TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lagi kepada Sucoan Sam-sat karena mereka tentu tidak akan
berani lagi datang kemari sedang bentrokan dengan Tan Kong
Ceng sebaikanya diselesaikan saja agar tidak menanam
permusuhan yang tidak ada gunanya."
"Terima kasih atas nasihat Injin (tuan penolong),aku akan
perhatikan betul-betul. Cuma saja....." Liu Wangwee tidak
dapat menemukan kata-katanya, sebaliknya ia tersenyum
kepada tamunya yang aneh itu.
"Cuma saja apa, toako ?" tanya si kerudung merah.
"Cuma saja aku menyesal tak dapat melihat wajah Injin." sahut
Liu Wangwee.
"Untuk apa melihat wajahku. Kita berkenalan cara begini saja
sudah cukup." kata si kerudung merah, ia tertawa gelak-gelak.
Liu Wangwee terkejut, suara tertawa itu seperti ia kenal baik
tapi dimana ia pernah mendengarnya, siapa orangnya ? Maka
dengan bernapsu berkata, "Injin, suara ketawamu aku kenal
benar, hanya dimana aku pernah mendengarnya aku sudah
lupa lagi. Dasar aku sudah tua, tukang pelupa !"
"Toako kenal suara tawaku, itu sudah bagus." sahut si
kerudung merah. "Sekarang belum waktunya aku
memperkenalkan wajahku tapi ada suatu waktu, tentu aku
akan datang pula untuk menyambangi toako dan disitulah
toako nanti kenali siapa diriku."
Liu Wangwee tidak memaksa si kerudung merah untuk
memperkenalkan diri karena sudah jelas si bintang penolong
sungkan berbuat demikian. Maka ia suruh seorang pelayan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk panggil keluar nonanya, untuk kasih selamat jalan
kepada bintang penolongnya yang hendak berangkat hari itu.
Sebentar lagi tampak Bwee Hiang sudah keluar, lalu Liu
Wangwee berkata pada gadisnya, "Anak Hiang, Injin akan
berangkat hari ini juga. Lekas kau mengucapkan selamat jalan
dan terima kasih."
Bwee Hiang lantas berlutut dihadapan si kerudung merah
yang sedang duduk di kursi.
"Budi Injin sebesar gunung, entah dengan apa kami dari
keluarga Liu dapat membalasnya. Moga-moga Thian akan
melindungi Injin dalam perjalanan dengan tak kurang suatu
apa pun. Bwee Hiang mengharap perpisahan ini hanya untuk
sementara saja dan segera akan disusul oleh kunjungan Injin
sehingga Bwee Hiang dapat melayani Injin lagi..." demikian si
gadis mengucapkan kata-kata selamat berpisahnya, air
matanya tampak bercucuran jatuh di lantai.
Bwee Hiang sangat duka hatinya. Ia tidak menduga si
kerudung merah akan meninggalkan mereka demikian
cepatnya sebab hari kemarin ia duduk berkumpul dengan si
bintang penolong, tidak ada omongan bahwa si kerudung
merah akan berangkat hari ini.
Dalam beberapa hari berkumpul, disamping si kerudung
merah terus mengobati ayahnya, tamu asing itu sangat ramah
terhadap dirinya. Ia dapat banyak petunjuk dalam hal ilmu silat
maupun sastra, dan Bwee Hiang juga sangat hormat dalam
pelayanannya sehingga si kerudung merah kelihatan betah
tinggal dalam rumah Liu Wangwee.
Sebagaimana dengan ayahnya, Bwee Hiang juga sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berusaha memancing siapa dirinya si kerudung merah tapi
tamu itu selalu kesampingkan omongan yang menyinggung
tentang keadaan dirinya, maka Bwee Hiang tidak berani
mendesak.
Kini tiba-tiba ia mendengar si kerudung merah akan angkat
kaki dari rumahnya, tentu saja si nona menjadi terkejut dan
merasa sangat sedih.
Seraya mengelus-elus rambut si nona, si kerudung merah
berkata, "Anak Hiang, kau tak usah menangis. Kau lupa
dengan peribahasa yang mengatakan, 'Tiap ada berkumpul.
selalu ada berpisah'. Maka perpisahan ini semoga disusul
dengan kunjunganku berikutnya. Kata-katamu ini tepat sekali.
Nah, bangunlah nak !"
Sementara Bwee Hiang bangkit dari berlututnya sambil
menyusuti air matanya dengan saputangan berbareng si
kerudung merah juga bangkit dari duduknya. Setelah angkat
tangan menyoja pada Liu Wangwee, dengan tidak berkata
apa-apa lagi ia putar tubuhnya dan meninggalkan ruangan itu
dengan cepat sehingga Liu Wangwee tertegun ditempatnya
melihat sikap tamunya yang aneh itu.
Sebentar saja si kerudung merah sudah lenyap dari
pandangan mereka.
Sejak itu ayah dan anak itu berlatih keras dalam ilmu pukulan
maupun pedang untuk berjaga-jaga kalau-kalau dari pihaknya
Tan Kong Ceng mencari gara-gara pula.
Dengan dapat beberapa petunjuk yang berharga dari si
kerudung merah, dalam tempo pendek ilmu pedang Bwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiang sudah berubah jauh. Ia merasa girang akan
kemajuannya itu tapi ia tidak pernah lupa untuk berterima
kasih kepada tamu anehnya itu.
Hari lewat dengan cepat laksana anak panah yang melesat
dari busurnya. Tanpa terasa sudah satu tahun setengah
dilewati sejak kunjungannya si kerudung merah. Ternyata si
bintang penolong tidak kelihatan mata hidungnya pula. Tapi
Liu Wangwee dan Bwee Hiang tentram hatinya karena ilmus
ialtnya sudah banyak maju.
Sementara itu desa Kunhiang pun sudah banyak berubah.
Desa itu maju karena pabrik-pabrik disitu bertamah banyak.
Penduduk makin banyak sehingga makin ramai desa itu,
tentam dan aman. Hartawan Tan juga tidak mencari gara-gara
pula kepada Liu Wangwee.
Liu Wangwee mengira keadaan akan dinikmati terus dampai
hari tuanya, tidak dikira pada suatu hari ia dibikin terkejut
dengan adanya kabar yang tersiar bahwa Sucoan Samsat
sudah kembali mengganas. Mereka sedang mencari si
kerudung merah.
Kabar yang mengagetkan Liu Wangwee adanya berita yang
mengatakan bahwa Sucoan Sam-sat akan membakar dan
menghancurkan desa Kunhiang kalau mereka tidak
menemukan si kerudung merah. Mereka hendak
melampiaskan angkara murkanya kepada desa Kunhiang
sebagai gantinya si kerudung merah.
Bingung hatinya Liu Wangwee bersama gadisnya. Kemana
mencari si kerudung merah yang sampai sebegitu jauh tidak
mengunjungi rumahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Liu Wangwee ingat akan sahabatnya yang tinggal
dikota Gakwan, dibawah kaki gunung Hengsan, ialah Soatcian
Ang Ban Teng, Pangcu dari Ceng Gee Pang.
Pikirnya, Ceng Gee Pang ada mempunyai banyak anggauta,
tersebar luas, siapa tahu dengan bantuan Pangcu dari Ceng
Gee Pang, ia dapat berita dimana adanya si kerudung merah
supaya dapat diberitahukan tentang maksud Sucoan Sam-sat
mencarinya.
Demikianlah, Liu Wangwee setelah memesan Bwee Hiang
untuk berhati-hati dirumah, ia berangkat ke kota Gakwan
menemui Ang Ban Teng dan minta pertolongan sahabat ini.
Ang Ban Teng dan Liu Wangwee ada sahabat dari banyak
tahun, maka pertemuan mereka sangat menggembirakan. Liu
Wangwee tidak minta bantuan sang sahabat untuk
menghadapi tiga algojo dari Sucoan, ia hanya minta bantuan
supaya mendengar-dengar dimana adanya si kerudung
merah. Ang Ban teng menjanjikan akan membantunya.
Meskipun tidak diminta bantuan untuk menghadapi Sucoan
Sam-sat, Ang Ban Teng tidak enak nampak sahabatnya
menghadapi bencana, maka Pangcu dari Ceng Gee Pang itu
sudah perlukan malam-malam mengunjungi markas
cabangnya di atas jurang Tong-hong-gay seperti yang kita
ceritakan disebelah atas.
Sudah dua minggu lamanya sejak kunjungannya pada Ang
Ban Teng, diam-diam Liu Wangwee merasa cemas hatinya
karena belum mendapat berita apa-apa dari sahabat itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada suatu siang hari untuk menghibur diri dari
kecemasannya, Liu Wangwee jalan-jalan disekitra desa dan
akhirnya memasuki rumah makan An Goan dimana ia minta
disediakan arak dan makanan sederhana untuk mengisi
perutnya.
Setelah ia menengak beberapa sloki araknya, tiba-tiba ia
dibikin kaget oleh suara ramai-ramai diatas loteng. Ketika ia
melihat ke loteng, saat itu satu anak kecil tengah dilemparkan
oleh dua pelayan rumah makan melalui langkan.
Liu Wangwee memeramkan matanya saking ngeri melihat
adegan itu. Pikirnya, anak kecil dilempar dari atas loteng yang
demikian tinggi, bagaimana jadinya kalau sebentar jatuh diatas
lantai. Kalau tidak hancur, sedikitnya anak itu bakalan
setengah mati keadaannya. Ketika ia membuka pula matanya,
tiba-tiba ia berseru, "Eh...."
Matanya terbelalak heran sebab anak kecil itu tampak lagi
berdiri tidak kurang suatu apa, hanya kedua tangannya
memegangi perutnya.
Tampak dua pelayan yang melemparkan si bocah turun dan
satu diantaranya yang dipanggil Lo-ji telah mendamprat. "Enak
saja kau ngomong. Besok-besok sampai kapan kau akan
membayarnya ? Memangnya uang sewa kamar disini boleh
diulur-ulurkan ? Hmm ! Bocah, lebih baikkau sekarang pergi
dari sini supaya jangan aku si Lo-ji menggebuki kau setengah
mati. Hayu, pergi sana. Bocah tukang sikat !"
"Aku bukan mau sikat uang sewaan kamar cuma aku mau
minta tempo besok." kata si anak kecil.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lo-sam, kawannya Lo-ji menghampiri si bocah, katanya,
"Sudah, sudah, hayo keluar. Jangan sampai Lo-ji turun tangan
!"
Lo-sam berkata sambil menjoroki si anak kecil hingga
sempoyongan.
Tamu-tamu rumah makan itu jadi pada menonton kejadian itu.
Mereka lihat si anak kecil wajahnya hitam legam seperti pantat
kuali, usianya kira-kira baru 14 tahun, cuma perawakannya
ada tinggi kurus. Entah anak siapa dia, para tamu menanya
dalam hatinya.
Ada yang menanyakan pada Lo-ji, lalu menerangkan. "Aku
tidak tahu dia anak siapa, hanya dia sudah menginap disini
selama tiga malam. Ketika diminta uang sewa kamar dan
makan, katanya besok, besok kapan ? Dia memang anak
gembel yang kesasar ke sini rupanya."
Lo-ji tutup kata-katanya sambil menghampiri si bocah yang
belum mau pergi.
Ia ulur tangannya dan menjoroki lagi sambil berkata, "Lekas
keluar, aku tak ingin melihat cecongormu, tukang sikat !"
Kembali si bocah sempoyongan, malah kali ini sampai
terpelanting tapi ia cepat bangun lagi. Para tamu pada ketawa
terbahak-bahak melihat kejadian itu.
Hanya Liu Wangwee yang lihai matanya tidak turut ketawa.
Sedari tadi, pada saat ia buka matanya melihat si bocah tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apa-apa dilempar dari atas loteng, hatinya merasa heran.
Sekarang ia menyaksikan si anak kecil dijoroki sempoyongan
sampai terpelanting lagi, tapi kakinya antap betul. Anak itu
seperti mempunyai kepandaian yang disembunyikan.
Melihat si bocah belum mau keluar, dua pelayan itu makin
marah. Dua orang lalu menubruk mau menggusur si anak
hitam dilempar keluar. Benar si bocah kena dicekal tapi waktu
mau diseret tidak bergeming seperti nyangkut pada tiang besi.
Tapi ini hanya sejenak saja, sebab lantas si bocah dapat
diseretoleh dua pelayan itu.
Dasar orang-orang dogol, pikirnya, barusan si bocah tidak
bergeming diseret lantaran kurang keras gentaknya, maka
mereka ulangi lagi, benar saja anak kecil itu kena diseret.
"Tahan !" tiba-tiba Liu Wangwee berkata ketika melihat si
bocah mau dilempar keluar.
Dua pelayan itu hentikan niatnya melempar si anak kecil
keluar. Mereka lihat ada orang menghampiri mereka, lantas
mereka kenali itu adalah Liu Wangwee, ketua dari orang-orang
kaya dalam desa itu.
Dengan sangat hormat, mereka menanyakan apa maksudnya
si hartawan mengucapkan kata 'Tahan !' yang mana dijawab
oleh Liu Wangwee, "Kalian lepaskan anak ini, semua
hutangnya aku yang tanggung !"
Dua pelayan itu melengak. Tapi tidak berani membantah,
maka seketika itu mereka melepaskan cekalannya hingga si
anak kecil sekarang bebas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Anak itu ketawa nyengir pada mereka, lalu membungkukkan
badan memberi hormat pada Liu Wangwee, katanya, "Terima
kasih atas kebaikan Lope."
"Anak kurang ajar, Loya begitu kenapa dipanggil Lope ?"
semprot Lo-ji mau ambil muka Liu Wangwee.
Tapi hartawan Liu menggoyangkan tangannya, "Kalian sudah
tidak ada urusan lagi, lekas layani tamu-tamu lainnya !"
Lo-ji jadi bengong. Dikira bakal dipuji tapi kenyataannya
menerima kata-kata pahit dari Liu Wangwee.
Lo-ji dan Lo-sam pada ngeloyor pergi.
"Anak, mari kita makan sama-sama." kata Liu Wangwee
seraya tangannya diulur mencekal lengan si anak kecil diajak
ke mejanya.
Liu Wangwee minta pelayan tambah hidangan lagi.
Setelah sama-sama sudah ambil tempat duduk, Liu Wangwee
menanya, "Anak, namamu siapa ?"
"Aku she Lo, nama In." sahut si anak kecil, yang memang Lo
In adanya. "Aku ribut dengan pelayan itu lantaran......."
"Sudah, sudah." memotong Liu Wangwee seraya goyanggoyang
tangannya. "Urusan dengan mereka sudah aku
bereskan, jadi tak usah kau sebut-sebut lagi. Aku hanya mau
berkenalan dengan kau, sebenarnya kau anak siapa ?"
Mendapat pertanyaan itu, Lo In tidak lantas menjawab. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kerutkan keningnya, berpikir apakah ia boleh mengaku ia
anaknya Kwee Cu Giok ? Tidak bisa, sebab ia tidak kenal
siapa Kwee Cu Giok itu. Anak Liok Sinshe juga tidak tepat
sebab Liok Sinshe janya pelindungnya saja, ia jadi sangsi.
"Anak, kau dapat kesulitan untuk menyebutkan nama orang
tuamu ?" tanya Liu Wangwee yang melihat Lo In seperti yang
ragu-ragu akan menyebutnya.
"Oh, bukan, bukan." sahut Lo In gugup. "Aku sendiri tidak tahu
aku anak siapa, maka aku jadi ragu-ragu untuk menjawabnya."
Lo In berkata dengan malu-malu, sambil tundukkan kepalanya.
Liu Wangwee ketawa. "Tidak apa, mari kita makan. Eh,
barusan aku lihat kau memegangi perut saja, apa kau sakit ?"
"Memang aku lagi sakit perut, tapi sekarang sudah baik."
jawab Lo In.
"Lantaran tubuhmu didorong-dorong tadi oleh dua orang dogol
itu, rupanya perutmu terkojak-kojak hingga perutmu kabur
sendirinya. Hahaha..." Liu Wangwee tertawa.
Lo In turut tertawa.
"Mari kita makan." mengundang hartawan Liu.
Lo In tidak diundang untuk kedua kalinya, ia hantam saja
makanan yang sudah tersedia di depannya. Sudah lama ia
hanya makan buah-buahan saja, kini menghadapi makanan
enak bukan main senangnya. Hampir kenyang, tiba-tiba ia
ingat sesuatu dalam benaknya, maka seketika itu ia letakkan
mangkok dan sumpitnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia bengong, dari kedua matanya tampak ada mengembeng air
mata.
Liu Wangwee heran melihat kelakuannya Lo In, ia menanya,
"Nak, kenapa ? Apa kau rasakan perutmu sakit lagi ?"
Lo In geleng kepala. "Aku menghadapi makanan seenak ini,
aku jadi ingat kepada seseorang yang pernah mengajak aku
makan seperti Lope sekarang ini." kata Lo In seraya menyusut
air matanya dengan tangan bajunya.
"Siapa orang itu ?" tanya Liu Wangwee.
"Lebih baik aku tidak menyebutkan namanya." sahut Lo In.
"Sebab dengan menyebutkan namanya aku menjadi lebih
sedih lagi."
Liu Wangwee tidak menanya panjang. Ia hanya menghibur,
"Orang baik memang selalu diingat orang, biarlah orang itu
mendapat lindungan Thian. Anak, kau jangan sedih, sebaiknya
kau makan terus dan lebih banyak."
Mendengar hiburan Liu Wangwee, bukannya Lo In terhibur
sebaliknya malah ia menangis tersedu-sedu hingga membuat
tamu-tamu yang duduk disekitarnya menjadi heran.
Liu Wangwee merasa tidak enak. "Nak, mari kita pulang. Di
rumah ada enci yang dapat menghiburmu."
Dengan serentak Lo In hentikan tangisnya yang terisak-isak
ketika mendengar Liu Wangwee menyebutkan kata 'enci'. Ia
ingat akan enci Eng Lian-nya. Apakah yang dimaksud oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang tua didepannya ini ada enci Eng Lian-nya ?
Lo In anggukkan kepalanya.
Liu Wangwee heran melihat kelakuannya si anak hitam,
apakah dia kurang waras ingatannya, tadi menangis tersedusedu
sekarang berhenti menangis seraya mengangguk,a pa
yang ia anggukkan ? Justru kelakuan Lo In yang ia anggap
aneh itu yang membuat Liu Wangwee makin keras niatnya
untuk mengetahui rahasia dirinya si bocah.
Meskipun ditutup oleh wajahnya yang hitam, mata Lo In yang
tajam bercahaya tidak bisa menutup matanya Liu Wangwee
yang lihai. Orang tua itu menduga pasti si bocah ada
berkepandaian sangat tinggi dilihat dari sorot matanya yang
tajam luar biasa seakan-akan ada membungkus tenaga dalam
yang dahsyat.
Setelah membayar uang makanan, Liu Wangwee lantas ajak
Lo In berlalu dari situ.
"Kau mau ajak aku kemana, Lope ?' tanya Lo In seperti yang
linglung.
"mari kita pulang." sahut Liu Wangwee manis budi.
"Pulang kemana ?" si bocah menanya heran.
"Ke rumahku. Mari, disana kita bisa ngomong-ngomong
dengan tiada yang ganggu." Liu Wangwee kata seraya tarik
tangan Lo In.
"Nanti dulu, aku mau ambil pakaianku sebentar." kata Lo In
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sambil terus lari naik tangga loteng masuk ke kamarnya.
Sebentar lagi ia sudah turun lagi dengan membawa buntalan
kecil. Liu Wangwee ketawa melihat kelakuan Lo In yang lucu.
Dalam perjalanan, Lo In menanya, "Lope kata tadi di rumah
ada enci ?"
"Ya, benar ada enci. Di sana kau akan ketemu enci." sahut Liu
Wangwee.
Lo In kegirangan. Jalannya makin cepat hingga Liu Wangwee
terheran-heran sebab ia sudah gunakan jalan cepat untuk
mencoba meninggalkan si bocah, kenyataannya Lo In masih
terus mengintil dalam jarang yang dekat sekali dengannya.
-- 14 --
Ketika sampai dirumah, Bwee Hiang heran melihat ayahnya
membawa pulang satu anak berwajah hitam seperti pantat
kuali. "Nah, ini encimu." kata Liu Wangwee memperkenalkan
anak gadisnya pada si bocah.
"Bukan, bukan, dia bukan enci Lianku." sahut si bocah
mengawasi Bwee Hiang.
"Siapa itu enci Lianmu ?" tanya Bwee Hiang, tersenyum
manis.
Lo In ketawa nyengir. Lucu kelihatannya hingga Bwee Hiang
tertawa ngikik.
"Anak Hiang, kau bawa masuk adikmu itu." kata Liu Wangwee
dari sebelah dalam, yang sudah masuk lebih dahulu setelah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memperkenalkan Bwee Hiang pada Lo In.
"Adik, mari masuk." kata Bwee Hiang.
"Ah, aku tidak mau. Tidak ada enci Lian, buat apa aku masuk."
kata si bocah seraya mundur dan mau ngeloyor dari depan
pintu masuk.
"hei, kau mau kemana ? Mari masuk, di dalam nanti enci kasih
makanan enak." membujuk Bwee Hiang seraya cekal
tangannya Lo In ditarik masuk ke dalam.
Lo In sudah mau bebaskan tangannya yang dicekal si gadis
kalau ia tidak mendengar Bwee Hiang kata 'mau kasih
makanan enak'. Ia ragu-ragu makanan enak apa yang akan
diberikan padanya oleh enci yang baru dikenal itu.
Lagian Bwee Hiang kelihatan ramah tamah meskipun tidak
selincah enci Liannya, si bocah merasa malu hati. Maka ia
menurut dituntun oleh Bwee Hiang dibawa masuk ke dalam
rumah dimana Lo In dapat lihat perabotan dan perhiasan
rumah itu sangat indah dan menarik perhatiannya.
Dasar orang gunung, ia menanya ini itu pada Bwee Hiang,
kapan ia melihat barang yang menarik hatinya. Si gadis sangat
sabar, ia memberi keterangan dengan terang hingga Lo In
menjadi girang.
"Ini namanya apa ?" tanya Lo In pada Bwee Hiang seraya
menunjuk sesuatu ketika ia dibawa ke ruang belakang.
Bwee Hiang pintar, otaknya cerdas. Melihat Lo In laga lagunya
seperti baru keluar dari pegunungan, maka ia selalu melayani
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gerak geriknya supaya si bocah senang.
Apalagi barusan dikisiki oleh ayahnya supaya ia perlakukan si
bocah baik-baik karena bocah itu ada isinya. Maka Bwee
Hiang menjaga hati-hati supaya tidak membikin hatinya si
anak kecil kurang senang.
Ketika ia ditanya Lo In sambil tersenyum ia menjawab, "Aku
Bwee Hiang, dan kau, siapa namamu ?"
"Aku she Lo nama In, enci Hiang." jawabnya seraya nyengir
ketawa.
Nyengir ketawa dalam wajah hitam macam pantat kuali, tentu
saja kelihatannya lucu dan tak tahan Bwee Hiang untuk tidak
tertawa. Ia ngikik ketawa sambil menekap mulutnya dengan
tangannya yang halus putih.
Lo In senang melihat teman barunya banyak ketawa. Pada
Bwee Hiang ternyata Lo In lebih terlepas omongannya hingga
diam-diam si gadis pun merasa suka pada anak hitam ini.
Ditanya kenapa Lo In ribut dalam rumah makan, Lo In lantas
saja nyerocos cerita. ia kata bukannya ia tidak mau bayar
uang sewa kamar tapi lantaran uangnya kena dicopet orang,
maka ia minta tempo besok. Apa mau pada hari yang
dijanjikan ia sakit perut tidak bisa keluar hingga kembali
berjanji besok. Tapi orang-orang rumah makan tidak mau
mengerti dan mengusir dia seperti mengusir binatang. Untung
ketemu sama Liu Wangwee dan membereskannya, kalau tidak
entah bagaimana jadinya.
"Orang usirmu seperti binatang, kenapa kau tidak melawan ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tany Bwee Hiang.
"Aku anak kecil, mana bisa menang sama orang tua." sahut Lo
In ketawa.
"Kau bohong, ya. Kalau kau mau, mungkin dua orang dogol itu
bukan tandinganmu." berkata lag si gadis yang hendak
memancing Lo In.
Lo In ketawa nyengir. "Enci Hiang bisa saja. Aku tidak pandai
berkelahi. Bagaimana aku bisa menangkan dua orang tua itu"
jawab Lo In kemudian.
Si bocah suka dengan humor, maka laga lagunya sabansaban
bikin Bwee Hiang ketawa ngikik hingga diam-diam si
gadis merasa suka sama adik kecil ini.
Omong-omong tidak terasa lagi hari sudah sore. Lo In permisi
pada Bwee Hiang hendak berlalu, tapi si gadis menahan.
"Nanti dulu, aku akan kabarkan pada ayah." katanya.
"Jangan ganggu orang tua. Biarkan dia mengaso. Sebentar
pun masih boleh enci sampaikan aku punya rasa hormat dan
terima kasih padanya." berkata Lo In ketawa.
"Adik kecil, kau jangan pergi dulu. Kalau aku pergi, aku nanti
marah !" kata Bwee Hiang sambil bangkit dari duduknya dan
masuk ke dalam menemui ayahnya.
Lo In tidak berani tinggalkan tempat itu, karena ia takut
membuat marah Bwee Hiang yang ia pandang sebagai enci
yang sangat baik padanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Selagi menanti Bwee Hiang, pikirannya melayang pada Eng
Lian. Dimana enci nakal itu sekarang berada, dimana ia harus
mencaharinya ?
Dalam keadaan ngelamun, tiba-tiba ia ditegur oleh Bwee
Hiang, "Adik kecil, kau lagi ingati apa saja sampai terbengongbengong
kulihat."
Lo In seperti tersadar dari tidurnya, dengan gugup ia
menjawab, "Tidak, oh tidak. Aku hanya memikiri dimana
malam ini aku harus menginap. Aku tidak punya uang untuk
membayar uang sewa penginapan, nanti diusir orang lagi."
Bwee Hiang tersenyum, "Adik kecil kalau tidak, seharusnya
kau tidur di pohon." si gadis berkata sambil ngikik ketawa.
"Oh, kalau di lembah, oh, tidak, kalau.... kalau....." omongan Lo
In jadi kacau.
Ia kesalahan omong maka ia jadi gugup tidak karuan tapi
Bwee Hiang yang cerdik sudah lantas dapat menangkap apa
yang Lo In ingin maksudkan omongannya itu.
"Nah, anak tukang ngebohong." ia berkata sambil jari
telunjuknya menuding pada Lo In. "Ngomongnya saja sudah
gaga gugu hihihi..."
Mau tidak mau Lo In jadi ketawa melihat teman barunya
bergaya lucu.
"Begini, adik kecil." berkata lagi Bwee Hiang. "Ayah kata
sedikitnya kau harus menjadi tamu kita seminggu lamanya, itu
baru betul. Kau tidak boleh sekarang pergi dari sini sebab
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ayah kata kalau kau paksa pergi artinya kau tidak memandang
mata pada orang tua."
Lo In jadi melengak mendengar kata-kata Bwee Hiang. "Habis,
aku tidur dimana ?" tanyanya.
"Di pohon, tuh !" jawab Bwee Hiang sembari jarinya
telunjuknya menunjuk ke jurusan pohon, lucu gayanya hingga
Lo In jadi tertawa terbahak-bahak.
Senang Lo In dapatkan teman barunya yang jenaka, sekalipun
tidak seperti Eng Lian yang kejenakaannya suka dibarengi
dengan mencubit. Si bocah tidak ingat bahwa usia Eng Lian
dan Bwee Hiang jauh bedanya. Eng Lian masih terhitung
anak-anak sedang Bwee Hiang sudah masuk hitungan gadi
yang sudah matang 'keluar pintu', mana bisa antara Eng Lian
dan Bwee Hiang disamakan kelakuannya.
Bwee Hiang demikian open pada Lo In selain sendirinya kena
ketarik sama kejenakannya si bocah, adalah keinginan
ayahnya supaya ia dapat mengetahui asal usulnya Lo In.
Liu Wangwee percaya anak gadisnya yang cerdik dapat
mengorek rahasia dirinya Lo In yang diduga menyembunyikan
kepandaian sangat tinggi. Liu Wangwee curigai Lo In bukan
anak sembarangan, siapa tahu bapaknya ada orang lihai yang
dapat menolong ia dalam kesulitan menghadapi Sucoan Samsat.
Matanya Liu Wangwee lihai. Memang betul Lo In hendak
sembunyikan kepandaiannnya. Hanya sayang, dasar anak
kecil 'sok aksi', dipancing-pancing akhirnya si bocah bercerita
juga pada Bwee Hiang bahwasanya ia di lembah ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempunyai kawan-kawan tentara kera, burung rajawali, gorila
serta teman mainnya Eng Lian yang nakal jenaka.
Perihal ia makan buah 'Jit-goat-ko' dan nyalinya Tok-gan
Siancu tidak ia ceritakan pada si gadis. Bwee Hiang separuh
percaya, setengah tidak. Tapi melihat Lo In bercerita sambil
bergaya dan tangannya tidak bisa diam dan unjuk aksinya,
mau tidak mau tiap sebentar si nona jadi cekikikan ketawa.
Lo In girang dapat membikin teman barunya itu ketawa ngikik.
Dengan pertemuan ini, membuat ia tidak begitu kehilangan
atas lenyapnya Eng Lian.
Keluarga Liu ada kaya raya, rumahnya besar bertingkat,
dilingkari dengan pekarangan yang lebar dan luas. Malah
dibelakang rumahnya ada satu tempat yang dinamakan 'rimba
kecil', dimana orang bisa jalan-jalan cari angin seperti di
Kebon Raja. Untuk mengurus rumah dan tanahnya yang luas
itu, sudah tentu hartawan Liu ada memakai banyak pegawai
dan pelayan. Bwee Hiang sendiri ada pakai dua pelayan yang
ia beri nama sendiri Ling Ling dan Lan Lan yang berusia kirakira
15 dan 16 tahun.
Bwee Hiang bukan gadis hartawan yang sombong dan
angkuh, sebaliknya ia sangat ramah tamah sehingga dua
pelayannya sangat suka dan setia padanya. Begitulah dengan
bergaul sama Bwee Hiang yang diramaikan oleh Ling Ling dan
Lan Lan, kelihatannya si bocah Lo In senang tinggal dalam
rumahnya Liu Wangwee.
Pada suatu sore, cuaca ada adem sekali. Tampak Lo In
sedang mendongeng apa tahu, yang terang Bwee Hiang
terpingkal-pingkal ketawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau mendengar dari mulutmu yang banyak omong, kukira
kau hanya satu bocah tukang ngobrol saja, adik kecil." berkata
Bwee Hiang setelah ia berhenti ketawa.
Kiranya Lo In sedang mendongeng bagaimana ia dapat
memerintah tentara keranya dengan bahasa monyet, perintah
burung garudanya dengan hanya siulan saja, lompat tinggi ke
atas pohon dengan hanay sekali gerakan saja, inilah rupanya
yang membuat Bwee Hiang terpingkal-pingkal ketawa.
Pantasan si gadis sama sekali tidak percaya. Pikirnya,
bagaimana manusia bisa bercakap bahasa monyet,
memerintah dan memanggil burung raksasa hanya dengan
siulan saja. Maka juga, setelah ia terpingkal-pingkal ketawa ia
mengatakan si bocah hanya pandai omong besar saja. Ia tidak
kira justru kata-kata ini membuat si bocah penasaran.
"Enci Hiang mau bukti ?" tanya si bocah dalam penasarannya.
"Coba kau tangkan tuh burung gereja yang saling kejar di
pohon !" sahut Bwee Hiang ketawa seraya jarinya menunjuk
ke pohon.
Lo In menoleh ke jurusan yang ditunjuk. Benar saja ada dua
ekor burung gereja yang terbang saling kejar. Tanpa banyak
omong si bocah dekati pohon, kemudian enjot tubuhnya
ngapung ke atas pohon. Entah bagaimana ia menyergap,
tahu-tahu dua ekor burung gereja itu sudah berada
ditangannya dan dibawa lompat turun.
Sambil ketawa-ketawa ia menghampiri Bwee Hiang, seketika
itu sedang terbelalak keheranan melihat gerakan si bocah
yang sangat gesit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nah, ini lihat, burung yang enci suruh tangkap." berkata si
bocah seraya taruh dua ekor burung gereja itu ditelapakan
tangan kirinya.
Burung yang tadinya lincah, terbang dengan gesitnya,
sekarang berada di telapak tangan si bocah kelihatannya
jinak, hanya sayapnya mengebas-ngebas seperti mau terbang
tapi tak dapat mereka pergi dari telapak tangan Lo In seakanakan
sepasang kakinya pada melengket pada telapak tangan
si bocah.
Bwee Hiang lihat burung itu tampak gemetaran, seperti yang
kedinginan. Ia heran, tapi ia lantas berkata, "Pantas tidak bisa
terbang, burung-burung itu barusan kau pencet sih !"
"Siapa yang pencet ? Nah, nih lihat !" berkata Lo In seraya ia
lemparkan dua ekor burung itu ke udara. Lantas saja dua
burung itu dapat bergerak bebas lagi, terbang gesit sekali
seperti tadinya. Malah, kali ini mereka seperti yang ketakutan,
sudah terbang jauh dari situ.
Bwee Hiang tidak merasa heran. Ia kira si bocah tentu bisa
main sulap dengan dua ekor burung gereja yang ditangkapnya
tadi. Tapi untuk membikin si bocah jangan sampai kurang
senang, maka ia berkata sambil unjukkan jempolnya, "Begini,
kau benar hebat adik kecil. Kau ajari aku nanti, ya !"
Lo In hanya ketawa, tapi diam-diam si bocah yang 'sok aksi'
bangga dalam hatinya.
Pada malam harinya, ketika Bwee Hiang omong-omong
dengan ayahnya, sang ayah menanya : "Anak Hiang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaimana dengan usahamu, apa sudah berhasil ?"
"Ah, itu anak tidak punya kepandaian apa-apa. Cuma omong
kosong saja. Katanya ada punya teman kawanan kera dan ia
bisa bahasa monyet. Hihihi...." jawab Bwee Hiang.
Liu Wangwee kerutkan alisnya mendengar si putri menutur.
Sebelum ia buka mulut menanya, Bwee Hiang sudah
menyambung, "Tapi ayah, lompatannya ke atas pohon dan
menangkap burung memang begini !" Bwee Hiang unjuk
jempolnya.
"Lompatan bagaimana, coba, coba kau tuturkan." mendesak
sang ayah.
Bwee Hiang lantas tuturkan bagaimana Lo In lompat ke pohon,
tahu-tahu dua ekor burung gereja sudah kena ditangkapnya.
Kemudian ditaruh ditelapak tangan dan burung-burung itu tak
dapat terbang seolah-olah kedinginan. "Anak hitam itu
mungkin hanya bisa sulap saja, yah. Tidak sebagaimana ayah
duga ada menyembunyikan kepandaiannya...." kata Bwee
Hiang menutup penuturannya. Tapi ia terhenti kata-katanya
karena tiba-tiba ia dibikin kaget oleh kelakuan sang ayah yang
sekonyong-konyong tertawa terbahak-bahak.
"Oh, ayah ketawakan dia ? Memang juga lucu caranya
menangkap burung dan ditaruh ditangannya, persis tukang
sulap." menyambung Bwee Hiang, turut ketawa.
"Anak tolol !" kata Liu Wangwee kepada puterinya, hingga
sang puteri menjadi kaget karena tidak biasanya sang ayah
mengatakan ia 'anak tolol'.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayah, kenapa kau bilang aku tolol ?" ia menanya dengan
penasaran.
"Anak Hiang, itu bukannya ilmu sulap dari si bocah."
menerangkan sang ayah dengan roman kegirangan. "Anak itu
telah memperlihatkan 'Han ki bian kang', Ilmu tenaga lunak
berhawa dingin, satu ilmu yang tak mudah dilatih kalau
orangnya tidak punya lwekang yang dahsyat dalam tubuhnya.
