berkata, "Tan-hujin terima kasih. Ini !" berbareng ia kodok sakunya dan keluarkan kalung kumala dan diperlihatkan pada Loan Giok. "Bagus, kau bawalah !" sahut nyonya Tan, hatinya agak lega TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ karena si bongkok tidak sebengis tadi malah suaranya pun enak didengar. Pikirnya, ada harapan ia. Tapi tiba-tiba ia terkejut ketika si bongkok datang lebih dekat ke tepi pembaringan dan cenderungkan badannya, tangannya diulur seperti hendak memegang tubuhnya. Ia memeramkan matanya, ia pasrah pada nasib kalau sampai si kakek hendak memperkosa dirinya asal jiwanya dikasih hidup. Kiranya si bongkok bukannya hendak memeluk Loan Giok yang sudah siap menyerahkan diri, sebaliknya ia menototk urat kematian Loan GIok yang seketika itu si tante girang berkelejetan sebentaran dan napasnya pun lantas putus. Coan Sim melihat kejadian itu menjadi ketakutan. Tidak lama sebab ia juga lantas menyusul arwahnya si nyonya hitam manis yang belum jauh meninggalkannya. Setelah membereskan si pemuda mesum, si bongkok singkap selimut yang menutupi tubuh Loan Giok kemudian angkat badannya Coan Sim yang sudah jadi mayat, di gabrukan ke tubuhnya Loan Giok hingga keadaannya seperti yang saling peluk dalam keadaanya yang tidak genah dipandang untuk mereka yang beriman teguh. Demikian, si bongkoklah yang membereskan dua manusia mesum itu, sekarang kemana si kakek bongkok dengan kalung kumalanya ? Eng Sian berdiri terpaku sekian lama tatkala menyaksikan lubang rahasia penyimpanan hartanya sudah dibongkar orang. Ia jongkok lalau memeriksa, benar saja kalung kumalanya sudah terbang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hehehe ! " Sekonyong-konyong terdengar suara ketawa dibelakangnya. Cepat Tan Eng Sian balik tubuhnya, kiranya yang ketawa itu tiada lain adalah si bongkok yang dicari-cari. Eng Sian bangun dari jongkoknya lantas menghajar si bongkok dengan dua kepalannya tapi ia menghajar angin karena si bongkok sudah berkelit dengan lincahnya. Malah Eng Sian menjadi kaget sebab si bongkok sekarang sudah tidak bongkok pula badannya. "Kau.... kau, siapa sebenarnya ?" Eng Sian menanya gugup. "Hehehe, kau mau tahu siapa aku ? Aku adalah Kut-nia Huima Sie Toan Leng !" di kakek memperkenalkan namanya sehingga tergetar hatinya Eng Sian. Tan Eng Siang kaget karena Kut-nia Hui-ma atau 'Si Kuda Terbang dari Bukit Tulang' Sie Toan Leng adalah begal tunggal yang malang melintang di sekitar pegunungan Kiansan. Wataknya angin-anginan hingga orang bisa serba salah menghadapinya, kalau bukan kawan karibnya yang biasa galang gulung dengannya. "Kenapa kau menjadi orang bongkok dan nyelusup ke rumahku ?" tanya Eng Sian. "Kalau tidak ada kepentingan, mana si Kuda Terbang mau merendah menjadi orang bongkok segala !" jawabnya, seenaknya saja kelihatannya. "Jadi, kau yang curi kalung kumala dalam rumahku ?" "Tepat dugaanmu, saudara Tan." