jowo.yn.lt
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menampar pipinya si anak muda. Tapi..... tampaknya bukan mengenakan pipi orang, sebaliknya angin yagn ditampar olehnya sebab si anak muda dengan otomatis sudah berkelit. Merah mukanya si nona, bukan main malu dia. Maka di lain saat ia sudah menampar lagi, malah ia gunakan tipu 'Thian lie hun hoa' atau 'Bidadari sebarkan kembang', bukan satu tapi dengan dua tangan ia menampar kalang kabut ke mukanya si anak muda. Sayang gerakannya meskipun cepat, si pemuda malah lebih cepat menghindarkan hujan tamparan itu. Akhirnya Goat Go berhenti sendiri. Kiranya barusan ia hanya menampari angin tok, sebab si anak muda siang-siang sudah jauhkan diri dan berdiri di depannya dengan muka tersungging senyuman ejek. Goat Go jadi kalap melihat si anak muda mentertawai dirinya. "Kau berani permainkan nonamu, hmm ! Kau lihat !" bentaknya, berbareng ia depak terpental bangku di dekatnya, meja ia terbaliki lalu lompat pada si pemuda. Tangan kanannya di ulur ke arah dada lawan hendak mencengkeram sedang tangan kirinya dengan kecepatan kilat menyambar pada 'thian-ki-hiat', jalan darah di iga kanan. Serangan ini dilakukan dengan berbareng, ganas kelihatannya tapi si anak muda tinggal kalem saja. Ia menunggu datangnya serangan, begitu tangan kanan Goat Go hampir sampai di dada, tangan kirinya si pemuda sudah siap untuk menyambuti. Sementara tangan kanan si nona kena dicekal, adalah tangan kirinya yang hendak menotok jalan darah di iga kena ditekan ke bawah. Goat Go merasa sesak dadanya menahan tekanan si anak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ muda yang dibarengi dengan sebagian tenaga dalam. Si anak muda menggunakan gerakan 'Sian-jin tian chiu' -- 'Sang Dewa mementang kedua lengannya', untuk menyambuti serangannya Tong Goat Go yang hebat. Si nona berontak-berontak untuk meloloskan kedua lengannya yang sudah kena dicekal si anak muda. Tapi bagaimana pun ia keluarkan tenaga sepenuhnya, tetap tangannya tak dapat diloloskan dari cekalan lawan yang makin lama makin sakit rasanya. Rupanya anak muda ini mau kasih sedikit hajaran pada Goat Go yang tengik lagaknya, keterlaluan perbuatannya. Lwekang si pemuda rupanya tinggi sebab sebentar kemudian kelihatan Goat Go sudah tak berkutik. Itulah pengaruhnya lwekang (tenaga dalam) yang disalurkan ke tangannya yang mencekal tangan si nona yang membuat Goat Go merasakan lumpuh badannya. Matanya si nona menatap si anak muda. "Kau mau apakan kau, setan ?" tanyanya. Ia sudah tidak meronta-ronta lagi, sudah menyerah kalah tampaknya. "Aku mau kau ganti kerugian apa yang sudah kau rusakkan dan uang obat untuk si pelayan yang kau siram mukanya dengan sayur !" sahut si anak muda. "Baik." kata Goat Go tanpa banyak pikir lagi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Si pemuda tertegun. Ia tidak menyangka urusan begitu gampang, si nona mau menerima permintaannya. Dalam tercengangnya, ia masih terus mencekali kedua tangannya si nona. "Kau masih belum mau melepaskan tanganku ?" Goat Go tegur, suaranya halus dan ramah, membuat si anak muda gelagapan dan buru-buru saja ia lepaskannya. Tampak muka si anak muda bersemu merah saking jengah. Setelah terlepas kedua tangannya, si nona urut-urut. Rupanya ia masih merasa sakit bekas cekalan tadi. Tenaganya yang barusan dirasakan lumpuh, sekarang sudah balik kembali. Hatinya girang, ia tidak mendendam karena ia memang naksir pada si anak muda. Pikirnya, anak muda ini selain berparas cakap juga berkepandaian tinggi. Mau cari siapa lagi kalau bukan dia, dijadikan jodohnya ? Memikir sikapnya Goat Go gampang berubah, mengherankan semua orang termasuk si pemilik rumah makan yang masih merasakan pipinya panas bekas tamparan si nona tadi. "Mari kita ke kasir." mengajak Goat Go pada si anak muda. "Cici, kau baik betul." kata si anak muda tanpa merasa. "Memang aku tidak sakit." sahutnya bersenyum sambil melirik tajam. Si anak muda kembali tertegun. Pikirnya, anak dara ini benarbenar aneh kelakuannya. Tadi ia begitu marah, beringas, tapi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sekarang begitu ramah dan ketawa, malah bisa melucu lagi. Anak siapakah dia ? Lirikannya tajam menusuk pusat asmaranya. Anak muda itu mesem mendengar jawaban Goat Go yang lucu. Ia mengikuti dari belakang si nona, tapi belum sampai di tempat kasir untuk membikin perhitungan, si pemilik rumah makan sudah datang menyongsong. Katanya, "Kionghi, kionghi !" sambil angkat tangannya menyoja kepada kedua anak muda itu. Perbuatannya mana membuat mereka jadi heran. "Apanya yang hendak kau beri selamat ?" tanya Goat Go. "Oh itu, kalian sekarang sudah akur lagi. Maka aku mengucapkan kionghi kepada kalian." jawabnya seraya ketawa haha hehe. "Oh, begitu."kata Goat Go. "Sekarang mari kita hitung berapa kerugian yang sudah aku bikin rusak serta itu uang obat untuk pelayanmu." "Tidak apa, tidak apa, itu tak usah." kata si pemilik rumah makan sambil goyang-goyang tangannya. "Itu perkara kecil, buat apa mesti diganti." Tapi Goat Go tidak meladeni kata-kata merendah si pemilik rumah makan, ia kedok kantongnya, keluarkan uang perakan hancur, lalu ditaruh diatas meja. "Cukup ?' tanyanya sambil mengawasi si pemilik rumah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ makan. Mengingat urusan akan berlarut-larut nanti, maka si pemilik rumah makan terima saja penggantian si nona tanpa menyebut 'tak usah' lagi. Ia hanya kata, "Cukup, cukup. Sudah kelebihan malah." Setelah selesai berurusan, Goat Go putar tubuhnya lalu menghadapi si anak muda yang berdiri di belakangnya. Ia ketawa manis, berkata, "Bagaimanan ? Kau puas sekarang ?" Si pemuda anggukkan kepalanya. "Kau belum makan, bukan ?" tanya si nona lagi. Belum si anak muda menjawab, Goat Go sudah tarik tangannya diajak duduk menghadapi satu meja yang agak dipojok. Si nona teriaki pelayan, pesan makanan untuk dua orang, katanya, "Lekas siapkan makanan enak untuk kita makan !" Makanan disiapkan dengan ekstra cepat oleh kok (tukang masak). Di lain saat, kelihatan dua muda mudi itu sudah kerjakan sumpitnya mendahar hidangannya. Kalau si gadis ketawaketawa dan banyak bicara, tetapi si pemuda tinggal membisu saja. Sejenak tadi si pemuda membisu saja, rupanya pikirannya masih terpengaruh oleh laga lagunya Goat Go yang benarbenar aneh menurut pendapatnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hei, kau berubah jadi orang bisu ?" menegur si nona, ketawa manis sambil ujung sumpitnya dipakai mencolek hidung si anak muda. Pemuda itu kaget, cepat mengelak hingga sang sumpit si nona tak usah berkenalan dengan hidungnya yang mungil. Ia tertawa, katanya, "Cici, benar-benar aku dibikin heran oleh kelakuanmu." "Herannya kenapa ?" tanya si nona, matanya melirik tajam. Kembali pusat asmara si pemuda tertusuk oleh lirikannya. "Barusan aku lihat kau bengis seperti Li-giam-ong (Ratu akherat)." kata si pemuda. "Sekarang kau berubah sebagai Tian-li (bidadari) cantik dan ramah tamah........." "Stop !" memotong Goat Go sambil mulutnya mengunyah daging bebek panggang, tangannya yang memegang sumpit diangkat digoyang-goyangkan. Ketika daging bebek panggang sudah lewat ditenggorokannya, ia meneruskan kata-katanya : "Kau bisa juga melucu, hi ! Dari mana kau belajar ? Hi hi hi......." Anak muda itu tertawa, kini ia tertawa terbahak-bahak. Goat Go tidak kesepian lagi karena si pemuda mulai kembali dengan kegembiraannya. Mereka dapat tertawa-tawa gembira dalam rumah makan yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sekarang sudah kosong ditinggalkan oleh para tamu. Hanya pemilik rumah dan para pelayannya yang menonton adegan lucu, aneh sebab tadinya musuh sekarang mereka menjadi sahabat seperti juga sahabat lama. Ketika mereka habis makan, Goat Go bangkit hendak membayar uang santapannya tapi dicegah oleh si pemuda, berkata : "Cici, kali ini aku yang bayar. Tadi kau sudah rogoh kantong untuk mengganti kerugian. Apa salahnya kalau sekarang aku yang membayar makanan, bukan ?" Goat Go hanya tersenyum manis. "Terima kasih" ucapannya halus. Setelah membayar makanan, si pemuda balik lagi ke tempat duduknya. Ia mengajak si nona berlalu. "Eh, nanti dulu." kata si nona seraya pegang tangan si anak muda yang lemas seperti juga tangannya sendiri yang halus. "Ada urusan apa ?" tanya si pemuda. "Aku duduk dahulu." si gadis menyuruh orang duduk, yang segera diturut. "Lama kita mengobrol dan ketawa-ketawa tapi belum kita mengetahui nama masing-masing. Siapa sebenarnya kau, adik ?" menanya Goat Go. "Aku she Kwee, nama Cu Gie." sahut si anak muda. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Dan umurmu ?" tanya Goat Go lagi. "Tahun ini aku masuk 21 tahun." sahut Kwee Cu Gie. "Pantesan kau panggil aku cici. Kalau begitu memang benar aku ada lebih tua 3 tahun dari kau, adik Gie." berkata si nona. Goat Go berkata seraya ketawa manis, melirik tajam dengan ujung matanya. Lagi-lagi Kwee Cu Gie dibuat bergoyang pusat asmaranya, karena lirikan tajam si gadis. Tapi ia ada satu pemuda sopan, tidak berani ia kurang ajar meskipun Goat Go, si berandalan mengasih kesempatan Kwee Cu Gie untuk berbuat demikian. "Sekarang kau hendak kemana ?" tanya Goat Go. "Aku mau mencari pamanku." sahutnya. "Adik Gie, bagaimana kalau kau mampir dahulu di rumahku ?" mengundang si gadis. "Terima kasih. Aku sangat kesusu. Lain kali saja kita bertemu pula." jawabnya. "Kalau begitu, baiklah. Cuma jangan lupa, kalau kau datang ke sini cari aku ya !" memesan Goat Go, blak-blakan ia berkata, tak pakai malu-malu lagi. Kwee Cu Gie yang sopan santun merasa heran si nona memesan demikian kepada seorang lelaki yang barusan saja dikenal olehnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Goat Go memahami pikirannya si anak muda, maka lalu berkata, "Adik Gie, aku bukannya gadis pingitan. Aku sangat bebas, maka jangan heran kalau aku bicara blak-blakan. Apa yang aku pikir dan lantas keluarkan." Kwee Cu Gie anggukkan kepalanya. "Nah, sampai disini saja kita berpisahan." kata si pemuda kemudian. "Bagus, selamat jalan adik Gie." sahut Goat Go. Sedikit pun kelihatannya ia tidak merasa berat dengan perpisahan itu. Tapi setelah Kwee Cu Gie berlalu dari sampingnya, ia menjadi sedih sendirinya. Pilu rasa hatinya berpisahan dengan orang yang dicintainya. Entah kapan mereka dapat bertemu pula. Ia menyesal, tadi tidak ia tanyakan nama pamannya si anak muda itu siapa namanya dan dimana tempat kediamannya. Dengan mengetahui alamatnya, bisalah ia susul Kwee cu Gie kesana buat diajak makan-makan lagi dan tertawa-tawa menghibur hati. Goat Go pulang dengan perasaan lesu, seperti orang yang kehilangan sesuatu. Di lain pihak, Kwee Cu Gie juga mengenangkan dirinya si gadis. Pikirnya, gadis itu kecantikannya tidak mengecewakan, dapat menggoncangkan jantung orang yang melihat, ketawanya yang manis dan lirikannya yang mantap dalam pusat asmara. Tapi sayang dalam sifarnya yang berandalan itu ada tersembunyi kegenitan yang seakan-akan mengundang untuk berbuat kurang ajar terhadapnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kwee Cu Gie menghela napas sambil melanjutkan perjalanannya. Hari sudah sore, tidak keburu ia mencari pamannya. Maka pada malam harinya ia menginap dalam sebuah rumah penginapan di kota Hoa-im. Keesokan harinya, setelah tanya-tanya orang, ia sampai di depan rumah yang terkurung tembok disekitarnya. Ia mengetok-ngetok pintu rumah dengan gelang besi yang tergantung di pintu. Rupanya memang ini diperuntukkan bagi tetamu memanggil orang di sebelah dalam. Tidak lama ia menanti, sebentar kemudian pintu dibuka. Satu pelayan perempuan muncul didepannya dan menanyakan ada urusan apa, siapa yang dicari. Kwee Cu Gie kasih tahu maksud kedatangannya hendak menemui tuan rumah. Si pelayan segera masuk ke dalam setelah memesan Kwee Cu Gie untuk menunggu sebentar. Tidak lama si pelayan keluar lagi dan mengundang Kwee Cu Gie masuk. Ia diantar ke dalam satu ruangan tengah dan disuruh duduk menanti, sebentar lagi tuan rumah akan muncul menemuinya. Kwee Cu Gie menunggu. Lama juga belum kelihatan muncul tuan rumah. Ia jadi kesal, maka ia bangkit dari duduknya lalu menghampiri satu pigura yang melukiskan pemandangan di suatu pegunungan dimana ada berkeliaran banyak binatang buas. Asyik ia memandangi pigur itu hingga tidak merasa kalau dibelakangnya sekarang ada muncul satu orang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia menjadi kaget ketika sekonyong-konyong kedua matanya disekap oleh dua tangan dari belakangnya. Cepat, ia mau nglitik orang dibelakangnya itu, kalau ia tidak tahu bahwa yang memegang tangan yang halus lemas, disusul oleh suara empuk merayu, berkata, "Adik Gie, kau toh datang juga ke rumahku......" Kwee Cu Gie cepat putar tubuhnya dan... itulah Goat Go yang berdiri di depannya, bersenyum memikat hati. (Bersambung) Jilid 03 Anak muda itu tercengang sebentaran. Belum sempat ia menanya, Goat Go sudah tarik tangannya si anak muda. "Mari kita duduk-duduk kongkouw !" katanya. Ruangan itu perabotannya cukup mewah, pigura-pigura dengan lukisan indah tergantung pada dinding-dinding sehingga menarik selera tetamu, pot-pot kembang diatur rapi sekali, siliran angin yang masuk dari jendela meniup harumnya, mewangi masuk ke hidung. Goat Go ajak Kwee Cu Gie duduk di atas bangku panjang yang beralaskan bahan yang empuk, yang ditempatkan di bawah jendela yang menghadap ke taman bunga. "Adik Gie, " kata Goat Go, setelah mereka pada duduk. "Sekarang aku tahu asal usulmu. Kau bukankah anaknya bibi San dari Hoay-siang." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kwee Cu Gie ketawa. "Kau benar, cici" sahutnya. "Di mana adanya paman Siu ? Aku ingin lekas sampaikan pemberian selamat ibuku dan menanya keselamatannya." "Sabar adik Gie." kaat Goat Go. "Segera ayah akan keluar, dia sekarang masih repot dengan pekerjaannya. Terpaksa Kwee Cu Gie layani si nona kong kouw. Sudah tentu ngobrolnya urusan famili diantara mereka. Goat Go berkali-kali menyatakan ia ingin ketemu bibinya (ibu Kwee Cu Gie). Katanya, sejak ibunya meninggal, ia tidak pernah ketemu lagi dengan ibunya Kwee Cu Gie yang pindah ke Hoay-siang dari Hoa-im. Kiranya ibu Kwee Cu Gie itu ada saudara piauw dari Teng Siu, ayahnya Goat Go bernama Thio Leng San yang menikah dengan Bian-ciang Kwee Eng Siang, salah satu jago terkemuka dalam kalangan kang-ouw. Ketika masih di Hoa-im, meskipun ada tersangkut famili, Kwee Eng Siang tidak suka bergaul dengan Teng Siu. Ia tidak suka akan pergaulannya Teng Siu dengan orang-orang dari kalangan tidak benar terutama ia benci akan kepandaiannya Teng Siu membuat racun dipakai membantu orang-orang jahat. Pernah Eng Siang satu kali menasehati Teng Siu untuk jangan bergaul dengan kawanan penjahat dan kepandaiannya membuat racun sebaiknya disalurkan untuk kebaikan menolong orang saki. Tapi nasehat Eng Siang tidak digubris, malah selanjutnya perbuatannya makin mencolok di mata Eng Siang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Untuk menghindarkan bentrokan diantara famili sendiri, maka Eng Siang ajak istrinya pindah ke Hoay-siang, suatu kota dimana ia dilahirkan. Pada waktu kepindahan itu, Kwee Cu Gie baru berumur lima tahun. Demikian, sewaktu mengobrol Goat Go mencoba menarik hatinya Kwee Cu Gie dengan aksi genitnya. Tiap sebentar ia pegang tangan si pemuda, mengasi lowongan untuk si pemuda berbuat kurang ajar terhadap dirinya. Tapi pancingannya itu ternyata tidak berhasilm, malah dari berani melayani bicara, kelihatannya Kwee Cu Gie menjadi takut melihat kegenitan Teng Goat Go. Si nona jadi tidak sabaran, kenapa sang korban begini alot. Ia mengundang saudara piauw itu untuk minum arak yang barusan dibawakan oleh pelayannya. Untuk membuat cici piauwnya senang, Kwee Cu Gie tidak menolak. Tapi ketika ia minum baru tiga sloki, ia rasakan matanya berkunang-kunang. Matanya pun dirasakan seperti mau mengantuk. Seketika ia tak dapat menahan badannya lagi. Ia rubuh celentang di atas bangku panjang yang didudukinya. "Hihihi, Cu Gie." kedengaran Goat Go ketawa, waktu melihat korbannya rubuh. Pipi Goat Go kemerah-merahan karena pengaruh arak yang diminum barusan membuat si nona kelihatan tambahcanti dan menggiurkan. Cuma sayang kecantikannya ini dibikin suram oleh perbuatannya yang tidak bagus. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Goat Go bangkit dari duduknya, menghampiri si pemuda yang sudah tidur nyenyak tampaknya. Ia tak dapat menahan rindu hatinya yang meluap seketika. Maka ia lantas menubruk, memeluk Cu Gie dan mencium pipinya. "Plak ! Plak !" tiba-tiba terdengar suara pipi ditampar. Ternyata pipi yang ditampar itu adalah pipinya si nona Goat Go yang segera melepaskan pelukannya dan lompat mundur seraya pegangi kedua pipinya yang panas bekas tamparan serta ia rasakan ada giginya yang rontok. "Anak kurang ajar !" bentkanya. "Kau berani tampar aku ?" berbareng ia menerjang Cu Gie yang tengah mencelat bangun dari rebahnya. Sambil memutar tubuh, Cu Gie sambuti serangan Goat Go. Tangan kanan si nona kena dipegang, dipelintir hingga Goat Go berkaok-kaok kesakitan menangis. Ketika Goat Go terima kabar dari pelayannya ada satu tama muda cakap mencari ayahnya, lantas ia menduga akan dirinya Kwee Cu Gie yang datang. Ia mengintip ketika Cu Gie diajak masuk oleh pelayan. Benar saja ia lihat si pemuda yang dirindukannya. Ia tidak jadi mengabarkan pada ayahnya yang waktu itu sedan dalam kamar laboratoriumnya memasak obat. Pikirnya, ia akan layani sendiri dahulu, belakangan baru diberitahukan pada ayahnya. Tidak lupa ia siapkan arak yang dicampuri beng-han-ye semacam obat tidur, maksudnya kalau dengan kecantikan dan kegenitannya ia tak berhasil menjaring si anak muda, ia mau bikin Cu Gie menjadi mabuk dan tertidur dan selanjutnya ia boleh buat sesukanya atas tubuhnya Cu Gie. Ia pesan pelayannya untuk membawakan arak dan sedikit TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hidangan keluar kalau mereka sedang asyik bercakap-cakap. Ia menggunakan tempat arak yang mempunyai dua aliran, yaitu suatu aliran untuk arak biasa dan satu aliran lagi untuk arak yang dicampuri obat tidur. Caranya Goat Go untuk menjaring korbannya memang amat rapih. Tapi ia tidak memperhitungkan bahwa Cu Gie ada jago muda yang lihai. Ketika Cu Gie merasakan gejala tidak baik dari pengaruh arak, segera ia gunakan lwekangnya yang tinggi untuk mendesak arak yang diminumnya itu keluar dari lubang-lubang peluh (keringat). Ia pura-pura seperti benar-benar ia kena pengaruhnya arak. Setelah melenggut sejenak, ia rubuhkan dirinya di atas bangku panjang yang didudukinya itu. Ketika merasa dirinya dipeluk dan diciumi Goat Go, bukannya ia menyambut dengan mesra, sebaliknya ia menjadi marah. Bau harum dari tubuhnya Goat Go yang menembus ke dalam lubang hidungnya tidak ia hiraukan, tangannya segera melayang dan menampar keras juga sampai giginya si nona ada beberapa yang rontok. Selagi mencoba bangun, ia tahu dirinya diserang Goat Go. Dengan sekali badannya berputar, ia sudah dapat menyambuti serangan si nona dan tangannya Goat Go kena dicekal, dipelintir hingga nona genit itu jadi berkaok-kaok kesakitan. Cu Gie wataknya halus. Kalau tadi ia menampar itu dilakukan saking tak dapat menahan marahnya. Kini marahnya sudah hilang. Melihat Goat Go berkaok-kaok kesakitan, ia lepaskan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tangannya sambil berkata, "Cici, perbuatanmu bikin aku jadi lupa ! Harap perbuatanmu ini kau tidak ulangi lagi !" berbareng Cu Gie putar tubuhnya. Dengan beberapa lompatan saja ia sudah berada di pintu pekarangan. Goat Go melenggak. Cepat ia memburu, ia hendak memanggil balik tapi tak dapat keluar suara dari mulutnya. Ia malu. Ia hanya menyaksikan si anak muda melenyapkan diri di balik pintu pekarangan. Sambil membetulkan pakaian dan rambutnya yang kusut, Goat Go bantingkan diri diatas bangku panjang tadi yang membuat riwayatnya tak terlupakan olehnya sampai kemudian ia merubah dirinya menjadi Ang Hoa Lobo, si Nenek Bunga Merah. Di lain pihak, Kim Nio tidak kenal apa artinya 'bisa'. Ia diajari oleh Goat Go sampai pandai tapi kemudian rusak mukanya karean hembusan obat yang dimasak sehingga ia belakangan berubah menjadi Kim Popo. Setelah mukanya jadi jelek tidak karuan, Siauw Cu Leng yang cakap telah meninggalkannya, ikut Goat Go. Belakangan nona Goat Go juga mukanya rusak akibat racun. Buat bikin Siauw cu Leng tidak meninggalkan dirinya, Goat Go sudah gasak mukanya si cakap dengan 'bisa; sehingga lebih jelek dari mukanya Goat Go. Si 'Arjuna' tidak laku lagi di kalangan perempuan baik-baik. Oleh karenanya ia sangat setia pada Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go, puteri kesayangan dari Hoa-im Tok-jin Teng Siu. Kisah cinta 'segitiga' antara Kim Popo alias Kim Nio, Siauw Cu Leng si Arjuna dan Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go, ramai dan menarik untuk ditutukan dan ini kita akan ceritakan di sebelah belakang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sekarang, mari kita balik kepada Kim Popo yang bersua kembali dengan The Sam yang menjadi 'idaman hatinya' di waktu Kim Nio belum berubah menjadi Kim Popo. The Sam ketika kabur dari rumah perguruannya karena sudah memukul parah Siauw Cu Leng yang menjadi suhengnya, ia terus berkelana di kalangan kang-ouw (Sungai Telaga) mencari pengalaman. Ia beruntung ketemu dengan salah seorang Tojin (imam). Ia mengajarkan ilmu 'Thong-pie-kong' -- 'ilmu lengan sakti', ialah kalau lengan kanan diulur memanjang sementara lengan kirinya mengkeret pendek. Dengan kepandaiannya ini, ia dapat menjagoi meskipun sering kali juga ia kena dipecundangi lawannya. The Sam sudah lama tidak ketemu muka dengan Kim Popo sejak ia kabut dari rumah perguruan baru sekarang ia berjumpa pula. Ia kenali Kim Popo sebagai bekas ia punya Kim Nio adalah dari suaranya dan potongan tubuhnya yang selama ini tak dapat dilupakan olehnya. Ia tahu, memang Kim Popo bukannya Kim Nio dahulu yang cantik menarik. Sekarang mukanya sudah rusak. Ini ia dapat tahu dari kenalan-kenalannya yang dahulu tinggalnya tidak berjauhan dari rumah si Tongkat Sakti Kong Tek Liang. Ia merasa kasihan atas nasib bekas kekasihnya. Ia mencari-cari, sampai hari itu dengan secara kebetulan ia ketemukan bekas 'darlingnya' sedang minum air selokan. Setelah memperhatikan lebih tegas, baharulah ia berani ketawa dibelakangnya Kim Popo yang tengah minum air kali dan cacapi kepalanya supaya adem. "Mari kita ngobrol di bawah pohon itu." kata The Sam seraya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tuntun tangannya Kim Popo yang jinak sekali bagai mana kucing peliharaan. Di bawah pohon mereka ngobrol saling menuturkan pengalamannya masing-masing sambil ketawa riang gembira. Inilah mungkin kejadian yang pertama kali dialami si nenek sejak Kim Popo meninggalkan rumahnya di Hoa-im. "Koko, aku sekarang sudah jelek begini, apakah kau masih mencintai aku ?" kata Kim Popo setelah sejenak percakapan mereka terhenti. "Adik Kim." sahut The Sam, suaranya mengasihi hingga membuat Kim Popo terkenang akan masa lampau diwaktu berkasih-kasihan di taman bunga. "Kau terlalu memandang rendah akan cintaku. Meskipun mukamu sudah rusak, aku tetap mencintaimu !" sambung The Sam. Merasa lega hatinya Kim Popo mendengar kata-kata itu. Menyesal ia tidak dapat hidup bersuami istri dengan The Sam. Kalau tidak, tidaklah ia mengalami penghidupan yang gagal total seperti sekarang ini. Kim Popo tundukkan kepala lalu menatap wajahnya The Sam, tersenyum ia tapi sudah tentu senyumannya 'senyuman istimewa' karena giginya sudah tinggal beberapa buah saja. Terdengar di lain saat Kim Popo menghela napas. "Ya, sang tempo sudah membuat kita sama-sama tua." kata Kim Popo, sauranya berubah. "Tak perlu kita berdendang asmara lagi. Mari kita bicarakan urusan penting !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ The Sam melongo mendengar kata-kata Kim Popo. Ia tidak menyangka perubahan sikap si nenek akan begitu cepat. Ia menanya, "Urusan apa yang kau maksudkan penting, adik Kim ?" Kim Popo lalu menceritakan bahwa barusan ia kehilangan barang berharga dirampas oleh si thauto beranting-anting emas. Ia amat penasaran. Sebab selain barangnya yang penting kena dirampas, juga ia sudah kena dijemur 2 jam lamanya. "Ah, kau berurusan dengan dia ?" tanya The Sam, romannya seperti yang terkejut. "Memangnya kenapa, siapa dia sih ?" balik menanya Kim Popo. "Ah, adik Kim." sahut The Sam. "Dia sangat lihai. Orang tidak tahu siapa namanya, tapi orang kenal julukannya Kim Wan Thauto (Thauto beranting-anting emas). Dia bukan saja lihai ilmu silatnya tapi senjata rahasianya di kedua telinganya. Kalau sudah dilepas, tiada seorang pun korbannya yang dapat lolos dari sasarannya." The Sam cerita benar. Senjata rahasia "Kim-wan' dari si thauto ada sangat hebat sebab dilepas dengan tenaga dalam. Sampai dimana tingginya lwekan si thauto dapat diukur dari kepandaiannya melepas senjata rahasia itu. Dan ia dapat kendalikan yaitu bisa enteng, bisa setengah berat dan berat waktu ia menghajar orang. Pukulan enteng seperti yang dibikin terkulai Kim Popo, setengah berat bikin orang terus pingsan, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang berat bisa bikin korbannya terus tidak bangun lagi alias jiwanya melayang untuk menghadap Giam-lo-ong (Raj Akhirat). "Dia begitu lihai....." Kim Popo menghela napas. "Habislah pengharapanku untuk dapat merebut barangku yang sangat penting itu." "Barang apa sebenarnya yang dirampas Kim-wan Thauto ?" tanya The Sam. "Barang itu adalah menjadi rebutan oleh kalangan bu-lim (rimba persilatan) pada dewasa ini." menerangkan Kim Popo. "Apakah itu ?" The Sam ingin tahu. "Barang itu adalah sebuah buku mungil yang bernama 'Thiamhiat Pit-koat', pelajaran ilmu menotok jalan darah yang luar biasa pentingnya bagi setiap dunia persilatan." kata Kim Popo. The Sam kerutkan keningnya, ia tundukkan kepala, berpikir, lalu menanya, "Sampai begitu penting, bukankah setiap orang yang pandai ilmu silat dapat menotok lawan dengan baik ?" "Kau jangan meremehkan 'Thiam-hiat Pit-koat'. Ia dikarang oleh satu ahli totok kenamaan, The Leng Tong namanya, orang dari propinsi Shoatang. Pada jamannya yaitu 80 tahun berselang, The Leng Tong tidak menemukan tandingan dalam ilmu totokan jalan darah. Banyak orang kepingin berguru padanya tapi dia tolak. Dia tidak mau menerima murid. Hanya dia ada lepas kata kalau dia sudah tidak ada dalam dunia, di belakang hari orang akan menemui bukunya yang dinamai 'Thiam-hiat', kalau orang itu memang berjodoh untuk menjadi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ muridnya. Kau tidak tahu, koko. Buku itu memuat tiga macam ilmu totokan. Kecuali pelajaran menotok jalan darah menggunakan satu sampai dua jari dari dekat, dalam bukunya ada disebut menotok dari jauh dengan menyentil batu kecil dan kebasan tangan baju. Malah, yang penting, totokan The Leng Tong dapat dikendalikan berat entengnya dengan jitu sekali." demikian Kim Popo menutur. "Aha, aku juga orang she The, siapa tahu ada jodoh mendapatkan buku itu." kata The Sam kegirangan sambil tepuk-tepuk pahanya. "Bagaimana kau bisa bilang begitu ?" tanya Kim Popo heran. "Aku she The dan Leng Tong juga she The. Kita sama-sama she The. Tidak mustahil kalau barangnya The Leng Tong diwariskan padaku, bukan ?" sahut The Sam. Ia menutup kata-katanya sambil terus tarik tangannya si nenek diajak pergi. "Mari kita susul Kim-wan Thauto !" ia mengajak Kim Popo. "Kau bilang Kim-wan Thauto lihai. Bagaimana kau dapat merebut kembali 'Thiam-hiat Pit-koat' dari tangannya ?" tanya Kim Popo sangsi. "Ah, itu urusan belakangan. Mari kita susul nanti dia keburu sudah jalan jauh, sukar kita mencarinya." sahut The Sam. Ia pun, berbareng gerakan kakinya mengajak Kim Popo berlalu dari situ. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kim Popo tak dapat berbuat apa-apa lagi kecuali mengikuti bekas kekasihnya itu. Malah diam-diam hatinya merasa girang The Sam sudah mau bantu ia merebut pulang buku pelajaran ilmu menotok itu. Apa The Sam berhasil atau tidak, pikirnya, itu bagaimana nanti saja. Ia percaya bekas kekasihnya itu sudah mempunyai akal untuk merebut kembali buku mungil itu, bila dilihat The Sam demikian napsu mengajak ia menyusul Kim-wan Thauto. Kita tinggalkan dahulu Kim Popo dan The Sam yang menyusul Kim wan Thauto. Kita balik kepada Lo In, bagaimana si bocah itu, apakah dia binasa akibat gebukan Ang Hoa Lobo yang dilakukan dengan sepenuh tenaga ? Lo In dibawa masuk ke dalam sebuah rumah yang dibangun dari bambu dengan separuh batu. Cukup besar rumah itu dan mempunyai pekarangan depan belakang. Lo In diletakkan di sebuah bale-bale dengan kasar sekali oleh Siauw Cu Leng yang sangat membenci bocah itu. Keadaan Lo In masih belum sadarkan diri. Kenapa Ang Hoa Lobo begitu kejam menghajar bebokong anak kecil dengan menggunakan tenaga penuh ? Itu ada sebabnya. Siauw Cu Leng ketika pulang habis dipecundangi oleh Lo In telah mengadu pada Ang Hoa Lobo tentang munculnya satu bocah luar biasa. Ia telah dipecundangi dengan hanya kegesitan saja, malahan pukulan gunturnya yang menghancurkan batu gunung tidak mempan dihadapkan pada si bocah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ang Hoa Lobo tertawa terkekeh mendengar penuturannya si Iblis Buntung, yang alisnya dibuntungi oleh Ang Hoa Lobo. "Sama anak kecil kau kalah, bagaimana kau hadapi anak gede ?" kata Ang Hoa Lobo seraya mentertawakan Siauw Cu Leng. "Kau tidak tahu, cici." sahut Siauw Cu Leng. "Setelah aku rubuh, dia menantang, katanya : 'Iblis gila, kau boleh datangkan iblis temanmu. Biar segerobak aku tidak takut !' Nah, ini 'kan satu hinaan bagi kita. Mana boleh anak yang masih ingusan diumbar ngaco begitu." Siauw Cu Leng mulai menghasut, ketika melihat Ang Hoa Lobo tidak mau meladeni pengaduannya. Mendengar katakata si Iblis Alis Buntung, tampak Ang Hoa Lobo kerutkan alisnya, "Apakah benar kata-katamu ?" tanyanya kemudian. "Kenapa tidak benar ? Memangnya aku mau ambil untung dari perkataanku yang tidak benar ? Aku bicara yang benar, buat apa timbulkan yang tidak betul !" nyerocos Siauw Cu Leng, mukanya kelihatan sungguh-sungguh. "Anak bandel. Masa dia berani omong besar ?" kata si nenek, mulai marah dia. Siauw Cu Leng lalu cerita, Lo In selain kepandainnya hebat juga mempunya tentara kera dan burung rajawali. Kalau tidak dibokong, jangan harap bisa menowelnya, apalagi untuk menangkapnya. Dia mesti sudah makan buah JJit-goat-go, kalau tidak tentu tidak begitu hebat. Disebutnya buah Jit-goat-go, mendadak saja Ang Hoa Lobo TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berjingkrak. Sudah lama ia mendengar akan khasiatnya buah itu. Maka juga ia sudah mencari dari satu ke lain gunung. Sekarang, buah itu sudah dimakan si anak kecil. Dimana ia bisa dapatkan pula dalam daerah pegunungan disitu yang sangat luas ? Ia benci kepada orang yang sudah mendahului ia memakan buah yang ia idam-idamkan. Maka setelah berjingkrak, ia berkata pada Siauw Cu Leng, "Dimana kita bisa menemui dia ?" "Tidak, tidak bisa kita menemui dia begitu saja. Dia luar biasa kepandaiannya, apalagi dia mempunyai rajawali dan tentara keranya yang melindungi." "Habis, bagaimana ?" tanya si nenek, jeri juga mendengar kata-kata si iblis. "Dia mesti dibokong. Kita harus mengatur perangkap, yang dia tidak curiga sama sekali. Asal sudah ada kesempatan, kau harus menghajar dia sepenuh tenaga. Sebab tanpa tenaga penuh mana dia bisa rubuh karena dia sudah makan buah Jitgoat- go, tenaga dalamnya tentu bukan main hebatnya !" demikian Siauw Cu Leng mengajukan usulnya yang kejam. Tapi memang si iblis benar. Tidak mudah Lo In ditakluki dengan cuma mengadu silat. Sebab anak itu sudah lihai sekali ditambah dengan tentara kera dan rajawalinya. Si nenek percaya akan kata-katanya sang suami diluar kawin. Maka mereka lalu berdamai soal pasang perangkap dalam menangkap si bocah. Begitulah, hari itu rupanya Lo In dilanggar apes (sial). Maka ia TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sudah masuk perangkap yang diatur oleh Ang Hoa Lobo dan Siauw Cu Leng. Untung Lo In tenaga dalamnya sudah hebat berkat makan buah Jit-goat-go, kalau saja kejadian itu sebelum ia makan buah, bisa celaka 2 x 13. Pasti isi perutnya ambrol dan nyawanya melayang seketika menerima pukulan hebat dari Ang Hoa Lobo. Ia hanya merasakan dadanya sesak tiba-tiba, tubuhnya dirasakan lumpuh. Maka ia rubuh pingsan setelah mengeluarkan jeritan. Juga Lo In masih untung jiwanya tidak sampai melayang karena Ang Hoa Lobo menyetop tendangan Siauw Cu Leng yang kedua kali. Kalau sampai kakinya si iblis bekerja, rasanya Lo In sudah tidak bernyawa ketika itu. Si Iblis Alis Buntung sangat benci Lo In, tentu tendangannya yang kedua kali jauh lebih berat dari yang pertama, yang cuma terpental tidak seberapa jauh. Ketika meletakkan Lo In dibale-bale, Siauw Cu Leng dapat lihat pedang pendek di pinggang si bocah, lalu diloloskan kemudian diserahkan pada Ang Hoa Lobo sambil berkata, "Ini, kepunyaan dia." Ang Hoa Lobo menyambuti, lalu dihunus pedang pendek yang bobotnya sangat enteng itu lalu diperiksa. Di atas badan pedang tidak ada apa-apanya yang aneh, tapi ketika diselidiki gagangnya, Ang Hoa Lobo dapat melihat huruf-huruf kecil yang berbunyi, 'Kwee Cu Gie Toan-kiam' atau 'Pedang pendek kepunyaan Kwee Cu Gie'. "Betul, betul punya dia ?' tanya Siau Cu Leng yang sedari tadi mengawasi Ang Hoa Lobo memeriksa pedang pendek itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Si nenek tidak menjawab, ia hanya angguk-anggukkan kepala atas pertanyaan si orang she Siauw. Si Iblis kelihatannya agak cemburuan juga melihat si nenek yang begitu kesemsem memandangi pedang ditangannya. "Hm ! Dia keturunannya...." Ang Hoa Lobo tiba-tiba menggerutu sendirian setlah lama ia memandangi pedang ditangannya. "Dia keturunannya, buat apa dikasih hidup. Mampusi saja !" kata Siauw Cu Leng mendengar Ang Hoa Lobo menggerutu sendirian. "Jangan, aku ada jalan." sahut Ang Hoa Lobo. "Jalan bagaimana ?" tanya Siauw Cu Leng tidak sabaran kelihatannya. "Kita bikin rusak mukanya." jawab si nenek. "Bagus ! Mari kita mulai." kata Siauw Cu Leng. Ia main cara kilat saja berurusan dengan Ang Hoa Lobo sebab si nenek sering berubah-ubah pikirannya. Ia mendesak karena ingin lekas-lekas apa yang Ang Hoa Lobo kata, segera dilaksanakan. Ia seperti membenci sampai tujuh turunan Lo In saja. Siauw Cu Leng mengambil pisau, bersiap-siap untuk merusak mukanya Lo In. "Bukan begitu caranya." kata Ang Hoa Lobo seraya goyanggoyang tangannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Habis, kau mau pakai apa ?" tanya Siauw Cu Leng. Ang Hoa Lobo tidak menjawab. Sebaliknya dari kantongnya ia keluarkan sebungkus obat. "Ambil air !" ia memerintah Siauw Cu Leng. Segera permintaan si nenek dipenuhi. Si iblis mengambil air dalam gelas. Ang Hoa Lobo menyambuti. Air dalam gelas itu ia buang ke lantai sampai tinggal seperluanya, lalu obat yang berupa bubuk berwarna hitam ia masukkan dalam gelas, diaduk kira satu menit. Kemudian ia suruh Siauw Cu Leng ambil sobekan kain. Ketika barang yang diminta diberikan, ia lalu robek seperlunya untuk digunakan sebagai kuas. Obat hitam itu ia polesi pada bagian muka Lo In, dari jidat terus sampai ke dagu. Hanya bagian leher dan kuping tidak diganggu. Sebentar saja muka Lo In yang putih cakap berubah menjadi hitam legam seperti Zwarte Piet (si Piet Hitam, kacung Sinterklas). Setelah selesai, tiba-tiba si nenek berkakakan ketawa. "Nah, inilah pembalasanku ! Aku mau lihat, tanpa diundang dia akan datang berlutut dihadapanku untuk minta-minta dikasihani !" ia berkata bangga. Siauw Cu Leng bingung. Apa yang si nenek sebenarnya maksudkan dengan kata-katanya. Ia lalu menanya, "Apa yang kau maksudkan dengan kata-katamu, cici ?" "Hehehe !" Ang Hoa Lobo ketawa. "Aku bikin anaknya begini. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kalau bapakanya tahu tentu dia bakal mencari aku. Dia tentu datang berlutut dihadapanku untuk minta obat pemusnahnya, jangan sampai anaknya yang cakap ini mempunyai dua muka. Baru sekarang Siauw Cu Leng mengerti maksudnya si nenek. Kiranya Ang Hoa Lobo hendak membikin malu Kwee Cu Gie. Dengan bikin wajah Lo In berubah hitam, Kwee Cu Gie pasti mengerti siapa punya perbuatan. Orang she Kwee itu tentu akan mencari Ang Hoa Lobo untuk menolong anaknya, minta belas kasihannya si nenek supaya Ang Hoa Lobo mengembalikan wajah anaknya pada keadaan semula. Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go sampai saat itu masih merasa penasaran pada Kwee Cu Gie yang sudah menampar pipinya dua kali sehingga beberapa giginya pada rontok dan sekarang ia sudah ompong ! "Sekarang kita mau apakan dia ?' tanya Siauw Cu Leng. "Masukan jadi satu dengan si sundal cilik." sahut Ang Hoa Lobo. Siauw Cu Leng sangsi tampaknya, ia berdiri saja menjublek. "Kau masih belum mau bawa dia pergi, mau tunggu apa ?" si nenek membentak. "Tapi cici, tapi....... " si iblis terhenti bicaranya ketika si nenek Kembang Merah memotong. "Tapi, tapi apa ? Lekas kerjakan !" "Aku kuatir kejadian selanjutnya." jawab si Iblis Alis Buntung, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ia beranikan hati mendebat Ang Hoa Lobo. "Binatang kecil ini sangat hebat tenaga dalamnya. Sebentar kalau dia sudah siuman, apakah dia tidak ngamuk ?" "Ngamuk ? Hehehe !" si Nenek Kembang Merah ketawa. "Sudah tidak ambrol isi perutnya menahan pukulanku, sudah bagus. Mau ngamuk ? Hmm ! Aku mau lihat. Lekas kerjakan perintahku, jangan banyak cing cong !" Siauw Cu Leng tak berani banyak kata. Ia lalu angkat tubuhnya Lo In, dipondong di bawa ke kamar belakang. Ke dalam mana, tubuhnya Lo In menggelinding karena diletakkan oleh Siauw Cu Leng separuh dilemparkan. "Iblis, kau bawa masuk apa kesini ?" bentak seorang anak perempuan kecil yang ada dalam kamar itu ketika melihat pintu kamar dibukan dan tubuh Lo In diletakkan di lantai separuh dilemparkan. Sambil menutup pintu kamar lagi, Siauw Cu Leng menjawab, "Sundal cilik, kau tak usah kesepian lagi. Sekarang ditemani si setan cilik ! Hahaha !" Si iblis berkata-kata sambil meninggalkan kamar itu yang merupakan kamar tahanan rupanya. Memang, kamar itu boleh disebut kamar tahanan sebab dalam kamar itu ada disekap seorang gadis cilik umur kira-kira belum 15 tahun. Jadi lebih tua dari Lo In yang usianya baru memasuki tahun ke-14. Dalam ruangan itu yang lumayan juga lebarnya, mendapat penerangan dari sela jeruji-jeruji jendela kecil yang kokoh dan kuat dari bambu pilihan. Tidak ada perabotan didalam situ kecuali bale-bale yang muat 2 orang serta bangku dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mejanya yang sudah reyot. Tampak si nona kecil berdiri tertegun melihat 'tamu' datang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Rambutnya si dara cilik yang dikepang dua tampak sudah awut-awutan, romannya lesu dan pucat tapi tidak mempengaruhi air mukanya yang jernih, ramai dengan senyum dikulum. Pelan-pelan ia jalan menghampiri tubuhnya Lo In. Ia jongkok disampingnya lalu memandang parasnya Lo In. Hatinya merasa geli, ia ketawa melihat mukanya Lo In yang hitam legam. Di usap-usap pipi Lo In, kemudian melihat pada tangannya yang barusan dipakai meraba. Oh, kenapa tidak hitam ? Ia menduga, tadinya wajah hitam itu disengaja si bocah dengan mengolesi mukanya dengan arang hitam legam. Selama itu, Lo In tidak berkutik. Di goyang-goyang badannya, tapi Lo In tetap tak sadarkan diri. Mulai curiga hatinya si dara cilik, lalu ia tekuk lututnya, lengkungkan badannya, telinganya di pasang di atas dada Lo In. Ia dapatkan si bocah masih ada napasnya. Ia periksa keadaan Lo In lebih jauh, keculai mukanya hitam, tidak kedapatan tanda-tanda bekas dianiaya. Ketika ia gerakkan kakinya hendak jongkok pula, tiba-tiba ia rasakan kakinya lemas dan jatuh ke depan diatas tubuhnya Lo In. Selagi ia berusaha hendak bangun, tiba-tiba ia mendengar suara dari sebelah luar kamar, "Eng Lian, kau masih tetap membandel ? Lihat itu setan cilik contohnya ! Selain aku tidak kasih makan kau, juga aku akan bikin mukamu yang cantik jadi berubah hitam seperti si setan cilik ! Hehehe......." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dara cilik itu yang ternyata bernama Eng Lian kenali suaranya Ang Hoa Lobo yang berkata-kata tadi. Tampak ia menggertak giginya, tangannya yang kecil mungil mengepal keras, rupanya ia sangat marah. Sekarang ia mengerti, yang membuat wajah anak itu hitam adalah si Nenek Kembang Merah. "Siapa yang mau berurusan denganmu, nenek jahat !" sahut Eng Lian kemudian. "Hehe ! Bagus, baru tiga hari aku hukum kau tidak makan. Kalau kau masih tetap membandel, hemm ! Aku kasih tempo tiga hari lagi untuk kau pikir-pikir. Kalau sampai temponya kau masih tetap membandel, jangan salahkan si nenek bila berbuat kejam Pikirkanlah !" demikian si nenek mengancam. Eng Lian tidak mau ladeni Ang Hoa Lobo sampai nenek itu meninggalkan kamar itu, tidak terdapat jawaban dari sebelah dalam. Si dara cilik sudah tiga hari dihukum tidak makan oleh Ang Hoa Lobo, pantasan kakinya lemas. Dalam bingung, apa yang akan ia buat menghadapi Lo In yang masih pingsan, sedang perutnya sudah sangat lapar, tiba-tiba Eng Lian dibikin terkejut dengan diceploskannya benda-benda bundar melalui sela-sela jeruji jendela. Ia merayap menghampiri salah satu benda itu, kiranya itu ada buah-buah yang diceploskan dari sebelah luar. Siapa yang mengirimnya ? Matanya mengawasi ke jurusan jendela, ia melihat ada dua ekor kera disana, sedang repot menceplosceploskan buah-buahan. Dalam herannya, ia ingin mendekati dua kera itu tapi ia tak dapat bangun karena kakinya amat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lemas. Dua kera itu, sudah tentu pembaca dapat menebaknya siapa. Sebab mereka tidak lain adalah Pek-gan dan Pek-tauw, si monyet mata putih dan kepala putih yang menjadi kesayangannya Lo In. Mereka melihat tuannya dibawa masuk ke dalam rumah itu terus mengintip akan segala tindak tanduknya Siauw Cu Leng dengan Ang Hoa Lobo. Setelah tahu yang Lo In ditempatkan dalam kamar belakang, mereka lantas mencari buah-buahan di sekitar tempat itu untuk dipersembahkan kepada majikannya. Tapi mereka tidak tahu kalau Lo In dalam keadaan pingsan. Mereka hanya mengira bahwa majikannya itu sedang tidur nyenyak. Eng Lian dapat pungut salah satu buah dan dimakannya. Ia rasakan manis dan enak. Ia lalu makan lagi beberapa buah untuk mengisi perutnya yang kelaparan. Benar-benar ia rasakan buah-buah yang dimakan istimewa. Kecuali manis dan lezat, setelah masuk ke dalam perut telah menimbulkan reaksi tubuh menjadi segar dan kuat. Bukan main girangnya Eng Lian ketika ia tahu kakinya sudah dapat digerakkan lagi dengan leluasa. Ia lantas kumpulkan buah-buah itu supaya nanti jangan sampai ketahuan oleh dua iblis yang hendak merongrongnya. Hari berikutnya, Eng Lian repot menerima kiriman dari Pekgan dan Pek-tauw. Lucu laga lagunya dua kera itu hingga Eng Lian merasa suka dan sayang. Ia sendiri tidak mengerti kenapa dua monyet itu begitu baik mau mengirimkan buahbuahan kepadanya yang dalam kesukaran. Ia belum tahu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kalau dua kera itu mengirim buah-buahan bukan untuk dia tapi untuk majikannya, Lo In, yang Eng Lian tidak tahu anak itu siapa namanya dan datang dari mana. Sambil melahap buah semacam jambu, Eng Lian memandangi wajah Lo In. Pikirnya, anak ini parasnya cakap sayang dibuat hitam oleh si nenek jahat. Apakah warna hitam yang melekat itu nanti dapat dicuci dan parasnya anak cakap itu kembali pada asalnya ? Ia tanya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba ia dibikin kegirangan melihat Lo In pelan-pelan telah membuka matanya. Saking girangnya sampai ia lempar buah yang dimakannya dan tangannya yang kecil halus memegang pipinya Lo In, menanya, "Oh, adik, aku sudah siuman ? Enak betul tidurmu." Lucu kelakuannya Eng Lian. Ia kira Lo In tidur nyenyak. Ia tidak tahu kalau Lo In menderita pukulan dahsyat. Lo In heran, matanya kecap kecip memandang Eng Lian. Pikirnya, apakah ia sedang ngimpi atau sudah berada di lain dunia ? Kenapa ada anak perempuan disampingnya ? Ia angkat tangan kanannya, jari telunjuknya dimasukkan dalam mulutnya, digigit, au, tentu saja ia berjengkit kesakitan. "Hi hi hi.... anak tolol. Kenapa menggigit jari sendiri ?" Eng Lian ketawa, melihat Lo In kesakitan menggigit jarinya barusan. "Kau siapa, cici ?" tanya Lo In, lemah suaranya. "Aku Eng Lian, kau sendiri siapa ?" balik menanya si dara cilik, lucu lagaknya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Oh, enci Lian......." Lo In terus bungkam. "Hei, hei, kenapa kau tidak sebutkan namamu ?" kata Eng Lian seraya menggoyang-goyang lengan Lo In yang tatkala itu sudah mau meramkan matanya lagi. Lo In kembali membuka matanya, ia tersenyum mengawasi si nona cilik. "Apa sih yang dilihat ?" kata Eng Lian ketika mereka beradu pandangan sambil mencibirkan bibirnya yang mungil. "Enci Lian, aku ini berada dimana ?" tanya Lo In, tidak melayani orang mencibirkan bibirnya. "Dalam kamar tahanan." sahut Eng Lian singkat, dongkol rupanya dia. Lo In terkejut. Ia coba gerakkan badannya untuk bangun, tapi belum bisa. Sebab seluruh badannya dirasakan lemas. Tenaga raksasanya entah pergi kemana. Ia heran, kemana perginya tenaganya yang dahsyat. Lantas dia ingat akan kejadian ketika bertemu dengan si nenek di rimba bambu. Bagaimana ia dibokong. Pikirnya, mungkin gebukan si nenek yang menyebabkan hilang tenaganya. Buktinya, ia peras tenaga dalamnya, bukannya berhasil malah bobokongnya dirasakan sakit bekas gebukan si nenek. "Jahat..........." ia menggerendeng, perlahan suaranya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Perlahan suaranya tapi menusuk telinga Eng Lian. Mukanya lantas cemberut. "Jahat, jahat, siapa jahat, hah !" tangannya berbareng mau menampar. "Tahan !" kata Lo In cepat ketika pipinya hendak ditampar si dara cilik. "Enci Lian, aku bukan maksudkan kau jahat." sambung Lo In. Eng Lian ketawa, sambil tarik pulang tangannya. "Habis, siapa yang kau maksudkan ? Sebab disini tidak ada orang lain kecuali kita berdua." katanya. Lo In anggap dirinya lucu. Oh, bolehlah ketemu ini dara cilik yang lebih lucu dan aneh adatnya. Seketika juga Lo In merasa suka berteman dengan Eng Lian, maka sambil bersenyum ia berkata, "Enci Lian, yang aku maksudkan adalah nenek itu dengan kembang merah disanggulnya." "Oh, dianya ?" kata Eng Lian sambil leletkan lidahnya. "Ya." sahut Lo In. "Dimana dia sekarang ? Aku dibokong olehnya, digebuk dari belakang sampai rasanya semaput. Untung aku tak sampai mati." "Eh, mengapa sampai begitu ? Mengapa, kenapa ?" Eng Lian minta Lo In tuturkan. Lo In lantas ceritakan kejadian di rimba bambu ketika ia hendak menolongi si nenek, tidak tahunya ia kena masuk perangkap. Eng Lian yang mendengari cerita Lo In merasa panas hatinya kepada Ang Hoa Lobo yang kejam. Di samping itu ia merasa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ simpati pada Lo In, anak yang berhati mulia menjadi korban dari tangan telengas. "Dia, si nenek itu memang jahat. Dia ada disini, dibantu oleh si kakak jelek Siauw Cu Leng yang julukannya Toan Bi-lomo." menerangkan Eng Lian. "oh, iblis itu juga ada disini ?" tanya Lo In terkejut. Eng Lian anggukkan kepalanya. -- 8 -- Tadinya, Lo In tidak mengerti apa salahnya dia digebuk oleh si Nenek Kembang Merah ? Padahal baru saja ia berjumpa dengan maksud baik hendak memberikan pertolongan tapi bukan terima kasih ia dapat dari si nenek, malah gebukan yang membikin isi perutnya berantakan, untung tenaga dalamnya cukup dahsyat. Sekarang, ia mendengar cerita Eng Lian, si Iblis Alis Buntung itu adalah konconya Ang Hoa Lobo, lantas ia mengerti duduknya urusan. Tentu gara-gara mulut si iblis yang tajam menghasut sehingga si nenek menurunkan tangan telengas atas dirinya. "Enci Lian, anak si......" Lo In hendak menanya tapi sudah dipotong oleh si dara cilik, katanya, "Makan dahulu ini. Perutmu tentu sudah minta diisi !" sambil menjejalkan sebagian buah yang tengah ia lahap ke mulut Lo In. Terpaksa Lo In mengganyangnya. Seketika hatinya terkesiap, karena buah itulah yang biasa ia makan kiriman dari dua TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ keranya yang sangat disayang. Maka ia lalu menanya, "Enci Lian, kau dapat dari mana buah ini ?" sambil unjukkan sepotong buah yang belum habis ia makan. "Entahlah. Ada dua malaikat berupa kera yang mengantarkan ke sini. " jawab Eng Lian. Gembira dia sebab sekarang ia tidak usah memikirkan lagi akan kelaparan. "Oh, itu adalah Pek-gan dan Pek-tauw." kata Lo In. "Betul, betul. Yang satu berkepala putih, yang lainnya sepasang matanya yang putih. Kera siapakah mereka itu, apa kau tahu ?" Eng Lian cerita. "Mereka ada teman-teman baikku." sahut Lo In. Eng Lian terbelalak matanya, heran mendengar Lo In mengatakan dua kera itu ada teman baiknya lalu minta Lo In cerita bagaimana ia bisa bersahabat dengan dua kera yang pandai itu. Lo In tidak berkeberatan. Sebelumnya ia perkenalkan dahulu namanya Lo In, lalu menuturkan perjalanan hidupnya dari anak jembel sampai mengerti surat dan ilmu silat atas pimpinan Liok Sinshe. Ia turun ke dalam jurang mencari Liok Sinshe yang jatuh dibokong musuh, bagaimana ia hidup dalam lembah itu bersama-sama dengan si rajawali yang ia sembuhkan dari lukanya, bagaimana ia taklukan kawanan monyet lantaran menolong Siauw-hek. Eng Lian yang hatinya sangat tertarik oleh penuturan Lo In tidak memotong ceritanya Lo In. Ia sangat kagumi si bocah yang luar biasa dan besar rejekinya sampai dapat makan buah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 'Jit-goat-ko.'. "Adik In," kata Eng Lian, setelah mendengar habis cerita Lo In. "Kau ada satu bocah luar biasa. Bukan mustahil kau nanti jadi terkenal dan orang menyebut kau 'sinlong', bocah sakti. Hihihi......" "Mudah-mudahan," sahut Lo In membanyol. "Dengan doa restumu, kata-katamu tadi akan menjadi kenyataan." Si dara cilik mesem manis. Setelah menutur, Lo In coba gerakkan badannya. Ternyata masih belum dapat bergerak sebagaimana mestinya. Ia sudah pegal rebah saja maka ia minta si dara cilik bantu ia untuk dapat duduk. Eng Lian tidak berkeberatan. Ia bantu sampai Lo In dapat duduk betul. "Terima kasih, enci Lian." kata Lo In. "Terima kasih kembali." sahut si dara cilik jenaka. Lo In makin girang hatinya ia memperoleh teman yang lebih jenaka dari dirinya. "Enci Lian." kata Lo In. "Aku sudah bercerita tentang perjalanan hidupku. Sekarang giliranmu cerita bukan ?" "Tentu, tentu, adikku manis." sahut Eng Lian melucu. "Aku hidup bersama......." "Hei, Eng Lian. Kau jangan banyak ngobrol. Bagaimana, kau menyerah tidak ?" tiba-tiba terdengar kata-kata dari sebelah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ luar kamar hingga ceritanya si dara cilik terhenti seketika. Si Nenek Kembang Merah yang memotong kata-kata Eng Lian tadi. Mendongkol hatinya si dara cilik, kelihatan dari romannya yang merengut, tangannya dikepal-kepal gergetan, lucu kelihatannya sampai Lo In tak dapat menahan ketawanya terbahak-bahak. "Kau ketawai apa, bocah ?" bentak Eng Lian. Tangannya diangkat mau menampar Lo In tapi tidak jadi ketika ia melihat Lo In tempelkan satu jari dimulutnya seraya tangan kirinya digoyang-goyang. Heran Eng Lian melihat lagaknya Lo In, ia menanya, "Memangnya ada apa sih ?" "Tidak apa-apa." sahut Lo In. "Cuma aku lihat enci makin marah jadi makin ber....... au !" Lo In berjengit karena perkataannya belum putus, tangan si dara cilik yang mungil nyelonong ke pipinya, tidak menampar hanya mencubit hingga Lo In kesakitan. "Rasakan, ya !" kata Eng Lian sambil cekikikan tertawa melihat Lo in pegangi pipinya yang kesakitan. "Hei, Eng Lian, kau dengar tidak ?" bentak suara Ang Hoa Lobo. "Janji tiga hari belum sampai, kenapa kau minta putusan sekarang ?" sahut Eng Lian, suaranya lantang berani. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hehe.... jadi aku mesti tunggu ?" si nenek ketawa. "Ya, tunggu saja. Sampai pada waktunya, aku beri putusan !" kata Eng Lian. Lantas terdengar suara kakinya si nenek berlalu. Kiranya Siauw Cu Leng yang menggosok-gosok si nenek supaya mendesak Eng Lian. Ia mencuri dengar percakapan Eng Lian dan Lo In, lantas usulkan pada si nenek kembang merah supaya lekas mendesak Eng Lian berikan keputusannya. Ia menyatakan kekuatirannya akan Lo In yang sudah siuman dari pingsannya, nanti membikin susah mereka. Si nenek tidak kuatiri. "Mengapa kamu harus takut dengan anak sambal itu ?" Ang Hoa Lobo berkata pada Siauw Cu Leng. "Tenaga dalamnya sudah musnah, berani dia main gila pada kita ?" Ang Hoa Lobo percaya benar masa pukulan mautnya yang sudah memusnahkan tenaga dalamnya Lo In. Ini memang benar sebab Lo In rasakan tenaga raksasanya hilang lenyap meskipun ia sudah coba berkali-kali untuk dikumpulkan. Yang penting, pikir Ang Hoa Lobo adalah Eng Lian yang harus didesak supaya memberitahukan rahasia pelajaran yang ia perlukan. Setelah Ang Hoa Lobo berlalu, Lo In menanya kepada Eng Lian, "Enci janjikan apa sama dia ? Apa dia mau ?" Eng Lian lantas cerita pada Lo In hal kedatangannya Ang Hoa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lobo dan Siauw Cu Leng, sekalian menutur tentang dirinya dalam rumah itu. Si dara cilik ternyata ada dari keluarga Oey, menurut keterangannya. Ia hidup bersama ayah dan ibunya bertiga dalam desa Tengong chung, sebelah barat kota Gukwan di bawah kaki gunung Hengsan. Sampai umur 7 tahun Eng Lian ikut ibunya di Tengong- chung, sering pindah dari satu dusun ke dusun lain di pegunungan sebab ayahnya mempunyai hobi (kesukaan) memelihara ular dan akhirnya mereka menetap di lembah itu sudah 4 tahun lamanya. Pada kira-kira hampir 2 tahun yang lalu, pernah keluarga Oey kedatangan seorang tamu yang mengaku she Tan, entah namanya siapa. Tapi menurut ibunya, tamu itu biasa dipanggil Tan Sianseng. Tamu she Tan itu sangat baik pada ibunya, sering mengajak omong sambil ketawa-ketawa, malah bukan jarang mereka kedapatan suka kasak kusuk berduaan saja. Tapi ayahnya sama sekali tidak menaruh cemburu, malah kelihatannya seperti yang sangat menghormati pada tamu she Tan itu. Terhadap Eng Lian, tamu itu juga sangat sayang dan mencintai sebagai pada anaknya sendiri. Dua minggu lamanya tamu itu menginap dalam rumahnya tetapi kemudian menghilang, berbareng juga menghilang ibunya Eng Lian. Si dara cilik tentu saja menangis ditinggalkan ibunya, tapi sang ayah menghibur. Kata ayah, ibu pergi dengan Tan Sianseng buat satu urusan penting dan tidak lama pun akan kembali. Tapi sampai sekarang sang ibu belum kelihatan mata TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hidungnya muncul kembali. Sampai disini Eng Lian menutur, ia menangis hingga Lo In yang merasa dirinya piatu menjadi turut terharu dan turut mengalirkan air mata. Sambil menyusut air matanya dengan tangan baju, Eng Lian melanjutkan ceritanya. "Dua minggu yang lalu kita kedatangan dua iblis yang sekarang ada disini. Katanya numpang menginap untuk melakuka penyelidikan dalam lembah." "Ayah tidak berkeberatan atas permintaan mereka, malah suak antar-antar mereka menjelajah tempat yang asing bagi mereka. Belakangan mereka lihat ayah banyak pelihara ular. Mereka heran lalu si nenek jahat minta ayah mengajarinya cara bagaimana dapat menjinaki atau menaluki ular. Ayah ketawa, ia bilang kepandaiannya tak dapat diturunkan lain orang kecuali pada anaknya yaitu aku." "Jadi, enci Lian pandai menaluki ular ?" menyelak Lo In yang sedari tadi mendengarkan saja penuturan si dara cilik. Eng Lian manggut. "Mereka tidak apa-apa permintaannya ditolak." menyambung Eng Lian dalam ceritanya. "Pada keesokan harinya, mereka mengajak lagi ayah untuk menjelajah pegunungan. Ayah tidka menolak sebab dia pun ingin menyelidiki ular-ular yang ada ditempat-tempat lain. Eh, tidak tahunya ketika mereka pulang, ayah ternyata tidak turut pulang. Sampai sekarang ayah hilang. Entah dimana dia adanya. Setelah ayah tidak ada, orang-orang jahat itu mendesak aku supaya aku turunkan pelajaran menaluki ular kepadanya." "Apa enci tidak tanya pada mereka, kemana ayahmu pergi ?" tanya Lo In disaat Eng Lian hentikan sebentar penuturannya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ karena ia menangis ketika sampai pada bagian menutur ayahnya tidak pulang. "Aku sudah tanya mereka. Tapi mereka bilang ayah pergi menyusul ibu dan tidak berapa hari juga akan pulang." menyambung Eng Lian. "Tadinya aku tak keberatan menurunkan kepandaianku menakluki ular tapi belakangan aku segan. Aku mogok mengasih pelajaran pada mereka karena si Nenek Kembang Merah itu sangat jahat. Telah membunuh aku punya Tok-gan Siancu." "Apa itu Tok-gan Siancu ?" menyela Lo In. "Tok-gan Siancu adalah ular kesayanganku, bermata satu, mempunyai empat sayap, besarnya sebesar betis orang gemuk." menerangkan Eng Lian. Tok-gan Siancu artinya Dewi Bermata Satu. Bagus juga Eng Lian kasi nama ular kesayangannya yang dua meter panjangnya. "Kenapa Tok-gan Siancu dibunuh nenek jahat itu ?" tanya Lo In. "Kejadian itu pada suatu sore, di waktu dia ajak aku melihat ular kesayanganku. Tiba-tiba Tok-gan Siancu beringas melihat si nenek, kepalanya bangun dari melingkarnya kemudian menyambar tangan si nenek yang sedang pegang jeruji kerangkeng dari bambu, menggigit tanganya itu hingga dia semalaman panas dingin tidak bisa tidur. Kalau dia tidak ketolongan oleh obatku, dia pasti melayang jiwanya. Tapi dia bukan terima kasih padaku, malah keesokan harinya, aku lihat aku punya Tok-gan Siancu sudah menjadi bangkai dalam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kerangkengnya, dibunuh oleh si nenek jahat. Aku menangis atas kematiannya itu.........' Eng Lian bercerita sambil menangis, ingat dengan ular kesayangannya yang sangat jinak dan menjadi teman mainnya. Lo In menghibur Eng Lian, tapi diam-diam hatinya merasa gemas pada Ang Hoa Lobo yang sangat telengas itu. Pikirnya, ada satu waktu kalau tenaganya sudah pulih kembali, ia ingin memberi hajaran pada si nenek. Eng Lian selagi susut air matanya, tiba-tiba mendengar cetcowetan kunyuk di luar jendela. "Nah, itu teman-temanmu datang." ia kata pada Lo In. Lo In mengawasi ke jendela, ia lihat Pek-gan dan Pek-tauw sedang menurunkan kirimannya melalui sela-sela jeruji. Lo In perdengarkan suara cetcowetan juga hingga Eng Lian heran dan merasa lucu. "Hihi, dia juga bisa bicara monyet......." seraya menekap mulut Lo In, tapi cepat ia tarik pulang lagi tangannya itu ketika melihat matanya Lo In melotot padanya. Pikirnya, Lo In tentu sedang bicara serius dengan sang kera, makanya perbuatannya tadi dipelototi. Memang, Lo In sedang beri teguran Pek-gan dan Pek-tauw, kenapa dua kera itu tidak berusaha untuk menolong ia dalam kesusahan. Ia tegaskan si nenek dan si kakek bukan orang baik-baik, harus mereka waspada nanti dijebak oleh mereka. Seperti yang menerima salah, kedua kera itu membungkam mulutnya pada saat Lo In sedang cetcowetan mengomeli pada mereka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tidak lama, setelah Lo In tutup mulutnya berhenti bicara, Pekgan dan Pek-tauw cetcowetan sebentar, manggut-manggut, lalu meninggalkan tempat itu. Setelah melihat Lo In mukanya tenang lagi, baharulah Eng Lian berani menanya, "Adik In, kau omong apa dengan dua temanmuitu ?" "Aku marah-marah, mereka sangat goblok, tidak berusaha mencari daya untuk menolong aku ! Rupanya mereka ketakutan dan lari pergi." menerangkan Lo In. "Pandai benar kau bercakap-cakap dalam bahasa monyet, adik In." memuji Eng Lian, mesem manis. "Kau lagi marahmarah, pantesan aku dipelototi. Coba sekarang matamu melototi aku, kalau aku tidak gasak mukamu, jangan panggil aku si Lian !" Dengan serentak Lo In tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata Eng Lian, apalagi melihat si dara cilik ketika mengucapkan kata-kata paling belakang, sembari gulung tangan bajunya dan keluarkan kepalan tangannya yang bulat kecil mungil, diunjukan pada Lo In. Sepasang anak jenaka itu kelihatan cocok satu dengan lain, seolah-olah tidak menghiraukan kekejamannya si Nenek Kembang Merah dan si Iblis Alis Buntung. Ketika menjelang malam, dua orang jahat itu berunding. "Cici, lebih baik kita mampusi saja si setan kecil itu !" usul TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Siauw Cu Leng pada 'darlingnya', masih saja ketakutan dia terhadap Lo In. "Kau jangan aduk-aduk rencanaku, Cu Leng." sahut Ang Hoa Lobo. Siauw Cu Leng tidak setuju dengan rencanaya si Nenek Kembang Merah karena ia tahu kepandaiannya Kwee Cu Gie yang hebat. Nanti bukan Kwee Cu Gie yang berlutut tapi si nenek yang semaput berlutut di hadapan pendekar tersohor itu, pikir Siauw Cu Leng. Tapi ia tak mau menyatakan pikirannya itu pada Ang Hoa Lobo, kuatir si nenek marahmarah membuat hatinya tidak enak. Sebab si nenek kalau marah-marah bukan mulutnya saja yang nyap-nyap tapi tangannya suka nampar. Mereka terus kasak kuduk berunding, sementara sang malam sudah mulai sangat sunyi. "Tolong kau tuangkan air dicangkir untuk aku minum." memerintah si nenek pada kekasihnya. Siauw Cu Leng menurut, ia tuang air dari teko sebanyak 2 cangkir sebab yang satu lagi cangkir untuknya. Kemudian ia serahkan satu cangkir pada Ang Hoa Lobo. Ia ini menyambuti, lalu tempelkan ke mulut untuk dihirup isinya. Belum menghirup habis, tiba-tiba cangkir itu melesat ke jendela, dilontarkan oleh Ang Hoa Lobo sambil membentak, "Bangsat ! Kau berani mengintai ?" Menyusul suara cetcowetan di luar jendela. Kiranya si kepala putih yang cetcowetan itu. Ia kesakitan kupingnya yang kiri kena keserempet pinggiran cangkir yang dilontarkan Ang Hoa Lobo. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ah, itu kan hanya si kunyuk kecil, cici." kata Siauw Cu Leng mentertawakan Ang Hoa Lobo yang mengira didatangi musuh berat. "TIdak perduli, lekas kejar dan bunuh dia !" perintah Ang Hoa Lobo bengis. Siauw Cu Leng tak dapat membangkang perintah ratunya, meskipun dalam hati ia uring-uringan, terpaksa ia keluar untuk mengejar si kera. Tapi baru saja ia muncul di pintu tiba-tiba tangannya ada yang menyambar. Ia berkelit, selamatkan tangannya dari sambaran tadi. Kiranya yang menyambar tangannya itu adalah Ji-hek yang berdiri di depannya, sudah bersiap-siap untuk menyambar lagi tangan Siauw Cu Leng. Si Iblis Alis Buntung marah bukan main, ia kerahkan tenaganya untuk melancarkan pukulan maut pada Ji-hek. Tapi sebelum tangan jahatnya bergerak, diserang dari belakang oleh Siauw-hek yang sekarang sudah besar. Siauw Cu Leng cepat mengegos, kasih lewat serangan membokong itu. Kemudian ia maju menerjang pada Ji-hek, lagi-lagi serangannya kecandak karena saat itu lompat dua monyet kecil berbareng ke arahnya hendak memeluk lehernya. Kepaksa ia harus mengelak lagi dari serangan dua monyet tadi, hingga mereka ini tubruk angin. Lain-lain kawanan monyet datang mengurung hingga dari berani si Iblis Alis Buntung menjadi jeri melihat datangnya tentara monyet. Entah dari mana datangnya sebab tahu-tahu sekarang ia berhadapan ratusan monyet kecil dan besar, dibantu oleh Jihek dan Siauw-hek. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dimana adanya Toa-hek ? Si Iblis bertanya-tanya dalam hatinya yang jeri. Ia lalu berteriak-teriak minta bantuan Ang Hoa Lobo yang segera muncul dengan toya besinya yang berat. Ia melihat Siauw cu Leng tengah dikerubuti kawanan kera, bukan main marahnya. Ia putar toya besinya, maksudnya hendak menyerbu melepaskan 'darlingnya' dari kepungan tentara kera. Tetapi sebelum ia dapat bergerak, dari atas genteng rumah melayang satu tubuh. Itulah Toa-hek yang sudah lama menanti munculnya si nenek. Lengannya dirasakan sangat sakit kena dicekal Toa-hek hingga toya besinya jatuh sendiri. Tapi Ang Hoa Lobo bukannya si nenek kejam kalau hanya segebrakan saja dapat dikuasai Toa-hek. Seketika itu ia mengerahkan lwekangnya, mendorong cekalannya Toa-hek pada lengannya. Sekali berontak ia sudah lolos dari cekalan Toa-hek. Cepat ia pungut toyanya lalu menyerang pada si orang utan yang perdengarkan suara her ! her ! yang menakutkan. Ang Hoa Lobo tidak gentar dengan roman Toa-hek yang sedang gusar. Toyanya digeraki untuk menyodok perut Toa-hek. Tapi sodokannya lupu karena dengan manis si orang utan dapat menyelamatkan diri dengan berkelit lompat ke samping kiri si nenek akan dari mana lengan kanannya yang berbulu dipakai membentur toya Ang Hoa Lobo terus ditekan ke bawah. Inilah gerakan 'Kim ke tan tian ci' atau 'Ayam Emas geraki satu sayap' yang Lo In ajarkan kepada Toa-hek dalam latihannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ternyata si gorila cerdik juga dan dapat mengingat diorakanya tipu silat istimewa itu. Cuma sayang ia kalah cerdas dengan Ang Hoa Lobo. Bukan toya si nenek dapat ia rebut, sebaliknya dadanya hampir ditembusi senjatanya Ang Hoa Lobo, kalau ia tidak cepat memutar tubuh untuk menyelamatkan diri dari sodokan maut itu. Ang Hoa Lobo gunakan tipu 'Hek liong lam cu' atau 'Naga hitam mencari mutiara' untuk memusnahkan tipu Toa-hek 'Ayam emas menggerakkan satu sayapnya'. Ketika toyanya ditekan ke bawah, ia tidak lantas tarik pulang, sebaliknya ia kerahkan tenaga dalamnya disalurkan ke toya yang membuat toya jadi sangat berat. Dalam heran, melihat toya tak dapat ditekan, Toa-hek terkejut waktu sekonyong-konyong si nenek ditarik pulang, kemudian dengan kecepatan kilat disodorkan ke arah dadanya. Untung ia dapat memutar tubuhnya untuk berkelit. Kalau tidak, celaka dia kepanggang toyanya si nenek. "Hehe, pintar juga kau." tertawa si nenek, sedang hatinya diam-diam merasa gegetun, kenapa gorila ini bisa ilmu silat. Ia lantas menduga akan Lo In yang ajarkan tentu. Segera ia sudah mulai menyerang pula pada Toa-hek yang ketika itu sudah memperbaiki posisinya. Manusia kontra binatang itu jadi bertempur seru. Selainnya memang latihan dan kecerdasan. Ang Hoa Lobo pun ada pakai senjata toya untuk mendesak lawannya yang bertangan kosong. Maka sudah tentu saja Toa-hek tak dapat mempertahankan perlawanannya. Belum 10 jurus, ia sudah patah perlawanannya. Toya si nenek sudah melanggar bahu kanannya, lantaran kurang cepat ia mengegosi serangan lawan. Untung sebelum si nenek menghajar lebih telak padanya, beberapa kunyuk yang melihat si gorila dalam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bahaya sudah lantas turun tangan mengerubuti sehingga Ang Hoa Lobo menjadi sangat repot. Si nenek putar toyanya yang menerbitkan angin menderuderu. Kawanan monyet itu melihat gelagat juga. Sementara Ang Hoa Lobo tengah memutar toyanya, mereka tidak berani datang menerjang, hanya menonton saja dari kejauhan. Menggunakan kesempatan itu, Ang Hoa Lobo sudah enjot tubuhnya, menyela ke arah Siauw Cu Leng yang sedang dikerubuti. Di sini Ang Hoa Lobo memutarkan pula toyanya untuk membubarkan kepungan atas kekasihnya sehingga kawanan monyet itu pada mundur melihat datangnya bahaya. Hanya Ji-hek dan Siauw-hek yang masih menempur Siauw Cu Leng yang sudah kehabisan 'bensin' kelihatannya. Napasnya tampak ngos-ngosan, keringat mengucur membuat pakaiannya basah kuyup. Ia merasa girang atas kedatangan Ang Hoa Lobo, dapat ia bernapas sedikit legaan, apalagi ia melihat Siauw-hek kena kehantam toyanya si nenek, menambahkan kegirangannya. Ia tinggalkan Ji-hek dan lompat mengubar Siauw-hek yang berkaok-kaok kesakitan, melarikan diri. Lebih baik barangkali kalau siauw Cu Leng tidak mengejar Siauw-hek sebab justru ia mengejar, ia telah mengalami kesulitan, hampir jiwanya melayang. Di saat ia sudah hampir menyandak si anak gorila, tahu-tahu dari atas pohon kedengaran suara 'bleber', itulah si rajawali yang pentang sayapnya menyambar pada Siauw Cu Leng. Bukan main kagetnya si Iblis Alis Buntung. Musuh alotnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sudah muncul sedang tenaganya sudah hampir habis. Apa daya ? Ia jadi menghela napas lalu memeramkan matanya untuk terima nasib dicengkeram si rajawali yang kukunya runcing-runcing. Tengah ia berdiri sambil memeramkan matanya, tiba-tiba ia merasa dirinya disambar orang dan dibawa lari, dipanggul di atas pundak. Itulah Ang Hoa Lobo yang menolong kekasihnya dalam bahaya maut. Sambil memutar toyanya untuk melindungi diri, ia geraki kakinya sekuatnya untuk menyingkir dari sambaran-sambaran si rajawali yang amat ganas kelihatannya. Suara menderu-deru dan angin keras dari putaran toyanya si nenek membuat si rajawali tidak berani gegabah mendekatinya. Ia hanya menyambar-nyambar saja sambil keluarkan pekikan menyeramkan. Ang Hoa Lobo lama-lama merasa jeri untuk meladeni si burung raksasa yang makin lama makin beringas menerkamnya. Ia sembari lari dan memutar toya, matanya celigukan untuk mencari tempat perlindungan. Di sana, di sebelah depannya kira-kira sepuluh tombak, ia melihat ada rimba yang lebar dengan pohon-pohon, maka ia lari kesitu. Benar saja, ia dengan kekasihnya dapat menyelamatkan diri sebab untuk masuk mengejar ke dalam rimba itu, tak dapat dilakukan oleh si burung raksasa karena sukar ia mementang sayap, dirintangi oleh banyak cabang-cabang pohon. Si rajawali ketika melihat dua musuhnya dapat melenyapkan diri ke dalam rimba, ia melampiaskan marahnya dengan mengeluarkan pekikan-pekikan melengking seram. Siauw-hek sementara itu sudah balik pula berkumpul dengan ibu dan ayahnya, bersam-sama sekalian kawan-kawan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ monyetnya. Atas penunjukan Pek-gan dan Pek-tauw, Toa-hek sudah hampiri kamar belakang dimana Lo In dan Eng Lian ditahan. Dengan sekali pukul saja, pintu kamar sudah terpentang lebar. Toa-hek masuk ke dalam mencari Lo In. Eng Lian menjerit melihat datangnya si gorila, tanpa disadari ia sudah menubruk dan memeluki Lo In, ketakutan setengah mati. Badannya bergemetaran dalam pelukan Lo In hingga Lo In tidak tahan untuk tidak mentertawakan kelakuan sang kawan yang jenaka itu. Lo In usap-usap rambut kepala si dara cilik yang hitam jengat dan halus, yang saat itu tengah umpatkan mukanya di dada Lo In, seram melihat kedatangan Toa-hek. "Enci Lin, kau jangan takut. Mereka adalah kawan-kawan kita........" kata Lo In, suaranya halus sambil tangannya memegang dagu si dara supaya Eng Lian melihat pula pada si gorila. Eng Lian mendengar kata-kata Lo In memberanikan diri untuk memandang kepada si orang utan. Kali ini ia melihat, bukan atu tapi ada tiga orang utan yang sedang berlutut di hadapan Lo In. Terbelalak matanya Eng Lian, hatinya berdebar-debar. "Enci Lian, mereka adalah Toa-hek sekeluarga." Lo In memperkenalkan pada Eng Lian. Meskipun Lo In dalam penuturannya, ada menceritakan juga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tentang tiga gorila ini, Eng Lian tidak dapat lepas dari perasaan takutnya karena sikapnya ketiga gorila itu benarbenar menyeramkan. "A......... aku takut In." sahut si dara cilik. "Kau jangan takut, nanti aku kenalkan." berbareng Lo In mulutnya cetcowetan bicara kepada Toa-hek sekeluarga. Betul-betul membuat Eng Lian heran sebab setelah Lo In bicara, ketiganya lalu bangkit dan mendekati si dara cilik untuk mengusap-usap lengan dan pipinya. Karena saking takutnya, Eng Lian lebih kencang memeluk Lo In, pipinya yang kanan merapat di dadanya Lo In, hanya sepasang matanya saja yang bundar jeli bundar, kedap kedip memandang pada tiga kawan Lo In. Ia rasakan bulu-bulu Ji-hek dan tangannya yang kasar mengusap-usap pipinya. Ia beranikan hati untuk menerima 'tanda persahabatan' itu malah makin lama usapan-usapan Ji-hek itu dirasakan makin meresap dalam hatinya, tanda kasih sayangnya seorang ibu. Maka pelan-pelan perasaan takutnya telah terusir pergi jauh. Eng Lian jadi tabah. Dasar anah jenaka dan berani, seketika itu juga berubah sikapnya. Ia balas mengusap-usap tangan Jihek seraya menjabat tangan Siauw-hel dan Toa-hek hingga ketiga kera itu berjingkrak kegirangan. Eng Lian kaget mereka berjingkrakan, dikira hendak menerkam dirinya. Tapi setelah Lo In memberi keterangan bahwa mereka itu kegirangan, si dara berubah sikap, membuat Eng Lian bersenyum manis dan angguk-anggukkan kepalanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Toa-hek sekeluarga sebenarnya merasa heran wajah Lo In berubah hitam tapi mereka kenali suaranya. Lo In yang belum bisa jalan dipondong oleh Toa-hek, dibawa keluar dimana sudah ada ratusan kera yang menyambut, ramai cetcowetan yang dapat memekakkan telinga. Sangat kegirangan rupanya mereka dapatka 'rajanya' selamat. Malah si kera Mata Putih dan si Kepala Putih sudah datang mendekat Lo In untuk minta dielus-elus kepanya, rupanya mereka menagih jasanya yang sudah mengabarkan pada kawan-kawannya tentang Lo In terancam bahaya. Memang merekalah yang disuruh Lo In untuk mengabarkan dan mengatur penyerbuan dari tentara kera ke situ untuk membebaskan ia dan Eng Lian dari cengkeraman orang-orang jahat. Eng Lian kagum pada Lo In yang sudah dapat mengerahkan tentara keranya untuk mengusir Ang Hoa Lobo dan Siauw Cu Leng, dua manusia iblis kejam. Tiba-tiba terdengar pekikan si rajawali, sebentar saja burung raksasa itu sudah terbang mendatangi. Ia mendekam di depan Lo In yang sedang dalam pondongan Toa-hek, kepalanya manggut tiga kali. Lo In bersenyum, "Tiauw-heng, terima kasih kau sudah bantu mengusir orang-orang jahat itu, Bagaimana, kau baik-baik saja berpisah denganku beberapa hari ini ?" demikian Lo In berkata-kata kepada burung kesayangannya. Eng Lian yang mendengar kata-kata Lo In, hatinya ketawa geli. Pikirnya, masa bicara sama seekor burung seperti juga bicara dengan manusia, mana burung itu mengerti maksud TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ omongannya ? Tapi alangkah ia tercengang ketika melihat si rajawali mengangguk-anggukkan kepalanya dengan manja kelihatannya, ia gosok-gosokkan tubuhnya pada kepalanya. Lucuk lagak-lagaknya si burung raksasa hingga Eng Lian jadi ketawa, kali ini bukan dalam hatinya saja yang cekikian. Ia mendekati Lo In mencekal lengannya, lalu berkata, "Adik In, kau benar-benar hebat." jempolnya yang mungil pun berbareng diunjukkan hingga Lo In tertawa bangga. Lo In perlu merawat diri untuk memulihkan tenaga dalamnya, maka ia perintah tentara keranya termasuk si rajawali supaya berjaga-jaga di sekitar rumah itu, jangan kasih orang asing datang mengganggu. Dalam rumah Eng Lian, Lo In dirawat si dara cilik dengan penuh perhatian hingga si bocah merasa sangat berterima kasih pada kawan barunya itu. Lewat dua hari, Lo In tampak sudah dapat belajar jalan dipimpin oleh Eng Loan. Pada waktu mereka ngomongngomong di serambi belakang rumah, tiba-tiba Eng Lian seperti mengingati sesuatu. Seketika ia bangkit dari duduknya. Lo In cepat pegang tangan si dara cilik menanya, "Ada apa Enci Lian ?" "Tunggu !" sahut Eng Lian sambil lepaskan tangannya dari cekalan Lo In. Ia berjalan masuk ke dalam rumah dengan cepat. Tidak lama kemudian, ia muncul lagi dengan satu gelas ditangannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia mendekati Lo In dan berkata, "Adik In, aku mempunyai obat manjur untuk mengembalikan lwekangmu cuma aku takut kau tidak berani makan." Lo In ketawa, "Enci Lian, aku sangat berterima kasih kepadamu." sahut Lo In. "Jangan kata obat, racun juga kalau kau suruh aku makan, aku tidak akan menolak pemberianmu." Si dara cilik cekikikan ketawa mendengar kata-kata Lo In. "Anak tolol" katanya setelah ia habis ketawa. "Orang mau kasih obat kenapa jadi racun dibawa-bawa ? Memangnya aku si Nenek Kembang Merah ? Hihihi......." Lo In pun turut ketawa. "Mana obat itu ?" ia kemudian menanya. "Ini dia obat manjur yang tidak ada duanya." sahut Eng Lian seraya angsurkan gelas yang ada ditangannya tadi. Lo In menyambuti. Ia periksa isi gelas, ia dapatkan satu benda bundar sebesar telu ayam, warnanya meah tua direndam dengan arak putih. Tampaknya benda itu lunak sekali seakanakan telur ayam barusan dipecahkan. "Barang apa ini ?" tanya Lo In keheranan. "Kau makan dahulu, nanti baru aku ceritakan," sahut Eng Lian. Lo In dekati gelas pada hidungnya, ia terkejut, dari dalam gelas menyambar bau harum yang enak sekali. "Kau takut makan ?" tanya si dara cilik, mukanya kelihatan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ cemas. Lo In adalah seorang laki-laki, tidak mungkin ia menarik pulang apa yang sudah ia kaakan tadi pada Eng Lian, meskipun itu hanya bersifat main-main. Maka setelah ia nyengir sebentaran, ia lantas angkat gelas itu dan isinya sekali teguk saja lenyap lewat tenggorokannya. "Adik In, oh...kau...." Eng Lian menubruk, memeluk Lo In kegirangan, hampir ia menciumi pipi orang. Lo In gelagapan dipeluki Eng Lian dengan tiba-tiba, gelas yang dipegangnya itu hampir jatuh di lantai. "Kau kenapa, enci Lian ?" si bocah menanya. Sambil tangannya masih memegang kedua pundaknya Lo In, si dara cilik menatap parasnya si bodah, mukanya menyungging senyuman. Ia berkata, " Adik In, rejekimu besar senyuman. Kau akan sembuh, sembuh......segera !" "Enci Lian, bagaimana kau tahu aku bakalan sembuh segera ?" tanya Lo In. "Adik In, itu yang kau makan adalah lwetam dari Tok-gan Siancu, ular kesayanganku yang aku ambil setelah mati." menerangkan Eng Lian sambil duduk pula di tempat duduknya tadi. "Hanya lwetam ular, apalah artinya ?" kata Lo In tertawa. Lwetam artinya nyali, jadi Lo In sudah telan nyali ular. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kau tidak tahu khasiatnya." kata Eng Lian lagi. "Menurut kata ayahku, Tok-gan Siancu mempunyai lwetam yang tak ternilai. Cuma saja nyali itu tak dapat dimiliki begitu saja, misalnya dengan sengaja kita bunuh mati Tok-gan Siancu, lantas diambil nyalinya. Ini tidak akan ada khasiatnya. "Jadi, bagaimana semestinya ?" Lo In memotong tidak sabaran. "Adik In, kau dengar dulu aku cerita. Jangan kau potong." kata Eng Lian. Lo In nyengir. Kemudian Eng Lian meneruskan ceritanya, "Tok-gan Siancu harus marah dahulu dan lalu menggigit orang. Dengan begitu bisanya sudah buyar. Bisa itu terpusat pada nyalinya. Tok-gan Siancu sudah marah dan menggigit si jahat Nenek Kembang Merah, maka nyalinya sudah bersih dari racun. Justru ia kena dibunuh Ang Hoa Lobo, aku jadi ingat akan kata-kata ayahku. Maka aku cepat membelah perutnya, ambil nyalinya yang berharga itu sebelum aku kubur bangkainya. Nyali itu aku rendam dalam obat yang dapat mengawetkan. Pikirku akan aku berikan pada ayah apabila ia sudah pulang mencari ibu." "Habis, sekarang kau kasih nyali itu aku makan, ayahmu tidak kebagian, bagaimana kau nanti dapat mempertanggungjawabkan pada ayahmu ?" kata Lo In. Si dara cilik bersenyum. Ia berkata lagi, "Taruh kata ayahku pulang, dia juga belum tentu berani memakannya. Karena nyali yang kau makan itu baru dapat sebagai obat dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menimbulkan khasiatnya kalau ia dimakan oleh orang yang lwekangnya tinggi sedang terluka parah. Khasiatnya untuk mengembalikan tenaganya yang lenyap dan menambahkannya berlipat ganda. Ini, entah benar atau tidak, aku sendiri belum pernah mengalami. Tapi lihatlah nanti reaksinya bagaimana setalah kau makan nyalinya Tok-gan Siancu." Lo In anggukkan kepala. Sementara itu ia rasakan badannya tiba-tiba panas. Ia minta si dara cilik untuk memimpinnya masuk. Ia ingin rebah diatas pembaringan. Eng Lian cepat memenuhi permintaannya. Belum lama Lo In rebah, tiba-tiba Eng Lian dibikin kaget oleh suara merintih Lo In. "Kau kenapa, adik In ?" Eng Lian menanya. "Panas, oh, panas aku rasakan sekujur badanku.........." Lo In berteriak. Eng Lian tidak tahu apa yang harus diperbuatnya ketika melihat Lo In sangat gelisah diatas bale-balenya, tak tahan merasakan menyerangnya hawa panas. Ia mau menghampiri, menjadi takut. Karena Lo In seperti yang sedang mengamuk. Ia takut kena jotosan kepalannya Lo In. Betul-betul bingung Eng Lian. Cuma mulutnya saja yang ramai menanyakan Lo In kenapa bisa jadi begitu. Tapi, ia tak dapat jawaban dari si bocah. Tiba-tiba ia ingat bahwa Lo In jadi begitu setelah makan nyalinya ular. Apakah itu yang menjadi gara-garanya ? Ia jadi takut sebab Lo In makan lwetam itu atas TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ anjurannya. Ia bukannya meracuni, memang dengan sungguhsungguh ia hendak menolong Lo In tapi kenyataannya sekarang jadi begini. Bagaimana ? Lima menit kira-kira Lo In bergelisahan. Tiba-tiba tubuhnya diam, tenang dan ia bisa tidur nyenyak. Entah kenapa bisa jadi begitu. Eng Lian segera mendekat Lo In lalu mencekal tangannya. Ia periksa sekujur badannya si bocah mandi keringat. Cepat ia ambil kain-kain tebal untuk menyekanya. Tak dapat Lo In dibanguni meskipun digoyang-goyang keras tubuhnya. Ia tidur sampai keesokan harinya baru mendusin membuat Eng Lian menangis ketakutan kalau-kalau si bocah mati. Sekarang melihat Lo In membuka matanya, Eng Lian ketawa, berhenti menangisnya. Sambil susut airmatanya, ia menanya, "Adik In, apa kau sudah baik ?" "Eh, kenapa kau tanya begitu ? Dan kenapa kau menangis, enci Lian ?" balik menanya Lo In yang menjadi keheranan nampak si dara cilik menangis. "Adik In, kau tidak tahu, aku ketakutan kau mati !" sahut si gadis cilik. Lalu Eng Lian tuturkan bagaimana Lo In dalam kegelisahannya mengamuk diatas bale-bale karena kepanasan, bagaimana si bocah terus tidur nyenyak sampai sekarang baru mendusin. Hal mana membikin Lo In kaget, lantas ia mencelat bangun. Begitu enteng ia mencelat, ketika ia tancapkan kakinya di lantai tidak perdengarkan suara apaapa seperti juga jatuhnya selembar daun. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Eng Lian terbelalak matanya, heran melihat Lo In dengan mendadak saja bisa gerak, badannya lompat mencelat dari tempat tidurnya yang sebenarnya untuk bangun saja ia harus mendapat pertolongan si dara cilik. Belum sempat ia menanya, tiba-tiba ia rasakan pinggangnya dicekal Lo In dan tubuhnya diapungkan, hampir saja kepalanya menyundul atap rumah kalau tidak cepat-cepat Lo In menyusul lompat dan tarik pulang si dara cilik dan dilain saat, Eng Lian jatuh dalam pelukan Lo In. "Enci Lian, kau adalah penolongku......." bisik Lo In seraya mencium pipinya si dara cilik hingga Eng Lian merasa panas mukanya. Tapi ia tidak mau berontak sebab dalam pelukan Lo In, ia merasa lebih aman. Tapi kemudian ia berontak juga sambil mencubit pipi si bocah, ia berkata : "Anak nakal. Kenapa kau bikin encimu kaget setengah mati barusan ?" "Ah, enci Lian, maafkan aku." sahut Lo In seraya melepaskan pelukannya. "Saking kegirangan aku, sampai lupa yang diapungkan itu ada enciku yang baik hati. Hahaha......" Mulutnya si nona menjebir, lucu tapi ia tidak mengatakan penyesalan apa-apa sebag memang juga hatinya turut girang dengan kembalinya lagi tenaga Lo In berkat pertolongan dari nyali ular kesayangannya, Tok-gan Siancu. Memang luar biasa khasiatnya nyali ular itu. Sebab Lo In merasakan bukan saja tenaga lamanya pulih kembali tapi juga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seperti bertambah, badannya dirasakan jauh lebih enteng dari pada sebelumnya. Selama Lo In dalam kegirangan, Eng Lian sering menatap wajahnya Lo In lama, hingga Lo In curiga. Ia menanya, "Ada apa yang heran diwajahku, enci Lian ?" "Itu, eh, itu.... tanda yang tidak bisa hilang." sahutnya. "Tanda apa, enci Lian ?" Lo In kata heran sebab sejak dahulu ia tidak punya tanda apa-apa diwajahnya yang cakap. "Itu tanda hitam diwajamu, adik In." sahut Eng Lian. "Kukira tadinya dengan makan nyali ular kesayanganku itu, sekaligus akan mengunjuk khasiatnya, menghilangkan tanda hitam pada wajahmu. Tapi kenyataannya....... masih saja ada." Sebelum Lo In membuka mulut menanya, Eng Liang sudah menuturkan bagaimana si Nenek Kembang Merah sudah membikin wajah Lo In menjadi hitam legam. Lo In terkejut, ia usap-usap keras pipinya yang hitam lalu pandang jari-jari tangannya yang dipakai mengusap-usap tadi. Ia tak dapat lihat ada tanda-tanda hitam. Jadi tanda hitam itu tak dapat dihapus. Ia pinjam kaca dari Eng Lian dan mengacai wajahnya. Benar saja mukanya hitam legam. Bukan main marahnya si bocah. "Kurang ajar itu nenek dekat mampus. Akan kau rasakan pembalasanku nanti........." "Ah, kau jangan marah, adik In." memotong Eng Lian. "Kita belum tahu betul dia jahat, membunuh orang misalnya, maka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tak perlu kita balas membalas. Asal kita ketemu dia, dengan rela dia memberi obat pemusnahnya, kita bikin habis saja urusan. Dengan begitu tidak saling balsa membalas lagi. -- 9 -- Lo In adatnya halus. Ia suak mengampuni siapa juga. Kalau barusan ia mengucapkan kata-kata mau membalas, itu didorong oleh hawa amarahnya yang muncul seketika. Maka waktu Eng Lian menasehatkan dengan kata-kata yang lemah lembut dan masuk dalam sanubarinya, ia angguk-anggukan kepalanya dan menyatakan penyesalannya. Dua anak itu suka membanyol, jenaka tapi pribadinya luhur. Cocok mereka itu menjadi teman yang akrab, di lembah yang jauh dari pergaulan manusia. Sampai disini kita tinggalkan Lo In dan Eng Lian. Mari kita lihat perjalanan Kim-wan Thauto. Setelah ia meninggalkan Kim Popo begitu saja dibawah terik panasnya matahari, selagi ia jalan tiba-tiba ia mendengar ada derap kaki kuda mendatangi dari belakangnya. Ketika ia menoleh, kiranya ada tiga penunggang kuda yang mendatangi ke arahnya. Entah siapa gerangan mereka itu. Mereka melarikan kudanya cukup kencang ketikan melewati ia. Ia dapat melihat wajahnya mereka itu. Yang satu, yang paling tua diantara mereka, usianya dikira 45 tahun, yang kedua 40 tahun dan yang muda ditaksir kurang lebih 20 tahun. yang pertama mukanya terang, tak berkumis, yang kedua mukanya hitam, piara kumis berewokan, yang muda parasnya cakap. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Si berewokan pada waktu lewati Kim-wan Thauto bepaling pada si thauto, matanya melotot mengawasi. Si thauto tidak senang dipelototi tanpa sebab, tapi sebelum ia menegur, orang yang berusia paling tua tadi kedengaran berkata pada si berewokan, "Samte, kau jangan cari urusan sebelum kita ketemu toako......" Kim wan Thauto lantas tidak dengar lagi apa yang mereka bicarakan kemudian karena kudanya dipecut lari makin kencang. Dengan menggunakan ilmu entengi tubuhnya, Kim Wan Thauto menyusul mereka. Sayang tak dapat menyusul karena mereka sudah jauh jaraknya, apalagi ketika sampai di satu tikungan, Kim Wan Thauto kehilangan jejak mereka. Kim Wan Thauto teruskan perjalanannya sambil menebaknebak dalam hatinya, siapakah mereka itu dan apa sebabnya tiba-tiba si berewokan pelototinya. Sebentar kemudian ia sampai di desa Kunhiang, satu desa yang besar juga dan ramah penduduknya. Diantaranya banyak orang-orang hartawan yang tinggal menetap disitu, pada membuka perusahaan. Kim Wan Thauto masuk ke sebuah rumah makan 'An Goan', dimana kedapatan banyak tamu dari dalam dan luar desa Kunhiang. Ia terus masuk mengambil tempat disuatu pojokan lalu pesan makanan pada pelayan yang menghampirinya. Sementara ia menunggu makanan disiapkan, ia memandang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ke sekitarnya. Ia lihat ada satu tamu yang menghadapi meja besar sendiri saja, sedang meja besar demikian biasanya untuk para tamu dalam rombongan besar. Ia heran melihat tamu itu yang barusan ia lewati ketika memasuki rumah makan. Tamu itu mukanya persegi, jenggotnya macam jenggot kambing. Alisnya yang kanan hilang, rupanya bekas golok mampir pada bagian dekat alisnya itu, juga matanya meram. Tegasnya mata kanannya picak. Entah ia sedang menunggu siapa sebab sikapnya seperti ada yang ditunggu, tiap sebentar matanya mengawasi ke jurusan pintu masuk. Sebentar kemudian, sewaktu Kim Wan Thauto mulai dengan hidangannya, ia mendengar suara ramai orang bercakap di sebelah luar, pintu pun lantas terbuka, masuklah orang-orang yang ramai bercakap-cakap tadi. Mereka disambut oleh orang yang duduk sendirian tadi dengan kata-kata, "Wah, kenapa kalian datang lama benar ?" "Maaf toako, barusan kita diajak Kongcu untuk menemukan ayah Kongcu dahulu sehingga kita terlibat dalam arena percakapan, itulah yang bikin kita terlambat." kata seorang diantaranya yang berusaha masuk. Kim Wan Thauto terkejut sebab mereka itu tiada lain adalah tiga orang penunggang kuda yang ditemukannya di jalanan tadi. Anak muda yang bersama-sama menunggang kuda ternyata adalah anaknya Tan Wangwee, seorang hartawan yang cukup terkenal. Mereka bertiga memanggilnya Kongcu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tan Kongcu supaya dikenal baik oleh pemilik rumah makan termasuk pelayannya karena ia dengan kawan-kawannya mendapat pelayangan yang istimewa kelihatannya. Dari percakapan mereka, Kim Wan Thauto dapat mencuri dengar. Hatinya jadi terkejut juga sebab tiga orang itu tiada lain adalah Sucoan Sam-sat atau tiga algojo dari Sucoan yang terkenal kekejamannya di wilayah Sucoan. Tiga algojo itu mempunyai julukan masing-masing yang menyeramkan. Si toako bernama Puy Teng alias Giam-ong (Raja akherat), si jiko yaitu si muka terang namanya Teng Cong, julukannya Mo-jiauw atau si Cakar Setan, yang bontot si berewok yang melototi Kim Wan Thauto menamakan dirinya Sin-mo Lie Kui, si Iblis Sakti. Gelarannya si hebat-hebat, entahlah kepandaiannya tapi yang terang mereka terkenal dengan perbuatan yang suka sewenang-wenang dan buas. Tiga alogojo dari sucoan itu tidak bisa omong perlahan, mereka bercakap-cakap dengan berisik sehingga banyak orang yang ada di situ pada dapat curi pendapatan mereka, diantaranya tentu Kim Wan Thauto yang menaruh perhatian istimewa atas kedatangannya Sucoan Sam-sat ke desa itu. Kiranya mereka itu datang atas undangan Tan Wangwee, mereka spesial diundang oleh Tan Kongcu untuk membikin perhitungan dengan Liu Wangwee yang menuduh Tan Wangwee ada simpanan orang jahat dalam rumahnya. Kim Wan Thauto paling suka mencampuri urusan yang tidak adil, maka dalam hal Tan Wangwee dan Liu Wangwee, ia ingin TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tahu duduk perkaranya. Ia lebih percaya pada Liu Wangwee yang benar kalau melihat orang-orang undangan Tan Wangwee terdiri dari bajingan buas. Maka itu, ia harus cari tahu keadaannya Liu Wangwee, tapi dimana ? Ia masih asing dalam deast itu yang baru pertama kali ia datangi. Ia tidak kurang akal, sebab begitu kawanan jahat itu sudah bubaran dengan tidak memperhatikan dirinya yang duduk di pojokan, ia lantas panggil pelayan yang melayani ia untuk menanyakan keterangan dimana letak rumahnya Liu Wangwee. Cuaca sementara itu sudah mulai sore. Ia sewa kamar dalam rumah makan itu yang merupakan juga rumah penginapan. Ketika hari mulai gelap, ia bikin kunjungan ke rumahnya Liu Wangwee. Kiranya rumahnya si hartawa Liu itu sekitarnya dikurung rapat dengan pagar tembok. Tingginya kira-kira satu setengah tombak. Kim Wan Thauto tidak mau mengunjunginya dengan terang-terangan sebab kuatir tuan rumah nanti salah sangka atas kedatangannya yang tiba-tiba itu. Maka pikirnya lebih baik sebentar tengah malam saja ia kembali lagi bikin penyelidikan. Oleh karena itu ia lalu pulang ke hotelnya kembali. Setelah mengisi perutnya lebih dahulu, Kim Wan Thauto lalu masuk ke kamarnya. Sambil menunggu waktu, ia rebahan. Ketika ia merobah miring, tiba-tiba ia rasakan ada yang mengganjal. Lantas ingat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ akan kotak yang ia rampas dari Kim Popo dalam kantongnya. Ia lalu merogoh keluarkan, ia main-mainkan ditangannya dan mencoba membukanya tapi kotak itu tak dapat dibuka. Ia girang tapi entah apa isinya buku mungil itu, tidak diketahuinya. Ia menyesal tak ditanyakan itu pada si nenek bandel. Ia kelihatannya tidak begitu menghargakan kotak itu, maka ditaruhnya di bawah bantal setelah beberapa lama dimainmainkannya. Ia kemudian bangun lagi dari rebahannya, ambil buku dari kantongnya lalu duduk membacanya sampai kemudian ia mendengar kentongan dua kali dipukul menandakan jam dua tengah malam. Pikirnya sudah waktunya ia lakukan penyelidikan. Seketika itu ia keluar dari kamar dengan mengambil jalan dari jendela supaya tidak mengganggu tamutamu yang nginap disitu dan bikin curiga pemilik hotel. Sebentar saja ia sudah sampai di dekat rumahnya Liu Wangwee. Tidak susah, dengan menggunakan ilmu entengi tubuh, ia sudah lompat melewati tembok pekarangan dari rumah hartawan Liu. Rumah itu ternyata berloteng. Pada tingkat satu, ia lihat masih terang. Apakah masih ada orang yang belum tidur ? Tanyanya pada diri sendiri. Ini kebetulan sekali, pikirnya. Lalu dengan menggunakan kepandaian memanjat, sebentar saja ia sudah sampai di loteng tingkat satu. Ia mengintai dari jendela. Ia lihat di dalamnya ada seorang lelaki yang kira-kira berusia lima puluhan tengah membaca buku, sedang disampingnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terdapat seorang gadis yang kira-kira berusia 18 tahun sedang duduk. Kim Wan Thauto lantas menduga akan Liu Wangwee, ketika ia mendengar si gadis berkata-kata, "Sudah malam ayah. Untuk apa urusan demikian dipikirkan." "Tapi anak Hiang." kata sang ayah. "Kau jangan meremehkan paman Tan." "Dia toh takut pada ayah, kenapa mesti dipikirkan ?" kata si gadis lagi. Lu Wangwee tarik napas sambil letakkan bukunya diatas meja, ia berkata lagi, "Anak Hiang, ayah sudah nasehatkan, kau jangan suka mengatakan apa-apa tentang paman Tan tapi kau seenaknya saja omong hingga jadi urusan sekarang. Bagaimana sebenarnya yang menjadi pokok lantaran, coba kau terangkan. Jangan pakai diumpat-umpatkan.: "Itulah pada suatu hari," sahut si gadi. "Ketika enci Ciok datang padaku membujuk aku supaya aku terima lamaran saudara misannya, si Kongcu ceriwis itu, dia ada menyebut bahwa kekayaan paman Tan jauh lebih kaya dari pada kita. Hatiku jadi panas dan meyemprot dia dengan kata, 'Tentu saja paman Tan lebih kaya lantaran pelihara maling dalam rumahnya !' Kata-kata ini rupanya disampaikan pada paman Tan sehingga ia menjadi marah, menegur ayah supaya minta maaf di depan umum. Aku yang salah, aku yang tanggung jawab, kenapa ayah dibawa-bawa ?" Si gadis ketika mengucapkan kata-kata yang paling belakang, kelihatan marah, menggertakkan giginya, gemas rupanya dia. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Terang si Ciok mesti adukan kata-katamu yang menyinggung itu." kata Liu Wangwee. "Karena buat dirinya juga tidak enak, kau mengatakan pamannya pelihara maling. Paman Tan sendiri, tidak berani padaku, tapi dia ada punya orang. Dia kasih tempo buat ayah menghaturkan maaf dalam tempo tiga hari. Kalau dalam tempo tersebut ayahmu tak memenuhi permintaannya, dia akan minta kawan-kawannya datang untuk menghajar ayah. Besok sudah hari ketiga, entah bagaimana nanti kejadiannya. Kabarnya paman Tan sudah mengundang kawan-kawannya dan sudah datang tadi siang." "Siapa yang dia datangkan ?" tanya si anak. "Kau mana tahu kekejaman paman Tan. Dia sudah datangkan bala bantuannya, tidak tanggung-tanggung ialah Sucoan Samsat yang tersohor sangat buas !" "Tiga algojo dari Sucoan......." menggumam si gadis. "Kalau ayah takut, biar saja nanti aku yang layani. Baru tiga algojo, meskipun dia datangkan selusin algojo juga aku tidak takut !" "Kau punya kepandaian apa ?" tanya si ayah, melengak heran. "Ayah nanti lihat saja." sahut sang anak. "Sekarang ayah masuk tidur saja, urusan diserahkan pada aku saja yang nanti menghadapinya." Liu Wangwee bingung. Bagaimana anaknya begini gagah ? Siapa yang dia bakal andalkan ? Dia sendiri yang menghadapinya, itu tak mungkin sebab ia tahu benar Bwee Hiang, anak gadisnya tidak punya kemampuan itu. Ilmu silatnya hanya ia yang ajari, bagaimana dia begitu besar hati TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ untuk menghadapi musuh berat ? Tapi untuk membuat anak gadisnya senang, ia pun menurut disuruh masuh tidur, diantar oleh Bwee Hiang. Kim Wan Thauto diam-diam memuji kegagahan si gadis. Ia pun angkat jempolnya. Tapi ketika ia mau angkat kaki dari situ, ia urungkan karena mendengar suara menangis sesenggukkan. Itulah Bwee Hiang, yang sudah balik lagi dari mengantarkan ayahnya masuk tidur. Ia duduk diatas kursi yang barusan diduduki ayahnya, menangsi sesenggukkan tanpa ada orang yang menghiburnya. "Aku yang sudah menerbitkan bencana, mengapa ayahku yang harus bertanggung jawab ? Oh, nasib........ibu...... ibu, kenapa kau sudah meninggalkan aku lebih dahulu ?" terdengar si gadis berkata-kata sendirian, ia sesambat pada ibunya yang sudah lama berada di alam baka. Kim Wan Thauto yang berhati baja, melihat adegan itu tak dapat mempertahankan kesedihannya. Ia diam-diam merasa terharu akan nasibnya Bwee Hiang. Kapan ia ingat lagi, ia jadi heran kenapa si gadis menangis begitu sedang tadi ia lihat tegas si gadis begitu gagah mengucapkan kata-katanya untuk tanggung sendiri semua urusan yang mengancam keluarga Liu. Apa benar si gadis mempunyai kepandaian tinggi untuk menghadapi Tiga Algojo dari Sucoan ? Sehingga Kim Wan Thauto masih ragu-ragu. Tapi bisa saja terjadi keanehan-keanehan, maka Kim Wan Thauto pikir biarlah ia nanti menonton saja apa yang akan dilakukan oleh si TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ gadis. Malah diam-diam ia berjanji akan membantu si gadis manakala dipandang perlu. Setelah berpikir demikian, maka ia lantas berlalu dari tempat mengintainya tanpa diketahui oleh si gadis yang masih menangis sesenggukkan. Pada hari esoknya, ada hari penghabisan dari ultimatum yang dikirimkan pada Liu Wangwee tapi oleh Tan Wangwee ditunggu-tunggu tidak ada kabar apa-apa dari pihak hartawan Liu sehingga Tan Wangwee menjadi amat mendongkol. Oleh karenanya ia lalu himpunkan kawan-kawannya yang diundang. Dalam desa kunhiang itu, diantara hartawan-hartawan yang paling menonjol adalah hartawan Liu. Ia mempunyai banyak pabrik tahu, tenun dan lain-lainnya dimana ia pakai banyak buruh sebagai pekerjanya. Dengan adanya mata pencaharian yang dibuka oleh hartawan Liu, maka tidak heran kalau desa kunhiang menjadi amat ramai. Buruh dari mana-mana pada datang minta pekerjaan pada perusahaannya Liu Wangwee. Kawan-kawannya hartawan Liu yang juga dikenal sebagai hartawan sangat menghormat Liu Wangwee karena ia ini meskipun kaya juga tidak sombong dan banyak menolong orang yang dapat kesusahan. Di antara kawan-kawan Liu Wangwee termasuk juga Tan Wangwee. Hartawan Tan memang terkenal kaya tapi tidak membuka perusahaan apa-apa. Orang tidak tahunya mendapat kekayaan dari mana tapi yang terang kekayaannya makin bertambah saja sejak anak-anaknya pulang dari tempat lain. Katanya baru tamat dari belajar silat dan pulang ke rumah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ untuk bantu usaha orang tua. Belum lama Tan Kongcu pulang dari perguruan, dalam desa kunhiang yang tadinya aman-aman saja, lantas jadi banyak maling. Hartawan-hartawan yag menetap dalam desat itu banyak dipreteli kekayaannya oleh maling-maling itu. Itu bukan maling biasa sebab semua itu dikerjakan oleh satu orang dan untuk kejadian itu orang desa kunhiang menaakan ia 'Huicat' atau 'Maling biasa terbang' karena tak dapat diselidiki jejaknya baik oleh korban-korbannya sendiri maupun oleh pihak yang berwajib. Yang herannya justru maling terbang itu mengincar hartawan-hartawan yang 'kaya' saja sebab yang tanggungtanggung tak pernah mendapat gangguan. Jadi keadaan tidak aman hanya dialami oleh mereka yang betul-betul hartawan. Liu Wangwee meskipun ia sendiri belum pernah mendapat gangguan, dengan sendirinya sebagai ketua kaum hartawan ia malu hati buat peluk tangan saja. Maka ia kumpulkan kawankawannya untuk berunding mencari jalan sampai mereka dapat mengamankan lagi desanya dari gangguan maling. Belum ada keputusan tentang daya apa dapat diambil untuk menangkap maling terbang itu, dua hari sejak diadakan rapat oleh Liu Wangwee, rumahnya sendiri telah didatangi si maling terbang itu. Ia sendiri tidak menghadapinya tapi gadisnya, Bwee Hiang, pada malam itu sudah bertempur seru dengan si maling terbang yang pakai topeng mukanya. Sudah menjadi kebiasaan Bwee Hiang, ia baharus masuk tidur kalau ayahnya terlebih dahulu ia antarkan masuk tidur. Maka ia tidur lebih larut (malam) dari ayahnya. Waktu barusan saja TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ia bangkit dari duduknya hendak meninggalkan ruangan baca, kupingnya yang tajam seperti mendengar ada orang yang membuka jendela perlahan. Ia pura-pura tidak memperdulikan itu, terus saja ia jalan. Tapi ia tidak menuju ke kamarnya, tapi ia membelok ke satu gang yang dapat menembus keluar. Ia lantas dapat memergoki seorang yang sedang mengintip di jendela. Si nona segera menduga yang datang adalah maling terbang. Maka dengan tidak bersuara kakinya menotol lantai, tubuhnya yang langsing mencelat ke arah orang yang sedang mengintip tadi. "Maling terbang, akhirnya kau datang juga. " kata si gadis sekonyong-konyong. Bukan main kagetnya orang itu sebab segear ia berkelit ke kanan dengan gugup mengelak serangan Bwee Hiang yang membarengi kata-katanya tadi. Itulah kejadian di atas loteng tingkat satu. Si maling terbang tidak membalas serangan si gadis, hanya ia lompat ke atas genteng. Enteng sekali tubuhnya, menghampiri loteng tingkat dua. Ia mengira kegesitannya sudah tidak ada taranya, tapi bukan main kagetnya ketika ia barusan saja menginjak genteng terdengar pula suaranya Bwee Hiang, "Kau mau lari ? Hmm ! Tamu datang tidak disambut, itu tidak hormat !" Si maling lantas putar tubuhnya, sekarang ia berhadapan dengan si gadis yang tersenyum mengejek kepadanya. Sungguh ia tidak mengira, kalau Bwee Hiang dapat menandingi kegesitannya, malah kelihatan lebih gesit lagi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bwee Hiang ketika jalan keluar hendak pergoki si maling, ia sudah sembat pedang yang biasa ia pakai dalam latihan dengan ayahnya. Dengan senjata itu ia tunjuk si maling sambil berkata, "Hui cat, kau tak akan lolos dari aku !" Si maling tidak menjawab, hanya ia lantas menghunus pedangnya. "bagus !" kata Bwee Hiang, "Mari kita main-main !" Kata-katanya ditutup dengan serangan pada dua jurusan. Pertama, ujung pedang si nona seperti menyerang tenggorokan, ketika si maling bertopeng menangkis, ia tarik pedangnya supaya jangan bentrok dengan senjata lawan, lantas diteruskan menusuk pada 'kiok-ti-hiat', jalan darah di bagian pundak kiri untuk sekalian menyontek tulang pundak orang. Gerakan ini dilakukan dengan cepat laksana kilat, salah satu jurus yang hebat dari Bwee Hoa Kim Hoat (Ilmu silat pedang kembang bwee) yang dinamai 'Hoa kay beng goat' atau 'Kembang mekar memandang rembulan'. Tapi si maling bertopeng cukup gesit. Melihat tangkisannya luput sebab pedang lawan cepat ditarik pulang, pundaknya yang di arah si nona ia elakkan dengan turunkan pundaknya sedikit hingga ujung pedang tak dapat sasarannya. "Aha, boleh juga !" kata Bwee Hiang melihat serangannya yang ditujukan pada dua arah luput semua. Berbareng, ia pun lantas menyerang pula dengan jurus-jurus yang mematikan. Pedangnya berkelebatan menyambar-nyambar ke arah jalan darah lawan sehingga merupakan tekanan yang berat bagi si TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ maling terbang. Apalagi pikirannya tidak mau melayani si nona lama-lama. Maka begitu ia mendapat lowongan, lantas enjot tubuhnya mencelat mundur ke tepi genteng rumah, dari mana dengan ilmu entengi tubuh ia loncat ke genteng rumah tingkat satu akan terus loncat ke bagian bawah, lari menghampiri tembok pekarangan. Tubuhnya enteng sekali diwaktu ia melompati tembok pekarangan rumah Liu Wangwee, dari mana ia teruskan larinya ke arah barat dan melenyapkan diri dalam sebuah rumah besar. Maling itu mengira dirinya tidak dikejar si nona karena beberapa kali ia menoleh ke belakang tidak nampak bayangan yang mengejar apalagi mendengar suaranya si nona. Tapi ia salah hitung. Ia boleh gesit dan dapat menghilang bagaikan setan kalau kepandaiannya itu dihadapkan pada orang biasa atau ilmu silatnya hanya ilmu silat pasaran saja. Tapi kali ini ia menghadapi Bwee Hiang yang kegesitannya cukup tinggi. Tentu saja jejaknya tak luput dari kuntitan si nona. Ketika ia menghilang dalam rumah besar tadi, tiba-tiba Bwee Hiang berdiri tertegun. Sebab rumah itu adalah rumah Tan Wangwee. Ia lantas menduga bahwa Tan Wangwee dalam rumahnya ada pelihara maling, makanya kekayaannya dengan tentu meningkat tanpa orang mengetahui dari mana sumbernya. Si gadis pulang lagi ke rumah. Pikirannya makin yakin bahwa Tan Wangwee telah pelihara maling. Maka ketika keesokan harinya ia ketemu ayahnya, lantas ia menceritakan pengalamannya semalam. Sang ayah terkejut juga mendengar cerita anaknya, lantas ia berkata, "Anak Hiang, kau sudah tahu rahasianya paman Tan, harap kau jaga mulutmu jangan sampai mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggungnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Paman Tan segan dan menghormatku karena dia tahu aku ada seorang yang dipandang tinggi oelh penduduk kunhiang dan dia tahu juga aku berkepandaian tidak rendah dalam ilmu silat. Tapi kalau kita membuat gara-gara menyinggung kehormatannya, dia tentu akan pandang lagi padaku. Dia dapat datangkan kawan-kawannya dari golongan jahat untuk menghadapi aku karena dia sendiri tidak berani untuk berurusan langsugn dengan aku. Ingat, anak Hiang !" Bwee Hiang mengiakan atas nasehat itu. Tapi ia lupa ketika Cok Ciok, teman mainnya yang menjadi keponakan Tan Wangwee membanggakan kekayaannya hartawan Tan di atas kekayaan keluarga Lu. Hatinya panas seketika dan mengatakan tentu saja Tan Wangwee lebih kaya karena dalam rumahnya ada pelihara maling. Kata-kata inilah yang menjadi 'urusan' sehingga Tan Wangwee mengundang Sucoan Sam-sat yang sangat kesohor kebuasannya untuk menghadapi Liu Wangwee. Dalam pertemuan dengan tamu-tamu undangannya, Tan Wangwee menanyakan pikiran mereka bagaimana mereka akan bertindak kalau sampai nanti malam masih belum terima kabar dari Liu Wangwee. Giam-ong Puy Teng dan Sin-mo Lie Kui ada orang-orang kasar, mereka tidak dapat mengeluarkan pikiran yang baik, maka diminta pikirannya Mo-jiauw Teng cong, si Cakar Setan yang banyak akalnya untuk mengusulkan sesuatu untuk kebaikannya Tan Wangwee. "Menurut pikiranku," kata Mo-jiauw Teng Cong, "Kalau nanti malam Liu Wangwee tidak kirim orang mengabarkan apa-apa kepada kita, sebaiknya kita datangi rumahnya untuk minta keputusan. Kalau dia lulusi permintaan Tan-heng yaitu bersedia untuk minta maaf dihadapan umum, kita bikin habis TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ saja urusan ini. Kalau tidak, baik nanti kita lihat gelagat bagaimana, kalau perlu kita gunakan kekerasan untuk menaklukinya." "Ah, kau terlalu bertele-tele." kata Puy Teng Toako dari Sucoan Sam-sat. "Kau benar Toako, jiko terlalu berliku-liku. Kita ambil jalan pendek saja, kalau nanti dia tidak mau meluluskan permintaan Tan-heng, kita habisi saja jiwanya !" Sin-mo Lie Kui menyatakan pikirannya. "Kita harus pakai jalan lunak dahulu, kalau bisa kita jangan sampai bertempur dengan dia." Mo-jiauw perkuatkan usulnya. "Memangnya Jie-te takut ?" tanya Puy Teng, si toako. "Hahaha......!" Sin-mo Lie Kui tertawa. "Biasanya Jiko paling berani, mengapa disini menghadapi Liu Wangwee saja jadi ketakutan ?" Tan Wangwee sementara itu tinggal membungkam. Begitu juga dengan Tan Kongcu, anaknya yang disuruh mengundang Sucoan Sam-sat. Mo-jiauw Teng Cong jadi serba salah. Si Cakar Setan memang ada sedikit jeri, seelah ia cari keterangan bahwa Liu Wangwee selainnya ia sendiri ilmu silatnya tidak renah, juga ada anak daranya yang membantu. Kabarnya hartawan Liu itu juga banyak mempunyai sahabat dalam Bu-lim. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Menurut pikirannya, lebih baik digunakan jalan damai saja. Keterangan yang ia dapat itu tidak ia beritahukan kepada dua kawannya karena kuatir ia dikatakan pengecut. Tapi akhirnya si Setan Sakti Lie Kui telah mengatakan juga hingga membuat ia jadi serba salah. Belum ia dapat menyatakan pikirannya lagi, tiba-tiba Tan Wangwee berkata, "Memang, untuk menaikkan pamornya Sucoan Sam-sat, lebih baik ambil jalan pendek saja." "Kau maksudkan apa jalan pendek itu ?" tanya Mo-jiauw Teng Cong. "Kalau Liu Wangwee tidak mau menurut perintahku, lebih baik jiwanya dihabiskan saja." jawab Tan Wangwee. Mo-jiauw Teng Cong kalah suara, maka selanjutnya ia membungkam. Demikianlah, ketika sang malam tiba belum juga diterima kabar apa-apa dari pihak hartawan Liu, maka tiga algojo dari Sucoan itu, diiringi oleh Tan Kongcu telah menyatroni rumahnya Liu Wangwee. Tan Wangwee sendirian tidak turut karena ia malu hati kalau sampai dirumahnya Liu Wangwee ia mesti tarik urat dengan tuan rumah. Di pekarangan rumah, kedatangan mereka disambut oleh Liu Wangwee sendiri. Tuan rumah kelihatan ramah tamah, sedang pihak tamu sangat sombong sikapnya. Tidak termasuk Mo-jiauw yang pandai menggunakan otaknya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia melihat Liu Wangwee bertubuh sedang tingginya, agak gemuk, memelihara jenggot yang bagus ! Romannya berwibawa, keras wataknya meskipun kelihatannya ia sangat ramah tamah. Tamu-tamu diundang masuk ke ruangan tengah, dimana sudah disiapkan barang hidangan seperlunya. Rupanya hartawan Liu sudah menduga akan kedatangannya mereka, maka ia sudah suruh pelayan-pelayannya mengadakan meja perjamuan sederhana. Tan Kongcu dan Lie Kui yang lagaknya paling tengik. Terutama Tan Kongcu yang seolah-olah membanggakan para pahlawannya, amat menyebalkan tingkahnya. "Aku tidak melihat ayahmu turut datang, dimana dia, anak Sin ?" tanya Liu Wangwee pada Tan Kongcu ketika mereka sudah sama-sama ambil tempat duduk. Tan Kongcu pelototkan matanya sebelum ia menjawab pertanyaannya Liu Wangwee. Di waktu dalam keadaan biasa, dua keluarga (Liu dan Tan) ada baik satu dengan lain, malah Liu Wangwee tidak melarang Tan Kongcu sesudah masing-masing meningkat dewasa untuk datang ngomong-ngomong dengan Bwee Hiang, puterinya, karena Tan Kongcu teman sepermainan si nona di waktu mereka masih kecil. Jadi persahabatan keluarga Tan dan Liu itu sudah sejak lama. Apa mau sekarang terbit bentrokan yang sesungguhnya amat disayagnkan. Sebenarnya Tan Wangwee sendiri segan bentrokan dengan Liu Wangwee karena urusan tersebut TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hanya persoalan kecil saja. Tetapi lantaran adanya hasutannya Tan Kongcu, anak muda itu sangat gemas pada Bwee Hiang yang menolak menjadi isterinya malah menghinanya bahwa dalam rumahnya ada pelihara maling. Panggilan Liu Wangwee pada Tan Kongcu biasa saj, memanggil namanya sebagai juga orang tua itu memanggil anaknya sendiri. Setelah pelototi Liu Wangwee, Tan Kongcu menjawab, "Ayah tidak perlu ketemu paman. Dia bilang kalau paman mau kasih kabar, katakan saja padaku." Jawaban yang amat kurang ajar, malah matanya pakai melotot segala. Tapi Liu Wangwee tidak jadi marah. Ia tetap sabar. "Anak Sin," kata Liu Wangwee. "Jawabanku singkat saja. Aku dapat mohon maaf pada ayahmu, tapi tidak dihadapan umum." "Hmm ! Justru ini kita tidak mau terima !" kata Liung Sin mendengus. "Habis, kau mau apa ?" tanya Liu Wangwee, jadi habis sabar rupanya melihat sikap yang tengik dari si anak muda ceriwis menurut Bwee Hiang. Melihat keadaan sudah mulai panas, Mo-jiauw Teng Cong menyela, "Liu Wangwee, kedatangan kami kesini adalah hendak mendamaikan urusan bukan hendak mencari ribut dengan keluarga saudara Liu. Aku pikir, sebaiknya saudara Liu mengalah saja dan suka memohon maaf di depan umum. Dengan begitu urusan menjadi beres." "Saudara ini siapa ?" tanya hartawan Liu yang pura-pura tidak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tahu. "Mereka adalah Giam-ong Puy Teng." jawab Teng Cong seraya menunjuk pada saudara tuanya. "Aku sendiri bernama Teng Cong, sedang dia adalah Sin-mo Lie Kui. Kami bertiga, entah bagaimana anggapan orang dalam dunia Kangouw, telah mendapat julukan Su-coan Sam-sat. Julukan ini dilebihlebihi." Liu Wangwee angguk-anggukkan kepalanya sambil mengurut kumisnya yang panjang. "Jiko, untuk apa banyak omong. Lekas, bikin beres saja !" kata Sin-mo Lie Kui sambil matanya melotot pada Liu Wangwee. Hartawan Liu berlagak pilon atas sikapnya si berewok jahat. "Aku sudah katakan," kata Liu Wangwee. "Apakah saudara Teng tidak dengar jawabanku pada anak Sin barusan ?" "Brak !" tiba-tiba terdengar suara piring mangkok di atas meja beterbangan. Sayur pada tumpah berlelehan gara-gara Giamong Puy Teng yang menggebrak meja dengan telapak tangannya yang besar. "Kepala batu !" bentaknya pada tuan rumah. "Aku mau lihat kepandaian apa yang kau mau perlihatkan dihadapan Sucoan Sam-sat !" Teng Cong tidak setuju dengan kelakuan Sang Toako yang berangasan itu tapi perbuatannya sudah terjadi, maka ia tinggal menanti reaksi dari tuan rumah saja. Meskipun Liu Wangwee tidak senang akan kelakuannya si mata satu, ia masih bisa menahan sabar. Katanya, "Aku si tua TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tidak berguna lagi tapi untuk melayani kau seorang kasar, rasanya masih belum tentu !" "Kau berani sama Sucoan Sam-sat ?" bentak Puy Teng, marah dia. "Sucoan Sam-sat lain, tapi dengan kau, aku tidak tinggal lari !" sahut tuan rumah. Puy Teng bangkit dari duduknya. Ia tertawa gelak-gelak sambil katanya, "Mari, mari diluar kita coba." berbareng tubuhnya, enteng sekali, melesat ke arah pintu. Liu Wangwee tidak takut. Ia pun bangkit dari duduknya, lantas jalan keluar. Di pekarangan ia lihat Puy Teng sudah berdiri menanti. Tidak sampai tarik urat lagi, mereka telah berhadapan, lantas bergebrak. Teng Cong dan Lie Kui tidak berani datang mengeroyok Liu Wangwee karena mereka tahu akan adatnya sang toako. Kalau ia belum kalah belum mau dibantui saudarasaudaranya. Maka juga mereka tinggal menonton saja. Dua macan berkelahi, tentu saja sangat ramai. Liu Wangwee mainkan 'Bwee Hoa Ciang Hoat' atau 'Ilmu pukulan kembang bwee', sedang dipihaknya Giam-ong Puy Teng menggunakan 'Eng-jiauw-kang' atau 'Tenaga Kuku Garuda' untuk melayani lawan. Liu Wangwee mendesak lawannya dengan pukulan-pukulan halus tapi mantap, tapi dilayani dengan sambaran tangan yang keras berat oleh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Giam-ong Puy Teng yang menggunakan ilmu pukulan Eng jiauw kang. Tidak kecewa Giam-ong Puy Teng sebagai toako dari Sucoan Sam-sat karena ilmu pukulannya itu saban-saban membuat lawannya tergetar. Dari berimbang, pelan-pelan tampak Liu Wangwee keteter. Liu Wangwee merasa cemas dengan kepandaiannya karena ia yakin bahwa ia bukan tandingannya Giam-ong Puy Teng. Dalam keadaan yang cemas itu, hatinya menjadi makin cemas ketika ia mendengar beradunya senjata dan melihat puterinya Bwee Hiang sudah bergebrak dengan Tan Kongcu. Ia menguatirkan keselamatan puterinya yang tersayang itu, maka perlawanan yang diberikan pada musuhnya tidak sebagaimana mestinya. Dalam keadaan bingung, tiba-tiba berkelebat tangannya Giam-ong Puy Teng hendak mencengkeram dadanya, ia geser kaki kirinya berkelit dari cengkerama ke arah dada, tapi ia lupa datangnya tangan kiri musuh yang menjambret pinggangnya. Tanpa ampun lagi ia terkulai roboh setelah menjerit perlahan. Giam-ong Puy teng telah menggunakan tipu pukulan 'Say pek sie' atau 'Terkaman singa' untuk mreobohkan lawannya. Jeritan Liu Wangwee diwaktu terkulai roboh disusul jeritan lain ialah jeritan Tan Kongcu yang tulang pundaknya kena disontek ujung pedang Bwee Hiang. Setelah merobohkan lawannya, Bwee Hiang lantas enjot tubuhnya mencelat ke arah tempat ayahnya bertempur. Tapi sudah terlambat karena ayahnya sudah roboh dan tidak bangun lagi. Alisnya si nona berdiri, saking gusarnya ia membentak Giam-ong Puy Teng, "Manusia jahat, kau apakan ayahku ? Aku akan adu jiwa denganmu !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kata-katanya ditutup dengan serangan pedangnya yang tajam. Tapi Giam-ong Puy Teng bukannya Tan Kongcu sebab dengan satu elakan saja pedang si nona menemui sasaran kosong. Ketika ia tarik pulang pedangnya hendak menyerang lagi, di depannya sudah ganti orang. Itulah si berewok Lie Kui yang bengis. "Nona manis, kau jangan main-main dengan toakoku. Untung dia tidak biasa layani bangsa perempuan. Kalau tidak, hmm ! Jangan harap mukamu yang cantik akan tetap utuh !" Itulah kata-kata Sin-mo Lie Kui yang enak untuk si berewok sendiri tapi tidak enak untuk telinganya si nona. Tidak heran kalau Bwee Hiang menggerang disusul dengan serangan pedangnya ke arah orang punya jalanan makanan (kerongkongan) tapi si setan sakti sambil ketawa haha hehe berkelit, "Nona manis jangan galak-galak !" menggoda si muka berewok. Bwee Hiang makin meluap amarahnya, pedangnya menyambar-nyambar tapi si berewok hanya berkelit sana sini tanpa melakukan serangan membalas. Malah menggodainya makin menjadi membuat si nona tak dapat mengendalikan amarahnya. Ia menempur dengan serangan-serangan nekad, justru inilah kesempatan untuk si berewok berlaku ceriwis, coba ulurkan tangan untuk menyolek pipi yang putih dari Bwee Hiang. Untung Bwee Hiang masih awas, ia dapat menyelamatkan mukanya dari colokan Lie Kui yang kurang ajar. Ketika di lain saat si berewok mau menyolek lagi, ia babat tangan orang tersebut dengan pedangnya hingga si ceriwis amat kaget, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kalau tidak secepat kilat ia tarik pulag tangannya yang bangor. "Jangan kejam-kejam, nona," ia menggodai Bwee Hiang. (Bersambung) Jilid 04 Kepandaian si nona ketinggalan jauh dibandingkan dengan Sin-mo Lie Kui. Maka ia kena digocok sana sini hingga Tan Kongcu yang menonton di pinggiran menjadi tertawa terbahakbahak meliha si nona sudah mandi keringat meskipun ia sendiri waktu itu menderita rasa sakit bukan main pada luka dipundaknya karena barusan kena disontek pedangnya si nona yang tajam. "Nah, rasakan sekarang pembalasanku, digecek mampus kau oleh samko !" Tan Kongcu mengejeki si gadis yang sedang kepayahan. Lama-lama si nona menjadi lelah, kata-kata si Kongcu ceriwis menusuk hatinya, membuat hatinya sangat pedih. Pikirnya, daripada ia bakal terima hinaan orang-orang jahat itu, lebih baik ia ambil keputusan nekad. Bunuh diri ! Tiba-tiba si gadis melompat dari arena pertempuran, seraya berkata, "Tahan !" "Kau mau bicara apa, nona manis ?" tanya Lie Kui, haha hehe tertawa. Si nona tidak meladeni, hanya menubruk ayahnya yang menggeletak di tanah dengan napas empas empis. Ia girang ketika mendapat kenyataan ayahnya tidak putus jiwanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ayah, legakan hatimu. Semua ini ada gara-garaku, maka aku yang akan bertanggung jawab." Setelah mengucapkan kata-katanya yang gagah itu, si nona tampak bangkit. Ia berdiri, pedangnya masih tercekal di tangannya, matanya mengawasi ke sekitarnya. Tampak olehnya Giam-ong Puy Teng dan kawan-kawannya tengah mengawasinya dengan senyuman masing-masing. "Tuan-tuan." tiba-tiba si nona berkata. "Ayahku tidak berdosa, kalian harus bebaskan ayahku. Akulah yang mengatakan dalam rumah paman Tan ada dipelihara maling. Maka sepantasnya aku yang bertanggung jawab dari itu, sebagai permohonan maaf, lihatlah sekarang aku lakukan..........." Kata-kata ini disusul dengan diangkatnya pedangnya dan akan ditebaskannya lehernya yang putih hingga kawanan jahat yang biasanya tidak berkedip membunuh orang, melihat kelakuan nekad si gadis telah pada menutup matanya, merasa ngeri. "Tring !" tiba-tiba terdengar suara batu kecil membentur pedang, segera juga pedangnya si nona terlepas dari cekalannya. Di susul oleh melayangnya sesosok tubuh dari atas sebuah pohon. Apakah Kim Wan Thauto yang datang menolong Bwee Hiang ? Bukan. Kim Wan Thauto memang mengumpat diatas genteng, menonton pertarungan yang terjadi di sebelah bawah. Ketika TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Liu Wangwee dirubuhkan, ia masih belum mau turun tangan untuk membantu sebab ia ingin melihat bagaimana tindakan Bwee Hiang lebih jauh mengingat kata-kata si nona dihadapan ayahnya. Ia ingin melihat apakah pedangnya si nona akan dapat mengusi tiga orang jahat itu. Tapi ia kecewa hatinya, nampak si nona dipermainkan oleh Lie Kui. Pikirnya, apakah si gadis hanya begitu saja kepandaiannya ? Melihat Bwee Hiang berlaku nekad, ia sudah siap akan menggoyangkan kepalanya, untuk melepaskan senjata anting-antingnya ke arah pedang si nona yang tengah diayunkan ke lehernya. Tapi ia jadi tercengang karena maksudnya sudah disusul orang lain. Dalam tertegunnya, ia mendengar orang yang barusan menolong Bwee Hiang tertawa gelak-gelak. Hatinya terkejut sebab suara tertawa itu seperti ia pernah mendengarnya tapi dimana ? Ia kumpul ingatannya tapi ia lupa dimana ia pernah dengar suara ketawa yang ia pernah kenal. Orang barusan melayang turun dari pohon, tampak menghampiri Bwee Hiang. Ia memungut pedang si nona yang seketika itu berdiri bagaikan patung. Matanya yang jeli mencilak mengawasi pada orang yang menolong dirinya. Orang itu tak tampak mukanya karena kepalanya terbungkus kerudung kain merah. "Kau siapa ?" tanya si nona seraya menerima kembali pedangnya yang diangsurkan oleh orang yang berkerudung merah. "Anak Hiang," kata si kerudung merah, tidak menjawab pertanyaan Bwee Hiang. "Dengan membunuh diri berarti kau TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ membunuh ayahmu. Sekarang lekas tolong ayahmu dan tamutamu ini serahkan aku yang melayani !" Bwee Hiang kaget, mengapa si kerudung merah memanggilnya 'anak Hiang'. Siapakah dia ? Tapi ia sekarang tidak dapat mengajukan pertanyaan karena ia lebih perlu lekas-lekas menolong ayahnya. Cepat ia bertindak menghampiri ayahnya dan lantas memeriksa luka sang ayah yang parah, dua tulang iganya patah. Sementara Sucon Sam-sat yang sedari tadi berdiri tertegun memperhatikan kedatangan si kerudung merah, lantas mengurung si orang asing. Mereka sadar bahwa yang datang niscaya seorang lawan yang alot. "Hmm !" mendengus si kerudung merah. "Liu Wangwee, apakah kurang hormat melayani para tamunya ? Biarlah aku yang menggantikannya........." "Siapa kau ?" bentak Sin-mo Lie Kui yang berangasan wataknya. "Kau panggil saja aku si kerudung merah, wakilnya Liu Wangwee." sahutnya. "Bagus, bagus. Hahaha !" kata Giam-ong Puy Teng seraya ketawa terbahak-bahak. "Hahaha............ hahaha......... !" si kerudung merah juga ikutikutan ketawa. Giam-ong Puy Teng mendelikkan matanya. "Kau tertawakan apa, setan !" bentaknya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Aku tertawakan kau." sahutnya kontan. "Kurang ajar, apa yang harus kau tertawakan ?" tanyanya agak heran. "Itu......... itu..............." sahut si kerudung merah sambil masih tertawa. "Itu, menurutmu aku bagus, kau mana tahu bahwa mukaku bagus sedang aku pakai kerudung." Ini merupakan jawaban yang 'olok-olok' sehingga menimbulkan amarahnya toako dari Sucoan Sam-sat menjadi lebih meluap. Sebelah matanya, yang tinggal satu, mendelik lagi lalu menyerang si kerudung merah dengan jurusnya yang paling diandalkan 'Eng Jiauw chiu' atau 'Cengkeraman cakar garuda', kedua tangannya diulur untuk mencengkeram dada. Gerakannya cepat, kalau kena dicengkeram, pasti melayang jiwa korbannya karena cengkeraman itu berisikan tenaga dalam yang dahsyat. Tapi si kerudung merah acuh tak acuh menghadapi serangan dahsyat itu. Ia menunggu sampai serangan datang, kedua tangannya dirangkap sejenak lalu diajukan ke depan, nyelusup diantara dua tangan lawan, mendadak dipentangkan secepat kilat sehingga dua tangan lawan yang mencengkeram dapat ditolak nyamping. Inilah gerakan 'Siang hong seng thian' atau 'Sepasang burung hong naik ke langit', jurus yang paling tepat untuk memusnahkan 'Eng jiauw chiu' lawan. Melihat serangannya gagal, cepat Giam-ong Puy Teng ganti tipu. Tampak tubuhnya terputar ke belakang lawan. Tangannya yang kanan diulur, mencengkeram bagian pinggang untuk membikin remuk tulang iga. Ini adalah gerakan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ istimewa dari Giam-ong Puy Teng yang dinamai 'Mo Lie jiauw chiu' atau "Cengkeraman Kuntilanak'. Berbareng ia berkata, "Terima nasib, sahabat !" Ia berkata demikian, menyangka seratus persen serangannya kali ini tak akan luput. Tapi diluar dugaannya sang lawan sudah mengelak dengan gesit sambil lompat satu tindak ke depan. Sebelum si kerudung merah berputar tubuh, Giam-ong Puy Teng sudah maju merangsak, ia menggempur batok kepala musuh dengan gaplokan yang dahsyat. Sayang bukannya si kerudung merah berantakan kepalanya, sebaliknya tampak Giam-ong Puy Teng terkulai roboh. Hal mana membuat dua saudaranya yang tengah menonton dengan kegirangan toakonya diatas angin menjadi keheranan. "Sudah cukup !" kata si kerudung merah sambil lompat menjauhi Giam-ong Puy Teng yang tubuhnya terkulai mendeprok di tanah. Kenapa Giam-ong Puy Teng ? Ketika si kerudung merah lompat satu tindak ke depan, berkelit dari serangan Giam-ong Puy Teng yang menggunakan tipu 'Cengkeraman Kuntilanak', ia rasakan dibelakangnya ada sambaran angin. Cepat ia mendek sambil memutar tubuhnya ke kiri. Dalam posisi ini, sehingga ia adanya lowongan pada iga kanan Giam-ong Puy Teng yang sedang angkat tangan kanannya untuk menggaplok kepala, enak saja dua jari tangan kiri si kerudung merah nyelonong ke jalan darah 'thian-coan-hiat'. Kontan si raja akherat menjadi terkulai roboh. Kejadian ini hanya beberapa detik saja. Saking cepatnya, maka tidak heran kalau dua saudaranya Giam-ong Puy Teng menjadi melongo keheranan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dari melongo keheranan, Sin-mo Lie Kui meluap amarahnya. Lantas saja menerjang si kerudung merah sambil berkata, "Setan, akan aku cuci kehormatan Sucoan Sam-sat !" "Dicuci juga bakalan kotor juga !" menggoda si kerudung merah seraya berkelit dari serangan Lie Kui yang menggunakan jurus 'Mo lie khoa keng' atau 'Kuntilanak berkaca'. Sambaran dua tangannya menghembuskan angin menderu. Biasanya dengan menggunakan serangan ini, Lie Kui dalam segebrakan dapat menjatuhkan musuhnya. Tapi kali ini ia salah hitung. Si kerudung merah lwekangnya sangat kuat. Malah si Setan Sakti tidak menjadi sakti karena kaget nampak musuhnya hilang dari depannya. Ia merasa dirinya gesit, dapat mempermainkan orang, tidak dinyana ia kalah jauh dari si kerudung merah. Bertarung baru lima jurus, lantas Mo-jiauw Teng Cong dapat menilai bahwa saudara mudanya tak dapat menandingi musuhnya. Ia heran kenapa si kerudung merah, tadi waktu menempur Giam-ong Puy Teng tidak memperlihatkan kegesitannya seperti sekarang ini menghadapi ia punya Samte. Melihat saudaranya hanya beberapa gebrakan saja sudah terdesak, ia tidak dapat berpeluk tangan untuk menonton. Maka si Cakar Setan seketika itu lantas menyerbu mengeroyok si kerudung merah yang tengah mempermainkan Lie Kui. Dengan turunnya si Cakar Setan, Lie Kui berharap segera diperoleh kemenangan dengan cepat sebab kepandaiannya sang Jiko atau si Cakar Setan ada lebih tingkat dari ia dan toakonya (Giam-ong Puy Teng). Sayang pengharapannya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ meleset sebab bukannya mempercepat kemenangan, tapi mempercepat kekalahan. "Bagus." tiba-tiba si kerudung merah berkata ketika ia elakkan cengkeraman Mo-jiauw Teng Cong yang ganas. Berbareng tampak ia mencelat ke atas untuk menghindari gencetan serangan dari dua arah, Mo-jiauw Teng Cong mencengkeram bagian atas perutnya seperti mau mengorek hati, sedang Sinmo Lie Kui menggempur pinggangnya. Tidak sampai menanti sang musuh menginjakkan kakinya ditanah lagi, Lie Kui siap dengan serangan susulan yang mematikan dengan tipu 'Hui hong tong lay' atau 'Angin taufan datang dari timur'. Tangannya diulur saling susul untuk menjambret kaki kanan lawan yang masih dalam keadaan terapung. Tapi kaki lawan seperti ada matanya, ia mengelak, turun sedikit lantas menotok ke arah jin-tiong-hiat di jidat si berewok. Ia hanya menjerit 'aiyoo !' lantas rubuh mendeprok. Totokan pada ujung sepatu ini, membawa efek pada Mo-jiauw Teng Cong. Tangan kanannya yang dibeber bagaikan golok dipakai untuk menebas kaki si kerudung merah yang masih terapung. Ujung sepatu yang barusan menotok jidatnya Lie Kui tampak berbalik lalu menyontek pergelangan tangan. Tepat sekali mengenakan jalan darah 'Yang-kok-hiat', hingga seketika itu Mo-jiauw Teng Cong merasakan lengannya kesemutan, hawa panas menjalar ke seluruh tubuhnya dan kontan ia pun roboh meniru Lie Kui. Gerakan yang dilakukan si kerudung merah memang luar biasa sukarnya. Dengan badan masih terapung, ujung sepatunya dapat menotok roboh dua lawan tangguh sekaligus, bukan suatu ilmu mengentengi tubuh yang mudah dilatih. Tanpa mempunyai lwekang sampai pada batas tertinggi, jangan harap dapat melatihnya. Pun, melatih ilmu demikian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ akan meminta tempo puluhan tahun. Dalam kalangan Bu-lim, orang namakan tipu silat itu 'Siang hong ko hong', atau 'Sepasang hong terbang lewati puncak gunung'. Jarang terlihat di kalangan jago-jago dalam dunia Kangouw. Bahwa si kerudung merah dapat mendemonstrasikan ilmu yang langka itu, dapatlah diukur sampai dimana hebatnya lwekang orang itu. Oleh karenanya, maka Sucoan Sam-sat dengan sendirinya sudah menjadi ciut nyalinya. Tang Kongcu yang sangat ketakutan lantas angkat kaki meninggalkan kawan-kawannya. Tapi belum berapa langkah, ia rasakan ada angin berkesiur disampingnya dan tahu-tahu si kerudung merah sudah ada dihadapannya. Ia menggigil ketakutan, tubuhnya dirasakan lumpuh dan seketika itu juga dia jatuh duduk. "Mau lari ?" tegur si kerudung merah, suaranya halus tapi berwibawa. "Ampun tayhiap, ampuni aku........." Tan Kongcu meratap sambil tangannya menyoja-nyoja. "Kau yang menjadi biang keladi dari ini semua. Cara bagaimana yang kau hendaki untuk mengampuni kau, anak jahat !" kata si kerudung merah, suaranya agak bengis. Terkejut hatinya Tan Kongcu. Pikirnya, dari mana si kerudung merah dapat tahu bahwa dirinya menjadi biang keladi dari keonaran itu. Ketakutan ditambah kaget, tentu saja hatinya si pemuda jahat jadi terguncang keras dan setelah ia berkata, "Ampun, ampun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tayhiap......" lantas saja tubuhnya terkulai dan jatuh pingsan. Tiga sudah rubuh karena totokan dan satu rubuh karena ketakutan, membuat si kerudung merah tertawa gelak-gelak sampai suaranya mendengung di angkasa hingga Kim Wan Thauto yang berada di atas genteng terpengaruh juga. Untuk tidak sampai diketahui oleh si kerudung merah yang lihai itu, Kim Wan Thauto dengan diam-diam sudah meninggalkan tempat sembunyinya, pulang ke hotelnya. Pada keesokan harinya ia berkemas-kemas untuk meninggalkan hotel. Ketika ia meraba ke bawah bantalnya dimana ia sesapkan kotak kecil mungilnya, kaget ia sebab kotak itu sudah tidak ada ditempatnya. Ia ingat betul ketika ia pulang dengan ambil jalan jendela, ia periksa pintu kamarnya masih tetap terkunci. Dari manakah datangnya penjahat yang sudah mencuri barangnya ? Ia periksa barang-barangnya yang lain, tidak ada yang kehilangan kecuali kotak kecil itu. Pikirnya, tentu orang sudah masuk dari jendela. Dari kenyataannya orang hanya mengarah kotak itu, jadi kotak mungil itu tentu sangat berharga. Tapi apa yang menjadi sebab kotak itu sangat dimaui ? Ini hanya merupakan pertanyaan saja bagi Kim Wan Thauto karena ia sendiri belum lihat isinya. Ia anggap kotak itu tidak penting baginya, maka ia tidak banyak ribut dalam hotel itu. Setelah ia membayar uang sewaan kamar dan makannya, lalu ia ngeloyor meninggalkan rumah makan An Goan untuk meneruskan kelananya. Balik kepada si kerudung merah. Setelah merobohkan Sucoan Sam-sat dan si Kongcu ceriwis, lalu ia menghampiri Bwee TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Hiang yang sedang repot menolongi ayahnya. Tadi si gadis, meskipun sedang repot menolongi ayahnya, dapat menyaksikan juga bagaimana si kerudung merah menjatuhkan lawannya satu demi satu. Dalam hatinya merasa amat kagum atas kepandaian tersebut. Entah siapa dia itu, kenpa memanggil dia 'anak Hiang', apakah dia mempunyai hubungan keluarga dengan ayahnya ? Demikian dalam hatinya menanya-nanya akan halnya si kerudung merah. Ketika si kerudung merah jongkok mau periksa lukanya Liu Wangwee, si nona sudah siap untuk memajukan pertanyaan siapa adanya penolong itu, tapi tidak jadi karena penolong itu lantas berkata, "Anak Hiang, mari kita bawa ayahmu masuk ke dalam rumah. Ia perlu dengan pertolongan cepat." Tanpa menanti jawaban, si kerudung merah sudah memondong Liu Wangwee. Sampai di dalam rumah, para pelayan yang menggigil ketakutan, yang turut menyaksikan jalannya pertandingan barusan sudah menyambut tubuhnya Liu Wangwee untuk diletaki diatas pembaringan kecil dimana biasanya Liu Wangwee suka pakai untuk tidur siang. Hartawan Liu masih terus pingsan. Ketika diperiksa lukanya oleh si kerudung merah, ternyata dua tulang iganya patah. Si kerudung merah geleng-geleng kepala setelah melihat lukanya Liu Wangwee. Melihat itu Bwee Hiang menjadi ketakutan. "Apa luka ayah tak dapat disembuhkan ?" ia menanya pada tamu asing. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Dapat, cuma makan tempo lama." sahut si kerudung merah. "Asal sembuh kembali, tak perduli berapa lama, aku akan merawatnya." kata Bwee Hiang dengan hati lega. "Bagus, kau anak baik, anak Hiang." kata si kerudung merah pula. "Kau keliru berkata begitu." si nona bersenyum sedih. "Kenapa ?" tanya si kerudung merah. Heran ia mendengar kata-kata Bwee Hiang. "Aku anak puthauw (tidak berbakti) sebab akulah yang menjadi gara-gara hingga timbulnya kejadian seperti sekarang." jawab Bwee Hiang seraya menundukkan kepala dan dari kedua matanya yang bagus mengucur air mata. "Mari kita tolong ayahmu." si kerudung merah berkata, menyimpangkan kesedihannya si nona. Sementara itu, ia minta air kepada salah satu pelayan untuk membersihkan lukanya Liu Wangwee. Bwee Hiang usulkan untuk memanggil sinshe, tapi tamu asing itu menggoyangkan tangannya. "Tak usah, nanti aku obati sendiri ayahmu." ia berkata. Si nona percaya akan kepandaian orang tersebut. Ia hanya membantu saja apa yang ia dapat atas pekerjaan si bintang penolong untuk kesembuhan ayahnya. Malam harinya, Liu Wangwee kedengaran merintih. Seluruh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tubuhnya terasa panas, sedang dibagian yang luka parah amat sakit. Tapi setelah diberi obat lagi oleh si kerudung merah, perlahan-lahan Liu Wangwee hilang rintihannya dan kemudian baru dapat pulas. Dijaga oleh Bwee Hiang yang tidak tidur baragn sekejap pun pada malam itu. Selama mana, sering ia tumpahkan air mata. Ia sangat menyesal telah menerbitkan bencana pada ayahnya. Pemberesan pada kawanan penjahat dilakukan sangat singkat oleh si kerudung merah. Setelha memberikan pertolongan pertama pada Liu Wangwee, ia keluar lagi dari rumah dan menghampiri korban-korban totokannya. "Untuk membuat kalian jangan penasaran, nah, mari kita bertempur lagi !" berbareng ia menyepak satu demi satu tubuhnya Sucoan Sam-sat. Giam-ong dan dua saudaranya segera juga bebas dari totokan. Mereka lompat berdiri mengawasi si kerudung merah. Hanya Tan Kongcu yang masih belum dibebaskan totokannya, yang dalam pingsan telah ditotok oleh si kerudung merah. Maksudnya supaya anak hartawan jahat itu tidak melarikan diri, sementara ia memberikan pertolongan kepada Liw Wangwee. Tiga algojo dari Sucon merasakan badannya segar kembali. Maka semangat berkelahinya juga lantas timbul dengan serentak. "Sahabat, kau buka kerudungmu kalau kau benar laki-laki !" kata Giam-ong Puy Teng. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hahaha !" si kerudung merah tertawa. "Tidak ada yang istimewa di wajahku, buat apa kalian hendak mengenalinya ? Kalian terkenal sangat jahat, maka aku ingin memunahkan tenaga dalam masing-masing. Untuk membikin kalian jangan jadi penasaran, maka aku pun sudah membebaskan kalian dari totokan !" Mendengar itu, tiga jagoan dari Sucoan amat kaget. Belum pernah mereka sekaget saat itu. Tapi hati mereka angkuh karena percaya dengan tiga tenaga gabungan, mereka dapat mengalahkan si kerudung merah yang sangat sombong. Mo-jiauw Teng Cong yang pandai bicara dan banyak akalnya berkata, "Kami tidak bermusuhan dengan kau, kenapa kau hendak memusnahkan lwekang kami ?" Terdengar si kerudung merah tertawa, lalu berkata, "Memang, dengan aku pribadi kalian tidak bermusuhan tapi kalian sangat jahat dan banyak membunuh sesama manusia, tak pandang bulu, jahat atau baik. Kejahatan kalian sudah tak terkira, maka aku akan mewakili mereka yang sudah mati penasaran untuk menghukum kalian........." "Kentut !" memotong Sin-mo Lie Kui yang menjadi panas atas kata-kata si kerudung merah, sikapnya sudah hendak menyerang. "Jangan temberang, sahabat !" menyela Giam-ong Puy Teng. "Maksudmu hendak memusnahkan lwekang kami bertiga hanya merupakan impianmu saja. Ha ha ha.........." berbareng ia menerjang hendak menjambret kerudung lawan. Cuma sayang kepandaiannya di bawah si kerudung merah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sebab bukan saja kerudung orang luput menjambret, malah jari-jari tangannya kena disentil hingga ia merasakan kesakitan dan lantas lompat mundur lagi. Mo-jiauw Teng Cong, diantara tiga jagoan jahat itu yang percaya bahwa si kerudung merah akan buktikan katakatanya, sebenarnya mencoba mendamaikan urusan sehingga dapat dibereskan dengan menyenangkan. Tetapi usahanya selalu dibikin gagal oleh sikap dan kata-kata kedua saudaranya yang ingin selalu berkelahi sebagai keputusannya. Dengan suara kalem terdengar si kerudung merah berkata lagi, "Sebaiknya kalian bersiap-siap sebab temponya sudah dekat untuk aku musnahkan lwekang kalian. Lekas siap !" Dua orang berangasan, Giam-ong Puy Teng dan Sin-mo Lie Kui, begit kata 'siap!' meluncur dari mulutnya si kerudung merah, sudah lantas menerjang dengan jurus-jurusnya yang paling ganas untuk mengirim lawannya ke dunia lain. "Bukan kami tapi kau yang akan kami musnahkan lwekangnya !" bentak Giam-ong Puy Teng dengan suara menggelepar, saking marahnya dia. "Belum komplit kalau belum turun tiga-tiganya." menyindir si kerudung merah seraya mengelak sana sini menghindarkan serangan dua orang yang sudah kemasukan setan. Mo-jiauw Teng Cong yang berdiri dengan ragu-ragu, merasa tepat sekali kena sindiran si kerudung merah, maka hatinya pun panas seketika. "Jangan jumawa, sahabat !" ia kemudain berkata sambil terjun dalam arena pertempuran, mengeroyok si kerudung merah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hahaha, ini baru komplit !" katanya. Berbareng dengan perkataan 'komplit !' segera terdengar suara 'buk ! buk !' beberapa kali, disusul oleh jeritan saling susul dan........ di lain detik tampak Sucoan Sam-sat pada tergeletak sana sini. Sementara si kerudung merah tampak berdiri ketawa-ketawa. Ketiga jagoan jahat itu tidak melihat, entah bagaimana si kerudung merah bergerak, tahu-tahu merasakan punggungnya digebuk dua kali. Kontan rasa panas menyelusup ke ulu hati, kaki berbareng lumpuh hingga seketika itu tak tahan untuk mendeprok di tanah. Tapi hanya sebentaran saja hawa panas yang merupakan reaksi dari gebukan di punggung itu, sebab segera sudah pulih lagi kesegarannya. Mereka menjadi kegirangan, tapi tatkala mereka coba empos tenaga dalamnya, tiba-tiba 'plong....' hilang lenyap. Mereka mengerti bahwa tenaga dalam mereka sudah dimusnahkan oleh si kerudung merah. Mereka pada bangun berdiri sambil menundukkan kepala. "Kalian sangat jahat. Kalau watak demikian kalian masih belum mau buang, lain kali ketemu aku, terang aku tak bisa ampuni lagi. Nah, sekarang enyahlah kalian !" si kerudung merah mempersilahkan Sucoan Sam-sat meninggalkan tempat itu. Mereka ngeloyor pergi dengan tidak berani angkat kepala. Sungguh menyedihkan, Sucoan Sam-sat yang biasanya seenaknya membunuh orang seperti juga memotong rumput, kini sekaligus mendapat malu di desa Kunhiang. Apakah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mereka dapat memulihkan pula lwekangnya kemudian belajar lagi untuk menuntut balas kehinaan yang mereka telah alami hari itu, entahlah dibelakang hari. Yang terang, mereka malu untuk pulang ke rumahnya Tan Wangwee lagi. Langsung mereka pulang ke sarangnya di Sucoan. Setelah mereka pergi, si kerudung merah menghampiri Tan Kongcu dan membebaskan ia dari totokan. Ketika ia bangun berdiri, lantas mendengar si kerudung merah berkata, "Kau menjadi biang keladi keonaran, kau harus dihukum !" Tan Kongcu menggigil ketakutan, takut ilmu silatnya akan dimusnahkan. "Tapi mengingat kau tidak sejahat Sucoan Sam-sat, maka aku kasih kelonggaran. Nah, hunuslah pedangmu dan potong sebuah kupingmu !" menitah si kerudung merah. Tan Kongcu ragu-ragu sebab hilangnya kupingnya sebelah berarti mengurangi parasnya yang cakap, pikirnya. "Apa perlu aku yang harus turun tangan ?" si kerudung merah menegur, waktu melihat si kongcu ceriwis ragu-ragu. "Oh, tidak, tidak....." jawab Tan Kongcu gugup. Berbareng ia pun menghunus pedangnya untuk memotong sebelah kupingnya. Pada saat itu, Bwee Hiang datang menghampiri mereka. Sambil menunjuk pada si kongcu ceriwis, ia berkata, "Dialah sebagai maling terbang yang dicari. Kenapa diberi hukuman TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ begitu murah ?" matanya si gadis mengawasi si kerudung merah. "Bagaimana kau tahu dia si maling terbang ?" tanya si kerudung merah. "Aku dapat tahu dari ilmu silatnya ketika bertempur dengan aku." sahut Bwee Hiang. Si kerudung merah tertawa terbahak-bahak sehingga Tan Kongcu ketakutan setengah mati. Dalam hatinya, diam-diam ia memaki Bwee Hiang, "Perempuan sundel, kau bikin celaka aku. Tunggu nanti pembalasanku !" Setelah tertawa, si kerudung merah berkata pada Tan Kongcu, "Kalau begitu, satu kupingmu itu harus menggelinding di tanah !" Tan Kongcu mengerti, ia toh tak dapat membangkang. Maka ia kerjakan lagi pedangnya untuk menebas kutung kupingnya sehingga ia tak berkuping lagi. Dengan hilangnya kedua telinganya itu, kelihatannya ia sangat lucu. Bwee Hiang hampir-hampir tidak dapat menahan ketawanya, tapi ia tahan sebisanya supaya tidak melukai hatinya si kongcu ceriwis............ Mari kita lihat Lo In dan Eng Lian yang sudah lama kita tinggalkan. Lo In amat berterima kasih pada Eng Lian yang sudah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menolong memulihkan tenaga dalamnya dengan memberikan nyali ular kesayangannya. Sebaliknya Eng Lian girang, ia sudah dapat menolong adik Innya yang nakal. Dua anak itu kelihatan cocok satu dengan lain. Tiap hari mereka bermain-main disekitar rumahnya. Eng Lian melihat pakaian Lo In sudah compang camping, merasa tidak tega. Maka ia gunakan temponya untuk membuat pakaian Lo In dari pakaian ayahnya yang ia kecilkan hingga pas untuk dipakai si bocah. Pada suatu hari ketika Lo In keluar dari kamar dengan pakaian 'baru', tampak gagah benar. Maka ia berkata pada Eng Lian, "Enci Lian, buatanmu ini bagus betul. Coba lihat, gagah tidak aku dalam pakaian baru ?" Eng Lian memandang Lo In kemudian ketawa cekikikan mendengar kata-kata si bocah. "Anak kecil," katanya. "Aksi amat nih, pakai mau dipandang gagah segala." "Anak besar yang bikin, mana tidak jadi gagah dipakainya ?" sahut Lo In. Eng Lian monyongkan mulutnya yang mungil. Segera juga kedua bocah itu pada tertawa gembira, masing-masing senang dengan kejenakaan mereka. Oey Hoan Ciang atau ayahnya Eng Lian, ada memelihara puluhan ular di pekarangan rumahnya. Masing-masing dikurung dengan kerangkeng dari bambu. Bermacam-macam ular yang dapat dilihat Lo In ketika Eng Lian ajak si bocah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melihat-lihat 'kebun binatangnya'. Pada suatu hari setelah lakukan inspeksi, dua anak itu pada duduk diserambi belakang rumah, dimana biasanya mereka suka duduk omong-omong. Tiba-tiba Lo In terdengar menghela napas. "Hei, kau kenapa ?" tanya Eng Lian kontan. Lo In tertawa mesem. "Aku menyayangkan ular-ular itu tinggal dalam kurungan." kata Lo In. "Coba mereka di.........." "Diapakan ?" memotong Eng Liang, seperti biasa, dia tukang potong omongan. "Dilepaskan aku maksudkan, enci Lian." sahutnya. "Hihihi, anak tolo." si dara cilik ketawa. "Kalau dilepas bukankah mereka tak bisa pulang lagi ? Kau ini ada-ada saja." "Enci Lian," kata Lo In serius. "Coba kalau kita lepas, selain kita tidak perlu memikirkan makanannya, juga bagi mereka akan sangat berterima kasih karena telah mendapat kebebasan." "Adik In, bagaimana sih. Mana ada ular bisa berterima kasih segala !" kata Eng Lian. Setelah menarik napas lagi, Lo In berkata, "Enci Lian, kau lihat kawanan keraku. Aku dapat menjinakkan mereka dengan kehalusan, mereka sangat setia kepadaku, apa yang aku mau, mereka lantas lakukan tanpa ragu-ragu." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Eng Lian diam, tapi otaknya bekerja. "Habis, bagaimana kehendakmu ?" tanyanya. "Ular hanya dapat mendesis, tapi tidak bisa omong." kata Lo In. "Menurut Liok Sinshe, ular dapat diperintah dengan suatu lagu dari tetabuhan. Misalnya kita menggunakan seruling sebagai alat untuk memerintah ular sengan sesuka kita. Aku lihat kamu menjinakkan ular hanya untuk dipelihara, tapi tidak dapat dibuat teman. Ini sayang sekali sebab kalau kita dapat membuat ular-ular sebagai kawan, sewaktu kita membutuhkan tenaganya, dapat kita minta pertolongannya. Ini, kau jangan pandang remeh, enci Lian." Si dara cilik angguk-anggukkan kepalanya. "Mulai sekarang, mari kita mencoba akan kata-katanya Liok Sinshe. Kalau benar ular-ular itu dapat ditundukkan dan diperintah dengan irama lagu, oh, sungguh suatu keuntungan besar bagi kita berdua sebab disamping kita sudah punya teman kawanan kera dan rajawali, juga kita dapat sahabat kawanan ular." demikian Lo In tambahkan. Eng Lian lantas saja bertepuk tangan. "Bagus, bagus." katanya girang. "Mari, kita sekarang mulai. Tapi, eh, dari mana kiat dapat alat tabuhannya ?" "Itu mudah. Kita coba dengan seruling saja." sahut Lo In. "Serulingnya dari mana ?" tanya si dara cilik. "Mari kita cari serulingnya." kata si bocah seraya pegang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tangan Eng Lian, diajak berlalu dari situ. Eng Lian mengikuti saja dituntun oleh Lo In. Tidak merasa janggal dia. Karena ini ada kebiasaan Lo In kalau mengajak encinya pergi main-main. Segera juga mereka sudah sampai di satu rimba bambu, dimana Lo In memperhatikan batang-batang pohon bambu yang baik untuk dipakai membuat seruling yang merdu suaranya. Sebentar kemudian, tampak ia mencabut pisau yang diselipkan di pinggangnya dan ia mulai memotong satu batang bambu yang dianggap akan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai seruling. Mereka kemudian balik pula ke rumah, dimana dengan cepat Lo In membuat seruling, sedang Eng Lian hanya menonton saja si adik In bekerja. Setelah selesai, Lo In coba-coba meniupnya. Ternyata bikinannya tidak mengecewakan. Segera juga tiupannya Lo In berirama keras perlahan dan tinggi rendah. "Hihihi, adik In." Eng Lian ketawai Lo In. "Kau bisa meniup seruling, tapi mana bisa kau memerintah ular ? Hihihi...." Lo In tidak layani ejekan sang enci, ia terus meniupkan beberapa lagu dekat kurungan-kurungan ular. Ia mencoba pada satu ular yang sebesar lengan, panjangnya satu meter lebih. Beberapa lagu ia perdengarkan tapi ular itu tetap meringkuk, tidak menghiraukan Lo In yang sedang meniup mati-matian. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Eng Lian melihat itu, terpingkal-pingkal ia ketawai si bocah. "Aku juga sudah duga, mana dapat ular-ular diperintah dengan lagu. Ada-ada saja, eh, eh....." tiba-tiba si dara hentikan ejekannya ketika ia melihat dengan perlahan ular yang tidur tadi mengangkat kepalanya. Banyak lagu yang ada dalam otaknya Lo In, si bocah jadi kegirangan. Ia ganti berganti meniup lagunya sampai ia membuat sang ular terus berdansa dalam kurungannya. Hal mana membuat Eng Lian jadi berdiri terpaku sambil leletkan lidahnya, saking keheranan. Tiba-tiba Lo In hentikan tiupan serulingnya, lantas putar tubuhnya menghadap Eng Lian yang berdiri terpaku di belakangnya. "Bagaimana, enciku yang baik ?" Si dara cilik tidak lantas menyahut, ia hanya unjukkan jempolnya yang kecil mungil. "Adik In, luar biasa kau......." puji Eng Lian setelah ia sadar dari keheranannya melihat hasil yang gemilang dari percobaannya Lo In. Sambil menghampiri si dara cilik, Lo In berkata, "Selanjutnya, kita akan latih ular-ular yang ada disini sampai mereka bukan saja jinak tapi menurut perintah kita. Kalau sudah begitu, baharulah kita menjadi majikannya." "Kau benar-benar hebat, adik In."memuji si dara cilik sambil mencubit hangat pipi Lo In. Berkat kecerdasan dan kemauan yang sungguh-sungguh, Lo In berhasil dengan percobaannya menundukkan dan memerintah kawanan ular. Ular-ular yang ada dalam kurungan segera pada dilepaskan untuk mendapat kemerdekaannya. Mereka dapat dipanggil balik bila Lo In meniup serulingnya, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ malah bukan ular-ular yang tadinya dalam kurungan saja, malahan ular-ular lain yang terdapat disekitarnya pada datang dan menghadap kita punya jago cilik yang didampingi oleh ratu ciliknya. Bukan main girangnya Lo In dan Eng Lian melihat hasil usaha mereka. Lo In selainnya mendapat warisan ilmu silat dan surat, juga mendapat warisan dalam ilmu pengobatan dari Liok Sinshe. Tidak heran kalau ia sering mencari akar-akar pohon yang merupakan obat dan menciptakan obat pulung (pil) yang mustajab untuk menjaga kesehatan ia dan Eng Lian. Disamping itu, Eng Lian juga giat belajar silat dari Lo In, juga tidak ketinggalan belajar bahasa monyet hingga selanjutnya ia dapat bergaul leluasa dengan tentara monyet Lo In. Si burung garuda juga sudah jinak dengannya. Malah kalau tidak mereka berduaan naik si rajawali, Eng Lian juga suka pesiar sedirian. Ada pepatah yang membilang, 'Ada waktu berkumpul, tentu ada waktu berpisah'. Pepatah ini memang tidak salahnya, sebagaimana yang dialami oleh Lo In dan Eng Lian. Itulah pada suatu sore, Lo In melihat burung rajawalinya pulang dengan tidak membawa Eng Lian, sedang dua jam yang lalu ia lihat menunggang burung raksasanya sebagaimana biasa untuk pesiar di sekitar lembah itu. Lo In terkejut. Segera ia menghampiri burungnya yang sedang tundukkan kepalanya mendekam. Ia heran, lalu menanya, "Tauw-heng, kau bersama-sama lagi enci Eng Lian. Kemana dia pergi ?