Hahaha, memang tidak meleset dugaanku. Dia satu anak yang
luar biasa, harus kau baik-baik melayaninya dan coba-coba
pancing kepandaian silatnya, anak Hiang."
Bwee Hiang melongo mendengar kata-kata ayahnya.
Pikirnya, kalau begitu si bocah benar bukannya main sulap
seperti yang dikiranya. Entahlah, apa dia hanya punya
kepandaian itu saja ? Maka ia girang ketika ayahnya
menganjurkan buat ia coba-coba pancing kepandaiannya si
bocah hitam dengan ilmu silat.
Demikian pada suatu sore, Bwee Hiang ajak Lo In ke lapangan
tempat berlatih.
Belum lama mereka omong-omong, muncul Liu Wangwee
menghampiri mereka. Mereka jadi ngobrol bertiga. Setelah
beberapa lama Liu Wangwee berkata kepada anaknya, "Anak
Hiang, cuaca begini baik, bagaimana kalau kita berlatih
pedang ?"
"Bagus, bagus !" kata sang anak sambil bertepuk tangan. "Eh,
Ling Ling, coba kau ambilkan sepasang pedang yang biasa
aku dan ayah pakai berlatih !" kata Bwee Hiang suruh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pelayannya.
Ling Ling lekas berlalu ambil barang yang diperlukan, sebentar
lagi ia sudah ambilkan sepasang pedang pada nonanya.
Satu batang pedang ia pegang sendiri, lainnya ia angsurkan
kepada ayahnya. Sambil melirik pada Lo In yang tinggal
tenang-tenang saja duduk. Bwee Hiang berkata, "Adik kecil,
kau lihat encimu main pedang. Kau nonton disitu !"
Liu Wangwee sementara itu sudah siap, ia mengedipkan
matanya pada si gadis, satu tanda supaya Bwee Hiang
berlatih benar-benar lalu serang menyerang dimulai. Perlahan
mula-mulanya, tapi makin lama main seru. 'Bwee hoa kiam
hoat' dimainkan dengan indah sekali, banyak jurus-jurus yang
berbahaya diperlihatkan hingga sepasang pedang
berkelebatan seakan-akan lihat sambaran. Ling Ling dan Lan
Lan yang menyaksikan merasa sangat kagum dan bertepuk
tangan beberapa kali.
Sebaliknya, Lo In menonton acuh ta acuh kelihatannya. Sikap
si bocah tak lolos dari matanya Liu Wangwee yang lihai.
"Sudah, kita sampai disini saja." kata Liu Wangwee sambil
lompat keluar dari arena pertempuran.
Bwee Hiang juga merasa heran si bocah seperti yang tidak
tertarik dengan latihan mereka yang sangat hebat. Terdengar
Liu Wangwee menanya, "Anak In, apa kau tidak tertarik
dengan latihan kami barusan ?"
"Aku tidak bisa berkelahi seperti kalian, mana aku mengerti."
sahutnya, nyengir ketawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liu Wangwee menggelengkan kepala. Di luar tahunya Lo In,
matanya mengedip pada gadisnya, disambut dengan
manggutan oleh Bwee Hiang.
"Anak In tidak bisa main pedang. Coba kau ajari anak Hiang.
Aku ada urusan. Biarlah kalian berdua teruskan berlatih."
berkata Liu Wangwee sambil terus bertindak meninggalkan Lo
In dan Bwee Hiang.
Bwee Hiang ambil tempat disampingnya Lo In. Ia berkata,
"Adik kecil, mari aku ajari kau bermain pedang supaya jangan
nanti dihina orang." sambil menarik tangannya Lo In diajak ke
tengah lapangan. "Nah, ini pakai pedangku. Aku pakai pedang
ayah." menyambung si nona seraya angsurkan pedangnya
pada si bocah, sedang ia mengambil pedang Liu Wangwee
yang diletakkan tidak jauh dari situ.
"Ketika mereka sudah berhadapan, Lo In berkata, "Eh,
barusan aku tidak ingat bagaimana kau mainkan pedangmu.
Coba sekarang unjuk sekali lagi."
Jengkel juga Bwee Hiang menghadapi anak yang cerewet ini,
sembari putar pedangnya ia berkata, "Nah, ini lihat !"
Bwee Hiang mainkan tipu-tipu silat 'Bwee hoa kiam hoat' atau
'Ilmu pedang kembang bwee'. ialah 'Bwee swat tiauw goat'
atau 'Kembang bwee mekar menghadapi rembulan'. Pedang si
nona menusuk ke depan, ke kanan dan ke kiri dengan cepat
sekali. Kemudian disusul dengan tipu 'Bwee hiang boan wan'
atau 'Harumnya bunga bwee memenuhi taman', salah satu
jurus dari 'Bwee hoa kiam hoat' yang paling disukai oleh Bwee
Hiang. Mungkin karena namanya 'bwee hiang' ada termasuk di
dalamnya. Tampak Bwee Hiang bersemangat memainkan tipu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
'Bwee hiang boan wan', pedangnya menari-nari dengan
indahnya, berkelebat laksana kilat, tubuhnya si nona yang
tinggi seolah-olah tebungkus oleh sinar pedang yang
dimainkan.
Lo In kelihatan tersenyum-senyum. "Enci Hiang, hebat
permainan pedangmu. Sayang aku tak dapat melayani kau.
Aku ngeri melihat pedangmu menyambar-nyambar. Bisa-bisa
leherku putus oleh.... eh, kau jangan main-main...."
Berbareng si bocah menghilang dari hadapannya Bwee Hiang
sehingga pedangnya Bwee Hiang menyabet angin. Matanya si
gadis celingukan mencari Lo In sementara dua pelayannya
Ling Ling dan Lan Lan pada mendekap mulutnya untuk
menahan ketawa karena saat itu tampak Lo In berada di
belakangnya Bwee Hiang sambil leletkan lidahnya dalam
gayanya yang sangat lucu.
Melihat Bwee Hiang celingukan mencari dirinya, Lo In berkata,
"Enci Hiang, aku ada disini."
Bwee Hiang cepat putar tubuhnya. Benar saja si nakal sudah
ada dibelakangnya.
"Setan kecil." kata Bwee Hiang, ketawa kegirangan. "Kau
membohongi encimu, ya !"
"Habis, leherku mau disabet pedang, siapa mau kasih." sahut
Lo In melucu seraya pegangi lehernya hingga Bwee Hiang
ngikik ketawa dibarengi oleh ketawanya Ling Ling dan Lan
Lan. Ramailah saat itu pada ketawa.
Apa sebenarnya sudah terjadi hingga Lo In kepaksa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memperlihatkan kepandaiannya yang istimewa ? Saat itu,
Bwee Hiang sedang enaknya memainkan tipu silatnya 'Bwe
hiang boan wan', ia mendengar si anak kecil nyerocos
ngomong lantas berkelebat dalam benaknya untuk menyerang
tiba-tiba pada si bocah dengan telengas. Kalau Lo In bisa silat,
tentu ia akan berkelit dari serangannya. Sebaliknya kalau si
bocah tak punya guru, paling-paling si anak kecil akan terluka
batang lehernya.
Mendapat pikiran bagus itu, maka selagi ia putar pedangnya,
diam-diam ia balik mata pedangnya sehingga belakang saja
yang ia gunakan membabatleher Lo In dengan jurus yang
ampuh dan seperti kilat menyambar. Dalam kagetnya,
otomatis keluar ilmu saktinya Lo In 'Bu eng bue seng' (tiada
bayangan tiada suara), menghilang dari hadapannya Bwee
Hiang sehingga si nona terperanjat. Pikirnya, hanya setan saja
yang bisa menghilang demikian.
Hatinya kegirangan sebab percobaannya berhasil. Ia tidak
ragu-ragu lagi bahwa si bocah memang ada mempunyai
kepandaian luar biasa seperti kata ayahnya.
"Anak kecil, kau jangan suka gede bohong." kata Bwee Hiang
sehabisnya ngikik ketawa. "Sekarang sudah ketahuan rahasia
dirimu, kau mau bilang apa ?"
Lo In ketawa nyengir. Tiba-tiba ia rasakan adanya angin
menyambar dari belakangnya, tangannya yang kanan
menyampok ke belakang lalu tangan kirinya diacungkan,
kemudian tubuhnya berputar. Tahu-tahu dia sudah menggigti
sebuah benda. Ia melihat si penyerang gelap lompat dari balik
pohon mau melarikan diri. Benda yang digigit di mulutnya ia
tiup sambil berkata, "Perlahan jalan, sahabat...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang itu menjerit dan jatuh meloso, badannya menggigil
kedinginan.
Lo In sudah mau lompat menyusul tapi dari balik pohon-pohon
kembali muncul lima orang yang memegat dan
mengurungnya. Ternyata orang-oang itu hebat-hebat
pengawakannya, tinggi besar dan bengis-bengis. Tapi Lo In
tidak takut seperti biasa, ia menanya dengan tenang, "Para
paman, aku tidak bermusuhan dengan kalian, kenapa kalian
mau tangkap aku ?"
"Hahaha !" tertawa seorang diantaranya, seraya usap-usap
jenggotnya yang panjang. "Anak kecil, kau anaknya Kwee Cu
Gie, bukan ?"
"Aku tidak kenal siapa Kwee Cu Gie." kata Lo In tenang.
"Tidak perduli kau anak Kwee Cu Gie atau bukan, kami harus
tangkap sebab kau sudah membuat malu namanya Ceng Gee
Pang !" kata lagi orang tadi.
"Oh, jadi kalian adalah orang-orangnya Ceng Gee Pang ?"
tanya Lo In.
"Kalau benar, kau mau apa ?"
"Aku sih cuma mau menanya saja." Lo In berkata sambil
bejak-bejak benda ditangannya. Kiranya itu ada dua panah
kecil yang barusan ia tangkap dengan tangannya dari si
penyerang gelap.
Lima orang yang mengurung si bocah terbelalak matanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena mereka kenali panah kecil itu terbuat dari logam
istimewa tapi diremas-remas Lo In si bocah seperti juga
meremas tepung terigu. Dua panah itu hancur menjadi bubuk.
"Maju semua !" bentak orang tadi yang berkata pada Lo In,
menganjurkan kawan-kawannya mengepung rapat.
Dengan rada-rada jeri mereka maju.
"Aku hanya satu bocah. Kalau sebentar kalian kalah sama
anak kecil, jangan salahkan aku berbuat kurang ajar, ya !"
berkata Lo In, ketawa nyengir dia.
Panas hatinya orang-orang yang mengepung si bocah. Masa
mereka yang sudah tercatat namanya dikalangan Kangouw
sebagai jago-jago kenamaan boleh diingusi oleh satu bocah
yang belum lepas tetek, pikir masing-masing.
"Anak sombong, lebih baik kau menyerah supaya dengan baik
kita bawa kau ke pusat untuk dihadapkan kepada Pangcu."
kata satu diantara lima orang itu.
"Buat apa aku menghadap Pangcu kalian ?" kata si bocah
acuh tak acuh.
Kalau Lo In menghadapi lima jago itu dengan santai saja,
sebaliknya Bwee Hiang dan dua orang pelayannya Ling Ling
dan Lan Lan menjadi ketakutan. Mereka kuatirkan
keselamatannya Lo In. Meskipun Bwee Hiang tahu barusan Lo
In ada unjukkan kepandaiannya yang luar biasa, pikirnya,
anak kecil menghadapi orang-orang gede yang sudah
kawakan dalam kalangan kangouw, mana bisa menang ?
Apalagi Bwee Hiang melihat semuanya pada membawa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
senjata tajam yang menyeramkan.
Ia diam-diam heran kenapa ada orang-orang masuk ke dalam
rumahnya, sang ayah diam-diam saja ? Apakah ayahnya
memang tidak ada di rumah ? Mungkinkah sang ayah keluar
sebab tidak kelihatan muncul orang tua itu disitu justru
keadaan sedang gentingnya.
Bwee Hiang menjadi nekat. Ia lalu lompat menghampiri Lo In,
katanya, "Adik kecil, kau jangan takut. Encimu datang
membantu !"
Lo In menoleh ke arah Bwee Hiang. "Enci Hiang, kau tenangtenang
saja nonton. Lihat adikmua akan bikin semua paman
ini tangkap angin."
"Kentut !" memotong si orang yang berjenggot panjang.
"Jangan jumawa, anak kecil. Lihat kami tangkap kau !"
Berbareng ia ajak kawan-kawannya maju, kira-kira jaraknya
empat langkalh lagi mereka mendekati Lo In, tiba-tiba si bocah
ketawa terbahak-bahak lalu tubuhnya berputar seperti gasing,
perlahan seperti asap tubuhnya naik ke atas hingga lima orang
itu jadi heran dan matanya mengikuti tubuh Lo In yang
ngapung seperti asap. Dalam tertegunnya tiba-tiba mereka
rasakan dengkulnya pada terkulai roboh mendeprok ditanah
dibarengi dengan jatuhnya sepotong baju dari udara. Kiranya
yang mencolot ke udara tadi bukan tubuh Lo In, sebaliknya
bajunya yang melayang ke udara bagaikan asap, sementara
Lo In berbareng sudha jongkok dan lalu menotok 'leng-coanhiat'
jalan darah di dengkul masing-masing lawannya.
Sambil pakai lagi bajunya, Lo In jalan menghampiri Bwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiang yang saat itu berdiri terkesima di tempatnya. Ling Ling
dan Lan Lan terbelalak matanya nampak kejadian yang
mempesonakan di depannya, satu kejadian yang mungkin
dilakukan hanya oleh tukang sulap kawakan dengan ilmu
sihirnya, tapi tidak oleh si anak kecil seperti Lo In. Sungguh
kejadian itu mengagumkan kepada yang melihatnya.
Termasuk itu orang-orang kasar yang telah menjadi korban
totokan Lo In.
"Enci Hiang, kau mau apakan orang-orang jahat ini ?" tanya Lo
In.
Bwee Hiang masih belum hilang kesimanya, ia hanya
memandang si bocah dengan air mata mengembeng saking
girangnya ia menyaksikan ilmu sakti Lo In.
"Kenapa kau menangis, enci Hiang ?" tanya Lo In kaget.
"Oh, oh, adik kecil. Aku menangis saking kegirangan.
Kau,kau...... selamat."
"Sekarang enci mau apakan mereka itu ?"
"Adik kecil, biarkan saja dahulu, tunggu ayah pu...."
"Tahan, tahan !" terdengar suara dari kejauhan hingga si nona
berhenti bicaranya.
Kiranya yang datang itu adalah Liu Wangwee. Ketika is orang
tua sampai pada mereka, Bwee Hiang cepat berkata, "Ayah,
orang-orang ini....."
"Tunggu, aku bicara dahulu." memotong Liu Wangwee.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Semua ada orang sendiri. Kejadian yang menegangkan
barusan adalah gara-gara ayahmu."
Bwee Hiang terkejut, "Ayah....."
"Tunggu dahulu, aku belum bicara habis." kata Liu Wangwee.
"Anak In, harap kau jangan marah, Semua ini ada aku yang
atur. Aku lihat kau selalu mau umpatkan kepandaianmu yang
sakti, membuat aku jadi tidak sabaran. Maka, kebetulan ada
Pangcu datang dari Ceng Gee Pang dan orang-orangnya.
Pangcu dari Ceng Gee Pang adalah sahabatku. Ketika aku
ceritakan hal dirimu, dia kaget. Karena dia menduga pasti
bahwa kau ada anak itu yang membuat repot cabangnya di
Tong-hong-gay. Sahabatku ingin mencoba-coba dengan
panah saljunya, dibantu oleh lima anak buahnya, ternyata
percobaan mereka telah membuka kedokmua yang
menyembunyikan kepandaian saktimu. Anak In, nanti aku
akan ceritakan panjang lebar duduknya urusan. Sekarang aku
perkenalkan kau dengan Ang Pangcu dari Ceng Gee Pang...."
Berbareng maju satu orang, ternyata orang itu adalah si
pembokong denan panah lihainya, hingga Lo In menjadi
tertawa terbahak-bahak.
Setelah Lo In ketawa puas, Soat-cian Ang berkata, "Siauwhiap
(pendekar cilik), harap kau jangan marah. Barusan apa
yang aku lakukan adalah hanya main-main saja. Tidak
sebenarnya kami mau berbuat kurang ajar padamu."
"Main-main tinggal main-main, paman." sahut Lo In, melucu
dia. "Kalau aku tidak punya sedikit kepandaian, barusan aku
sudah ditembusi oleh tiga panah tanganmu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua orang jadi ketawa, begitu juga Bwee Hiang, Ling Ling
an Lan Lan. Lega hatinya masing-masing, setelah tahu
duduknya perkara.
Lima orang yang masih mendeprok di tanah lalu dibebaskan
dari totokan oleh Lo In. Mereka pada bangun serentak,
salaman dengan si bocah, memohon maaf untuk kelakuannya
yang barusan dibuat. Tapi Lo In sudah lantas berkata, "Para
paman, kalian tidak bersalah. Malah yang harus minta maaf
pada kalian yang sudah berbuat kurang ajar membikin kalian
duduk ditanah sebentaran. Hahaha.... "
Meskipun kata-kata Lo In membanyol sifatnya, tapi mereka
merasa tersindir juga, tampak muka semuanya pada bersemu
merah saking jengah.
Dari musuh sekarang sudah menjadi teman, maka dengan
gembira orang-orang pada masuk ke dalam untuk
menyambung pembicaraan lebih jauh.
Lo In yang tadinya hendak menyembunyikan kepandaiannya,
sekarang sudah tidak bisa lagi. Rahasianya sudah bocor.
Maksudnya menyembunyikan kepandaia, ia tidak mau cari
urusan, kuatir ketahan perjalanannya mencari enci Liannya.
Tidak tahunya ia ketemu dengan Liu Wangwee yang lihat
matanya hingga rahasia dirinya jadi terbongkar.
Soat-cian Ang bersama dengan lima orang pilihannya datang
ke rumah Liu Wangwee untuk memberitahukan bahwa ia tidak
mendapat kabar perihal si kerudung merah. Ia mau damaikan
bagaimana baiknya nanti menghadapi Sucoan Sam-sat. Tibatiba
ia mendengar si bocah hitam ada dirumahnya Liu
Wangwee, membikian ia disamping kegirangan ingin juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencoba-coba kepandaian si bocah yang dikatakan Hupangcu
Ang Ban Ie si bocah boleh dijuluki 'Hek bin sin tong'
atau 'si bocah sakti hitam'.
Setelah sekarang ia menjajal kepandaiannya Lo In, barulah ia
mau percaya memang anak itu sakti dalam ilmu silat. Tiga
panahnya yang diarahkan dengan sungguh-sungguh malah
disambut dengan tangan dan mulut. Itu adalah kepandaian
luar biasa yang belum pernah ia saksikan sebelumnya. Malah
yang membikin ia kaget adalah lima orangnya, bukan orang
sembarangan, jago-jago pilihan sudha kena dikerjakan
demikian mudahnya, membuat ia merasa takluk pada
kepandaian si bocah.
Dalam omong-omong, Liu Wangwee menyatakan kesulitannya
pada Lo In bahwa ia akan disatroni oleh Sucoan Sam-sat
sedang si kerudung merah yang ditunggu-tunggu tidak
kunjung datang, malah diselidiki juga tidak ketahuan jejaknya
ada dimana.
"Mendengar namanya," kata Lo In. "Tiga algojo itu benarbenar
seram. Entah kepandaiannya bagaimana, tapi kalau
sepanjang aku masih ada disini, aku nanti coba-coba
menghadapinya. Harap Lope jangan kuatir."
Liu Wangwee saling pandang dengan Ang Ban Teng.
"Memangnnya kau mau pergi dari sini, Siauw-hiap (pendekar
cilik) ?" tanya Ang Ban Teng.
"Jangan panggil Siauwhiap segala. Panggil saja aku anak In.
Aku paling suka dengar, karena itu ada panggilannya Liok
Sinshe." kata Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baik, baik." sahut Ang Ban Teng cepat. "Aku selanjutnya akan
panggil kau, anak In. Tapi kalau aku boleh tahu, siapa itu Liok
Sinshe yang kau sebutkan ?"
"Liok Sinshe ada seorang baik. Biarlah kita jangan omong
tentang Liok Sinshe sebab nanti bikin aku menangis karena
ingat kepadanya." kata Lo In, sedih tampaknya.
Liu Wangwee dan Soat-cian Ang saling pandang nampak
kelakuannya si bocah.
"Anak In, kau mau kemana ?" tanya Soat-cian Ang, nampak Lo
In bangkit dari duduknya dan mau ngeloyor keluar.
Lo In balik tubuhnya, sambil ketawa nyengir ia menyahut. "Aku
mau mencari enci Hiang."
Rupanya si bocah tidak kerasan duduk berunding dengan
orang-orang tua.
Liu Wangwee kedipi matanya pada sahabatnya hingga Soatcian
ANg tidak membuka mulut lagi. Mereka hanya
mengawasi saja si bocah ngeloyor keluar.
"Biarkan dia pergi pada Bwee Hiang. Anak itu selama disini
kelihatan akur betul dengan puteriku. Aku percaya Bwee
Hiang dapat menahan dia." kata Liu Wangwee pada Soat-cian
Ang dan para hadirin lainnya.
Soat-cian Ang anggukkan kepalanya. "Adatnya aneh tapi
terang ia mempunyai kepandaian yang luar biasa sampai aku
dan lima Hiocu pilihan digulingkan." menyatakan Pangcu dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng Gee Pang sambil melirik pada anak-anak buahnya.
Lima Hiocu (pemimpin pusat) pada ketawa, tapi dalam hatinya
merasa malu.
Soat-cian Ang alihkan pembicaraan sekarang pada soal
Sucoan Sam-sat.
"Bagaimana sekarang pikiran toako ?" tanya Ang Ban Teng.
"Bagaimana kau pikir tentang si bocah ?" balik menanya Liu
Wangwee.
"Anak itu berkepandaian tinggi. Hanya aku sangsikan
pengalamannya bertempur dengan jago-jago kelas berat
seperti Sucoan Sam-sat." menyatakan Soat-cin Ang.
"Jadi bagaimana baiknya ?" Liu Wangwee seperti yang
keputusan akal.
"SUcoan Sam-sat adalah sangat ganas." menyatakan Soatcian
Ang. "Kalau toako gagal majukan kita punya jago cilik,
akibatnya mengerikan. Seluruh keluarga toako akan dibasmi
olehnya. Ini justru yang aku sedang pikirkan."
Liu Wangwee ketawa. Tapi ketawanya mengandung
kecemasan. Ia rupanya dapat mengerti akan kekuatiran
sahabatnya itu. Memang juga ia sangsikan Lo In nanti bisa
tempur tiga algojo dari Sucoan yang buat itu tapi apa daya ?
Keadaan sudah memaksa, si kerudung merah yang diharapharap
kedatangannya kini ditumplek pada si bocah saja. Kalau
toh Lo In tidak tahan mengusir tiga jagoan jahat dari Sucoan
itu, apa boleh buat. Sudah nasibnya mesti hancur lebur
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dibawah keganasannya mereka. Cuma ia menyesal kalau
dalam urusannya itu si bocah nanti kebawa-bawa membuang
jiwa dengan percuma. APa nanti kata orang tuanya apabila
mengetahui duduknya urusan bahwa jago cilik itu dibawabawa
olehnya sehingga menemui kebinasaannya.
Memikir kesitu, hartawan Liu menjadi lesu.
Untuk beberapa saat dalam ruangan itu menjadi sunyi.
"Pangcu, bukankah kita akan ketamua Kian-san Ji-lo ?"
nyeletuk salah satu Hiocu dari Ceng Gee Pang yang bernama
Lie Goan Tay.
"Aaa... " tiba-tiba Ang Ban Teng terkejut girang. "Kau benar Lie
Hiocu. Aku sampai lupa akan kedatangan Kian-san Ji-lo. Ya,
ya, betul toako."ia meneruskan kata-katanya pada Liu
Wangwee. "Dalam dua hari ini Ceng Gee Pang akan
kedatangan Kian-san Ji-lo, aku nanti coba untuk minta
bantuannya. Asal mereka bersedia membantu, rasanya kita
tak usah kuatirkan akan kedatangannya tiga orang jahat itu
kemari."
"Kian-san Ji-lo...." menggumam Liu Wangwee.
"Bukankah toako juga kenal dengan Kian-san Ji-lo Cia Kie dan
Cia Liang ? Dua orang tua dari Kian-san itu kepandaiannya
susah diukur."
Liu Wangwee anggukkan kepala. "Aku tidak kenal dengan dua
orang tua dari gunung Kian-san (Kian-san Ji-lo)." katanya.
"Hanya kau dengar sepak terjangnya dalam rimba persilatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak menentu sehingga orang sangsi apakah mereka itu
masuk kalangan Pek-to atau Hek-to.
Liu Wangwee belum jelas benar apakah Kian-san Ji-lo itu
masuk Pek-to (golongan ksatria) atau Hek-to (golongan jahat).
"Mereka ada hubungan baik dengan suhuku." berkata Soatcian
Ang. "Kalau aku minta bantuannya, rasanya mereka tentu
mau terima."
"Ya, kalau Hiante yang minta untuk memecahkan kesulitan
Hiante sendiri rasanya mereka tidak menolak." menyatakan
Liu Wangwee.
"Tapi ini halnya menyangkut diriku, mana dapat mereka
dimintakan bantuannya sedang aku tidak kenal kepada
mereka ?"
"Hahaha...." tertawa Soat-cian Ang.
"Toako ini anggap aku seperti orang lain atau bagaimana ?
Urusan toako sama juga ada urusanku, kenapa mesti dibedabedakan
?"
Senang Liu Wangwee mendengar kata-kata sahabatnya itu,
dengan siapa memang ia bersahabat rapat meskipu tidak
angkat saudara.
"Kalau begitu terserahlah untuk mana sebelumnya aku
mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas perhatian
Hiante." kata Liu Wangwee seraya bangkit dari duduknya dan
angkat tangannya menyoja pada Ang Ban Teng hingga
tergopoh-gopoh Soat-cian Ang berdiri untuk membalasnya. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata, "Jangan seeji, toako."
Demikian perundingan sudah didapat pemecahan.
Kian-san Ji-lo atau dua orang tua dari gunung Kian-san, she
Cia bernama Kie dan Liang, pendek saja. Sepak terjangnya
disamping membuat kagum orang, juga membikin orang
membenci mereka. Itulah karena perbuatannya yang murah
hati dan kejam buas hingga orang tak dapat memastikan
mereka masuk golongan baik atau jahat.
Mereka ada hubungan baik dengan gurunya Soat-cian Ang, si
panah salju ialah Ang Hui Kin, satu she dengan Soat-cian Ang,
gelarnya 'Touw-kut-ciang' atau 'si pukulan menembus tulang',
cukup kenamaan dalam kalangan Kangouw.
Omong-omong dalam hal berkelana, Ang Hui Kin dapat tahu
kalau dua sahabatnya ini bakal lewati kota Gakwan, maka Ang
Hui Kin minta kalau dua orang tua itu lewat disana, sukalah
mampir di pusat Ceng Gee Pang. Disana muridnya Ang Ban
Teng menjadi Pangcu.
Cia Kie dan Cia Leng terima baik undangan itu. Maka diamdiam
Ang Hui Kin sudah mengabarkan pada Ang Ban Teng
bakal kedatangannya dua orang tua itu ke Gakwan.
Benar jgua, dua jago tua yang sepak terjangnya tak menentu
itu datang di Gakwan, selewatnya dua hari dari kejadiankejadian
yang diceritakan diatas.
Kedatangan mereka sangat dihormatai sekali oleh Ang Ban
Teng dan anak buahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam omong-omong, Soat-cian Ang menceritakan tentang
sahabatnya Liu Wangwee menghadapi kesuakaran akan
disatroni Sucoan Sam-sat dan minta bantuannya dua orang
tua itu untuk menjadi perantara suapaya urusan dapat
didamaikan.
Cia Kie kerutkan alisnya setelah mendengar penuturan Ang
Ban Teng.
"Untuk menjadi perantara, kami tidak keberatan." kata Cia Kie.
"Cuma soalnya, apakah Sucoan Sam-sat dapat memahami
atau tidak kami punya maksud baik ? Biasanya, tiga algojo itu
suka bawa kemauannya sendiri, tidak ingin urusannya
dicampuri orang lain. Inilah yang sulit. Akhirnya, tentu akan
terjadi pertempuran."
Ang Ban Teng terdiam. Lalu ia ceritakan tentang Sucoan Samsat
yang dipecundangi si kerudung merah. Sebenarnya
mereka ada mencari si kerudung merah tapi oelh karena orang
yang dicari tak dapat diketemukan, maka Liu Wangwee yang
akan dijadikan sasaran dari kekejamannya sebagai
pembalasan sakit hati.
"Memang aku dengar." Cia Liang kali ini yang bicara. "Pada
waktu belakangan ini ada muncul satu pendekar dengan
kerudung merah. Katanya ia selalu membuat kebaikan dalam
sepak terjangnya sehingga orang sangat memujanya. Kami
belum tahu siapa adanya dia dan ingin sekali kalau ketemu,
kami juga akan coba-coba kepandaiannya yang hebat seperti
dikatakan orang."
-- 15 --
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lalu Ang Pangcu ceritakan halnya si bocah Lo In, bagaimana
dia (Soat-cian Ang) dan lima Hiocunya dipecundangi si bocah
secara yang mempesonakan. Dua orang tua itu diam-diam
terkejut mendengar ceritanya Pangcu dari Ceng Gee Pang.
"Ah, masa ada kejadian begitu ?" tanya Cia Liang, tidak
percaya dia.
"Memang, kalu tidak menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, tidak akan percaya dengan ceritaku barusan." kata
Ang Ban Teng. "Nanti kedua Lo-suhu saksikan sendiri
kepandaiannya yang luar biasa itu."
Tadinya Kian-san Ji-lo mau menolak dengan halus permintaan
bantuan Ang Bang Teng. Tapi setelah mendengar tentang
adanya bocah hitam yang gaib kepandaiannya, maka mereka
jadi rubah haluan. Ingin mereka menyaksikan kepandaiannya
bocah sakti itu.
Demikianlah, pada malam harinya dengan diantar oleh Ang
Ban Teng, Kian-san Ji-lo telah bikin kunjungan pada Liu
Wangwee, oleh siapa diterima dengan manis budi hormat
hingga dua orang tua itu menjadi girang.
Selain mereka bertiga, juga Ang Ban Teng ajak lima Hiocunya.
Pikirnya, jikalau perlu mereka bisa dikerahkan tenaganya.
Meskipun bulan muda, malam itu malamnya Sie-gww ce-cit
(bulan 4 tanggal 7 Tionghoa), cuaca tampak terang. Sudah
menjadi kebiasaan dari Liu Wangwee, kalau ada datang tamu
yang menjadi kenalan baiknya, ia suka bawa tamunya itu ke
taman bungan yang dikitari oleh banyak pohon besar dan
tinggi yang terawat baik. Kali ini kedatangan Pangcu dari Ceng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Gee Pang yang membawa serta Kian-san Ji-lo dan lima anak
buahnya juga oleh Liu Wangwee dibawa ke taman tersebut.
Disana, selain mereka menikmati hidangan yang mencocoki
selera, juga menikmati harumnya bunga-bunga yang baru
mekar dalam taman yang luas itu.
Senang kelihatannya para tamu dibawa ke tempat ini. Mereka
memuji Liu Wangwee yang dapat menciptakan taman
sedemikian indah dan menariknya.
Dalam omong-omong Kian-san Ji-lo matanya selalu melirik
sana sini. Liu Wangwee diam-diam heran, tapi Ang Ang Teng
lantas sudah dapat tebak maksud dua jago tua itu. Ia lantas
berkata pada Liu Wangwee, "Toako, kedua Lo-suhu ini ingin
berkenalan dengan anak In. Dimana dia sekarang ?"
"Oh, begitu." sahut Liu Wangwee, tahu sekarang ia kenapa
dari setadian dua jago tua itu larak lirik saja. "Nanti aku suruh
panggil dia."
Lantas Liu Wangwee suruh salah satu pelayannya untuk
memanggil Lo In.
Tidak lama pelayan itu datang kembali tapi tidak dengan Lo In.
Ia berkata pada Liu Wangwee, "Loya, anak itu tidak ada
ditempatnya."
"Coba cari, tentu dia ada bersama Siocia."
"Sudah kucari dan menanyakan pada Siocia. Katanya anak
kecil itu sejak siang tadi keluar dan sampai sekarang belum
kembali."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liu Wangwee heran. Kemana perginya Lo In sebab biasanya
anak itu hampir tidak berkisar dari samping puterinya. Lalu ia
minta maaf kepada dua jago tua itu, katanya, "Harap kedua
Lo-suhu dapat memaafkan, bocah itu katanya tidak ada."
"Jangan seeji, Liu-heng." kat Cia Kie. "Kedatangan kami
kemari memang pertama ingin belajar kenal dengan bocah
sakti itu. Tapi biarlah, kalau dia tidak ada di rumah. Kami
rupanya tidak berjodoh menemuinya."
"Maksud kedua." menyambung Cia Liang, adiknya. "Adalah
hendak mendamaikan urusan Liu-heng dengan Sucoan Samsat.
Kami harap saja berjalan memuaskan dan...."
Cia Leng berhenti bicaranya karena melihat ada satu pelayan
yang berlarian datang menghampiri Liu Wangwee kepada
siapa diserahkan sebatang pisau kecil dengan secarik kertas.
Tanpa menanya lagi pada si pelayan, Liu Wangwee lantas
baca surat itu diterangi rembulan. Tampak mukanya pucat
setelah membaca.
"Toako, ada urusan apa yang membuat kau kaget ?" tanya
Ang Ban Teng.
Liu Wangwee tidak menjawab, hanya serahkan secarik kertas
itu kepada sahabatnya, siapa lalu menyambuti dan dibaca
isinya.
"Sucoan Sam-sat datang !" sekonyong-konyong Ang Ban Teng
berteriak hingga membuat terkejut para hadirin seketika itu,
tidak terkecuali Kian-san Ji-lo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Inilah Lo-suhu, coba baca." kata Ang Ban Teng seraya
menyerahkan secarik kertas itu kepada Cia Kie yang lalu
membacanya. Surat itu hanya pendek saja bunyinya :
"Liu In Ciang, meskipun kau minta bala bantuan dua tua
bangka dari Kian-san, rumahmu toh akan kami hancurkan dan
bakar habis. Serumah tanggamu tak ada satu jiwa yang kami
tinggalkan !
Sucoan Sam-sat"
"Hehehe !" tertawa Cia Kie. "Kami tidak bermusuhan dengan
kalian, tapi kalau kalian anggap kami sebagai musuh, apa
boleh buat. !"
Kemudian ia berpaling pada Liu Wangwee yang masih
tertegun ditempatnya. Ia berkata, "Liu-heng, mereka
memasukkan nama kita berdua. Biarlah kami berdiri
dibelakangmu. Jangan takut Liu-heng. Dan....."
"Hahaha !" sekonyong-konyong kedengaran suara tawa dari
balik gerombolan rumput alang-alang hingga bicaranya Cia
Kie menjadi terhenti lalu berpaling ke jurusan orang tertawa
tadi yang lantas muncul dan Liu Wangwee kenali itulah Sin-mo
Lie Kui, si berewok ganas, saudara ketiga dari Sucoan Samsat.
Terdengar kata-katanya menyambung ketawanya tadi.
"Tua bangka, biarpun kalian berdua berdiri di belakangnya,
percuma saja. Paling baik, kalau kalian tahu gelagat lantas
enyah dari sini dan biarkan kami mengganas pada keluarga
Liu !"