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kau yang bunuh dua manusia hina itu dalam kamar ?" "Kau menebak jitu sekali, saudara Tan." "Aku tidak perduli dengan dua manusia hina itu, tapi kalung kumala itu. Hm ! Apabila kau tidak kembalikan, jangan harap kau bisa keluar dari rumahku !" Sie Toan Leng tiba-tiba tertawa terbahak-bahak hingga Tan Eng Sian heran. "Kau mentertawakan apa ? Memangnya aku tidak bisa buktikan ucapanku barusan ?" "Aku tertawa bukannya tertawakan kau." sahut si Kuda Terbang. "Aku tertawa karena kedogolanku hingga barang yang sudah ada di tangan bisa hilang dirampas orang. Saudara Tan, kau paham akan kata-kataku ini ?" Tan Eng Sian melongo. Ia belum dapat menangkap betul apa maksud kata-kata Sie Toan Leng barusan, maka ia lalu minta ketegasan. "Setelah aku membereskan dua manusia terkutuk itu, aku keluar kamar dan kuncikan mereka dari luar. Pikirku, kalau kau pulang aakn dapat pergoki bagaimana tidak setianya istrimu dan kawan mudamu itu." demikian Kut-nia Hui-ma Sie Toan Leng bercerita kepada Tan Eng Sian. "Lalu, terus, terus bagaimana dengan kalung kumala itu." mendesak Eng Sian tidak sabaran. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ketika aku jalan sampai di pertengahan rumah, aku masih sempat mengodok keluar dari sakuku kalung kumala itu untuk aku memandangnya sekali lagi. Sekonyong-konyong aku rasakan ada angin dingin berkesiur disampingku. Aku kaget. Sebelum aku tahu apa-apa kalung kumala itu sudah pindah tangan. Kaget dan gusar saat itu, lantas aku melihat di depanku gadis cantik tersenyum ke arahku." "Kalung kumala tampak ada ditangannya yang putih halus. Aku merasa gegetun, cara bagaimana ia dapat merampas barang itu dari tanganku tanpa merasa apa-apa. Apakah dia satu setan gentayangan ? Tapi kupikir di dunia mana ada setan, maka aku lantas membentak, 'Anal sambel, kau berani permainkan kakekmu ? Lekas kembalikan barang yang ditanganmu itu !' Dia tidak menyahut hanya ketawa manis saja." "Aku si Kuda Terbang, mana ketarik dengan senyuman wanita cantik. Hatiku lebih ketarik oleh kalung kumala yang dengan susah payang aku dapatkan. Maka seketika itu aku membentak lagi, 'Kau berani permainkan kakekmu !' Berbareng aku pun maju untuk menyerang dan merampas pulang kalung kumala. Tapi.... ia hanya mengebas perlahan dengan lengan bajunya ke arahku, tiba-tiba aku rasakan serangkum angin menerjang sangat kuat sekali hingga tindakanku tertahan oleh karenanya. Aku heran, kukerahkan tenaga dalam dan maju terus. Si jelita kembali mengebas dengan lengan bajunya, kali ini agak kerasan dikit tapi cukup membuat aku terpelanting hingga dahiku tambah daging karena kebentur pinggir meja. Sialan, pikirku. Amarahku jadi meluap. Berbareng terdengar suara ketawa 'Hihihi..'. Gadis itu sudah menghilang dari pandanganku, lenyap bersama dengan kalung kumala...." Demikian si Kuda Terbang menutup TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ceritanya. Tan Eng Siang berdiri termangu-mangu mendengar si Kuda Terbang ceritanya. Ia menghela napas. Apa daya ? Pikirnya kalau kalung kumala itu masih ada pada Sie Toan Leng, biarpun ia harus mengadu jiwa, ia akan berusaha untuk merampas pulang barangnya. Tapi sekarang, putuslah harapannya. Bagaimana ia bisa menghadapi lawan, sedang si Kuda Terbang sendiri yang kepandaiannya sangat tinggi, hanya dikebas sekali sudah terpelanting. Kut-nia Hui-ma Sie Toan Leng lalu ngeloyor pergi. "Tunggu." kata Tang Eng Sian tiba-tiba. "Kau mau apa lagi ? Barangmu toh sudah tidak ada padaku, apa kau tidak percaya ?" berkata si Kuda Terbang seraya ketawa. "Bukan itu maksudku." sahut Tan Eng Sian. "Aku hanya mau tahu apa kau kenal gadis yang datang kesini itu ?" "Mana aku tahu, sebab kenal wajahnya juga baru pada saat itu." "Sebagai begal tunggal, kau harus tahu !" Si Kuda Terbang termenung sebentar. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Eh," katanya sekonyong-konyong seperti yang teringat sesuatu, telunjuknya ditekankan pada jidatnya. Ia meneruskan, katanya : "Sekarang aku ingat. Menurut katanya kawan-kawanku yang suka tinggal suara ketawa berbareng orangnya menghilang adalah Kim Coa Siancu dari Coa-kok !" "Kim Coa Siancu...." menggumam Tan Eng Sian. Ia pun pernah dengar tentang munculnya Kim Coa Siancu yang melakukan penculikan beberapa lama berselang. Menurut berita, datang dan perginya hantu itu ada menakjubkan seakan-akan bagaikan asap yang lenyap ketiup angin. Tiada seorang pun yang pernah mempergoki wajahnya. Ia sendiri menduga hantu itu romannya menakutkan luar biasa, maka kepandaiannya ada sangat tinggi. Kalau seperti yang dikatakan sekarang oleh si Kuda Terbang, dia hanya ada satu gadis cantik saja, ia sangsi apakah dia itu ada Kim Coa Siancu yang dihebohkan dalam kalangan Kangouw ? "Kim Coa Siancu sangat lihai." si Kuda Terbang berkata lagi. "Datang dan perginya hanya seperti bayangan. Aku belum yakin ada manusia demikian lihai tapi setelah sekarang aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri, mau tidak mau aku harus mengakui memang Kim Coa Siancu ada begini !" berbareng ia menunjukkan jempolnya. Tan Eng Sian cemas hatinya. Pikirnya, bagaimana ia bisa dapat pulang barangnya yang sangat berharga itu di tangan seorang yang sangat lihai ? "Kalung kumala itu ada sangat berharga, bagaimana kau pikir ?" tanya Eng Sian. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Aku tahu, kalau tidak, bagaimana aku berusaha untuk memilikinya ?" Tan Eng Sian manggut-manggut. "Sekarang." katanya. "Kalung kumala ada di tangan Kim Coa Siancu, apakah kau tidak ada niat untuk merebutnya kembali ?" "Itu bukan pekerjaan mudah." sahut si Kuda Terbang. "Aku harus runding dulu dengan teman-temanku, tentang bagaimana baiknya." "Bagus ! Marilah kita berlomba, siapa yang dapat merampas pulang lebih dulu." "Baiklah !" sahut si Kuda Terbang, berbareng ia pun lantas ngeloyor dari situ. Tan Eng Sian pun lantas bekerja, mengubur mayatnya Loan Giok dan Coan Sim dengan diam-diam di belakang rumahnya yang terdapat kebun yang rindang. Dengan begitu, maka Tan Eng Sian tidak perlu lagi berurusan dengna yang berwajib. Kalung kumala yang menjadi rebutan itu, kecuali harganya sukar dinilai, juga mempunyai khasiat untuk kesehatan. Siapa yang pakai kalung itu, katanya tidak akan didatangi penyakit dan badan akan selalu merasa sehat dan segar. Bagaimana Kut-nia Hui-ma Sie Toan Leng dapat tahu adanya kalung kumala itu dirumahnya Tan Eng Sian, sebabnya karena Gouw Tiang Su yang memberitahukan padanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kalau digunakan kekerasan, si Kuda Terbang menyangsikan kepandaiannya. Maka si Kuda Terbang berpikiran menggunakan jalan halus yaitu menjadi pembantu Tan Eng Sian, dalam rumah diam-diam ia menyelidiki dimana disimpannya barang permata itu. Tuakng kebun Tan Eng Sian, ia sogok suruh berhenti bekerja. Maka dengan mudah si Kuda Tebang diterima bekerja di rumahnya keluarga Tan. Sudah dua minggu ia lakukan penyelidikan dengan sabar, tidak juga ia