TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menampar pipinya si anak muda.
Tapi..... tampaknya bukan mengenakan pipi orang, sebaliknya
angin yagn ditampar olehnya sebab si anak muda dengan
otomatis sudah berkelit.
Merah mukanya si nona, bukan main malu dia. Maka di lain
saat ia sudah menampar lagi, malah ia gunakan tipu 'Thian lie
hun hoa' atau 'Bidadari sebarkan kembang', bukan satu tapi
dengan dua tangan ia menampar kalang kabut ke mukanya si
anak muda. Sayang gerakannya meskipun cepat, si pemuda
malah lebih cepat menghindarkan hujan tamparan itu.
Akhirnya Goat Go berhenti sendiri. Kiranya barusan ia hanya
menampari angin tok, sebab si anak muda siang-siang sudah
jauhkan diri dan berdiri di depannya dengan muka tersungging
senyuman ejek.
Goat Go jadi kalap melihat si anak muda mentertawai dirinya.
"Kau berani permainkan nonamu, hmm ! Kau lihat !"
bentaknya, berbareng ia depak terpental bangku di dekatnya,
meja ia terbaliki lalu lompat pada si pemuda. Tangan
kanannya di ulur ke arah dada lawan hendak mencengkeram
sedang tangan kirinya dengan kecepatan kilat menyambar
pada 'thian-ki-hiat', jalan darah di iga kanan. Serangan ini
dilakukan dengan berbareng, ganas kelihatannya tapi si anak
muda tinggal kalem saja. Ia menunggu datangnya serangan,
begitu tangan kanan Goat Go hampir sampai di dada, tangan
kirinya si pemuda sudah siap untuk menyambuti. Sementara
tangan kanan si nona kena dicekal, adalah tangan kirinya yang
hendak menotok jalan darah di iga kena ditekan ke bawah.
Goat Go merasa sesak dadanya menahan tekanan si anak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
muda yang dibarengi dengan sebagian tenaga dalam.
Si anak muda menggunakan gerakan 'Sian-jin tian chiu' --
'Sang Dewa mementang kedua lengannya', untuk menyambuti
serangannya Tong Goat Go yang hebat.
Si nona berontak-berontak untuk meloloskan kedua lengannya
yang sudah kena dicekal si anak muda. Tapi bagaimana pun
ia keluarkan tenaga sepenuhnya, tetap tangannya tak dapat
diloloskan dari cekalan lawan yang makin lama makin sakit
rasanya. Rupanya anak muda ini mau kasih sedikit hajaran
pada Goat Go yang tengik lagaknya, keterlaluan
perbuatannya.
Lwekang si pemuda rupanya tinggi sebab sebentar kemudian
kelihatan Goat Go sudah tak berkutik. Itulah pengaruhnya
lwekang (tenaga dalam) yang disalurkan ke tangannya yang
mencekal tangan si nona yang membuat Goat Go merasakan
lumpuh badannya.
Matanya si nona menatap si anak muda.
"Kau mau apakan kau, setan ?" tanyanya.
Ia sudah tidak meronta-ronta lagi, sudah menyerah kalah
tampaknya.
"Aku mau kau ganti kerugian apa yang sudah kau rusakkan
dan uang obat untuk si pelayan yang kau siram mukanya
dengan sayur !" sahut si anak muda.
"Baik." kata Goat Go tanpa banyak pikir lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Si pemuda tertegun. Ia tidak menyangka urusan begitu
gampang, si nona mau menerima permintaannya. Dalam
tercengangnya, ia masih terus mencekali kedua tangannya si
nona.
"Kau masih belum mau melepaskan tanganku ?" Goat Go
tegur, suaranya halus dan ramah, membuat si anak muda
gelagapan dan buru-buru saja ia lepaskannya.
Tampak muka si anak muda bersemu merah saking jengah.
Setelah terlepas kedua tangannya, si nona urut-urut. Rupanya
ia masih merasa sakit bekas cekalan tadi. Tenaganya yang
barusan dirasakan lumpuh, sekarang sudah balik kembali.
Hatinya girang, ia tidak mendendam karena ia memang naksir
pada si anak muda.
Pikirnya, anak muda ini selain berparas cakap juga
berkepandaian tinggi. Mau cari siapa lagi kalau bukan dia,
dijadikan jodohnya ? Memikir sikapnya Goat Go gampang
berubah, mengherankan semua orang termasuk si pemilik
rumah makan yang masih merasakan pipinya panas bekas
tamparan si nona tadi.
"Mari kita ke kasir." mengajak Goat Go pada si anak muda.
"Cici, kau baik betul." kata si anak muda tanpa merasa.
"Memang aku tidak sakit." sahutnya bersenyum sambil melirik
tajam.
Si anak muda kembali tertegun. Pikirnya, anak dara ini benarbenar
aneh kelakuannya. Tadi ia begitu marah, beringas, tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekarang begitu ramah dan ketawa, malah bisa melucu lagi.
Anak siapakah dia ? Lirikannya tajam menusuk pusat
asmaranya.
Anak muda itu mesem mendengar jawaban Goat Go yang
lucu.
Ia mengikuti dari belakang si nona, tapi belum sampai di
tempat kasir untuk membikin perhitungan, si pemilik rumah
makan sudah datang menyongsong. Katanya, "Kionghi,
kionghi !" sambil angkat tangannya menyoja kepada kedua
anak muda itu. Perbuatannya mana membuat mereka jadi
heran.
"Apanya yang hendak kau beri selamat ?" tanya Goat Go.
"Oh itu, kalian sekarang sudah akur lagi. Maka aku
mengucapkan kionghi kepada kalian." jawabnya seraya
ketawa haha hehe.
"Oh, begitu."kata Goat Go. "Sekarang mari kita hitung berapa
kerugian yang sudah aku bikin rusak serta itu uang obat untuk
pelayanmu."
"Tidak apa, tidak apa, itu tak usah." kata si pemilik rumah
makan sambil goyang-goyang tangannya. "Itu perkara kecil,
buat apa mesti diganti."
Tapi Goat Go tidak meladeni kata-kata merendah si pemilik
rumah makan, ia kedok kantongnya, keluarkan uang perakan
hancur, lalu ditaruh diatas meja.
"Cukup ?' tanyanya sambil mengawasi si pemilik rumah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
makan.
Mengingat urusan akan berlarut-larut nanti, maka si pemilik
rumah makan terima saja penggantian si nona tanpa
menyebut 'tak usah' lagi. Ia hanya kata, "Cukup, cukup. Sudah
kelebihan malah."
Setelah selesai berurusan, Goat Go putar tubuhnya lalu
menghadapi si anak muda yang berdiri di belakangnya. Ia
ketawa manis, berkata, "Bagaimanan ? Kau puas sekarang ?"
Si pemuda anggukkan kepalanya.
"Kau belum makan, bukan ?" tanya si nona lagi.
Belum si anak muda menjawab, Goat Go sudah tarik
tangannya diajak duduk menghadapi satu meja yang agak
dipojok.
Si nona teriaki pelayan, pesan makanan untuk dua orang,
katanya, "Lekas siapkan makanan enak untuk kita makan !"
Makanan disiapkan dengan ekstra cepat oleh kok (tukang
masak).
Di lain saat, kelihatan dua muda mudi itu sudah kerjakan
sumpitnya mendahar hidangannya. Kalau si gadis ketawaketawa
dan banyak bicara, tetapi si pemuda tinggal membisu
saja.
Sejenak tadi si pemuda membisu saja, rupanya pikirannya
masih terpengaruh oleh laga lagunya Goat Go yang benarbenar
aneh menurut pendapatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hei, kau berubah jadi orang bisu ?" menegur si nona, ketawa
manis sambil ujung sumpitnya dipakai mencolek hidung si
anak muda.
Pemuda itu kaget, cepat mengelak hingga sang sumpit si nona
tak usah berkenalan dengan hidungnya yang mungil.
Ia tertawa, katanya, "Cici, benar-benar aku dibikin heran oleh
kelakuanmu."
"Herannya kenapa ?" tanya si nona, matanya melirik tajam.
Kembali pusat asmara si pemuda tertusuk oleh lirikannya.
"Barusan aku lihat kau bengis seperti Li-giam-ong (Ratu
akherat)." kata si pemuda. "Sekarang kau berubah sebagai
Tian-li (bidadari) cantik dan ramah tamah........."
"Stop !" memotong Goat Go sambil mulutnya mengunyah
daging bebek panggang, tangannya yang memegang sumpit
diangkat digoyang-goyangkan.
Ketika daging bebek panggang sudah lewat
ditenggorokannya, ia meneruskan kata-katanya : "Kau bisa
juga melucu, hi ! Dari mana kau belajar ? Hi hi hi......."
Anak muda itu tertawa, kini ia tertawa terbahak-bahak.
Goat Go tidak kesepian lagi karena si pemuda mulai kembali
dengan kegembiraannya.
Mereka dapat tertawa-tawa gembira dalam rumah makan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekarang sudah kosong ditinggalkan oleh para tamu.
Hanya pemilik rumah dan para pelayannya yang menonton
adegan lucu, aneh sebab tadinya musuh sekarang mereka
menjadi sahabat seperti juga sahabat lama.
Ketika mereka habis makan, Goat Go bangkit hendak
membayar uang santapannya tapi dicegah oleh si pemuda,
berkata :
"Cici, kali ini aku yang bayar. Tadi kau sudah rogoh kantong
untuk mengganti kerugian. Apa salahnya kalau sekarang aku
yang membayar makanan, bukan ?"
Goat Go hanya tersenyum manis. "Terima kasih" ucapannya
halus.
Setelah membayar makanan, si pemuda balik lagi ke tempat
duduknya. Ia mengajak si nona berlalu. "Eh, nanti dulu." kata
si nona seraya pegang tangan si anak muda yang lemas
seperti juga tangannya sendiri yang halus.
"Ada urusan apa ?" tanya si pemuda.
"Aku duduk dahulu." si gadis menyuruh orang duduk, yang
segera diturut.
"Lama kita mengobrol dan ketawa-ketawa tapi belum kita
mengetahui nama masing-masing. Siapa sebenarnya kau,
adik ?" menanya Goat Go.
"Aku she Kwee, nama Cu Gie." sahut si anak muda.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dan umurmu ?" tanya Goat Go lagi.
"Tahun ini aku masuk 21 tahun." sahut Kwee Cu Gie.
"Pantesan kau panggil aku cici. Kalau begitu memang benar
aku ada lebih tua 3 tahun dari kau, adik Gie." berkata si nona.
Goat Go berkata seraya ketawa manis, melirik tajam dengan
ujung matanya.
Lagi-lagi Kwee Cu Gie dibuat bergoyang pusat asmaranya,
karena lirikan tajam si gadis. Tapi ia ada satu pemuda sopan,
tidak berani ia kurang ajar meskipun Goat Go, si berandalan
mengasih kesempatan Kwee Cu Gie untuk berbuat demikian.
"Sekarang kau hendak kemana ?" tanya Goat Go.
"Aku mau mencari pamanku." sahutnya.
"Adik Gie, bagaimana kalau kau mampir dahulu di rumahku ?"
mengundang si gadis.
"Terima kasih. Aku sangat kesusu. Lain kali saja kita bertemu
pula." jawabnya.
"Kalau begitu, baiklah. Cuma jangan lupa, kalau kau datang ke
sini cari aku ya !" memesan Goat Go, blak-blakan ia berkata,
tak pakai malu-malu lagi.
Kwee Cu Gie yang sopan santun merasa heran si nona
memesan demikian kepada seorang lelaki yang barusan saja
dikenal olehnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Goat Go memahami pikirannya si anak muda, maka lalu
berkata, "Adik Gie, aku bukannya gadis pingitan. Aku sangat
bebas, maka jangan heran kalau aku bicara blak-blakan. Apa
yang aku pikir dan lantas keluarkan."
Kwee Cu Gie anggukkan kepalanya.
"Nah, sampai disini saja kita berpisahan." kata si pemuda
kemudian.
"Bagus, selamat jalan adik Gie." sahut Goat Go. Sedikit pun
kelihatannya ia tidak merasa berat dengan perpisahan itu.
Tapi setelah Kwee Cu Gie berlalu dari sampingnya, ia menjadi
sedih sendirinya. Pilu rasa hatinya berpisahan dengan orang
yang dicintainya. Entah kapan mereka dapat bertemu pula. Ia
menyesal, tadi tidak ia tanyakan nama pamannya si anak
muda itu siapa namanya dan dimana tempat kediamannya.
Dengan mengetahui alamatnya, bisalah ia susul Kwee cu Gie
kesana buat diajak makan-makan lagi dan tertawa-tawa
menghibur hati.
Goat Go pulang dengan perasaan lesu, seperti orang yang
kehilangan sesuatu.
Di lain pihak, Kwee Cu Gie juga mengenangkan dirinya si
gadis. Pikirnya, gadis itu kecantikannya tidak mengecewakan,
dapat menggoncangkan jantung orang yang melihat,
ketawanya yang manis dan lirikannya yang mantap dalam
pusat asmara. Tapi sayang dalam sifarnya yang berandalan
itu ada tersembunyi kegenitan yang seakan-akan
mengundang untuk berbuat kurang ajar terhadapnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Cu Gie menghela napas sambil melanjutkan
perjalanannya.
Hari sudah sore, tidak keburu ia mencari pamannya. Maka
pada malam harinya ia menginap dalam sebuah rumah
penginapan di kota Hoa-im.
Keesokan harinya, setelah tanya-tanya orang, ia sampai di
depan rumah yang terkurung tembok disekitarnya. Ia
mengetok-ngetok pintu rumah dengan gelang besi yang
tergantung di pintu. Rupanya memang ini diperuntukkan bagi
tetamu memanggil orang di sebelah dalam. Tidak lama ia
menanti, sebentar kemudian pintu dibuka. Satu pelayan
perempuan muncul didepannya dan menanyakan ada urusan
apa, siapa yang dicari.
Kwee Cu Gie kasih tahu maksud kedatangannya hendak
menemui tuan rumah. Si pelayan segera masuk ke dalam
setelah memesan Kwee Cu Gie untuk menunggu sebentar.
Tidak lama si pelayan keluar lagi dan mengundang Kwee Cu
Gie masuk.
Ia diantar ke dalam satu ruangan tengah dan disuruh duduk
menanti, sebentar lagi tuan rumah akan muncul menemuinya.
Kwee Cu Gie menunggu. Lama juga belum kelihatan muncul
tuan rumah. Ia jadi kesal, maka ia bangkit dari duduknya lalu
menghampiri satu pigura yang melukiskan pemandangan di
suatu pegunungan dimana ada berkeliaran banyak binatang
buas. Asyik ia memandangi pigur itu hingga tidak merasa
kalau dibelakangnya sekarang ada muncul satu orang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia menjadi kaget ketika sekonyong-konyong kedua matanya
disekap oleh dua tangan dari belakangnya. Cepat, ia mau
nglitik orang dibelakangnya itu, kalau ia tidak tahu bahwa yang
memegang tangan yang halus lemas, disusul oleh suara
empuk merayu, berkata, "Adik Gie, kau toh datang juga ke
rumahku......"
Kwee Cu Gie cepat putar tubuhnya dan... itulah Goat Go yang
berdiri di depannya, bersenyum memikat hati.
(Bersambung)
Jilid 03
Anak muda itu tercengang sebentaran. Belum sempat ia
menanya, Goat Go sudah tarik tangannya si anak muda. "Mari
kita duduk-duduk kongkouw !" katanya.
Ruangan itu perabotannya cukup mewah, pigura-pigura
dengan lukisan indah tergantung pada dinding-dinding
sehingga menarik selera tetamu, pot-pot kembang diatur rapi
sekali, siliran angin yang masuk dari jendela meniup
harumnya, mewangi masuk ke hidung.
Goat Go ajak Kwee Cu Gie duduk di atas bangku panjang
yang beralaskan bahan yang empuk, yang ditempatkan di
bawah jendela yang menghadap ke taman bunga.
"Adik Gie, " kata Goat Go, setelah mereka pada duduk.
"Sekarang aku tahu asal usulmu. Kau bukankah anaknya bibi
San dari Hoay-siang."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Cu Gie ketawa. "Kau benar, cici" sahutnya. "Di mana
adanya paman Siu ? Aku ingin lekas sampaikan pemberian
selamat ibuku dan menanya keselamatannya."
"Sabar adik Gie." kaat Goat Go. "Segera ayah akan keluar, dia
sekarang masih repot dengan pekerjaannya.
Terpaksa Kwee Cu Gie layani si nona kong kouw. Sudah tentu
ngobrolnya urusan famili diantara mereka. Goat Go berkali-kali
menyatakan ia ingin ketemu bibinya (ibu Kwee Cu Gie).
Katanya, sejak ibunya meninggal, ia tidak pernah ketemu lagi
dengan ibunya Kwee Cu Gie yang pindah ke Hoay-siang dari
Hoa-im.
Kiranya ibu Kwee Cu Gie itu ada saudara piauw dari Teng Siu,
ayahnya Goat Go bernama Thio Leng San yang menikah
dengan Bian-ciang Kwee Eng Siang, salah satu jago
terkemuka dalam kalangan kang-ouw.
Ketika masih di Hoa-im, meskipun ada tersangkut famili, Kwee
Eng Siang tidak suka bergaul dengan Teng Siu. Ia tidak suka
akan pergaulannya Teng Siu dengan orang-orang dari
kalangan tidak benar terutama ia benci akan kepandaiannya
Teng Siu membuat racun dipakai membantu orang-orang
jahat.
Pernah Eng Siang satu kali menasehati Teng Siu untuk jangan
bergaul dengan kawanan penjahat dan kepandaiannya
membuat racun sebaiknya disalurkan untuk kebaikan
menolong orang saki. Tapi nasehat Eng Siang tidak digubris,
malah selanjutnya perbuatannya makin mencolok di mata Eng
Siang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Untuk menghindarkan bentrokan diantara famili sendiri, maka
Eng Siang ajak istrinya pindah ke Hoay-siang, suatu kota
dimana ia dilahirkan.
Pada waktu kepindahan itu, Kwee Cu Gie baru berumur lima
tahun.
Demikian, sewaktu mengobrol Goat Go mencoba menarik
hatinya Kwee Cu Gie dengan aksi genitnya. Tiap sebentar ia
pegang tangan si pemuda, mengasi lowongan untuk si
pemuda berbuat kurang ajar terhadap dirinya. Tapi
pancingannya itu ternyata tidak berhasilm, malah dari berani
melayani bicara, kelihatannya Kwee Cu Gie menjadi takut
melihat kegenitan Teng Goat Go.
Si nona jadi tidak sabaran, kenapa sang korban begini alot. Ia
mengundang saudara piauw itu untuk minum arak yang
barusan dibawakan oleh pelayannya.
Untuk membuat cici piauwnya senang, Kwee Cu Gie tidak
menolak. Tapi ketika ia minum baru tiga sloki, ia rasakan
matanya berkunang-kunang. Matanya pun dirasakan seperti
mau mengantuk. Seketika ia tak dapat menahan badannya
lagi. Ia rubuh celentang di atas bangku panjang yang
didudukinya.