Cia Kie dan Cia Liang bangkit dengan serentak. Yang disebut
duluan berkata, "Kian-san Ji-lo belum pernah terbirit-birit lari
oleh karena gertakan. Malah makin digertak mereka makin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nekad. Hahaha..."
Tertawanya berhenti karena sebatang piauw menyambar pada
tenggorokannya.
"kau kirim barang rongsokan begini. Mana masuk hitungan
jago Kangouw !" Cia Kie kata seraya tangannya diangkat dan
piauw tahu-tahu sudah terjepit pada dua jarinya lalu dibuang
begitu saja hingga membuat Lie Kui panas hatinya melihat
senjata rahasianya dihina oleh Cia Kie.
Melihat akan terjadi pertempuran ramai, maka semua orang
pada mundur. Sedang pelayan-pelayan yang hatinya kecil
sudah pada lari ketakutan.
"Kau sambuti lagi ini !" teriak Lie Kui, berbareng tangannya
saling susul hingga beberapa batang piauw menyambar
dahsyat ke arahnya Cia Kie.
Ta[i si orang she Cia tidak gentar. Dengan berkelit dan
kebasan lengan bajunya yang gedombrongan, semua piauw
Lie Kui kena dijatuhkan. Tidak heran kalau Lie Kui menjadi
jengkel dan penasaran, cepat ia enjot tubuhnya lompat
mendekati Cia Kie.
Setelah berhadapan, si berewok obral makiannya pada Cia
Kie sambil dua kepalannya bekerja saling susul menyerang
toako dari Kian-san Ji-lo. Mereka jadi bertempur seru saling
jotos, hebat sekali, sama-sama tandingan.
Liu Wangwee merasa tidak enak hatinya. Belum apa-apanya,
tamu barunya sudah bertarung dengan musuhnya yang ganas.
Bagaimana kalau Cia Kie nanti mengalami celaka ?
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ai, kemana perginya si bocah perginya ? Demikian pikir Liu
Wangwee yang menjadi kacau pikirannya memikirkan Lo In
yang diharap tenaganya.
Sementara itu perkelahian hebat berlangsung terus. Diamdiam
tanpa diketahui oleh orang-orang disitu yang tengah
memusatkan perhatiannya kepada mereka yang sedang
bertempur, disitu sudah tambah dua orang yang bukanlain
adalah Giam-ong Puy Teng dan si Cakar Setan Teng Cong.
Mereka menyaksikan Sam-tenya berkelahi tenang-tenang
saja, seolah-olah sudah memperhitungkan bahwa Cia Kie
bukan tandingan Samtenya yang belakangan ini sudah dipale
oleh gurunya.
Lie Kui berkelahi bagaikan banteng ngamuk, pukulannya
mendatangkan suara menderu-deru dan betul-betul saja Cia
Kie keteter. Melihat gelagat jelek, Cia Liang adiknya sudah
lantas nyerbu untuk bantu engkonya tapi si Raja Akherat Puy
Teng sudah menghadang di hadapannya. "Jangan kesusu,
sobat !" katanya. "Kalau mau main-main, jangan ganggu orang
yang sedang enaknya berlatih. Mari aku layani kau !"
Cia Liang gemas. Tanpa banyak cing-cong lagi ia sudah
menerjang Puy Teng. Si Raja Akherat ganas pukulanpukulannya.
Lwekangnya bertambah setelah dipale oleh
gurunya, sebagai bekal untuk menuntut balas. Ia bersilat
degan Mo-jiauw Sin-kang atau Tenaga sakti cengkeraman
setan. Jurus-jurus yang digunakan sangat berbahaya sekali.
Tangannya menjambret dan mencengkeram hingga dalam
sedikit tempo saja Cia Liang menjadi kewalahan melayaninya.
"Celaka !" kata Liu Wangwee dlam hatinya ketika melihat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua penolongnya keteter. Bagaimana sekarang ? Dari takut,
hatinya Liu Wangwee menjadi nekad. Seketika itu juga lompat
ke dalam kalangan berkelahi hendak membantu Cia Liang
yang sudah kepayahan.
Perbuatan Liu Wangwee dicegat oleh Teng Cong hingga dua
orang ini jadi bertempur. Liu Wangwee gunakan 'Bwee hoat
Kun-hoat (Ilmu jotosan bunga bwee) untuk menggempur Mojiauw
Teng Cong. Meskipun kelihatannya perlahan seranganserangannya
tapi antap dan telak sekali mengarah
sasarannya. Dalam beberapa bulan ini, ia berlatih tekun
bersama puterinya. Maka telah didapat kemajuan yang baik
sekali. Ia kelihatan bersilat lebih lincah dan cepat. Kalau tempo
hari ketemu Teng Cong, saat itu Liu Wangwee sudah punya
pukulan-pukulan seperti sekarang, mungkin dapat sama kuat
kalau tidak sampai menang. Tapi sekarang dimana Mo-jiauw
juga sudah mendapat pelajaran dari gurunya sebagai bekal
untuk mencahari si kerudung merah, mau tidak mau Lin In
Ciang harus mengakui pihak lawan ada lebih unggul.
Teng Cong dari dahulu memang adalah setingkat lebih tinggi
kepandaiannya dari dua saudaranya. Ia pun disayang oleh
gurunya Thitouw-eng Ie Jie Lo atau Garuda Kepala Besi yang
menciptakan ilmu pukulannya tersendiri yang dinamai 'Sin-mo
Siang jiauw Ciang-hoat' atau 'Ilmu pukulan Sepasang Cakar
Iblis Sakti'.
Melayani Mo-jiauw Sin-kang dari Teng Cong yang lihai, sudah
tentu Liu In Ciang alias Liu Wangwee bukan tandingannya. Hal
mana membuat Pangcu dari Ceng Gee Pang yang menonton
menjadi khawatir. Ia lalu mengedipkan pada lima anak
buahnya. Tidak sampai dikedipi dua kali, mereka sudah sama
mengerti sebab dengan serentak sudah menyerbu ke dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
arena pertarungan sehingga adegan-adegan saling gempur
dalam taman bunga itu menjadi ramai bukan main.
Tiga orang lawan delapan orang, Sucoan Sam-sat tidak
menjadi keder malah tampak makin bernapsu. Tubuhnya
berkelebatan gesit sekali hingga lawan-lawannya saban-saban
kebogehan serangannya tidak mendapat sasarannya.
Sebentar lagi terdengar jeritan saling susul. Itu adalah jeritan
tanda dari kesakitan. Tampak beberapa tubuh pada roboh
tersungkur, terkulai atau mendeprok di tanah dengan sukar
bangun pula. Mereka yang roboh itu adalah lima Hioucu
bersama Pangcu dari Ceng Gee Pang, mereka kedengaran
merintih kesakitan. Yang masih kuat bertempur tnggal Kiansan
Ji-lo dengan tuan rumah. Tapi juga tidak lama sebab Cia
Kie sudah dibikin mental tubuhnya kena tendangan Lie Kui,
Cia Liang adiknya menyusul kena dicengkeram pundaknya
oleh Giam-ong Puy Teng sedang Liu Wangwee tampak masih
terus bertahan. Ini bukannya karena Liu Wangwee ilmu
silatnya lebih tinggi dari Kian-san Ji-lo, yang sebenarnya kalau
ia masih terus dapat bertahan adalah Teng Cong tidak
sekejam dua saudaranya. Ia bermaksud mau bikin Liu
Wangwee lelah dan roboh sendirinya, ia peras tenaga Liu
Wangwee dengan kegesitannya lompat sana sini.
Dalam keadaan sudah tinggal robohnya saja, tiba-tiba Liu
Wangwee mendengar teriakan puterinya dari jauh yang
barusan keluar dari rumahnya. Bwee Hiang barusan saja
mendapat laporan dari salah satu pelayannya bahwa ayahnya
terancam bahaya di taman bunga, berhantam dengan salah
satu orang dari Sucoan Sam-sat.
Ia cepat sembat pedangnya dan lari keluar. Tampak olehnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sang ayah sudah lelah dan tinggal robohnya saja. Hatinya
sedih bercampur gusar, ia berteriak, "Orang jahat, kau jangan
lukai ayahku !"
Dengan beberapa lompatan ia sudah sampai di taman bunga.
Mo-jiauw Teng Cong lompat mundur ketika diserang Bwee
Hiang dengan pedangnya. Berbareng tampak Liu Wangwee
sudah jatuh duduk saking lelahnya karena barusan diperas
tenaganya oleh si Ji-ko dari Sucoan Sam-sat.
"Jangan melukai ayah ! Berani ganggu lagi, jangan sesalkan
pedang nonamu tidak mengenal ampun !" kata si nona dengan
gagah, ia berdiri di samping Liu Wangwee yang mengeletak
empas-empis kecapaian.
Kian-san Ji-lo dan yang lainnya sudah pada rebah malang
melintang, dari mulutnya keluar rintihan kesakitan.
Melihat kejadian itu semua, hatinya si nona sangat sakit. Ia
menyesal orang kabarinya telah terlambat. Kalau tidak, tentu
ia sudah keluar siang-siang membantu para tamu yang
membantu ayahnya menempur si tiga algojo buas.
"Ji-ko, serahkan dia padaku." kata Lie Kui yang kegirangan
melihat si botoh dapat ia jumpai kembali. "Kalau sebentar kita
basmi keluarga Liu, biar tinggalkan dia untuk aku. Hahaha....."
Bwee Hiang kenali si berewok yang tempo hari kurang ajar
terhadap dirinya. Matanya melotot gemas ke arah si ceriwis
hingga Lie Kui kembali berkakakan ketawa.
"Kau ketawai apa, orang jelek !" semprot si gadis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau jangan marah. Jelek-jelek aku bakal suamimu, bukan ?"
goda Lie Kui.
"Fui !" si gadis meludahi muka Lie Kui, saking gemasnya.
Sin-mo Lie Kui keburu berkelit hingga mukanya tidak sampai
berkenalan dengan ludah si nona. Ia tidak marah, malah
dengan ketawa hahah hihi, ia menghampiri Bwee Hiang.
Tangannya yang nakal diulur untuk mencolek pipi orang, tapi
pedang si nona menyabet laksana kilat. Cepat ia tarik
tangannya, kalau tidak, pasti tangan nakal itu akan kutung dan
kutungannya pasti jatuh di tanah.
"Nona manis, kau jangan galak-galak. Nanti aku cium kau di
depan orang banyak !" Lie Kui mengancam dengan
omongannya yang tidak enak di dengar untuk telinga si nona.
"Tutup mulut kotormu !" bentak Bwee Hiang. Berbareng
pedangnya dikasi kerja untuk menyerang si setan sakti.
Pikirnya, ia sudah berlatih banyka dengan ayahnya, masa ia
tidak bisa menabas si berewok yang memuakkan ini ? Ia tidak
tahu bahwa Lie Kui juga sudah dapat kemajuan banyak,
dibekali oleh gurunya.
Serangan si nona meskipun bagus dan berbahaya, tidak
ubahnya seperti dahulu ketika ia menghadapi Lie Kui. Ia hanya
diganda dengan berkelit sana sini saja hingga diam-diam
Bwee Hiang mengeluh kenapa dirinya goblok amat tidak bisa
menjatuhkan Lie Kui.
Si setan sakti sebaliknya merasakan bahwa ilmu pedang si
nona sudah jauh berbeda dengan dahulu. Diam-diam ia amat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berterima kasih pada gurunya sebab kalau tidak
kepandaiannya ditambah, sekarang menghadapi si nona,
salah-salah lehernya bisa dibabat pedang yang menari-nari
dengan sangat cepatnya.
Bwee Hiang gunakan gurus serangan kesayangannya, ialah
'Bwee hiang boan-wan' (harumnya bunga bwee memenuhi
taman), bagus sekali dimainkan oleh si gadis. Gerakan
pedang menari-nari dengan indahnya. Menyabet ke kiri ke
kanan, ke atas ke bawah dengan cepat sekali. Dengan itu ia
coba mendesak si setan sakti tapi tidak bermanfaat. Lie Kui
adalah lebih gesit dari dahulu. Malah sekarang lantaran agak
kewalahan, selainnya berkelit sana sini, lengan bajunya sering
dipakai menyampok pedang hingga serang si nona sering
mencong dari sasarannya.
Teng Cong dan Puy Teng ketawa bergelak-gelak melihat si
bontot tengan permainkan si nona yang sudah jadi mandi
keringat.
Sebaliknya, Kian-san Ji-lo menonton dengan rasa penuh
penasaran. Pangcu dari Ceng Gee Pang dengan lima anak
buahnya merintih-rintih menahan sakit dari lukanya sedang Liu
Wangwee keadaannya dalam sadar atau tidak, mengikuti
jalannya pertempuran si gadis lawan si bontot dari Sucoan
Sam-sat.
Sebentar lagi, tampak si gadis menusuk dengan bernapsu.
Inilah tindakan yang ditunggu-tunggu oleh Lie Kui. Dengan tipu
'Han mo tui ho' atau 'Setan kedinginan mengejar api', ia lihat
pedang Bwee Hiang tangan bajunya dibarengi dengan
kekuatan lwekang, ia menyentak hingga senjata itu terlepas
dari cekalannya si gadis. Malah Bwee Hiang hampir
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terhuyung-huyung menubruk si berewok kalau sja ia tidak
cepat-cepat tancap kakinya dengan ilmu 'cian kin tui' yang
membuat berat badannya seribu kati.
Bwee Hiang berdiri terkesima. Putuslah semua harapannya.
Tadinya ia berbesar hati dengan ilmu pedangnya yang hebat,
ia dapat melindungi orang-orang yang kini rebah malang
melintang. Kenyataannya, ilmu pedangnya meskipun
meningkat berkat pengunjukkannya si kerudung merah, tidak
bisa berbuat apa-apa dalam menghadapi si muka berewok.
Ia lupa bahwa lwekannya kalah jauh dengan Lie Kui. Jago
pedang tak dapat menjadi jago pedang yang kesohor jikalau
ilmunya itu tidak dibarengi dengan lwekang yang tinggi.
Seperti Bwee Hiang, ilmu pedangnya bukannya jelek, ia bisa
bikin Lie Kui mandi keringat dan mungkin tertusuk salah satu
anggotanya kalau saja lwekangnya Bwee Hiang sedikit sama
dengan tenaga dalamnya si berewok.
Bwee Hiang hanya merasa cemas, cemas karena latihannya
kurang mahir pikirnya. Sayang, sebenarnya Bwee Hiang bisa
menjadi jago betina kelas wahid sebab ia berbakat kalau saja
ia mendapat didikan yang baik dari seorang berilmu dan
melatih lwekangnya yang dahsyat untuk menghadapi jagojago
kuat.
Dalam putus asa dan hilang harapan, Bwee Hiang cuma bisa
jongkok dan menubruk ayahnya, dipeluki sambil menangis.
"Oh, ayah, anakmu yang celaka ini, yang membuat gara-gara
ini semua. Oh, ayah, ayah....." ia menangis makin keras ketika
sang ayah digoyang-goyang tubuhnya tinggal diam saja.
Dasar orang buas, dengan tidak punya perasaan sedikitpun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat orang sedang bersedih. Sin-mo Lie Kui seraya
menghampiri si nona, ia menggodai, "Nona manis, kalau aku
Lie Kui tidak pandang kau ada calon istriku, siang-siang sudah
aku cabut nyawamu. Sekarang jangan nangis, marilah ikut
aku..........."
"Tahan, tahan, aku datang....." terdengar orang berteriak,
keluar dari pintu belakang rumah. Teriakan mana membikin
Lie Kui tidak jadi mencekal lengan si botoh yang lemas halus.
Dalam sekejapan saja lantas berdiri di depan Sucoan Sam-sat
seorang anak berwajah hitam. Mereka tidak tahu bagaimana si
bocah bergerak sebab tahu-tahu setelah terdengar
teriakannya 'Tahan, tahan, aku datang........', orangnya sudah
berdiri di hadapan mereka. Sudah tentu mereka tidak pandang
mata pada Lo In yang hanya satu bocah mukanya hitam, lain
tidak.
Lie Kui tertawa, kapan melihat anak kecil itu wajahnya hitam.
Ia berkata, "Anak kecil, pantas benar kalau kau jadi anak aku
Lie-toaya (tuan besar Lie)."
Lo In ketawa nyengir. "Sama-sama hitam, bagus sekali kalau
kau pelayan dari aku Losiauwya (tuan kecil)". sahut Lo In.
Matanya Lie Kui mendelik pada si bocah.
"Hei, anak kecil. Lekas kau enyah dari sini !" kata Giam-ong
Puy Teng nyaring.
"Kenapa aku harus pergi ?" tanya Lo In.
"Di sini bukan urusan anak kecil, semua urusan orang tua !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sahut Puy Teng.
Lo In tiba-tiba ketawa gelak-gelak. Meskipun suaranya tidak
sekeras orang dewasa, tapi bagi telinga bukan main berisiknya
hingga dirasakan pekak oleh karenanya. Sucoan Sam-sat
bukan main kagetnya apabila merasakan suara ketawa itu
selain menyelusup ke kuping memekakkan juga jantung rasa
tergetar.
Teng Cong yang sangat berhati-hati dalam segala hal lalu
menanya pada si bocah, "Saudara kecil, apa maksudmu
datang kemari ?"
Matanya si bocah berkilat melihat ke sekitarnya, banyak orang
bergeletakan rebah keluarkan rintihan sedang enci Hiangnya
sedang menangis sesengukkan memeluki Liu Wangwee. "Enci
Hiang, kau mengapa menangis ?" ia tanyai Bwee Hiang dan
tidak meladeni pertanyaannya Mo-jiauw Teng Cong.
"Adik kecil, kau terlambat datang. Oh, ayah, ayah
sudah.........." Bwee Hiang tak dapat melampiaskan katakatanya.
Karena sangat sedih, ia tersedu-sedu menangis
sembari peluki tubuhnya Liu Wangwee dan digoyang-goyang,
mulutnya tak hentinya memanggil : "ayah, ayah !"
"Anak bau, kau bikin ribut saja !" bentak Lie Kui seraya
tangannya yang segede apa tahu, digaploki ke kepala Lo In.
Badannya si berewokan mendadak terputar sendiri karena
saking kerasnya ia memukul, ia telah menggaplok angin sebab
Lo In sudah lenyap dari hadapannya.
Mo-jiauw Teng cong yang lihat gelagat jelek sudah lantas
hendak mencegah Lie Kui berlaku kasar pada si bocah tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gagal akeran Giam-ong Puy Teng yang berangasan sudah
turun tangan mencengkeram kedua pundak Lo In saat itu ada
dibelakangnya Lie Kui.
"Celaka !" pikir Mo-jiauw Teng Cong dalam hati kecilnya.
Sebelum ia membuka mulut hendak mencegah toakonya
berlaku kasar, tiba-tiba terdengar : plak ! plak ! tiga kali.
Tubuhnya Giam-ong Puy Teng tampak terputar bagaikan
gasing, seraya tangannya memegangi pipinya yang kena
digampar oleh Lo In. Kesakitan bukan main dia, sebab giginya
sampai pada rontok, malah kepalanya jadi keleyengan pusing
karena tubuhnya terputar. Entah dibagaimanakan oleh si
bocah nakal.
Bwee Hiang sembari tersedu-sedu menangis, diam-diam ia
perhatikan gerak gerik adik kecilnya. Melihat Lo In dalam
segebrakan saja membuat dua jagoan yang kesohor
kebuasannya menjadi pecundang, bukan main girangnya.
Malah ia tertawa ngikik waktu nampak Giam-ong tubuhnya
berputar macam gasing seraya memegangi pipinya yang
bekas digampar si bocah.
Melihat keadaan genting, Mo-jiauw Teng Cong tak dapat
berpeluk tangan menonton. Segera ia melompat, maksudnya
hendak membekuk Lo In yang berdiri membelakanginya.
Adegan itu sangat menegangkan urat syaraf sampai-sampai
Bwee Hiang menjerit saking ngerinya melihat si bocah
dibokong. Tapi bukannya si bocah yang kena dibekuk,
sebaliknya si Cakar Setan yang tersungkur dan ngusruk habis,
mukanya mencium tanah.
Terbelalak matanya si gadis. Ia hampir tidak percaya akan
penglihatannya sebab Lo In tampaknya lenyap seperti asap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saja. Gerakannya bagaikan kilat, seantero tubuhnya seperti
ada matanya, tidak mudah di bokong lawan.
Giam-ong Puy Teng tampak roboh terkulai, setelah main
gasing sebentaran. Ia rasakan kepalanya pusing benar,
mulutnya berlumuran darah. Ketika ia semburkan ada tiga
empat biji giginya yang ikut lompat keluar dengan darahnya.
Lie Kui naik pitam. Goloknya yang berkilauan dihunus dari
sarungnya.
"Anak haram jadah ! Kau rasakan golok kakakmu !" bentaknya
disusul dengan serangan membacok dari atas ke bawah
kemudian dari samping kiri ke kanan dan sebaliknya, disusul
dengan tikaman ke arah dada, dahsyat sekali. Cepat
serangannya Lie Kui, bertubi-tubi. Tidak heran sebab ia
menggunakan salah satu jurus yang paling ampuh dari 'Sinmo
Siang jiauw Ciang-hoat' yang dinamai 'Han mo hoan sin'
atau 'Setan kedinginan jungkir balik'.
Cuma si berewokan merasa amat gegetun karena tiap
tebasan, tikaman dan sontekan dari goloknya, seakan-akan
menebas, menikam dan menyontek bayangan saja. Lo In di
depannya bergerak terlalu gesit, meskipun melayani ia dengan
tangan kosong.
Mata Lie Kui serasa mabuk, nampak Lo In seperti menari-nari
dengan lima bayangan, mengitari dirinya. Terpaksa ia
membacok sana sini, serabutan saja.
Untuk mengocok si berewokan itu, Lo In sudah gunakan
gerakan 'Thian lie pian in', ialah 'Bidadari menari di awan'. Si
bocah punya 'Bu ong sin kang' (tenaga sakti tanpa bayangan)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yagn sempurna, telah memungkinkan ia memerkan gerakan
yang indah, lincah dan gesit laksana kilat dalam jurusnya
'Bidadari menari di awan' tubuhnya tampak bagaikan menarinari
diikuti dengan lima bayangan. Karena ini si bontot dari
Sucoan Sam-sat matanya menjadi mabuk.
Bwee Hiang berhenti menangis. Ia terpesona dengan
kepandaiannya si bocah sakti yang nakal, lupa ia kepada
ayahnya yang barusan ia peluki dengan tangisan terisak-isak.
Demikian mudah si bocah permainkan Lie Kui yang tinggi
besar, kasar. Hatonya merasa puas. Pikirnya, "Aku sendiri tak
dapat membalas si kurang ajar. Biarlah adik In yang tolong
balaskan !"
Dalam berpikir demikian, tiba-tiba ia menjerit, "Adik kecil, awas
!"
Berbareng dengan jeritan si gadis tampak Lo In jumpalitan.
Ujung sepatunya yang kecil menotok jalan darah di
pergelangan tangan kanan Lie Kui hingga goloknya terpental
dan orangnya jatuh numprah. Badannya Lo In kemudian
berputar, mencelat ke atas beberapa kali. Ketika si bocah
berhenti bergerak, tampak ia berdiri dengan mulut menggigit
pisau dah dua tangannya juga menggenggam pisau.
Dari mana Lo In dapat tiga pisau dengan berbareng ?
Itu ketika sedang gembiranya Bwee Hiang menonton si
berewokan dipermainkan oleh adik kecilnya, tiba-tiba matanya
yang awas melihat Mo-jiauw Teng Cong tengah mengayun
tangannya melepaskan senjata rahasianya 'Thoat-beng-ciam'
(Jarum pencabut nyawa) dan Giam-ong Puy Teng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyambitkan 'Hui-to' (pisau terbang).
Mereka lepaskan senjata-senjata rahasianya dengan serentak
dan saling susul hingga Bwee Hiang menjerit 'Adik kecil, awas
!' dan hatinya ketakutan adik kecilnya mati dibokong oleh dua
orang jahat itu. Mendengar tanda bahaya, si bocah lantas
jungkir balik, ujung sepatunya menotok pergelangan Lie Kui
hingga goloknya jatuh untuk hindarkan hujan jarum, badannya
berputar mengebut dengan bajunya sedang sambaransambaran
pisau terbang Giam-ong Puy Teng, ia punahkan
dengan tubuhnya mencelat pergi datang beberapa kali. Dua
pisau ia tangkap dan satu ia gigit hingga waktu ia tancap kaki
pula ke tanha, tampak gayanya lucu sekali. Mulutnya yang
menggigit pisau seperti ketawa, dua pisau yang dipegang
kedua tangannya diacung-acungkan. Tapi hanya sejenak saja
si bocah hitam bergaya lucu sebab kemudian pisau di tangan
kiri ia lontarkan pada Lie Kui, mengarah kuping sebelah kiri
hingga si berewokan menjerit dan memegang telinganya yang
daunnya sudah copot. Pisau di mulut ia tiup, menyambar
telinga Mo-jiauw Teng Cong sebelah kanan hingga ia pun
menjerit, daun kupingnya mental jatuh di tanah. Tinggal pisau
di tangan kanannya yang membuat Giam-ong Puy Teng
menggigil ketakutan sebab saat itulah ada gilirannya.
Si bocah dengan wajahnya yang hitam legam memandang
toako dari Sucoan Sam-sat. Kemudian ia menengadah ke
langit lalu tertawa gelak-gelak yang memekakkan telinga tiga
algojo pecundang, setelah mana ia memandang pula Giamong
Puy Teng dan berkata, "Kau ada paman jahat, biar
hukuman begini saja !"
Berbareng dengan kata-katanya, pisau ditangan kanannya
juga sudah lantas meluncur ke arah mata kirinya. Pisau itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meluncur cepat karena di dorong oleh kekuatan lwekang
sehingga tahu-tahu sudah nancap pada matanya si raja
akherat tanpa ia dapat berkelit lagi. Ia teraduh-aduh sambil
pegangi matanya yang berlumuran darah.
Sucoan Sam-sat rasakan hukuman yang mereka terima lebih
berat dari si kerudung merah sebab dua daun kuping yang
mental dari tempatnya tak dapat ditempel lagi dan matanya
Giam-ong Puy Teng menjadi meram dua-duanya. Ia menjadi
buta.
Untuk mengeroyok Lo In, itu sudah tak mungkin. Si bocah
kepandaiannya benar-benar mempesonakan. Belum pernah
mereka saksikan jago silat yang mana juga, apalagi Lo In
hanya satu anak kecil saja. Dengan memimpin toakonya yang
sudah buta, Teng Cong dan Lie Kui berlalu meninggalkan
tempat itu. Mereka ketakutan ditahan oleh Lo In tapi
kenyataannya tidak demikian sebab si bocah sudah bertindak
menghampiri Bwee Hiang, tidak menghiraukan lagi pada
mereka.
"Adik kecil, kau datang terlambat. Kemana saja kau pergi ?"
tanya Bwee Hiang sambil deliki matanya, ia memarahi si adik
kecil.
Lo In hanya tertawa nyengir. Ia tidak ladeni enci Hiangnya.
Sebaliknya, ia lantas jongkok untuk memeriksa keadaan Liu
Wangwee.
"Gara-gara kau adik kecil datang terlambat, ayah, ayah
sudah....." Bwee Hiang kembali menangis sesenggukkan,
seraya goyang-goyang tubuhnya Liu Wangwee.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bwee Hiang rupanya ngeri untuk mengatakan 'ayah sudah
MATI', hanya sampai pada kata 'sudah' lantas ia nangis
sesenggukan seperti anak kecil.
"Enci Hiang, kenapa kau menangisi lope begini sedih ?" kata
Lo In setelah si bocah memeriksa Liu Wangwee.
Sambil menyeka air matanya dengan lengan baju, Bwee
Hiang menyahut, "Kau bisa kata begitu tapi bagaimana aku
tidak bisa menangis karena dia sudah pulang..... Oh, ayah,
ayah, kau tega tinggalkan Bwee Hiang....."
Bwee Hiang menangis keras, malah kali ini gegerungan.
Lo In menjadi heran, dari heran ia jadi tertawa terbahak-bahak.
Sudah menjadi wataknya rupanya, kalau Lo In menghadapi
sesuatu yang akan meminta tenaganya, ia suka tertawa
terbahak-bahak.
Orang sedang kematian bapak, sedih bukan main. Menangis
untuk melampiaskan kesedihan, tiba-tiba mendengar si bocah
ketawa terbahak-bahak, sudah tentu si nona menjadi jengkel.
Tak tahan meluapnya hawa amarah, maka seketika itu ia
sudah lantas merangsang Lo In yang sedang jongkok di
dekatnya. Ia ingin cekek mampus saja si bocah seketika itu
sampai melupakan badannya bersentuhan dengan si bocah.
Gemas ia hendak menggigit Lo In yang saat itu dengan sabar
melayani tangan si nona yang saling susul hendak
mencengkeram mukanya. Dua tangannya si nona sudah kena
dipegangi Lo In, lalu Bwee Hiang gunakan mulutnya menggigit
pipi si bocah muka hitam. Heran, Lo In tinggal antapkan saja
pipinya digigit si nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lo In kelihatan seperti yang bercanda dengan Bwee Hiang,
tapi sebaliknya si nona beringas hendak menerkamnya.
Orang-orang yang melihat perbuatan Lo In pada mencela,
diam-diam pada mengutuk kelakuan si bocah yang
keterlaluan. Masa orang yang menangisi ayahnya yang mati
ditertawakan, mereka tidak menyalahkan kalau si nona begitu
marah. Malah, kalau mereka tidak sedang terluka, tentu
dengan serentak turut mengganyang si bocah.
Bwee Hiang rasakan menggigit pipinya Lo In bukannya
menggigit daging tapi seperti menggigit kapas, lunak bukan
main. Dalam sikapnya itu ia bukan menggigit, sebaliknya
seperti ia menciumi si hitam. Ketika ia sadar atas kelakuannya
yang tidak benar, ia rasakan dirinya sudah berada dalam
pelukan Lo In. Ia berontak tapi tanpa hasil. Kedua tangan Lo In
yang memeluk dirinya seperti besi seberat seribu kati, susah
disingkirkan. Ia jadi jengah dengan sendirinya, selebar
mukanya merah karena malu. Ketika mulutnya sudah siap
hendak mencaci maki, tiba-tiba ia mendengar si bocah
berkata, seperti berbisik di kupingnya, "Enci Hiang, jangan
marah. Juga jangan menangis sebab Lope tidak apa-apa....."
Bwee Hiang mendelik matanya, "Apa kau masih belum mau
lepaskan encimu ?" Bwee Hiang menegur tatkala si bocah
masih terus memeluki tubuhnya.
Sambil ketawa haha hihi, Lo In lepaskan pelukannya.
Kelakuan Lo In hanya bersifat main-main saja. Ia anggap
Bwee Hiang seperti Eng Lian. Sebaliknya bagi Bwee Hiang
yang sudah dewasa, merasa tidak enak Lo In perlakukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dirinya demikian di depan orang banyak.
Ketika ia hendak melampiaskan amarahnya via mulutnya, Lo
In sudah mendahului berkata, "Enci Hiang, Lope hanya
kehabisan tenaga. Dia tidak mati !"
"Hah ! Masa ?" Bwee Hiang kaget tapi timbul harapannya.
"Kau lihat, nanti adikmu tolong Lope." kata Lo In.
Sambil berkata, tangan Lo In bekerja. Ia angkat tubuhnya Liu
Wangwee supaya dikasih duduk, lalu berkata pada Bwee
Hiang, "Kau bantu aku, enci Hiang. Kau pegangi tubuh Lope
supaya dia dapat duduk tegak."
Bwee Hiang cepat membantu, memegangi tubuhnya Liu
Wangwee yang lemas dan hendak jatuh rebah lagi. Kemudian
Lo In tempelkan tangan kirinya ke bokong si orang tua, tangan
kanannya menempel di dada. Seperti strum mengalir, tenaga
dalamnya Lo In yang dikerahkan, sudah nyusup membuka
otot-otot yang mecet dan saluran-saluran darah yagn jalannya
mampet. Dalam tempo tidak lama, kelihatan Liu Wangwee
bergerak, kemudian menarik napas dan membuka matanya.
Saking kegirangannya, Bwee Hiang lantas mau berteriak dan
memeluk ayahnya tapi melihat Lo In geleng-geleng kepalanya,
ia tidak berani sembarangan. Ia taat pada kewajibannya
sampai si orang tua pulih kesegarannya. Ia melihat Lo In dan
Bwee Hiang ada didekatnya. Si gadi tengah memegangi
tubuhnya, sedang Lo In menempelkan telapakan tangannya di
dada dan di bebokongnya.
Liu Wangwee mengerti bahwa Lo In sedang menolong dirinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan tenaga dalamnya yang dahsyat sebab ia rasakan
hawa panas menyelusup dimana-mana dalam tubuhnya dan
segera ia merasakan kesegarannya kembali.
"Anak-anak, terima kasih atas pertolongan kalian." Liu
Wangwee tiba-tiba berkata.
Bwee Hiang memandang Lo In dan Lo In anggukkan
kepalanya. Itu sebagai tanda si nona boleh bicara dengan
ayahnya. Seketika si nona sudah menubruk ayahnya dan
berkata sambil berlinang-linang air mata, "Ayah, kau sudah
sembuh. Oh, untung ada adik kecil. Kalau tidak, entahlah
bagaimana jadinya kita." Bwee Hiang berkata seraya
menunjuk pada Lo In yang saat itu juga ia sudah hentikan
pertolongannya pada Liu Wangwee yang sudah kembali
kesehatannya.
"Anak In, terima kasih. Kau anak baik. Semoga selamanya kau
mendapat perlindungan dari Thian...." Liu Wangwee berkata,
seraya ia bangkit dari duduknya dibantu oleh Bwee Hiang
yang sangat kegirangan.
Setelah melihat sang ayah dapat bergerak bebas, si nona
lepaskan tangannya yang membantu Liu Wangwee untuk
berdiri. Lalu ia rapihkan rambut kepalanya yang awut-awutan
dan ketika ia merapihkan pakaiannya yang juga awut-awutan,
matanya melirik pada Lo In yang mengangguk sambil ketawa.
Bwee Hiang pelototi matanya sebentar, tapi ia pun ketawa
mesem. Ia sadar sekarang, bahwa perbuatan Lo In barusan
bukannya kelakuan kurang ajar. Itu hanya kelakuan dari
seorang bocah nakal yang menganggap ia (Bwee Hiang)
sebagai teman sebayanya memain.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalaupun dimisalkan Lo In barusan main gila terhadap dirinya,
si nona pun tidak merasa menyesal sebab pertolongan Lo In
pada orang tuanya ada jauh lebih berharga dari kenakalannya
si bocah barusan atas dirinya. Maka itu, barusan setelah
pelototi Lo In, ia telah kasih senyum mesem memikat pada si
bocah hitam.
Liu Wangwee melihat Kian-san Ji-lo dan Pangcu beserta anak
buahnya roboh malang melintang terluka karena
mengganasnya Sucoan Sam-sat, hatinya sangat terharu.
Sebab oleh karena hendak membantu dirinya, mereka telah
menjadi korban.
"Anak In, coba kau periksa lukanya para pamanmu itu.
Barangkali kau dapat menolongnya." berkata itu Liu wangwee
kepada Lo In.
(Bersambung)
Jilid 06
Si bocah menurut. Yang luka parah ternyata Cia Liang dari
Kian-san Ji-lo, tulang sambungan pundak sebelah kiri remuk
dicengkeram Giam-ong Puy Teng. Cian Kie sang engko tidak
seberapa berat kena tendangan Lie Kui sedang Pangcu dan
lima anak buahnya dari Ceng Gee Pang hanya luka-luka
ringan. Mungkin karena takut, mereka tidak berani maju lagi
dan pura-pura merintih kesakitan ketika mereka dirobohkan.