berhasil. Kebetulan Tan Eng Sian tidak ada dirumah, ia pergoki nyonya rumah sedang main gila dengan Coan Sim. Menggunakan kesempatan ini, ia berhasil menggertak Loan Giok dan menemukan barang permata yagn dicarinya sekian lama. Tapi dasar bukan miliknya, tiba-tiba muncul Kim Coa Siancu. Barang yang sudah ada ditangannya dipindah tangan oleh Kim Coa Siancu dengan demikian mudahnya. Kim Coa Siancu datang ke rumahnya Eng Sian pun bermaksud hendak memiliki kalung kumala karena tertarik dengan khasiatnya untuk kesehatan. Kiranya barang itu sebenarnya adalah milik seorang pangeran Boan yang ternama. Lantaran kehilangan barangnya itu, ia telah membuat pengumuman. Barang siapa yang dapat mengembalikan kalung kumala itu akan diberi hadiah besar atau pangkat dalam pemerintahan. Rupanya pangeran itu sangat berpengaruh, maka dengan mudah dapat menjanjikan pangkat pada siapa yang dapat mengembalikan barangnya yang sangat berharga itu. Kim Coa Siancu dapat tahu hal kalung kumala itu berdasarkan pada pengumuman itu. Tan Eng Sian adalah jago silat ulung, banyak pengalamannya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dan banyak kenalannya. Seperti katanya si Kuda Terbang Sie Toan Leng, pikirnya, memang tidak mudah dengan sendirian saja berurusan dengan Kim Coa Siancu. Maka itu, ia sudah kumpul kawan-kawannya yang dianggap paling akrab dan dapat mengawal menyatroni Lembah Ular. Keputusan Tan Eng Sian pergi dengan diantar oleh tiga orang kawannya. Lembah ular belum dapat dicari, Tan Eng Sian sudah harus menyerahkan jiwanya dalam perjalanan sebagaimana yang sudah diceritakan di atas. Demikian Kim-kauw-cian Lie Tiong Kiat menutur pada Louw Bin Cie. Kita kembali pada Lo In yagn tinggal dalam rumahnya Liu Wangwee. Melihat Bwee Hiang berubah menjadi pendiam dan selalu berduka sejak ayahnya meninggal dunia, membuat Lo In menjadi tidak betah lama-lama dalam rumah orang hartawan itu. Wataknya paling suka bergembira, tidak memusingkan hal yang dihadapi, apalagi untuk urusan yang sudah lewat. Makanya, ia paling cocok dengang Eng Lian. Tapi kemana perginya enci Lian ? Lo In sering-sering menanya pada dirinya sendiri. Mengingat bahwa dia keluar lembah, meninggalkan rajawali dan kawan-kawan keranya disebabkan untuk mencari Eng Lia, maka dalam pikirannya kini selalu berbayang Eng Lian yang lincah jenaka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pada suatu sore ia berkata pada Bwee Hiang : "Enci Hiang, sudah lama aku berada disini. Maka besok pagi aku akan teruskan perjalanan mencari enci Lian. Harap enci Hiang baikbaik saja di rumah sampai aku sudah menemui enci Lian. Tentu akan datang pula kemari untuk menyambangmu lagi." Bwee Hiang terkejut mendengar kata-kata Lo In yagn tidak diduga-duganya. "Adik kecil, apa kau tega meninggalkan encimu begitu saja ?" ia menanya. "Semua urusan sudah beres, tidak halangannya kalau aku meninggalkan enci sekarang. Aku toh sudah janji akan kembali kalau nanti sudah menemui enci Lian." "Tapi bukan itu yang kumaksudkan." "Habis, aku harus berbuat bagaimana ?" "Sucoan Sam-sat adalah musuh besarku." kata Bwee Hiang, romannya beringas ketika ia menyebutkan 'Sucoan Sam-sat', ia meneruskan, "Hutang darah pada keluarga Liu harus aku tagih berikut dengan bunganya !" "Nah, tagihlah ! Mudah saja, bukan ?" kata