"Hihihi, Cu Gie." kedengaran Goat Go ketawa, waktu melihat
korbannya rubuh.
Pipi Goat Go kemerah-merahan karena pengaruh arak yang
diminum barusan membuat si nona kelihatan tambahcanti dan
menggiurkan. Cuma sayang kecantikannya ini dibikin suram
oleh perbuatannya yang tidak bagus.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Goat Go bangkit dari duduknya, menghampiri si pemuda yang
sudah tidur nyenyak tampaknya. Ia tak dapat menahan rindu
hatinya yang meluap seketika. Maka ia lantas menubruk,
memeluk Cu Gie dan mencium pipinya.
"Plak ! Plak !" tiba-tiba terdengar suara pipi ditampar. Ternyata
pipi yang ditampar itu adalah pipinya si nona Goat Go yang
segera melepaskan pelukannya dan lompat mundur seraya
pegangi kedua pipinya yang panas bekas tamparan serta ia
rasakan ada giginya yang rontok.
"Anak kurang ajar !" bentkanya. "Kau berani tampar aku ?"
berbareng ia menerjang Cu Gie yang tengah mencelat bangun
dari rebahnya.
Sambil memutar tubuh, Cu Gie sambuti serangan Goat Go.
Tangan kanan si nona kena dipegang, dipelintir hingga Goat
Go berkaok-kaok kesakitan menangis.
Ketika Goat Go terima kabar dari pelayannya ada satu tama
muda cakap mencari ayahnya, lantas ia menduga akan dirinya
Kwee Cu Gie yang datang. Ia mengintip ketika Cu Gie diajak
masuk oleh pelayan. Benar saja ia lihat si pemuda yang
dirindukannya. Ia tidak jadi mengabarkan pada ayahnya yang
waktu itu sedan dalam kamar laboratoriumnya memasak obat.
Pikirnya, ia akan layani sendiri dahulu, belakangan baru
diberitahukan pada ayahnya. Tidak lupa ia siapkan arak yang
dicampuri beng-han-ye semacam obat tidur, maksudnya kalau
dengan kecantikan dan kegenitannya ia tak berhasil menjaring
si anak muda, ia mau bikin Cu Gie menjadi mabuk dan tertidur
dan selanjutnya ia boleh buat sesukanya atas tubuhnya Cu
Gie. Ia pesan pelayannya untuk membawakan arak dan sedikit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hidangan keluar kalau mereka sedang asyik bercakap-cakap.
Ia menggunakan tempat arak yang mempunyai dua aliran,
yaitu suatu aliran untuk arak biasa dan satu aliran lagi untuk
arak yang dicampuri obat tidur.
Caranya Goat Go untuk menjaring korbannya memang amat
rapih.
Tapi ia tidak memperhitungkan bahwa Cu Gie ada jago muda
yang lihai.
Ketika Cu Gie merasakan gejala tidak baik dari pengaruh arak,
segera ia gunakan lwekangnya yang tinggi untuk mendesak
arak yang diminumnya itu keluar dari lubang-lubang peluh
(keringat). Ia pura-pura seperti benar-benar ia kena
pengaruhnya arak. Setelah melenggut sejenak, ia rubuhkan
dirinya di atas bangku panjang yang didudukinya itu.
Ketika merasa dirinya dipeluk dan diciumi Goat Go, bukannya
ia menyambut dengan mesra, sebaliknya ia menjadi marah.
Bau harum dari tubuhnya Goat Go yang menembus ke dalam
lubang hidungnya tidak ia hiraukan, tangannya segera
melayang dan menampar keras juga sampai giginya si nona
ada beberapa yang rontok.
Selagi mencoba bangun, ia tahu dirinya diserang Goat Go.
Dengan sekali badannya berputar, ia sudah dapat menyambuti
serangan si nona dan tangannya Goat Go kena dicekal,
dipelintir hingga nona genit itu jadi berkaok-kaok kesakitan.
Cu Gie wataknya halus. Kalau tadi ia menampar itu dilakukan
saking tak dapat menahan marahnya. Kini marahnya sudah
hilang. Melihat Goat Go berkaok-kaok kesakitan, ia lepaskan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangannya sambil berkata, "Cici, perbuatanmu bikin aku jadi
lupa ! Harap perbuatanmu ini kau tidak ulangi lagi !" berbareng
Cu Gie putar tubuhnya. Dengan beberapa lompatan saja ia
sudah berada di pintu pekarangan.
Goat Go melenggak. Cepat ia memburu, ia hendak memanggil
balik tapi tak dapat keluar suara dari mulutnya. Ia malu. Ia
hanya menyaksikan si anak muda melenyapkan diri di balik
pintu pekarangan.
Sambil membetulkan pakaian dan rambutnya yang kusut,
Goat Go bantingkan diri diatas bangku panjang tadi yang
membuat riwayatnya tak terlupakan olehnya sampai kemudian
ia merubah dirinya menjadi Ang Hoa Lobo, si Nenek Bunga
Merah.
Di lain pihak, Kim Nio tidak kenal apa artinya 'bisa'. Ia diajari
oleh Goat Go sampai pandai tapi kemudian rusak mukanya
karean hembusan obat yang dimasak sehingga ia belakangan
berubah menjadi Kim Popo. Setelah mukanya jadi jelek tidak
karuan, Siauw Cu Leng yang cakap telah meninggalkannya,
ikut Goat Go. Belakangan nona Goat Go juga mukanya rusak
akibat racun. Buat bikin Siauw cu Leng tidak meninggalkan
dirinya, Goat Go sudah gasak mukanya si cakap dengan 'bisa;
sehingga lebih jelek dari mukanya Goat Go. Si 'Arjuna' tidak
laku lagi di kalangan perempuan baik-baik. Oleh karenanya ia
sangat setia pada Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go, puteri
kesayangan dari Hoa-im Tok-jin Teng Siu.
Kisah cinta 'segitiga' antara Kim Popo alias Kim Nio, Siauw Cu
Leng si Arjuna dan Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go, ramai
dan menarik untuk ditutukan dan ini kita akan ceritakan di
sebelah belakang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekarang, mari kita balik kepada Kim Popo yang bersua
kembali dengan The Sam yang menjadi 'idaman hatinya' di
waktu Kim Nio belum berubah menjadi Kim Popo.
The Sam ketika kabur dari rumah perguruannya karena sudah
memukul parah Siauw Cu Leng yang menjadi suhengnya, ia
terus berkelana di kalangan kang-ouw (Sungai Telaga)
mencari pengalaman. Ia beruntung ketemu dengan salah
seorang Tojin (imam). Ia mengajarkan ilmu 'Thong-pie-kong' --
'ilmu lengan sakti', ialah kalau lengan kanan diulur memanjang
sementara lengan kirinya mengkeret pendek. Dengan
kepandaiannya ini, ia dapat menjagoi meskipun sering kali
juga ia kena dipecundangi lawannya.
The Sam sudah lama tidak ketemu muka dengan Kim Popo
sejak ia kabut dari rumah perguruan baru sekarang ia
berjumpa pula. Ia kenali Kim Popo sebagai bekas ia punya
Kim Nio adalah dari suaranya dan potongan tubuhnya yang
selama ini tak dapat dilupakan olehnya. Ia tahu, memang Kim
Popo bukannya Kim Nio dahulu yang cantik menarik.
Sekarang mukanya sudah rusak. Ini ia dapat tahu dari
kenalan-kenalannya yang dahulu tinggalnya tidak berjauhan
dari rumah si Tongkat Sakti Kong Tek Liang. Ia merasa
kasihan atas nasib bekas kekasihnya. Ia mencari-cari, sampai
hari itu dengan secara kebetulan ia ketemukan bekas
'darlingnya' sedang minum air selokan.
Setelah memperhatikan lebih tegas, baharulah ia berani
ketawa dibelakangnya Kim Popo yang tengah minum air kali
dan cacapi kepalanya supaya adem.
"Mari kita ngobrol di bawah pohon itu." kata The Sam seraya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tuntun tangannya Kim Popo yang jinak sekali bagai mana
kucing peliharaan.
Di bawah pohon mereka ngobrol saling menuturkan
pengalamannya masing-masing sambil ketawa riang gembira.
Inilah mungkin kejadian yang pertama kali dialami si nenek
sejak Kim Popo meninggalkan rumahnya di Hoa-im.
"Koko, aku sekarang sudah jelek begini, apakah kau masih
mencintai aku ?" kata Kim Popo setelah sejenak percakapan
mereka terhenti.
"Adik Kim." sahut The Sam, suaranya mengasihi hingga
membuat Kim Popo terkenang akan masa lampau diwaktu
berkasih-kasihan di taman bunga. "Kau terlalu memandang
rendah akan cintaku. Meskipun mukamu sudah rusak, aku
tetap mencintaimu !" sambung The Sam.
Merasa lega hatinya Kim Popo mendengar kata-kata itu.
Menyesal ia tidak dapat hidup bersuami istri dengan The Sam.
Kalau tidak, tidaklah ia mengalami penghidupan yang gagal
total seperti sekarang ini.
Kim Popo tundukkan kepala lalu menatap wajahnya The Sam,
tersenyum ia tapi sudah tentu senyumannya 'senyuman
istimewa' karena giginya sudah tinggal beberapa buah saja.
Terdengar di lain saat Kim Popo menghela napas.
"Ya, sang tempo sudah membuat kita sama-sama tua." kata
Kim Popo, sauranya berubah. "Tak perlu kita berdendang
asmara lagi. Mari kita bicarakan urusan penting !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Sam melongo mendengar kata-kata Kim Popo.
Ia tidak menyangka perubahan sikap si nenek akan begitu
cepat. Ia menanya, "Urusan apa yang kau maksudkan penting,
adik Kim ?"
Kim Popo lalu menceritakan bahwa barusan ia kehilangan
barang berharga dirampas oleh si thauto beranting-anting
emas. Ia amat penasaran. Sebab selain barangnya yang
penting kena dirampas, juga ia sudah kena dijemur 2 jam
lamanya.
"Ah, kau berurusan dengan dia ?" tanya The Sam, romannya
seperti yang terkejut.
"Memangnya kenapa, siapa dia sih ?" balik menanya Kim
Popo.
"Ah, adik Kim." sahut The Sam. "Dia sangat lihai. Orang tidak
tahu siapa namanya, tapi orang kenal julukannya Kim Wan
Thauto (Thauto beranting-anting emas). Dia bukan saja lihai
ilmu silatnya tapi senjata rahasianya di kedua telinganya.
Kalau sudah dilepas, tiada seorang pun korbannya yang dapat
lolos dari sasarannya."
The Sam cerita benar. Senjata rahasia "Kim-wan' dari si thauto
ada sangat hebat sebab dilepas dengan tenaga dalam.
Sampai dimana tingginya lwekan si thauto dapat diukur dari
kepandaiannya melepas senjata rahasia itu. Dan ia dapat
kendalikan yaitu bisa enteng, bisa setengah berat dan berat
waktu ia menghajar orang. Pukulan enteng seperti yang dibikin
terkulai Kim Popo, setengah berat bikin orang terus pingsan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang berat bisa bikin korbannya terus tidak bangun lagi alias
jiwanya melayang untuk menghadap Giam-lo-ong (Raj
Akhirat).
"Dia begitu lihai....." Kim Popo menghela napas. "Habislah
pengharapanku untuk dapat merebut barangku yang sangat
penting itu."
"Barang apa sebenarnya yang dirampas Kim-wan Thauto ?"
tanya The Sam.
"Barang itu adalah menjadi rebutan oleh kalangan bu-lim
(rimba persilatan) pada dewasa ini." menerangkan Kim Popo.
"Apakah itu ?" The Sam ingin tahu.
"Barang itu adalah sebuah buku mungil yang bernama 'Thiamhiat
Pit-koat', pelajaran ilmu menotok jalan darah yang luar
biasa pentingnya bagi setiap dunia persilatan." kata Kim Popo.
The Sam kerutkan keningnya, ia tundukkan kepala, berpikir,
lalu menanya, "Sampai begitu penting, bukankah setiap orang
yang pandai ilmu silat dapat menotok lawan dengan baik ?"
"Kau jangan meremehkan 'Thiam-hiat Pit-koat'. Ia dikarang
oleh satu ahli totok kenamaan, The Leng Tong namanya,
orang dari propinsi Shoatang. Pada jamannya yaitu 80 tahun
berselang, The Leng Tong tidak menemukan tandingan dalam
ilmu totokan jalan darah. Banyak orang kepingin berguru
padanya tapi dia tolak. Dia tidak mau menerima murid. Hanya
dia ada lepas kata kalau dia sudah tidak ada dalam dunia, di
belakang hari orang akan menemui bukunya yang dinamai
'Thiam-hiat', kalau orang itu memang berjodoh untuk menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
muridnya. Kau tidak tahu, koko. Buku itu memuat tiga macam
ilmu totokan. Kecuali pelajaran menotok jalan darah
menggunakan satu sampai dua jari dari dekat, dalam bukunya
ada disebut menotok dari jauh dengan menyentil batu kecil
dan kebasan tangan baju. Malah, yang penting, totokan The
Leng Tong dapat dikendalikan berat entengnya dengan jitu
sekali." demikian Kim Popo menutur.
"Aha, aku juga orang she The, siapa tahu ada jodoh
mendapatkan buku itu." kata The Sam kegirangan sambil
tepuk-tepuk pahanya.
"Bagaimana kau bisa bilang begitu ?" tanya Kim Popo heran.
"Aku she The dan Leng Tong juga she The. Kita sama-sama
she The. Tidak mustahil kalau barangnya The Leng Tong
diwariskan padaku, bukan ?" sahut The Sam.
Ia menutup kata-katanya sambil terus tarik tangannya si nenek
diajak pergi.
"Mari kita susul Kim-wan Thauto !" ia mengajak Kim Popo.
"Kau bilang Kim-wan Thauto lihai. Bagaimana kau dapat
merebut kembali 'Thiam-hiat Pit-koat' dari tangannya ?" tanya
Kim Popo sangsi.
"Ah, itu urusan belakangan. Mari kita susul nanti dia keburu
sudah jalan jauh, sukar kita mencarinya." sahut The Sam.
Ia pun, berbareng gerakan kakinya mengajak Kim Popo
berlalu dari situ.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kim Popo tak dapat berbuat apa-apa lagi kecuali mengikuti
bekas kekasihnya itu. Malah diam-diam hatinya merasa girang
The Sam sudah mau bantu ia merebut pulang buku pelajaran
ilmu menotok itu. Apa The Sam berhasil atau tidak, pikirnya,
itu bagaimana nanti saja. Ia percaya bekas kekasihnya itu
sudah mempunyai akal untuk merebut kembali buku mungil
itu, bila dilihat The Sam demikian napsu mengajak ia
menyusul Kim-wan Thauto.
Kita tinggalkan dahulu Kim Popo dan The Sam yang menyusul
Kim wan Thauto. Kita balik kepada Lo In, bagaimana si bocah
itu, apakah dia binasa akibat gebukan Ang Hoa Lobo yang
dilakukan dengan sepenuh tenaga ?
Lo In dibawa masuk ke dalam sebuah rumah yang dibangun
dari bambu dengan separuh batu. Cukup besar rumah itu dan
mempunyai pekarangan depan belakang.
Lo In diletakkan di sebuah bale-bale dengan kasar sekali oleh
Siauw Cu Leng yang sangat membenci bocah itu.
Keadaan Lo In masih belum sadarkan diri.
Kenapa Ang Hoa Lobo begitu kejam menghajar bebokong
anak kecil dengan menggunakan tenaga penuh ? Itu ada
sebabnya.
Siauw Cu Leng ketika pulang habis dipecundangi oleh Lo In
telah mengadu pada Ang Hoa Lobo tentang munculnya satu
bocah luar biasa. Ia telah dipecundangi dengan hanya
kegesitan saja, malahan pukulan gunturnya yang
menghancurkan batu gunung tidak mempan dihadapkan pada
si bocah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang Hoa Lobo tertawa terkekeh mendengar penuturannya si
Iblis Buntung, yang alisnya dibuntungi oleh Ang Hoa Lobo.
"Sama anak kecil kau kalah, bagaimana kau hadapi anak gede
?" kata Ang Hoa Lobo seraya mentertawakan Siauw Cu Leng.
"Kau tidak tahu, cici." sahut Siauw Cu Leng. "Setelah aku
rubuh, dia menantang, katanya : 'Iblis gila, kau boleh
datangkan iblis temanmu. Biar segerobak aku tidak takut !'
Nah, ini 'kan satu hinaan bagi kita. Mana boleh anak yang
masih ingusan diumbar ngaco begitu."
Siauw Cu Leng mulai menghasut, ketika melihat Ang Hoa
Lobo tidak mau meladeni pengaduannya. Mendengar katakata
si Iblis Alis Buntung, tampak Ang Hoa Lobo kerutkan
alisnya, "Apakah benar kata-katamu ?" tanyanya kemudian.
"Kenapa tidak benar ? Memangnya aku mau ambil untung dari
perkataanku yang tidak benar ? Aku bicara yang benar, buat
apa timbulkan yang tidak betul !" nyerocos Siauw Cu Leng,
mukanya kelihatan sungguh-sungguh.
"Anak bandel. Masa dia berani omong besar ?" kata si nenek,
mulai marah dia.
Siauw Cu Leng lalu cerita, Lo In selain kepandainnya hebat
juga mempunya tentara kera dan burung rajawali. Kalau tidak
dibokong, jangan harap bisa menowelnya, apalagi untuk
menangkapnya. Dia mesti sudah makan buah JJit-goat-go,
kalau tidak tentu tidak begitu hebat.
Disebutnya buah Jit-goat-go, mendadak saja Ang Hoa Lobo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjingkrak.
Sudah lama ia mendengar akan khasiatnya buah itu. Maka
juga ia sudah mencari dari satu ke lain gunung. Sekarang,
buah itu sudah dimakan si anak kecil. Dimana ia bisa dapatkan
pula dalam daerah pegunungan disitu yang sangat luas ? Ia
benci kepada orang yang sudah mendahului ia memakan buah
yang ia idam-idamkan. Maka setelah berjingkrak, ia berkata
pada Siauw Cu Leng, "Dimana kita bisa menemui dia ?"
"Tidak, tidak bisa kita menemui dia begitu saja. Dia luar biasa
kepandaiannya, apalagi dia mempunyai rajawali dan tentara
keranya yang melindungi."
"Habis, bagaimana ?" tanya si nenek, jeri juga mendengar
kata-kata si iblis.
"Dia mesti dibokong. Kita harus mengatur perangkap, yang dia
tidak curiga sama sekali. Asal sudah ada kesempatan, kau
harus menghajar dia sepenuh tenaga. Sebab tanpa tenaga
penuh mana dia bisa rubuh karena dia sudah makan buah Jitgoat-
go, tenaga dalamnya tentu bukan main hebatnya !"
demikian Siauw Cu Leng mengajukan usulnya yang kejam.