Sementara Lo In memberi pertolongan kepada mereka yang
terluka, Bwee Hiang di lain pihak sudah nyerocos menuturkan
bagaimana Lo In menempur tiga jago jahat dari Sucoan dan
merobohkannya satu persatu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liu Wangwee ketika Lo In datang, ia sudah jatuh pingsan,
tidak menonton pertempuran ramai itu. Maka sambil anggukanggukan
kepala, diam-diam Liu Wangwee merasa sangat
kagum akan kepandaian Li In yang sakti.
"Hek-bin Sin-tong...." kedengaran ia menggumam setelah
mendengar habis si nona bercerita. Ini adalah cetusan
perkataan yang tanpa terasa dari bibirnya Liu Wangwee
seperti juga kejadian dengan Hu-pangcu dari Ceng Gee Pang
tempo hari.
Julukan bagi Lo In ialah 'Hek-bin Sin-tong' atau 'Si bocah sakti
berwajah hitam', sejak membuat kucar kacir Sucoan Sam-sat
telah menjadi populer di kalangan Kangouw. Nama Hek-bin
Sin-tong untuk Lo In dengan serentak telah menjadi terkenal.
Seraya mengurut-urut jenggotnya, Liu Wangwee menarik
napas tatkala Bwee Hiang habis menutur. Parasnya kelihatan
sangat berduka, hingga Bwee Hiang jadi kaget.
"Ayah, kau kenapa ?" tanya sang gadis penuh kuatir.
"Aku menyesal anak In datang terlambat. Kalau tidak, tentu
para pamanmu tidak sampai mengalami malapetaka seperti
sekarang ini." jawab sang ayah lesu.
"Aku juga tidak tahu kemana anak nakal itu sudah pergi. Coba
aku nanti tanya padanya." kata Bwee Hiang seraya bertindak
menghampiri si bocah yang sedang repot.
Kiranya Lo In tidak boleh disalahkan. Sebab ia tidak tahu kalau
pada malam ini bakal kedatangan Sucoan Sam-sat. Ia permisi
pada Bwee Hiang untuk jalan-jalan keluar lantaran ada urusan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sendiri.
Si bocah masih penasaran pada orang yang menggasak
miliknya berupa bungkusan kecil. Uang ia tidak buat pikira.
Yang ia sayangi obat-obatan yang ia bawa ada dalam
bungkusan itu. Maksudnya ia keluar jalan-jalan, siapa tahu ia
dapat pergoki orang yang menyikat barang miliknya itu. Dari
siang ia kelayapan tanpa tujuan sampai pada saat cuaca
remang-remang ia lihat ada seorang yang kebetulan
kesamprokan dengannya seperti ketakutan dan menjauhkan
diri.
Orang yang potongannya kurus kecil tapi gesit. Romannya
seperti kunyuk, ketawanya tidak enak dilihat. Lo In lantas
curiga, mungkin orang ini yang sudah ambil buntelan kecilnya.
Ia pura-pura tidak memperhatikan tapi diam-diam ia pasang
mata kemana perginya orang itu. Lo In harus melewati
beberapa lapangan dan tikungan untuk menguntit orang yang
mencurigakan itu. Waktu sampai pada satu jalan yang
menikung ke belakang sebuah kuil kecil, Lo In kehilangan jejak
orang yang dikuntitnya. Ia merasa heran. Bagaimana orang itu
bisa lolos dari kuntitannya.
Pikirnya, tidak bisa salah. Orang itu tentu masuk ke dalam kuil
di situ.
Dasar anak bernyali besar, tanpa pikir dirinya bisa terjebak, Lo
In sudah masuk dalam kuil itu. Di dalam ia disambut oleh
Hweshio (pendeta) muda dari kira-kira berusia 18 tahun dan
menanyakan pada Lo In, "Saudara kecil, ada urusan apa kau
datang kemari ?"
"Aku hendak sembahyang, suhu." sahutnya singkat, sedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
matanya berkilat memperhatikan sekitarnya. Ia mengharap
kalau-kalau dapat melihat orang yang dikuntitnya.
Omongnya mau sembahyang tapi Lo In tidak maju ke tempat
pemujaan, sebaliknya ia jalan sana sini melongok-longok
mencari orang yang dicurigai.
"Saudara kecil, kau cari apa ?" tanya si Hweshio mesem,
rupanya sudah tahu apa yang diinginkan oleh si bocah.
"Tidak, aku mau mencari orang. Apa suhu dapat lihat ada
orang kurus kecil masuk ke sini barusan ?" Lo In balik
menanya.
"Bukankah saudara kecil hendak sembahyang ?" menanya
lagi si Hweshio.
"Sembahyang belakangan kalau aku sudah ketemu orang itu."
sahutnya, nyengir.
"Saudara kecil, tempat disini tidak boleh dipakai main-main !"
kata si Hweshio.
"Aku omong benar, bagaimana kau katakan main-main ?"
"Tadi bilangnya mau sembahyang, sekarang mau cari orang.
Apa itu bukannya main-main ?"
"Kau keluarkan dulu orang itu, aku nanti sembahyang !"
Si Hweshio jadi kurang senang, matanya mendelik. Ia angkat
tangannya, menunjuk ke pintu sambil katanya, "Keluar, lekas
keluar !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau suruh aku keluar, mudah saja. Asal kau sudah keluarkan
orang yang sembunyi dalam kuilmu disini !"
Panas hatinya si Hweshio. Si bocah diusir, bukannya menurut
malah menantang !
"Aku Tong Seng, murid keempat dari Ceng Bian Hweshio.
Belum pernah menemui tamu macam kau yang tidak tahu adat
!" teriaknya sambil tepuk-tepuk dada.
"Baru murid keempat, biar kau murid nomor wahid juga aku
tidak takut. Asal kau masih membandel tidak mau keluarkan
orang yang kucari !" sahut Lo In.
Meluap amarahnya Tong Seng Hweshio.
"Kau kira disini biasa sembunyikan maling ?" bentaknya
berbareng tangannya melayang hendak menyekik batang
leher Lo In.
"Hehehe, kau mau berkelahi ?" kata Lo In, tangan si Hweshio
yang melayang dapat ditangkapnya. Sekali sentak tubuh Tong
Seng Hweshio terjerunuk ke depan, jidatnya membentur meja
tepekong hingga kontan tambah daging.
"Rampok ! Rampok !" teriaknya seraya pegangi jidatnya yang
kesakitan.
Lo In tenang-tenang saja meskipun dari berbagai jurusan pada
bermunculan kawanan kepala gundul dengan masing-masing
membawa gegaman pentungan kayu besar. Si bocah hitung
kira-kira ada 15 orang yang muncul berbareng mendengar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
teriakannya Tong Seng Hweshio tapi diantaranya tidak
kelihatan orang yang dicari.
Satu Hweshio yang usianya lebih tua dari Tong Seng tampak
maju mendekat Lo In. Dengan bengis ia membentak, "Anak
kecil, kau mau merampok di sini ?"
"Buat apa aku merampok kuilmu yang tidak ada harganya."
sahut Lo In. "Aku hanya mau minta orang yang kucari, kau
keluarkan !"
"Siapa yang kau cari ?" tanya si Hweshio.
"Hehehe, kau juga mau main putar-putar ?" kata Lo In tidak
senang.
"Nih, main putar-putar !" bentak si Hweshio seraya pentungnya
melayang mau mengepruk kepala Lo In.
"Bagus !" kata Lo In, berbareng ia berkelit nyamping. Ketika
pentungan lewat, kakinya maju, tangan kanannya dengan satu
jari telunjuk menotok lengan si Hweshio jagoan yang menjerit
seketika dan roboh terkulai.
Semuanya menyerbu Lo In. Sesosok tubuh menjadi sasaran
pentungan ramai-ramai hingga yang dijadikan sasaran
menjadi berkuing-kuing seperti babi dipotong. Kiranya orang
yang dihujani pentungan bukannya Lo In sebab si bocah
sudah lenyap tanpa setahu mereka. Mereka
celingukanmencari seraya minta maaf pada si Hweshio yang
menjadi sasaran pentungan tadi. Siapa, ternyata ada Hong
Seng, murid kepala dari Ceng Bian Hweshio dalam kuil itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kemana itu anak anjing ?" teriak Hong Seng penuh
kegusaran. Ia dapat bergerak bebas pula dari totokan Lo In
sebab si bocah hanya menotok main-main saja.
Mendengar ribut-ribut, Ceng Bian Hweshio keluar dari kamar
semedhinya. Murid-muridnya repot melapor tentang
munculnya bocah berwajah hitam membuat onar dalam kuil.
Ketika ditanyaka apa sebabnya, Hong Seng lapor kalau si
bocah hitam itu mencari jejaknya si kurus kecil.
"Aku sudah katakan, kalian jangan suka campur dengan si
Tangan panjang Ong Cit. Sebab satu waktu Ong Cit akan
ketemu batunya. Benar ia pandai memindahkan milik orang
dengan menggunakan kesebatan tanganya, tapi itu perbuatan
tidak baik. Satu waktu bila ia diterjang sial bisa susah. Nah,
buktinya sekarang, bagaimana ? Kuil kita menjadi kerembetrembet
oleh perbuatannya Ong Cit."
Kawanan Hweshio itu ada komplotannya Ong Cit. Mereka
suka melindungi si Tangan Panjang dengan menyuruh Ong Cit
melenyapkan diri dalam kuilnya sebab tidak ada orang berani
carinya kalau ia sudah berada dalam kuil itu. Orang segan
kepada Ceng Bian Hweshio yang menjadi kuil tersebut.
Mereka begitu perlu melindungi si Tangan Panjang latnaran
mereka sering mendapat bagian dari penghasilan yang
diperoleh Ong Cit.
Mendengar kata-kata gurunya, Hong Seng membela
kawannya. Ia berkata, "Suhu, Ong Cit banyak membantu kuil
kita. Apa suhu hendak pungkir kedermawanannya ? Orang
sudah hinakan kuil kita, bukannya suhu mencari tahu siapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orangnya, sebaliknya suhu marahi kita dan sesalkan bergaul
dengan Ong CIt."
Ceng Bian Hweshio juga bukannya pendeta suci. Maka ketika
mendengar jawaban sang murid kepala, seketika itu menjadi
gusar.
"Mari kita cari anak hitam itu !" katanya seraya ajak anak
muridnya untuk memeriksa seluruh kuil.
Tapi Lo In tidak diketemukan, entah kemana bocah itu larinya.
Ketika Hong Seng membuka sebuah kamar yang biasa dipakai
untuk mengumpat oleh Ong cit, kaget bukan main si murid
kepala dari Ceng Bian Hweshio. Dalam kamar itu tampak Ong
Cit, dua daun kupingnya hilang, empat jari tangan kanannya
sudah kuntung dan kuntungannya jatuh di lantai. Dari tangan
dan kedua belah telinganya tampak berlumuran darah, bekas
bekerjanya pisau tajam yang menggeletak tidak jauh dari si
Tangan Panjang. Malah pisau itu pun miliknya Ong Cit.
Si copet lihat dalam keadaan tidak bergerak karena kena
ditotok terpaksa Hong Seng lapor pada gurunya untuk sekalian
minta bantuan supaya membuka totokan.
Ceng Bian Hweshio sudah lantas datang ke kamarnya Ong
Cit.
Ia geleng-geleng kepala nampak nasib yang dialami si Tangan
lihai. Cepat ia bekerja untuk membuka totokan tapi sana sini
ditepuk tubuhnya si copet lihai oleh si kepala kuil untuk
membebaskan totokan tetap tak berhasil.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong Seng heran. Ceng Bian Hweshio malah lebih heran dan
terkejut karena sebagai orang Kangouw kawakan ia tidak bisa
membuka totokan orang.
Bagaimana ia berusaha ternyata tidak peroleh hasilnya malah
Ong Cit tiap sebentar berjengit kesakitan dan matanya
mengucurkan air. Ia menangis dan matanya saja yang
mencilak-cilak seolah-olah memohon supaya percobaa Ceng
Bian Hweshio jangan diteruskan karena ia merasakan suatu
siksaan ditepuk sana sini bagian anggautanya untuk mencari
tempat membuka totokan.
Ceng Bian Hweshio yang sudah banyak pengalaman dapat
memahami keadaan si Tangan Panjang. Maka ia hentikan
percobaannya. Ia berkata, "Biasanya totokan macam ini tidak
sembarang orang bisa buka, berjalan dua jam lamanya dan si
korban akhirnya bebas dengan sendirinya. Maka tunggu saja
dua jam lagi, lihat bagaimana jadinya." Ceng Bian Hweshio
berkata seraya ngeloyor keluar dari kamar.
Tinggal Hong Seng dan kawan-kawannya pada menemani
Ong Cit sambil menanti sang waktu lewat dua jam
sebagaimana dikatakan oleh suhunya. Selama menemani,
diam-diam mereka ketakutan kalau-kalau si bocah wajah
hitam itu datang lagi menotok mereka dan menyiksa
sebagaimana yang dialami si Tangan Panjang Ong Cit.
Syukur-syukur si bocah tidak datang lagi dan mereka
kegirangan. Ketika sudah lewat dua jam, benar saja totokan
pada Ong Cit terbuka dengan sendirinya. Kini baru terdengar
rintihan si Tangan Panjang yang kesakitan karena sepasang
daun telinga dan empat jari di tangan kanannya dihilangkan
orang dengan paksa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong Seng sudah memberi obat pil bikinan Ceng Bian
Hweshio untuk menahan rasa sakit dan obat bubuk untuk
diborehkan pada bagian-bagian angguta yang terluka maka
Ong Cit tidak sampai menderita kesakitan terus menerus.
Menurut penuturan Ong Cit, ketika ia kesomplokan dengan Lo
In, ia lihat matanya Lo In berkilat tajam menotok di jantungnya
hingga berdebaran. Maka ia jadi ketakutan sebab menurut
penuturan jago-jago persilatan kalau orang punya mata
demikian berwibawa mempunyai lwekang (tenaga dalam)
yang dahsyat.
Tadinya ia tidak takuti Lo In ketika dalam rumah makan ia
sambar bungkusa kecilnya yang saat itu si bocah tengah
bicara dengan seorang pelayan, berdiri membelakangi
bungkusannya. Tapi tadi, ketika ia kesomplokan dan
pandangannya kebentrok dengan mata Lo In yang berkilat
menusuk jantung, membuat ia jadi ketakutan.
Sebagai copet yang lihai, ia tahu dirinya dikuntit Lo In. Maka
pikirnya, jalan yang selamat adalah masuk ke dalam kuil Thian
Ong Bio dimana ia banyak kawan yang dapat membantu
melindungi dirinya. Setelah kasak kusuk dengan Tong Seng
lalu ia masuk ke kamar biasa ia mengumpat tapi tidak urung ia
dapat diketemukan oleh si bocah muka hitam. Tatkala mana ia
sudah berlaku nekad dengan pisaunya yang tajam luar biasa,
ia menerjang Lo In.
"Hehe, mau melawan ?" si bocah berkata berbareng Ong Cit
rasakan nadi tangannya yang memegang pisau kena disentil,
kesemutan lemas, pisaunya dengan sendirinya jatuh ke lantai.
Ia coba menerobos keluar tapi satu tendangan mengenai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pahanya membuat ia jatuh melongsor. Cepat ia bangun lagi
tapi bukan untuk lari, sebaliknya ia lantas jatuhkan diri berlutut
di depan Lo In untuk minta ampun.
"Asal kau kembalikan barangku, aku nanti kasih kelonggaran."
kata Lo In.
"Ada, oh, ada. Aku tidak ganggu sedikit pun barang Siaoya."
sahut Ong Cit.
Setelah berkata, Ong Cit bangun dari berlututnya dan jalan
menghampiri satu lemari kecil dimana ia keluarkan miliknya Lo
In.
"Inilah barang Siaoya." katanya seraya menyerahkan pada Lo
In.
Lo In menyambuti lalu periksa isinya, ternyata benar saja tidak
diganggu.
Uang yang jumlahnya tidak seberapa dan botol obat-obatan
yang si copet tidak tahu obat apa membikin Ong Cit tidak
bernafsu untuk mengganggunya. Makanya juga ia lantas
simpan saja di dalam lemari kecil, spesial untuk menyimpan
barang-barang rongsokkan (tidak berharga) dari hasil kerja
tangan panjangnya.
"Bagus." kata Lo In setelah memeriksa isi bungkusa kecilnya.
"Nasibmu masih baik. Coba kau bikin hilang barangku.
Sebagai gantinya aku bikin hancur batok kepalamu. Nah, ini
kau lihat !" berbareng tangan Lo In diulur mengambil sebuah
patung kecil diatas meja tidak jauh dari situ. Patung itu dikepal
Lo In sejenak lalu setelah kepalannya dibuka, ia perlihatkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pada Ong Cit.
Matanya Ong Cit terbelalak ketakutan, badannya menggigil
seperti disambar penyakit malaria layaknya. Kembali ia tekuk
lututnya dan minta-minta ampun.
"Ampun, Siaoya, ampunilah selembar jiwaku........." ia
meratap.
Kiranya patung itu, meskipun kecil terbuat dari logam murni
yang kuat. Di taruh dalam kamar itu, merupakan tepekongnya
Ong Cit dalam pekerjaan jahatnya.
Patung yang sekeras itu ternyata dalam genggamannya Lo In
telah berubah menjadi tepung terigu. Sudah tentu saja Ong Cit
menjadi ketakutan menyaksikan demikian dahsyatnya tenaga
dalam si bocah wajah hitam.
Setelah meniup berhamburan patung yang berubah menjadi
tepung itu dari tangannya, Lo In berkata pada Ong Cit, "Kau
jahat, suka bikin susah orang tapi tidak sejahat orang yang
membunuh sesamanya. Maka aku kasih kelonggaran
hukuman. Sekarang kau ambil pisau ini dan iris kedua daun
telingamu !"
Ong Cit gemetaran tubuhnya. Matanya memandang Lo In
seperti yang mohon dikasihani tapi Lo In belagak pilon, malah
katanya, "Lekas kerjakan !"
Si Tangan Panjang tidak bisa berbuat apa-apa. Ia ambil
pisaunya sendiri yang tadi jatuh di lantai, sambil kuatkan hati,
ia mengiris dua daun telinganya satu demi satu. Darah
mengetel jatuh dari telingan yang sudah kehilangan daunnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat itu, hatinya Ong Cit terkesiap dan ia jatuh pingsan.
Kapan ia siuman kembali, ia dapatkan dirinya tak dapat
bergerak. Empat jari di tangan kanannya sudah berserakan di
lantai bersama dua daun kupingnya.
Mulutnya tak dapat bersuara untuk minta tolong karena urat
gagunya sudah kena ditotok Lo In. Maka terpaksa ia
menantikan orang datang membuka kamarnya saja.
Mendengar penuturan Ong Cit, semua orang menjadi gentar
terhadap si bocah wajah hitam. Mereka mengharap Lo In tidak
mengulangi kedatangannya ke kuil mereka.
Demikianlah, Lo In sambil bersiul-siul kegirangan mendapat
pulang barangnya yang tak ternilai harganya. Ia berjalan
pulang ke ruman Liu Wangwee. Justru tatkala itu Kian-san Jilo
dan jago-jago dari Ceng Gee Pang sudah dirobohkan oleh
Sucoan Sam-sat. Si botoh Bwee Hiang tengah dipermainkan
oleh Lie Kui. Pelayan yang melihat si bocah pulang lantas
memberikan laporannya. Kaget Lo In. Cepat ia lari ke taman
bunga, dimana ia lihat enci Hiang sedang peluki tubuhnya Liu
Wangwee yang dalam keadaan kehabisan tenaga. Kapan ia
lihat Lie Kui hendak menganggu Bwee Hiang, mengulur
tangan hendak memegang si nona, lantas ia berteriak :
'Tahan, tahan, aku datang.....!' dari kejauhan, sementara
tubuhnya melesat seperti meluncurnya roket yang barusan
dilepaskan, bagaimana si bocah bergerak tahu-tahu sudah
muncul dihadapan mereka.
Tidak mudah untuk memberi pertolongan kepada mereka yang
menjadi korban keganasan Sucoan Sam-sat, apalagi Cia
Liang yang remuk sambungan tulang pundaknya di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cengkeram Giam-ong Puy Teng. Untung, dengan secara
kebetulan, Lo In sudah dapat kembali obat mustajabnya
sehingga dapat menolong mereka dengan tidak usah ke sana
sini mencari obat.
Obat buatan Lo In, yang mewariskan kepandaian Liok Sinshe
memang manjur sekali. Maka dalam tempo pendek korbankorban
yang terluka karena keganasan Sucoan Sam-sat
sudah dapat bergerak pula. Hal mana membikin Liu Wangwee
jadi sangat kegirangan. Segera ia suruh Bwee Hiang supaya
pelayan-pelayannya menyiapkan satu meja perjamuan untuk
memberi selamat pada mereka, yang membantu dirinya
dengan tidak sampai mengorbankan jiwanya.
Dengan dipimpin oleh Liu Wangwee dan Pangcu dari Ceng
Gee Pang, dilain saat para tamu sudah kelihatan pada
memasuki rumahnya Liu Wangwee. Mereka diantar ke sebuah
ruangan makan yang lebar luas dan diperaboti indah lengkap.
Mereka kelihatan amat senang dapat memasuki ruangan yang
mencocoki seleranya sehingga mereka pada melupakan apa
yang sudah terjadi barusan dan rasa sakitnya kena dihajar
oleh Sucoan Sam-sat.
Sementara, Lo In tidak mau turut dengan mereka. Ia hanya
menyusul Bwee Hiang yang pergi dari situ untuk
menyampaikan perintah Liu Wangwee kepada para pelayan
yang bertugas menyiapkan barang hidangan.
"Kenapa kau ikuti aku ?" tanya Bwee Hiang. "Bukannya
berkumpul dengan para paman. Siapa tahu mereka mau
dengar ceritamu yang lucu-lucu. Hihihi...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak kerasan berkumpul dengan orang tua. Maka aku
menyusul enci kemari." sahut si bocah. "Apa tidak boleh ?"
"Bukannya tidak boleh, cumanya tidak pantas begitu saja
meninggalkan mereka."
"Tidak pantas dalam pandangan mereka, tidak jadi soal. Asal
pantas dalam pandangan enci Hiang, aku sudah puas."
Kata-kata Lo In mengingatkan Bwee Hiang pada kejadian, ia
menciumi pipinya si bocah yang maksudnya mau gigit hancur
dagingnya, tahu-tahu si bocah berbalik memeluki tubuhnya.
Ingat kesitu, wajah si nona menjadi merah dan berkata, "Tidak
pantas kelakuanmu barusan terhadap encimu. Malu ditonton
banyak orang !"
"Enci yang mulai, bagaimana bisa salahkan aku ?"
"Hah ! Aku mulai apa ?" si gadis cepat menanya, kaget ia
dituduh yang mulai.
"Mencium pipiku, apakah itu bukan mulai dulu ? Maka lantas
saja kalau aku main-main memeluk tubuh enci, bukan ?
Hehehe... "
Bwee Hiang pucat wajahnya lalu merah karena jengah.
Pikirnya, kurang ajar bocah hitam ini. Tapinya memang
alasannya tepat juga. Ia jadi membisu. Kemudian, ia gerakan
kakinya lebih cepat meninggalkan Lo In dengan tidak berkatakata
seperti yang sedang mendongkol.
Sebelum ia bertindak jauh, tiba-tiba kupingnya mendengar Lo
In berkata, "Baik, kau marah. Aku pun akan pergi dari sini !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Terkejut si nona. Cepat ia balik tubuhnya dan lekas
menghampiri Lo In. Sambil pegang tangan si bocah, dituntun,
ia berkata, "Adik kecil, kau gampang ngambek ya ? Mari ikut
encimu !"
Lo In ketawa nyengir, sebaliknya si nona gondok. Cuma ia
tidak berani berlaku kasar lagi pada si bocah, takut Lo In
benar-benar pergi dari rumahnya. Kalau Lo In berlalu garagara
ia (Bwee Hiang), pasti ia akan didamprat oleh ayahnya.
Juga, andaikata diantara Sucoan Sam-sat ada yang balik lagi,
siapa yang berani melayaninya ? Dalam bahaya, keluarga Liu,
bagaimana dapat membiarkan si bocah pergi begitu saja ?
Oleh sebab itu, maka Bwee Hiang sudah robah sikapnya yang
mendongkol menjadi ramah seperti biasanya hingga Lo In
senang hatinya.
Demikian, tidak lama perjamuan sudah disiapkan.
Lo In ada bersama-sama Bwee Hiang di ruangan belakang
lagi ngomong-ngomong. Tiba-tiba muncul satu pelayan,
berkata pada Bwee Hiang, "Siocia, loya suruh aku undang
adik kecil turut serta dalam perjamuan !"
"Nah, kau dapat kehormatan. Lekas pergi turut makan ke
sana. Makanannya enak-enak, tentu kau dapat makan
banyak." berkata Bwee Hiang pada Lo In, menggodai si
bocah.
"Brengsek !" Lo In menggerutu hingga Bwee Hiang menjadi
heran.
"Apanya yang brengsek, adik kecil ?" si nona lantas menanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lo In tidak menjawab perkataan Bwee Hiang, sebaliknya ia
berkata pada si pelayan, "Kau katakan pada Loya, aku tidak
bisa ke sana, lagi tidak enak badan."
"Hihihi..." Bwee Hiang tertawa ngikik, sambil tekap mulutnya.
"Orangnya segar bugar dikatakan tidak enak badan. Kalau
tidak enak badan iut, biasanya rebah di pembaringan. Ah, adik
kecil, kau kenapa sih permainkan orang tua ?"
Lo In ketawa nyengir. Kepalanya digeleng-gelengkan. "Aku
tidak mau ke sana, kalau tidak bersama enci." ia berkata
kemudian.
Bwee Hiang melengak. "Kenapa mesti sama-sama encimu ke
sana ?" ia menanya.
"Kalau bersama enci, aku jadi punya teman ngobrol." sahut si
bocah.
Bwee Hiang memandang paa pelayannya yang saat itu tengah
tersenyum-senyum melihat lagak lagunya dan kata-katanya si
bocah yang serba lucu. "Kau katakan pada Loya apa yang
dikatakan adik kecil barusan." Bwee Hiang berkata pada si
pelayan yang sedang menanti keputusan.
Pelayan itu lantas berlalu. Tak lama lagi ia kembali, katanya,
"Loya minta adik kecil ke sana bersama-sama Siocia."
"Nah, ini baru betul !" kata Lo In seraya bertepuk tangan
kegirangan.
Bwee Hiang jebirkan bibirnya yang mungil pada Lo In yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kontan disambut dengan jebiran pula hingga si pelayan yang
menyaksikan adegan itu tidak tahan untuk tidak ketawa
cekikikan. Bwee Hiang tidak marah sebab ia tahu, memang
kelakuan mereka waktu itu dapat mengitik urat ketawa.
Si nona tak usah tukar pakaian lagi karena ia sekarang sudah
berdandan rapih.
Tadi, setelah ia pesan tukang masak untuk menyiapkan
hidangan, ia sudah masuk ke kamarnya untuk menukar
pakaian yang kotor dan awut-awutan. Rambutnya pun sudah
rapih dibereskan oleh dua pelayannya Ling Ling dan Lan Lan.
Waktu ia menemui Lo In pula, kecantikannya membuat kagum
si bocah berbareng bau harum menusuk ke lubang hidungnya.
Entah minyak wangi apa yang dipakai Bwee Hiang. Yang
terang si bocah setelah menghirum bau harum itu merasakan
dadanya lega dan segar.
"Hebat enciku ini." ia berkata dalam hati kecilnya. Tidak berani
ia mengatakan terang-terangan, nanti sang enci salah paham.
Coba kalau Eng Lian yang ia hadapkan, sudah lantas
mulutnya ramai memuji dan mungkin ia memeluk si dara
harum sambil membisiki kata-kata pujian pada telinganya.
Kalau dalam keadaan biasa, sudah tentu Liu Wangwee
keberatan puterinya turut dalam perjamuan diantara orangorang
lelaki yang bukan menjadi famili dekatnya. Tapi kali ini
ia terpaksa karena Lo In tanpa Bwee Hiang biar bagaimana
juga tak akan menghadiri perjamuan itu. LO In justru orang
penting dimana Kian-san Ji-lo berkali-kali ada mengatakan
keinginannya berkenalan dengan si bocah.
Demikian ketika Lo In dan Bwee Hiang muncul, orang-orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pada bertepuk tangan. Malah Soat-cian Ang, Pangcu dari
Ceng Gee Pang berseru, "Hidup, jago kecil kita." beberapa
kali, disambut riuh oleh anak buahnya.
Kian-san Ji-lo hanya ketawa ngekeh, kepalanya manggutmanggut.
Segera perjamuan dimulai karena sekarang sudah komplit
dengan hadirnya Lo In.
Dalam omong-omong, Cia Kie berkata pada Lo In, "Siohiap,
eh, anak In. Tiga manusai dari Sucoan itu sangat jahat. Kau
telah memberi hukuman terlalu enteng pada mereka. Mereka
jadi keenakan, malah mungkin akan menuntut balas !'
Kian-san Ji-lo sudah dikisiki oleh Ang Ban Teng, kalau bicara
dengan Lo In jangan menggunakan perkataan 'Siaohiap'
sebab si bocah paling suka dipanggil 'anak In'. Ia menyatakan
penyesalannya pada Lo In yang memberikan hukuman terlalu
enteng pada Sucoan Sam-sat yang kesohor kebuasannya.
"Paman-paman itu toh tidak membunuh orang." sahut Lo In
acuh tak acuh.
"Ha ha ha !" Cia Kie tertawa. "Anak In, kau masih kecil. Belum
banyak mendengar dalam kalangan Kangouw orang ributi
kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh mereka. Kau tahu
anak In, mereka membunuh orang tanpa berkedip matanya.
Entah sudah berapa banyak jiwa yang dikirimkan pada Giamlo-
ong oleh mereka. Tapi yang terang, kalangan Pekto
maupun Hekto pada mengutuk atas perbuatannya.
Terbelalak matanya Lo In. Lucu tampaknya sepasang mata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang bening dan berwibawa terdapat diantara wajahnya yang
hitam legam.
"Ah, masa sampai begitu ?" Lo In menanya, heran dia.
"Seharusnya mereka itu dibasmi habis." menyela Cia Liang.
"Apa dibasmi, paman maksudkan apa dibasmi ?" si bocah
tidak mengerti.
"Di basmi ialah dibunuh habis mereka itu." menegaskan Cia
Liang, ketawa.
"Mana bisa dibunuh, aku tidak biasa membunuh." Lo In ketawa
nyengir.
"Mereka datang ke sini mau membunuh keluarga Liu, tidak
satu juga yang mereka mau kasih tinggal. Kenapa kita tidak
mau bunuh habis mereka ?" tanya Cia Kie.
Lo In geleng-geleng kepala. "Aku belum pernah bunuh orang."
katanya lucu.
Para hadirin jadi saling pandang melihat kelakuan si bocah.
Bwee Hiang ingin menegur atas ketololan Lo In tapi ia tidak
berani buka mulut dihadapan banyak orang tua. Hanya
matanya saja mengawasi si bocah seolah-olah menyesalkan
dengan kata-kata yang diucapkan Lo In. Tapi Lo In tidak dapat
memahami isi hatinya si enci Hiang. Ia tinggal tenang-tenang
saja.
Ang Pangcu tidak sabaran. Ia lantas berkata, "Anak In, kalau
mereka tidak dibasmi habis, dibunuh semua aku maksudkan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka akan...."
Kata-kata Ang Pancu tidak diteruskan karena ia kaget tiba-tiba
melihat satu orangnya bernama Kang Kiat muncul diantar oleh
satu pelayan.
kang Kiat ada salah satu Tocu dari markas cabang Ceng Gee
Pang di sebelah barat desa Kunhiang (tempatnya Liu
Wangwee). Belum berapa lama dibangun, masih dibawah
penilikan Hoan Hiocu dari pusat di Gakwan. Disana selainnya
Kang Tocu, masih ada tiga Tocu lagi yang menjadi pemimpin
cabang itu, dibantu oleh beberapa anak buahnya yang
semuanya ada pandai silat.
Ceng Gee Pang pada waktu belakangan ini mendapat
kemajuan pesat, membangun cabang di beberapa tempat.
Ang Ban Teng merasa sangat girang karena dalam
pimpinannya Ceng Gee Pang mendapat banyak kemajuan.
Melihat kedatangan Kang Kiat dengan air muka kusut dan
bajunya berlepotan darah, dengan cepat Ang Ban Teng
menaya, "Kang Tocu, kelihatannya ada kabar penting untukku.
Ada apa ?"
Setelah memberi hormat dan disuruh ambil tempat duduk oleh
Liu Wangwee, Kang Tocu lalu menyampaikan kabar duka
untuk Ceng Gee Pang.
Kan Kiat menceritakan telah kedatangan dua orang itu malam,
satu bermuka kelimis bersih dan satu lagi hitam berewokan
bengis. Mereka menanyakan apa disitu ada pusat dari Ceng
Gee Pang. Kang Kiat jawab bukan, hanya cabangnya saja
yang baharu dibangun belum lama. Tiba-tiba ia dengar si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berewokan ketawa terbahak-bahak lalu berkata pada
temannya, "Jiko, Ceng Gee Pang suah menjadi alatnya Liu In
Ciang, mari kita bereskan !"
Leng Tongcu yang berdiri tidak jauh dari Kang Kiat panas
hatinya mendengar kata-kata si berewokan, lalu maju dan
berkata, "Apa yang dibereskan ?" -- tangannya berbareng
melayang hendak menggaplok kepala tamu yang tidak
diundang itu.
Tapi si berewokan yang bukan lain Lie KUi adanya, sudah
lantas berkelit. Cepat bagaikan kilat tangannya diulurkan
menepuk pundaknya Leng Tongcu yang tidak keburu
mengelakkannya. Hanya menjerit sekali, Leng Tongcu sudah
roboh tersungkur tidak bangun lagi. Kang Kiat melihat hal itu
menjadi gusar. Ia sudah lantas mau menerjang Lie Kui tapi
Ong Tocu sudah mendahului.
Orang-orang Ceng Gee Pang beringas dan ramai-ramai
mengeroyok si berewokan hitam tapi mereka diganda hanya
dengan ketawa-ketawa saja, malah ketika Mo-jiauw Teng
Cong, si muka kelimis turun tangan, segera terdengar
beberapa jeritan ngeri dan orang-orang Ceng Gee Pang pada
roboh dihajar dua tamu tidak diundang itu.
Kemudian muncul orang-orang bersenjata dipimpin oleh Hoan
Hiocu.
Barangkali lebih baik kalau rombongan bersenjata tajam ini
tidak muncul sebab akibatnya sangat mengerikan. Lie Kui dan
Teng cong lantas merampas golok lawan, dengan senjata
mana mereka mengganas. Teriakan-teriakan ngeri
menyayatkan hati, kepala orang pating berjatuhan bagaikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
buah kelapa yang berjatuhan dari pohonnya. Banjir darah
disitu, malah Hoan Hiocu pun menjadi salah satu korbannya.
Kepalanya menggelinding jatuh dilantai karena ditebas oleh
Lie Kui.
Kang Kiat yang masih sempat menyelamatkan diri, sudah
lantas meninggalkan mereka yang sedang ngamuk dalam
markasnya, lari ke rumahnya Liu Wangwee. Ia tahu
Pangcunya ada disana untuk memberi laporan.
Ang Pangcu mendengar kejadian yang menyedihkan itu
sampai tidak bisa membuka mulut, saking sangat gusar dan
jeri pada Sucoan Sam-sat.
"Ang-hiante, bagaimana baiknya ini ?" Liu Wangwee berkata
pada Ang Ban Teng.
"Hahaha !" sekonyong-konyong Cia Kie ketawa.
"Anak In, kalau kau tidak menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, tentu kau mengatakan aku si kakek omong kosong.
Nah, sekarang buktinya bagaimana ?"
"Anak In, coba kau turut paman Ang pergi ke sana
menengoknya." Liu Wangwee berkata pada si bocah yang
acuh tak acuh mendengar hal itu.