Lo In wajar, bukan melucu. "Adik kecil, kau kelewatan...." Bwee Hiang tiba-tiba menutup mukanya dan menangis. Lo In menjadi heran. Ia berkata, "Enci Hiang, kau jangan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menangis. Aku jadi tidak enak melihatnya." "Adik kecil, kau tahu aku tidak berdaya terhadap mereka." kata Bwee Hiang seraya susut air matanya dan terisak-isak. "Aku harus belajar kepandaian lagi, baru aku akan mencari mereka. Dengan kedua tanganku akan kubereskan jiwa mereka !" "Oh, mau tambah kepandaian ? Mudah saja. Cari guru yang pandai dan belajar sungguh-sungguh, bukankah itu jalan yang paling baik. Untuk apa enci menangis ?" "Adik kecil, kau sungguh kelewatan terhadap encimu...." si gadis menangis makin menjadi, ia sangat menyesalkan Lo In. "Enci Hiang, jangan menangis. Apa salahnya omonganku yang barusan ?" Bwee Hiang tundukkan kepala seraya masih terisak-isak menangis. Lo In kebingungan karena kata-katanya disalahkan. Ia menanya, "Habis, bagaimana aku harus berbuat supaya hati enci senang ?" "Adik kecil." sahut Bwee Hiang sambil menyusut air matanya. "Kepandaianmu di atas jago silat yang mana juga, kenapa kau begitu pelit untuk mengajarkan satu dua jurus pada encimu untuk bekal bagiku untuk menuntut balas ?" "Hehehe, jadi enci mau angkat aku jadi guru ?" Bwee Hiang mengangguk, ketawa mesem ia melihat lagak si bocah yang lucu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Mana bisa begitu." Lo In kata. "Usia enci jauh lebih banyak dariku, bagaimana aku lebih muda boleh menjadi gurumu. Hahaha...." Lo In tertawa terbahak-bahak. Bwee Hiang jengkel. Ia merasa seperti dipermainkan si bocah saja, suaranya agak kaku ketika ia berkata, "Adik kecil, kalau kau tiadk mau ajari encimu, aku juga tidak hendak memaksa !" "Bukan begitu, aku masih kecil masa harus jadi guru ?" "Tak usah main guru-guruan, kalau kau mau ajari encimu !" "Hehehe, enci marah ya ?" Lo In menggodai si gadis yang sedang cemberut. "Memang, memang aku marah !" sahutnya kaku. "Senang aku melihatnya kalau enci Hiang marah !" Gemas hatinya Bwee Hiang mendengar ucapan Lo In. "Bagus, kau mau suruh aku mati kejengkelan, bocah !" bentak Bwee Hiang. Lo In ketakutan melihat enci Hiang benar-benar marah. "Enci Hiang, kau jangan marah." kata Lo In cepat melihat gelagat jelek. "Hm, kau senang melihat aku marah, kenapa sekarang suruh aku jangan marah ?" "Bukan lantaran itu, enci Hiang !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Habis, lantaran apa kau senang ?" "Lantaran wajah enci, makin marah kelihatan makin cantik. Aduh !" Lo In tiba-tiba mengaduh karena tangan Bwee Hiang yang lemas halus tiba-tiba menyambar kupingnya, dipuntir agak keras. "Nah, rasakan hadian dari mulut bocormu !" kata Bwee Hiang. Ketawa si gadis karena serangan mendadaknya berhasil menemui sasarannya. Lo In sudah sangat lihai. Sebeanrnya, tidak semudah yang dipikirkan Bwee Hiang, si bocah kena dijewer kupingnya. Ia melihat gerakan si gadis tapi ia antapkan supaya si gadis merasa senang, malah ia berteriak mengaduh lagi sehingga benar-beanr membuat Bwee Hiang merasa puas dengan hasil gerakannya yang tiba-tiba. Lo In pura-pura kesakitan, kedua tangannya memegangi telinganya yang dipuntir tadi, dengan gerak griknya yang lucu ia berkata, "Enci Hiang, kau betul kejam. Masa