Tapi memang si iblis benar. Tidak mudah Lo In ditakluki
dengan cuma mengadu silat. Sebab anak itu sudah lihai sekali
ditambah dengan tentara kera dan rajawalinya.
Si nenek percaya akan kata-katanya sang suami diluar kawin.
Maka mereka lalu berdamai soal pasang perangkap dalam
menangkap si bocah.
Begitulah, hari itu rupanya Lo In dilanggar apes (sial). Maka ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah masuk perangkap yang diatur oleh Ang Hoa Lobo dan
Siauw Cu Leng.
Untung Lo In tenaga dalamnya sudah hebat berkat makan
buah Jit-goat-go, kalau saja kejadian itu sebelum ia makan
buah, bisa celaka 2 x 13. Pasti isi perutnya ambrol dan
nyawanya melayang seketika menerima pukulan hebat dari
Ang Hoa Lobo. Ia hanya merasakan dadanya sesak tiba-tiba,
tubuhnya dirasakan lumpuh. Maka ia rubuh pingsan setelah
mengeluarkan jeritan.
Juga Lo In masih untung jiwanya tidak sampai melayang
karena Ang Hoa Lobo menyetop tendangan Siauw Cu Leng
yang kedua kali. Kalau sampai kakinya si iblis bekerja,
rasanya Lo In sudah tidak bernyawa ketika itu. Si Iblis Alis
Buntung sangat benci Lo In, tentu tendangannya yang kedua
kali jauh lebih berat dari yang pertama, yang cuma terpental
tidak seberapa jauh.
Ketika meletakkan Lo In dibale-bale, Siauw Cu Leng dapat
lihat pedang pendek di pinggang si bocah, lalu diloloskan
kemudian diserahkan pada Ang Hoa Lobo sambil berkata, "Ini,
kepunyaan dia."
Ang Hoa Lobo menyambuti, lalu dihunus pedang pendek yang
bobotnya sangat enteng itu lalu diperiksa. Di atas badan
pedang tidak ada apa-apanya yang aneh, tapi ketika diselidiki
gagangnya, Ang Hoa Lobo dapat melihat huruf-huruf kecil
yang berbunyi, 'Kwee Cu Gie Toan-kiam' atau 'Pedang pendek
kepunyaan Kwee Cu Gie'.
"Betul, betul punya dia ?' tanya Siau Cu Leng yang sedari tadi
mengawasi Ang Hoa Lobo memeriksa pedang pendek itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Si nenek tidak menjawab, ia hanya angguk-anggukkan kepala
atas pertanyaan si orang she Siauw. Si Iblis kelihatannya agak
cemburuan juga melihat si nenek yang begitu kesemsem
memandangi pedang ditangannya.
"Hm ! Dia keturunannya...." Ang Hoa Lobo tiba-tiba
menggerutu sendirian setlah lama ia memandangi pedang
ditangannya.
"Dia keturunannya, buat apa dikasih hidup. Mampusi saja !"
kata Siauw Cu Leng mendengar Ang Hoa Lobo menggerutu
sendirian.
"Jangan, aku ada jalan." sahut Ang Hoa Lobo.
"Jalan bagaimana ?" tanya Siauw Cu Leng tidak sabaran
kelihatannya.
"Kita bikin rusak mukanya." jawab si nenek.
"Bagus ! Mari kita mulai." kata Siauw Cu Leng. Ia main cara
kilat saja berurusan dengan Ang Hoa Lobo sebab si nenek
sering berubah-ubah pikirannya. Ia mendesak karena ingin
lekas-lekas apa yang Ang Hoa Lobo kata, segera
dilaksanakan. Ia seperti membenci sampai tujuh turunan Lo In
saja.
Siauw Cu Leng mengambil pisau, bersiap-siap untuk merusak
mukanya Lo In.
"Bukan begitu caranya." kata Ang Hoa Lobo seraya goyanggoyang
tangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Habis, kau mau pakai apa ?" tanya Siauw Cu Leng.
Ang Hoa Lobo tidak menjawab. Sebaliknya dari kantongnya ia
keluarkan sebungkus obat. "Ambil air !" ia memerintah Siauw
Cu Leng.
Segera permintaan si nenek dipenuhi. Si iblis mengambil air
dalam gelas.
Ang Hoa Lobo menyambuti. Air dalam gelas itu ia buang ke
lantai sampai tinggal seperluanya, lalu obat yang berupa
bubuk berwarna hitam ia masukkan dalam gelas, diaduk kira
satu menit. Kemudian ia suruh Siauw Cu Leng ambil sobekan
kain. Ketika barang yang diminta diberikan, ia lalu robek
seperlunya untuk digunakan sebagai kuas. Obat hitam itu ia
polesi pada bagian muka Lo In, dari jidat terus sampai ke
dagu. Hanya bagian leher dan kuping tidak diganggu.
Sebentar saja muka Lo In yang putih cakap berubah menjadi
hitam legam seperti Zwarte Piet (si Piet Hitam, kacung
Sinterklas).
Setelah selesai, tiba-tiba si nenek berkakakan ketawa.
"Nah, inilah pembalasanku ! Aku mau lihat, tanpa diundang dia
akan datang berlutut dihadapanku untuk minta-minta
dikasihani !" ia berkata bangga.
Siauw Cu Leng bingung. Apa yang si nenek sebenarnya
maksudkan dengan kata-katanya. Ia lalu menanya, "Apa yang
kau maksudkan dengan kata-katamu, cici ?"
"Hehehe !" Ang Hoa Lobo ketawa. "Aku bikin anaknya begini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau bapakanya tahu tentu dia bakal mencari aku. Dia tentu
datang berlutut dihadapanku untuk minta obat pemusnahnya,
jangan sampai anaknya yang cakap ini mempunyai dua muka.
Baru sekarang Siauw Cu Leng mengerti maksudnya si nenek.
Kiranya Ang Hoa Lobo hendak membikin malu Kwee Cu Gie.
Dengan bikin wajah Lo In berubah hitam, Kwee Cu Gie pasti
mengerti siapa punya perbuatan. Orang she Kwee itu tentu
akan mencari Ang Hoa Lobo untuk menolong anaknya, minta
belas kasihannya si nenek supaya Ang Hoa Lobo
mengembalikan wajah anaknya pada keadaan semula.
Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go sampai saat itu masih
merasa penasaran pada Kwee Cu Gie yang sudah menampar
pipinya dua kali sehingga beberapa giginya pada rontok dan
sekarang ia sudah ompong !
"Sekarang kita mau apakan dia ?' tanya Siauw Cu Leng.
"Masukan jadi satu dengan si sundal cilik." sahut Ang Hoa
Lobo.
Siauw Cu Leng sangsi tampaknya, ia berdiri saja menjublek.
"Kau masih belum mau bawa dia pergi, mau tunggu apa ?" si
nenek membentak.
"Tapi cici, tapi....... " si iblis terhenti bicaranya ketika si nenek
Kembang Merah memotong. "Tapi, tapi apa ? Lekas kerjakan
!"
"Aku kuatir kejadian selanjutnya." jawab si Iblis Alis Buntung,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia beranikan hati mendebat Ang Hoa Lobo. "Binatang kecil ini
sangat hebat tenaga dalamnya. Sebentar kalau dia sudah
siuman, apakah dia tidak ngamuk ?"
"Ngamuk ? Hehehe !" si Nenek Kembang Merah ketawa.
"Sudah tidak ambrol isi perutnya menahan pukulanku, sudah
bagus. Mau ngamuk ? Hmm ! Aku mau lihat. Lekas kerjakan
perintahku, jangan banyak cing cong !"
Siauw Cu Leng tak berani banyak kata. Ia lalu angkat
tubuhnya Lo In, dipondong di bawa ke kamar belakang. Ke
dalam mana, tubuhnya Lo In menggelinding karena diletakkan
oleh Siauw Cu Leng separuh dilemparkan.
"Iblis, kau bawa masuk apa kesini ?" bentak seorang anak
perempuan kecil yang ada dalam kamar itu ketika melihat
pintu kamar dibukan dan tubuh Lo In diletakkan di lantai
separuh dilemparkan.
Sambil menutup pintu kamar lagi, Siauw Cu Leng menjawab,
"Sundal cilik, kau tak usah kesepian lagi. Sekarang ditemani si
setan cilik ! Hahaha !"
Si iblis berkata-kata sambil meninggalkan kamar itu yang
merupakan kamar tahanan rupanya. Memang, kamar itu boleh
disebut kamar tahanan sebab dalam kamar itu ada disekap
seorang gadis cilik umur kira-kira belum 15 tahun. Jadi lebih
tua dari Lo In yang usianya baru memasuki tahun ke-14.
Dalam ruangan itu yang lumayan juga lebarnya, mendapat
penerangan dari sela jeruji-jeruji jendela kecil yang kokoh dan
kuat dari bambu pilihan. Tidak ada perabotan didalam situ
kecuali bale-bale yang muat 2 orang serta bangku dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mejanya yang sudah reyot. Tampak si nona kecil berdiri
tertegun melihat 'tamu' datang dalam keadaan tidak sadarkan
diri.
Rambutnya si dara cilik yang dikepang dua tampak sudah
awut-awutan, romannya lesu dan pucat tapi tidak
mempengaruhi air mukanya yang jernih, ramai dengan
senyum dikulum.
Pelan-pelan ia jalan menghampiri tubuhnya Lo In. Ia jongkok
disampingnya lalu memandang parasnya Lo In. Hatinya
merasa geli, ia ketawa melihat mukanya Lo In yang hitam
legam. Di usap-usap pipi Lo In, kemudian melihat pada
tangannya yang barusan dipakai meraba. Oh, kenapa tidak
hitam ? Ia menduga, tadinya wajah hitam itu disengaja si
bocah dengan mengolesi mukanya dengan arang hitam
legam.
Selama itu, Lo In tidak berkutik. Di goyang-goyang badannya,
tapi Lo In tetap tak sadarkan diri. Mulai curiga hatinya si dara
cilik, lalu ia tekuk lututnya, lengkungkan badannya, telinganya
di pasang di atas dada Lo In. Ia dapatkan si bocah masih ada
napasnya. Ia periksa keadaan Lo In lebih jauh, keculai
mukanya hitam, tidak kedapatan tanda-tanda bekas dianiaya.
Ketika ia gerakkan kakinya hendak jongkok pula, tiba-tiba ia
rasakan kakinya lemas dan jatuh ke depan diatas tubuhnya Lo
In. Selagi ia berusaha hendak bangun, tiba-tiba ia mendengar
suara dari sebelah luar kamar, "Eng Lian, kau masih tetap
membandel ? Lihat itu setan cilik contohnya ! Selain aku tidak
kasih makan kau, juga aku akan bikin mukamu yang cantik jadi
berubah hitam seperti si setan cilik ! Hehehe......."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dara cilik itu yang ternyata bernama Eng Lian kenali suaranya
Ang Hoa Lobo yang berkata-kata tadi. Tampak ia menggertak
giginya, tangannya yang kecil mungil mengepal keras,
rupanya ia sangat marah. Sekarang ia mengerti, yang
membuat wajah anak itu hitam adalah si Nenek Kembang
Merah.
"Siapa yang mau berurusan denganmu, nenek jahat !" sahut
Eng Lian kemudian.
"Hehe ! Bagus, baru tiga hari aku hukum kau tidak makan.
Kalau kau masih tetap membandel, hemm ! Aku kasih tempo
tiga hari lagi untuk kau pikir-pikir. Kalau sampai temponya kau
masih tetap membandel, jangan salahkan si nenek bila
berbuat kejam Pikirkanlah !" demikian si nenek mengancam.
Eng Lian tidak mau ladeni Ang Hoa Lobo sampai nenek itu
meninggalkan kamar itu, tidak terdapat jawaban dari sebelah
dalam.
Si dara cilik sudah tiga hari dihukum tidak makan oleh Ang
Hoa Lobo, pantasan kakinya lemas. Dalam bingung, apa yang
akan ia buat menghadapi Lo In yang masih pingsan, sedang
perutnya sudah sangat lapar, tiba-tiba Eng Lian dibikin terkejut
dengan diceploskannya benda-benda bundar melalui sela-sela
jeruji jendela.
Ia merayap menghampiri salah satu benda itu, kiranya itu ada
buah-buah yang diceploskan dari sebelah luar. Siapa yang
mengirimnya ? Matanya mengawasi ke jurusan jendela, ia
melihat ada dua ekor kera disana, sedang repot menceplosceploskan
buah-buahan. Dalam herannya, ia ingin mendekati
dua kera itu tapi ia tak dapat bangun karena kakinya amat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lemas.
Dua kera itu, sudah tentu pembaca dapat menebaknya siapa.
Sebab mereka tidak lain adalah Pek-gan dan Pek-tauw, si
monyet mata putih dan kepala putih yang menjadi
kesayangannya Lo In.
Mereka melihat tuannya dibawa masuk ke dalam rumah itu
terus mengintip akan segala tindak tanduknya Siauw Cu Leng
dengan Ang Hoa Lobo. Setelah tahu yang Lo In ditempatkan
dalam kamar belakang, mereka lantas mencari buah-buahan
di sekitar tempat itu untuk dipersembahkan kepada
majikannya. Tapi mereka tidak tahu kalau Lo In dalam
keadaan pingsan. Mereka hanya mengira bahwa majikannya
itu sedang tidur nyenyak.
Eng Lian dapat pungut salah satu buah dan dimakannya. Ia
rasakan manis dan enak. Ia lalu makan lagi beberapa buah
untuk mengisi perutnya yang kelaparan. Benar-benar ia
rasakan buah-buah yang dimakan istimewa. Kecuali manis
dan lezat, setelah masuk ke dalam perut telah menimbulkan
reaksi tubuh menjadi segar dan kuat.
Bukan main girangnya Eng Lian ketika ia tahu kakinya sudah
dapat digerakkan lagi dengan leluasa. Ia lantas kumpulkan
buah-buah itu supaya nanti jangan sampai ketahuan oleh dua
iblis yang hendak merongrongnya.
Hari berikutnya, Eng Lian repot menerima kiriman dari Pekgan
dan Pek-tauw. Lucu laga lagunya dua kera itu hingga Eng
Lian merasa suka dan sayang. Ia sendiri tidak mengerti
kenapa dua monyet itu begitu baik mau mengirimkan buahbuahan
kepadanya yang dalam kesukaran. Ia belum tahu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau dua kera itu mengirim buah-buahan bukan untuk dia tapi
untuk majikannya, Lo In, yang Eng Lian tidak tahu anak itu
siapa namanya dan datang dari mana.
Sambil melahap buah semacam jambu, Eng Lian memandangi
wajah Lo In.
Pikirnya, anak ini parasnya cakap sayang dibuat hitam oleh si
nenek jahat. Apakah warna hitam yang melekat itu nanti dapat
dicuci dan parasnya anak cakap itu kembali pada asalnya ? Ia
tanya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba ia dibikin kegirangan
melihat Lo In pelan-pelan telah membuka matanya. Saking
girangnya sampai ia lempar buah yang dimakannya dan
tangannya yang kecil halus memegang pipinya Lo In,
menanya, "Oh, adik, aku sudah siuman ? Enak betul tidurmu."
Lucu kelakuannya Eng Lian. Ia kira Lo In tidur nyenyak. Ia
tidak tahu kalau Lo In menderita pukulan dahsyat.
Lo In heran, matanya kecap kecip memandang Eng Lian.
Pikirnya, apakah ia sedang ngimpi atau sudah berada di lain
dunia ? Kenapa ada anak perempuan disampingnya ? Ia
angkat tangan kanannya, jari telunjuknya dimasukkan dalam
mulutnya, digigit, au, tentu saja ia berjengkit kesakitan.
"Hi hi hi.... anak tolol. Kenapa menggigit jari sendiri ?" Eng
Lian ketawa, melihat Lo In kesakitan menggigit jarinya
barusan.
"Kau siapa, cici ?" tanya Lo In, lemah suaranya.
"Aku Eng Lian, kau sendiri siapa ?" balik menanya si dara cilik,
lucu lagaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Oh, enci Lian......." Lo In terus bungkam.
"Hei, hei, kenapa kau tidak sebutkan namamu ?" kata Eng
Lian seraya menggoyang-goyang lengan Lo In yang tatkala itu
sudah mau meramkan matanya lagi.
Lo In kembali membuka matanya, ia tersenyum mengawasi si
nona cilik.
"Apa sih yang dilihat ?" kata Eng Lian ketika mereka beradu
pandangan sambil mencibirkan bibirnya yang mungil.
"Enci Lian, aku ini berada dimana ?" tanya Lo In, tidak
melayani orang mencibirkan bibirnya.
"Dalam kamar tahanan." sahut Eng Lian singkat, dongkol
rupanya dia.
Lo In terkejut. Ia coba gerakkan badannya untuk bangun, tapi
belum bisa. Sebab seluruh badannya dirasakan lemas.
Tenaga raksasanya entah pergi kemana. Ia heran, kemana
perginya tenaganya yang dahsyat.
Lantas dia ingat akan kejadian ketika bertemu dengan si
nenek di rimba bambu. Bagaimana ia dibokong. Pikirnya,
mungkin gebukan si nenek yang menyebabkan hilang
tenaganya. Buktinya, ia peras tenaga dalamnya, bukannya
berhasil malah bobokongnya dirasakan sakit bekas gebukan si
nenek.
"Jahat..........." ia menggerendeng, perlahan suaranya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perlahan suaranya tapi menusuk telinga Eng Lian. Mukanya
lantas cemberut. "Jahat, jahat, siapa jahat, hah !" tangannya
berbareng mau menampar.
"Tahan !" kata Lo In cepat ketika pipinya hendak ditampar si
dara cilik. "Enci Lian, aku bukan maksudkan kau jahat."
sambung Lo In.
Eng Lian ketawa, sambil tarik pulang tangannya. "Habis, siapa
yang kau maksudkan ? Sebab disini tidak ada orang lain
kecuali kita berdua." katanya.
Lo In anggap dirinya lucu. Oh, bolehlah ketemu ini dara cilik
yang lebih lucu dan aneh adatnya. Seketika juga Lo In merasa
suka berteman dengan Eng Lian, maka sambil bersenyum ia
berkata, "Enci Lian, yang aku maksudkan adalah nenek itu
dengan kembang merah disanggulnya."
"Oh, dianya ?" kata Eng Lian sambil leletkan lidahnya.
"Ya." sahut Lo In. "Dimana dia sekarang ? Aku dibokong
olehnya, digebuk dari belakang sampai rasanya semaput.
Untung aku tak sampai mati."
"Eh, mengapa sampai begitu ? Mengapa, kenapa ?" Eng Lian
minta Lo In tuturkan.
Lo In lantas ceritakan kejadian di rimba bambu ketika ia
hendak menolongi si nenek, tidak tahunya ia kena masuk
perangkap.
Eng Lian yang mendengari cerita Lo In merasa panas hatinya
kepada Ang Hoa Lobo yang kejam. Di samping itu ia merasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
simpati pada Lo In, anak yang berhati mulia menjadi korban
dari tangan telengas.