Mendengar kata-katanya Liu Wangwee, barulah ia seperti
tersadar. Tapi ia tidak menyahut, sebaliknya ia memandan
Bwee Hiang yang pucat wajahnya mendengar kabar jelek
yang disampaikan oleh Kang Kiat.
"Kau ikut paman Ang ke sana, adik kecil." berkata Bwee Hiang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketika si bocah tinggal diam saja duduk di kursinya. "Apa mesti
encimu turut ke sana ?"
Nada suaranya paling belakang agak keras, seperti teguran.
"Anak In, turutlah kata-kata encimu." Liu Wangwee
menganjurkan.
Lo In tinggal diam saja.
Liu Wangwee dan Bwee Hiang saling pandang nampak Lo In
tidak bergerak dari duduknya. Mereka mengerti kalau tidak
bersama Bwee Hiang, si bocah tidak mau pergi. Keadaan
sudah demikian mendesak, Ang Pangcu kelihatan amat
gelisah. Ia tidak punya nyali untuk pergi ke markas cabangnya
tanpa Lo In, sebab percuma saja akan mengantarkan jiwa saja
kepada Sucoan Sam-sat.
Matanya mengawasi Liu Wangwee seperti memohon
pertolongan. Liu Wangwee menjadi sangat tidak enak, maka ia
lalu berkata pada puterinya, "Anak HInga, kau bawa
pedangmu dan antarkan adik kecilmu kesana, ikut paman
Ang."
Bwee Hiang bangkit dari duduknya dan berlalu, diikuti oleh Lo
In, seolah-olah yang tidak mau ketinggalan. Kemana Bwee
Hiang pergi, ia harus ikut. Sungguh lucu lagaknya si bocah
hitam. Sebenarnya bukan apa-apa kelakuannya Lo In itu, ia
memang ketakutan kehilangan Bwee Hiang seperti ia sudah
kehilangan Eng Lian.
Sebentar lagi tampak Bwee Hiang sudah muncul kembali
dengan pakaian ringkas, pedangnya disorong di pinggang. Di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belakangnya tampak Lo In mengintil.
"Habis, kalau anak pergi, siapa yang temani ayah ?" tanya si
gadis. Ia khawatir ayahnya ditinggal sendirian.
"Legakan hatimu, kami disini akan menemani ayahmu." Cia
Kie berkata tertawa.
Lega hatinya si gadis, lalu ia bersama Lo In ikut Ang Pangcu
dan Kang Kiat pergi ke markas cabang Ceng Gee Pang.
Karena masing-masing dapat menggunakan jalan cepat, maka
dalam tempo pendek saja mereka sudah sampai di tempat
tujuan.
Keadaan dalam markas cabang itu benar-benar mengerikan.
Mayat tampak malang melintang, yang kuntung tangan, kaki,
paha dan kepala terdapat di sana sini.
Sunyi senyap, hanya terkadang seperti ada terdengar rintihan
dari korban-korban yang belum mati. Sementara Lie Kui dan
Teng cong yang diharapkan masih dapat dijumpai disitu,
ternyata sudah tidak kelihatan mata hidungnya.
Ang Pangcu nampak semua itu telah mengucurkan air mata,
diikuti oleh lima Hiocunya. Bwee Hiang juga tidak dapat
menahan rasa terharunya, ia menangis. Beberapa kali ia
menyeka air mata dengan lengan bajunya.
Lo In yang belum pernah melihat orang dibunuh demikian
kejam, tampak geleng-geleng kepala. Pernah ia melihat orang
terluka, berceceran darahnya, kejadian itu dua tahun yang lalu
dimana Liok Sinshe mengamuk menghajar musuh-musuhnya.
Di sini ia nampak bukan darah berceceran saja, tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengumpiang di sana sini, sedang kepala, tangan, kaki dan
lain-lain anggota tubuh manusia berserakan mengerikan.
Hatinya yang lemah tidak mau membunuh orang, tiba-tiba
tergugah. Tangannya yang kecil dikepal-kepalkan, romannya
sangat gusar. Ia menyesal tadi kenapa ia tidak membereskan
jiwanya Sucoan Sam-sat. Kalau tidak, tentu ia tidak
menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan seperti
sekarang ini.
Bwee Hiang melirik pada adik kecilnya, ia tahu bahwa Lo In
sangat gusar.
"Adik kecil," katanya. "Lantaran kau punya murah hati, nah
kejadiannya begini. Kau lihat, bagaimana kejamnya Sucoan
Sam-sat mengganas !"
"Biarlah sekali lagi kita ketemu mereka, aku tak akan kasih
ampun !" jawab si bocah seraya angguk-anggukkan
kepalanya.
Terkejut Bwee Hiang. Pikirnya, kenapa bocah ini mengatakan
'kita' ? Apakah dimaksudkan dia dengan ia (Bwee Hiang) yang
kelak akan menghadapi Sucoan Sam-sat ?
Ia tidak sempat memecahkan soal ganjil itu karena segera
mendegnar Ang Pangcu berkata pada Lo In, "Anak In, inilah
bukti dari perbuatan ganas Sucoan Sam-sat. Maka kalau
belakang hari kau ketemu mereka, aku harap kau suka
menghukum mereka yang setimpal dengan kebuasannya !"
"Aku mengerti paman Ang. Semoga dalam perjalanan
berkelana aku akan menjumpai mereka supaya para paman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang mati sekarang toh akhirnya mendapat kepuasan di alam
baka !" demikian si bocah berjanji.
-- 17 --
Kata-kata Lo In membuat Bwee Hiang ketawa girang sebab
sudah terang si bocah sekarang sudah berubah
pandangannya terhadap orang-orang jahat. Kelemahan
hatinya berubah menjadi suatu keganasan. Yang paling girang
adalah Ang Pangcu sebab ia percaya meskipun ia sendiri tidak
bisa membalas kekejamannya Sucoan Sam-sat, sekarang ada
si bocah sakit yang menyanggupinya.
Mendengar kedatangannya ketua dari pusat, maka orangorang
Ceng Gee Pang yang tadi pada lari menyembunyikan
diri dari angkara murka Sucoan Sam-sat pada muncul dan
memberikan pertolongan pada mereka yang belum tewas
jiwanya. Atas perintahnya Pangcu, tempat itu dibersihkan dari
mayat-mayat yang malang melintang.
Ketika Kang Kiat berada jauh dari Bwee Hiang dan Lo In, Kang
Tocu berkata pada Ang Pangcu, "Pangcu, kalau tadi kita tidak
berkutat dulu membujuk si bocah muka hitam, kita pasti
datang disini dalam waktunya. Kita masih bisa menjumpai dua
orang jahat itu dan kita dapat menolong saudara-saudara kita,
tidak sampai mengambil korban begini banyak !"
"Kang Tocu." katanya. "Kau tidak tahu." Ang Pangcu ketawa.
"Justru si bocah yang penting kita bawa ke sini. Apa dengan
tenaga kita, dapat kita usir Sucoan Sam-sat ? Hmm ! Kau
jangan mimpi. Bocah itu mempunyai kepandaian yang susah
diukur, dialah yang telah mengusir pergi Sucoan Sam-at dari
taman bungan Liu Wangwee, dimana kita berenam dan KianTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
san Ji-lo sudah roboh tidak berdaya. Kalau tidak ada dia,
sekarang, kau tentu tidak bisa berhadapan dengan
Pangcumu........."
"Ha ! Apa iya ?" memotong Kang Kiat, matanya terbelalak
kurang percaya.
Ang Pangcu hanya tersenyum melihat kelakuan Tocunya.
Sementara itu ia sudah bertindak ke arah Bwee Hiang dan Lo
In yang tengah ngomong-ngomong.
Sebelum ia membuka mulut bicara, Bwee Hiang sudah
mendahului, "Paman Ang, musuh sudah pergi. Sedang paman
juga repot menghadapi para paman yang mati dan terluka.
Maka sebaiknya aku dan adik In pulagn saja. Aku masih
kuatirkan di rumah ada terjadi apa-apa yang tidak diingini !"
Sebenarnya Ang Pangcu hendak menahan mereka tapi
karena alasannya Bwee Hiang cukup teguh maka ia pun tidak
bisa berkata apa-apa selain mengucap terima kasih pada Lo in
dan si nona atas perhatiannya.
"Aku harap saja di rumah tidak terjadi apa-apa, anak Hiang !"
berkata Ang Pangcu ketika ia mengantar muda mudi itu keluar
dari kantor cabangnya.
Hanya diwaktu menyaksikan pemandangan yang mengerikan
tadi, tampak Lo In seperti hatinya tergerak, gusar dan berubah
kelemahan hatinya dengan ketegasan. Tapi waktu dalam
perjalanan si bocah hanya biasa lagi saja. Riang gembira dan
saban-saban menggodai enci Hiangnya supaya tertawa. Lo In
senang hatinya, kalau melihat Bwee Hiang ngikiki ketawa
karena kejenakaannya. Dalam perjalanan pulang ini juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bukan sedikit Bwee Hiang dibikin ketawa ngikik oleh ucapan
atau lagaknya si bocah.
Kapan mereka sampai di rumah pula, Bwee Hiang berasa
tidak enak hatinya. Ia tidak melihat ada pelayannya yang
membukai pintu pekarangan. Malah pintu itu tidak terkunci,
tidak biasanya demikian. Masuk ke dalam rumah, biasanya ia
disambut oleh Ling Ling dan Lan Lang. Kali ini tidak kelihatan
satu juga pelayannya itu. Kemana mereka sudah pergi ? Ia
masuk lebih jauh ke ruangan dimana ayahnya dan Kian-san Jilo
pasang omong di waktu ia meninggalkan rumah. Tidak
tampak mereka disitu.
"Adik kecil, mungkin ada kejadian hebat di sini !" kata Bwee
Hiang. Hatinya sangat tegang, sedang Lo In terus mengintil di
belakangnya si gadis.
Bwee Hiang cepatkan tindakannya, menghampiri kamarnya.
Ketika ia membuka pintu kamar, matanya terbelalak. Lo In
tidak turut masuk ketika melihat Bwee Hiang tergesa-gesa
masuk ke dalam kamarnya, ia menanti di luar sambil bersiulsiul.
Bwee Hiang lihat Lan Lan menggeletak di lantai sudah tidak
bernapas. Ia jongkok memeriksa. Terkejut ia ketika melihat
pakaiannya si pelayang sobek sana sini seperti yang disobek
orang. Kapan Bwee Hiang angkat pakaian yang menutupi
tubuh si pelayan, kiranya Lan Lang sudah telanjang sehingga
pusar ke bawah. Dari tanda-tanda yang mencurigakan, Bwee
Hiang duga Lan Lan dibunuh setelah diperkosa. Tidak
terdapat tanda penganiayaan. Rupanya Lan Lan dibunuh
dengan totokan maut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bwee Hiang ngeri. Ia menekap mulutnya. Kemudia ia buka
tekapan tangannya, ia memandang ke pembaringannya. "Hei,
kenapa ada orang lagi tidur ?" ia menanya pada dirinya
sendiri. Cepat ia bangkit dari jongkoknya lantas menghampiri
orang yang seperti tertidur dengan pakai selimut.
"Kurang ajar, siapa berani tidur di pembaringanku ?" bentak
Bwee Hiang seraya ia menyingkap selimut yang dipakai
menutup kepala orang yang lagi tidur.
"Ah, Ling Ling !" teriaknya ketika ia mengenali wajah orang
yang tidur.
Pada wajahnya Ling Ling yang cantik tampak sepasang mata
yang melotot penasaran. Meskipun merasa ngeri melihat
wajahnya si pelayan, Bwee Hiang masih sempat membuka
selimut yang menutupi tubuh. "Aiyaaa !" Bwee Hiang
mengeluarkan teriakan tertahan, seraya ia mundur setelah
menutupi pula selimut tadi yang menutupi tubuhnya Ling Ling.
Apakah yang membikin si nona sangat kaget ?
Kiranya, ketika selimut dibuka, tampak tubuh Ling Ling
telanjang bulat. Sepasang buah dadanya yang montok sudah
dikupas orang hingga rata. Kemana sepasang buah dadanya
itu ? Sedang tangan kirinya, 3 dim diatas nadi berlumur darah,
tertabas kutung oleh senjata tajam.
Bwee hiang tak tahan menghadapi dua adegan di depannya,
maka ia berteriak, "Adik kecil, adik kecil, lekas kau masuk !"
Lo In terkejut mendengar panggilan Bwee Hiang seperti yang
ketakutan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekali lompat ia sudah berada di dalam mendekati Bwee
Hiang yang berdiri gemetaran di tepi pembaringan di atas
mana ada terlentang mayatnya Ling Ling.
Ketika Lo In sudah berada di dekatnya, Bwee Hiang tak tahan
dengan goncangan hatinya maka ia roboh terkulai dan akan
mendeprok di lantai kalau tidak keburu Lo In datang
menyangga. "Enci Hiang, enci Hiang !" memanggil si bocah
ketika melihat si nona lemas badannya dan kedua matanya
tertutup.
Apa yang sudah terjadi ? Tanyanya dalam hati. Sementara
matanya melirik ke bawah, ia melihat tubuhnya Lan Lan yang
terkapar tak berkutik. Cepat Lo In pondong Bwee Hiang dan
diletakkan di atas satu dipan, tidak jauh dari pembaringan.
Meskipun biasanya Lo In sangat tenang, kali ini kelihatan ia
gugup juga.
Cepat si bocah menghampiri Lan Lan yang menggeletak di
lantai. kapan ia membuka baju yang sobek sana sini yang
menutupi tubuhnya Lan Lan, tampak Lan Lan telanjang bagian
bawahnya. Cepat ia menutupi pula Lan lan, lalu meraba
tangan si pelayan diperiksa urat nadinya. Kiranya Lan Lan
sudah tidak bernyawa. Ia geleng-geleng kepala tampaknya ia
merasa kasihan pada si pelayan yang bernasib malang itu. Ia
mengerti bahwa Lan lan mati karena totokan jahat pada jalan
darah.
Lo In jadi termenung sejenak dalam keadaan berjongkok.
Kapan matanya kemudian melirik ke pembaringan, ia lihat ada
sesosok tubuh yang ditutupi selimut seluruhnya. Cepat ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bangkit dan menghampiri. Perlahan-lahan ia membuka selimut
yang menutupi. Kaget ia karena itulah Ling Ling yang
ketawanya manis dan mukanya botoh, sekarang sudah jadi
mayat dengan mata melotot.
Dalam terkejutnya, ia menyingkap terus selimut yang menutupi
tubuh Ling Ling. Bukan main gusarnya Lo In nampak
sepasang buah dadanya si pelayan yang cantik dikupas orang.
Berbayang di matanya si bocah, kapan Ling Ling turut tertawa
ngikik, sepasang buah dadanya yang bulat menonjol seperti
turut bergoyang.
Pikir si bocah, Ling Ling toh sudah jadi mayat. Apa
halangannya kalau ia diperiksa lebih jauh tanda-tanda
kekejaman manusia atas dirinya si pelayan. Maka, ia sudah
menyingkap terus selimut dan.... hatinya terkesiap kapan
melihat tangan kirinya si Ling Ling dekat pergelangan
terkutung mengeluarkan banyak darah. Kekejaman itu
sedikitnya dengan pedang, kalau tidak dengan golok
dikerjainya. Lo In sambil bergidik. Ia bergidik dan bulu
tengkuknya dirasakan berdiri. Bukannya takut tapi meluap
kegusarannya yang belum pernah ia alami sebelumnya.
Cepat-cepat ia menutupi pula tubuhnya Ling Ling dengan
selimutnya.
Lo In tampak berdiri bengong. Pikirnya, apakah mungkin ada
manusia demikian kejam merusak anggauta tubuh si Ling Ling
yang botoh mungil ? Tapi bukti sudah ada, bagaimana juga Lo
In dapat melupakan kekejamannya manusia jahat dalam dunia
yang lebar ini.
Kalau tadi ia acuh tak acuh meskipun sudah menyaksikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kekejaman dalam markas cabang Ceng Gee Pang, sekarang
setelah menyaksikan Ling Ling dan Lan Lang menjadi korban
keganasan manusia jahat, maka hatinya benar-benar menjadi
sadar bahwa seharusnya ia membasmi kejahatan untuk
menolong si lemah.
Tiba-tiba ia teringat akan Liu Wangwee, maka seketika itu ia
lompat keluar kamar.
Saban beberapa tindak ia jalan, ia menemukan mayat para
pelayan yang mengerikan. Ia tidak ada tempo untuk
memeriksa satu demi satu. Yang penting ia mau cari Liu
Wangwee, orang tua yang telah perlakukan dirinya sangat
baik.
Setelah ia berputar-putar mencari, tidak juga ia menemukan si
orang tua. Akhirnya ia sampai ke taman bunga, dimana belum
lama berselang ada dilakukan pertempuran dengan Sucoan
Sam-sat. Di sini ia telah menemui mayatnya Cia Kie terkapar
dengan leher hampir putus, tidak jauh darinya terlihat
mayatnya Cia Liang terlentang dengan kepala sudah terpisah.
Cemas hatinya Lo In, sebab Liu Wangwee masih juga belum
diketemukan.
Ia berdiri bengong. Tiba-tiba pendengarannya yang tajam
menangkap seperti ada suara rintihan dalam gerombolan
alang-alang. Dengan beberapa lompatan ia sudah sampai
disana, ia menerobos masuk dan kemudian keluar lagi dengan
sesosok tubuh dipanggul di atas pundaknya. Itulah Liu
Wangwee yang keadaannya sudah hampir mati.
Lo In letaki orang tua yang bernasib buruk di tempat terbuka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan meminjam penerangan rembulan, Lo In periksa
keadaannya si orang tua.
Si bocah cepat menotok beberapa bagian jalan darah untuk
menghentikan darah yang keluar tidak hentinya dari luka-luka
di bagian muka, bahu dan kedua tangannya yang sudah
menjadi buntung. Keadaan lukanya si hartawan sangat parah.
Lo In putus harapan untuk merampas jiwanya dari malaikat
elmaut. Meskipun demikian, ia coba keluarkan obatnya yang
manjur untuk menolongnya. Dalam repotnya, tiba-tiba ia
dibikin kaget oleh Bwee Hiang yang menubruk ayahnya dan
menangis menggerung-gerung.
Bwee Hiang ketika mendusin dari pingsannya, ia tidak melihat
adik kecilnya dalam kamar. Ia lantas menduga Lo In tentu
sedang mencari ayahnya. Cepat ia bangun dan lari keluar. Ia
tidak perdulikan mayat-mayat para pelayannya yang malang
melintang ia ketemukan. Terus ia mencari Lo In sampai ia
jumpai si bocah sedang memberikan pertolongan pada
ayahnya di taman bunga.
Bukan main takutnya si gadis tampak keadaan ayahnya sudah
sangat payah. Ia memeluki sambil menangis, tangannya
meraba-raba wajah si orang tua yang sudah mandi darah.
Dengan jari-jarinya yang halus, si nona beberapa kali coba
melekkan matanya Liu Wangwee yang meram saja seperti
sudah mati. Putus harapan si nona, ia menangis makin
menjadi.
"Enci Hiang." tiba-tiba si gadis mendengar adik kecilnya
berkata halus. "Lope tidak dapat ditolong hanya dengan
tangisan saja. Maka tenangkanlah hati enci dan marilah kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama-sama menolongnya."
Bwee Hiang seperti tersadar mendengar kata-kata si bocah. Ia
melepaskan pelukannya sambil masih terisak-isak ia
menyusuti air matanya.
"Adik kecil, bagaimana ini..........?" si gadis kebingungan,
tangisnya belum berhenti.
"Tenang, enci Hiang." menghibur Lo In. "Jiwa ada di tangan
Thian (Tuhan). Kita manusia harus pasrah kepada nasib, asal
kita sudah menolong dengan sebisanya kepada Lope. Coba
aku periksa lagi keadaannya."
Lo In berkata sambil tangannya mengangkat tubuhnya Liu
Wangwee hendak di pondong, di bawa pergi dari situ.
Tiba-tiba matanya Liu Wangwee yang barusan meram saja
tampak dibuka, sebelum badannya terangkat oleh Lo In. Si
bocah tersenyum kepadanya. Bwee Hiang lihat itu, mukanya
mendekati wajah si orang tua. Katanya, "Ayah, oh, ayah......"
Si orang tua tersenyum. Terdengar ia berkata, "Anak Hiang,
anak Hiang. Selanjutnya kau harus akur-akur dengan adik
kecilmu. Eh, anak In." Liu Wangwee teruskan kata-katanya
pada si bocah. "Tolong kau jaga encimu. Biarlah kalian hi...."
Sampai disitu kata-kata Liu Wangwee terputus berbareng
jiwanya juga sudah pergi. Kepalanya teklok dengan
sendirinya. Lo In menghela napas. Liu Wangwee mati dengan
disangga tangannya. Suatu kematian yang mengharukan,
setelah meninggalkan pesa pada putri kesayangannya dan si
bocah wajah hitam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, setelah mendengar pesan sang ayah kemudian
melihat ayahnya menutup mata, Bwee Hiang tidak tahan
dengan getaran hati yang sangat sedih dan putus harapan.
Maka ia tidak bisa menangis, sebaliknya, ia jatuh pingsan........
Sampai disini kita melihat pada Eng Lian.
Seperti diceritakan di sebelah atas, Eng Lian setelah dicekoki
'Cian jit su su hun' atau 'Obat bubuk mematikan ingatan seribu
hari', ingatannya sudah berubah dan menjadi lupa kepada
segala kejadian yang sudah-sudah. Si bocah Lo In sudah tidak
ada dalam alam pikirannya lagi. Ia hanya ingat Ang Hoa Lobo
ada suhunya dan kepada siapa ia harus bersetia dan menurut.
Meskipun demikian, obat itu tidak mengganggu alam
pikirannya yang cerdik, lincah dan gayanya yang lucu. Ang
Hoa Lobo sangat kegirangan setelah menguasai Eng Lian.
Cita-citanya yang besar untuk mendirikan partay baru, segera
kesampaian dengan bantuannya Siauw Cu Leng.
Ang Hoa Pay (Partay Bunga Merah) telah terbentuk dan
perlahan-lahan dikenal di kalangan Kangouw. Akan tetapi
orang tak dapat menemukan dimana pusat atau cabangnya
Partay Bunga Merah itu. Orang hanya dengar perkumpulan
baru itu dikepalakan oleh satu nona muda yang menamakan
dirinya Kim Coa Siancu atau Dewi Ular Emas.
Kabarnya Kim Coa Siancu ada sangat lihai, pergi dan datang
tak kelihatan bayangannya, menakjubkan dan membuat jagojago
rimba persilatan (Bulim) menjadi khawatir akan sepak
terjangnya partai baru itu. Apakah partai itu berhaluan baik
atau jahat. Tapi yang terang, belakangan ini banyak terjadi
penculikan anak-anak tanggung usianya, menimbulkan
kegemparan karena diketahui penculikan-penculikan itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dilakukan oleh Kim Coa Siancu.
Eng Lian yang sudah berubah dirinya menjadi Kim Coa Siancu
memang juga berkepandaian lihai. Ia bukan saja dapat didikan
serius dari Ang Hoa Lobo tapi juga disayang oleh Sucouwnya
ialah Lamhay Mo Lie atau 'Si Iblis wanita dari lautan kidul
(selatan)' yang kepandaiannya susah diukur.
Lamhay Mo Lie yang melihat Eng Lian ada berbakat jempolan,
tidak ragu-ragu lagi ia mendidik si dara cilik dengan luar bisa.
Lwekangnya Eng Lian dahsyat oleh karena emposan dari
obat-obat gaib Lamhay Mo Lie. Dalam tempo pendek atau
tidak sampai dua tahun, dari satu dara kecil yang lemah, Eng
Lian berubah menjadi si 'Jelita 17 tahun' yang tegap, cantik
luar biasa dan kepandaiannya sangat tinggi. Memang tidak
dilebih-lebihkan kalau Ang Hoa Lobo suka membual bahwa
Kim Coa Siancu ada seorang yang hebat kepandaiannya
sebab memang demikian kenyataannya si dara cilik di bawah
didikan langsung dari Lamhay Mo Lie.
Sepanjang muncul Kim Coa Siancu yang memimpin Ang Hoa
Pay, ada juga beberapa orang kuat yang dapat menyelidiki
dimana tempatnya partai baru itu. Tapi Coa-kok (lembah ular)
adalah sangat berbahaya untuk dikunjungi, maka ada sedikit
orang yang berani menempuh bahaya untuk pergi ke sana.
Diantara yang sedikit orang yagn berani menempuh bahaya
terhitung Siang-tauw niauw Kam Eng Kim, puteri dan
mantunya (Lengkoan Giok Lie Kam Lian Eng dan Hek-houw
Ma Liong). Mereka sangat penasaran dengan diculiknya Ma
Sian Bwee, cucu dan puteri kesayangannya mereka.
Setelah Ma Sian Bwee diculik Ang Hoa Lobo, dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bercucuran air mata Kam Lian Eng melapor pada ayahnya, si
Burung Kepala Dua Kam Eng Kim. Mendengar laporan yang
mengagetkan itu, bukan main marahnya si Burung Kepala
Dua. Sambil menggebrak meja ia mencaci si nenek yang
menculiknya, ia tidak tahu siapa namanya si nenek culik itu.
Hanya ia tahu si nenek adalah suruhannya Kim Coa Siancu
sebagaimana diterangkan oleh Lengkoan Giok-Lie Kam Lian
Eng.
Sejak itu, penyelidikan dilakukan dengan sungguh-sungguh
untuk mengetahui dimana tempatnya Kim Coa Siancu itu.
Sampai beberapa lama dia berusaha, akhirnya dapat juga
keterangan yang dingini oleh mereka.
"Coa-kok letaknya ada di sebelah utara barat gunung
Hengsan." menyatakan Ma Liong dalam membicarakan soal
menolong anaknya.
"Jauh tentunya dari tempat kita." kata sang isteri, Lengkoan
Giok Lie.
"Jauh tidak menjadi soal." menyela Kam Eng Kim. "Yang
dipikirkan tempat itu merupakan lembah yang banyak ular
jahatnya. Banyak orang bilang yang memasuki lembah itu,
bisa masuk tidak bisa keluar lagi."
"Apa benar sampai begitu bahayanya, ayah ?" tanya
Lengkoan Giok-lie.
"Aku sendiri belum tahu ke sana, bagaimana aku tahu ?"
jawab sang ayah.
"Biar bagaimana, kita tidak tega anak Bwee diantapkan begitu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saja !" Ma Liong menyatakan kecemasannya.
Kam Eng Kim dan puterinya membungkam.
Tampak si Burung Kepala Dua mengurut-urut jenggotnya yang
panjang. "Memang begitu." katanya. "Tidak perduli ada
gunung golok di sana, kita harus pergi untuk menolong Sian
Bwee !" si jago tua meneruskan, bersemangat dia.
"Kapan kita berangkat ?" Lengkoan Giok-lie juga
bersemangat.
Ma Liong melirik pada mertuanya, tidak berkata apa-apa.
"Nanti aku tanyakan dahulu pada sahabatku Louw Bin Cie,
apa dia bersedia untuk mengikuti kita atau tidak." Kam Eng
Kim menyatakan.
"Bagus." kata Ma Liong. "Kalau Louw Su-siok turut, kita dapat
tambah tenaga yang sangat berarti. Dia kepandaiannya
menggunakan sepasang pedang, tiada yang dapat
menandinginya !"
Ma Liong kelihatan kegirangan mendengar Louw Bin Cie akan
diajak dalam kepergiannya itu. Tidak heran ia kegirangan
karena Louw Bin Cie ada tersohor kepandaiannya bersilat
dengan sepasang pedangnya. Dua pedang yang digunakan
olehnya bukan pedang dari ukuran biasa, tapi pendek. Dari
ujung pedang samapi di ujung gagangnya kira-kira panjang
dua kaki. Pedang biasa, tajam hanya satu muka. Tapi pedang
Louw Bin Cie ada dua muka, depan belakang.
Kepandaiannya menggunakan sepasang pedang itu, membuat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
namanya Louw Bin Cie terkenal dengan julukan Sian-jin
Siang-kiam Louw Bin Jie atau 'Si Sepasang Pedang Dewa'
dan dengan kepandaiannya ini bukan sedikit jago-jago silat
yang menjadi pecundang. Malah di kalangan Hekto (jahat)
namanya sangat ditakuti.
Dengan Kam Eng Kim, si Sepasang Pedang Dewa ada
bersahabat baik, lebih-lebih dari saudara putusan perut. Maka
ketika Louw Bin Cie mendapat kabar hal diculiknya Sian
Bwee, dia juga sangat gusar. Sian Bwee ada satu anak
perempuan yang berbakat untuk belajar ilmu silat. Maka Louw
Bin Cie sering memberi beberapa petunjuk dan pandangan
kepada si dara cilik sebagai cucunya juga, karena atas
perintah Kam Eng Kim, kepadanya Sian Bwee ada memanggil
Yaya (engkong atau kakek).
Demikian, ketika ditanya pikirannya, Louw Bin Cie tidak pikirpikir
lagi. Ia sudah lantas menyanggupi untuk pergi bersamasama
dengan Kam Eng Kim ke Coa-kok.
"Aku ingin lihat, Kim Coa Siancu itu macam bagaimana.
Apakah dia ada mempunyai tangan delapan sampai orang
ketakutan kepadanya ? Hmm !" Louw Bin Cie menyatakan
kesengitannya ketika Kam Eng Kim mengatakan si Dewi Ular
Emas ada sangat lihai ilmu silatnya, disamping juga ada
pembantunya yang lihai-lihai.
Pada keesokan harinya, genap satu setengah tahun Sian
Bwee menghilang. Ma Liong dan isteri dengan dikawal oleh
dua jago tua Kam Eng Kiam dan Louw Bin cie, mereka
melakukan perjalanan ke lembah ular dimana ada
bersemayam Kim Coa Siancu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam perjalanan kesana, mereka dapat kesukaran mencari
keterangan. Waktu jarak tempat yang dituju masih jauh,
mereka masih dapat petunjuk dari orang dimana letaknya
Coa-kok. Tapi makin mendekat ke tempat tujuan, makin sukar
mereka dapat keterangan. Orang-orang yang ditanyai
kebanyakan menggeleng kepala, mengatakan tidak tahu.
Lengkoan Giok-lie coba gunakan pengaruh uang, menyogok,
supaya orang mau kasih petunjuk tetapi tidak ada yang mau
terima. Mereka jadi heran.
"Kalau begitu jalannya, bagaimana kita cari sarangnya Kiam
Coa Siancu ?" tiba-tiba Kam Eng Kiam mengutarakan
pikirannya.
Ma Liong dan isterinya hanya memandang si jago tua, hanya
diam saja. Rupanya mereka satu pikiran. Memang sukar untuk
mencari sarangnya Kim Coa Siancu, manakala tidak
mendapat petunjuk dari orang-orang yang berdekatan dengan
Coa-kok.
Louw Bin Cie juga terdiam di tempat berdirinya.
Setelah semuanya membisu untuk beberapa lama, tiba-tiba
Louw Bin Cie berkata, "Mari ikut aku. Di sana ada orang yang
akan menolong kita."
Louw Bin Cie berkata sambil tangannya menunjuk ke
jurusandepan, nyamping ke kiri hingga kawan-kawannya
menjadi heran, "Memangnya siapa ada tinggal disana ?" tanya
Kam Eng Kim pada sahabatnya.
"Aku kira toako tentu kenal orangnya manakala sudah jumpa."
jawabnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Louw Bin Cie tidak menerangkan siapa adanya orang itu,
hanya ia terus memimpin orang-orangnya dengan jalan lebih
dahulu menuju ke arah yang barusan ia tunjuk sehingga Kam
Eng Kim sungkan untuk menanya lebih jauh.
Tidak lama mereka jalan, segera menemukan sebuah rumah
sederhana dikurung oleh pagar bambu sekitarnya. Mereka
sampai didekatnya, tiba-tiba dibikin kaget oleh anjing yang
menyalak. Gonggongan anjing itu keras dan galak. Rupanya
anjing jantan sebab kemudian disusul menyalaknya anjing lain
yang tidak begitu galak, anjing betina rupanya. Sebentar lagi
tampak muncul seorang wanita yang berusia pertengahan,
melihatnya, Louw Bin Cie menyapa, "Thio Jiso (enso kedua),
apa kau baik-baik saja ? Sungguh girang aku dapat melihat
kau lagi."
Wanita tadi memandang ke jurusan Louw Bin Cie, "Eh, kau
yang datang Louw-ji (si Louw kedua). Sungguh tidak disangkasangka."
kata si wanita seraya menghampiri pintu pekarangan,
berbareng mulutnya ramai melarang anjing-anjingnya
menyalak.
"Mari, mari masuk. Kau bawa banyak teman ?" kata si wanita
lagi seraya membuka pintu pekarangan, menyilahkan tamutamunya
masuk.
"Bagaimana, apa toako ada di rumah ?" tanya Louw Bin Cie
sambil terus berjalan mengikuti si Thio Jiso, nyonya rumah
rupanya.
Si wanita yang dipanggil Thio Jiso tidak menyahut, hanya
jalannya dipercepat dan masuk lebih dahulu ke dalam rumah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebentar lagi tampak muncul lagi wanita lain. Lian Eng yang
melihat merasa bingung sebab wanita itu romannya hampir
sama dengan yang tadi, hanya sedikit tuaan. Tapi kalau dilihat
sepintas lalu, orang bisa keliru dan menyangka wanita yang
baru muncul itu yang tadi juga.
"Selamat datang, selamat datang !" menyambut si wanita yang
barusan muncul.
"Thio Toaso, bagaimana kau baik-baik saja ?" kata Louw Bin
Cie sambil angkat tangannya menyoja si nyonya dan diturut
oleh yang lain.
Lian Eng bingung Louw Bin Jie memanggil Jiso dan Toaso
(enso kedua dan kesatu). Apa tuan rumah punya dua isteri ?
Tanya hati kecilnya.
Lengkoan Giok-lie tak usah lama-lama menebak dalam
hatinya karena ia segera diperkenalkan kepada tuan rumah
dan dua wanita tadi.
Dan benar saja dua wanita itu adalah isterinya tuan rumah.
Mereka itu Sian Kin dan Sian Lian, orang she Kho, keduanya
adalah isteri dari Kim to Thio Tiat, si Golok Emas yang pada
10 tahun berselang terkenal namanya sebagai guru silat di
kota Hokciu (Hokkian). Sian Kin dan Sian Lin adalah sepasang
dara kembar dari puteri hartawan Kho di kota Hokciu yang
bersama-sama mencintai Thio Tiat gara-gara belajar silat. Thio
Tiat tidak memilih-milih lagi, ia sikat sekaligus kedua-duanya
menjadi istrinya. Matanya Thio Tiat benar-benar lihai sebab
dua isterinya memang benar isteri-isteri yang pantas
mendapat cinta sang suami.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena mereka betul-betul setia dan merawat suaminya
dengan baik. Satu sama lain bisa akur, tidak main iri-irian
seperti biasanya bila satu suami dengan dua istri bila dijadikan
satu (srumah) pasti cakar-cakaran. Tetapi mereka dapat hidup
dengan bahagia.
Belakangan Thio Tiat merasa bosan dengan penghidupan di
kota, maka ia sudah ajak dua istrinya menyepi di tempat
pegunungan, yang ditinggali sekarang, ialah dusun Cit-sengtin,
termasuk wilayah Coa-kok juga.
Thio Tiat dengan Louw Bin Cie adalah teman baik dari kecil.
Malah ketika si guru silat bercinta-cintaan dengan sepasang
dara kembar, ia tahu juga. Malah sering menggodai mereka.
Pada waktu itu ia sering mendapat pesanan Sian Kin dan Sian
Lin, bukannya suatu hadiah tapi pesanan cubit karena si dara
jengkel digodai. Thio Tiat hanya ketawa terbahak-bahak dapat
melihat Louw Bin Cie teraduh-aduh terima cubitan Sian Lin
yang lebih galak dari encinya.