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Burung itu diam saja, seolah-olah merasa bersalah. Lo In jadi bingung. Bagaimana dia bisa tahu sedang si rajawali tidak bisa bicara seperti manusia. Maka, ia cepat lompat ke punggung si burung raksasa, ia tepuk pundaknya sambil berkata, "Lekas, bawa aku ke tempat enciku !" Si rajawali lantas bangkit dan pentang sayapnya, segera terbang ke jurusan barat kemudian turun pada suatu tempat yang lebat dengan pepohonan. -- 11 -- Lo In lompat turun dari punggung si rajawali kemudian melakukan pemeriksaan di sekitar tempat itu. Ia sampai pada satu tempat yang banyak tumbuh pohon bunga, tentu ia mendarat di sini. Cepat ia memeriksa, tampak olehnya ada satu pohon kembang yang berbunga bagus sekali. Ia menghampiri ke sana, tiba-tiba ia menjadi kaget tatkala matanya melihat di tanah ada berceceran darah. Apakah enci Lian dibunuh di sini ? Tanya ia dalam hati kecilnya. Ia jadi bingung dan sangat kuatir akan keselamatannya enci Liannya. Ia jongkok dan memeriksa lebih teliti, darah itu berceceran sampai pada jalanan masuk ke dalam rimba pohon. Ia mengikuti terus jejak darah yang dapat terlihat, sampai tibatiba ia sadar kalau dirinya sudah dikurung oleh tiga orang yang ia tidak kenal, belakangan menyusul lagi empat orang yang keluar dari semak-semak. Mereka itu rupanya jago-jago silat pilihan, semuanya pada membawa senjata tajam di pinggangnya masing-masing. TibaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tiba seorang, yang menjadi pemimpin rupanya, berkata, "Hehehe, aku heran. Kenapa Pangcu kirim kita begini banyak untuk membekuk satu anak hitam begini saja ?" Lo In mengawasi pada orang yang barusan berkata. Ia lihat orang itu kira-kira usia pertengahan, mukanya persegi tiga, hidungnya mancung, mulutnya ada sedikit tongos. "Kita mesti percaya pada kata-kata Pangcu. Jangan kita sembarangan memandang enteng, Cin-heng (saudara Cin)." terdengar yang lain berkata. "Aku sih bukannya sombong. Kalau hanya menghadapi segala bocah begini, sembari tiduran juga aku bisa menangkapnya. Ha ha ha !" kata lagi si pemimpin. Kecuali yang barusan kasih nasihat pada orang she Cin, yang lain-lainnya memang pada memandang rendah pada Lo In. Mengurung makin rapat, Lo In heran. Ia tidak kenal dengan mereka tapi sikapnya seperti yang memusuhi dirinya. "Para paman, kalian menghendaki apa dari aku ?" Lo In tanya, sekenanya saja. "Kami akan menangkapmu !" bentak salah satu diantaranya. "Aku tidak bersalah, kenapa mesti ditangkap ?" tanya Lo In. "Kau anaknya Kwee Cu Gie, bukan ?" balik tanya si pemimpin. "Siapa itu Kwee Cu Gie, aku tidak kenal." sahut Lo In kontan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Bocah hitam, kau mau main-main sama engkongmu !" si pemimpin berkata lagi. Berbareng ia menjambret tangan Lo In yang sedang memegang kembang. Tangan Lo In dapat dicekal, sambil pelintir ia berkata, "Anak hitam, mengakulah. Jangan....... Kau !" tiba-tiba ia berjengit sebab sekarang menjadi berbalik. Bukan tangan Lo In yang diplintir tapi tangan si orang kasar yang diplintir. Kawan-kawan lainnya menjadi kaget, melihat pemimpinnya hanya segebrakan saja sudah dapat dikuasai Lo In. Lo In salurkan sedikit tenaga dalam ke tangannya, segera tangan si pemimpin yang kena diplintir seperti kena strum listrik. Ia teraduh-aduh tanpa dapat melepaskan pegangan Lo In. Meskipun tangannya kecil, seakan-akan melengket. "Kalian kenapa diam saja ? Lekas maju semua !" teriak si pemimpin yang sudah jadi mandi peluh kena diplintir Lo In. Seperti baru sadar dari tidurnya, mereka lantas serentak menyerbu. Dua belas tangan menghajar berbareng. Itu bukan main hebatnya. Lo In bisa hancur lebur badannya. Tapi kenyataannya lain, ketika serangan serentak sampai, dengan kegesitannya laksana kilat, Lo In menghilang sambil melepaskan si pemimpin yang dijadikan temberang. Si pemimpin jadi berkuing-kuing seperti babi dipotong karena dihujani pukulan kawan-kawannya sendiri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kaget mereka, bukan Lo In yang dihujani pukulan tapi kawannya sendiri. Cepat mereka mancari bayangan Lo In. Mereka lihat si anak kecil hitam berada tidak jauh dari mereka, sedang tenang-tenang saja bermain setangkai bunga. Mereka mulai jeri tapi tak dapat mereka abaikan perintah dari kepala perkumpulannya. Maka itu mereka maju pula berbareng untuk menangkap Lo In. "Kita tidak bermusuhan, kenapa kalian mau tangkap aku ?" tanya Lo In. "Perintah dari atasan tak dapat diabaikan." sahut satu diantaranya. "Kalian dari mana sebenarnya ?" tanya si bocah pula, tenangtenang saja. "Kami dari Ceng Gee Pang." sahut tiga orang hampir berbareng. "Untuk apa banyak cakap, lekas tangkap dia !" bentak si pemimpin. Perintah mana, sudah lantas dikerjakan. Enam orang mengurung Lo In. Tapi mereka sangat hati-hati, kuatir nanti bocah lolos lagi. "Sebetulnya aku ingin main-main dengan kalian, sayang temponya tidak ada. Karena aku mau mencari enci Lian." kata Lo In, tersenyum nakal. "Anak hitam, sebaiknya kau menyerah supaya tidak membuat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kami jadi berabe dan tubuhmu kesakitan karena hujanan kepalan kami !" berkata salah satu diantara orang yang mengepung Lo In. "Kalian tak dapat menangkap aku." menantang si bocah. "Jangan sombong, anak kecil !" terdengar jawaban. Sementara itu pengurungan makin diperketat, kira-kira jaraknya satu meter lebih. "Kalau kalian tidak percaya, nah, lihatlah !" kata si bocah. Lo In berkata begitu, jarak mengepung makin rapat. Setelah itu berbareng mereka menubruk dan menyangka si bocah akan tertangkap. Tapi sebelum maksud mereka kesampaian, tapak Lo In meremas-remas kembang ditangannya lalu sambil memutar tubuhnya ia meniup kembang ditangannya hingga berserabutan terbang mengarah ke hiat-to (jalan darah) di jidat, leher, pundak dan lain-lainnya. Kontan enam orang yang mengepung pada lemas kakinya karena kena ditotok oleh lembaran-lembaran kembang tadi. Sementara itu Lo in sudah tidak ada bayangannya lagi dihadapan mereka. Karena totokan dengan kembang itu hanya totokan main-main saja dari Lo In, maka hanya beberapa menit saja mereka lumpuh. Selanjutnya mereka sudah dapat bangun pula dan segar kembali sebagaimana biasa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Melihat kawan-kawannya dirobohkan dengan hanya tiupan kembang yang diremas, membuat Cin Lian Hin si pemimpin menjadi melongo terpaku ditempatnya. Ia geleng-geleng kepala. Pikirnya, apa bisa jadi ada seseorang bocah yang mempunyai tenaga dalam begitu hebat, susah diukur ? "Hahaha, Cin-heng." tiba-tiba diantara mereka ada yang ketawa terpingkal-pingkal. "Hei, Kek Kim. Kau tertawakan apa ?" tanya Cin Lian Hin. "Aku tertawakan kau, Cin heng. Kau bilang, kau mau ganda dia sembari tiduran, nah sekarang apa buktinya ? Malah kita bertujuh diganda olehnya seperti memeram mata saja. Aaha !" kembali Kek Kim tertawa seenaknya. Cin Lian Hin merah seluruh mukanya, saking jengahnya. Untuk tidak sampai jadi berkelahi dianara kawan sendiri, beberapa orang menyela untuk simpangkan pembicaraan itu hingga dua orang itu tidak sampai adu kepalan. Mereka tidak ungkulan mencari Lo In, maka pulanglah mereka untuk memberi laporan kepada Pancu (ketua perserikatan) mereka. Sampai cuaca menjadi gelap, Lo In masih juga belum dapat menemukan Eng Lian. Hatinya sangat kuatir akan keselamatan si dara cilik, melihat darah berceceran. Ia menyesal tadi tak menanyakan tentang enci Lian kepada salah satu orang yang mengeroyok mereka, lantas terburu-buru untuk mencarinya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lo In pulang dengan lesu, badannya sangat lemas ketika ia turun dari punggungnya si garuda. Keadaan mana dilihat oleh si burung raksasa dengan mengembang air matanya, rupanya ia turut berduka atas kehilangan Eng Lian. Esok paginya, Lo In kumpulkan tentara keranya, diperintah untuk mencari Eng Lian sementara ia sendiri dengan naik si rajawali mencari disekitar lembah, tapi jejak Eng Lian tak dapat dijumpai oleh si bocah. Diam-diam ia menangis kehilangan enci Liannya. Ketika dua tiga hari dicari disekitar lembah enci Eng Lian tidak diketemukan, pada hari yang keempat, Lo In mencari sampai cuaca remang-remang gelap. Ketika ia mau pulang, tiba-tiba dalam pikirannya berkelebat pikiran apakah boleh jadi Eng Lian sudah dibawa naik ke atas ? Mungkin si dara cilik ada di atas Tong-hong-gay. Pikirnya, apa salahnya ia coba-coba naik ke atas sekalian melongok rumahnya dahulu, bagaimana keadaannya sekarang ini. Ia tepuk-tepuk burung raksasanya untuk terbang tinggi, ke atas puncak jurang. Si rajawali merasa heran. Tidak sari-sarinya sang tuan kecil menyuruh dia terbang sampai ke atas puncak. Tapi ia terbang sampai ke atas puncak, tapi ia terbang dengan semangat karena ia tahu Lo In hendak mencari Eng Lian. Sampai di atas cuaca sudah gelap, cuma diterangi oleh bulan sisir yang tenggelam timbul diantara awan yang menutupinya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Melihat itu, Lo In jadi terkenang akan kejadian hampir dua tahun berselang ketika ia berdiam dengan Liok Sinshe di puncak jurang itu. Ia turun dari 'kapal terbangnya', menyuruh si rajawali menantikan disitu saja, jangan ikut ia yang hendak mencari bekas rumahnya. Sampai di tempat yang dituju, Lo In merasa heran sebab rumahnya lain dari dahulu. Kalau tadinya sudah tua, sekarang bagus mentereng, malahan dijaga oleh beberapa pengawal yang bersenjata tajam. Siapakah yang menjadi penghuni baru dari bekas rumahnya itu ? Lampu-lampu di sana sini tampak sudah dipasang hingga cukup terang di sekitar rumah itu. Ingin Lo In menghampiri rumah itu tapi kuatir orang nanti salah anggapan dan menghinanya. Jalan paling baik, pikirnya, ia mengintip dengan diam-diam saja ke dalam rumah itu. Siapa tahu ia dapat kabar halnya enci Eng Lian yang hilang. Dengan ginkangnya (ilmu entengi tubuh) yang sudah diukur, dapat sekejap saja Lo In sudah berada di atas genteng rumah tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal. Dari sini Lo In tidak dapat melihat ke ruangan dalam karena gentengnya dilapis dari sebelah bawah. Rupanya disengaja dibuat begitu kekar supaya tidak ada orang yang mencuri dengar apa yang dibicarakan dalam ruangan. Terpaksa Lo In turun lagi ke bawah. Dua orang jaga hanya nampak berkesiurnya angin tapi tak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melihat adanya bayangan orang, tidak tahu Lo In datang mendekati mereka. Dua orang penjaga itu, tengah duduk membelakangi pohon, yang satu pendek, satu lagi kurus. "Menurut Cin Lian Hin, calon Tongcu dari cabang Ceng Gie Pang disini dengan membawa enam pilihannya sudah menemukan bocah yang diinginkan oleh Pangcu." demikian Lo In mendengar si pendek berkata pada temannya. "Habis, apa yang sudah ditangkap ?" tanya si kurus. "Katanya mukanya hitam legam, cuma kuping dan lehernya saja putih." "Heran, masa calon Tocu (pemimpin) bisa dipermainkan, apalagi dibantu oleh enam orang pilihan yang memperkuat perserikatan kita." Demikian Lo In mendengar pembicaraan dua pengawal itu. Selagi ia sangsi, kenapa ia mau ditangkap, lantas mendengar pula si kurus menanya pada kawannya, "Hei, Lao Can, kenapa sih anak kecil itu mau ditangkap ?' "Mana aku tahu." sahut si pendek. "Cuma aku dengar, dia itu anaknya Kwee Cu Gie. Siapa Kwee Cu Gie dan kenapa anaknya mau ditangkap, aku tidak tahu." "Itu Cin Lian Hin dan kawan-kawannya hanya gentong nasi saja. Masa anak kecil saja tidak bisa menangkap. Coba kalau aku yang disuruh, aku bekuk saja batang lehernya sampai dia TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terampun-ampun. Hahaha !" membual si kurus, seraya bangkit mau meninggalkan kawannya yang masih duduk. Tiba-tiba ia rasakan batang lehernya seperti ada yang menepuk. Sakit rasanya sampai ia meringis-ringis. Sambil berbalik, ia tegur temannya, "Hei, Lao Can. Kau jangan main-main, sakit tuh. Main tepuk belakang batang lehar orang, tidak ada kira-kiranya !" "Siapa yang menepuk batang lehermu ?" tanya si pendek sambil bangkit dan mau ngeloyor meninggalkan si kurus. Mendadak ia rasakan telinganya seperti disentil, sakit bukan main. Ia lantas berbalik dan marah-marah menegur si kurus. "Kenapa kau menyentil telingaku ?" "Siapa yang menyentil telingamu ?" si kurus melotot. Dua-dua kelihatan mendongkol. Tapi mengingat akan kewajiban meronda sudah waktunya, mereka ngeloyor jalan. Belum dua tindak mereka berlalu, tiba-tiba keduany berseru, "au !" Si kurus pegangi belakang lehernya, sedang si pendek pegangi telinganya. Panas rasanya pada bagian yang dipegangnya itu. Berbareng mereka putar tubuh dan berhadapan. Masing-masing matanya saling mendelik. "Betul-betul kau bikin penasaran orang, pendek !" kata si kurus, katanya marah. "Kau juga bikin penasaran orang," sahut si pendek. "Kau tepuk pundakku lagi !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kau sentil kupingku lagi !" Mereka bertengkar dan akhirnya berkelahi. Masing-masing tidak mau mengaku salah. Memang mereka tidak bersalah sebab yang menyebabkan itu adalah Lo In. Dengan gunakan kegesitannya, saban-saban menyelingkar di balik pohon, Lo In godai dua pengawal itu. Ia menepuk belakang lehernya si kurus, kemudian menyentil kuping si pendek, akhirnya mereka adu kepalan. Jail benar si bocah. setelah orang berkelahi, ia nonton dengan bertepuk tangan. Tanpa disadari bahwa hal itu akan menimbulkan kecurigaan. Dan ini pun telah terjadi, si kurus dan si pendek yang tengah berkelahi saling jotos, lantas saja hentikan perkelahiannya, mengawasi Lo In yang sedang bertepuk tangan. "Hei, dari mana datangnya ini bocah bermuka hitam ?" pikir mereka. Lantas mereka ingat akan penuturannya Cin Lian Hin. Inilah rupanya si anak kecil yang dikatakan lihai. Mereka tidak melihat adanya kelebihan dari si bocah sehingga ia sangat ditakuti, girang hatinya, masing-masing ingin menangkap Lo In. Kalau mereka dapat tangkap si bocah, berarti satu jasa besar dan tidak mustahil bila mereka dinaiki pangkatnya. Terdorong oleh rasa serakah, dua pengawal itu lantas main mata satu sama lain untuk kerja sama menangkap Lo In. "Anak kecil, kau siapa ?" tanya si kurus. "Aku adalah aku, buat apa kau tanya." sahut Lo In jenaka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Anak sambel, apa kau tidak tahu masuk ke sini dilarang ?" bentak si pendek. Siapa yang berani melarang aku datang untuk main-main disini ?" Lo In balik menanya. Kembali dua pengawal itu main mata, segera tangan kiri Lo In sudah kena disambar si pendek sedang si kurus berbareng menyekal tangan kanannya. Mereka kegirangan dapat menangkap Lo In. "Anak kecil, mari ikut kami menghadap Hupancu." berkata si kurus sambil tarik tangan Lo In. Dengan bangga mereka sudah giring Lo In. Kawan-kawannya pada merasa heran melihat si kurus dan si pendek menggusur satu bocah bermuka hitam. Anak siapa itu, berani mati datang ke situ yang terjaga keras. Tidak mudah untuk menghadap Hu-pangcu (wakil ketua) sebab harus melalui beberapa ruangan yang dijaga kuat. Lo In menjadi benar-benar pangling (tidak mengenali) bekas rumahnya, diperbesar dan menjadi mewah itu. Ia jinak sekali dituntun si pendek dan kurus untuk dihadapkan kepada Hupangcu. Sampai di ruangan tempatnya Hu-pangcu, Lo In lihat ruangan itu diperaboti indah sekali. Entah berapa banyak Ceng Gee Pang (Golongan Gigi Hijau) mengeluarkan duit untuk memperindah ruangan itu. Lo In lihat kira-kira ada 20 orang tengah mengadakan rapat menghadapi meja panjang. Ditengah-tengahnya ada seorang dengan muka lonjong dan kumis pendek, usianya kira-kira di TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bawah lima puluh tahun. Tubuhnya agak kegemuk-gemukan, pakaiannya dari sutra yang mahal harganya. Lo In menduga orang itu tentu Hu-pangcu dari Ceng Gee Pang. Diantara yang hadir dalam rapat itu terdapat calon Tocu Cin Lian Hin bersama kawannya yang menangkap Lo In. Ketika melihat si bocah bermuka hitam dibawa masuk, mereka amat terkejut. Ada juga yang kucak-kucak matanya, tidak percaya bahwa Lo In begitu mudah dapat ditangkap oleh dua tukang rondanya. "Apakah dia anaknya yang mempermainkan kalian ?" tanya Hu-pangcu kepada Cin Lian Hin dan kawan-kawannya. "Belum pasti." sahut Cin Lian Hin. "Tak semudah itu dia dapat ditangkap." Hu-pangcu tersenyum tidak enak sebab dalam senyuman itu seolah-olah mengandung sindiran kepada Cin Lian Hin dengan kawan-kawannya tidak becus menangkap seorang bocah saja. Kalau Hu-pangcu itu dapat anggapan remeh pada Lo In, tidaklah heran sebab si bocah menurut saja dibentak-benatk dan dijoroki oleh si pendek dan si kurus yang membawanya menghadap si wakil ketua. Si pendek dan si kurus setelah melaporkan bagaimana mereka dapat menangkap si anak kecil, lalu majukan Lo In untuk diperiksa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Anak kecil, apakah maksud kau untuk masuk kemari ?" tanya Hu-pangcu, suaranya tidak bengis. "Aku mau mencari enci Lian." sahut Lo In. "Siapa itu enci Lian ?' tanya Hu-pangcu. "Dia adalah enciku, teman karibku." Lo In menerangkan. "Apa kau yang permainkan dia dengan kawan-kawannya ?" Hu-pangcu tanya lagi, seraya jarinya menunjuk pada Cin Lian Hin. Lo In mengawasi si orang she Cin sebentar, "Kau tanya saja pada dia." sahutnya. Si wakil ketua melengak. Pikirnya bocah ini sikapnya acuh tak acuh, menjawab pertanyaan seenaknya saja, hatinya menjadi tidak senang. Matanya tiba-tiba bersinar mengawasi si pendek dan si kurus. Mereka ketakutan dan gelapan. Mereka tahu kesalahannya, barusan lupa menyuruh Lo In berlutut untuk menghadap wakil ketua. Cepat mereka dekati Lo In. Masing-masing pada pegang lengan Lo In dijoroki supaya berlutut. Hampir berbareng mereka membentak, "Berlutut !" Waktu itu para hadirin termasuk Hu-pangcu terkejut dan katanya terbelalak. Mengapa mereka ? Mereka melihat ada yang berlutut tapi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bukannya Lo In malahan dua pengawal yang menjoroki Lo In sambil berseru 'berlutut !' yang berlutut. Itulah Lo In yang mendemonstrasikan kelincahannya. Waktu si bocah dipegang lengannya dan dibentak disuruh berlutut, ia geraki sedikit badannya, lolos dari pegangan si pendek dan si kurus lalu berjongkok. Kedua tangannya dipentang untuk menotok hiat-to di dengkul yang membuat pengawal itu terkulai dan berlutut, sedang Lo In sudah lantas berdiri. Gerakan Lo In sangat cepat laksana kilat. Hanya beberapa detik saja terjadi sehingga banyak diantara hadirin yang tidak tahu bagaimana Lo In bergerak. Hanya Hu-pangcu yagn melihat tegas, bagaimana dua pengawalnya dirubuhkan dengan satu gerakan kilat dari si bocah. Waktu Lo In dapat ditangkap oleh si pendek dan si kurus itu hanya atas kemauan Lo In. Pikirnya, dengan membiarkan dirinya ditangkap dan dibawa menghadap pemimpin, ia bisa dapat tahu keadaan di dalam dan siapa yang kepalai Golongan Gigi Hijau yang hendak menangkap dirinya. SI bocah gesit luar biasa, tetapi belum tentu lwekangnya luar biasa. Kalau nampak usianya yang masih begitu muda, belum masuk hitungan jago muda. Pikiran itu muncul diantara para hadirin, diantaranya ada satu yang mukanya kekuning-kuningan yang bernama Gouw Li Lit bangkit dari duduknya, datang menghampiri Lo In sambil TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ketawa-ketawa, "Anak kecil, kau hebat !" katanya sambil menepuk pundaknya si bocah dengan tenaga lima bagian. Pikirnya, sekali tepuk si bocah akan terkulai sedikitnya, kalau tidak sampai tergetar jantungnya pasti copot. Tidak disangka, kalau tepukannya itu membawa akibat yang memalukan. Ialah, telapak tangannya yang menepuk, ia rasakan seperti menepuk kapas atas pundaknya Lo In, malah tangannya tak dapat diangkat dari pundaknya Lo In seakan-akan menempel saja. Kaget bukan main Gouw Li Lit, apalagi ketika Lo In menyalurkan lwekangnya ke pundak orang she Gouw itu hampir menjerit kesakitan dan rasa linu sekujur badannya seketika. Waktu Lo In goyang sedikit pundaknya, tangan Gouw Li Lit terlepas dan terdorong sempoyongan, hampir jatuh duduk kalau ia tidak gunakan 'cian kin tui' atau ilmu memberatkan bada seribu kati untuk menahan tubuhnya. Gouw Li Lit pucat mukanya, merasa sangat penasaran dirubuhkan hanya segebrakan saja oleh bocah yang barusan lepas netek. Ia ada satu ahli Gwakang (tenaga luar) yang oleh kawan dan lawan disegani. Dimana ia taruh muka bila hanya begitu saja dapat keok sama anak kecil. Tidak heran kalau ia jadi sangat gusar. Matanya mendelik pada Lo In dan berkata, "Anak kecil, mari kita adu kepandaian !" "Aku tidak ada tempo, aku hendak mencari enci Lian." sahut Lo In. Penerangan dalam ruangan itu cukup, dipasang beberapa lilin, diantaranya ada empat lilin yang besar ditancap dibelakang meja rapat. Gouw Li Lit mendekati Lo In, "Aku tidak rela dengan gebraka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tadi. Maka marilah kita adu kepandaian." menantang Gouw Li Lit sambil pasang kuda-kuda. Melihat lagaknya orang she Gouw, Lo In jadi ketawa. "Aku tidak mau berkelahi, kenapa kau memaksa ?" katanya seraya masih ketawa. Lo In ketawa sebenarnya wajar karena merasa lucu melihat tingkahnya si orang she Gouw. Tapi ketawanya si bocah justru dianggap satu hinaan oleh Gouw Li Lit. "Aku ketawa apa, bocah !" bentaknya lalu disusul dengan serangan hebat menggunakan tenaga penuh. Angin pukulannya sampai menderu, segera terdengar suara 'brak !'. Itulah meja yang berantakan terkena angin pukulannya. Lo In tatkala itu berdiri tidak jauh dari meja yang hancur tadi. Kalau serangan Gouw Li Lit itu mengenakan sasarannya, pasti si anak kecil remuk tulang-tulangnya. Baikna saja ia sudah menghilang dan sodorkan meja sebagai wakilnya. Para hadirin jadi tegang. Mereka tahu si orang she Gouw kalau sudah kalap, untuk mencuci kehormatannya, jalan satusatunya adalah menghancurkan tubuh Lo In. Hanya sayang, si anak kecil terlalu gesit untuk lantas menghilang dari hadapan Gouw Li Lit yang saban kali menyerang dengan tenaga maksimum. "Bocah hitam !" teriak Gouw Li Lit kalap. "Kau jangan menghilang kayak setan. Kalau berani sambuti seranganku !" Kelihatannya ia kewalahan dilawan dengan kegesitan Lo In. Maka ia berteriak kalap tadi. Ia berteriak sambil membarengi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan serangan dahsyat. "Aku tidak mau berkelahi, kau paksa juga. Nah, baiklah aku sambuti !" Lo In sambuti seenaknya saja, tanpa pasang kudakuda segala. Gouw Li Lit girang teriakannya tidak sia-sia. Seketika ia menyerang dengan jurus yang mematikan, sepasang kepalannya yang segede kepala bayi, menyambar ke arah dada Lo In. Ini adalah tipu 'sian coa touw sin' atau 'Sepasang ular muntahkan bisanya'. Satu jurus yang ganas, mengerikan, apalagi itu ditujukan kepada Lo In anak kecil. Tidak heran kalau para hadirin menjadi amat kaget dan kuatir akan keselamatan si bocah. Tapi Lo In tenang-tenang saja, malah ia masih bisa ketawa ketika pukulan sampai. Ia tidak berkelit menghilang, sebaliknya ia papaki sepasang kepalan lawan dengan satu sampokan tangan kiri, keras lawan keras. Lucu kelihatannya sebab dua lengan yang segede anak ditangkis oleh satu tangan yang kecil halus. Menurut teori, akan patahlah tangan yang kecil itu. Tapi prakteknya, setelah bentrokan keras, Gouw Li Lit tarik pulang sepasang lengannya dengan susah payah seperti yang terlepas dari sambungan pundaknya, wajahnya meringis-ringis kesakitan, jantungnya tergetar seperti mau copot saja rasanya. Sementara si bocah hanya berdiri senyum-senyum saja melihat sang lawan lompat mundur dengan muka pucat dan meringis-ringis. Lo In telah gunakan gerakan 'Tan cian cui tah' atau 'Dengan satu tangan mendorong pagoda', satu tangkisan keras yang mengandung tenaga dalam yang dahsyat untuk memunahkan serangan Gouw Li Lit yang ganas. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Para hadirin hampir tak percaya dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan adegan yang langka dalam dunia persilatan (Bu lim) seperti yang diperlihatkan oleh si anak kecil berwajah hitam. "Hek-bin Sin-tong........" menggumam Hu-pangcu dari Ceng Gee Pang saking kagum ia melihat kepandaian Lo In. Meskipun perlahan Hu-pangcu itu menggumam tetapi terdengar nyata di telinga para hadirin yang mempunyai lwekan tinggi. Mereka pada menoleh pada Hu-pangcu, seraya dalam hatinya masing-masing pada berkata, "Pantas anak hitam ini mendapat julukan 'Hek-bin Sin-tong' dari mulutnya Hu-pangcu Ceng Gee Pang. Belakangan hari telah membuat namanya Lo In populer dengan julukan itu dalam dunia Kangouw. Diantara para jagoan yang hadir dalam rapat itu adalah Gouw Li Lit yang paling menonjol kepandaiannya. Sekarang si orang she Gouw sudah dikalahkan dengan begitu mudah, siapa lagi yang berani maju ? Hu-pangcu, meskipun jeri hatinya merasa tidak puas kalau tempatnya diacak-acak oleh anak kecil. Maka seketika itu lantas memberi tanda pada para hadirin untuk mengepung Lo In. Mereka bangun dengan serentak dari masing-masing tempat duduknya, memburu Lo In. Si bocah kaget juga. Sebelum ia buka mulut menanyakan sebabnya mereka datang mengeroyok, ia dibikin repot oleh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hujan kepalan dan tangan dibeber menabas bagaikan golok tajam. Terpaksa Lo In keluarkan ilmu entengi tubuh ajaran Liok Sinshe yang dinamai 'Bu eng bu seng sin hoat' atau 'Ilmu sakti tidak bayangan tiada suara', yang ia yakinkan dengan mahir betul. Dengan kepandaian meringankan tubuh yang sakti itu, membuat jagoan-jagoan yang mengeroyok saban-saban tubruk angin. Sungguh lucu kalau menyaksikan adegan itu. Kawanan jagoan seakan-akan merupakan kawanan serigala yang kelaparan berebut menangkap mangsanya, tapi sang korban saban-saban menghilang dari hadapannya. Bukannya jarang, satu sama lain saling beradu tangan, beradu tubuh dan berbenturan kepala disebabkan berbarengan mereka menubruk mangsanya. Tapi sang mangsa telah hilang lenyap seperti masuk dalam rumah atau naik ke langit saja. Dalam sengitnya mereka mengepung Lo In, sampai tak menyadari bahwa saat itu ada seorang tamu sudah lama menonton mereka sedang uber-uberan. "Hahaha ! Ang Ban Ie, kau menjadi anak kecil lagi ? ha ha ha......... !" Inilah suara si tamu, keras berwibawa sehingga semua orang hentikan uber-uberannya. Mereka tidak tahu kemana si bocah menghilangnya, tapi mereka lebih perlukan menghadapi tamu yang baru datang itu. Rupanya mereka kenal baik pada tamu yang datang itu sebab semuanya kelihatan pada menunjuk muka tegang. Tamu itu ada seorang tua dengan muka bersih, pakaiannya pun perlente, dari mana menunjukkan bahwa si tamu itu bukan orang dari tingkatan rendah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tamu itu memang tiada lain adalah Pangcu dari Ceng Gee Pang. Melihat ketuanya yang datang, segera Ang Ban Ie, si wakil ketua lekas menghampiri memberi hormat. Ia berkata, "Toako, mengapa malam-malam kau datang kemari ? Tentu ada urusan penting yang hendak dibicarakan dengan aku." Pangcu dari Ceng Gee Pang itu ada saudara cintong dari Ang Ban Ie, namanay Ang Ban Teng. Ia lihai menggunakan senjata rahasia bentuk panah yang direndam dalam obat, bukannya racun tapi istimewa kerjanya. Panah itu asal menancap pada tubuh korbannya, kalau menemui darah lantas menjadi lumer dan sang korban akan menggigil kedinginan. Kaki tangan tak dapat digerakkan seperti membeku untuk sepuluh menit lamanya. Entahlah, Ang Bang Teng menggunakan bahan obat apa untuk senjata panahnya yang istimewa itu, tapi yang terang namanya terkenal dengan Soa-cian Ang atau Ang si Panah Salju. "Terang kalau tidak ada urusan penting, tak aku datang malam-malam kesini." jawab Ang Ban Teng, si Panah Salju sembari jalan menghampiri meja rapat dan lantas duduk di meja kepala, di dampingi oleh Ang Ban Ie, si wakil ketua. Orang-orang pada berkumpul lagi mengitari meja rapat dengan dalam hatinya masing-masing pada menanya urusan penting apa yang dibawa Pangcu itu. "Hiante," kata Soat-cian Ang. "Kenapa kalian mengeroyok anak kecil tadi ? Apakah tidak malu nanti diketahui oleh rekanrekan dalam kalangan Kangouw ?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ang Ban Ie ketawa, tapi ketawanya tentu saja tidak wajar. Ia merasa malu dengan teguran saudara tuanya. Meskipun begitu, ia harus membela diri agar jangan terlalu dipersalahkan. Ia berkata, "Soalnya bocah itu anaknya Kwee Cu Gie. Bukankah Siong Leng Totiang ada minta bantuan kita, diwaktu kita hendak menempati tempat ini supaya kita membantunya untuk menangkap anaknya Kwee Cu Gie ?' Soat-cian Ang kerukan keningnya. "Dari mana kau tahu bocah itu anaknya Kwee Cu Gie ?" Pada sepuluh hari yagn lalu kita ada kedatangan Ang Hoa Lobo dengan Toan-bi Lomo Siauw Cu Leng." jawab Ang Ban Ie. "Hah ! Dua iblis itu datang kemari?" tanya Soat-cian Ang, terkejut dia. "Betul," sahut Hu-pangcu Ang Ban Ie. "Si nenek mengatakan bahwa dibawah jurang ada satu lembah dimana ada tinggal seorang anak kecil yang mempunyai tentara kera dan burung raksasa. Aku jadi ingat akan pesan Siong Leng Totiang supaya kita membantunya. Maka aku lalu menanya pada si nenek, apakah anak itu bukannya anak Kwee Cu Gie. Ang Hoa Lobo manggut. Ang Hoa Lobo kata anak itu lihai, harus dipancing meninggalkan tentara kera dan burung raksasanya, baru ada harapan ditangkap degnan menggunakan banyak orang kuat kita. Kalau diserangnya, ia kata jangan banyak harap dapat menangkap si bocah karena tentara kera dan burung rajawalinya, ada pelindung yang sangat kuat......." "Lalu kau kirim orang untuk memancing dia, bukan ?