"Dia, si nenek itu memang jahat. Dia ada disini, dibantu oleh si
kakak jelek Siauw Cu Leng yang julukannya Toan Bi-lomo."
menerangkan Eng Lian.
"oh, iblis itu juga ada disini ?" tanya Lo In terkejut.
Eng Lian anggukkan kepalanya.
-- 8 --
Tadinya, Lo In tidak mengerti apa salahnya dia digebuk oleh si
Nenek Kembang Merah ? Padahal baru saja ia berjumpa
dengan maksud baik hendak memberikan pertolongan tapi
bukan terima kasih ia dapat dari si nenek, malah gebukan
yang membikin isi perutnya berantakan, untung tenaga
dalamnya cukup dahsyat.
Sekarang, ia mendengar cerita Eng Lian, si Iblis Alis Buntung
itu adalah konconya Ang Hoa Lobo, lantas ia mengerti
duduknya urusan. Tentu gara-gara mulut si iblis yang tajam
menghasut sehingga si nenek menurunkan tangan telengas
atas dirinya.
"Enci Lian, anak si......" Lo In hendak menanya tapi sudah
dipotong oleh si dara cilik, katanya, "Makan dahulu ini.
Perutmu tentu sudah minta diisi !" sambil menjejalkan
sebagian buah yang tengah ia lahap ke mulut Lo In.
Terpaksa Lo In mengganyangnya. Seketika hatinya terkesiap,
karena buah itulah yang biasa ia makan kiriman dari dua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keranya yang sangat disayang. Maka ia lalu menanya, "Enci
Lian, kau dapat dari mana buah ini ?" sambil unjukkan
sepotong buah yang belum habis ia makan.
"Entahlah. Ada dua malaikat berupa kera yang mengantarkan
ke sini. " jawab Eng Lian. Gembira dia sebab sekarang ia tidak
usah memikirkan lagi akan kelaparan.
"Oh, itu adalah Pek-gan dan Pek-tauw." kata Lo In.
"Betul, betul. Yang satu berkepala putih, yang lainnya
sepasang matanya yang putih. Kera siapakah mereka itu, apa
kau tahu ?" Eng Lian cerita.
"Mereka ada teman-teman baikku." sahut Lo In.
Eng Lian terbelalak matanya, heran mendengar Lo In
mengatakan dua kera itu ada teman baiknya lalu minta Lo In
cerita bagaimana ia bisa bersahabat dengan dua kera yang
pandai itu.
Lo In tidak berkeberatan. Sebelumnya ia perkenalkan dahulu
namanya Lo In, lalu menuturkan perjalanan hidupnya dari
anak jembel sampai mengerti surat dan ilmu silat atas
pimpinan Liok Sinshe. Ia turun ke dalam jurang mencari Liok
Sinshe yang jatuh dibokong musuh, bagaimana ia hidup dalam
lembah itu bersama-sama dengan si rajawali yang ia
sembuhkan dari lukanya, bagaimana ia taklukan kawanan
monyet lantaran menolong Siauw-hek.
Eng Lian yang hatinya sangat tertarik oleh penuturan Lo In
tidak memotong ceritanya Lo In. Ia sangat kagumi si bocah
yang luar biasa dan besar rejekinya sampai dapat makan buah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
'Jit-goat-ko.'.
"Adik In," kata Eng Lian, setelah mendengar habis cerita Lo In.
"Kau ada satu bocah luar biasa. Bukan mustahil kau nanti jadi
terkenal dan orang menyebut kau 'sinlong', bocah sakti.
Hihihi......"
"Mudah-mudahan," sahut Lo In membanyol. "Dengan doa
restumu, kata-katamu tadi akan menjadi kenyataan."
Si dara cilik mesem manis.
Setelah menutur, Lo In coba gerakkan badannya. Ternyata
masih belum dapat bergerak sebagaimana mestinya. Ia sudah
pegal rebah saja maka ia minta si dara cilik bantu ia untuk
dapat duduk. Eng Lian tidak berkeberatan. Ia bantu sampai Lo
In dapat duduk betul.
"Terima kasih, enci Lian." kata Lo In.
"Terima kasih kembali." sahut si dara cilik jenaka.
Lo In makin girang hatinya ia memperoleh teman yang lebih
jenaka dari dirinya.
"Enci Lian." kata Lo In. "Aku sudah bercerita tentang
perjalanan hidupku. Sekarang giliranmu cerita bukan ?"
"Tentu, tentu, adikku manis." sahut Eng Lian melucu. "Aku
hidup bersama......."
"Hei, Eng Lian. Kau jangan banyak ngobrol. Bagaimana, kau
menyerah tidak ?" tiba-tiba terdengar kata-kata dari sebelah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
luar kamar hingga ceritanya si dara cilik terhenti seketika.
Si Nenek Kembang Merah yang memotong kata-kata Eng Lian
tadi.
Mendongkol hatinya si dara cilik, kelihatan dari romannya yang
merengut, tangannya dikepal-kepal gergetan, lucu
kelihatannya sampai Lo In tak dapat menahan ketawanya
terbahak-bahak.
"Kau ketawai apa, bocah ?" bentak Eng Lian. Tangannya
diangkat mau menampar Lo In tapi tidak jadi ketika ia melihat
Lo In tempelkan satu jari dimulutnya seraya tangan kirinya
digoyang-goyang.
Heran Eng Lian melihat lagaknya Lo In, ia menanya,
"Memangnya ada apa sih ?"
"Tidak apa-apa." sahut Lo In. "Cuma aku lihat enci makin
marah jadi makin ber....... au !" Lo In berjengit karena
perkataannya belum putus, tangan si dara cilik yang mungil
nyelonong ke pipinya, tidak menampar hanya mencubit hingga
Lo In kesakitan.
"Rasakan, ya !" kata Eng Lian sambil cekikikan tertawa melihat
Lo in pegangi pipinya yang kesakitan.
"Hei, Eng Lian, kau dengar tidak ?" bentak suara Ang Hoa
Lobo.
"Janji tiga hari belum sampai, kenapa kau minta putusan
sekarang ?" sahut Eng Lian, suaranya lantang berani.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hehe.... jadi aku mesti tunggu ?" si nenek ketawa.
"Ya, tunggu saja. Sampai pada waktunya, aku beri putusan !"
kata Eng Lian.
Lantas terdengar suara kakinya si nenek berlalu.
Kiranya Siauw Cu Leng yang menggosok-gosok si nenek
supaya mendesak Eng Lian.
Ia mencuri dengar percakapan Eng Lian dan Lo In, lantas
usulkan pada si nenek kembang merah supaya lekas
mendesak Eng Lian berikan keputusannya. Ia menyatakan
kekuatirannya akan Lo In yang sudah siuman dari pingsannya,
nanti membikin susah mereka. Si nenek tidak kuatiri.
"Mengapa kamu harus takut dengan anak sambal itu ?" Ang
Hoa Lobo berkata pada Siauw Cu Leng. "Tenaga dalamnya
sudah musnah, berani dia main gila pada kita ?"
Ang Hoa Lobo percaya benar masa pukulan mautnya yang
sudah memusnahkan tenaga dalamnya Lo In. Ini memang
benar sebab Lo In rasakan tenaga raksasanya hilang lenyap
meskipun ia sudah coba berkali-kali untuk dikumpulkan.
Yang penting, pikir Ang Hoa Lobo adalah Eng Lian yang harus
didesak supaya memberitahukan rahasia pelajaran yang ia
perlukan.
Setelah Ang Hoa Lobo berlalu, Lo In menanya kepada Eng
Lian, "Enci janjikan apa sama dia ? Apa dia mau ?"
Eng Lian lantas cerita pada Lo In hal kedatangannya Ang Hoa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lobo dan Siauw Cu Leng, sekalian menutur tentang dirinya
dalam rumah itu.
Si dara cilik ternyata ada dari keluarga Oey, menurut
keterangannya.
Ia hidup bersama ayah dan ibunya bertiga dalam desa Tengong
chung, sebelah barat kota Gukwan di bawah kaki gunung
Hengsan. Sampai umur 7 tahun Eng Lian ikut ibunya di Tengong-
chung, sering pindah dari satu dusun ke dusun lain di
pegunungan sebab ayahnya mempunyai hobi (kesukaan)
memelihara ular dan akhirnya mereka menetap di lembah itu
sudah 4 tahun lamanya.
Pada kira-kira hampir 2 tahun yang lalu, pernah keluarga Oey
kedatangan seorang tamu yang mengaku she Tan, entah
namanya siapa. Tapi menurut ibunya, tamu itu biasa dipanggil
Tan Sianseng. Tamu she Tan itu sangat baik pada ibunya,
sering mengajak omong sambil ketawa-ketawa, malah bukan
jarang mereka kedapatan suka kasak kusuk berduaan saja.
Tapi ayahnya sama sekali tidak menaruh cemburu, malah
kelihatannya seperti yang sangat menghormati pada tamu she
Tan itu. Terhadap Eng Lian, tamu itu juga sangat sayang dan
mencintai sebagai pada anaknya sendiri.
Dua minggu lamanya tamu itu menginap dalam rumahnya
tetapi kemudian menghilang, berbareng juga menghilang
ibunya Eng Lian. Si dara cilik tentu saja menangis ditinggalkan
ibunya, tapi sang ayah menghibur. Kata ayah, ibu pergi
dengan Tan Sianseng buat satu urusan penting dan tidak lama
pun akan kembali.
Tapi sampai sekarang sang ibu belum kelihatan mata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hidungnya muncul kembali. Sampai disini Eng Lian menutur, ia
menangis hingga Lo In yang merasa dirinya piatu menjadi
turut terharu dan turut mengalirkan air mata.
Sambil menyusut air matanya dengan tangan baju, Eng Lian
melanjutkan ceritanya. "Dua minggu yang lalu kita kedatangan
dua iblis yang sekarang ada disini. Katanya numpang
menginap untuk melakuka penyelidikan dalam lembah."
"Ayah tidak berkeberatan atas permintaan mereka, malah
suak antar-antar mereka menjelajah tempat yang asing bagi
mereka. Belakangan mereka lihat ayah banyak pelihara ular.
Mereka heran lalu si nenek jahat minta ayah mengajarinya
cara bagaimana dapat menjinaki atau menaluki ular. Ayah
ketawa, ia bilang kepandaiannya tak dapat diturunkan lain
orang kecuali pada anaknya yaitu aku."
"Jadi, enci Lian pandai menaluki ular ?" menyelak Lo In yang
sedari tadi mendengarkan saja penuturan si dara cilik.
Eng Lian manggut. "Mereka tidak apa-apa permintaannya
ditolak." menyambung Eng Lian dalam ceritanya. "Pada
keesokan harinya, mereka mengajak lagi ayah untuk
menjelajah pegunungan. Ayah tidka menolak sebab dia pun
ingin menyelidiki ular-ular yang ada ditempat-tempat lain. Eh,
tidak tahunya ketika mereka pulang, ayah ternyata tidak turut
pulang. Sampai sekarang ayah hilang. Entah dimana dia
adanya. Setelah ayah tidak ada, orang-orang jahat itu
mendesak aku supaya aku turunkan pelajaran menaluki ular
kepadanya."
"Apa enci tidak tanya pada mereka, kemana ayahmu pergi ?"
tanya Lo In disaat Eng Lian hentikan sebentar penuturannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena ia menangis ketika sampai pada bagian menutur
ayahnya tidak pulang.
"Aku sudah tanya mereka. Tapi mereka bilang ayah pergi
menyusul ibu dan tidak berapa hari juga akan pulang."
menyambung Eng Lian. "Tadinya aku tak keberatan
menurunkan kepandaianku menakluki ular tapi belakangan
aku segan. Aku mogok mengasih pelajaran pada mereka
karena si Nenek Kembang Merah itu sangat jahat. Telah
membunuh aku punya Tok-gan Siancu."
"Apa itu Tok-gan Siancu ?" menyela Lo In.
"Tok-gan Siancu adalah ular kesayanganku, bermata satu,
mempunyai empat sayap, besarnya sebesar betis orang
gemuk." menerangkan Eng Lian.
Tok-gan Siancu artinya Dewi Bermata Satu. Bagus juga Eng
Lian kasi nama ular kesayangannya yang dua meter
panjangnya.
"Kenapa Tok-gan Siancu dibunuh nenek jahat itu ?" tanya Lo
In.
"Kejadian itu pada suatu sore, di waktu dia ajak aku melihat
ular kesayanganku. Tiba-tiba Tok-gan Siancu beringas melihat
si nenek, kepalanya bangun dari melingkarnya kemudian
menyambar tangan si nenek yang sedang pegang jeruji
kerangkeng dari bambu, menggigit tanganya itu hingga dia
semalaman panas dingin tidak bisa tidur. Kalau dia tidak
ketolongan oleh obatku, dia pasti melayang jiwanya. Tapi dia
bukan terima kasih padaku, malah keesokan harinya, aku lihat
aku punya Tok-gan Siancu sudah menjadi bangkai dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kerangkengnya, dibunuh oleh si nenek jahat. Aku menangis
atas kematiannya itu.........'
Eng Lian bercerita sambil menangis, ingat dengan ular
kesayangannya yang sangat jinak dan menjadi teman
mainnya.
Lo In menghibur Eng Lian, tapi diam-diam hatinya merasa
gemas pada Ang Hoa Lobo yang sangat telengas itu. Pikirnya,
ada satu waktu kalau tenaganya sudah pulih kembali, ia ingin
memberi hajaran pada si nenek.
Eng Lian selagi susut air matanya, tiba-tiba mendengar
cetcowetan kunyuk di luar jendela. "Nah, itu teman-temanmu
datang." ia kata pada Lo In.
Lo In mengawasi ke jendela, ia lihat Pek-gan dan Pek-tauw
sedang menurunkan kirimannya melalui sela-sela jeruji. Lo In
perdengarkan suara cetcowetan juga hingga Eng Lian heran
dan merasa lucu. "Hihi, dia juga bisa bicara monyet......."
seraya menekap mulut Lo In, tapi cepat ia tarik pulang lagi
tangannya itu ketika melihat matanya Lo In melotot padanya.
Pikirnya, Lo In tentu sedang bicara serius dengan sang kera,
makanya perbuatannya tadi dipelototi. Memang, Lo In sedang
beri teguran Pek-gan dan Pek-tauw, kenapa dua kera itu tidak
berusaha untuk menolong ia dalam kesusahan. Ia tegaskan si
nenek dan si kakek bukan orang baik-baik, harus mereka
waspada nanti dijebak oleh mereka.
Seperti yang menerima salah, kedua kera itu membungkam
mulutnya pada saat Lo In sedang cetcowetan mengomeli pada
mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tidak lama, setelah Lo In tutup mulutnya berhenti bicara, Pekgan
dan Pek-tauw cetcowetan sebentar, manggut-manggut,
lalu meninggalkan tempat itu.
Setelah melihat Lo In mukanya tenang lagi, baharulah Eng
Lian berani menanya, "Adik In, kau omong apa dengan dua
temanmuitu ?"
"Aku marah-marah, mereka sangat goblok, tidak berusaha
mencari daya untuk menolong aku ! Rupanya mereka
ketakutan dan lari pergi." menerangkan Lo In.
"Pandai benar kau bercakap-cakap dalam bahasa monyet,
adik In." memuji Eng Lian, mesem manis. "Kau lagi marahmarah,
pantesan aku dipelototi. Coba sekarang matamu
melototi aku, kalau aku tidak gasak mukamu, jangan panggil
aku si Lian !"
Dengan serentak Lo In tertawa terbahak-bahak mendengar
kata-kata Eng Lian, apalagi melihat si dara cilik ketika
mengucapkan kata-kata paling belakang, sembari gulung
tangan bajunya dan keluarkan kepalan tangannya yang bulat
kecil mungil, diunjukan pada Lo In.
Sepasang anak jenaka itu kelihatan cocok satu dengan lain,
seolah-olah tidak menghiraukan kekejamannya si Nenek
Kembang Merah dan si Iblis Alis Buntung.
Ketika menjelang malam, dua orang jahat itu berunding.
"Cici, lebih baik kita mampusi saja si setan kecil itu !" usul
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siauw Cu Leng pada 'darlingnya', masih saja ketakutan dia
terhadap Lo In.
"Kau jangan aduk-aduk rencanaku, Cu Leng." sahut Ang
Hoa Lobo.
Siauw Cu Leng tidak setuju dengan rencanaya si Nenek
Kembang Merah karena ia tahu kepandaiannya Kwee Cu Gie
yang hebat. Nanti bukan Kwee Cu Gie yang berlutut tapi si
nenek yang semaput berlutut di hadapan pendekar tersohor
itu, pikir Siauw Cu Leng. Tapi ia tak mau menyatakan
pikirannya itu pada Ang Hoa Lobo, kuatir si nenek marahmarah
membuat hatinya tidak enak. Sebab si nenek kalau
marah-marah bukan mulutnya saja yang nyap-nyap tapi
tangannya suka nampar.
Mereka terus kasak kuduk berunding, sementara sang malam
sudah mulai sangat sunyi. "Tolong kau tuangkan air dicangkir
untuk aku minum." memerintah si nenek pada kekasihnya.
Siauw Cu Leng menurut, ia tuang air dari teko sebanyak 2
cangkir sebab yang satu lagi cangkir untuknya.
Kemudian ia serahkan satu cangkir pada Ang Hoa Lobo. Ia ini
menyambuti, lalu tempelkan ke mulut untuk dihirup isinya.
Belum menghirup habis, tiba-tiba cangkir itu melesat ke
jendela, dilontarkan oleh Ang Hoa Lobo sambil membentak,
"Bangsat ! Kau berani mengintai ?"
Menyusul suara cetcowetan di luar jendela. Kiranya si kepala
putih yang cetcowetan itu. Ia kesakitan kupingnya yang kiri
kena keserempet pinggiran cangkir yang dilontarkan Ang Hoa
Lobo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, itu kan hanya si kunyuk kecil, cici." kata Siauw Cu Leng
mentertawakan Ang Hoa Lobo yang mengira didatangi musuh
berat.
"TIdak perduli, lekas kejar dan bunuh dia !" perintah Ang Hoa
Lobo bengis.
Siauw Cu Leng tak dapat membangkang perintah ratunya,
meskipun dalam hati ia uring-uringan, terpaksa ia keluar untuk
mengejar si kera.
Tapi baru saja ia muncul di pintu tiba-tiba tangannya ada yang
menyambar. Ia berkelit, selamatkan tangannya dari sambaran
tadi. Kiranya yang menyambar tangannya itu adalah Ji-hek
yang berdiri di depannya, sudah bersiap-siap untuk
menyambar lagi tangan Siauw Cu Leng.
Si Iblis Alis Buntung marah bukan main, ia kerahkan
tenaganya untuk melancarkan pukulan maut pada Ji-hek. Tapi
sebelum tangan jahatnya bergerak, diserang dari belakang
oleh Siauw-hek yang sekarang sudah besar. Siauw Cu Leng
cepat mengegos, kasih lewat serangan membokong itu.