Louw Bin Cie dipanggil Louw-ji karena masih ada engkonya
yang dipanggil Louwtoa (si Louw kesatu atau tua) yang
bernama Bin Gie, yang juga mengenali sepasang dara itu tapi
tidak suka bersenda gurau seperti Louw Bin Cie.
Demikian pertemuan antara Thio Tiat dan Louw Bin Cie,
sungguh-sungguh menggirangkan kedua pihak karena sejak si
orang she Thio menyepi di kampungnya situ, belum pernah
ketemu lagi dengan teman sepermainan di waktu masih kecil
itu.
Louw Bin Cie mengenalkan Kam Eng Kim dan lain-lainnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pada Thio Tiat dimana Thio Tiat memberi sambutannya indah
dan sopan hingga menyenangkan para tamunya. Siang-tauwniauw
Kam Eng Kiam memang kenal dengan Thio Tiat tapi
hanya kenal nama saja. Begitu juga sebaliknya dengan Thio
Tiat. Tapi sekarang, begitu berani, kelihatan mereka cocok
dan dapat mengobrol banyak.
Demikian, dilain pihak Lian Eng pun dapat mengobrol dengan
gembira dengan dua nyonya rumahnya, yang ternyata suka
ngomong. Tidak hentinya dua nyonya rumah itu menghujani
Lian Eng dengan rupa-rupa pertanyaan tentang keadaan di
kota sekarang ini. Lengkoan Giok-lie tidak keberatan untuk
menceritakan perubahan-perubahan yang ia tahu sehingga
dua nyonya itu kelihatannya merasa senang.
Selama mereka bercakap-cakap, tak terasa cuaca mulai
gelap.
Dengan ramah tamah, tuan dan nyonya rumah mengundang
mereka untuk melewatkan sang malam dalam rumah itu saja.
Para tamu tidak melihat alasan untuk menolak. Apalagi urusan
yang penting hendak ditanyakan belum dilakukan. Maka itu
mereka dengan baik telah menerima undangan untuk
menginap dalam rumah Thio Tiat.
Nyonya rumah telah menyediakan hidangan sekedarnya tapi
cukup lezat dimakan oleh para tamu dan semuanya pada
mengatakan banyak terima kasih.
Pada mulanya, di waktu omong-omong dengan perlahanlahan
Louw Bin Cie timbulkan persoalan Kim Coa Siancu.
Waktu mendengar disebutnya Kim Coa Siancu, otomatis,
tampak wajah Thio Tiat dan dua istrinya menjadi pucat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi Thio Tiat dapat menguasai getaran jantungnya yang
kaget. "Sebaiknya jangan kita bicarakan soal itu." katanya,
perlahan suaranya.
Ma Liong tidak puas. Ia lantas ceritakan tentang diculiknya
Sian Bwee dan maksud mereka lewat di Cit-sen-tin adalah
hendak menyatroni sarangnya Kim Coa Siancu di Coa-kok.
Hanya menyesal sekali, tidak ada seorang yang dapat
memberi petunjuk yang jelas untuk pergi ke sana.
Mendengar itu, Thio Tiat saling pandang dengan kedua
istrinya.
"Urusan kalian memang hebat." kata Sian Lin tiba-tiba. "Dalam
hal lain mungkin kita dengan lantas dapat membantu tapi
dalam itu, maaf saja."
"Kenapa begitu ?" tanya Kam Eng Kim, tidak puas dia.
"Dalam wilayah di sini, ada satu pantangan untuk orang
menyebut apa-apa mengenai dirinya, apalagi petunjuk seperti
yang kalian ingini." berkata lagi Sian Lin, wajahnya sudah
pucat ketakutan.
Thio Tiat dan Sian Kin juga kelihatan gelisah.
"Hahaha !" terdengar Kam Eng Kim tertawa.
"Kalian tidak berani kasih tahu, kami juga tak berani lama-lama
tinggal disini. Nah, marilah kita pergi !" ia bangkit dari
duduknya mengajak kawan-kawannya berlalu dari rumah itu,
malam-malam itu juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayah, kau jangan bawa adat yang bukan-bukan !" berkata
Lian Eng yang merasa jengkel dengan kelakuan sang ayah
yang tidak benar.
"Apa kau bilang ? Bukan-bukan ? Hmm !" tidakk senang ia
ditegur anaknya.
"Orang sudah begitu baik terhadap kita, masa dibalas dengan
kelakuan yang demikian tidak sopan ?" berkata lagi Lien Eng,
berani ia menyela ayahnya.
"Kau, kau, anak apa ! Tidak punya isi perut. Orang sudah
ketakutan masih mau ngotot lagi. Mereka boleh takut pada si
sundal Kim Coa Sian....." berbareng api lilin yang sengaja
dipasang dua batang telah menjadi padam.
"Hihihi....." kedengaran suara ketawa wanita di sebelah luar,
perlahan suara ketawa itu tapi menusuk ke telinga orang yang
ada disitu. Thio Tiat dan dua istrinya saling peluk ketakutan
sementara Ma Liong dan Liang Eng juga jeri hatinya, hanya
Louw Bin Cie yang besar hatinya. Dengan sekali lompat ia
sudah berada di luar pintu. Di sana si orang she Louw hanya
melihat seperti segulungan asap ketiup angin pergi, pergi tidak
kelihatan ditelan kegelapan sang malam.
Louw Bin Cie sebenarnya hendak mencegat larinya si wanita
yang ketawa tadi tapi sudah terlambat. Wanita itu sudah
lenyap seperti asap bergulung-gulung.
Si orang she Louw hanya bisa menghela napas dengan
mendongkol. Ketika ia masuk lagi ke dalam, api lilin
penerangan sudah dipasang lagi. Mendadak Lian Eng menjerit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat ayahnya sedang duduk menyender di kursi dengan
kedua matanya tertutup.
Waktu Thio Tiat dan dua istrinya mendekati, mereka menjadi
menggigil seperti yang merian, "Kim...... Kim..... Coa....
Sian.....cu.....!" kata-kata ini molor keluar dari bibirnya sian Lin
seraya tangannya menunjuk pada jidatnya Kam Eng Kim
dimana terdapat goresan seperti gambar ular kecil tengah
meloget-loget jalan.
"Ayah, ayah........." Lian Eng bangkit dari duduknya hendak
menubruk ayahnya, tapi cepat dihalangi oleh Sian Lian hingga
mereka jadi berkutatan. Lian Eng berontak hendak
menghampiri ayahnya sedang Sian Lian bertahan
menghalanginya.
Segera Sian Kin sudah turun tangan juga, katanya, "Nona
Eng, kau dengar dulu omonganku. Sabar, satu sudah hilang,
masa harus yang lain menyusul ?"
Ma Liong dan Louw Bin Cie heran mendengar kata-kata Sian
Kin.
Sementara itu, Lian Eng juga sudah menjadi tenang. Tidak lagi
ia berontak untuk memeluk ayahnya yang sudah jadi mayat. Ia
ingin mendengar penjelasan Sian Kin, yang lalu berkata lagi,
"Nona Eng, kalau adikku barusan mencegah kau menubruk
ayahmu adalah demi keselamatanmu. Kam Lo-enghiong
setelah mendapat totokan maut dari Siancu, badannya
menjadi beracun. Kalau kena diraba, orang yang merabanya
akan ikut ia ke alam baka. Inilah yang dapat kuterangkan.
Harap kau tidak menjadi kecil hati. Sekarang paling baik kita
urus jenasah ayahmu baik-baik. Mau ditanam disini boleh saja,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mau di bawa pulang, itu terserah."
Lengkoan Giok-lie mendengar perkataan Sian Kin, berdiri bulu
kuduknya. Seram dia, hatinya berdebar keras, ketakutan.
Matanya saling pandang dengan suaminya.
Ma Liong ragu-ragu akan Sian Kin, maka ia tinggal membisu
saja, tak dapat ia memberi putusan. Sang istri paham dengan
sikapnya sang suami, maka dari takut ia juga menjadi raguragu
atas keterangannya Sian Kin.
Louw Bin Cie juga masih tidak percaya, masa sampai begitu
ampuh totokan si Dewi Ular Emas. Dapatkan ia menyimpan
bisa di dalam tubuhnya sang korban ?
Melihat sikap mereka, kuatir salah satu antaranya nanti nekad
mencoba-coba meraba mayatnya Kam Eng Kiam, maka si Jiso
(Sian Lin) berkata, "Kalian mungkin tidak percaya akan katakata
enciku. Nanti aku kasih bukti !" berbareng ia berlalu dari
situ masuk ke belakang. Tidak lama ia kembali dengan
membawa seekor anak anjing yang masih kecil hingga para
tamu menjadi heran.
"Nah, lihat, aku korbankan makhluk yang tidak berdosa !"
katanya berbareng ia pegang kepalanya si anjing kecil,
mukanya ditempelkam pada pipinya Kam Eng Kim, lalu
dilepaskan dengan cepat hingga si anak anjing jatuh di lantai.
Ia tidak berkuing-kuing lari mencari ibunya, sebaliknya, begitu
badannya menyentuh lantai, tampak ia berkelejetan seperti
makan racun layaknya. Sebentar kemudian terdengar suara
'Ngik' hanya sekali dan anjing kecil itu melayang jiwanya dan
tubuhnya sudah tak bergerak lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lian Eng lompat menubruk Ma Liong. Ia memeluk suaminya
dengan ketakutan bukan main.
Ma Liong pun tergetar hatinya, tapi tidak ketakutan seperti Lian
Eng.
Louw Bin Cie dilain pihak, tampak angguk-anggukkan
kepalanya. Hatinya cemas tercampur terharu. Ia cemas karena
gara-gara ia yang membawanya ke rumah Thio Tiat sehingga
Kam Eng Kim menemukan kematian konyol, terharu
kehilangan si Burung Kepada Dua yang tidak sedikit tahun
menjadi sahabatnya. Ia jadi berdiri menjublek.
Sekonyong-konyong Lian Eng melepaskan pelukan dari
suaminya lalu menghampiri Sian Lin, di dekapnya Lian Eng
jatuhkan diri berlutut sambil berkata, "Lin koukou, kau adalah
Injinku, terimalah hormatku dan aku mohon maaf atas
kelakuanku barusan yang tidak benar." air matanya tampak
bercucuran.
Koukou artinya bibi dan Injin (tuan penolong).
Melihat kelakuan Lengkoan Giok-lie, Sian Lin mengelus-elus
rambut si juwita dari kota Lengkoan, "Anak Eng. Kita orang
sendiri, tak usah banyak peradatan. Nah, bangunlah !" Sian
Lin menyilakan si nyonya muda bangun.
Mengingat nanti berabe diperjalanan kalau mayatnya Kam
Eng Kim di bawa pulang, maka atas kemauan Lin Eng sendiri,
mayat Kam Eng Kim dikubur di Cit-seng-tin. Mayat itu
dibungkus dengan kain tebal dan selimut supaya tubuhnya
yang beracun tidak sampai teraba oleh orang yang
menggotongnya ke dalam liang kubur. Lian Eng mengucurkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
banyak air mata, menyaksikan penguburan jenasah ayahnya
yang kesohor itu hanya disaksikan oleh ia sendiri, sang mantu
Ma Liong, sahabatnya Louw Bin Cie serta Thio Tiat dan dua
nyonya yang mulia hatinya. Coba kematian Siang-tauw-niauw
Kam Eng Kim kejadian di tempatnya sendiri, sudah tentu
banyak yang datang melayat dan penguburan dilakukan
dengan ramai sekali dengan diantar oleh banyak kawankawannya
dalam dunia Kangouw.
Setelah selesai membereskan penguburan jenasah ayahnya,
Lian Eng ajak kawan-kawannya untuk meneruskan perjalanan.
Kepada tuan rumah dan dua nyonya rumah, Lengkoan Giok-lie
mengucapkan banyak terima kasih. Malahan ia mau
tinggalkan uang untuk ongkos selama mereka tinggal disitu,
akan tetapi ditolak oleh tuan dan nyonya rumah yang manis
budi.
Dalam perjalanan, mereka mampir disebuah rumah makan An
Seng untuk melepaskan lelah dan mengisi perut. Mengingat
akan nasehat dua nyonya Thio Tiat bahwa ada pantangan
bagi orang-orang yang tinggal di wilayah dekat Lembah Ular
menyebutkan nama Kim Coa Siancu atau menyinggungnyinggung
soalnya, maka Lian Eng dan dua kawannya tak
berani dengan terang-terangan berbicara mengenai soal Kim
Coa Siancu lagi. Mereka kini tahu akan kelihaiannya si Dewi
Ular Emas.
Meskipun demikian, diam-diam Lian Eng ada mengandung
maksud bahwa suatu waktu ia mesti menemui Kim Coa Siancu
untuk menentukan siapa unggul. Tapi hal ini ia tidak dapat
lakukan sekarang. Pikirnya, ia akan belajar atau
memperdalam ilmu silatnya lagi, setelah mana ia baru akan
mencari Kim Coa Siancu yang telah menculik puterinya dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membunuh ayahnya.
Dalam rumah makan itu mereka kasak kusuk untuk mengambil
keputusan, apakah perjalanan baik diteruskan atau baik
pulang saja. Louw Bin Cie tidak berkata apa-apa sebab ia
memang hanya sebagai pengantar saja. Putusannya sudah
tentu ada pada Ma Liong dan istrinya yang mempunyai
kepentingan dalam hal itu.
"Diteruskan juga percuma, kita hanya akan mengantarkan jiwa
saja." Ma Liong menyatakan pikirannya. "Sebaiknya kita
pulang saja dahulu untuk berdamai dengan orang-orang tua
dirumah, untuk meminta nasehatnya bagaimana kita harus
berbuat menghadapi musuh yang sangat tangguh."
Louw Bin Cie pikir, itulah jalan paling baik. Maka Lian Eng pun
tidak bisa membantah dan mereka sekarang telah putar
haluan untuk balik kembali saja.
Tidak jauh dari meja makan mereka, tampak ada 4 orang, juga
sedang makan dengan bernapsu. Mereka ketawa geli dalam
hati melihat satu diantaranya yang bermuka merah dan gendut
pendek, makannya sangat gembul. Beberapa kali telah
tambah nasi dalam mangkoknya tapi masih belum juga
kelihatan merasa kenyang.
"Tan-heng, aku kuatir perutmu nanti kembung seperti balon !"
kawannya bermuka putih menggodai si gendut yang makan
tanpa batas.
"Hahaha !" si gendut tertawa seraya letakkan mangkok dan
sumpitnya di meja, mulutnya masih penuh dengan nasi.
Setelah menelan habis nasi di mulutnya, ia meneruskan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata, "Perjalanan kita ke Coa-kok harus melewati banyak
tempat sepi. Maka aku harus bekal makanan dalam perutku
supaya tidak kelaparan di jalan. Hahaha !"
Si gendut tertawa seraya tepuk-tepuk perutnya.
Louw Bin Cie terkejut mendengar kata si gendut. Pikirnya,
kalau begitu 4 orang yang sedang makan itu bermaksud
hendak pergi ke lembah ular. Apa maksud mereka ke sana ?
Apa ada urusan yang sama dengan urusannya Ma Liong ?
Louw Bin Cie saling berpandangan dengan Ma Liong serta
istrinya.
Si Sepasang Pedang Dewa Louw Bin Cie ingin mencari tahu,
kalau benar mereka ada bertujuan sama, baik sekali kalau
diajak menjadi teman seperjalanan. Ketika ia mau bangkit dari
duduknya, tiba-tiba ia mendengar seorang lain yang memakai
kumis berkata pada si gemuk, "Tan-heng, jangan-jangan
belum sampai disana bekal dalam perutmu itu sudah
digerembengi orang............ Hehehe !"
Si gemuk ketawa, "Aku Tan Thiat Ga, datang kemari
mengantar dia, aku punya toako." berkata si gemuk seraya
menunjuk orang di depannya yang berperawakan jangkung.
"Kalau aku si orang she Tan tidak punya 'isi', mana berani
begitu gegabah mengantar orang ke tempat yang seram !"
Maksud si gemuk 'isi' itu artinya 'punya kepandaian silat'. Tapi
temannya, si kumis berlagak pilon dengan arti yang
sebenarnya, ia menggodai, katanya, "Tentu saja ada isi, ialah
isi perut. Hahahaha...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua orang ketawa kecuali si jangkuk yang kelihatannya
sedari tadi bermuram durja saja. Thiat Gu rupanya seorang
yang jenaka diantara mereka, maka kawannya suka
menggodainya. Sebab kemudian dengan gayanya yang lucu
ia berkata lagi pada si kumis seraya mengusap-usap perutnya,
kepalanya nunduk memandang perutnya yang seperti balon
ditiup, katanya, "Lie-heng, isi ini penuh dengan lwekang
(tenaga dalam) yang dahsyat. Siapa berani raba isinya ? Hmm
! Jago-jago temanku, jungkir balik dengan iniku !" si gemuk
perlihatkan kepalannya. Lalu meneruskan, "Di sini aku mau
coba si dara jelita yang disohorkan berkepandaian sangat
tinggi !"
"Siapa itu dara jelita, Tan-heng ?" tanya si kumis seraya
menahan tertawa.
"Hehehe...." kepalanya mendongak. "Itulah Kim Coa Sian......
!"
Baru saja menyebut 'Kim Coa Sian...', belum 'cu'-nya
keucapkan, badan si gemuk tiba-tiba gemetaran dan jatuh ke
lantai bersama bangku yang didudukinya.
Semua orang kaget, apa lagi kawan-kawannya yang serentak
turun tangan menolong temannya yang diserang penyakit
ayan, pikir mereka.
"Hi hi hi..... !" terdengar suara ketawa wanita di sebelah luar.
-- 18 --
Suara ketawa itu tidak diperhatikan oleh kawan-kawannya Tiat
Gu yang sedang repot menolong si gemuk yang kelenger
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan tiba-tiba itu. Tapi bagi Louw Bin Cie dengan kawankawannya,
tertawa wanita itu mereka kenal baik. Itulah Kim
Coa Siancu, berkata dalam hati masing-masing. Tidak berani
mereka mengucapkan dengan terang-terangan karena takut
mati konyol seperti Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim dan si
gemuk yang barusan mereka saksikan menemui ajalnya.
Louw Bin Cie hanya dapat berpandangan dengan dua
kawannya.
Sementara itu Tiat Gu yang digoyang-goyang lengannya tetap
tidak sadarkan diri. Si jangkung, toakonya si gemuk lalu ulur
tangannya meraba pipi dan dahinya sang kawan. Tiba-tiba ia
bergemetaran dan jatuh meloso di lantai. Berkelejatan
sebentar seperti anak anjing beberapa malam yang lalu Lian
Eng saksikan, lantas si jangkung tidak berkutik lagi.
Melihat si jangkung keracunan gara-gara meraba pipi si
gemuk, maka dua kawannya yang lain ketakutan, tidak berani
meraba tubuh sang kawan. Apalagi si kumis yang barusan
menggoyang-goyang lengan si gemuk, bukan main ia
ketakutan. Ia tidak apa-apa menggoyang-goyang lengan si
gemuk lantaran lengan si korban ketutupan lengan baju. Coba
bila tidak, pasti si kumis yang direnggut duluan jiwanya oleh
racun dahsyat dari Kim Coa Siancu. Keadaan waktu itu
menjadi panik, para tamu yang takut tentang hal itu sebentar
saja sudah padalari keluar kecuali tamu-tamu yang datang dari
luar tempat tidak mengerti akan kematiannya si gemuk dan si
jangkung. Penduduk disitu sudah lantas tahu bahwa si gemuk
mendapat hadiah 'Bu-im In-coa' atau 'Cap ular tanpa suara',
senjata rahasia Kim Coa Siancu yang menggemparkan.
Pada dahi si gemuk tampak goresan gambar ular yang sedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melegot-legot jalan.
Entah macam apa bentuknya senjata rahasia dari Kim Coa
Siancu, tiada orang yang tahu. Orang-orang hanya tahu
korban-korban yang kena sasarannya akan gemetaran
sebentar dan kemudian lantas mati. Pada jidat si korban akan
diketemukan satu goresan gambar ular kecil yang jalan
melegot-legot. Berdasar inilah rupanya orang menamakan
senjata yang ampuh dari Kim Coa Siancu 'Bu-im In-coan' atau
'Cap ular tanpa suara'.
Si muka putih dan si kumis mengeluarkan banyak uang juga
untuk mengubur jenazah kedua kawannya karena mereka tak
dapat melakukannya sendiri tapi harus minta bantuannya
beberapa penduduk disitu yang sudah biasa menguburkan
korban-korban dari Kim Coa Siancu sehingga tidak sampai
keracunan.
Louw Bin Cie dan dua kawannya tidak menyaksikan
penguburan itu karena mereka sudah lantas melakukan
perjalanan pulang.
Meskipun sudah kawakan dalam dunia Kangouw, Louw Bin
Cie menyaksikan kejadian yang sehebat dilakukan Kim Coa
Siancu, diam-diam keberaniannya menjadi kecut untuk
menghadapi Kim Coa Siancu. Ia ingin buru-buru pulang untuk
berunding dengan kawan-kawannya yang lebih tua tentang
halnya Kim Coa Siancu.
Ketika matahari mendoyon ke sebelah barat, si Sepasang
Pedang Dewa Louw Bin Cie dan dua kawannya menjadi
kebingungan karena sudah kesasar jalan. Hari sudah
mendekati sore, bagaimana mereka nanti dapat tempat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pemondokan sebab disitu jalan-jalan yang dilewati boleh
dikata hanya hutan-hutan yang sepi saja.
Di depan sana, tiba-tiba Lian Eng nampak ada satu kebun
bunga.
Ia memang paling suka pada kembang-kembang, maka
seketika itu ia cepatkan jalannya meninggalkan kawankawannya.
Ia tidak mengira bahwa disana sudah ada seorang
gadis tengah memetik bunga-bungan yang indah seraya dari
mulutnya terdengar suara nyanyian yang amat merdu
kedengarannya.
"Hm, siapa anak dara ditengah-tengah hutan ini ?" Lian Eng
menanya pada dirinya sendiri seraya teruskan jalannya
mendekati si anak dara yang tengah asyik memetik bunga.
Lengkoan Giok-lie menggunakan ilmu entengi tubuh maka
juga si gadis jelita tadi tidak mengetahui kalau dirinya ada
yang dekati.
"Adik manis, kau sendirian saja memetik kembang ?" tiba-tiba
ia menegur si gadis yang kelihatan kaget dan hentikan
menyanyinya.
Ka[an ia menoleh pada Lengkoan Giok-lie, si Lengkoan Gioklie
menjadi sangat terperanjat hatinya. "Eh, kau, kau ada disini,
anak Bwe..." tiba-tiba mulutnya nyonya Ma tercetus ucapan
aneh.
Aneh untuk si gadis sebab ia tidak kenal sama wanita di
depannya.
"Siapa yang kau maksudkan dengan anak Bwee ?" ia lantas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menanya.
"Eh, apa kau bukan anak Bwee ?" Lengkoan Giok-lie
menegasi berbareng hatinya rada sangsi karena reaksi dari si
gadis di luar dugaannya.
Gadis itu geleng-geleng kepala mendengar pertanyaan
Lengkoan Giok-lie.
Lian Eng menjadi penasaran, ia datang lebih dekat dan
mengawasi wajah gadis itu.
Ia lihat si gadis pengawakannya agak berubah, lebih jangkung
dan lebih botoh dari Sian Bwee anaknya satu setengah tahun
yang lalu. Pikirnya, perubahan itu wajar karena satu setengah
tahu ia tidak ketemu anaknya itu. Ibu mana sih yang tidak
mengenali anaknya, maka juga Lian Eng sudah berkata pula,
"Tidak salah, kau adalah Sian Bwee anakku. Kalau buka,
siapa ada orang tuamu, adik manis ?"
"Hihihi..... bibi ini lucu. Aku jadi anakmu, aku sudah keliru. Aku
bernama Cui Sian bukannya Sian Bwee !" si gadis
menyangkal seraya terus memetik bunganya, tidak
memperdulikan Lian ENg yang haus akan cintanya sang puteri
yang hilang !
Sementara itu Ma Liong, suaminya sudah datang mendekati
isterinya yang sedang terpaku, tercengang mendapat
perlakuan dari si gadis yang ia kira anaknya.
"Engko Liong, coba kau lihat siapa dia." kata Lian Eng ketika
mengetahui suaminya ada didepannya. "Eh, nona. Coba kau
lihat siapa ini." Lian Eng kata pada si gadis yang sedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membelakangi mereka, asyik memetik bunga.
Si gadis menolah kepada mereka. Ma Liong terkesiap hatinya
nampak wajah si gadis tapi dia sangsi sebab gadis yang
dilihatnya ini pengawakannya lebih jangkung dan lebih botoh
dari anaknya Sian Bwee yang hilang.
"Adik Eng, anak ini mirip dengan anak kita." akhirnya ia
berkata juga.
Liang Eng tidak menyahuti kata-katanya sang suami tapi ia
gapaikan tangannya pada Louw Bin Cie yang berdiri sedikit
jauh dari mereka, si Sepasang Pedang Dewa dengan segera
lantas datang menghampiri.
"Louw susiok (paman), coba kau lihat, siapa gadis itu." kata
Lian Eng.
Louw Bin Cie memandang pada gadis yang asyik memetik
bunga, "Hei, nona, coba kau berpaling sebentar !" katanya
pada si gadis.
Si nona menoleh dan melemparkan senyuman manis.
"Ah, dialah Sian Bwee." kataya setelah melihat tegas roman
muka si gadis.
"Nah, bagaimana pendapatmu ?" Lian Eng menanya
suaminya.
Ma Liong juga memang menduga gadis itu adalah anaknya
hanya ia ragu-ragu karena perbedaan perawakan si gadis itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan sang isteri dan ucapan Louw Bin Cie,
mau tidak mau ia harus akui bahwa gadis di depannya itu ada
puterinya yang hilang. Maka ia lantas maju mendekati dan
berkata, "Anak Sian, apakah kau sudah lupa kepada ayah
bundamu ? Kau disini sendirian, mari kita pulang !"
"Hihihi...." si gadis ketawa empuk. "Pulang ? Pulang kemana ?
Aku tidak bisa meninggalkan suhu, lagian aku tidak kenal
kalian !" si gadis berbareng angkat kaki hendak meninggalkan
mereka.
"Tunggu !" kata Lian Eng, agak bengis suaranya.
Si gadis hentikan tindakannya. Ia agak kaget, wanita ini main
bentak, pikirnya.
"Kau mau apa ? Aku tidak ada urusan dengan kau. Kenapa
kau tetap juga mengaku aku sebagai anakmu ? Hihihi, adaada
saja."
Lian Eng dan dua kawannya seketika mempunyai satu
anggapan baha gadis di depannya ini memang Sian Bwee
adanya, cuma saja ingatannya sudah tidak waras, memungkiri
ayah bundanya sendiri. Maka mendengar kata-kata Cui Sian,
Louw Bin Cie saling pandang bertiga. Dengan satu tanda
kedipan dari Lian Eng, segera juga Ma Liong bergerak hendak
menangkap Cui Sian.
Pikrinya, dengan sekali jambret tangan Cui Sian sudah dapat
dicekal olehnya sebab dalam gerakannya ia gunakan tipu
'Sianjin hian chiu' atau 'Sang Dewa perlihatkan tangan', salah
satu jurus dari 'Liu su ciang hoat' (Ilmu pukulan pohon Liu)
yang menjadi kebanggaan dalam perguruannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tangan kiri di dada untuk menjaga serangan membalik,
tangan kanan menyambar tangan si gadis. Ma Liong sangsi
kalau Cui Sian bukan puterinya dan pandai silat, maka ia
sudah gunakan tipu itu. Tapi sebaliknya sang isteri, Lian Eng
menganggap perbuatan sang suami itu terlalu kasar terhadap
anak sendiri.
Meskipun kelihatannya tidak berjaga-jaga, tangannya yang
halus terancam bakal kena dicekal Ma Liong, si gadis
waspada juga. Begitu tangan Ma Liong menyambar, segera ia
tarik sedikit tangannya sehingga sambaran tangan Ma Liong
hanya menangkap angin.
"Hihihi..." Cui Sian ketawa, seraya lari dari situ.
Ma Liong terbelalak matanya, Lian Eng terpaku ditempatnya
dan Louw Bin Cie manggut-manggut kepalanya. Kenapa ? Ma
Liong suami isteri dan Louw Bin Cie bukannya heran atas
kegesitannya si gadis, hanya mereka kenali Cui Sian
menyelamatkan tangannya dari sambaran Ma Liong adalah
jurus 'Thian lie kay tay' atau "Bidadari meloloskan sabuk'.
Suatu gerakan yang khusus untuk mengelakkan tipu 'Sian jin
hian ciu' dari ilmu silat 'Liu su ciang hoat'.
Dengan begitu, Cui Sian itu benar-benar adalah Sian Bwee,
puterinya yang hilang itu.
Lian Eng tidak sabaran setelah mendapat bukti ini, maka ia
sudah lompat menyusul sebelum Cui Sian pergi jauh, "Anak
Bwee, kau mau kemana ?" ia memanggil.
Cui Sian tidak meladeni, ia terus lari seperti yang ketakutan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiba-tiba ia hentikan larinya dan kebingungan karena di
depannya sudah ada Ma Liong yang mencegat. Ia tidak
kekurangan akal, lantas ia belik ke kanan, lari menghampiri
sebuah pohon besar seraya berteriak-teriak minta tolong. Tapi
sebelum ia sampai ke pohon yang dituju, tiba-tiba muncul
Louw Bin Cie dari balik sebuah pohon yang terus mencekal
tangan si gadis sehingga tidak berkutik meskipun Cui Sian
berontak-rontak keras untuk melepaskan tangannya. Tidak
lama lagi, sudah sampai Ma Liong dan Lian Eng kesitu.
Lian Eng peluk Cui Sian seraya mengelus-elus rambutnya,
"Anak Bwee, kau benar-benar adalah puteriku yang hilang.
Apa kau tidak kenali aku, ibumu ?" berkata Lian Eng dengan
penuh kesayangan. Tapi si gadis terus berontak-rontak,
mulutnya ribut tidak mengakui Lian Eng dan Ma Liong sebagai
ayah ibunya, hingga suami isteri itu kewalahan.
"Mari kita bawa dengan paksa saja." Ma Liong mengusulkna.
"Nanti setelah di rumah, kita pikir bagaimana baiknya
mengobati pikirannya yang ngawur."
Louw Bin Cie setuju dengan usul itu.
Tiada ada lain jalan dari pada demikian, maka Lian Eng juga
jadi mufakat dan seketika itu juga, Ma Liong sudah gunakan
jarinya menotok jalan darah si gadis yang membuat ia tidak
berontak-rontak dan gampang diangkutnya. Tiba-tiba mereka
mendengar suara, "hihihi!". Suara ketawa wanita yang sangat
dikenal oleh mereka.
"Kim Coa Siancu..." ucap mereka dalam hati masing-masing.
Ma Liong dan Lian Eng tanpa disadari sudah menggigil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubuhnya.
Louw Bin Cie masih dapat menahan getaran jantungnya, ia
tidak demikian jeri seperti Ma Liong suami isteri. Ia pasrah
kepada nasib apabila senjata rahasianya Kim Coa Siancu
ialah 'Buim In-coa' mengambil jiwanya seketika itu.
Mereka sudah pada memeramkan matanya untuk menerima
kematian.
Tapi lama ditunggu, kiranya tidak ada apa-apa yang
menakutkan sebab disana tidak jauh dari pohon besar tampak
seorang dara manis yang umurnya sebaya dengan Cui Sian
lagi ketawa-tawa manis ke arahnya.
Kapan Lian Eng perhatikan si dara manis yang sedang jalan
mendatangi, ia lihat, gadis itu benar-benar sangat cantik.
Terpesona ia oleh kecantikan gadis itu. Kecantikannya sendiri
yang sampai mendapat julukan Lengkoan Giok-lie atau si
Jelita dari kota Lengkoan, ia merasa belum menemui
tandingan, sekarang ia menjumpai nona di depannya sungguh
menakjubkan hatinya.
Dalam pakaian serba tipis yang menggiurkan, burungburungan
yang bergerak-gerak memain pada ikat kepalanya
yang pantas sekali, sungguh nona ini pantas menjadi satu ratu
yang dipuja dalam suatu negera. Demikian mempesonakan
wajahnya si dara manis, hingga Lian Eng tanpa merasa dari
bibirnya telah berkata, "Nona, kau sangat cantik....." tatkala si
dara manis sudah berhadapan dengan Lengkoan Giok-lie.
"Terima kasih atas pujianmu." suaranya ramah dan meresap di
hati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cui Sian sementara itu masih tetap dikuasai oleh Ma Liong
dan isterinya.
Ketika melihat yang datang itu lantas saja Cui Sian berkata,
"Siancu, mereka hendak membawa aku. Katanya aku adalah
anak mereka. Tolong Siancu supaya dapat mengusir mereka
yang mengganggu kesenangan kita !"
Lenkoan Giok-lie dan dua kawannya menjadi terkejut. Kiranya
dara manis itu adalah Kim Coa Siancu yang ditakuti bagaikan
hantu. Mereka kira tadinya Kim Coa Siancu itu adalah satu
wanita yang berwajah jelek menakuti dengan jari-jarinya yang
berkuku panjang-panjang runcing menyeramkan. Tidak
tahunya, ia hanya satu dara manis dari usia yang sebaya
dengan Sian Bwee dan cantik sekali.
Lian Eng memberanikan hati apalagi melihat Kim Coa Siancu
tidak ada apa-apanya yang harus ditakuti dan seram. Ia
berkata, "Mohon Siancu punya kemurahan supaya anakku ini
dikembalikan ingatannya dan mengenali ayah bundanya lagi."
Kim Coa Siancu tertawa manis. "Dari mana kau tahu CUi Sian
adalah puteri kalian ? Bagaimana kalian dapat mengenalinya
?" tanya Kim Coa Siancu.
"Aku yang menjadi ibunya, mana tak bisa mengenali anaknya.
Juga ayahnya dan Yayanya (dimaksudkan Louw Bin Cie) pasti
mengenalinya."
"Orang bisa saja keliru kecuali bila ada buktinya."
"Bukti apa yang Siancu maksudkan ?" menyela Ma Liong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalian mengatakan Cui Sian adalah anak kalian, tapi apa
buktinya ?" sahut si Dewi Ular Emas.
Lengkoan Giok-lie dan suaminya merenungkan apa yang
dimaksud oleh Kim Coa Siancu.
Akhirnya Lengkoan Giok-lie dapat tahu maksud si Dewi Ular
Emas, lalu katanya :"Aku dapat buktikan bahwa pada jidat
puteriku ada satu andeng-andeng kecil. Sepintas lalu memang
tidak kelihatan. Tapi kalau diperhatikan tampak nyata."
"Bagus." kata Kim Coa Siancu. "Coba kau unjukkan padaku,
dimana adanya andeng-andeng itu pada jidatnya Cui Sian.
Kalau benar ada, tentu Cui Sian adalah anak kalian."
"Baik !" sahut Lian Eng hampir berbareng dengan Ma Liong.
Lengkoan GIok-lie lantas pegang kepala Cui Sian dan
memeriksa. Bukan main girangnya sebab tanda yang
dimaksudkan itu memang ada diatas jidat Cui Sian.
"Siancu, ini dia...." kata Lengkoan Giok-lie seraya dengan
jarinya ia tekan andeng-andeng paa jidat si gadis.
Karena jidatnya kena disentuh, otomatis Cui Sian beringas
dan tangannya si wanita cantik dari kota Lengkoan kena digigit
seketika. Cui Sian berbareng berontak dan lari kepada Kim
Coa Siancu sambil ketawa hi hi hi....
Cui Sian merasa dirinya aman disampingnya Kim Coa Siancu.