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memotong Soat-cian Ang. "Betul," melanjutkan Ang Ban Ie. "Aku sudah kirim tujuh orang kuat kesana dikepalai oleh Cin Lian Hian. Inilah Tocu kita untuk cabang disini." Ang Ben Ie menunjuk Cin Lian Hin memperkenalkan kepada Pangcunya. Soat-cin Ang manggut-manggut. "Teruskan, hayo teruskan ceritamu." katanya. "Cin hiante dan kawan-kawan tak usah memancing lagi si anak kecil meninggalkan sarangnya." melanjutkan Ang Ban Ie. Karena dalam perjalanan ke sana dia sudah bertemu dengan anak yang dimaksud, yang mencari kawannya yang bernama Eng Lian. Rupanya Cin hiante terlalu memandang enteng pada si anak kecil, karena bukan saja anak yang diarah tak dapt ditangkap, malah Cin hiante dengan enam kawannya kena dirobohkan dengan memalukan sekali." Selanjutnya Ang Ban Ie menuturkan bagaimana Cin Lian Hin dan kawan-kawan dipecundangi oleh Lo In dan tentang kedatangannya si bocah malam itu ke markas mereka malammalam untuk mencari temannya hingga menjadi adu kepandaian dengan Gouw Li Lit disusul dengan pengeroyokan ramai-ramai oleh mereka. Soat-jian Ang angguk-anggukkan kepalanya, sembari urut-urut kumisnya. Diam-diam ia merasa kaget mendengar penuturannya Ang Ban Ie. "Anaknya sudah begitu hebat, bagaimana dengan bapaknya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ?" terdengar si Pangcu bergumam. Kiranya gumaman Ang Ban Teng dapat didengar tegas oleh para hadirin yang kepandaian lwekangnya tidak rendah. "Pangcu maksudkan siapa bapaknya ?" tanya Gouw Li Lit tibatiba. "Aku tidak tahu apa bapaknya si anak kecil itu masih hidup atau sudah mati. Sebab menurut Siong Leng Totiang, Kwee Cu Gie yang menyaru jadi Liok Sinshe ada dua tahun yang lampau sudah mati masuk jurang dibokong oleh Kim Popo." menerangkan Soat-cian Ang. "Lalu bagaimana pikiran Toako ?" tanya Ang Ban Ie. "Kemarin dulu, aku ada kedatangan sobatku. dia itu ada Liu In Ciang, yang kini terkenal dengan nama Liu Wangwee di desa Kunhiang." menutur Soat-jian Ang. "Dalam omong-omong dia menceritakan pengalamannya pada satu setengah tahun yang lalu dia didatangi Sucoan Sam-sat........" "Apa Pangcu bilang ? Sucoan Sam-sat ?" memotong Gouw Li Lit. Ia kaget rupanya. "Benar." sahut Soat-cain Ang. "Siapa tidak kenal dengan tiga algojo dari Sucon itu. Rata-rata orang persilatan pernah mendengar tentang mereka itu." "Mereka datang ada urusan apa dengan Liu Wangwee ?" menyela Ang Ban Ie. "Sucoan Sam-sat datang atas undangannya Tan Kong Ceng, salah satu hartawan di Kunhiang. Entah ada urusan apa yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menyebang Liu In Ciang dan Tan Kong Ceng bentrok hingga hartawan Tan mengundang tiga algojo dari sucoan. Tapi yang penting untuk kita adalah keterangan sobatku itu. Katanya dalam pertempuran dengan Giam-ong Puy Teng, Liu In Ciang dapat dirobohkan dengan mendapat luka parah, dua tulang iganya patah. Anak gadisnya, Bwee Hiang, dalam putus harapan hendak menebas kuntung lehernya, tiba-tiba pedangnya terpental jatuh dari cekalannya karena benturan batu kecil yang dilepas dari jurusan pohon, dari mana telah turun melayang sesosok tubuh, ialah si kerudung merah..........." "Siapa itu si kerudung merah ?" menyela beberapa hadirin hampir berbareng. "Hahaha !" tertawa Soat-cian Ang. "Si kerudung merah adalah bintang penolong dari sobatku itu. Dia bukan saja melabrak Sucoan Sam-sat satu demi satu, malah belakangan disuruh maju berbareng tapi mereka tidak ungkulan menghadapi si kerudung merah. Lwekang dari tiga penjahat itu telah dimusnahkan dan diancam apabila mereka tidak bisa rubah adatnya dan belakangan hari ketemu lagi dengannya, si kerudung merah akan mengambil jiwanya." Sampai disini menutur, kelihatan Soat-cian Ang gembira, air mukanya berseri-seri sambil elus-elus janggutnya. Atas desakan hadirin ia menutur lagi, "Liu Wangwee diobati olehnya sampai sembuh. Ketika ditanyai siapa adanya si kerudung merah, selalu dia menyimpangkan pertanyaan hingga sobatku tidak tahu siapa dia sebenarnya. Tapi yang terang, ilmu silatnya luar biasa. Sekali gebrak, ia bikin lawannya mati kutu mendeprok di tanah. Dia meninggalkan rumah sobatku, menghibur supaya hartawan Liu jangan memikirkan lagi si tiga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ algojo karena dia sudah musnahkan ilmu silatnya dan mereka tidak berani datang lagi. Tapi perhitungan itu rupanya meleset sebab Sucoan Sam-sat bukan merubah kelakuannya, sebaliknya mereka minta pertolongan gurunya, Thie-tauw-eng Ie Jie Lo (si Garuda Kepala Besi). "Gurunya sendiri tidak sanggup memulihkan tenaga dalam mereka. Untung ada supeknya, Hong-hwe-liong Siang Hong Sin, dapat menolongnya meskipun perlahan-lahan. Sekarang kepandaian mereka sudah pulih. Setelah mendapat petunjuk dari guru dan supeknya, kabarnya Sucoan Sam-sat sudah keluar lagi dari sarangnya mencari si kerudung merah. Tapi sudah beberapa bulan dicari belum dapat dijumpai dimana adanya si kerudung merah. Sahabatku, Liu In Ciang menjadi gelisah. Karena tak dapat menemukan musuhnya maka mereka akan datang pula ke Kunhiang untuk menghancurkan keluarga Liu. Liu Wangwee sendiri tidak mohon pertolongan apa-apa padaku, cuma aku sebagai sobatnya, mana dapat tinggal peluk tangan menonton Liu In Ciang menghadapi bahaya maut." Semua yang hadir tidak membuka suara apa-apa setelah mendengar penuturannya san Pangcu sampai kemudian Hupangcu, Ang Ban Ie yang memecahkan kesunyian. "Jadi apakah kita akan ikut campur tangan dalam urusan Liu Wangwee ?" Soat-cian Ang angguk-anggukkan kepala. Kembali keadaan menjadi sunyi. "Untuk menolong Liu Wangwee adalah wajar." kata Gouw Li Lit. "Sebab Liu In Ciang ada sahabat Pangcu. Cuma saja, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bagaimana kita harus menghadapinya itu tiga algojo dari Sucoan yang tersohor sangat ganas ?" "Justru dalam hal ini aku datang kemari untuk berunding. Bagaimana pikiran saudara-saudara sekalian ?" berkata Soatcian Ang sambil perhatikan wajah hadirin satu demi satu. Ia mengharap ada pikiran baik keluar dari salah satu diantaranya. Mereka berunding, mencari jalan keluar. Sementara itu soal si anak kecil sudah tidak disinggungsinggung lagi oleh mereka. Apa lagi sang Pangcu tidak menanyakan soalnya lebih jauh. Perhatian sekarang jauh dipusatkan kepada soal mencari jalan untuk menolong Liu Wangwee yang terancam bahaya. Dimana si bocah mengumpat ? Kiranya ia mengumpat di bawah meja rapat yang ditutup dengan kain merah. Enak saja ia diam-diam disitu mencuri dengar apa yang dibicarakan oleh mereka. Kembali dalam benak Lo In timbul pertanyaan : Siapakah dirinya ? Anak siapa, apakah Kwee Cu Gie benar ayahnya ? Dimana ibunya ? Liok Sinshe dikatakan menyamar, diam diatas jurang Tonghong- gay, apakah benar ia Kwee Cu Gie, kenapa dia tidak omong bahwa dia adalah anaknya ? Semua telah membikin pusing kepalanya si bocah lagi. Memikir dalam ruangan itu ia tidak mempunyai kepentingan pula, maka diam-diam tanpa disadari oleh para hadirin yang tengah memusatkan perhatiannya kepada urusan Liu Wangwee, Lo In sudah bisa menyingkir dari ruangan itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dengan menggunakan kepandaiannya meringankan tubuh, tidak seorang pun dapat melihat ia berlalu kecuali berkesiurnya angin disamping para penjaga. Sebentar lagi Lo In sudah menghampiri burung raksasanya yang menantikannya dengan penuh khawatir. Mari kita lihat keadaan Eng Lian. Sore itu Eng Lian naik garudanya sendirian, pesiar diatas lembah. Ketika si rajawali melayang rendah, tiba-tiba burung raksasa itu nampak berkelebatnya seekor kelinci. Otomatis ia menyambar ke bawah, tapi sang korban sudah lari bersembunyi diantara pohon bunga-bungaan. Melihat banyak pohon kembang, Eng Lian sangat tertarik hatinya. Ia tepuk-tepuk pundaknya si burung raksasa sambil berkata, "Tiauw-heng, kau turun disini, aku nanti tangkapkan kelinci untukmu." Si dara cilik dari tadi terpingkal-pingkal ketawai burungnya yang gagal menyambar mangsanya. Ia ingin menolong tangkapi si kelinci yang menyusup diantara pohon-pohon yang merintangi si rajawali mementang sayapnya. Si burung raksasa lantas mendarat. Eng Lian dengan gembira lompat turun dari bebekong si rajawali kemudian ia lari menyusup diantara pohon-pohon kembang. Lagaknya seperti yang mengubar kelinci tapi sebenarnya ia hendak memetika kembang-kembang yang harum semerbak memenuhi hidung. Senang sekali Eng Lian berada diantara bunga-bunga. Tangannya repot memetik sana sini, memilih bunga yang bagus-bagus untuk dibawa pulang. "Sayang adik In tidak turut, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kalau tidak, oh, bagaimana gembiranya kita memetik kembang yang harum mewangi ini." ia berkata-kata sendiri. "Selamat bertemu lagi nona Lian........" tiba-tiba si dara cilik mendengar orang berkata dari belakangnya hingga ia cepat menoleh dengan kaget. Kiranya yang berkata-kata tadi adalah Ang Hoa Lobo, kenalan lama yang Eng Lian sangat benci. Sambil cemberut, ia menanya : "Nenek jahat mau apa ?" "Hehehe !" si nenek ketawa kering. "Bagaimana kau bisa katakan aku jahat ?" "Memang kau jahat." sahut Eng Lian berani. "Kau sudah pukul adik In sampai luka berat, kemudian kau hukum aku tidak makan beberapa hari. Apa itu tidak jahat ?" "Aku toh belum gebuk mati si bocah, belum hukum mati kamu, masih belum terhitung jahat, bukan ?" bantah si Nenek Kembang Merah seraya haha hihi ketawa. "Hmm !" si dara cilik mendengus. Mendongkol dia mendengar alasan si nenek. "Aku datang hendak menyambut kau, Eng Lian." kata si nenek. "Menyambut aku ?" si nona cilik menanya heran. "Aku sudah tidak ada hubungan lagi dengan kau, untuk apa kau menyambut aku ?" "Hubungan kita masih ada. Sebegitu jauh, kau masih tetap TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ membandel tidak ajarkan menjinaki ular." sahut si nenek ketawa. --12-- Si dara cilik geleng kepala. "Aku tidak mau ajarkan kau." katanya. "Kenapa ?" Ang Hoa Lobo menanya heran. "Kalau kau sudah dapat menjinaki ular, nanti kau akan lebih jahat lagi." sahut si dara cilik. "Tidak, tidak. Aku berjanji akan menjadi orang baik, kalau kau sudah ajarkan menjinaki ular." si nenek cepat menyahut. "Soalnya ditempatku Coa-kok (Lembah Ular) disana ada banyak kawanan ular, aku mau bikin kawanan ular itu takluk padaku, lain tidak." Si nona kerutkan alisnya yang lentik, ia berpikir rupanya. "Nona Lian, aku hanya minta kau ajari aku. Setelah mana aku tak akan mengganggu lagi kau." Ang Hoa Lobo berjanji. Kembali si nona tidak menjawab. Ia berpikir, memang paling baik kalau si nenek tidak datang mengganggu ia dan Lo In punya ketentraman. Apalagi si nenek berjanji akan menjadi orang baik. Tidak ada salahnya kalau ia mengajari si nenek menjinaki ular. Setelah mengambil keputusan, ia berkata, "Baiklah, mari ikut aku." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Si nona berkata seraya geraki kakinya hendak berlalu dari situ, menghampiri si rajawali yang menunggu jauh di sana. Ang Hoa Lobo sudah tentu saja tidak bersedia mengikuti si nona karena disana ada si rajawali yang kalau melihat dia dengan Siauw Cu Leng akan beringas dan mengajak bertempur. Maka itu ia lalu berkata, "Nona Lian, sebaiknya kita jangan ke rumahmu. Kau ikut aku saja ke Coa-kok." Si nona putar tubuhnya. "Mana bisa begitu, adik In sedang menunggui aku." sahutnya seraya lari hendak lari meninggalkan Ang Hoa Lobo. Lari belum jauh, tiba-tiba ia dicegat oleh Siauw Cu Leng. "Hahaha ! Dara cilik, kau mau lari kemana ?" bentaknya kasar. "Kakek jahat, kau jangan merintangi aku !" semprot Eng Lian. Si nona coba hindarkan sambaran tangan Siauw Cu Leng, tapi ia ada satu gadis cilik yang baru saja belajar silat. Mana dapat ia lolos dari si Iblis Alis Buntung yang kasar dan kejam. Maka sambaran tangan yang kedua kali sudah dapat menangkap pergelanagan tangan si nona cilik hingga ia menjerit karena pegangan si Iblis Alis Buntung seperti jepitan besi rasanya. Si dara cilik berontak-rontak tidak menolong. "Eng Lian sebaiknya jangan kau menolak undangan kami. Hei, Cu Leng, jangan kau kurang ajar pada guru cilik kita !" kata Ang Hoa Lobo melihat Toan-bi Lo-mo memencet tangan si nona kecil dengan keras hingga menjerit kesakitan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Siauw Cu Leng menurut. Ia longgarkan pegangannya. Si rajawali yang menunggu majikannya jauh dari situ, bukannya tidak mendengar jeritan nonanya. Ia hanya mengebas-ngebaskan sayapnya saja. Untuk terbang masuk ke tempatnya Eng Lian tak dapat ia lakukan karena banyak rintangan cabang pohon untuk sayapnya bebas bergerak. Tidak heran, ia kelihatan sangat gelisah sebab suara jeritan Eng Lian itu ada satu tanda si dara cilik dalam bahaya. Setelah lama ia nantikan nonanya belum kelihatan muncul, maka terpaksa ia pulang untuk memberitahukan pada Lo In. Di lain pihak, Eng Lian sudah kena ditotok oleh Siauw Cu Leng dan dibawa pergi dari situ. Belum berapa tindak mereka berlalu, telah berjumpa dengan Cin Lian Hin dan enam kawannya. Ang Hoa Lobo berkata pada Cin Lian Hin, "Ini ada cara yang kebetulan. Tak usah kalian memancing lagi si bocah keluar dari sarangnya, kalian tunggu saja disini. Pasti si bocah akan datang kemari untuk mencari temannya." Cin Lian Hin sangat kegirangan. Pikiranya memang hal itu sangat baik, tidak berabe lagi harus memancing Lo In keluar dari sarangnya yang banyak teman kawanan kera. Sementara itu, atas perintah si nenek, Siauw Cu Leng sudah tangkap seekor kelinci, ia potong dan daranya dibikin berceceran dari mulai pohon kembang di mana Eng Lian berdiri sampai sejauh bisa darah sang kelinci dapat dikucurkan. Jadi darah yang berceceran yang Lo In jumpai itu bukannya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ darah Eng Lian tapi darahnya sang kelinci liar yang nasibnya lagi sial ketemu Siauw Cu Leng. Ang Hoa Lobo senang dapatkan Eng Lian. Ia bawa ke sarangnya, Coa-kok yang sukar didatangi orang karena di lembah itu kesohor banyak ularnya. Di sana Eng Lian dibujuk lagi oleh Ang Hoa Lobo, dijanjikan ia akan dibebaskan dan diantarkan kepada Lo In kalau ia sudah turunkan ajaran menakluki kawanan ular. SI dara cilik dapat dibujuk, tanpa banyak pikir ia lantas berikan pelajaran pada Ang Hoa Lobo. Hatinya sudah kepingin buru-buru ketemu Lo In lagi. Ia kuatirkan putus asa mencari dirinya yang diculik oleh si Nenek Kembang Merah. Kalau ia sudah menurukan pelajaran menakluki ular kepada Ang Hoa Lobo, pikirnya, ia akan mendapat kebebasannya dan segera dapat pulang ke rumahnya bertemu pula dengan adiknya. Dasar anak kecil, masih belum tahu kecurangannya manusia. Eng Lian kena dikibuli Ang Hoa Lobo sebab setelah si nenek dapat ilmu menakluki ular bukan saja kebebasannya si dara cilik tidak diberikan, malah Eng Lian dipakai alat untuk keuntungannya Ang Hoa Lobo dan gula-gulanya (Siauw Cu Leng). "Popo." kata Eng Lian pada suatu hari. Ia sekarang memanggil popo atas usul si nenek sebab katanya diantara mereka tidak ada permusuhan dan malah dengan panggilan yang halus itu, kedengarannya lebih mesra dan lebih dekat hubungan keluarga. "Aku sudah turunkan pelajaran menakluki ular, kapan aku dibebaskan dan ketemu lagi denan adik In ? Dia tentu sudah menunggu-nunggu aku dengan tidak sabaran." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ang Hoa Lobo tertawa ramah. Katanya, "Oh, besok ada hari baik. Tanggal 7 bulan 7, aku akan antarkan kau kembali ke rumahmu dan ketemu lagi dengan Lo In." Eng Lian senang mendapat jawaban itu. Ia menubruk Ang Hoa Lobo, memeluk dengan mesra, katanya berbisik, "Popo, kau sangat baik......." Si nenek mengelus-elus rambut kepalanya Lian. "Anak Lian," katanya, "Besok ada hari berpisahan kita. Maka sebentar malam sebaiknya aku mengadakan sedikit perjamuan untuk memberi selamat jalan padamu. Sebab belum tahu kapan kia bisa ketemu lagi." "Oh, tidak Popo. Nanti aku dengan adik In akan menyambangi kau disini. Jangna lupa, kalau adik In kemari, kau mau juga akan memberi obat pemunah pada mukanya adik In yang hitam supaya ia dapat kembali pada wajahnya yang asli." demikian si dara cilik nyerocos, tampaknya ia sangat manja. Ang Hoa Lobo mendengar kata-kata Eng Lian anggukanggukkan kepalanya. "Tentu, itu jangan kau minta juga aku akan sembuhkan muka anak In." sahutnya ramah. Hatinya si dara cilik makin girang. Pada malamnya lantas diadakan perjamuan sederhana. Eng Lian yang tidak biasa minum arak, ia hanya disuguhi teh saja. Teh yang wangi dan menyegarkan badannya. Maka ia beberapa kali meneguk isi cangkir yang saban kali disilahkan minum oleh Ang Hoa Lobo. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Si nenek dan Siauw Cu Leng dengan gembira menemani pesta perpisahan itu. Setelah beberapa cangkir teh masuk dalam perutnya Eng Lian, si dara cilik tiba-tiba menguap beberapa kali lantas bangkit dari duduknya sambil berkata, "Aku sudah ngantuk, biarlah aku tidur lebih dahulu........." Baru saja ia mengucapkan 'dahulu........' lantas roboh terkulai, dengkulnya dirasakan lemas. Lantas saja ia tidur di lantai, lupa akan keadaan disekitarnya. "Hehehe !" terdengar Ang Hoa Lobo ketawa seram. "Hebat obatmu, cici !" memuji si Iblis Alis Buntung. "Ini baru tidur saja. Sebentar kalau dia sudah siuman, kau boleh lihat bagaimana pengaruh obatku yang kuberikan padanya. He he he......" si nenek berkata sangat bangga tampaknya. Eng Lian diantapkan saja tidur di lantai, sementara Ang Hoa Lobo teruskan makan minumnya bersama Siauw Cu Leng dengan gembira. Kira-kira 1 jam sudah berlalu, tampak si gadis cilik mulai mendusin. Eng Lian kucak-kucak matanya kemudian bangkit dari rebahnya. Matanya yang jeli halus kini berubah jadi beringas seperti kerasukan setan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hi...hi....hi...........hihihi.........!" tiba-tiba Eng Lian ketawa menyeramkan. "Bagaimana ?" Ang Hoa Lobo tanya Siauw Cu Leng yang saat itu jadi bengong melihat kelakuan Eng Lian. "Begini !" sahut si Iblis Alis Buntung seraya mengacungkan jempolnya. Beringas sikapnya Eng Lian, menakutkan. Matanya terus mengawasi Ang Hoa Lobo, tapi yang diawasi tinggal tenangtenang saja, malah ketawa ramah. Tiba-tiba........ Eng Lian berteriak keras, lalu menubruk si nenek. Kedua tangannya diangkat hendak mencengkeram muka si nenek. Tapi dengan mudah kedua tangan si dara cilik dipegangnya, lalu berkata, "Eng Lian, jangan kurang ajar kepada suhu. Lekas berlutut !" Sungguh mengherankan. Kata-kata Ang Hoa Lobo diturut dengan serentak. Eng Lian jatuhkan dirinya berlutut, sambil mengucap 'Suhu'. Toan Bi Lo-mo Siauw Cu Leng hanya mendengar dari Ang Hoa Lobo bahwa 'istrinya' itu mempunyai satu kepandaian mengherankan. Ia belum mau percaya sebab kalau belum melihat buktinya. Sekarang dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan kepandaian istimewa dari Ang Hoa Lobo. Diamdiam bulu tengkuknya dirasakan pada berdiri, seram, makin takut ia pada si nenek. "Cu Leng." si nenek berkata pada si Iblis Alis Buntung yang saat itu kelihatan duduk termangu-mangu. "Inilah kepandaian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang diwariskan oleh suhuku, Lambay Mo Lie kepadaku, murid tunggalnya. Obat itu dinamai 'Cian jit su su hun' (Obat bubuk mematikan ingatan seribu hari). Siapa yang minum akan membuat lupa siapa dirinya dan kejadian-kejadian yang lampau, dia hanya mempunyai ingatan ada punya suhu, kepada siapa dia harus setia dan menurut segala perintahnya. "Sekarang bagaimana kita harus berbuat atas dirinya ?" tanya Siauw Cu Leng. "Eng Lian ada punya sepasang ular kecil." kata si nenek. "Warnanya kekuning-kuningan seperti emas. Ditaruh dalam sebuh bumbung mungil yang dia bawa-bawa dibadannya. Kalau aku tanya kenapa sepasang ular itu tidak dia lepas, katanya untuk menjaga dirinya. Dia ada seorang lemah, tidak pandai silat. Kalau ada orang hendak berbuat jahat padanya, dia dapat melepaskan ularnya untuk menggigit. Siapa yang kena digigit oleh ular emasnya itu akan keracunan dan dalam tempo setengah jam, kalau tak mendapat obat pemusnahnya bakal mati dan tubuhnya lumer menjadi air tanpa bekas.........' "Ah, sampai begitu hebatnya ?" menyela Siauw Cu Leng, ketakutan dia. "Itu aku belum buktikan sendiri. Mungkin omongannya tidak salah. Katanya sepasang ular itu adalah pemberian ayahnya dengan pesan kalau tidak keliwat terpaksa jangan dilepaskan untuk membunuh orang. Makanya sampai sebegitu jauh dia simpan saja sepasang ular emas itu dalam bumbung di badannya. "Aku tidak melihat dia kasih makan ularnya." kata Siauw Cu Leng. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Sepasang ular itu bisa tiga bulan berturut-turut tidak makan." menerangkan Ang Hoa Lobo. "Ini aku tahu dari Eng Lia. Makanannya apa, aku sendiri tidak tahu sebab si Lian tidak mau mengatakan padaku." "Kalau sepasang ular itu begitu jahat, paling baik kita rampas saja dari padanya, kita bunuh mati. Jadi tidak membahayakan kita." usul Siauw Cu Leng. "Jangan, jangan." sahut Ang Hoa Lobo seraya goyang-goyang tangan. "Mati atau hidup sepasang ular itu bagi kita tidak penting." "Kalau begitu, bagaimana kalau kita takluki dia dan dijadikan alat untuk kita. " usul Siauw Cu Leng bernapsu. "Tidak bisa." sahut si nenek. "Sepasang ular itu tak dapat ditakluki oleh kita kecuali oleh Eng Lian yang menjadi majikannya. Juga tidak akan membahayakan pada kita karena dalam keadaan tidak sadar, Eng Lian tentu akan menjadi alat kita yang dapat kita gunakan untuk membunuh musuh-musuh kita. Ini bukannya baik ?" Siauw Cu Leng ketawa nyengir. "Eng Lian selain punya senjata ampuh itu, juga punya senjata lainnya yang tidak kurang ampuhnya." menerangkan Ang Hoa Lobo. "Senjata apa, cici ?" tanya Siauw Cu Leng. "Setelah makan obatku, pikirannya menjadi linglung, gigitan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ giginya akan membuat orang yang digigitnya akan kepanasan seperti dibakar jantungnya dalam tempo lima menit setelah mana si korban akan sembuh kembali tapi ingatannya lantas berubah dan tunduk kepada Eng Lian, dapat diperintah sesukanya Eng Lian....." "Ah, cici....... aku takut ! Kalau orang yang digigit Egn Lian itu dapat diperintah Eng Lian. Bagaimana kalau Eng Lian perintah orang menghajar kita ?" "Tua bangka tolol !" jengek si nenek ketawa. "Mana bisa Eng Lian suruh hajar kita sebab Eng Lian ada di bawah pengaruh kita." Siauw Cu Leng membungkam. Sementara itu, Eng Lian tinggal berlutut di depan Ang Hoa Lobo bagaikan patung. "Sekarang Eng Lian sudah tidak ingat lagi akan dirinya. Perlu dia mendapat pelayan-pelayan untuk melayaninya. Sebab mana aku yang menjadi suhunya melayani dia mandi, makan, temani kongkow segala. Dia harus mempunyai banyak pelayan." Ang Hoa Lobo utarakan pikirannya. "Habis, dari mana kita cari pelayan begitu banyak ?" tanya Siauw Cu Leng, garuk-garuk kepala. "Culik. Kenapa kau tidak bisa culik anak gadis orang ?" bentak si nenek. Si Iblis Alis Buntung ketawa nyengir. Memang jalan yang paling mudah untuk mendapati pelayan-pelayan Eng Lian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ harus menculik gadis-gadis orang. Demikian, dengan menggunakan kepandaiannya yang tinggi, Ang Hoa Lobo dan Siauw Cu Leng dalam beberapa hari saja sudah dapat menculik banyak gadis-gadis dan anak lelaki yang berusia tanggung sebaya dengan Eng Lian. Semuanya dicekoki obat oleh Ang Hoa Lobo supaya ingatannya masingmasing lenyap. Apa yang dipikirkan mereka hanya punya 1 suhu (guru) pada siapa haru setia dan menurut segala perintahnya. Yang mereka anggap suhunya adalah Eng Lian, bukannya Ang Hoa Lobo sebab si nenek sudah menjadi suhunya Eng Lian. Tegasnya Ang Hoa Lobo menjadi sucow (kakek guru) dari itu sekian banyak wanita dan pria tanggung. Senang bukan main hatinya Ang Hoa Lobo melihat muridnya Eng Lian dan cucu muridnya demikian banyak. Tentu saja ada meminta biaya besar untuk mengongkosi mereka. Dari mana di dapat biaya untuk itu ? Gampang. Suruh saja si Iblis Alis Buntung mencuri atau membegal, maka biaya didapatkan dengan mudahnya. Dalam sedikit tempo saja, Eng Lian berubah menjadi ratu tanpa mahkota. Semua dayang-dayang yang menjadi pengiringnya berseragam sutra putih yang tipis, pakai ikat kepala juga dari sutra putih tertaneap sekuntum bunga dari sutra merah. Sebaliknya, pria pakaiannya dari sutra kuning menyolok, ikat kepalanya juga dari sutra kuning, tertancap sekuntum bunga dari sutra merah seperti para wanita. Ang Hoa Lobo namakan prajuritnya ini Ang Hoa Kun atau Pasukan Kembang Merah, simbol (tanda) yang si nenek paling TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ suka. Eng Lian berpakaian sutra tipis kuning keemas-emasan, lapisnya dari sutra warna dadu sangat tipis hingga tubuhnya yang halus putih berbayang. Ikat kepalanya dari sutra putih dengan burung-burungan tengah mematuk setangkai bunga merah. Kalau kepalanya Eng Lian bergerak, burung-burungan itu angguk-anggukan karena dipasangi per. Indah sekali dan menarik perhatian. Para dayang, kecuali sutra tipis warna putih yang merupakan pakaian luar, di bagian dalam tubuhnya dibungkus oleh sutra biru ekstra tipis yang ketat hingga tubuhnya yang putih seperti tercetak, menggiurkan, merangsang napsu lelaki yang gampang goyah imannya. Sungguh jempol Ang Hoa Lobo menciptakan mode pakaian yang merangsang napsu birahi. Rupanya si nenek sudah mempunyai tujuan tertentu menciptakan mode pakaian istimewa ini, yang membuat Siauw Cu Leng bengong dan telan ludah. Ang Hoa Lobo diam-diam bukannya tidak tahu Siauw Cu Leng yang ceriwis mengiler sampai telan ludah untuk 'cicipi' salah satu bidadari bikinan itu. Tapi ia pura-pura tidak tahu. Ia mau kasih hajar pada suami diluar kawin itu supaya kapok atas perbuatannya yang nyeleweng. Begitulah telah terjadi. Sore itu Siauw Cu Leng berusaha pulang dari bepergiannya. Ia dapatkan Ang Hoa Lobo dan Eng Lian tidak ada ditempatnya. Ia mencari-cari tak terdapat di sekitar rumah. Diam-diam ia sudah dekati salah satu dayangnya Eng Lian yang bernama Cui Sian yang waktu itu sudah benahi pakaiannya Eng Lian yang habis tukaran. Cui TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sian ketawa-ketawa diajak ngobrol oleh Siauw Cu Leng. Sudah tentu ketawanya tidak wajar, linglung, tak tahu dimana dirinya berada. Memandang tubuhnya Cui Sian yang seperti tercetak dibalik pakaiannya yang gerombongan tipis, bukan main ngilernya si ceriwis Siauw Cu Leng. Pikirnya ini ada ketika baik, kenapa dia tak mau gunakan ? Apalagi melihat keadaannya Cui Sian seperti yang hilang ingatannya, apa ia bisa bikin kalau dia perkosa atas dirinya ? Napsu birahinya timbul dengan serentak, tak dapat ia mengendalikannya. Ia maju lebih dekat, menyambar tangan orang yang putih halus. Cui Sian hanya tertawa haha hihi seraya berontakberontak melepaskan tangannya dari cekalan Siauw Cu Leng. "Cui Sian, mari kita main." berkata Siauw Cu Leng berbareng ia memeluk dan mencium pipi Cui Sian. Beradunya tubuh yang hangat membuat Siauw Cu Leng seperti kalap. Ia pondong si nona hendak dikerjai di atas pembaringan tapi........'Aiyoo !'. Sekonyong-konyong Siauw Cu Leng berjengkit, serentak ia melepaskan pondongannya dan tubuhnya Cui Sian terbanting di lantai. "Hihihihi........." si nona ketawa seraya lari keluar dari kamar Eng Lian. Kenapa Siauw Cu Leng ? Itu hasil dari pekerjaan yang tidak sopan. Ia memondong Cui Sian dengan maksud keji tapi sebelum napsu jahatnya kesampaian, lengannya sudah kena digigit oleh Cui Sian. Bekas gigitan sakit bukan main sehingga mengeluarkan teriakan 'Aiyoo !' dan lepaskan tubuh si nona dari pondongannya. Seketika itu ia terkulai roboh, hawa panas dirasakan meluap ke jantungnya seperti dibakar. Ia menjeritjerit beberapa kali kemudian tenang lagi dan dapat berdiri pula sebagaimana biasa, hanya.... ingatannya hilang. Keadaannya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tidak beda seperti korban-korban lainnya yang kena dicekoki obatnya Ang Hoa Lobo. Siauw Cu Leng tidak sadar dimana dirinya berada. Perlahanlahan ia jalan dan berkumpul dengan golongan pria dari Ang Hoa Kun. Korban dari obatnya Ang Hoa Lobo yang istimewa memang benar hilang ingatannya, tidak ingat lagi keadaan dirinya siapa. Tapi dapat diajak ngobrol, bersenda gurau, ketawaketawa apabila yang diobrolkan dapat mengitik urat ketawa seperti juga keadaannya ada normal. Dia tidak akan digigit kalau salah satu dari 3 bagian dari anggautanya tidak kesentuh. Tiga bagian anggauta penting itu adalah jidat, buah dada dan perut. Kalau salah satu bagian ini kena kesentuh, kontan si korban akan sadar bahwa dirinya dalam bahaya. Lantas saja menggigit macam anjing gila menularkan racun. Giginya nancap pada bagian daging yang digigit, menimbulkan hawa panas nyelusup ke jantung seperti dibakar tapi hanya sebentaran. Kemudian si korban gigitan normal lagi cuma saja penyakit hilang ingatannya menular dan ia keadaannya akan seperti yang menggigitnya. Tiada seorang pun yang dapat tahu rahasia tiga bagian anggauta yang tak dapat disentuh ini kecuali Ang Hoa Lobo yang mewarisi ilmu sakti dari Lamhay Mo Lie. Buah dadanya Cui San yang bulat menonjol membikin napsu iblisnya Siauw Cu Leng melonjak, tak dapat ia melewatkan kesempatan baik pikirnya. Diwaktu memondong Cui Sian ia sudah mencium buah dada si nona dan.... karena sentuhan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mulut pada buah dada menyebabkan Cui Sian sadar akan bahaya mengancam dirinya, otomatis seketika itu ia menggigit lengannya si ceriwis sehingga menjerit kesakitan. "Hehehe........." tertawa Ang Hoa Lobo ketika ia pulang melihat keadaannya Siauw Cu Leng yang jadi hilang ingatannya. Ia tidak mengenali istrinya, hanya ia memberi hormat pada Eng Lian seperti kawan-kawannya yang lain. "Inilah ada satu hukuman bagi orang yang menyeleweng. Cu Leng, Cu Leng, sampai kapan tabiatmu yang buruk itu bisa dibuang ? Hehehe........" Siauw Cu Leng seperti tidak mendengar kata-kata Ang Hoa Lobo, ia diam saja. Si nenek lalu membisiki kupingnya Eng Lian, segera ia berkata, "Siapa diantara kalian yang diganggu oleh Yaya ? Maju ke depan !" Saat itu Eng Lian sudah duduk diatas kursi kebesarannya, didampingi oleh Ang Hoa Lobo dan dikitari oleh dayangdayangnya yang cantik-cantik. Eng Lian berkata pada dayangdayangnya yang berkumpul disitu. Tanpa Eng Lian mengucapkan kedua kalinya, segera tampak satu dara muncul tampil ke depan ialah Cui Sian. Ia ini berlutut di depan Eng Lian. Ang Hoa Lobo perhatikan pakaian Cui Sian, ternyata ada yang sobek pada bagian buah dadanya. Si nenek manggut-manggut melihat itu. Ia sudah lantas menduga sobeknya baju si nona pada bagian buah dadanya adalah kerjaan tangan nakal dari Siauw Cu Leng. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Setelah hilang ingatannya, Eng Lian merubah panggilannya kecuali pada si Nenek Kembang Merah sudah ia panggil Popo (nenek), kepada Siauw Cu Leng ia panggil Yaya (kakek atau engkong) yang biasanya si dara cilik panggil si nenek dan si kakek jahat. "Cu Leng, atas kelakuanmu yang ceriwis, aku hukum kau untuk beberapa lamanya menjadi anggauta Ang-hoa kun !" berkata si nenek. Siauw Cu Leng tinggal membisu saja. Ang Hoa Lobo lupa bahwa Siauw Cu Leng tak dapa menangkap omongannya kecuali omongan itu keluar dari mulutnya Eng Lian sebab Eng Lianlah dalam benaknya ada ia punya suhu. Kapan Ang Hoa Lobo ingat akan keadaan itu, maka ia suruh Eng Lian yang bicara pada Siauw Cu Leng dan sekarang si kakek ceriwis kelihatan pucat mukanya, ia maju ke depan dan jatuhkan diri berlutut di depan Eng Lian sambil manggutmanggut dia berkata, "Hamba terima salah, mohon Siancu punya belas kasihan." Lucu kelakuan Siauw Cu Leng hingga Ang Hoa Lobo yang melihatnya tertawa terpingkal-pingkal. Setelah mana, tiba-tiba hatinya merasa menyesal. Pikirnya jelek, Siauw Cu Leng ada lakinya dan teman diajak berunding. Kalau sekarang ia ditinggal begitu, hilang ingatannya, dengan siapa dia dapat bicara untuk mendamaikan cita-citanya lebih jauh. Lantaran berpikir demikian, maka si nenek terpaksa mengembalikan pula ingatannya si kakek ceriwis, dikasih obat pemunahnya. Obat itu diaduk dengan air teh dalam sebuah mangkok, di depan siapa ia berkata, "Nah, kau minumlah ini !