Kemudian ia maju menerjang pada Ji-hek, lagi-lagi
serangannya kecandak karena saat itu lompat dua monyet
kecil berbareng ke arahnya hendak memeluk lehernya.
Kepaksa ia harus mengelak lagi dari serangan dua monyet
tadi, hingga mereka ini tubruk angin. Lain-lain kawanan
monyet datang mengurung hingga dari berani si Iblis Alis
Buntung menjadi jeri melihat datangnya tentara monyet. Entah
dari mana datangnya sebab tahu-tahu sekarang ia
berhadapan ratusan monyet kecil dan besar, dibantu oleh Jihek
dan Siauw-hek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dimana adanya Toa-hek ? Si Iblis bertanya-tanya dalam
hatinya yang jeri.
Ia lalu berteriak-teriak minta bantuan Ang Hoa Lobo yang
segera muncul dengan toya besinya yang berat. Ia melihat
Siauw cu Leng tengah dikerubuti kawanan kera, bukan main
marahnya.
Ia putar toya besinya, maksudnya hendak menyerbu
melepaskan 'darlingnya' dari kepungan tentara kera. Tetapi
sebelum ia dapat bergerak, dari atas genteng rumah
melayang satu tubuh. Itulah Toa-hek yang sudah lama
menanti munculnya si nenek.
Lengannya dirasakan sangat sakit kena dicekal Toa-hek
hingga toya besinya jatuh sendiri. Tapi Ang Hoa Lobo
bukannya si nenek kejam kalau hanya segebrakan saja dapat
dikuasai Toa-hek. Seketika itu ia mengerahkan lwekangnya,
mendorong cekalannya Toa-hek pada lengannya. Sekali
berontak ia sudah lolos dari cekalan Toa-hek. Cepat ia pungut
toyanya lalu menyerang pada si orang utan yang
perdengarkan suara her ! her ! yang menakutkan.
Ang Hoa Lobo tidak gentar dengan roman Toa-hek yang
sedang gusar.
Toyanya digeraki untuk menyodok perut Toa-hek. Tapi
sodokannya lupu karena dengan manis si orang utan dapat
menyelamatkan diri dengan berkelit lompat ke samping kiri si
nenek akan dari mana lengan kanannya yang berbulu dipakai
membentur toya Ang Hoa Lobo terus ditekan ke bawah. Inilah
gerakan 'Kim ke tan tian ci' atau 'Ayam Emas geraki satu
sayap' yang Lo In ajarkan kepada Toa-hek dalam latihannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ternyata si gorila cerdik juga dan dapat mengingat diorakanya
tipu silat istimewa itu. Cuma sayang ia kalah cerdas dengan
Ang Hoa Lobo. Bukan toya si nenek dapat ia rebut, sebaliknya
dadanya hampir ditembusi senjatanya Ang Hoa Lobo, kalau ia
tidak cepat memutar tubuh untuk menyelamatkan diri dari
sodokan maut itu.
Ang Hoa Lobo gunakan tipu 'Hek liong lam cu' atau 'Naga
hitam mencari mutiara' untuk memusnahkan tipu Toa-hek
'Ayam emas menggerakkan satu sayapnya'. Ketika toyanya
ditekan ke bawah, ia tidak lantas tarik pulang, sebaliknya ia
kerahkan tenaga dalamnya disalurkan ke toya yang membuat
toya jadi sangat berat. Dalam heran, melihat toya tak dapat
ditekan, Toa-hek terkejut waktu sekonyong-konyong si nenek
ditarik pulang, kemudian dengan kecepatan kilat disodorkan
ke arah dadanya. Untung ia dapat memutar tubuhnya untuk
berkelit. Kalau tidak, celaka dia kepanggang toyanya si nenek.
"Hehe, pintar juga kau." tertawa si nenek, sedang hatinya
diam-diam merasa gegetun, kenapa gorila ini bisa ilmu silat. Ia
lantas menduga akan Lo In yang ajarkan tentu. Segera ia
sudah mulai menyerang pula pada Toa-hek yang ketika itu
sudah memperbaiki posisinya.
Manusia kontra binatang itu jadi bertempur seru. Selainnya
memang latihan dan kecerdasan. Ang Hoa Lobo pun ada
pakai senjata toya untuk mendesak lawannya yang bertangan
kosong. Maka sudah tentu saja Toa-hek tak dapat
mempertahankan perlawanannya. Belum 10 jurus, ia sudah
patah perlawanannya. Toya si nenek sudah melanggar bahu
kanannya, lantaran kurang cepat ia mengegosi serangan
lawan. Untung sebelum si nenek menghajar lebih telak
padanya, beberapa kunyuk yang melihat si gorila dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahaya sudah lantas turun tangan mengerubuti sehingga Ang
Hoa Lobo menjadi sangat repot.
Si nenek putar toyanya yang menerbitkan angin menderuderu.
Kawanan monyet itu melihat gelagat juga. Sementara Ang
Hoa Lobo tengah memutar toyanya, mereka tidak berani
datang menerjang, hanya menonton saja dari kejauhan.
Menggunakan kesempatan itu, Ang Hoa Lobo sudah enjot
tubuhnya, menyela ke arah Siauw Cu Leng yang sedang
dikerubuti. Di sini Ang Hoa Lobo memutarkan pula toyanya
untuk membubarkan kepungan atas kekasihnya sehingga
kawanan monyet itu pada mundur melihat datangnya bahaya.
Hanya Ji-hek dan Siauw-hek yang masih menempur Siauw Cu
Leng yang sudah kehabisan 'bensin' kelihatannya. Napasnya
tampak ngos-ngosan, keringat mengucur membuat
pakaiannya basah kuyup. Ia merasa girang atas kedatangan
Ang Hoa Lobo, dapat ia bernapas sedikit legaan, apalagi ia
melihat Siauw-hek kena kehantam toyanya si nenek,
menambahkan kegirangannya. Ia tinggalkan Ji-hek dan lompat
mengubar Siauw-hek yang berkaok-kaok kesakitan, melarikan
diri.
Lebih baik barangkali kalau siauw Cu Leng tidak mengejar
Siauw-hek sebab justru ia mengejar, ia telah mengalami
kesulitan, hampir jiwanya melayang. Di saat ia sudah hampir
menyandak si anak gorila, tahu-tahu dari atas pohon
kedengaran suara 'bleber', itulah si rajawali yang pentang
sayapnya menyambar pada Siauw Cu Leng.
Bukan main kagetnya si Iblis Alis Buntung. Musuh alotnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah muncul sedang tenaganya sudah hampir habis. Apa
daya ? Ia jadi menghela napas lalu memeramkan matanya
untuk terima nasib dicengkeram si rajawali yang kukunya
runcing-runcing. Tengah ia berdiri sambil memeramkan
matanya, tiba-tiba ia merasa dirinya disambar orang dan
dibawa lari, dipanggul di atas pundak. Itulah Ang Hoa Lobo
yang menolong kekasihnya dalam bahaya maut. Sambil
memutar toyanya untuk melindungi diri, ia geraki kakinya
sekuatnya untuk menyingkir dari sambaran-sambaran si
rajawali yang amat ganas kelihatannya.
Suara menderu-deru dan angin keras dari putaran toyanya si
nenek membuat si rajawali tidak berani gegabah
mendekatinya. Ia hanya menyambar-nyambar saja sambil
keluarkan pekikan menyeramkan.
Ang Hoa Lobo lama-lama merasa jeri untuk meladeni si
burung raksasa yang makin lama makin beringas
menerkamnya. Ia sembari lari dan memutar toya, matanya
celigukan untuk mencari tempat perlindungan. Di sana, di
sebelah depannya kira-kira sepuluh tombak, ia melihat ada
rimba yang lebar dengan pohon-pohon, maka ia lari kesitu.
Benar saja, ia dengan kekasihnya dapat menyelamatkan diri
sebab untuk masuk mengejar ke dalam rimba itu, tak dapat
dilakukan oleh si burung raksasa karena sukar ia mementang
sayap, dirintangi oleh banyak cabang-cabang pohon.
Si rajawali ketika melihat dua musuhnya dapat melenyapkan
diri ke dalam rimba, ia melampiaskan marahnya dengan
mengeluarkan pekikan-pekikan melengking seram.
Siauw-hek sementara itu sudah balik pula berkumpul dengan
ibu dan ayahnya, bersam-sama sekalian kawan-kawan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
monyetnya.
Atas penunjukan Pek-gan dan Pek-tauw, Toa-hek sudah
hampiri kamar belakang dimana Lo In dan Eng Lian ditahan.
Dengan sekali pukul saja, pintu kamar sudah terpentang lebar.
Toa-hek masuk ke dalam mencari Lo In.
Eng Lian menjerit melihat datangnya si gorila, tanpa disadari ia
sudah menubruk dan memeluki Lo In, ketakutan setengah
mati. Badannya bergemetaran dalam pelukan Lo In hingga Lo
In tidak tahan untuk tidak mentertawakan kelakuan sang
kawan yang jenaka itu.
Lo In usap-usap rambut kepala si dara cilik yang hitam jengat
dan halus, yang saat itu tengah umpatkan mukanya di dada Lo
In, seram melihat kedatangan Toa-hek.
"Enci Lin, kau jangan takut. Mereka adalah kawan-kawan
kita........" kata Lo In, suaranya halus sambil tangannya
memegang dagu si dara supaya Eng Lian melihat pula pada si
gorila.
Eng Lian mendengar kata-kata Lo In memberanikan diri untuk
memandang kepada si orang utan. Kali ini ia melihat, bukan
atu tapi ada tiga orang utan yang sedang berlutut di hadapan
Lo In.
Terbelalak matanya Eng Lian, hatinya berdebar-debar.
"Enci Lian, mereka adalah Toa-hek sekeluarga." Lo In
memperkenalkan pada Eng Lian.
Meskipun Lo In dalam penuturannya, ada menceritakan juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentang tiga gorila ini, Eng Lian tidak dapat lepas dari
perasaan takutnya karena sikapnya ketiga gorila itu benarbenar
menyeramkan.
"A......... aku takut In." sahut si dara cilik.
"Kau jangan takut, nanti aku kenalkan." berbareng Lo In
mulutnya cetcowetan bicara kepada Toa-hek sekeluarga.
Betul-betul membuat Eng Lian heran sebab setelah Lo In
bicara, ketiganya lalu bangkit dan mendekati si dara cilik untuk
mengusap-usap lengan dan pipinya. Karena saking takutnya,
Eng Lian lebih kencang memeluk Lo In, pipinya yang kanan
merapat di dadanya Lo In, hanya sepasang matanya saja yang
bundar jeli bundar, kedap kedip memandang pada tiga kawan
Lo In. Ia rasakan bulu-bulu Ji-hek dan tangannya yang kasar
mengusap-usap pipinya.
Ia beranikan hati untuk menerima 'tanda persahabatan' itu
malah makin lama usapan-usapan Ji-hek itu dirasakan makin
meresap dalam hatinya, tanda kasih sayangnya seorang ibu.
Maka pelan-pelan perasaan takutnya telah terusir pergi jauh.
Eng Lian jadi tabah. Dasar anah jenaka dan berani, seketika
itu juga berubah sikapnya. Ia balas mengusap-usap tangan Jihek
seraya menjabat tangan Siauw-hel dan Toa-hek hingga
ketiga kera itu berjingkrak kegirangan.
Eng Lian kaget mereka berjingkrakan, dikira hendak
menerkam dirinya. Tapi setelah Lo In memberi keterangan
bahwa mereka itu kegirangan, si dara berubah sikap,
membuat Eng Lian bersenyum manis dan angguk-anggukkan
kepalanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Toa-hek sekeluarga sebenarnya merasa heran wajah Lo In
berubah hitam tapi mereka kenali suaranya.
Lo In yang belum bisa jalan dipondong oleh Toa-hek, dibawa
keluar dimana sudah ada ratusan kera yang menyambut,
ramai cetcowetan yang dapat memekakkan telinga. Sangat
kegirangan rupanya mereka dapatka 'rajanya' selamat.
Malah si kera Mata Putih dan si Kepala Putih sudah datang
mendekat Lo In untuk minta dielus-elus kepanya, rupanya
mereka menagih jasanya yang sudah mengabarkan pada
kawan-kawannya tentang Lo In terancam bahaya. Memang
merekalah yang disuruh Lo In untuk mengabarkan dan
mengatur penyerbuan dari tentara kera ke situ untuk
membebaskan ia dan Eng Lian dari cengkeraman orang-orang
jahat.
Eng Lian kagum pada Lo In yang sudah dapat mengerahkan
tentara keranya untuk mengusir Ang Hoa Lobo dan Siauw Cu
Leng, dua manusia iblis kejam.
Tiba-tiba terdengar pekikan si rajawali, sebentar saja burung
raksasa itu sudah terbang mendatangi. Ia mendekam di depan
Lo In yang sedang dalam pondongan Toa-hek, kepalanya
manggut tiga kali. Lo In bersenyum, "Tiauw-heng, terima kasih
kau sudah bantu mengusir orang-orang jahat itu, Bagaimana,
kau baik-baik saja berpisah denganku beberapa hari ini ?"
demikian Lo In berkata-kata kepada burung kesayangannya.
Eng Lian yang mendengar kata-kata Lo In, hatinya ketawa
geli. Pikirnya, masa bicara sama seekor burung seperti juga
bicara dengan manusia, mana burung itu mengerti maksud
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
omongannya ? Tapi alangkah ia tercengang ketika melihat si
rajawali mengangguk-anggukkan kepalanya dengan manja
kelihatannya, ia gosok-gosokkan tubuhnya pada kepalanya.
Lucuk lagak-lagaknya si burung raksasa hingga Eng Lian jadi
ketawa, kali ini bukan dalam hatinya saja yang cekikian. Ia
mendekati Lo In mencekal lengannya, lalu berkata, "Adik In,
kau benar-benar hebat." jempolnya yang mungil pun
berbareng diunjukkan hingga Lo In tertawa bangga.
Lo In perlu merawat diri untuk memulihkan tenaga dalamnya,
maka ia perintah tentara keranya termasuk si rajawali supaya
berjaga-jaga di sekitar rumah itu, jangan kasih orang asing
datang mengganggu.
Dalam rumah Eng Lian, Lo In dirawat si dara cilik dengan
penuh perhatian hingga si bocah merasa sangat berterima
kasih pada kawan barunya itu.
Lewat dua hari, Lo In tampak sudah dapat belajar jalan
dipimpin oleh Eng Loan. Pada waktu mereka ngomongngomong
di serambi belakang rumah, tiba-tiba Eng Lian
seperti mengingati sesuatu. Seketika ia bangkit dari duduknya.
Lo In cepat pegang tangan si dara cilik menanya, "Ada apa
Enci Lian ?"
"Tunggu !" sahut Eng Lian sambil lepaskan tangannya dari
cekalan Lo In. Ia berjalan masuk ke dalam rumah dengan
cepat.
Tidak lama kemudian, ia muncul lagi dengan satu gelas
ditangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia mendekati Lo In dan berkata, "Adik In, aku mempunyai obat
manjur untuk mengembalikan lwekangmu cuma aku takut kau
tidak berani makan."
Lo In ketawa, "Enci Lian, aku sangat berterima kasih
kepadamu." sahut Lo In. "Jangan kata obat, racun juga kalau
kau suruh aku makan, aku tidak akan menolak pemberianmu."
Si dara cilik cekikikan ketawa mendengar kata-kata Lo In.
"Anak tolol" katanya setelah ia habis ketawa. "Orang mau
kasih obat kenapa jadi racun dibawa-bawa ? Memangnya aku
si Nenek Kembang Merah ? Hihihi......."
Lo In pun turut ketawa. "Mana obat itu ?" ia kemudian
menanya.
"Ini dia obat manjur yang tidak ada duanya." sahut Eng Lian
seraya angsurkan gelas yang ada ditangannya tadi.
Lo In menyambuti. Ia periksa isi gelas, ia dapatkan satu benda
bundar sebesar telu ayam, warnanya meah tua direndam
dengan arak putih. Tampaknya benda itu lunak sekali seakanakan
telur ayam barusan dipecahkan.
"Barang apa ini ?" tanya Lo In keheranan.
"Kau makan dahulu, nanti baru aku ceritakan," sahut Eng Lian.
Lo In dekati gelas pada hidungnya, ia terkejut, dari dalam
gelas menyambar bau harum yang enak sekali.
"Kau takut makan ?" tanya si dara cilik, mukanya kelihatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cemas.
Lo In adalah seorang laki-laki, tidak mungkin ia menarik
pulang apa yang sudah ia kaakan tadi pada Eng Lian,
meskipun itu hanya bersifat main-main.
Maka setelah ia nyengir sebentaran, ia lantas angkat gelas itu
dan isinya sekali teguk saja lenyap lewat tenggorokannya.
"Adik In, oh...kau...." Eng Lian menubruk, memeluk Lo In
kegirangan, hampir ia menciumi pipi orang.
Lo In gelagapan dipeluki Eng Lian dengan tiba-tiba, gelas
yang dipegangnya itu hampir jatuh di lantai.
"Kau kenapa, enci Lian ?" si bocah menanya.
Sambil tangannya masih memegang kedua pundaknya Lo In,
si dara cilik menatap parasnya si bodah, mukanya
menyungging senyuman. Ia berkata, " Adik In, rejekimu besar
senyuman. Kau akan sembuh, sembuh......segera !"
"Enci Lian, bagaimana kau tahu aku bakalan sembuh segera
?" tanya Lo In.
"Adik In, itu yang kau makan adalah lwetam dari Tok-gan
Siancu, ular kesayanganku yang aku ambil setelah mati."
menerangkan Eng Lian sambil duduk pula di tempat duduknya
tadi.
"Hanya lwetam ular, apalah artinya ?" kata Lo In tertawa.
Lwetam artinya nyali, jadi Lo In sudah telan nyali ular.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau tidak tahu khasiatnya." kata Eng Lian lagi. "Menurut kata
ayahku,
Tok-gan Siancu mempunyai lwetam yang tak ternilai. Cuma
saja nyali itu tak dapat dimiliki begitu saja, misalnya dengan
sengaja kita bunuh mati Tok-gan Siancu, lantas diambil
nyalinya. Ini tidak akan ada khasiatnya.
"Jadi, bagaimana semestinya ?" Lo In memotong tidak
sabaran.
"Adik In, kau dengar dulu aku cerita. Jangan kau potong." kata
Eng Lian.
Lo In nyengir. Kemudian Eng Lian meneruskan ceritanya,
"Tok-gan Siancu harus marah dahulu dan lalu menggigit
orang. Dengan begitu bisanya sudah buyar. Bisa itu terpusat
pada nyalinya. Tok-gan Siancu sudah marah dan menggigit si
jahat Nenek Kembang Merah, maka nyalinya sudah bersih
dari racun. Justru ia kena dibunuh Ang Hoa Lobo, aku jadi
ingat akan kata-kata ayahku. Maka aku cepat membelah
perutnya, ambil nyalinya yang berharga itu sebelum aku kubur
bangkainya. Nyali itu aku rendam dalam obat yang dapat
mengawetkan. Pikirku akan aku berikan pada ayah apabila ia
sudah pulang mencari ibu."