Sementara Ma Liong dan Louw Bin Cie berdiri bengong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat kejadian itu. Kim Coa Siancu telah berkata, "Nah, lihat
buktinya !"
Apa yang dimaksudkan 'Nah, lihat buktinya' oleh Kim Coa
Siancu, Ma Liong dan Louw Bin Cie tidak paham tapi yang
terang bahwa dengan sekonyong-konyong setelah digigit Cui
Sian, Lengkoan Giok-lie telah tertawa Hi hi hi..., berbareng
gerakan kakinya lari pada Kim Coa Siancu.
Pikirannya Lengkoan Giok-lie sudah berubah sekarang,
berubah dalam alam pikiran untuk Kim Coa Sianculah adanya
suhunya dan pelindungnya. Ia sudah tidak mengenali Ma
Liong lagi sebagai suaminya, apalagi kepada Louw Bin Cie.
Ma Liong jadi kebingungan. Anak belum dapat ditarik pulang,
sekarang isterinya lagi ikut pihak sana. Dalam tertegunnya itu,
Ma Liong dengar kata-kata Louw Bin Cie, "Lekas tarik pulang
isterimu sebelum dikuasai orang !"
Ma Liong tiba-tiba menjadi nekad. Ia lompat dan menyambar
tangan isterinya. Tapi sang isteri berkelit seperti Cui Sian
barusan menggunakan gerak 'Bidadari loloskan sabuknya',
hingga Ma Liong menjadi sangat cemas.
"Adik Eng, ingat mari kita pulang !" kata Ma Liong seraya
kembali ia lakukan percobaannya untuk menjambret tangan
Lengkoan Giok-lie.
Lagi-lagi Ma Liong jambret angin, malah diluar dugaannya,
sang isteri telah menyerangnya dengan jurus yang sangat
berbahaya. Coba kalau ia tidak siap sedia dengan
kemungkinan itu, tentu kena dihajar oleh Lengkoan Giok-lie.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Pulang ? Pulang kemana ? Aku tidak kenal dengan kau !"
bentak Lengkoan Giok-lie, sambil maju menyerang Ma Liong
lagi.
"Adik Eng, ingat, kau adalah istriku." kata Ma Liong sambil
menangkis serangan-serangan Lengkoan Giok-lie yang hebat.
"Susiok !" teriak Ma Liong. "Kau jangan diam saja, lekas bantu
aku !"
Mendengar teriakan Ma Liong, Louw Bin Cie seperti yang baru
tersadar dari tidurnya. Ia sudah lantas maju untuk bantu
menangkap Lengkoan Giok-lie.
Pertempuran menjadi seru. Lengkoan Giok-lie dikerubuti dua
orang yang kepandaiannya sudah terkenal dalam kalangan
Kangouw.
Kim Coa Siancu dan Cui Sian hanya menonton saja, tidak
begitu menaruh perhatian kelihatannya. Rupanya mereka
hanya menunggu bagaimana kesudahannya pertempuran
sengit itu.
Lengkoan Giok-lie tampak beringas menempur dua lawannya.
Karena kalah unggul, akhirnya Lian Eng menjadi kewalahan
dan kena disergap oleh Louw BIn Cie. Lengkoan Giok-lie
masih terus berontak-rontak.
Tidak enak Louw Bin Cie pikir, saat itu ia memeluki istri orang,
maka ia teriaki Ma Liong, "Lekas, lekas kau gantikan aku !"
Dengan cepat Ma Liong menggantikan yang masih terus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meronta-ronta, "Jahanam, kau tidak mau lepaskan nyonyamu
!" ia semprot Ma Long hingga sang suami jadi kebingungan.
"Adik Eng, kau toh ada istriku. Bagaimana kau maki aku
jahanam ?" kata Ma Liong sambil pererat pelukannya, kuatir
sang isteri terlepas lagi.
"Kau dua orang jahat, bagaimana mau menghina nyonyamu ?"
semprot Lian Eng, sepasang matanya beringas menakutkan.
Ma Liong hanya saling pandang dengan Louw Bin Cie.
Louw Bin Cie gerak-gerakkan tangannya, mengasih isyarat
pada Ma Liong. Si Macam Hitam Ma Liong mengira sang
paman menyuruh ia menotok jalan darah isterinya supaya
jangan ia berontak-rontak terus-terusan. Dalam keadaan
tertotok, meskipun pikirannya sudah berubah, Lengkoan Gioklie
mudah diangkut pulang.
Tapi bagaimana ? Dua tangannya dipakai memeluki Lian Eng.
Bagaimana mungkin dengan satu tangan ia bisa kuasai Lian
Eng sedang dengan satu tangan lain dapat menotok Lengkoan
Giok-lie ? Tapi ia tidak kekurangan akal rupanya, tangan
kanannya yang memeluk Lian Eng digeser pindah ke atas,
maksudnya hendak menotok 'tee-hiat' (jalan darah dibawah
tetek) tapi justru tiba-tiba Lian Eng berontak, jari yang hendak
menotok 'tee-hiat' tadi, sesudah menyentuh buah dadanya
Lengkoan Giok-lie, otomatis si cantik dari kota Lengkoan itu
menggigit lengan Ma Liong hingga Ma Liong jadi kesakitan
dan berbareng dengan Lengkoan GIok-lie yang terlepas dari
pelukannya, ia lari menghampiri Kim Coa Siancu seraya
ketawa hihihi !
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tampak Ma Liong berdiri kesakitan digigit Lengkoan Giok-lie
tadi.
"Liong-jie, kau kenapa ?" tanya Louw Bin Cie seraya
menghampiri pada Ma Liong.
"Siapa kau ?" bentak Ma Liong tiba-tiba hingga Louw Bin Cie
sangat kaget.
"Aku adalah kau punya susiok." sahut Louw Bin ie terang.
"Susiok ? Siapa susiok ?" kata Ma Liong, matanya beringas.
Louw Bin Cie mengerti bahwa Ma Liong juga sudah ketularan
berubah pikirannya seperti istrinya tadi. Tapi toh ia mau coba
juga, katanya, "Liong-jie, ingat ! Kau kena dikerjai orang. Ingat,
lekas ingat !"
Ma Liong bukannya mengingatkan malah ia jadi marah pada
Louw Bin Cie. "Pergi kau ! Aku tidak kenal denganmu !"
bentaknya kasar. Berbareng ia juga sudah jalan menghampiri
Kim Coa Siancu yang memandang Louw Bin Cie dengan
senyuman manis mempesonakan.
"Bagaimana, paman ?" tanyanya pada Louw Bin Cie.
Louw Bin Cie jadi serba salah. Ia mau marah salah, tidak
marah memang ia tahu sudah dipermainkan oleh Kim Coa
Siancu. Perlahan dari jeri hatinya menjadi nekad. Pikirnya, ia
tempo hari meninggalkan kampung halaman dengan empat
orang, masa sekarang ia harus pulang dengan sendirian.
"Siancu." katanya dengan hati mantap setelah ia berhadapan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan Kim Coa Siancu yang tatkala itu sudah hendak berlalu
meninggalkan tempat itu, diiringi oleh Cui Sian, Ma Liong
dengan istrinya, "Kau adalah satu Dewi yang sangat dipuja.
Tidak seharusnya kau berlaku kejam...."
"Aku kejam apa ?" memotong Kim Coa Siancu.
"Setelah merampas anaknya, masa sekarang kau mau kuasai
juga ayah bundanya ? Itu suatu perbuatan yang tidak betul,
masuk hitungan kejam." berkata si orang she Louw berani.
"Orang she Louw," Kim Coa Siancu ketawa manis. "Kalau aku
tidak pandang kau orang baik yang belum pernah berbuat
kejahatan, siang-siang aku sudah ambil jiwamu." kata si Dewi
Ular Emas.
"Bagus." sahut Louw Bin Cie. "Kau sudah menghargai aku,
tapi aku juga tidak akan angkat kaki dari sini sebelum aku adu
jiwa dengan kau."
Berbareng dengan kata-katanya, Louw Bin Cie sudah
mencabut dua belah pedangnya.
Pikirnya, ia kesohor kepanaiannya dengan sepasang
pedangnya yang aneh, belum pernah dipecundangi musuh,
masa menghadapi satu gadis cilik saja ia mesti terima takluk
sebelum bertempur ? Sungguh hatinya yan berani tidak mau
terima.
"Siancu." katanya lagi. "Dengan sepasang pedangku ini, akan
aku adu jiwa denganmu. Mari, marilah kita menetapkan siapa
unggul !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kim Coa Siancu yang sedari tadi menonton saja laga lagunya
Louw Bin Cie yang sudah nekad, tiba-tiba ia tertawa. Suaranya
kali ini melengking menusuk telinga hingga Louw Bin Cie kalau
tidak merasa malu, saat itu ia sudah kepingin angkat
tangannya untuk menutupi kupingnya yang sakit seperti
ditusuk-tusuk.
Setelah berhenti tertawa, Kim Coa Siancu memandang Louw
Bin Cie.
"Kau mau berkelahi ?" tanyanya halus, bukan satu bentakan.
"Ya !" sahut Louw Bin Cie singkat.
"Sudah siap ?" Kim Coa Siancu menggoda.
"Sudah siap ?" Kim Coa Siancu menggoda.
"Ya !" sahut Louw Bin Cie gemas. Berbareng ia mulai
menyerang, tidak menanti Kim Coa Siancu bersiap-siap
dahulu. Pikirnya, dengan secara tidak menduga-duga
serangannya akan berhasil. Tapi ia tidak mengira bahwa Kim
Coa Siancu tidak boleh dipandang enteng.
Demikian ketika sepasang pedangnya menusuk berbareng ke
arah dada, tiba-tiba tangan kiri Louw CIn Bie kesemutan dan
pedang jatuh dengan sendirinya. Saat itu Louw Bin Cie hanya
lihat Kim Coa Siancu bergerak sedikit tangannya, berkelebat
menyentil jalan darah pada nadi tangan kirinya.
Louw Bin Cie bukan jago kampungan, sentilah Kim Coa
Siancu pada nadinya hanya membuat jatuh satu pedangnya
tidak sampai membuat ia jatuh terkulai oleh pengaruh totokan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Boleh juga, ya !" berkata Kim COa Siancu seraya berkelit dari
serangan susulan Louw Bin Cie yang hebat sebab si orang
she Louw sudah menggunakan tipu yang sukar dielakan yang
dinamai 'Beng goat Kiam eng' atau 'Bayangan pedang
diterang bulan'. Ujung pedang seperti menusuk dada tapi
sebenarnya yang diarah adalah 'jalanan nasi' (tenggorokan).
Cepat laksana kilat gerakan ini dilakukan, maklumlah Louw
Bin Cie adalah jago pedang maka julukannya juga 'Sian-jin
Siang-kiam', si Sepasang Pedang Dewa.
Tapi.... terbelalak sepasang matanya si Sepasang Pedang
Dewa ketika melihat ujung pedangnya bukan menusuk
tenggorokan tapi nancap diantara dua jari mungil si Dewi Ular
Emas, wajahnya si elok bersenyum manis ke arahnya.
Louw Bin Cie kerahkan tenaga dalamnya untuk menarik
pulang pedangnya yang dijepit dua jarinya Kim Coa Siancu
tapi meskipun ia berdegingan, tidak dapat ia tarik lolos dari
jepitan jari lawan. Kaget si Sepasang Pedang Dewa, peluh
bercucuan di seluruh tubuhnya.
"Mari, kita jangan terlalu lama main-main !" berkata Kim Coa
Siancu berbareng terdengar suara 'pletak !'. Itu adalah suara
patahnya pedang Louw Bin Cie hingga si jago pedang hanya
memegangi pedang buntung di tangannya sambil berdiri
menjublek, tidak tahu apa yang ia harus berbuat saking
kagetnya.
Pedang Louw Bin Cie bukan sembarangan pedang. Dibuat
dari baja pilihan, meskipun pendek, bobotnya berat juga.
Bukan sedikit menemui senjata lawan yang lebih besar dan
berat, pedangnya dapat memapas kuntung. Tapi sekarang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekarang ditangannya Kim Coa Siancu hanya ujungnya saja
dijepit oleh dua jarinya yang halus mungil, sekali dikutik,
pedang sudah patah persis pada tengah-tengahnya.
SAmpai dimana tenaga alam Kim Coa Sianvu, benar-benar
susah diukur.
Oleh karenanya si Sepasang Pedang Dewa menjadi
menjublek, tidak tahu apa yang ia harus bikin saat itu.
Kepalanya nunduk dengan perasaan kagum.
"Hi hi hi !" suara ketawa yang membuat si Sepasang Pedang
Dewa tersadar dari kekagetannya. Cepat ia angkat mukanya,
kiranya suara ketawa itu sudah berada di tempat jauh. Kim
Coa Siancu sudah tidak ada pula disitu, berbareng Cui Sian
alias Sian Bwee dengan ayah bundanya sekali, sudah tidak
kelihatan mata hidungnya. Louw Bin Cie hanya bisa menghela
napas beberapa kali dengan putus harapan.
Ia lalu membongkoki badannya, memungut pedangnya yang
jatuh tadi.
Perlahan-lahan ia bertindak meninggalkan tempat itu dengan
penuh teka teki akan kelihaian Kim Coa Siancu yang muda
belia dan cantik luar biasa.
Beberapa lie ia jalan tanpa merasa, tiba-tiba ia melihat jauh di
depan seperti ada dua orang sedang meneduh di bawah
pohon, yang satu tengah berdiri, yang lainnya tengah duduk,
dua-dua kelihatan menyandar pada batang pohon. Louw Bin
Cie kegirangan akan menemui dua orang ditempat yang sepi
itu. Pikirnya, dapatkah mereka ia buat teman kongkouw
(ngomong) dalam perjalanan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia cepatkan jalannya. Beberapa tindak lagi mendekati dua
orang itu, ia lantas hendak membuka mulut menyapa tapi katakatanya
urung meluncur dari bibirnya karena matanya tiba-tiba
jadi terbelalak kaget. Kiranya orang-orang yang menyandar itu
bukan seperti biasanya menyandar melepaskan lelah,
keduanya tertusuk dengan pedang. Yang menyandar sambil
berdiri adalah seorang yang masih muda, dadanya tertusuk
pedang hingga menembus ke batang pohon, sementara yang
satunya lagi adalah wanita muda, lehernya disate pedang
menembus pohon.
Mata keduanya melotot gusar seakan-akan kematian mereka
itu penasaran. Meskipun si Sepasang Pedang Dewa banyak
pengalamannya bertempur, kematian-kematian seperti yang ia
saksikan sekarang adalah wajar. Tapi mengingat bahwa
kematian mereka ini bukan dari perkelahian tapi akibat
keganasan Kim Coa Siancu, membuat hatinya tergetar setelah
melihat tanda goresan Cap Ular Kecil yang berlegot-legot jalan
pada jidatnya si korban masing-masing. Suatu tanda cap yang
menakutkan bagi siapa yang melihatnya.
Siapakah korban-korban itu ? Louw Bin Cie tidak berani
memeriksa kantong baju mereka, untuk mendapatkan
petunjuk siapa sebenarnya mereka itu. Ia takut akan
keracunan dan menemui kematian konyol.
Kembali Louw Bin Cie melihat lagi akan sepak terjangnya Kim
Coa Siancu.
Sebenarnya menurut hatinya yang tidak tega, Louw Bin Cie
ingin gulung tangan baju bantu mengubur dua mayat itu tapi
mengingat bahanyanya racun Kim Coa Siancu. Ia urungkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
niatnya, ia lalu meneruskan perjalanannya sambil menghela
napas. Baru kali ini si Sepasang Pedang Dewa banyak
keluarkan elahan napas dalam perjalanan. Biasanya ia paling
gembira dan nyalinya besar, meskipun dalam perjalanan
menempuh bahaya.
Belum berapa lama Louw Bin Cie berjalan, kembali ia
menemukan sesosok tubuh yang sedang celentang. Ketika ia
datang mendekati, kaget bukan main sebab orang itu adalah si
muka putih, temannya si gemuk yang tampak sudah jadi
mayat dengan tanda goresan Cap Ular pada jidatnya.
Kemana perginya si kumisan, temannya si gemuk yang
satunya lagi ? Demikian tanya Louw Bin Cie dalam hati
kecilnya.
Louw Bin Cie makin jeri hatinya. Tak ada tempo ia untuk
memeriksa tubuh si muka putih yang sudah jadi mayat, ia
lantas teruskan perjalanannya. Ingin cepat-cepat ia sampai di
rumah untuk mendongeng kepada kawan-kawan halnya si
Dewi Ular Emas yang hebat dan menggemparkan sepak
terjangnya.
Pikirnya, yang penting ia harus lekas-lekas keluar dari daerah
berbahaya yang termasuk wilayah Coa-kok supaya jangan
sampai menemukan kematian konyol.
Akhirnya ia sampai juga di Tong-pek-cun, satu dusun yang
ramai dan banyak penduduknya, terletak di luar wilayah
berbahaya dari Lembah Ular. Hatinya Louw Bin Cie baru
merasa lega. Ia mamir pada sebuah rumah makan 'Ce-lamtiam'
yang kesohor dengan arak wanginya. Banyak orang dari
lain tempat datang, kebanyakan pada masuk dalam rumah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
makan itu. Maka tidak heran kalau sabah hari rumah makan itu
penuh dengan tamu-tamu, kalau tidak dari luar dudun, tentu
yang datang makan dari dalam dusun itu sendiri.
Sedang enaknya Louw Bin Cie mencicipi makanan lezat dan
arak wangi sebagai pengantarnya, tiba-tiba matanya melihat
pada seorang tamu yang barusan masuk. Ia kenali itulah si
kumis teman si gemuk. Ia ingin dapat beromong-omong
dengan si kumis, mengerti teman-temannya yang telah gugur
dan maksud mereka ke Lembah Ular.
Dengan cara kebetulan, si kumis kehabisan tempat dan
datang makan satu meja dengan Louw Bin Cie. Mereka lalu
berkenalan, sementara menunggu hidangan si kumis yang
perawakan kecil kurusm memperkenalkan namanya Tiong Kiat
she Lie asalah dari propinsi Kwitang.
Louw Bin Cie terkejut. Pikirnya, apa bukan dianya ? Lantas ia
menanya, "Lie-heng ini bukannya Kengcu Kim-kauw cian yang
menggemparkan Kwitang ?"
Kengcu Kim-kauw-cian artinya 'Si Gunting Emas dari kota
Kengcu'.
"Ah, itu hanyalah nama kosong saja." sahut Lie Tiong Kiat
merendah. "Aku sendiri tidak punya kepandaian apa-apa tapi
teman-teman Kangouw main sembarangan memberi julukan
'si Gunting Emas', sungguh berkelebihan."
Louw Bin Cie terkejut mendengar namanya Lie Tiong Kiat
yang bergelar di Gunting Emas, lantaran mendengar sepak
terjangnya si Gunting Emas yang hebat dan pantas dapat
pujian. Ia menindas si jahat menolong si lemah. Di samping
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ilmu silatnya tinggi, tubuhnya enteng seperti jatuhnya
selembar daun kalau ia lompat dari atas menginjak tanah,
tidak ada suaranya. Lompat tingginya melebihi kepandaian
jago-jago silat kelas satu, khusus ia namakan ilmu entengi
tubuhnya itu 'Kim cian coan in' atau 'Panah emas tembusi
mega'.
"Sepantasnyalah kalau orang memberikan julukan kau
demikian." kata Louw Bin Cie seraya manggut-manggut
kepalanya, air mukanya tersenyum ramah.
"Nama saudara Louw juga sangat santar terdengar di
telingaku. Maka aku girang sekali dapat berkenalan dengan
saudara." si Gunting Emas balas memuji.
(Bersambung)
Jilid 07
Letak meja mereka makan di satu pojokan, agak jauh dari
meja tamu lain. Maka dengan leluasa mereka dapat
membicarakan soal-soal yang rahasia, asal tidak keras-keras
bicaranya. Demikian, kesempatan itu tidak disia-siakan oleh
Louw Bin Cie untuk menanyakan halnya si Gunting Emas
datang ke Lembah Ular.
Lie Tiong Kiat kaget Louw Bin Cie timbulkan soal Kim Coa
Siancu.
Mengingat ia sudah berada di luar wilayah Lembah Ular, tidak
ada halangan untuk berbicara dengan Louw Bin Cie mengenai
halnya Kim Coa Siancu. Ia menanya, "Dari mana saudara tahu
halnya aku ke Coa-kok ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ketika kawan saudara yang gemuk itu menemui ajalnya, aku
juga beserta kawan-kawan berada di sana menyaksikan."
sahut Louw Bin Cie.
"Louw-heng kata bersama-sama kawan, sekarang kawankawanmu
ada dimana ?" tanya Lie Tiong Kiat. Ia heran Louw
Bin Cie hanya sendirian tapi menyebutkan ada kawankawannya.
"Lie-heng jangan kaget." sahut Louw bin Cie. "Seperti dengan
kau, aku juga sudah kehilangan kawan-kawan dalam
perjalanan."
"Juga dibunuh Kim Coa Siancu ?' tanya Lie Tiong Kiat.
"Satu yang di bunuh, sedang yang lain pada mengikuti si Dewi
Ular Emas."
"He, bagaimana bisa begitu ?"
Louw Bin Cie menghela napas. Lalu ia ceritakan terbunuhnya
Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim, pertemuannya dengan Cui
Sian yang dikenali Lengkoan Giok-lie dan Ma Liong sebagai
puterinya yang hilang diculik. Kemudian muncul Kim Coa
Siancu, Lengkoan Giok-lie digigit Cui Sian dan ingatannya
menjadi berubah dan lalu menggigit Ma Liong sehingga
suaminya ini pun menjadi berubah pikirannya dan mengikuti si
Dewi Ular Emas dengan kesukaan sendiri. Kemudian ia
sendiri maju, nekad untuk menempur Kim Coa Siancu tapi
kesudahannya dipecundangi dengan cara yang memalukan
sekali.
Si Gunting Emas Lie Tiong Kiat manggut-manggut, kemudian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terdengar ia menghela napas.
Atas permintaan Louw Bin Cie, si Gunting Emas lalu
menuturkan riwayat perjalanannya ke Lembah Ular yang ia
tidak sangka-sangka akan berbahaya sekali.
Pada suatu malam gelap dan hujan turun dengan rintik-rintik.
Keadaannya sunyi senyap dan hawanya dingin membuat
orang tidur nyenyak berselimut tebal.
Pada saat itu, Tan Eng Sian (si jangkung teman si gemuk)
barusan saja pulang dari rumah kawannya yang tinggal di luar
kota Hokcu dimana ia menginap dua malam untuk memberi
pertolongan kepada anak temannya yang dapat sakit.
Tan Eng Siang selainnya terkenal pandai silat, juga pandai
obat-obatan. Maka tidak jarang ia mendapat undangan
sahabat atau kenalan yang anggota keluarganya dalam sakit
untuk diminta pertolongannya.
Tatkala ia samapi di halaman rumahnya, tiba-tiba ia dibikin
kaget oleh berkelebatnya bayangan keluar dari jendela
rumahnya. Ia tidak tahu bayangan siapa yang merupakan
asap menghilang ditelan kegelapan, yang terang ia
mendengar suara seram, "Hihihi..." sehingga ia kaget dan
menduga bayangan tadi manusia yang masuk ke dalam
rumahnya.
Tan Eng Sian tergopoh-gopoh menggedor pintu yang segera
dibukai oleh seorang pelayan laki-laki tau yang sudah
bongkok.
"Siapa yang masuk barusan ?" tanya Eng Sian cepat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak ada yang masuk kemari," sahut si kakek bongkok.
Eng Sian tidak sempat memajukan pertanyaan lebih jauh
karena hatinya penuh dengan kekuatiran rupanya sebab
sikapnya amat gugup.
Cepat ia pergi ke kamarnya. Ternyata kamar dikunci dari
sebelah dalam. Ia heran sebab tidak biasanya sang istri tidur
dengan pintu kamar terkunci. Sebab menurut kata istrinya
sebaiknya pintu kamar jangan dikunci, kalau ada apa-apa
gampang keluarnya. Ini ada alasan yang janggal tapi karena ia
sangat mencintai istrinya ialah istri kedua yang baru dua tahun
ia nikah, karena istri pertamanya meninggal dunia pada lima
tahun berselang, ia tidak keberatan dengan usulnya itu.
Tapi kenyataannya sekarang dikunci dari sebelah dalam ?
Kenapa ? Ah, tentu perbuatan orang jahat yang merupakan
bayangan tadi, pikirnya. Dalam keadaan mendesak, diliputi
oleh kekuatiran, tidak ada jalan lain Tan Eng Sian mendobrak
pintu kamar dengan paksa karena sang isteri yang dipanggilpanggil
beberapa lamanya belum juga membuka pintu
kamarnya.
Waktu sang pintu sudah terpentang, sekali lompat Tan Eng
Sian sudah berada di dalam kamar. Matanya terbelalak ketika
ia melihat ke atas pembaringannya. Ia tampak berdiri
menjublek dengan wajah gusar, matanya tidak berkedip
memandang ke arah pembaringan dimana isterinya tampak
rebah celentang dalam pakaian hawa (telanjang) sedang di
sisinya ada seorang lelaki yang memeluk sang isteri dalam
pakaian adam. Adegan dua orang telanjang bulat inilah yang
membuat Tan Eng Sian berdiri menjublek dengan mata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terbelalak.
Dari sangat gusar, Eng Sian menjadi heran sebab dua
manusia yang main-main pat-pat gulipat itu tidak bergerak,
apalagi lompat ketakutan dan pakai pakaiannya kembali.
Ketika Tan Eng Sian mendekati dengan kegusaran yang
meluap-luap, ternyata dua manusia mesum itu sudah tidak
ada napasnya. Jiwanya telah melayang, entah sejak kapan.
Cepat Tan Eng Sian periksa, ternyata mereka tidak terluka
apa-apa.
Kapan diselidiki lebih tegas, kiranya mereka itu telah ditotok
urat kematiannya dalam keadaan telanjang bulat seperti yang
dihadapi ia sekarang.
Saking gemasnya tiba-tiba tangan Tan Eng Sian menyambar
saling susul dan dua manusia mesum itu dilain saat tubuhnya
sudah pada pindah ke lantai, sedikitpun tidak mengeluarkan
kesakitan meskipun terbanting keras karena memang dua
manusia menjijikan itu sudah tidak bernapas lagi.
Eng Sian lalu keluar, ia berteriak memanggil si bongkok.
Meskipun suaranya keras dan diulang-ulang, tidak kelihatan si
bongkok datang menghampiri.
"Kemana si bongkok perginya, apa dia sudah mampus ?"
berkata Tan Eng Sian dalam marahnya seraya kakinya
bertindak ke kamar si bongkok. Di situ tidak ada orangnya,
makin meluap amarahya Tan Eng Sian. Ia pergi ke belakang
berteriak-teriak memanggil pelayan-pelayannya yang lain tidak
ada kelihatan muncul satu juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Si kakek bongkok itu Eng Sian belum jelas benar asal usulnya.
Ia menemukan si bongkok di halaman kuil 'Malaikat Bumi',
ketika ia mengantar Loan Giok, isterinya sembahyang
membayar kaul penyakitnya supaya sembuh. Si bongkok
dengan roman yang mengharukan soja-soja minta pekerjaan
pada Eng Sian suami isteri untuk pekerjaan apa saja ia mau
terima asal dapat makan katanya.
Atas usulnya Loan Giok yang merasa kasihan pada si kakek
bongkok, ia telah diterima bekerja untuk membikin bersih
kebun di pekarangan sebab kebetulan tukan kebunnya Eng
Sian berhenti pada dua hari yang lalu.
Melihat kecerdikannya si kakek bongkok setelah satu minggu
tinggal pada keluarga Tan Eng Sian sudah percayakan
padanya untuk menjaga pintu di waktu malam sebab Eng Sian
sering bepergian. Tuan rumah puas dengan pekerjaan si
bongkok, ia sangat cekatan dan gesit. Kalau Eng Sian pulang
malam, menggedor rumahnya tidak sampai diulangi berkalikali,
si bongkok sudah lantas membukainya.
Sudah jangka dua minggu si bongkok bekerja pada Tan Eng
Sian.
Melihat bujang-bujangnya tidak muncul, si bongkok juga
kemana tahu, Eng Sian lari masuk lagi, menghampiri satu
pojokan dalam ruangan tengah rumahnya dimana terdapat
sebuah lemari cukup besar dan berta, tapi untuk Eng Sian
tidak menjadi halangan, ketika ia menggeser lemari itu
kelihatan enteng dapat dikisarkan.
Terkejut Eng Sian seketika, mukanya tampak pucat melihat
lubang rahasia tempat menyimpan hartanya sudah dibongkar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang. Tiada seorang yang tahu tempat menyimpan harta itu
dibawahnya lemari kecuali Loan GIok isterinya. Maka itu,
lantas saja ia mencurigai isterinya. Tapi bagaimana ia
menegur dan tanya Loan Giok karena sang isteri sudah tidak
bernyawa lagi ?
Sejak ia masuk ke dalam rumah tadi, yang ia kuatir adalah
lubang rahasia itu karena di dalamnya ada tersimpan satu
kalung lehe dari batu giok (kumala) tertabur berlian yang ia
dapat miliki dari Gouw Tiang Su saudara angkatnya dengan
mempertaruhkan jiwanya.
Gouw Tiang Su adalah satu maling terbang yang licin, entah
dari mana ia dapat menyikat kalung kumala sangat berharga
itu. Ketika ia memperlihatkan hasilnya itu kepada Tan Eng
Sian, lantas timbul dalam hatinya si orang she Tan yang
serakah untuk memiliki barang-barang berharga. Ketika
diminta, malah mau dibeli dengan uang, barang itu tak
diberikan oleh Gouw Tiang Su, maka Eng Sian terpaksa
menggunakan kekerasan untuk memilikinya. Dalam
perkelahian yang sangat seru, Eng Sian hampir celaka kalau
tidak ada orang ketiga yang datang menyela. Ialah seorang
muda dari usia tiga puluhan, mukanya tampan, namanya Coan
Sim, she Tan sama dengan Eng Sian yang telah bantu
mengerubuti Gouw Tiang Su hingga ia kewalahan dan
akhirnya ia menyerah, barangnya dirampas oleh Tan Eng
Sian.
Karena kejadian itu maka Coan Sim sering-sering suka datang
bertamu ke rumah Eng Sian yang disambut dengan manis
budi dan ramah oleh tuan dan nyonya rumah.
Loan Giok ketika ikut Tan Eng Sian sudah janda, ditinggal mati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
oleh suaminya yang menjadi sahabar Eng Sian. Ia ambil Loan
Giok terdorong oleh perasaan kasihan. Tatkala mana usia
Loan Giok bukan muda lagi, sudah 45, lebih tua 4 tahun dari
Eng Sian. Tapi lantaran Loan Giok bisa merawat diri,
wajahnya tetap segar seperti juga wanita yang baru berusia
30an.
Wajahnya yang hitam manis botoh, kalau tertawa memincuk
jantung membuat Eng Sian yang sudah lama bujangan, tidak
punya pilihan lain selain mengambil Loan Giok sebagai istrinya
untuk menyambung kebahagiaan sampai di hari tuanya.
Memang benar Loan Giok ada seorang istri yang baik, tidak
genit dan mencintai suaminya hingga selama itu Eng Sian
merasa puas dengan pelayanan Loan Giok.
Kebahagiaan yang diharap sampai tua oleh Eng Sian suami
isteri ternyata tak dapat terlaksana. Manusia boleh
mengharap, tapi guratan nasib tak dapat dielakkan.
Demikian awan mendung telah muncul memayungi keluarga
Tan ialah dengan munculnya Coan Sim, bintang penolong Eng
Sian ketika menghadapi Gouw Tiang Su.
Coan Sim tampan wajahnya, tapi hatinya busuk. Tukang
mempermainkan anak isteri orang degnan ketampanannya
sebagai modal. Ia tidak punya pekerjaan, sehari-harinya hanya
luntang lantung saja. Kalau ia bisa berlaku royal dalam
hidupnya yang workloss itu karena berkat dari tante girang
yang membantunya.
Pada sore itu dimana Tan Eng Sian sedang keluar, Coan Sim
dapat kesempatan ngobrol dengan Loan Giok. Nyonya untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rumah pandang Coan Sim adalah pemuda sopan santun.
Memang demikian ia membawa kelakuannya di depan Tan
Eng Sian dan Loan Giok apabila sedang omong-omong. Maka
Loan Giok tidak berkeberatan menemani Coan Sim
mengobrol, malah si pemuda dapat suguhan hidangan enak
berupa kue-kue dan teh hangat sebagai kawan dalam
menikmati pasang omong.
Dalam omong-omong, bukan sekali dua kali mereka beradu
pandangan hingga Loan Giok sering tundukkan kepala,
hatinya tergetar karena pandangan tajam dari matanya si anak
muda tampan. Sebaliknya, Coan Sim makin tergiur
memandang calon tante girang didepannya yang hitam manis
dengan senyum memikat.
Dari omong-omong sopan lantas melantur kepada kata-kata
melantur, itulah Coan Sim yang mulai keluarkan aksi
merayunya. Ia berkata, "Siapa tidak jadi kegirangan omongomong
dengan Tan-hujin yang sangat cantik...."
Tan-hujin artinya nyonya Tan.
"Saudara Tan, kau omong berlebihan." sahut Loan Giok
seraya angkat kepalanya dari menunduk marusan karena
tikaman mata lihai si anak muda.
Coan Sim ketawa. Ia kata lagi, "Selama aku ingat belum
pernah aku memuji siapa juga kecuali pada hujin yang
memang aku kagumi kecantikannya...."
Berdebar hatinya Loan Giok. Belum pernah ia mendengar
kata-kata yang dapat membanggakan sanubarinya seperti
yang ia dengar dari mulut Coan Sim yang seolah-olah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bunyinya musik mengalun di telinganya.
Ia diam saja. Sampai Coan Sim berkata lagi, "Kecantikan
hupjan diatas dari segala gadis cantik dari umur 17 keatas.
Hahaha, ini bukannya bohong. Aku berani bersumpah.
Gerakan hujin diwaktu jalan, diwaktu duduk, dilengkapi oleh
senyuman manis memikat, siapa yang akan tidak gugur
imannya ?"
"Aha, saudara ini suka main-main. Aku sudah menjadi nenek
dan...."
"Itu hanyalah pikiran hujin." Coan Sim cepat memotong
sebelum Loan Giok melanjutkan kata-katanya. "Usia tidak
menjadi ukuran, kalau memang wajah sendiri memang cantik
dipandangan orang."
Mau tidak mau, Lok Giok yang biasanya tidak genit, menjadi
berubah mendadak sontak mendengar rayuan Coan Sim yang
dahsyat itu.
Dari suaminya yang dulu maupun yang sekarang, belum
pernah Loan Giok mendengar pujian tentang kecantikan
dirinya apalagi yang demikian muluk seperti yang ia dengar
dari mulutnya si anak muda yang tampan. Waktu ia melirik
pada wajah si pemuda yang tengah berseri-seri ke arahnya,
jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tersenyum membalas,
kemudian dengan lagak manja ia berkata, "Apa iya ?"
"Siapa yang membohongi hujin ?" si anak muda kata,
romannya serius.
"Baiklah, aku akan kasih hadiah...." kata si nyonya rumah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berbareng ia bangkit dari duduknya, entah mau kemana.
Coan Sim juga cepat bangkit, ia menghadang. Dengan berani
ia pegang kedua lengan Loan Giok, ia menarik dan mendekap
badan Loan Giok di dadanya. Dua tubuh bersentuhan hangat,
tergetar hatinya Loan Giok. Ia coba berontak, susah terlepas
dari pelukannya Coan Sim. Ketika ia angkat mukanya
mendongak, tahu-tahu mulurnya sudah ditekan bibirnya Coan
Sim. Dari berontak ia menjadi jinak. Hanya tangan kirinya
mengikuti tangan kanan Con sim yang mulai galak dan
berkeliaran meraba buah dada yang jadi berombak dan lainlain
anggota tubuh sampai si nyonya bergemetaran ketika
tangan nakal Coan SIm sampai pada bagian yang hanya oleh
tangan suami yang syah bagian itu boleh disentuh.