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Siauw Cu Leng yang masih tetap berlutut tidak meladeni perintah Ang Hoa Lobo, hanya matanya saja mengawasi si nenek. Ang Hoa Lobo heran, tapi segera pikiran terangnya berkelebat. "Ah, dasar sudha jadi nenek, pelupa. Kenapa aku berbuat begini." ia berkata-kata sendirian sambil jalan menghampiri Eng Lian. "Anak Lian, kau suruh orangmu untuk kasih mangkok obat ini pada yayamu supaya diminum isinya." Ang Hoa Lobo kata pada Eng Lian seraya menyodorkan mangkok obat pada si dara cilik yang lantas menyambuti kemudian diserahkan pada salah satu dayangnya untuk melakukan perintahnya Ang Hoa Lobo. Kiranya si nenek kembali lupa bahwa anggauta-anggautanya Ang-hoa-kun hanya tunduk perintah Siancu (dewi) yang dianggap suhunya, lain orang jangan harap dapat memerintah meskipun Ang Hoa Lobo yang menjadi Sucownya (kakek guru). Mendengar perintah Siancu, maka Siauw Cu Leng tanpa raguragu sudah lenyap terima mangkok yang disodorkan padanya dan minum habis isinya. Sebentar lagi tampak ia menguap beberapa kali, lalu roboh dilantai dan tidur pulas sampai mengorok. Sementara itu Eng Lian sudah suruh Cui Sian bangun dari berlututnya dan disuruh tukar pakaiannya yang sobek. Cui Sian menurut lalu meninggalkan ruangan itu. Eng Lian ada memelihar sepasang ular kecil, warnanya keemas-emasa yang disimpan dalam sebuah bumbung kecil TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mungil, entah dari dahan apa bumbung itu dibuat, bobotnya enteng dan licin mengkilat. Sepasang ular itu panjangnya masing-masing hanya tiga cun (dim), gesit luar biasa. Kalau bumbung ditekan terbuka maka mereka segera mencelat keluar dan menyambar pada korbannya untuk menggigit. Racunnya sangat jahat karena korbannya dalam tempo setengah jam akan mati dan badannya lumer menjadi air tanpa meninggalkan bekas, kalau tidak keburu dapat obat pemusnahnya. Eng Lian tadinya tidak percaya demikian jahat bisa ular emasnya itu. Tapi setelah menyaksikan sendiri, ia meleletkan lidahnya. Itulah ia lihat pada waktu sepasang ular itu hendak diwariskan padanya oleh sang ayah. Maksudnya untuk menjaga dirinya. Pada saat itu telah dicoba sang ular disuruh menggigit ular besar yang panjangnya satu meter. Benar saja ular besar itu mati setelah kena digigit setengah jam lamanya, bangkainya lumer menjadi air. Sang ayah memesan kalau tidak sangat perlu, senjata ampuh itu jangan dikeluarkan karena akibatnya sangat mengerikan. Kepada Lo In ia masih belum mau ceritakan ia ada mempunyai senjata ampuh itu. Takut Lo In nanti melarang ia membawa-bawanya, sedang ia sangat sayang pada sepasang ular itu, seakan-akan jimatnya. Berdasarkan sepasang ular emas itu dan kebetulan Coa-kok (Lembah ular) ada menjadi tempat kediamannya, maka Ang Hoa Lobo telah memberi gelaran kepada Eng Lian, Kim Coa Siancu atau Dewi Ular Emas. Memang gelaran ini sangat tepat untuk Eng Lian karena si dara cilik adalah penakluk ular. Untuk membikin si dara cilik lebih ditakuti lagi namanya, disamping sudah punya kepandaian menakluki ular dan sepasang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ senjata ampuhnya ular emas, Ang Hoa Lobo dengan tidak mengenal capek, siang malam dia didik Eng Lian dengan ilmu silat, rahasia ilmu pedang dan pukulan tangan kosong yang hebat diturunkan semua pada si dara cilik hingga dalam tempo pendek Eng Lian sudah berubah dirinya dari gadis cilik yang lemah gemulai menjadi gadis cilik yang gesit dan tangkas. Tinggal menggembleng lwekangnya (tenaga dalam) saja, setelah mana Eng Lian dapat digolongkan sebagai jago kelas satu. Setelah siuman kembali, Siauw Cu Leng nampak dirinya tidur menggeletak di atas lantai, ia lantas ingat akan kesalahannya. Ia jadi ketakutan pada Ang Hoa Lobo. "Orang she Siauw." kata si nenek, setelah tertawa terkekehkekeh. "Masih ada nyali untuk berbuat yang bukan-bukan lagi nanti ? Kali ini aku mau ampunkan selembar jiwamu tapi lain kali, hmm !" Siauw Cu Leng malu, tidak berani ia angkat kepala. Ia masih tinggal duduk dilantai, kalau tidak Ang Hoa Lobo membentak, katanya, "Lekas bangun, atur pekerjaanmu sebagaimana biasa !" Siauw Cu Leng dengan roman lesu dan malu telah meninggalkan ruangan itu untuk berkumpul dengan 'Pasukan Kembang Merah' di lapangan latihan dimana ia biasa mengajar ilmu silat kepada mereka. Ang-hoa-kun bagian pria, mendapat didikan dari Siauw Cu Leng sedang buat bagian wanitanya dididik sendiri oleh Ang Hoa Lobo. Ketika hari pertama mendidik anak buahnya, si nenek pernah berkata pada Siauw Cu Leng. "Kita masingTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ masing mendidik orang-orang muda yang berbakat. Sampai dimana kepandaian mereka, kita tidak tahu. Tapi satu waktu nanti aku akan mengadakan pertemuan umum, dimana muridmuridmu akan dihadapkan dengan murid-muridku. Lihatlah siapa yang lebih jempol mendidiknya !" Karena sudah ada kata-kata demikian dari Ang Hoa Lobo, maka Siauw Cu Leng tidak berani alpakan kewajibannya dan mendidik orang-orangnya dengan sungguh-sungguh. Maka tidak heran kalau dalam sedikit waktu orang-orangnya menjadi pandai silat juga walau belum boleh dikatakan masuk kelas satu. Kata-kata Ang Hoa Lobo pada Siauw Cu Leng hanya sebagai anjuran pada si kakek ceriwis. Sebab umumnya anak murid Ang Hoa Lobo ada lebih tinggi ilmu silatnya karena dididik oleh orang yang pandai seperti Ang Hoa Lobo. Kepandaian Siauw Cu Leng kalah jauh dengan si nenek, apa lagi lwekang Ang Hoa Lobo ada sangat tinggi. Tidak sembarangan Ang Hoa Lobo maupun Siauw Cu Leng menculik anak-anak tanggung pria dan wanita. Mereka memilih hanya mereka yang dinilai berbakat untuk mendapat didikan ilmu silat, barulah diculik dibawa ke Coa-kok. Tidak heran kalau ada beberapa anak jago-jago silat kenamaan yang hilang lenyap diculik Ang Hoa Lobo atau Siauw Cu Leng sehingga orang tuanya menjadi gelagapan mencarinya. Adanya penculikan-penculikan itu telah menghebohkan kalangan Kangouw. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jago-jago silat bergerak dengan serentak untuk mencari jejaknya si penculik. Sebenarnya perbuatan-perbuatan menculik dari kedua iblis itu susah dicari jejaknya kalau tidak si nenek yang 'sok' dengan kepopuleran nama. Pada belakangan ini, ia setelah menculik anak orang telah meninggalkan nama Kim Coa Siancu. Malah yang paling menghebohkan adalah kejadian dirumahnya Hekhouw Ma Liong, guru silat kenamaan di kota Lengkoan, Hokkian, dimana Ang Hoa Lobo membuat huru hara. Sudah beberapa hari memang Ang Hoa Lobo ada tinggal di kota Lengkoan untuk mencari gadis-gadis yang berbakat untuk menjadi pelayannya Eng Lian. Ia ada mengincar pada Ma Sian Bwee ialah gadisnya Hek-houw Ma Liong yang usianya hampir sebaya dengan Eng Lian. Sian Bwee tubuhnya kecil, gesit dan cerdik rupanya. Maka Ang Hoa Lobo sangat ketarik padanya. Untuk terangkan meminta langsung pada orang tuanya, sudah tentu tidak mungkin. Maka ia gunakan jalan sebagaimana biasa menculik anak orang dengan menggunakan obat pulas, tidak ada yang merintanginya. Tapi sekali ini perhitungan Ang Hoa Lobo meleset. Ma Liong bukan sembarangan guru silat, ia memang jago, murid kepala dari Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim, Si Burung Kepala Dua yang terkenal dalam kalangan jago-jago silat propinsi Hokkian. Malam itu Ma Liong sedang berlatih dengan tiga orang muridnya, Mak Kian anaknya sendiri, Gouw Liu Pa dan Hoan Tek Huy. Tempat berlatih letaknya di pekarangan belakang rumah, cukup lebar hingga mereka berlatih dengan penuh semangat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Cuaca malam itu tidak menentu, kadang-kadang terang dan kadang-kadang gelap disebabkan sang awan yang menutupi bulan muda baru nongol. Hek-houw Ma Liong yang tengah memberi petunjuk-petunjuk pada murid-muridnya, tiba-tiba bungkam mulutnya sambil matanya mengawasi ke jurusan loteng rumahnya. Sekilas ia merasa seperti melihat ada mencelat ke sana sesosok bayangan gesit luar biasa, sebentar saja sudah lenyap. Hatinya merasa tidak enak sebab diloteng sana ada tidur ia punya anak gadis, Sian Bwee, hanya ditemani oleh seorang pelayannya. Hek-houw Ma Liong menduga bayangan itu mungkin ada Cay-hoa-cat (maling tukang petik bunga), hatinya makin tidak enak akan keselamatan anak gadisnya. "Kalian teruskan berlatih, aku ada urusan sebentar." ia berkata tiba-tiba kepada ketiga muridnya berbareng ia sudah gerakkan badannya melesat ke bawah loteng, dari mana ia enjot tubuhnya untuk terus hinggap diatas melalui langkan. Perlahan-lahan ia menghampiri pintu kamar anaknya. Melalui lubang kunci, ia dapat lihat dalam kamar ada satu nenek sedang membungkus tubuh anaknya dengan kain sprei. Bukan main marahnya Hek-houw Ma Liong. Ia tendang pintu hingga terbuka dan lompat masuk menerjang si nenek yang tiada lain adalah Ang Hoa Lobo. Mendengar pintu ditendang terbuka, dari mana ada bayangan lompat menerjang dirinya, Ang Hoa Lobo cepat berkelit sambil lepaskan bungkusan yang saat itu sudah siap diangkat ke pundaknya. "Maling kurang ajar, kau berani ganggu keluarga Ma ?" demikian ada bentakan si Macan Hitam Ma Liong dalam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ marahnya ketika ia menerjang masuk dalam kamar Sian Bwee. Ia menggunakan tipu 'Beng houw Pok yo' atau 'Harimau buas menubruk kambing', dua tangannya diulur mencengkeram kedua pundak si nenek untuk dengan sekaligus menarik copot lengan orang sebatas pundak. Satu serangan yang ganas karena si Macan Hitam Ma Liong sangat gusar kepada si nenek. Mungkin serangan Ma Liong yang ganas dan cepat itu berhasil kalau yang diserang itu bukannya Ang Hoa Lobo, si nenek yang sudah kawakan menggempur jago-jago silat dimana saja. Dengan sedikit menggeser badannya, Ang Hoa Lobo sudah dapat meluputkan diri dari serangan si Macan Hitam. Melihat serangannya gagal, si guru silat sudah menyerang lagi dengan gerakan 'Coa ong sim hiat' atau 'Ular mencari liang'. Ia merangsak, tangan kirinya menyambar perut sedang tangan kanannya berbareng nyelonong ke arah mata, dua jarinya hendak mengorek sepasang lampu lawan. Tentu saja Ang Hoa Lobo tidak ijinkan orang main-main dengan matanya. Tangan kanannya menekan ke bawah tangan Ma Liong yang menyambar perutnya sedang tangan kirinya menyentil dengan cepat sekali pada 'siang-yang-hiat', jalan darah di jari telunjuk lawan yang mau mengorek matanya. 'Nyer !' rasanya ketika telunjuknya kena disentil. Ma Liong rasakan kesemutan dan ngilu. Tapi ia ada jago silat yang keras kepala dan bandel, hanya sebentar saja ia sudah dapat membebaskan rasa kesemutan dan ngilu. "Nenek maling !" bentak Hek-houw Ma Liong gemas tapi agak jeri juga melihat si nenek sangat lihai. Dua serangannya yang dahsyat dapat dipatahkan dengan mudah, malah ia hampir TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dirobohkan dengan totokan 'siang-yang-hiat'. "Aku tidak bermusuhan dengan kau. Kenapa kau mau mencelakakan keluarga Ma ?" tanya Ma Liong. "Aku tidak pernah mencelakakan keluarga Ma, aku hanya mau ajak anak gadismu untuk menjadi pelayannya Kim Coa Siancu....." jawab Ang Hoa Lobo tenang-tenang. Tapi ia tak dapat meneruskan kata-katanya karena lantas dipotong oleh Ma Liong, "Hah ! Apa kau kata ? Kim Coa Siancu ? Siapa kau, apa kau Kim Coa Siancu sendiri ?" "He he he !" tertawa Ang Hoa Lobo yang melihat Hek-houw Ma Liong seperti yang ketakutan mendengar disebut Kim Coa Siancu. "Aku bukannya Kim Coa Sincu, tapi aku ada suruhannya saja. Kepandaianku amat rendah, beda jauh dengan majikan Kim Coa Siancu yang dapat pergi dan pulang dengan hanya berkesiur angin saja. Tak seorang pun dapat melihat bayangannya kalau dia memasuki rumah orang." (Bersambung) Jilid 05 Hek-houw Ma Liong terkejut. Pikirnya, orang suruhannya sudah begini lihai. Sudah terang si nenek tidak ngebohong kalau Kim Coa Siancu sendiri ada jauh lebih lihai dari padanya. Meskipun sangat jeri, ia tidak ingin kehilangan anak gadisnya. Begitu melihat Ang Hoa Lobo sudah menyentuh pula tubuh anak gadisnya, hendak diangkat. Lantas ia kalap. Ia terjang si nenek dengan pukulan maut, tapi Ang Hoa Lobo hanya geraki badannya sedikit, lantas tangan kanannya diulurkan untuk menangkis. 'Krak' segera terdengar satu suara, berbareng si Macan Hitam lompat mundur sambil pegangi tangan kirinya yang telah patah tulangnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tiba-tiba tiga sosok tubuh sudah menyerbu masuk. Mereka ternyata murid-muridnya Ma Liong. Si guru silat melihat kedatangan murid-muridnya bukannya girang malah ia jadi ketakutan karena ia sudah perhitungkan, mereka bukan tandingannya si nenek. Ia hendak membuka mulut mencegah tapi sudah terlambat karena Gouw Liu Pa yang berangasan sudah menerjang Ang Hoa Lobo dibantu oleh Hoan Tek Huy sedang Ma Kian menolong ayahnya yang dalam semaput kesakitan. Ang Hoa Lobo pikir tidak seharusnya ia membuang-buang waktu, maka ketika si berangasan Gouw Liu Pa mengulur tangannya ke arah dada, ia menyampok dengan tangan bajunya yang berisi lwekang. Tentu saja si berangasan tidak tahan. Kedua lengannya ia rasakan seperti copot. Si nenek susul dengan totokan ke iga kiri sehingga Gouw Liu Pa seketika itu juga roboh di lantai. Tek Huy melihat kawannya hanya segebrakan saja dirobohkan, hatinya panas lalu menerjang Ang Hoa Lobo. Si nenek berkelit ke samping, dari mana jarinya yang kurus diulur meluncur menotok 'ceng-leng'hiat' di lengan kanan Tek Huy sehingga merasakan lengan yang tertotok itu kesemutan dan ngilu kemudian ia pun roboh terkulai seperti Gouw Liu Pa. Ma Kian terkejut. Apa mau, sebelum ia turun tangan, dengan kegesitannya si nenek sudah mendahului si anak guru silat, menotok 'thian-ki-hiat' di iga kanan. Lantas Ma Kian juga roboh seperti teman-temannya. Serangan is nenek tak puas sampai disitu sebab segera menyusul si guru silat Ma Liong sendiri dibikin mendeprok di lantai karena totokan si nenek yang lihai. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hehehe !" terdengar Ang Hoa Lobo tertawa ketika melihat musuh-musuhnya sudah dirobohkan semua. Ia menghampiri pembaringan Sian Bwee, membungkus tubuh si dara yang tak bergerak karena ditotok lalu diangkat lantas dipanggul dibawa pergi dari situ. "Aku hanya menotok tidak berat. Maka dalam tempo tidak lama kalian sudah bebas pula dari totokan. Hehehe....!" demikian si nenek meninggalkan kata-katanya ketika ia mau berjalan pergi membawa Sian Bwee. Si Macan Hitam Ma Liong dan ketiga muridnya hanya matanya saja dapat bergerak-gerak mengawasi si nenek, mulutnya tak dapat membuka suara untuk mencaci atau meminta belas kasihannya Ang Hoa Lobo supaya jangan membawa Sian Bwee. Adalah pada saat si nenek menginjakkan kakinya ditanah, barusan lompat dari atas genteng rumah tiba-tiba ia dibikin kaget dengan teguran dari belakangnya, "Jalan perlahan sedikit, orang tua. Jangan tergesa-gesa !" Ang Hoa Lobo cepat menoleh, kiranya yang berkata-kata tadi adalah seorang perempuan usia kira-kira 40 tahun. Mukanya bundar, alisnya lentik, tingginya sedang, cantik wanita itu, sedang ditangannya ada mencekal sebatang pedang yang siap untuk digunakan dimana perlu. "Kau siapa ?" tanya Ang Hoa Lobo. Wanita itu ketawa manis sebelum menjawab, "Aku adalah nyonya dari rumah ini." kemudian sahutnya, suaranya halus terang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Oh, jadi kau ada nyonya Ma ?" tanya Ang Hoa Lobo pula. "Tidak salah, aku adalah nyonya Ma.' sahutnya. "Ingin aku menanyakan sebab apa kau orang tua mencari perkara dengan keluarga kami disini ?" "Heheheh !" tertawa Ang Hoa Lobo. "Soalnya aku mau membawa anak gadismu dirintangi oleh suamimu. Kalau tidak, tak akan aku menganggu ketentramanmu." Nyonya Ma bersenyum tawar. Alisnya tampak berkerut, "Meskipun kau sudah mengacau dalam rumahku, melukai suamiku dan menotok rubuh tiga muridnya, tidak aku tarik panjang. Kau boleh berlalu dengan tenang asal kau tinggalkan itu bungkusan yang digemblik dipunggungmu. Akur ?" kata si nyonya Ma. Diam-diam si nenek merasa heran. Ia mengawasi wanita cantik, pikirnya, bisa ada orang yang sikapnya begini tenang menghadapi musuh yang sudah timbulkan kerugian. Ucap katanya begitu merendah, seharusnya si nenek mengalah dan kembalikan bungkusan gede itu kepada nyonya Ma, tapi dasar watak si nenek mau unggul saja, tidak mau ia pulang dengan tangan kosong. Maka ia lalu menjawab, "Seharusnya aku menurut apa kau katakan, cuma dalam menjalankan perintah Kim Coa Siancu, siapa yang berani membantah ? Inilah yang menjadikan aku keberatan......." Ia tutup kata-katanya sambil putar tubuhnya, disusul dengan satu lompatan jauh untuk lantas meninggalkan si wanita cantik. Tapi niatnya si nenek tidak kesampaian sebab dibelakangnya lantas terdengar pula nyonya Ma berkata, "Kalau begitu, marilah kita main-main untuk menetapkan siapa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ unggul !" Kapan Ang Hoa Lobo balik tubuhnya, lantas ia menghampiri nyonya Ma yang sudah siap dengan pedangnya. Melihat caranya si nyonya menyusul ia yang lari menggunakan ilmu larinya yang istimewa dengan mudah saja dapat membayangi dirinya, maka Ang Hoa Lobo menduga bahwa wanita ini bukannya lawanan empuk. Maka itu ia lalu turunkan bungkusannya yang berisi Sian Bwee kemudian menghadapi nyonya Ma, ia berkata, "Jika kau inin main-main, tidak ada halangannya kita mencoba beberapa jurus !" Toya besinya si nenek sudah disiapkan di tangan kanan. "Bagus !" kata nyonya Ma. "Nah, sambutlah seranganku !" ia menyambung tanpa ada tawar menawar lagi dalam hal siapa lebih dahulu menyerang. Rupanya nyonya Ma sangat mendongkol atas kelakuannya si nenek, meskipun sudah dilayani dengan kerendahan juga masih kepala batu saja. Dua jago betina segera sudah bertempur seru. Ilmu pedang nyonya Ma baik sekali hingga Ang Hoa Lobo berhati-hati melayaninya. Salah sedikit saja ia bisa dipecundangi dan habislah cita-citanya untuk membangun Ang-hoa-pay (Partai Kembang Merah). Maka itu si nenek Kembang merah melayani nyonya Ma dengan sungguhsungguh hingga pertarungan menjadi seru. Si wanita cantik (nyonya Ma) adalah puteri tunggal dari Siangtauw- niauw Kam Eng Kim, namanya Lian Eng dan mendapat julukan 'Lengkoan Giok-li' atau 'Wanita elok dari kota Lengkoan'. Selain kesohor kecantikannya, juga kesohor ilmu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pedangnya yang hebat. Maklumlah puteri tunggal dari si Burung Kepala Dua yang terkenal dalam propinsi Hokkian, semua kepandaiannya yang ada diturunkan pada Lian Eng sehingga si juwita dari Lengkoan itu menjadi jago betina yang belum menemukan tandingannya. Kepandaiannya itu ada setingkat lebih tinggi dari Hek-houw Ma Liong yang menjadi suaminya atau murid kepala dari Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim. Pertempuran antara Lian Eng Kam dan Ang Hoa Lobo benarbenar ramai. Pedangnya Lian Eng berkelebatan mencari sasaran penting pada tubuh si nenek. Sebaliknya, Ang Hoa Lobo dengan toya besinya yang berat, berputaran dan toyanya menyambar-nyambar keluarkan suara menderu-deru. Diamdiam Lian Eng berpikir, orang suruhannya begini lihai, bagaimana dengan Kim Coa Siancu sendiri kalau menyatroni rumahnya ? Lengkoan Giok-li lalu merangsek. Pedangnya berputar sebentaran lalu dengan gerakan kilat ia menikam ke arah tenggorokan Ang Hoa Lobo. Ini ada gerakan 'Giok li touw kang' atau 'Wanita elok menyeberang sungai', salah satu jurus yang penting dari Liu-su Kian-hoat atau ilmu silat pohon Liu, yang menjadi kebanggaan ayahnya. Biasanya Lian Eng belum pernah gagal menggunakan tipu 'Giok li touw kang', tapi kali ini yang dihadapi adalah Ang Hoa Lobo. Terang tak semudah yang ia alami sebelumnya. Melihat pedang hendak menikam 'jalan makanan', si nenek menaiki badannya, toyanya dipegang dengan dua tangan dilintangi menangkis serangan, kaki kanannya berbareng bekerja menyapu kaki Lengkoan Giok-li. Ini adalah gerakan 'Liong TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pang heng ouw' atau 'Toya naga melindungi telaga'. Melihat serangan gagal, malah kakinya hampir disapu si nenek, cepat Lian Eng ganti serangannya dengan 'Peng ouw se ie' atau 'Hujan gerimis ditengah telaga'. Pedangnya susul menyusul mengarah mta, tenggorokan, pundak dan sebagainya. Cepat gerakan pedang itu hingga kalau bukan Ang Hoa Lobo yang ilmu toyanya tinggi, siang-siang ia sudah dapat dirobohkan oleh si jago betina dari kota Lengkoan. Si nenek tahu bahayanya serangan musuh lalu memutar toyanya, dibarengi dengan suara ketawanya yang melengking, menggunakan tenaga dalamnya untuk membuat kacau pikiran musuhnya yang sedang hebat menyerang. Inilah salah satu jurus Ang Hoa Lobo yang paling ampuh yang dinamai 'Yu lim mo siauw' atau 'Di rimba sunyi iblis tertawa'. Benar saja, tipu silat si nenek membawa efek buruk bagi Lian Eng. Sebab seketika ia mendengar suara tertawa yang seram melengking, pemusatan pikirannya jadi terganggu. Hatinya tergetar oleh suara tawa Ang Hoa Lobo, serangannya jadi kacau. Kelemahan ini tidak disia-siakan oleh si nenek, toyanya yang berputar tadi berganti arah, nyelonong ke 'hoa-kay-hiat', jalan darah di bagian pundak kiri Lian Eng, kontan si wanita cantik terkulai roboh. Ia rasakan totokan ujung toya si nenek melumpuhkan lengan kirinya. Tangan kanannya masih mencekal pedang tapi tak dapat digerakkan karena kelumpuhan itu dari lengan kiri menjalar ke lengan kanan. Tidak heran kalau pedangnyajatuh dengan sendirinya dan ia mendeprok di tanah tak berdaya. "Hehehe !" tertawa si nenek. "Bagaimana nyonya Ma yang botoh ?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ang Hoa Lobo berkata sambil bekerja, angkat dan panggul pula bungkusan gede yang terisi Sian Bwee. Setelah selesai dan tinggal berangkat, ia berkata pada Lian Eng, "Nyonya Ma, kau tak usah kuatir. Anakmu akan kupelihara seperti anak sendiri. Dia akan menjadi pelayannya Kim Coa Siancu. Belakangan hari, kalau berjumpa pula dengannya, kau akan kegirangan sebab ilmu silatnya akan berada diatas kalian suami istri. Nah, selamat tinggal........" Setelah melemparkan senyumannya yang tidak enak dilihat, si nenek meninggalkan nyonya Ma yang tidak berdaya. Lengkoan Giok-li mengawasi berlalunya Ang Hoa Lobo dengan berlinang-linang air mata. Ia sangat berduka dan penasaran anak gadisnya digondol orang tapi ia tak dapat menolongnya......... Sudah lama kita tinggalkan Kim Popo. Marilah kita lihat si nenek bandel dengan pacarnya The Sam. Bagaimana perbuatan mereka untuk dapat merebut kembali kotak yang berisi buku Tiam-hiat Pit-koat yang berada di tangan Kim Wan Thauto. Belum lama Kim Wan Thauto sampai di Kunhiang, mereka juga sudah datang menyusul dan dari kejauhan memperhatikan gerak gerik dari si Thauto beranting emas. Kim Popo tidak ambil tempat di rumah penginapan An Goan, dimana Kim Wan Thauto menginap. Ini untuk menjaga jangan sampai ia dikenali oleh Kim Wan Thauto sedang The Sam, ia suruh ambil di rumah penginapan An Goan untuk memperhatikan gerak gerik Thauto dimana bila ada kesempatan The Sam boleh turun tangan untuk merampas pulang kotak mungil berisi kitab pelajaran menotok jalan darah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang amat berharga. The Sam menurut perintah pacarnya. Tidak berani The Sam menghadapi Kim Wan Thauto dengan terang-terangan. Maka ia menunggu sampai si Thauto lenah, baru ia akan turun tangan. Pada malam kedua meliaht gerak gerik Kim Wan Thauto pada waktu makan malam, The Sam yang lihai matanya dapat menduga bahwa Kim Wan Thauto sedang menghadapi suatu urusan, pikirnya, pasti ia akan keluar lagi sebentar tengah malam. Ia sudah menduga pasti si Thauto akan ambil jalan dari jendela kamarnya. Supaya jangan bikin kaget orang, maka malam itu ia terus pasang mata ke jurusan jendelanya si pendeta rambut panjang. Benar lihai dugaannya sebab Kim Wan Thauto lewat tengah malam betul saja keluar melalui jendela kamarnya. Girang hatinya The Sam. Tidak lama si Thauto pergi, ia lantas masuk ke kamar Kim Wan Thauto melalui jendela tadi dimana ia menggeledah dan kegirangan menemukan barang yang diselipkan dibawah bantal. Barang itu ia masukkan ke kantongnya, kemudian meniup lilin yang ia pasang ketika ia masuk dalam kamar itu yang dalam keadaan gelap. Cepat ia keluar dari jendela dan dilain saat ia sudah berada dalam kamarnya sendiri. Setelah menyalakan lilin, ia duduk menghadapi meja. Dari sakunya ia keluarkan kotak kecil yang barusan ia sikat dari kamarnya Kim Wan Thauto. Ia pandang kotak mungil itu sekian lama lalu mencoba membukanya tapi tak dapat dibuka. Ia coba dan coba lagi, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kotak mungil itu tetap tak dapat dibuka. Setelah dipandang lagi barang itu untuk sesaat lamanya, tibatiba ia tertawa, "Hahaha ! Barng berharga memang sukar didapat, biarlah aku buka belakangan." Kemudian kotak itu ia letakkan diatas meja. Kembali ia memandangnya, tiba-tiba pikiran serakah timbul seketika. "Tidak, aku tidak akan serahkan barang ini pada Kim Nio. Aku harus miliki dulu. Bila aku sudah pandai meyakinkannya dan benar-benar dapat malang melintang dengan ilmu menotokku yang hebat, barulah aku akan menemui Kim Nio lagi. Waktu itu dia toh tidak akan memarahi aku lagi sebab aku sudah dapat membujuk dia dengan turunkan sedikit kepandaian menotokku kepadanya. Dia tentu sudah kegirangan dengan ilmu yang didapatkan dari Tiam-hiat Pit-koat. Hahaha......" demikian ia berkata-kata sendirian. Sebentar lagi tampak The Sam menguap beberapa kali, ngantuk dirasakan matanya. Lalu ia menghampiri pembaringan dan tidur nyenyak disana tanpa memperhatikan pula barang berharganya yang terletak diatas mejanya. Malah ia lupa untuk meniup padam api lilin, yang biasanya dipadamkan bila orang hendak masuk tidur. Dalam keadaan gelap, tiba-tiba sesosok tubuh telah masuk dalam kamar itu melalui jendela, kemudian cepat melompat keluar lagi. Pada keesokan harinya The Sam baru bangun setelah matahari naik tinggi. "Celaka, kenapa aku jadi kepulasan seperti orang mati !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berkata The Sam sembari turun dari pembaringan, menghampiri meja diatas mana ia taruh kota mungilnya. "Hah !" ia terkejut karena kotak berharga itu sudah tidak ada ditempatnya. Dengan gugup ia memeriksa, malah sampai di kolong mejanya, kalau-kalau kotak itu jatuh pikirnya. Tapi barang itu tak diketemuka, lenyap, hilang entah siapa yang ambil. Baru sekarang ia sadar akan keserakahan hatinya untuk memiliki kepandaian hebat tapi akhirnya gigit jari. Siapa yang ambil kotak berharga itu ? Apakah Kim Wan Thauto ? Bagaimana ia harus melaporkan pada Kim Nio akan kejadian itu ? Pikirnya, bagaimana juga ia harus menemui Kim Nio (dimaksudkan Kim Popo) supaya bisa berdamai. bagaimana baiknya untuk mendapatkan kembali barang berharga itu. Maka setelh ia cuci muka dan berpakaian rapi, lalu ia keluar dari hotel An Goan menuju ke hotel Hok Lai untuk menemui Kim Popo. Belum sampai ia bertindak mencari kamar Kim Popo, tiba-tiba ia dicegat oleh kuasa hotel yang berkata, "Aku ada titipan sepucuk surat untuk tuan, marilah ikut ke kantorku." si pemilik ajak The Sam ke kantornya. "Surat dari siapa ?" tanya The Sam. "Sebentar kalau tuan sudah lihat, tentu tahu surat itu dari siapa." sahutnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sebentar lagi mereka sudah berada dalam kamar hotel. Si kuasa hotel ambil surat dari dalam lacinya lalu diserahkan kepada The Sam. Ia tidak punya sahabat atau kenalan yang dapat mengadakan surat menyurat. Dari mana datangnya surat itu ? Tanyanya dalam hati kecilnya. Tapi bagaimana juga ia harus membuka dan membaca isinya, baru ketahuan siapa pengirimnya. Koko, Setelah aku sudah pandai meyakinkannya dan dapat malang melintang dengan ilmu menotokku yang hebat, barulah aku akan menemui kau lagi. Waktu itu, sebab aku sudah dapat membujuk kau dengan menurunkan sedikit kepandaian menotokku kepadamu. Kau tentu akan kegirangan dengan ilmu totok yang didapatkan dari Tiam-hiat Pit-koat. Hihihi...." Surat itu tidak ditandatangani tapi sudah terang sekali bagi The Sam bahwa surat itu ditulis oleh Kim Popo alias Kim Nio. Kata-katanya persis seperti yang dikatakan tadi malam, maka kotak kecil itu juga sudah tentu telah terbang bersama Kim Popo. Ia sesalkan dirinya yang tidak jujur. Sekarang ia kehilangan kotak berharga dan kehilangan juga Kim Nio, malah kehilangan juga kepercayaan sang pacar itu, bagaimana ia ada muka nanti bertemu lagi dengan Kim Popo ? Dalam keadaan lesu The Sam meninggalkan kantor hotel Hok Lay, tidak jadi mencari kamarnya Kim Popo sebab penghuninya sudah terbang tadi pagi-pagi sekali, menurut kuasa hotel. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Rupanya Kim Popo tidak percaya seratur persen atas kejujuran The Sam. Maka kalau The Sam membayangi Kim Wan Thauto, ia sendiri tidak tahu kalau dirinya dibayangi juga oleh Kim Popo. Kata-katanya yang diucapkan dalam kamarnya, semua terdengar tegas oleh Kim Popo yang mengintip dari jendela. "Kurang ajar ! Dia mau main gila denganku. Hmm !" diam-diam Kim Popo berkata dalam hati kecilnya. Kemudian dia menyulut hio obat pulas yang asapnya ia tiup masuk ke dalam kamar The Sam. Sebentar saja tampak The Sam mengantuk dan menguap beberapa kali, akan kemudian saking tidak tahan ia sudah banting dirinya di pembaringan dan tidur nyenyak, tidak menghiraukan kotak berharganya disikat Kim Popo. Sekarang kita kembali pada Liu Wangwee. Liu Wangwee sangat berterima kasih kepada si kerudung merah. Disamping itu, ia menyesal sekali tidak dapat mengetahui siapa adanya bintang penolongnya itu sampai pada saat si kerudung merah meninggalkan rumahnya. Dari suara bicara bintang penolongnya, seperti ia pernah mendengarnya cuma ia lupa dimana ia pernah mendengar suara itu. Meskipun ia coba kumpul ingatannya, tapi tetap luput untuk mengingatkan dimana ia pernah ketemu dengan orang yang suaranya tidak asing ditelinganya. Ingin sekali ia menjambret kerudung si kerudung merah tetapi sudah tentu keinginan itu tak dapat ia wujudkan karena perbuatan itu tentu tak sopan. Ia hanya boleh terhibur hatinya ketika si kerudung merah meninggalkan, memesannya, "Toako, kau jangan kuatirkan

Disneyland 1972 Love the old s