kuping orang dipuntir hampir copot ? Sakit tuh !" Mau tidak mau Bwee Hiang jadi ngikik ketawa geli. Sejak itulah Bwee Hiang belajar kepandaian pada Lo In. Selama bergaul dengan Lo In, Bwee Hiang dapat menyelami watak si bocah yang selalu bergembira, seakan-akan dalam alam pikirannya tidak ada kata-kata 'sedih' atau 'duka'. Ia senang bersenda gurau, ketawa-ketawa riang, bersentuhan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ badan saking sengitnya bercanda. Semua itu terjadi karena wataknya yang polos, bukan timbul karena kelakuan kurang ajar yang disengaja. Bwee Hiang yang sudah 'matang' dalam usia dewasa, mulamula merasa jengah mengimbangi gerak gerik Lo In, ketakutan kepada kedua tangannya dipegang, ditarik untuk diajak berjoget di lantai ruangan atau dilapangan berlatih, tapi belakangan setelah menyelami watak polos dari si bocah, ia tidak ragu-ragu lagi untuk menyerah di ajak bergembira ria oleh Lo In. Berpegangan tangan dan bersentuhan badan, sudah tidak menjadi soal lagi bagi si gadis. Lantaran ini juga, si bocah jadi betah berkumpul dengan Bwee Hiang. -- 20 -- Eng Lian untuk sementara seperti terlupa saja dalam alam pikirannya Lo In karena Bwee Hiang dapat diajak bermain seperti juga si bocah bermain-main dengan si dara cilik yang sekarang sudah berubah nama menjadi Kim Coa Siancu yang menyeramkan sepak terjangnya. Bwee Hiang adalah gadis berbakat, cerdas otaknya untuk memahami sesuatu pelajaran terutama dalam hal ilmu silat, yang ia rindukan mendapat kepandaian tinggi untuk dengan tangannya sendiri ia dapat menuntut balas kepada musuhmusuhnya. Di bawah didikan si 'guru cilik', dalam tempo pendek kepandaiannya Bwee Hiang meningkat berlipat kali, lwekangnya hebat hingga jurus 'Bwee hiang boan wan' atau 'Harumnya bunga bwee memenuhi taman' yang si nona paling suka mainkan menjadi sangat lihai. Pedangnya yang menariTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ nari diisi dengan tenaga dalam yang kuat, membuat senjata itu menyambar-nyambar laksana kilat cepatnya mengarah tempat-tempat yang berbahaya di tubuh lawan. Kenyataan ini Bwee Hiang rasakan ketika berlatih dengan Lo In. Si 'guru cilik' minta supaya si gadis menyerang dengan sungguh-sungguh seperti menghadapi musuh yang sungguhan, ia lalu mainkan jurus 'Bwee hiang boan wan' yang hebat luar biasa hingga ketika latihan dihentikan, tampak si gadis air mukanya menyungging senyum puas. Bwee Hiang tadinya seorang gadis yang keras hati, agak angkuh. Maklumlah puterinya seorang hartawan. Tidak mudah untuk mengundang ketawanya yang mahal. Tapi, malah ia kenal si bocah berwajah hitam, malah belakangan pergaulannya makin rapat dengan guru angkatnya Lo In sebagai 'guru ciliknya', dalam tempo satu setengah tahun si gadis menjadi berubah segala-galanya. Kepandaian silatnya meningkat berlipat ganda, wataknya juga jadi ketularan watak Lo In yang selalu bergembira ria. Setelah Lo In merasa Bwee Hiang sudah dapat dilepas dalam suatu pertarungan kelas wahid, untuk mencari pengalaman, si bocah usulkan untuk Bwee Hiang ikut berkelana dengannya dalam dunia Kangouw. Ia sendiri tidak tahu bagaimana sebenarnya yang dinamai dunia Kangouw, tapi tujuan pertamanya adalah hendak mencari tahu halnya Eng Lian, entah dimana enci Liannya itu sekarang. Ketika mendengar usulnya Lo In, cepat Bwee Hiang menyahut, "Memang aku sedang pikirkan untuk keluar cari pengalaman, kebetulan kau membuka jalan. Mari, kapan kita berangkat, adik kecil ?