"Ah, kau. Jangan disini...." kata Loan Giok perlahan,
tangannya yang kanan berbareng mendorong dada si pemuda
hingga ia terlepas dari pelukan Coan Sim yang ceriwis
kemudian jalan tanpa menoleh lagi.
Coan Sim kesima sebentaran tapi ia segera mengikuti si
nyonya. Ia sudah dapat menduga maksudnya si nyonya dan
benar saja ia telah dibawa ke kamarnya.
Girang seperti menemui gunung emas, ketika Coan Sim sudah
berada dalam kamar si tante girang. Terdengar dari sebelah
luar suaranya Loan Giok. "Ah, kau begini nakal terhadap
nenek-nenek. Hihihi....."
"Nenek-nenek justru yang bisa main... ma..."sahut Coan Sim
terputus. Berbareng terdengar suara pintu didorong terbuka,
seorang kakek bongkok masuk ke dalam dengan pisau
ditangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dua manusia mesum itu terbelalak kaget.
Loan Giok sembat selimut untuk menutupi tubuhnya yang
telanjang.
"Kakek gila, kenapa kau berani masuk ke kamar nyonyamu !"
semprot Loan Giok.
Coan Sim yang memang punya kepandaian silat sudah segera
hendak melompat menerkam si kakek, ia tidak takut orang ada
bawa pisau tajam. Sayang, sebelum ia bergerak si bongkok
sudah sampai dan menotok 'thian ki hiat', jalan darah pada iga
kanannya hingga ia terkulai di ranjang dalam keadaan tidak
berpakaian.
Loan Giok menjadi ketakutan, mukanya pucat seperti
kehabisan darah.
"Hehehe, jangan takut !" kata si bongkok. "Asal kau mau
katakan dimana disimpannya kalung kumala, aku tidak akan
apa-apakan kau dan lelaki jahanam ini !" sambil menunjuk
pada Coan Sim yang tidak berkutik.
Loan Giok memang menyayangi kalung kumala berharga itu
seperti juga dengan Eng Sian suaminya. Tapi dalam keadaan
yang genting itu dimana jiwanya tentu lebih pentind dari pada
kalung kumala, maka ia lantas berkata, "Kau cari di bawah
lemari yang terletak dipojokan dari ruang tengah !"
"Bagus ! Kau tunggu sampai aku ketemukan barang itu. Kalau
kau bohong, awas !" mengancam si bongkok seraya putar
tubuhnya jalan kelua dan pintu ia kunci dari sebelah luar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hingga Loan Giok tidak bisa keluar menggunakan kesempatan
si kakek lagi pergi.
Loan Giok menangis lalu bangkit memeriksa keadaan Coan
Sim yang hanya sepasang matanya saja berputar, badannya
sendiri tak dapat digerakkan.
"Oh, kau kenapa jadi begini ?" tanya si nyonya Tan seraya
menggoyang-goyang tubuh si pemuda yang diam saja.
Nyonya Tan tidak tahu kalau Coan Sim kena ditotok.
Tante girang tidak jadi girang menghadapi kegawatan pada
saat itu.
Sebagai nyonya yang tidak genit dan memang baik
kelakuannya, Loan Giok menangis menyesalkan kelakuannya
yang tidak benar. Ia telah khilap seketika, pada saat
mendengar rayuan asmara dari si pemuda tampan tapi busuk
hatinya. Apa daya sekarang ? Ia hanya mengharap belas
kasihan si kakek bongkok, sebentar bila ia sudah kembali. Ia
tahu bahwa si bongkok tidak akan gagal mencari kalung
kumala.
Sebentar lagi ia mendengar pintu di buka, si kakek tampak
berjalan masuk sambil ketawa-ketawa. Tapi ketika sampai
tidak jauh dari tepi pembaringan, Loan Giok kaget melihat
sikapnya berubah bengis. Ia ketakutan, hampir ia selimuti
kepalanya sekali kalau tiak keburu mendengar si kakek
berkata, "Tan-hujin terima kasih. Ini !" berbareng ia kodok
sakunya dan keluarkan kalung kumala dan diperlihatkan pada
Loan Giok.
"Bagus, kau bawalah !" sahut nyonya Tan, hatinya agak lega
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena si bongkok tidak sebengis tadi malah suaranya pun
enak didengar.
Pikirnya, ada harapan ia. Tapi tiba-tiba ia terkejut ketika si
bongkok datang lebih dekat ke tepi pembaringan dan
cenderungkan badannya, tangannya diulur seperti hendak
memegang tubuhnya. Ia memeramkan matanya, ia pasrah
pada nasib kalau sampai si kakek hendak memperkosa dirinya
asal jiwanya dikasih hidup. Kiranya si bongkok bukannya
hendak memeluk Loan Giok yang sudah siap menyerahkan
diri, sebaliknya ia menototk urat kematian Loan GIok yang
seketika itu si tante girang berkelejetan sebentaran dan
napasnya pun lantas putus.
Coan Sim melihat kejadian itu menjadi ketakutan. Tidak lama
sebab ia juga lantas menyusul arwahnya si nyonya hitam
manis yang belum jauh meninggalkannya. Setelah
membereskan si pemuda mesum, si bongkok singkap selimut
yang menutupi tubuh Loan Giok kemudian angkat badannya
Coan Sim yang sudah jadi mayat, di gabrukan ke tubuhnya
Loan Giok hingga keadaannya seperti yang saling peluk dalam
keadaanya yang tidak genah dipandang untuk mereka yang
beriman teguh.
Demikian, si bongkoklah yang membereskan dua manusia
mesum itu, sekarang kemana si kakek bongkok dengan kalung
kumalanya ? Eng Sian berdiri terpaku sekian lama tatkala
menyaksikan lubang rahasia penyimpanan hartanya sudah
dibongkar orang.
Ia jongkok lalau memeriksa, benar saja kalung kumalanya
sudah terbang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hehehe ! " Sekonyong-konyong terdengar suara ketawa
dibelakangnya. Cepat Tan Eng Sian balik tubuhnya, kiranya
yang ketawa itu tiada lain adalah si bongkok yang dicari-cari.
Eng Sian bangun dari jongkoknya lantas menghajar si
bongkok dengan dua kepalannya tapi ia menghajar angin
karena si bongkok sudah berkelit dengan lincahnya. Malah
Eng Sian menjadi kaget sebab si bongkok sekarang sudah
tidak bongkok pula badannya.
"Kau.... kau, siapa sebenarnya ?" Eng Sian menanya gugup.
"Hehehe, kau mau tahu siapa aku ? Aku adalah Kut-nia Huima
Sie Toan Leng !" di kakek memperkenalkan namanya
sehingga tergetar hatinya Eng Sian.
Tan Eng Siang kaget karena Kut-nia Hui-ma atau 'Si Kuda
Terbang dari Bukit Tulang' Sie Toan Leng adalah begal
tunggal yang malang melintang di sekitar pegunungan
Kiansan. Wataknya angin-anginan hingga orang bisa serba
salah menghadapinya, kalau bukan kawan karibnya yang
biasa galang gulung dengannya.
"Kenapa kau menjadi orang bongkok dan nyelusup ke
rumahku ?" tanya Eng Sian.
"Kalau tidak ada kepentingan, mana si Kuda Terbang mau
merendah menjadi orang bongkok segala !" jawabnya,
seenaknya saja kelihatannya.
"Jadi, kau yang curi kalung kumala dalam rumahku ?"
"Tepat dugaanmu, saudara Tan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau yang bunuh dua manusia hina itu dalam kamar ?"
"Kau menebak jitu sekali, saudara Tan."
"Aku tidak perduli dengan dua manusia hina itu, tapi kalung
kumala itu. Hm ! Apabila kau tidak kembalikan, jangan harap
kau bisa keluar dari rumahku !"
Sie Toan Leng tiba-tiba tertawa terbahak-bahak hingga Tan
Eng Sian heran.
"Kau mentertawakan apa ? Memangnya aku tidak bisa
buktikan ucapanku barusan ?"
"Aku tertawa bukannya tertawakan kau." sahut si Kuda
Terbang. "Aku tertawa karena kedogolanku hingga barang
yang sudah ada di tangan bisa hilang dirampas orang.
Saudara Tan, kau paham akan kata-kataku ini ?"
Tan Eng Sian melongo. Ia belum dapat menangkap betul apa
maksud kata-kata Sie Toan Leng barusan, maka ia lalu minta
ketegasan.
"Setelah aku membereskan dua manusia terkutuk itu, aku
keluar kamar dan kuncikan mereka dari luar. Pikirku, kalau kau
pulang aakn dapat pergoki bagaimana tidak setianya istrimu
dan kawan mudamu itu." demikian Kut-nia Hui-ma Sie Toan
Leng bercerita kepada Tan Eng Sian.
"Lalu, terus, terus bagaimana dengan kalung kumala itu."
mendesak Eng Sian tidak sabaran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ketika aku jalan sampai di pertengahan rumah, aku masih
sempat mengodok keluar dari sakuku kalung kumala itu untuk
aku memandangnya sekali lagi. Sekonyong-konyong aku
rasakan ada angin dingin berkesiur disampingku. Aku kaget.
Sebelum aku tahu apa-apa kalung kumala itu sudah pindah
tangan. Kaget dan gusar saat itu, lantas aku melihat di
depanku gadis cantik tersenyum ke arahku."
"Kalung kumala tampak ada ditangannya yang putih halus.
Aku merasa gegetun, cara bagaimana ia dapat merampas
barang itu dari tanganku tanpa merasa apa-apa. Apakah dia
satu setan gentayangan ? Tapi kupikir di dunia mana ada
setan, maka aku lantas membentak, 'Anal sambel, kau berani
permainkan kakekmu ? Lekas kembalikan barang yang
ditanganmu itu !' Dia tidak menyahut hanya ketawa manis
saja."
"Aku si Kuda Terbang, mana ketarik dengan senyuman wanita
cantik. Hatiku lebih ketarik oleh kalung kumala yang dengan
susah payang aku dapatkan. Maka seketika itu aku
membentak lagi, 'Kau berani permainkan kakekmu !'
Berbareng aku pun maju untuk menyerang dan merampas
pulang kalung kumala. Tapi.... ia hanya mengebas perlahan
dengan lengan bajunya ke arahku, tiba-tiba aku rasakan
serangkum angin menerjang sangat kuat sekali hingga
tindakanku tertahan oleh karenanya. Aku heran, kukerahkan
tenaga dalam dan maju terus. Si jelita kembali mengebas
dengan lengan bajunya, kali ini agak kerasan dikit tapi cukup
membuat aku terpelanting hingga dahiku tambah daging
karena kebentur pinggir meja. Sialan, pikirku. Amarahku jadi
meluap. Berbareng terdengar suara ketawa 'Hihihi..'. Gadis itu
sudah menghilang dari pandanganku, lenyap bersama dengan
kalung kumala...." Demikian si Kuda Terbang menutup
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ceritanya.
Tan Eng Siang berdiri termangu-mangu mendengar si Kuda
Terbang ceritanya.
Ia menghela napas. Apa daya ? Pikirnya kalau kalung kumala
itu masih ada pada Sie Toan Leng, biarpun ia harus mengadu
jiwa, ia akan berusaha untuk merampas pulang barangnya.
Tapi sekarang, putuslah harapannya. Bagaimana ia bisa
menghadapi lawan, sedang si Kuda Terbang sendiri yang
kepandaiannya sangat tinggi, hanya dikebas sekali sudah
terpelanting.
Kut-nia Hui-ma Sie Toan Leng lalu ngeloyor pergi.
"Tunggu." kata Tang Eng Sian tiba-tiba.
"Kau mau apa lagi ? Barangmu toh sudah tidak ada padaku,
apa kau tidak percaya ?" berkata si Kuda Terbang seraya
ketawa.
"Bukan itu maksudku." sahut Tan Eng Sian.
"Aku hanya mau tahu apa kau kenal gadis yang datang kesini
itu ?"
"Mana aku tahu, sebab kenal wajahnya juga baru pada saat
itu."
"Sebagai begal tunggal, kau harus tahu !"
Si Kuda Terbang termenung sebentar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh," katanya sekonyong-konyong seperti yang teringat
sesuatu, telunjuknya ditekankan pada jidatnya. Ia
meneruskan, katanya : "Sekarang aku ingat. Menurut katanya
kawan-kawanku yang suka tinggal suara ketawa berbareng
orangnya menghilang adalah Kim Coa Siancu dari Coa-kok !"
"Kim Coa Siancu...." menggumam Tan Eng Sian.
Ia pun pernah dengar tentang munculnya Kim Coa Siancu
yang melakukan penculikan beberapa lama berselang.
Menurut berita, datang dan perginya hantu itu ada
menakjubkan seakan-akan bagaikan asap yang lenyap ketiup
angin. Tiada seorang pun yang pernah mempergoki wajahnya.
Ia sendiri menduga hantu itu romannya menakutkan luar
biasa, maka kepandaiannya ada sangat tinggi. Kalau seperti
yang dikatakan sekarang oleh si Kuda Terbang, dia hanya ada
satu gadis cantik saja, ia sangsi apakah dia itu ada Kim Coa
Siancu yang dihebohkan dalam kalangan Kangouw ?
"Kim Coa Siancu sangat lihai." si Kuda Terbang berkata lagi.
"Datang dan perginya hanya seperti bayangan. Aku belum
yakin ada manusia demikian lihai tapi setelah sekarang aku
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, mau tidak mau aku
harus mengakui memang Kim Coa Siancu ada begini !"
berbareng ia menunjukkan jempolnya.
Tan Eng Sian cemas hatinya. Pikirnya, bagaimana ia bisa
dapat pulang barangnya yang sangat berharga itu di tangan
seorang yang sangat lihai ?
"Kalung kumala itu ada sangat berharga, bagaimana kau pikir
?" tanya Eng Sian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tahu, kalau tidak, bagaimana aku berusaha untuk
memilikinya ?"
Tan Eng Sian manggut-manggut. "Sekarang." katanya.
"Kalung kumala ada di tangan Kim Coa Siancu, apakah kau
tidak ada niat untuk merebutnya kembali ?"
"Itu bukan pekerjaan mudah." sahut si Kuda Terbang. "Aku
harus runding dulu dengan teman-temanku, tentang
bagaimana baiknya."
"Bagus ! Marilah kita berlomba, siapa yang dapat merampas
pulang lebih dulu."
"Baiklah !" sahut si Kuda Terbang, berbareng ia pun lantas
ngeloyor dari situ.
Tan Eng Sian pun lantas bekerja, mengubur mayatnya Loan
Giok dan Coan Sim dengan diam-diam di belakang rumahnya
yang terdapat kebun yang rindang.
Dengan begitu, maka Tan Eng Sian tidak perlu lagi berurusan
dengna yang berwajib.
Kalung kumala yang menjadi rebutan itu, kecuali harganya
sukar dinilai, juga mempunyai khasiat untuk kesehatan. Siapa
yang pakai kalung itu, katanya tidak akan didatangi penyakit
dan badan akan selalu merasa sehat dan segar.
Bagaimana Kut-nia Hui-ma Sie Toan Leng dapat tahu adanya
kalung kumala itu dirumahnya Tan Eng Sian, sebabnya karena
Gouw Tiang Su yang memberitahukan padanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau digunakan kekerasan, si Kuda Terbang menyangsikan
kepandaiannya. Maka si Kuda Terbang berpikiran
menggunakan jalan halus yaitu menjadi pembantu Tan Eng
Sian, dalam rumah diam-diam ia menyelidiki dimana
disimpannya barang permata itu. Tuakng kebun Tan Eng Sian,
ia sogok suruh berhenti bekerja. Maka dengan mudah si Kuda
Tebang diterima bekerja di rumahnya keluarga Tan.
Sudah dua minggu ia lakukan penyelidikan dengan sabar,
tidak juga ia berhasil.
Kebetulan Tan Eng Sian tidak ada dirumah, ia pergoki nyonya
rumah sedang main gila dengan Coan Sim. Menggunakan
kesempatan ini, ia berhasil menggertak Loan Giok dan
menemukan barang permata yagn dicarinya sekian lama. Tapi
dasar bukan miliknya, tiba-tiba muncul Kim Coa Siancu.
Barang yang sudah ada ditangannya dipindah tangan oleh
Kim Coa Siancu dengan demikian mudahnya.
Kim Coa Siancu datang ke rumahnya Eng Sian pun
bermaksud hendak memiliki kalung kumala karena tertarik
dengan khasiatnya untuk kesehatan. Kiranya barang itu
sebenarnya adalah milik seorang pangeran Boan yang
ternama. Lantaran kehilangan barangnya itu, ia telah membuat
pengumuman. Barang siapa yang dapat mengembalikan
kalung kumala itu akan diberi hadiah besar atau pangkat
dalam pemerintahan. Rupanya pangeran itu sangat
berpengaruh, maka dengan mudah dapat menjanjikan pangkat
pada siapa yang dapat mengembalikan barangnya yang
sangat berharga itu. Kim Coa Siancu dapat tahu hal kalung
kumala itu berdasarkan pada pengumuman itu.
Tan Eng Sian adalah jago silat ulung, banyak pengalamannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan banyak kenalannya. Seperti katanya si Kuda Terbang Sie
Toan Leng, pikirnya, memang tidak mudah dengan sendirian
saja berurusan dengan Kim Coa Siancu. Maka itu, ia sudah
kumpul kawan-kawannya yang dianggap paling akrab dan
dapat mengawal menyatroni Lembah Ular.
Keputusan Tan Eng Sian pergi dengan diantar oleh tiga orang
kawannya.
Lembah ular belum dapat dicari, Tan Eng Sian sudah harus
menyerahkan jiwanya dalam perjalanan sebagaimana yang
sudah diceritakan di atas.
Demikian Kim-kauw-cian Lie Tiong Kiat menutur pada Louw
Bin Cie.
Kita kembali pada Lo In yagn tinggal dalam rumahnya Liu
Wangwee.
Melihat Bwee Hiang berubah menjadi pendiam dan selalu
berduka sejak ayahnya meninggal dunia, membuat Lo In
menjadi tidak betah lama-lama dalam rumah orang hartawan
itu. Wataknya paling suka bergembira, tidak memusingkan hal
yang dihadapi, apalagi untuk urusan yang sudah lewat.
Makanya, ia paling cocok dengang Eng Lian.
Tapi kemana perginya enci Lian ? Lo In sering-sering
menanya pada dirinya sendiri.
Mengingat bahwa dia keluar lembah, meninggalkan rajawali
dan kawan-kawan keranya disebabkan untuk mencari Eng Lia,
maka dalam pikirannya kini selalu berbayang Eng Lian yang
lincah jenaka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada suatu sore ia berkata pada Bwee Hiang : "Enci Hiang,
sudah lama aku berada disini. Maka besok pagi aku akan
teruskan perjalanan mencari enci Lian. Harap enci Hiang baikbaik
saja di rumah sampai aku sudah menemui enci Lian.
Tentu akan datang pula kemari untuk menyambangmu lagi."
Bwee Hiang terkejut mendengar kata-kata Lo In yagn tidak
diduga-duganya.
"Adik kecil, apa kau tega meninggalkan encimu begitu saja ?"
ia menanya.
"Semua urusan sudah beres, tidak halangannya kalau aku
meninggalkan enci sekarang. Aku toh sudah janji akan
kembali kalau nanti sudah menemui enci Lian."
"Tapi bukan itu yang kumaksudkan."
"Habis, aku harus berbuat bagaimana ?"
"Sucoan Sam-sat adalah musuh besarku." kata Bwee Hiang,
romannya beringas ketika ia menyebutkan 'Sucoan Sam-sat',
ia meneruskan, "Hutang darah pada keluarga Liu harus aku
tagih berikut dengan bunganya !"
"Nah, tagihlah ! Mudah saja, bukan ?" kata Lo In wajar, bukan
melucu.
"Adik kecil, kau kelewatan...." Bwee Hiang tiba-tiba menutup
mukanya dan menangis.
Lo In menjadi heran. Ia berkata, "Enci Hiang, kau jangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menangis. Aku jadi tidak enak melihatnya."
"Adik kecil, kau tahu aku tidak berdaya terhadap mereka." kata
Bwee Hiang seraya susut air matanya dan terisak-isak. "Aku
harus belajar kepandaian lagi, baru aku akan mencari mereka.
Dengan kedua tanganku akan kubereskan jiwa mereka !"
"Oh, mau tambah kepandaian ? Mudah saja. Cari guru yang
pandai dan belajar sungguh-sungguh, bukankah itu jalan yang
paling baik. Untuk apa enci menangis ?"
"Adik kecil, kau sungguh kelewatan terhadap encimu...." si
gadis menangis makin menjadi, ia sangat menyesalkan Lo In.
"Enci Hiang, jangan menangis. Apa salahnya omonganku
yang barusan ?"
Bwee Hiang tundukkan kepala seraya masih terisak-isak
menangis.
Lo In kebingungan karena kata-katanya disalahkan. Ia
menanya, "Habis, bagaimana aku harus berbuat supaya hati
enci senang ?"
"Adik kecil." sahut Bwee Hiang sambil menyusut air matanya.
"Kepandaianmu di atas jago silat yang mana juga, kenapa kau
begitu pelit untuk mengajarkan satu dua jurus pada encimu
untuk bekal bagiku untuk menuntut balas ?"
"Hehehe, jadi enci mau angkat aku jadi guru ?"
Bwee Hiang mengangguk, ketawa mesem ia melihat lagak si
bocah yang lucu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mana bisa begitu." Lo In kata. "Usia enci jauh lebih banyak
dariku, bagaimana aku lebih muda boleh menjadi gurumu.
Hahaha...." Lo In tertawa terbahak-bahak.
Bwee Hiang jengkel. Ia merasa seperti dipermainkan si bocah
saja, suaranya agak kaku ketika ia berkata, "Adik kecil, kalau
kau tiadk mau ajari encimu, aku juga tidak hendak memaksa !"
"Bukan begitu, aku masih kecil masa harus jadi guru ?"
"Tak usah main guru-guruan, kalau kau mau ajari encimu !"
"Hehehe, enci marah ya ?" Lo In menggodai si gadis yang
sedang cemberut.
"Memang, memang aku marah !" sahutnya kaku.
"Senang aku melihatnya kalau enci Hiang marah !"
Gemas hatinya Bwee Hiang mendengar ucapan Lo In. "Bagus,
kau mau suruh aku mati kejengkelan, bocah !" bentak Bwee
Hiang.
Lo In ketakutan melihat enci Hiang benar-benar marah. "Enci
Hiang, kau jangan marah." kata Lo In cepat melihat gelagat
jelek.
"Hm, kau senang melihat aku marah, kenapa sekarang suruh
aku jangan marah ?"
"Bukan lantaran itu, enci Hiang !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Habis, lantaran apa kau senang ?"
"Lantaran wajah enci, makin marah kelihatan makin cantik.
Aduh !"
Lo In tiba-tiba mengaduh karena tangan Bwee Hiang yang
lemas halus tiba-tiba menyambar kupingnya, dipuntir agak
keras.
"Nah, rasakan hadian dari mulut bocormu !" kata Bwee Hiang.
Ketawa si gadis karena serangan mendadaknya berhasil
menemui sasarannya.
Lo In sudah sangat lihai. Sebeanrnya, tidak semudah yang
dipikirkan Bwee Hiang, si bocah kena dijewer kupingnya. Ia
melihat gerakan si gadis tapi ia antapkan supaya si gadis
merasa senang, malah ia berteriak mengaduh lagi sehingga
benar-beanr membuat Bwee Hiang merasa puas dengan hasil
gerakannya yang tiba-tiba.
Lo In pura-pura kesakitan, kedua tangannya memegangi
telinganya yang dipuntir tadi, dengan gerak griknya yang lucu
ia berkata, "Enci Hiang, kau betul kejam. Masa kuping orang
dipuntir hampir copot ? Sakit tuh !"
Mau tidak mau Bwee Hiang jadi ngikik ketawa geli.
Sejak itulah Bwee Hiang belajar kepandaian pada Lo In.
Selama bergaul dengan Lo In, Bwee Hiang dapat menyelami
watak si bocah yang selalu bergembira, seakan-akan dalam
alam pikirannya tidak ada kata-kata 'sedih' atau 'duka'. Ia
senang bersenda gurau, ketawa-ketawa riang, bersentuhan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
badan saking sengitnya bercanda. Semua itu terjadi karena
wataknya yang polos, bukan timbul karena kelakuan kurang
ajar yang disengaja.
Bwee Hiang yang sudah 'matang' dalam usia dewasa, mulamula
merasa jengah mengimbangi gerak gerik Lo In,
ketakutan kepada kedua tangannya dipegang, ditarik untuk
diajak berjoget di lantai ruangan atau dilapangan berlatih, tapi
belakangan setelah menyelami watak polos dari si bocah, ia
tidak ragu-ragu lagi untuk menyerah di ajak bergembira ria
oleh Lo In. Berpegangan tangan dan bersentuhan badan,
sudah tidak menjadi soal lagi bagi si gadis. Lantaran ini juga,
si bocah jadi betah berkumpul dengan Bwee Hiang.
-- 20 --
Eng Lian untuk sementara seperti terlupa saja dalam alam
pikirannya Lo In karena Bwee Hiang dapat diajak bermain
seperti juga si bocah bermain-main dengan si dara cilik yang
sekarang sudah berubah nama menjadi Kim Coa Siancu yang
menyeramkan sepak terjangnya.
Bwee Hiang adalah gadis berbakat, cerdas otaknya untuk
memahami sesuatu pelajaran terutama dalam hal ilmu silat,
yang ia rindukan mendapat kepandaian tinggi untuk dengan
tangannya sendiri ia dapat menuntut balas kepada musuhmusuhnya.
Di bawah didikan si 'guru cilik', dalam tempo pendek
kepandaiannya Bwee Hiang meningkat berlipat kali,
lwekangnya hebat hingga jurus 'Bwee hiang boan wan' atau
'Harumnya bunga bwee memenuhi taman' yang si nona paling
suka mainkan menjadi sangat lihai. Pedangnya yang menariTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
nari diisi dengan tenaga dalam yang kuat, membuat senjata itu
menyambar-nyambar laksana kilat cepatnya mengarah
tempat-tempat yang berbahaya di tubuh lawan. Kenyataan ini
Bwee Hiang rasakan ketika berlatih dengan Lo In. Si 'guru cilik'
minta supaya si gadis menyerang dengan sungguh-sungguh
seperti menghadapi musuh yang sungguhan, ia lalu mainkan
jurus 'Bwee hiang boan wan' yang hebat luar biasa hingga
ketika latihan dihentikan, tampak si gadis air mukanya
menyungging senyum puas.
Bwee Hiang tadinya seorang gadis yang keras hati, agak
angkuh. Maklumlah puterinya seorang hartawan. Tidak mudah
untuk mengundang ketawanya yang mahal. Tapi, malah ia
kenal si bocah berwajah hitam, malah belakangan
pergaulannya makin rapat dengan guru angkatnya Lo In
sebagai 'guru ciliknya', dalam tempo satu setengah tahun si
gadis menjadi berubah segala-galanya. Kepandaian silatnya
meningkat berlipat ganda, wataknya juga jadi ketularan watak
Lo In yang selalu bergembira ria.
Setelah Lo In merasa Bwee Hiang sudah dapat dilepas dalam
suatu pertarungan kelas wahid, untuk mencari pengalaman, si
bocah usulkan untuk Bwee Hiang ikut berkelana dengannya
dalam dunia Kangouw. Ia sendiri tidak tahu bagaimana
sebenarnya yang dinamai dunia Kangouw, tapi tujuan
pertamanya adalah hendak mencari tahu halnya Eng Lian,
entah dimana enci Liannya itu sekarang.
Ketika mendengar usulnya Lo In, cepat Bwee Hiang
menyahut, "Memang aku sedang pikirkan untuk keluar cari
pengalaman, kebetulan kau membuka jalan. Mari, kapan kita
berangkat, adik kecil ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagaimana dengan rumah yang begini besar dan pabrikpabrik
kalau enci tinggalkan ?" balik menanya Lo In yang
menaruh perhatian juga rupanya selama ia diam satu tahun
lebih dengan Bwee Hiang.
"Adik Hiang, kau perhatikan juga soal rumah dan pabrikku, itu
bagus." berkata Bwee Hiang. "Semua itu mudah saja aku atur.
Nanti aku angkat pamanku Liue Keng Sin menjadi kuasa
penuh untuk mengurusnya.
"Kalau begitu." sahut Lo In ketawa, "Kapan saja enci sudah
bereskan urusan, sehingga boleh kita berangkat."
Bwee Hiang setuju. Pada malamnya si nona mengajak Liu
Keng Sin berunding, ternyata ia tidak keberatan diserahi
pertanggungan jawab yang besar sebab memang sejak Liu
Wangwee mati, ia meamng sudah diserahi kuasa atas semua
kekayaan hartawan Liu.
Setelah membereskan urusannya, Bwee Hiang pada hari
berikutnya telah mengajak Lo In berangkat untuk berkelana.
"Bagus !" Lo In kegirangan. "Mari kita berangkat !" kata Lon In,
nampak Bwee Hiang sudah berdandan rapi, ketawa nyengir ke
arah si gadis.
"Apa yang kau ketawai, anak kecil ?" tegur Bwee Hiang.
"Kau kelihatan lebih... eh, eh, jangan...." Lo In terputus
omongannya karena dengan serentak tangannya si noan
kelihatan berkelebat hendak menjewer kupingnya tatkala ia
mengatakan 'lebih'...
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bwee Hiang seolah-olah sudah tahu kemana arahnya katakata
nakal si bocah.
"Tahu takut kok !" Bwee Hiang kata, ketawa manis.
"Sejak tempo hari telingaku dipuntir." kata Lo In, "Sampai
sekarang rasanya masih meresap dalam jantung. He he he...."
Kata-kata si bocah dengan sewajarnya, tidak mengandung
apa-apa tapi Bwee Hiang tanpa merasa wajahnya berubah
semu merah sehingga ia mau cekikikan tidak jadi.
Si gadis artikan kata-kata Lo In seperti yang hendak
membilang,"Jiwamu adalah tanda kasih yang kusimpan dalam
hari sampai sekarang." Cuma si bocah memakai kata-kata
yang tidak langsung hingga arti sebenarnya tersembunyi di
dalamnya.
Lo In sekarang sudah gede, umurnya sudah 16 tahun, tidak
bisa disamakan dengan 2 tahun berselang dalam usia 14
tahun kata-katanya ngawur, demikian pikirnya Bwee Hiang.
Apakah si bocah dalam perjalanan nanti kurang ajar
terhadapnya ? Ia jadi ragu-ragu untuk berangkat.
"Enci Hiang." berkata Lo In. "Dalam perjalanan kita ini, kalau
kita menemui hotel, kita pesan 2 kamar. Kalau kebetulan kita
nginap di hutan, aku nanti tidur di pohon dan kau dibawahnya.
Bukankah ini menyenangkan perjalanan kita ?"
Bwee Hiang tercengang, "Baik, baik, bagus..." sahut Bwee
Hiang ngawur.
Ia agak gugup dalam menghilangkan kecurigaannya tadi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kiranya ia curiga tanpa beralasan. Si bocah ada demikian
sopan, dengan dalih apa ia menuduh si bocah akan berbuat
sesuatu yang kurang ajar terhadapnya.
Kata-kata Lo In itu membuat kesangsian Bwee Hiang tersapu
pergi tanpa bekas.
Dengan gembira ia mengajak si bocah mulai meninggalkan
rumahnya.
Ketika sampai di pintu pekarangan, tiba-tiba Bwee Hiang
merandek dan memandang si bocah dengan senyumannya
yang manis.
"Masih ada yang ketinggalan ?" tanya Lo In.
"Bukan itu." sahut Bwee Hiang. "Aku lihat kau tidak membekal
senjata. Bagaimana nanti kalu kita ketemu orang jahat ?"
Lo In tertawa terbahak-bahak. Katanya, "Enci Hiang, kau
masih sangsikan aku si bocah dengan tangan kosong dapat
menundukkan lawan ?"
"Bukan tidak percaya." sahut Bwee Hiang.
"Paling baik kalau kau membawa senjata. Aku pikir pedang
adalah benda yang paling mudah untuk dibawa-bawa.
Bagaimana kalau kau bawa pedang ayahku ?'
Lo In geleng kepala.
Bwee Hiang tahu Lo In kepala batu juga, maka ia tidak
memaksa dan ia berkata, "Kalau begitu, mari kita berangkat !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bwee Hiang berkata seraya gerakkan kakinya diikuti oleh Lo In
yang segera sudah berada disisinya untuk diajak omongomong.
Seperti burung yang terlepas dari kurungan, tampak Bwee
Hiang amat gembira melakukan perjalanan berkelana.
Perjalanan mereka sangat menarik perhatian umum yang
berlalu lalang lantaran wajah mereka yang sangat menyolok
perbedaannya. Bwee Hiang yang cantik lemah gemulai
sedang Lo In wajahnya hitam legam kelihatannya lucu.
Kalau banyak yang lalu lalang sering tersenyum memandang
ke arah mereka, hanya yang memperhatikannya Bwee Hiang
sedang Lo In acuh tak acuh dengan perasaan heran mereka.
Biasanya kalau apa-apa yang ganjil suka mendapat
gangguan, begitulah terjadi dengan perjalanan muda mudi itu
yang belum lama meninggalkan kampungnya.
Ketika 2 lie lagi sampai di dusun Suyang-tin, Lo In dan Bwee
Hiang telah kesamprokan dengan rombongan pemuda
berandal. Kira-kira ada lima belas orang, mereka smeua pada
membekal senjata tajam. Ada yang membawa pedang, golok
dan sebagainya. Rupanya mereka barusan habis latihan ilmu
silat.
Ketika mereka melewati Lo In dan Bwee Hiang, satu diantara
dari mereka yang kepalanya gundul nyeletuk, "Sayang, gadis
begitu cantik dikawal oleh satu bocah hitam. Coba yang
temani aku, tentu akan lebih pantas ! Hahaha...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ciang Hong, kau jangan suka usilan !" mencegah temannya
yang jalan di belakang, rupanya adalah pemimpin rombongan.
Pemuda yang dipanggil Ciang Hong menoleh ke belakang,
bukan ke arah si pemimpin ia memandang tetapi ke arah
Bwee Hiang yang kebetulan mengawasinya. Matanya
mengedipi Bwee Hiang hingga si gadis menjadi mendongkol.
Memang sejak mendengar kata-kata Ciang Hong tadi si gadis
sudah gusar, sekarang ia melihat sikap pemuda tersebut yang
makin kurang ajar, bukan main marahnya.
Si gadis meludah, tanda muak melihat lagaknya Ciang Hong.
Melihat itu, Ciang Hong tidak senang. Ia keluar dari
rombongannya yang sedang jalan, menghampiri Bwee Hiang
yang seketika itu juga sudah sampai di depannya sebab
memang sama-sama mau ke dusun Suyangtin.
"Kau meludah untuk apa, hah !" bentak Ciang Hong,
tangannya berbareng nyelonong mau menyolek wajah Bwee
Hiang yang cantik.
Bwee Hiang tidak banyak cakap. Begitu tangan si ceriwis
sampai, kepalanya mengelak sedikit berbareng tangan Ciang
Hong ditangkap. Cukup dengan satu sentakan si ceriwis
nyelonong nyungsep dalam gerombolan rumput alang-alang di
tepi jalan.
Kawan-kawannya Ciang Hoang hentikan jalannya melihat
Ciang Hong sekali gebrak dipecundangi si gadis. Sebentar lagi
mereka lihat Ciang Hong sudah keluar lagi dari gerombolan
alang-alang. Dengan gusar ia membentak, "Kau berani