"Habis, sekarang kau kasih nyali itu aku makan, ayahmu tidak
kebagian, bagaimana kau nanti dapat
mempertanggungjawabkan pada ayahmu ?" kata Lo In.
Si dara cilik bersenyum. Ia berkata lagi, "Taruh kata ayahku
pulang, dia juga belum tentu berani memakannya. Karena
nyali yang kau makan itu baru dapat sebagai obat dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menimbulkan khasiatnya kalau ia dimakan oleh orang yang
lwekangnya tinggi sedang terluka parah. Khasiatnya untuk
mengembalikan tenaganya yang lenyap dan
menambahkannya berlipat ganda. Ini, entah benar atau tidak,
aku sendiri belum pernah mengalami. Tapi lihatlah nanti
reaksinya bagaimana setalah kau makan nyalinya Tok-gan
Siancu."
Lo In anggukkan kepala. Sementara itu ia rasakan badannya
tiba-tiba panas. Ia minta si dara cilik untuk memimpinnya
masuk. Ia ingin rebah diatas pembaringan.
Eng Lian cepat memenuhi permintaannya. Belum lama Lo In
rebah, tiba-tiba Eng Lian dibikin kaget oleh suara merintih Lo
In.
"Kau kenapa, adik In ?" Eng Lian menanya.
"Panas, oh, panas aku rasakan sekujur badanku.........." Lo In
berteriak.
Eng Lian tidak tahu apa yang harus diperbuatnya ketika
melihat Lo In sangat gelisah diatas bale-balenya, tak tahan
merasakan menyerangnya hawa panas.
Ia mau menghampiri, menjadi takut. Karena Lo In seperti yang
sedang mengamuk. Ia takut kena jotosan kepalannya Lo In.
Betul-betul bingung Eng Lian. Cuma mulutnya saja yang ramai
menanyakan Lo In kenapa bisa jadi begitu. Tapi, ia tak dapat
jawaban dari si bocah. Tiba-tiba ia ingat bahwa Lo In jadi
begitu setelah makan nyalinya ular. Apakah itu yang menjadi
gara-garanya ? Ia jadi takut sebab Lo In makan lwetam itu atas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
anjurannya. Ia bukannya meracuni, memang dengan sungguhsungguh
ia hendak menolong Lo In tapi kenyataannya
sekarang jadi begini. Bagaimana ?
Lima menit kira-kira Lo In bergelisahan. Tiba-tiba tubuhnya
diam, tenang dan ia bisa tidur nyenyak. Entah kenapa bisa jadi
begitu. Eng Lian segera mendekat Lo In lalu mencekal
tangannya. Ia periksa sekujur badannya si bocah mandi
keringat. Cepat ia ambil kain-kain tebal untuk menyekanya.
Tak dapat Lo In dibanguni meskipun digoyang-goyang keras
tubuhnya. Ia tidur sampai keesokan harinya baru mendusin
membuat Eng Lian menangis ketakutan kalau-kalau si bocah
mati.
Sekarang melihat Lo In membuka matanya, Eng Lian ketawa,
berhenti menangisnya. Sambil susut airmatanya, ia menanya,
"Adik In, apa kau sudah baik ?"
"Eh, kenapa kau tanya begitu ? Dan kenapa kau menangis,
enci Lian ?" balik menanya Lo In yang menjadi keheranan
nampak si dara cilik menangis.
"Adik In, kau tidak tahu, aku ketakutan kau mati !" sahut si
gadis cilik.
Lalu Eng Lian tuturkan bagaimana Lo In dalam
kegelisahannya mengamuk diatas bale-bale karena
kepanasan, bagaimana si bocah terus tidur nyenyak sampai
sekarang baru mendusin. Hal mana membikin Lo In kaget,
lantas ia mencelat bangun. Begitu enteng ia mencelat, ketika
ia tancapkan kakinya di lantai tidak perdengarkan suara apaapa
seperti juga jatuhnya selembar daun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Eng Lian terbelalak matanya, heran melihat Lo In dengan
mendadak saja bisa gerak, badannya lompat mencelat dari
tempat tidurnya yang sebenarnya untuk bangun saja ia harus
mendapat pertolongan si dara cilik.
Belum sempat ia menanya, tiba-tiba ia rasakan pinggangnya
dicekal Lo In dan tubuhnya diapungkan, hampir saja
kepalanya menyundul atap rumah kalau tidak cepat-cepat Lo
In menyusul lompat dan tarik pulang si dara cilik dan dilain
saat, Eng Lian jatuh dalam pelukan Lo In.
"Enci Lian, kau adalah penolongku......." bisik Lo In seraya
mencium pipinya si dara cilik hingga Eng Lian merasa panas
mukanya. Tapi ia tidak mau berontak sebab dalam pelukan Lo
In, ia merasa lebih aman.
Tapi kemudian ia berontak juga sambil mencubit pipi si bocah,
ia berkata :
"Anak nakal. Kenapa kau bikin encimu kaget setengah mati
barusan ?"
"Ah, enci Lian, maafkan aku." sahut Lo In seraya melepaskan
pelukannya. "Saking kegirangan aku, sampai lupa yang
diapungkan itu ada enciku yang baik hati. Hahaha......"
Mulutnya si nona menjebir, lucu tapi ia tidak mengatakan
penyesalan apa-apa sebag memang juga hatinya turut girang
dengan kembalinya lagi tenaga Lo In berkat pertolongan dari
nyali ular kesayangannya, Tok-gan Siancu.
Memang luar biasa khasiatnya nyali ular itu. Sebab Lo In
merasakan bukan saja tenaga lamanya pulih kembali tapi juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti bertambah, badannya dirasakan jauh lebih enteng dari
pada sebelumnya.
Selama Lo In dalam kegirangan, Eng Lian sering menatap
wajahnya Lo In lama, hingga Lo In curiga. Ia menanya, "Ada
apa yang heran diwajahku, enci Lian ?"
"Itu, eh, itu.... tanda yang tidak bisa hilang." sahutnya.
"Tanda apa, enci Lian ?" Lo In kata heran sebab sejak dahulu
ia tidak punya tanda apa-apa diwajahnya yang cakap.
"Itu tanda hitam diwajamu, adik In." sahut Eng Lian. "Kukira
tadinya dengan makan nyali ular kesayanganku itu, sekaligus
akan mengunjuk khasiatnya, menghilangkan tanda hitam pada
wajahmu. Tapi kenyataannya....... masih saja ada."
Sebelum Lo In membuka mulut menanya, Eng Liang sudah
menuturkan bagaimana si Nenek Kembang Merah sudah
membikin wajah Lo In menjadi hitam legam.
Lo In terkejut, ia usap-usap keras pipinya yang hitam lalu
pandang jari-jari tangannya yang dipakai mengusap-usap tadi.
Ia tak dapat lihat ada tanda-tanda hitam. Jadi tanda hitam itu
tak dapat dihapus.
Ia pinjam kaca dari Eng Lian dan mengacai wajahnya. Benar
saja mukanya hitam legam. Bukan main marahnya si bocah.
"Kurang ajar itu nenek dekat mampus. Akan kau rasakan
pembalasanku nanti........."
"Ah, kau jangan marah, adik In." memotong Eng Lian. "Kita
belum tahu betul dia jahat, membunuh orang misalnya, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tak perlu kita balas membalas. Asal kita ketemu dia, dengan
rela dia memberi obat pemusnahnya, kita bikin habis saja
urusan. Dengan begitu tidak saling balsa membalas lagi.
-- 9 --
Lo In adatnya halus. Ia suak mengampuni siapa juga. Kalau
barusan ia mengucapkan kata-kata mau membalas, itu
didorong oleh hawa amarahnya yang muncul seketika. Maka
waktu Eng Lian menasehatkan dengan kata-kata yang lemah
lembut dan masuk dalam sanubarinya, ia angguk-anggukan
kepalanya dan menyatakan penyesalannya.
Dua anak itu suka membanyol, jenaka tapi pribadinya luhur.
Cocok mereka itu menjadi teman yang akrab, di lembah yang
jauh dari pergaulan manusia.
Sampai disini kita tinggalkan Lo In dan Eng Lian. Mari kita lihat
perjalanan Kim-wan Thauto. Setelah ia meninggalkan Kim
Popo begitu saja dibawah terik panasnya matahari, selagi ia
jalan tiba-tiba ia mendengar ada derap kaki kuda mendatangi
dari belakangnya.
Ketika ia menoleh, kiranya ada tiga penunggang kuda yang
mendatangi ke arahnya. Entah siapa gerangan mereka itu.
Mereka melarikan kudanya cukup kencang ketikan melewati
ia. Ia dapat melihat wajahnya mereka itu. Yang satu, yang
paling tua diantara mereka, usianya dikira 45 tahun, yang
kedua 40 tahun dan yang muda ditaksir kurang lebih 20 tahun.
yang pertama mukanya terang, tak berkumis, yang kedua
mukanya hitam, piara kumis berewokan, yang muda parasnya
cakap.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Si berewokan pada waktu lewati Kim-wan Thauto bepaling
pada si thauto, matanya melotot mengawasi. Si thauto tidak
senang dipelototi tanpa sebab, tapi sebelum ia menegur,
orang yang berusia paling tua tadi kedengaran berkata pada si
berewokan, "Samte, kau jangan cari urusan sebelum kita
ketemu toako......"
Kim wan Thauto lantas tidak dengar lagi apa yang mereka
bicarakan kemudian karena kudanya dipecut lari makin
kencang.
Dengan menggunakan ilmu entengi tubuhnya, Kim Wan
Thauto menyusul mereka.
Sayang tak dapat menyusul karena mereka sudah jauh
jaraknya, apalagi ketika sampai di satu tikungan, Kim Wan
Thauto kehilangan jejak mereka.
Kim Wan Thauto teruskan perjalanannya sambil menebaknebak
dalam hatinya, siapakah mereka itu dan apa sebabnya
tiba-tiba si berewokan pelototinya.
Sebentar kemudian ia sampai di desa Kunhiang, satu desa
yang besar juga dan ramah penduduknya. Diantaranya banyak
orang-orang hartawan yang tinggal menetap disitu, pada
membuka perusahaan.
Kim Wan Thauto masuk ke sebuah rumah makan 'An Goan',
dimana kedapatan banyak tamu dari dalam dan luar desa
Kunhiang. Ia terus masuk mengambil tempat disuatu pojokan
lalu pesan makanan pada pelayan yang menghampirinya.
Sementara ia menunggu makanan disiapkan, ia memandang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ke sekitarnya. Ia lihat ada satu tamu yang menghadapi meja
besar sendiri saja, sedang meja besar demikian biasanya
untuk para tamu dalam rombongan besar.
Ia heran melihat tamu itu yang barusan ia lewati ketika
memasuki rumah makan.
Tamu itu mukanya persegi, jenggotnya macam jenggot
kambing. Alisnya yang kanan hilang, rupanya bekas golok
mampir pada bagian dekat alisnya itu, juga matanya meram.
Tegasnya mata kanannya picak. Entah ia sedang menunggu
siapa sebab sikapnya seperti ada yang ditunggu, tiap sebentar
matanya mengawasi ke jurusan pintu masuk.
Sebentar kemudian, sewaktu Kim Wan Thauto mulai dengan
hidangannya, ia mendengar suara ramai orang bercakap di
sebelah luar, pintu pun lantas terbuka, masuklah orang-orang
yang ramai bercakap-cakap tadi. Mereka disambut oleh orang
yang duduk sendirian tadi dengan kata-kata, "Wah, kenapa
kalian datang lama benar ?"
"Maaf toako, barusan kita diajak Kongcu untuk menemukan
ayah Kongcu dahulu sehingga kita terlibat dalam arena
percakapan, itulah yang bikin kita terlambat." kata seorang
diantaranya yang berusaha masuk.
Kim Wan Thauto terkejut sebab mereka itu tiada lain adalah
tiga orang penunggang kuda yang ditemukannya di jalanan
tadi.
Anak muda yang bersama-sama menunggang kuda ternyata
adalah anaknya Tan Wangwee, seorang hartawan yang cukup
terkenal. Mereka bertiga memanggilnya Kongcu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tan Kongcu supaya dikenal baik oleh pemilik rumah makan
termasuk pelayannya karena ia dengan kawan-kawannya
mendapat pelayangan yang istimewa kelihatannya. Dari
percakapan mereka, Kim Wan Thauto dapat mencuri dengar.
Hatinya jadi terkejut juga sebab tiga orang itu tiada lain adalah
Sucoan Sam-sat atau tiga algojo dari Sucoan yang terkenal
kekejamannya di wilayah Sucoan.
Tiga algojo itu mempunyai julukan masing-masing yang
menyeramkan. Si toako bernama Puy Teng alias Giam-ong
(Raja akherat), si jiko yaitu si muka terang namanya Teng
Cong, julukannya Mo-jiauw atau si Cakar Setan, yang bontot si
berewok yang melototi Kim Wan Thauto menamakan dirinya
Sin-mo Lie Kui, si Iblis Sakti.
Gelarannya si hebat-hebat, entahlah kepandaiannya tapi yang
terang mereka terkenal dengan perbuatan yang suka
sewenang-wenang dan buas.
Tiga alogojo dari sucoan itu tidak bisa omong perlahan,
mereka bercakap-cakap dengan berisik sehingga banyak
orang yang ada di situ pada dapat curi pendapatan mereka,
diantaranya tentu Kim Wan Thauto yang menaruh perhatian
istimewa atas kedatangannya Sucoan Sam-sat ke desa itu.
Kiranya mereka itu datang atas undangan Tan Wangwee,
mereka spesial diundang oleh Tan Kongcu untuk membikin
perhitungan dengan Liu Wangwee yang menuduh Tan
Wangwee ada simpanan orang jahat dalam rumahnya.
Kim Wan Thauto paling suka mencampuri urusan yang tidak
adil, maka dalam hal Tan Wangwee dan Liu Wangwee, ia ingin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tahu duduk perkaranya.
Ia lebih percaya pada Liu Wangwee yang benar kalau melihat
orang-orang undangan Tan Wangwee terdiri dari bajingan
buas. Maka itu, ia harus cari tahu keadaannya Liu Wangwee,
tapi dimana ? Ia masih asing dalam deast itu yang baru
pertama kali ia datangi.
Ia tidak kurang akal, sebab begitu kawanan jahat itu sudah
bubaran dengan tidak memperhatikan dirinya yang duduk di
pojokan, ia lantas panggil pelayan yang melayani ia untuk
menanyakan keterangan dimana letak rumahnya Liu
Wangwee.
Cuaca sementara itu sudah mulai sore. Ia sewa kamar dalam
rumah makan itu yang merupakan juga rumah penginapan.
Ketika hari mulai gelap, ia bikin kunjungan ke rumahnya Liu
Wangwee.
Kiranya rumahnya si hartawa Liu itu sekitarnya dikurung rapat
dengan pagar tembok. Tingginya kira-kira satu setengah
tombak. Kim Wan Thauto tidak mau mengunjunginya dengan
terang-terangan sebab kuatir tuan rumah nanti salah sangka
atas kedatangannya yang tiba-tiba itu. Maka pikirnya lebih baik
sebentar tengah malam saja ia kembali lagi bikin penyelidikan.
Oleh karena itu ia lalu pulang ke hotelnya kembali.
Setelah mengisi perutnya lebih dahulu, Kim Wan Thauto lalu
masuk ke kamarnya.
Sambil menunggu waktu, ia rebahan. Ketika ia merobah
miring, tiba-tiba ia rasakan ada yang mengganjal. Lantas ingat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan kotak yang ia rampas dari Kim Popo dalam kantongnya.
Ia lalu merogoh keluarkan, ia main-mainkan ditangannya dan
mencoba membukanya tapi kotak itu tak dapat dibuka. Ia
girang tapi entah apa isinya buku mungil itu, tidak
diketahuinya. Ia menyesal tak ditanyakan itu pada si nenek
bandel.
Ia kelihatannya tidak begitu menghargakan kotak itu, maka
ditaruhnya di bawah bantal setelah beberapa lama dimainmainkannya.
Ia kemudian bangun lagi dari rebahannya, ambil buku dari
kantongnya lalu duduk membacanya sampai kemudian ia
mendengar kentongan dua kali dipukul menandakan jam dua
tengah malam. Pikirnya sudah waktunya ia lakukan
penyelidikan. Seketika itu ia keluar dari kamar dengan
mengambil jalan dari jendela supaya tidak mengganggu tamutamu
yang nginap disitu dan bikin curiga pemilik hotel.
Sebentar saja ia sudah sampai di dekat rumahnya Liu
Wangwee. Tidak susah, dengan menggunakan ilmu entengi
tubuh, ia sudah lompat melewati tembok pekarangan dari
rumah hartawan Liu.
Rumah itu ternyata berloteng. Pada tingkat satu, ia lihat masih
terang. Apakah masih ada orang yang belum tidur ? Tanyanya
pada diri sendiri.
Ini kebetulan sekali, pikirnya. Lalu dengan menggunakan
kepandaian memanjat, sebentar saja ia sudah sampai di
loteng tingkat satu. Ia mengintai dari jendela. Ia lihat di
dalamnya ada seorang lelaki yang kira-kira berusia lima
puluhan tengah membaca buku, sedang disampingnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terdapat seorang gadis yang kira-kira berusia 18 tahun sedang
duduk.
Kim Wan Thauto lantas menduga akan Liu Wangwee, ketika ia
mendengar si gadis berkata-kata, "Sudah malam ayah. Untuk
apa urusan demikian dipikirkan."
"Tapi anak Hiang." kata sang ayah. "Kau jangan meremehkan
paman Tan."
"Dia toh takut pada ayah, kenapa mesti dipikirkan ?" kata si
gadis lagi.
Lu Wangwee tarik napas sambil letakkan bukunya diatas
meja, ia berkata lagi, "Anak Hiang, ayah sudah nasehatkan,
kau jangan suka mengatakan apa-apa tentang paman Tan tapi
kau seenaknya saja omong hingga jadi urusan sekarang.
Bagaimana sebenarnya yang menjadi pokok lantaran, coba
kau terangkan. Jangan pakai diumpat-umpatkan.:
"Itulah pada suatu hari," sahut si gadi. "Ketika enci Ciok datang
padaku membujuk aku supaya aku terima lamaran saudara
misannya, si Kongcu ceriwis itu, dia ada menyebut bahwa
kekayaan paman Tan jauh lebih kaya dari pada kita. Hatiku
jadi panas dan meyemprot dia dengan kata, 'Tentu saja
paman Tan lebih kaya lantaran pelihara maling dalam
rumahnya !' Kata-kata ini rupanya disampaikan pada paman
Tan sehingga ia menjadi marah, menegur ayah supaya minta
maaf di depan umum. Aku yang salah, aku yang tanggung
jawab, kenapa ayah dibawa-bawa ?"