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Bagaimana dengan rumah yang begini besar dan pabrikpabrik kalau enci tinggalkan ?" balik menanya Lo In yang menaruh perhatian juga rupanya selama ia diam satu tahun lebih dengan Bwee Hiang. "Adik Hiang, kau perhatikan juga soal rumah dan pabrikku, itu bagus." berkata Bwee Hiang. "Semua itu mudah saja aku atur. Nanti aku angkat pamanku Liue Keng Sin menjadi kuasa penuh untuk mengurusnya. "Kalau begitu." sahut Lo In ketawa, "Kapan saja enci sudah bereskan urusan, sehingga boleh kita berangkat." Bwee Hiang setuju. Pada malamnya si nona mengajak Liu Keng Sin berunding, ternyata ia tidak keberatan diserahi pertanggungan jawab yang besar sebab memang sejak Liu Wangwee mati, ia meamng sudah diserahi kuasa atas semua kekayaan hartawan Liu. Setelah membereskan urusannya, Bwee Hiang pada hari berikutnya telah mengajak Lo In berangkat untuk berkelana. "Bagus !" Lo In kegirangan. "Mari kita berangkat !" kata Lon In, nampak Bwee Hiang sudah berdandan rapi, ketawa nyengir ke arah si gadis. "Apa yang kau ketawai, anak kecil ?" tegur Bwee Hiang. "Kau kelihatan lebih... eh, eh, jangan...." Lo In terputus omongannya karena dengan serentak tangannya si noan kelihatan berkelebat hendak menjewer kupingnya tatkala ia mengatakan 'lebih'... TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bwee Hiang seolah-olah sudah tahu kemana arahnya katakata nakal si bocah. "Tahu takut kok !" Bwee Hiang kata, ketawa manis. "Sejak tempo hari telingaku dipuntir." kata Lo In, "Sampai sekarang rasanya masih meresap dalam jantung. He he he...." Kata-kata si bocah dengan sewajarnya, tidak mengandung apa-apa tapi Bwee Hiang tanpa merasa wajahnya berubah semu merah sehingga ia mau cekikikan tidak jadi. Si gadis artikan kata-kata Lo In seperti yang hendak membilang,"Jiwamu adalah tanda kasih yang kusimpan dalam hari sampai sekarang." Cuma si bocah memakai kata-kata yang tidak langsung hingga arti sebenarnya tersembunyi di dalamnya. Lo In sekarang sudah gede, umurnya sudah 16 tahun, tidak bisa disamakan dengan 2 tahun berselang dalam usia 14 tahun kata-katanya ngawur, demikian pikirnya Bwee Hiang. Apakah si bocah dalam perjalanan nanti kurang ajar terhadapnya ? Ia jadi ragu-ragu untuk berangkat. "Enci Hiang." berkata Lo In. "Dalam perjalanan kita ini, kalau kita menemui hotel, kita pesan 2 kamar. Kalau kebetulan kita nginap di hutan, aku nanti tidur di pohon dan kau dibawahnya. Bukankah ini menyenangkan perjalanan kita ?" Bwee Hiang tercengang, "Baik, baik, bagus..." sahut Bwee Hiang ngawur. Ia agak gugup dalam menghilangkan kecurigaannya tadi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kiranya ia curiga tanpa beralasan. Si bocah ada demikian sopan, dengan dalih apa ia menuduh si bocah akan berbuat sesuatu yang kurang ajar terhadapnya. Kata-kata Lo In itu membuat kesangsian Bwee Hiang tersapu pergi tanpa bekas. Dengan gembira ia mengajak si bocah mulai meninggalkan rumahnya. Ketika sampai di pintu pekarangan, tiba-tiba Bwee Hiang merandek dan memandang si bocah dengan senyumannya yang manis. "Masih ada yang ketinggalan ?" tanya Lo In. "Bukan itu." sahut Bwee Hiang. "Aku lihat kau tidak membekal senjata. Bagaimana nanti kalu kita ketemu orang jahat ?" Lo In tertawa terbahak-bahak. Katanya, "Enci Hiang, kau masih sangsikan aku si bocah dengan tangan kosong dapat menundukkan lawan ?" "Bukan tidak percaya." sahut Bwee Hiang. "Paling baik kalau kau membawa senjata. Aku pikir pedang adalah benda yang paling mudah untuk dibawa-bawa. Bagaimana kalau kau bawa pedang ayahku ?' Lo In geleng kepala. Bwee Hiang tahu Lo In kepala batu juga, maka ia tidak memaksa dan ia berkata, "Kalau begitu, mari kita berangkat !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bwee Hiang berkata seraya gerakkan kakinya diikuti oleh Lo In yang segera sudah berada disisinya untuk diajak omongomong. Seperti burung yang terlepas dari kurungan, tampak Bwee Hiang amat gembira melakukan perjalanan berkelana. Perjalanan mereka sangat menarik perhatian umum yang berlalu lalang lantaran wajah mereka yang sangat menyolok perbedaannya. Bwee Hiang yang cantik lemah gemulai sedang Lo In wajahnya hitam legam kelihatannya lucu. Kalau banyak yang lalu lalang sering tersenyum memandang ke arah mereka, hanya yang memperhatikannya Bwee Hiang sedang Lo In acuh tak acuh dengan perasaan heran mereka. Biasanya kalau apa-apa yang ganjil suka mendapat gangguan, begitulah terjadi dengan perjalanan muda mudi itu yang belum lama meninggalkan kampungnya. Ketika 2 lie lagi sampai di dusun Suyang-tin, Lo In dan Bwee Hiang telah kesamprokan dengan rombongan pemuda berandal. Kira-kira ada lima belas orang, mereka smeua pada membekal senjata tajam. Ada yang membawa pedang, golok dan sebagainya. Rupanya mereka barusan habis latihan ilmu silat. Ketika mereka melewati Lo In dan Bwee Hiang, satu diantara dari mereka yang kepalanya gundul nyeletuk, "Sayang, gadis begitu cantik dikawal oleh satu bocah hitam. Coba yang temani aku, tentu akan lebih pantas ! Hahaha...." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ciang Hong, kau jangan suka usilan !" mencegah temannya yang jalan di belakang, rupanya adalah pemimpin rombongan. Pemuda yang dipanggil Ciang Hong menoleh ke belakang, bukan ke arah si pemimpin ia memandang tetapi ke arah Bwee Hiang yang kebetulan mengawasinya. Matanya mengedipi Bwee Hiang hingga si gadis menjadi mendongkol. Memang sejak mendengar kata-kata Ciang Hong tadi si gadis sudah gusar, sekarang ia melihat sikap pemuda tersebut yang makin kurang ajar, bukan main marahnya. Si gadis meludah, tanda muak melihat lagaknya Ciang Hong. Melihat itu, Ciang Hong tidak senang. Ia keluar dari rombongannya yang sedang jalan, menghampiri Bwee Hiang yang seketika itu juga sudah sampai di depannya sebab memang sama-sama mau ke dusun Suyangtin. "Kau meludah untuk apa, hah !" bentak Ciang Hong, tangannya berbareng nyelonong mau menyolek wajah Bwee Hiang yang cantik. Bwee Hiang tidak banyak cakap. Begitu tangan si ceriwis sampai, kepalanya mengelak sedikit berbareng tangan Ciang Hong ditangkap. Cukup dengan satu sentakan si ceriwis nyelonong nyungsep dalam gerombolan rumput alang-alang di tepi jalan. Kawan-kawannya Ciang Hoang hentikan jalannya melihat Ciang Hong sekali gebrak dipecundangi si gadis. Sebentar lagi mereka lihat Ciang Hong sudah keluar lagi dari gerombolan alang-alang. Dengan gusar ia membentak, "Kau berani