Si gadis ketika mengucapkan kata-kata yang paling belakang,
kelihatan marah, menggertakkan giginya, gemas rupanya dia.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Terang si Ciok mesti adukan kata-katamu yang menyinggung
itu." kata Liu Wangwee. "Karena buat dirinya juga tidak enak,
kau mengatakan pamannya pelihara maling. Paman Tan
sendiri, tidak berani padaku, tapi dia ada punya orang. Dia
kasih tempo buat ayah menghaturkan maaf dalam tempo tiga
hari. Kalau dalam tempo tersebut ayahmu tak memenuhi
permintaannya, dia akan minta kawan-kawannya datang untuk
menghajar ayah. Besok sudah hari ketiga, entah bagaimana
nanti kejadiannya. Kabarnya paman Tan sudah mengundang
kawan-kawannya dan sudah datang tadi siang."
"Siapa yang dia datangkan ?" tanya si anak.
"Kau mana tahu kekejaman paman Tan. Dia sudah datangkan
bala bantuannya, tidak tanggung-tanggung ialah Sucoan Samsat
yang tersohor sangat buas !"
"Tiga algojo dari Sucoan......." menggumam si gadis. "Kalau
ayah takut, biar saja nanti aku yang layani. Baru tiga algojo,
meskipun dia datangkan selusin algojo juga aku tidak takut !"
"Kau punya kepandaian apa ?" tanya si ayah, melengak heran.
"Ayah nanti lihat saja." sahut sang anak. "Sekarang ayah
masuk tidur saja, urusan diserahkan pada aku saja yang nanti
menghadapinya."
Liu Wangwee bingung. Bagaimana anaknya begini gagah ?
Siapa yang dia bakal andalkan ? Dia sendiri yang
menghadapinya, itu tak mungkin sebab ia tahu benar Bwee
Hiang, anak gadisnya tidak punya kemampuan itu. Ilmu
silatnya hanya ia yang ajari, bagaimana dia begitu besar hati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk menghadapi musuh berat ?
Tapi untuk membuat anak gadisnya senang, ia pun menurut
disuruh masuh tidur, diantar oleh Bwee Hiang.
Kim Wan Thauto diam-diam memuji kegagahan si gadis. Ia
pun angkat jempolnya. Tapi ketika ia mau angkat kaki dari situ,
ia urungkan karena mendengar suara menangis
sesenggukkan. Itulah Bwee Hiang, yang sudah balik lagi dari
mengantarkan ayahnya masuk tidur.
Ia duduk diatas kursi yang barusan diduduki ayahnya,
menangsi sesenggukkan tanpa ada orang yang
menghiburnya.
"Aku yang sudah menerbitkan bencana, mengapa ayahku
yang harus bertanggung jawab ? Oh, nasib........ibu...... ibu,
kenapa kau sudah meninggalkan aku lebih dahulu ?"
terdengar si gadis berkata-kata sendirian, ia sesambat pada
ibunya yang sudah lama berada di alam baka.
Kim Wan Thauto yang berhati baja, melihat adegan itu tak
dapat mempertahankan kesedihannya. Ia diam-diam merasa
terharu akan nasibnya Bwee Hiang. Kapan ia ingat lagi, ia jadi
heran kenapa si gadis menangis begitu sedang tadi ia lihat
tegas si gadis begitu gagah mengucapkan kata-katanya untuk
tanggung sendiri semua urusan yang mengancam keluarga
Liu. Apa benar si gadis mempunyai kepandaian tinggi untuk
menghadapi Tiga Algojo dari Sucoan ?
Sehingga Kim Wan Thauto masih ragu-ragu. Tapi bisa saja
terjadi keanehan-keanehan, maka Kim Wan Thauto pikir
biarlah ia nanti menonton saja apa yang akan dilakukan oleh si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gadis. Malah diam-diam ia berjanji akan membantu si gadis
manakala dipandang perlu. Setelah berpikir demikian, maka ia
lantas berlalu dari tempat mengintainya tanpa diketahui oleh si
gadis yang masih menangis sesenggukkan.
Pada hari esoknya, ada hari penghabisan dari ultimatum yang
dikirimkan pada Liu Wangwee tapi oleh Tan Wangwee
ditunggu-tunggu tidak ada kabar apa-apa dari pihak hartawan
Liu sehingga Tan Wangwee menjadi amat mendongkol.
Oleh karenanya ia lalu himpunkan kawan-kawannya yang
diundang.
Dalam desa kunhiang itu, diantara hartawan-hartawan yang
paling menonjol adalah hartawan Liu. Ia mempunyai banyak
pabrik tahu, tenun dan lain-lainnya dimana ia pakai banyak
buruh sebagai pekerjanya. Dengan adanya mata pencaharian
yang dibuka oleh hartawan Liu, maka tidak heran kalau desa
kunhiang menjadi amat ramai. Buruh dari mana-mana pada
datang minta pekerjaan pada perusahaannya Liu Wangwee.
Kawan-kawannya hartawan Liu yang juga dikenal sebagai
hartawan sangat menghormat Liu Wangwee karena ia ini
meskipun kaya juga tidak sombong dan banyak menolong
orang yang dapat kesusahan.
Di antara kawan-kawan Liu Wangwee termasuk juga Tan
Wangwee.
Hartawan Tan memang terkenal kaya tapi tidak membuka
perusahaan apa-apa. Orang tidak tahunya mendapat
kekayaan dari mana tapi yang terang kekayaannya makin
bertambah saja sejak anak-anaknya pulang dari tempat lain.
Katanya baru tamat dari belajar silat dan pulang ke rumah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk bantu usaha orang tua.
Belum lama Tan Kongcu pulang dari perguruan, dalam desa
kunhiang yang tadinya aman-aman saja, lantas jadi banyak
maling. Hartawan-hartawan yag menetap dalam desat itu
banyak dipreteli kekayaannya oleh maling-maling itu. Itu bukan
maling biasa sebab semua itu dikerjakan oleh satu orang dan
untuk kejadian itu orang desa kunhiang menaakan ia 'Huicat'
atau 'Maling biasa terbang' karena tak dapat diselidiki jejaknya
baik oleh korban-korbannya sendiri maupun oleh pihak yang
berwajib. Yang herannya justru maling terbang itu mengincar
hartawan-hartawan yang 'kaya' saja sebab yang tanggungtanggung
tak pernah mendapat gangguan. Jadi keadaan tidak
aman hanya dialami oleh mereka yang betul-betul hartawan.
Liu Wangwee meskipun ia sendiri belum pernah mendapat
gangguan, dengan sendirinya sebagai ketua kaum hartawan ia
malu hati buat peluk tangan saja. Maka ia kumpulkan kawankawannya
untuk berunding mencari jalan sampai mereka
dapat mengamankan lagi desanya dari gangguan maling.
Belum ada keputusan tentang daya apa dapat diambil untuk
menangkap maling terbang itu, dua hari sejak diadakan rapat
oleh Liu Wangwee, rumahnya sendiri telah didatangi si maling
terbang itu.
Ia sendiri tidak menghadapinya tapi gadisnya, Bwee Hiang,
pada malam itu sudah bertempur seru dengan si maling
terbang yang pakai topeng mukanya.
Sudah menjadi kebiasaan Bwee Hiang, ia baharus masuk tidur
kalau ayahnya terlebih dahulu ia antarkan masuk tidur. Maka
ia tidur lebih larut (malam) dari ayahnya. Waktu barusan saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia bangkit dari duduknya hendak meninggalkan ruangan baca,
kupingnya yang tajam seperti mendengar ada orang yang
membuka jendela perlahan. Ia pura-pura tidak memperdulikan
itu, terus saja ia jalan. Tapi ia tidak menuju ke kamarnya, tapi
ia membelok ke satu gang yang dapat menembus keluar. Ia
lantas dapat memergoki seorang yang sedang mengintip di
jendela. Si nona segera menduga yang datang adalah maling
terbang. Maka dengan tidak bersuara kakinya menotol lantai,
tubuhnya yang langsing mencelat ke arah orang yang sedang
mengintip tadi.
"Maling terbang, akhirnya kau datang juga. " kata si gadis
sekonyong-konyong.
Bukan main kagetnya orang itu sebab segear ia berkelit ke
kanan dengan gugup mengelak serangan Bwee Hiang yang
membarengi kata-katanya tadi.
Itulah kejadian di atas loteng tingkat satu.
Si maling terbang tidak membalas serangan si gadis, hanya ia
lompat ke atas genteng. Enteng sekali tubuhnya, menghampiri
loteng tingkat dua. Ia mengira kegesitannya sudah tidak ada
taranya, tapi bukan main kagetnya ketika ia barusan saja
menginjak genteng terdengar pula suaranya Bwee Hiang,
"Kau mau lari ? Hmm ! Tamu datang tidak disambut, itu tidak
hormat !"
Si maling lantas putar tubuhnya, sekarang ia berhadapan
dengan si gadis yang tersenyum mengejek kepadanya.
Sungguh ia tidak mengira, kalau Bwee Hiang dapat
menandingi kegesitannya, malah kelihatan lebih gesit lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bwee Hiang ketika jalan keluar hendak pergoki si maling, ia
sudah sembat pedang yang biasa ia pakai dalam latihan
dengan ayahnya. Dengan senjata itu ia tunjuk si maling sambil
berkata, "Hui cat, kau tak akan lolos dari aku !"
Si maling tidak menjawab, hanya ia lantas menghunus
pedangnya.
"bagus !" kata Bwee Hiang, "Mari kita main-main !"
Kata-katanya ditutup dengan serangan pada dua jurusan.
Pertama, ujung pedang si nona seperti menyerang
tenggorokan, ketika si maling bertopeng menangkis, ia tarik
pedangnya supaya jangan bentrok dengan senjata lawan,
lantas diteruskan menusuk pada 'kiok-ti-hiat', jalan darah di
bagian pundak kiri untuk sekalian menyontek tulang pundak
orang. Gerakan ini dilakukan dengan cepat laksana kilat, salah
satu jurus yang hebat dari Bwee Hoa Kim Hoat (Ilmu silat
pedang kembang bwee) yang dinamai 'Hoa kay beng goat'
atau 'Kembang mekar memandang rembulan'.
Tapi si maling bertopeng cukup gesit.
Melihat tangkisannya luput sebab pedang lawan cepat ditarik
pulang, pundaknya yang di arah si nona ia elakkan dengan
turunkan pundaknya sedikit hingga ujung pedang tak dapat
sasarannya.
"Aha, boleh juga !" kata Bwee Hiang melihat serangannya
yang ditujukan pada dua arah luput semua. Berbareng, ia pun
lantas menyerang pula dengan jurus-jurus yang mematikan.
Pedangnya berkelebatan menyambar-nyambar ke arah jalan
darah lawan sehingga merupakan tekanan yang berat bagi si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maling terbang. Apalagi pikirannya tidak mau melayani si nona
lama-lama. Maka begitu ia mendapat lowongan, lantas enjot
tubuhnya mencelat mundur ke tepi genteng rumah, dari mana
dengan ilmu entengi tubuh ia loncat ke genteng rumah tingkat
satu akan terus loncat ke bagian bawah, lari menghampiri
tembok pekarangan. Tubuhnya enteng sekali diwaktu ia
melompati tembok pekarangan rumah Liu Wangwee, dari
mana ia teruskan larinya ke arah barat dan melenyapkan diri
dalam sebuah rumah besar.
Maling itu mengira dirinya tidak dikejar si nona karena
beberapa kali ia menoleh ke belakang tidak nampak bayangan
yang mengejar apalagi mendengar suaranya si nona. Tapi ia
salah hitung. Ia boleh gesit dan dapat menghilang bagaikan
setan kalau kepandaiannya itu dihadapkan pada orang biasa
atau ilmu silatnya hanya ilmu silat pasaran saja. Tapi kali ini ia
menghadapi Bwee Hiang yang kegesitannya cukup tinggi.
Tentu saja jejaknya tak luput dari kuntitan si nona.
Ketika ia menghilang dalam rumah besar tadi, tiba-tiba Bwee
Hiang berdiri tertegun. Sebab rumah itu adalah rumah Tan
Wangwee. Ia lantas menduga bahwa Tan Wangwee dalam
rumahnya ada pelihara maling, makanya kekayaannya dengan
tentu meningkat tanpa orang mengetahui dari mana
sumbernya.
Si gadis pulang lagi ke rumah. Pikirannya makin yakin bahwa
Tan Wangwee telah pelihara maling. Maka ketika keesokan
harinya ia ketemu ayahnya, lantas ia menceritakan
pengalamannya semalam. Sang ayah terkejut juga mendengar
cerita anaknya, lantas ia berkata, "Anak Hiang, kau sudah tahu
rahasianya paman Tan, harap kau jaga mulutmu jangan
sampai mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggungnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Paman Tan segan dan menghormatku karena dia tahu aku
ada seorang yang dipandang tinggi oelh penduduk kunhiang
dan dia tahu juga aku berkepandaian tidak rendah dalam ilmu
silat. Tapi kalau kita membuat gara-gara menyinggung
kehormatannya, dia tentu akan pandang lagi padaku. Dia
dapat datangkan kawan-kawannya dari golongan jahat untuk
menghadapi aku karena dia sendiri tidak berani untuk
berurusan langsugn dengan aku. Ingat, anak Hiang !"
Bwee Hiang mengiakan atas nasehat itu. Tapi ia lupa ketika
Cok Ciok, teman mainnya yang menjadi keponakan Tan
Wangwee membanggakan kekayaannya hartawan Tan di atas
kekayaan keluarga Lu. Hatinya panas seketika dan
mengatakan tentu saja Tan Wangwee lebih kaya karena
dalam rumahnya ada pelihara maling. Kata-kata inilah yang
menjadi 'urusan' sehingga Tan Wangwee mengundang
Sucoan Sam-sat yang sangat kesohor kebuasannya untuk
menghadapi Liu Wangwee.
Dalam pertemuan dengan tamu-tamu undangannya, Tan
Wangwee menanyakan pikiran mereka bagaimana mereka
akan bertindak kalau sampai nanti malam masih belum terima
kabar dari Liu Wangwee. Giam-ong Puy Teng dan Sin-mo Lie
Kui ada orang-orang kasar, mereka tidak dapat mengeluarkan
pikiran yang baik, maka diminta pikirannya Mo-jiauw Teng
cong, si Cakar Setan yang banyak akalnya untuk mengusulkan
sesuatu untuk kebaikannya Tan Wangwee.
"Menurut pikiranku," kata Mo-jiauw Teng Cong, "Kalau nanti
malam Liu Wangwee tidak kirim orang mengabarkan apa-apa
kepada kita, sebaiknya kita datangi rumahnya untuk minta
keputusan. Kalau dia lulusi permintaan Tan-heng yaitu
bersedia untuk minta maaf dihadapan umum, kita bikin habis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saja urusan ini. Kalau tidak, baik nanti kita lihat gelagat
bagaimana, kalau perlu kita gunakan kekerasan untuk
menaklukinya."
"Ah, kau terlalu bertele-tele." kata Puy Teng Toako dari
Sucoan Sam-sat.
"Kau benar Toako, jiko terlalu berliku-liku. Kita ambil jalan
pendek saja, kalau nanti dia tidak mau meluluskan permintaan
Tan-heng, kita habisi saja jiwanya !" Sin-mo Lie Kui
menyatakan pikirannya.
"Kita harus pakai jalan lunak dahulu, kalau bisa kita jangan
sampai bertempur dengan dia." Mo-jiauw perkuatkan usulnya.
"Memangnya Jie-te takut ?" tanya Puy Teng, si toako.
"Hahaha......!" Sin-mo Lie Kui tertawa. "Biasanya Jiko paling
berani, mengapa disini menghadapi Liu Wangwee saja jadi
ketakutan ?"
Tan Wangwee sementara itu tinggal membungkam. Begitu
juga dengan Tan Kongcu, anaknya yang disuruh mengundang
Sucoan Sam-sat.
Mo-jiauw Teng Cong jadi serba salah.
Si Cakar Setan memang ada sedikit jeri, seelah ia cari
keterangan bahwa Liu Wangwee selainnya ia sendiri ilmu
silatnya tidak renah, juga ada anak daranya yang membantu.
Kabarnya hartawan Liu itu juga banyak mempunyai sahabat
dalam Bu-lim.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Menurut pikirannya, lebih baik digunakan jalan damai saja.
Keterangan yang ia dapat itu tidak ia beritahukan kepada dua
kawannya karena kuatir ia dikatakan pengecut. Tapi akhirnya
si Setan Sakti Lie Kui telah mengatakan juga hingga membuat
ia jadi serba salah.
Belum ia dapat menyatakan pikirannya lagi, tiba-tiba Tan
Wangwee berkata, "Memang, untuk menaikkan pamornya
Sucoan Sam-sat, lebih baik ambil jalan pendek saja."
"Kau maksudkan apa jalan pendek itu ?" tanya Mo-jiauw Teng
Cong.
"Kalau Liu Wangwee tidak mau menurut perintahku, lebih baik
jiwanya dihabiskan saja." jawab Tan Wangwee.
Mo-jiauw Teng Cong kalah suara, maka selanjutnya ia
membungkam.
Demikianlah, ketika sang malam tiba belum juga diterima
kabar apa-apa dari pihak hartawan Liu, maka tiga algojo dari
Sucoan itu, diiringi oleh Tan Kongcu telah menyatroni
rumahnya Liu Wangwee. Tan Wangwee sendirian tidak turut
karena ia malu hati kalau sampai dirumahnya Liu Wangwee ia
mesti tarik urat dengan tuan rumah.
Di pekarangan rumah, kedatangan mereka disambut oleh Liu
Wangwee sendiri.
Tuan rumah kelihatan ramah tamah, sedang pihak tamu
sangat sombong sikapnya.
Tidak termasuk Mo-jiauw yang pandai menggunakan otaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia melihat Liu Wangwee bertubuh sedang tingginya, agak
gemuk, memelihara jenggot yang bagus ! Romannya
berwibawa, keras wataknya meskipun kelihatannya ia sangat
ramah tamah.
Tamu-tamu diundang masuk ke ruangan tengah, dimana
sudah disiapkan barang hidangan seperlunya. Rupanya
hartawan Liu sudah menduga akan kedatangannya mereka,
maka ia sudah suruh pelayan-pelayannya mengadakan meja
perjamuan sederhana.
Tan Kongcu dan Lie Kui yang lagaknya paling tengik.
Terutama Tan Kongcu yang seolah-olah membanggakan para
pahlawannya, amat menyebalkan tingkahnya.
"Aku tidak melihat ayahmu turut datang, dimana dia, anak Sin
?" tanya Liu Wangwee pada Tan Kongcu ketika mereka sudah
sama-sama ambil tempat duduk.
Tan Kongcu pelototkan matanya sebelum ia menjawab
pertanyaannya Liu Wangwee.
Di waktu dalam keadaan biasa, dua keluarga (Liu dan Tan)
ada baik satu dengan lain, malah Liu Wangwee tidak melarang
Tan Kongcu sesudah masing-masing meningkat dewasa untuk
datang ngomong-ngomong dengan Bwee Hiang, puterinya,
karena Tan Kongcu teman sepermainan si nona di waktu
mereka masih kecil.
Jadi persahabatan keluarga Tan dan Liu itu sudah sejak lama.
Apa mau sekarang terbit bentrokan yang sesungguhnya amat
disayagnkan. Sebenarnya Tan Wangwee sendiri segan
bentrokan dengan Liu Wangwee karena urusan tersebut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya persoalan kecil saja. Tetapi lantaran adanya
hasutannya Tan Kongcu, anak muda itu sangat gemas pada
Bwee Hiang yang menolak menjadi isterinya malah
menghinanya bahwa dalam rumahnya ada pelihara maling.
Panggilan Liu Wangwee pada Tan Kongcu biasa saj,
memanggil namanya sebagai juga orang tua itu memanggil
anaknya sendiri.
Setelah pelototi Liu Wangwee, Tan Kongcu menjawab, "Ayah
tidak perlu ketemu paman. Dia bilang kalau paman mau kasih
kabar, katakan saja padaku."
Jawaban yang amat kurang ajar, malah matanya pakai melotot
segala. Tapi Liu Wangwee tidak jadi marah. Ia tetap sabar.
"Anak Sin," kata Liu Wangwee. "Jawabanku singkat saja. Aku
dapat mohon maaf pada ayahmu, tapi tidak dihadapan umum."
"Hmm ! Justru ini kita tidak mau terima !" kata Liung Sin
mendengus.
"Habis, kau mau apa ?" tanya Liu Wangwee, jadi habis sabar
rupanya melihat sikap yang tengik dari si anak muda ceriwis
menurut Bwee Hiang.
Melihat keadaan sudah mulai panas, Mo-jiauw Teng Cong
menyela, "Liu Wangwee, kedatangan kami kesini adalah
hendak mendamaikan urusan bukan hendak mencari ribut
dengan keluarga saudara Liu. Aku pikir, sebaiknya saudara
Liu mengalah saja dan suka memohon maaf di depan umum.
Dengan begitu urusan menjadi beres."
"Saudara ini siapa ?" tanya hartawan Liu yang pura-pura tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tahu.
"Mereka adalah Giam-ong Puy Teng." jawab Teng Cong
seraya menunjuk pada saudara tuanya. "Aku sendiri bernama
Teng Cong, sedang dia adalah Sin-mo Lie Kui. Kami bertiga,
entah bagaimana anggapan orang dalam dunia Kangouw,
telah mendapat julukan Su-coan Sam-sat. Julukan ini dilebihlebihi."
Liu Wangwee angguk-anggukkan kepalanya sambil mengurut
kumisnya yang panjang.
"Jiko, untuk apa banyak omong. Lekas, bikin beres saja !" kata
Sin-mo Lie Kui sambil matanya melotot pada Liu Wangwee.
Hartawan Liu berlagak pilon atas sikapnya si berewok jahat.
"Aku sudah katakan," kata Liu Wangwee. "Apakah saudara
Teng tidak dengar jawabanku pada anak Sin barusan ?"
"Brak !" tiba-tiba terdengar suara piring mangkok di atas meja
beterbangan. Sayur pada tumpah berlelehan gara-gara Giamong
Puy Teng yang menggebrak meja dengan telapak
tangannya yang besar. "Kepala batu !" bentaknya pada tuan
rumah. "Aku mau lihat kepandaian apa yang kau mau
perlihatkan dihadapan Sucoan Sam-sat !"
Teng Cong tidak setuju dengan kelakuan Sang Toako yang
berangasan itu tapi perbuatannya sudah terjadi, maka ia
tinggal menanti reaksi dari tuan rumah saja.
Meskipun Liu Wangwee tidak senang akan kelakuannya si
mata satu, ia masih bisa menahan sabar. Katanya, "Aku si tua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak berguna lagi tapi untuk melayani kau seorang kasar,
rasanya masih belum tentu !"
"Kau berani sama Sucoan Sam-sat ?" bentak Puy Teng,
marah dia.
"Sucoan Sam-sat lain, tapi dengan kau, aku tidak tinggal lari !"
sahut tuan rumah.
Puy Teng bangkit dari duduknya. Ia tertawa gelak-gelak sambil
katanya, "Mari, mari diluar kita coba." berbareng tubuhnya,
enteng sekali, melesat ke arah pintu.
Liu Wangwee tidak takut. Ia pun bangkit dari duduknya, lantas
jalan keluar. Di pekarangan ia lihat Puy Teng sudah berdiri
menanti.
Tidak sampai tarik urat lagi, mereka telah berhadapan, lantas
bergebrak.
Teng Cong dan Lie Kui tidak berani datang mengeroyok Liu
Wangwee karena mereka tahu akan adatnya sang toako.
Kalau ia belum kalah belum mau dibantui saudarasaudaranya.
Maka juga mereka tinggal menonton saja.
Dua macan berkelahi, tentu saja sangat ramai.
Liu Wangwee mainkan 'Bwee Hoa Ciang Hoat' atau 'Ilmu
pukulan kembang bwee', sedang dipihaknya Giam-ong Puy
Teng menggunakan 'Eng-jiauw-kang' atau 'Tenaga Kuku
Garuda' untuk melayani lawan. Liu Wangwee mendesak
lawannya dengan pukulan-pukulan halus tapi mantap, tapi
dilayani dengan sambaran tangan yang keras berat oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Giam-ong Puy Teng yang menggunakan ilmu pukulan Eng
jiauw kang. Tidak kecewa Giam-ong Puy Teng sebagai toako
dari Sucoan Sam-sat karena ilmu pukulannya itu saban-saban
membuat lawannya tergetar. Dari berimbang, pelan-pelan
tampak Liu Wangwee keteter.
Liu Wangwee merasa cemas dengan kepandaiannya karena
ia yakin bahwa ia bukan tandingannya Giam-ong Puy Teng.
Dalam keadaan yang cemas itu, hatinya menjadi makin cemas
ketika ia mendengar beradunya senjata dan melihat puterinya
Bwee Hiang sudah bergebrak dengan Tan Kongcu.
Ia menguatirkan keselamatan puterinya yang tersayang itu,
maka perlawanan yang diberikan pada musuhnya tidak
sebagaimana mestinya. Dalam keadaan bingung, tiba-tiba
berkelebat tangannya Giam-ong Puy Teng hendak
mencengkeram dadanya, ia geser kaki kirinya berkelit dari
cengkerama ke arah dada, tapi ia lupa datangnya tangan kiri
musuh yang menjambret pinggangnya. Tanpa ampun lagi ia
terkulai roboh setelah menjerit perlahan. Giam-ong Puy teng
telah menggunakan tipu pukulan 'Say pek sie' atau 'Terkaman
singa' untuk mreobohkan lawannya.
Jeritan Liu Wangwee diwaktu terkulai roboh disusul jeritan lain
ialah jeritan Tan Kongcu yang tulang pundaknya kena disontek
ujung pedang Bwee Hiang.
Setelah merobohkan lawannya, Bwee Hiang lantas enjot
tubuhnya mencelat ke arah tempat ayahnya bertempur. Tapi
sudah terlambat karena ayahnya sudah roboh dan tidak
bangun lagi. Alisnya si nona berdiri, saking gusarnya ia
membentak Giam-ong Puy Teng, "Manusia jahat, kau apakan
ayahku ? Aku akan adu jiwa denganmu !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kata-katanya ditutup dengan serangan pedangnya yang
tajam. Tapi Giam-ong Puy Teng bukannya Tan Kongcu sebab
dengan satu elakan saja pedang si nona menemui sasaran
kosong. Ketika ia tarik pulang pedangnya hendak menyerang
lagi, di depannya sudah ganti orang. Itulah si berewok Lie Kui
yang bengis.
"Nona manis, kau jangan main-main dengan toakoku. Untung
dia tidak biasa layani bangsa perempuan. Kalau tidak, hmm !
Jangan harap mukamu yang cantik akan tetap utuh !"
Itulah kata-kata Sin-mo Lie Kui yang enak untuk si berewok
sendiri tapi tidak enak untuk telinganya si nona. Tidak heran
kalau Bwee Hiang menggerang disusul dengan serangan
pedangnya ke arah orang punya jalanan makanan
(kerongkongan) tapi si setan sakti sambil ketawa haha hehe
berkelit, "Nona manis jangan galak-galak !" menggoda si muka
berewok.
Bwee Hiang makin meluap amarahnya, pedangnya
menyambar-nyambar tapi si berewok hanya berkelit sana sini
tanpa melakukan serangan membalas. Malah menggodainya
makin menjadi membuat si nona tak dapat mengendalikan
amarahnya. Ia menempur dengan serangan-serangan nekad,
justru inilah kesempatan untuk si berewok berlaku ceriwis,
coba ulurkan tangan untuk menyolek pipi yang putih dari Bwee
Hiang.
Untung Bwee Hiang masih awas, ia dapat menyelamatkan
mukanya dari colokan Lie Kui yang kurang ajar. Ketika di lain
saat si berewok mau menyolek lagi, ia babat tangan orang
tersebut dengan pedangnya hingga si ceriwis amat kaget,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau tidak secepat kilat ia tarik pulag tangannya yang bangor.
"Jangan kejam-kejam, nona," ia menggodai Bwee Hiang.
(Bersambung)
Jilid 04
Kepandaian si nona ketinggalan jauh dibandingkan dengan
Sin-mo Lie Kui. Maka ia kena digocok sana sini hingga Tan
Kongcu yang menonton di pinggiran menjadi tertawa terbahakbahak
meliha si nona sudah mandi keringat meskipun ia
sendiri waktu itu menderita rasa sakit bukan main pada luka
dipundaknya karena barusan kena disontek pedangnya si
nona yang tajam.
"Nah, rasakan sekarang pembalasanku, digecek mampus kau
oleh samko !" Tan Kongcu mengejeki si gadis yang sedang
kepayahan.
Lama-lama si nona menjadi lelah, kata-kata si Kongcu ceriwis
menusuk hatinya, membuat hatinya sangat pedih. Pikirnya,
daripada ia bakal terima hinaan orang-orang jahat itu, lebih
baik ia ambil keputusan nekad. Bunuh diri !
Tiba-tiba si gadis melompat dari arena pertempuran, seraya
berkata, "Tahan !"
"Kau mau bicara apa, nona manis ?" tanya Lie Kui, haha hehe
tertawa.
Si nona tidak meladeni, hanya menubruk ayahnya yang
menggeletak di tanah dengan napas empas empis. Ia girang
ketika mendapat kenyataan ayahnya tidak putus jiwanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayah, legakan hatimu. Semua ini ada gara-garaku, maka aku
yang akan bertanggung jawab."
Setelah mengucapkan kata-katanya yang gagah itu, si nona
tampak bangkit.
Ia berdiri, pedangnya masih tercekal di tangannya, matanya
mengawasi ke sekitarnya. Tampak olehnya Giam-ong Puy
Teng dan kawan-kawannya tengah mengawasinya dengan
senyuman masing-masing.
"Tuan-tuan." tiba-tiba si nona berkata. "Ayahku tidak berdosa,
kalian harus bebaskan ayahku. Akulah yang mengatakan
dalam rumah paman Tan ada dipelihara maling. Maka
sepantasnya aku yang bertanggung jawab dari itu, sebagai
permohonan maaf, lihatlah sekarang aku lakukan..........."
Kata-kata ini disusul dengan diangkatnya pedangnya dan akan
ditebaskannya lehernya yang putih hingga kawanan jahat
yang biasanya tidak berkedip membunuh orang, melihat
kelakuan nekad si gadis telah pada menutup matanya, merasa
ngeri.
"Tring !" tiba-tiba terdengar suara batu kecil membentur
pedang, segera juga pedangnya si nona terlepas dari
cekalannya. Di susul oleh melayangnya sesosok tubuh dari
atas sebuah pohon.
Apakah Kim Wan Thauto yang datang menolong Bwee Hiang
?
Bukan. Kim Wan Thauto memang mengumpat diatas genteng,
menonton pertarungan yang terjadi di sebelah bawah. Ketika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liu Wangwee dirubuhkan, ia masih belum mau turun tangan
untuk membantu sebab ia ingin melihat bagaimana tindakan
Bwee Hiang lebih jauh mengingat kata-kata si nona dihadapan
ayahnya. Ia ingin melihat apakah pedangnya si nona akan
dapat mengusi tiga orang jahat itu. Tapi ia kecewa hatinya,
nampak si nona dipermainkan oleh Lie Kui. Pikirnya, apakah si
gadis hanya begitu saja kepandaiannya ? Melihat Bwee Hiang
berlaku nekad, ia sudah siap akan menggoyangkan
kepalanya, untuk melepaskan senjata anting-antingnya ke
arah pedang si nona yang tengah diayunkan ke lehernya. Tapi
ia jadi tercengang karena maksudnya sudah disusul orang
lain.
Dalam tertegunnya, ia mendengar orang yang barusan
menolong Bwee Hiang tertawa gelak-gelak. Hatinya terkejut
sebab suara tertawa itu seperti ia pernah mendengarnya tapi
dimana ? Ia kumpul ingatannya tapi ia lupa dimana ia pernah
dengar suara ketawa yang ia pernah kenal.
Orang barusan melayang turun dari pohon, tampak
menghampiri Bwee Hiang. Ia memungut pedang si nona yang
seketika itu berdiri bagaikan patung. Matanya yang jeli
mencilak mengawasi pada orang yang menolong dirinya.
Orang itu tak tampak mukanya karena kepalanya terbungkus
kerudung kain merah.
"Kau siapa ?" tanya si nona seraya menerima kembali
pedangnya yang diangsurkan oleh orang yang berkerudung
merah.
"Anak Hiang," kata si kerudung merah, tidak menjawab
pertanyaan Bwee Hiang. "Dengan membunuh diri berarti kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membunuh ayahmu. Sekarang lekas tolong ayahmu dan tamutamu
ini serahkan aku yang melayani !"
Bwee Hiang kaget, mengapa si kerudung merah
memanggilnya 'anak Hiang'. Siapakah dia ? Tapi ia sekarang
tidak dapat mengajukan pertanyaan karena ia lebih perlu
lekas-lekas menolong ayahnya. Cepat ia bertindak
menghampiri ayahnya dan lantas memeriksa luka sang ayah
yang parah, dua tulang iganya patah.
Sementara Sucon Sam-sat yang sedari tadi berdiri tertegun
memperhatikan kedatangan si kerudung merah, lantas
mengurung si orang asing. Mereka sadar bahwa yang datang
niscaya seorang lawan yang alot.
"Hmm !" mendengus si kerudung merah. "Liu Wangwee,
apakah kurang hormat melayani para tamunya ? Biarlah aku
yang menggantikannya........."
"Siapa kau ?" bentak Sin-mo Lie Kui yang berangasan
wataknya.
"Kau panggil saja aku si kerudung merah, wakilnya Liu
Wangwee." sahutnya.
"Bagus, bagus. Hahaha !" kata Giam-ong Puy Teng seraya
ketawa terbahak-bahak.
"Hahaha............ hahaha......... !" si kerudung merah juga ikutikutan
ketawa.
Giam-ong Puy Teng mendelikkan matanya. "Kau tertawakan
apa, setan !" bentaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tertawakan kau." sahutnya kontan.
"Kurang ajar, apa yang harus kau tertawakan ?" tanyanya
agak heran.
"Itu......... itu..............." sahut si kerudung merah sambil masih
tertawa. "Itu, menurutmu aku bagus, kau mana tahu bahwa
mukaku bagus sedang aku pakai kerudung."
Ini merupakan jawaban yang 'olok-olok' sehingga
menimbulkan amarahnya toako dari Sucoan Sam-sat menjadi
lebih meluap. Sebelah matanya, yang tinggal satu, mendelik
lagi lalu menyerang si kerudung merah dengan jurusnya yang
paling diandalkan 'Eng Jiauw chiu' atau 'Cengkeraman cakar
garuda', kedua tangannya diulur untuk mencengkeram dada.
Gerakannya cepat, kalau kena dicengkeram, pasti melayang
jiwa korbannya karena cengkeraman itu berisikan tenaga
dalam yang dahsyat.
Tapi si kerudung merah acuh tak acuh menghadapi serangan
dahsyat itu. Ia menunggu sampai serangan datang, kedua
tangannya dirangkap sejenak lalu diajukan ke depan, nyelusup
diantara dua tangan lawan, mendadak dipentangkan secepat
kilat sehingga dua tangan lawan yang mencengkeram dapat
ditolak nyamping. Inilah gerakan 'Siang hong seng thian' atau
'Sepasang burung hong naik ke langit', jurus yang paling tepat
untuk memusnahkan 'Eng jiauw chiu' lawan.
Melihat serangannya gagal, cepat Giam-ong Puy Teng ganti
tipu. Tampak tubuhnya terputar ke belakang lawan.
Tangannya yang kanan diulur, mencengkeram bagian
pinggang untuk membikin remuk tulang iga. Ini adalah gerakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
istimewa dari Giam-ong Puy Teng yang dinamai 'Mo Lie jiauw
chiu' atau "Cengkeraman Kuntilanak'. Berbareng ia berkata,
"Terima nasib, sahabat !"
Ia berkata demikian, menyangka seratus persen serangannya
kali ini tak akan luput. Tapi diluar dugaannya sang lawan
sudah mengelak dengan gesit sambil lompat satu tindak ke
depan. Sebelum si kerudung merah berputar tubuh, Giam-ong
Puy Teng sudah maju merangsak, ia menggempur batok
kepala musuh dengan gaplokan yang dahsyat. Sayang
bukannya si kerudung merah berantakan kepalanya,
sebaliknya tampak Giam-ong Puy Teng terkulai roboh. Hal
mana membuat dua saudaranya yang tengah menonton
dengan kegirangan toakonya diatas angin menjadi keheranan.
"Sudah cukup !" kata si kerudung merah sambil lompat
menjauhi Giam-ong Puy Teng yang tubuhnya terkulai
mendeprok di tanah.
Kenapa Giam-ong Puy Teng ? Ketika si kerudung merah
lompat satu tindak ke depan, berkelit dari serangan Giam-ong
Puy Teng yang menggunakan tipu 'Cengkeraman Kuntilanak',
ia rasakan dibelakangnya ada sambaran angin. Cepat ia
mendek sambil memutar tubuhnya ke kiri. Dalam posisi ini,
sehingga ia adanya lowongan pada iga kanan Giam-ong Puy
Teng yang sedang angkat tangan kanannya untuk
menggaplok kepala, enak saja dua jari tangan kiri si kerudung
merah nyelonong ke jalan darah 'thian-coan-hiat'. Kontan si
raja akherat menjadi terkulai roboh. Kejadian ini hanya
beberapa detik saja. Saking cepatnya, maka tidak heran kalau
dua saudaranya Giam-ong Puy Teng menjadi melongo
keheranan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dari melongo keheranan, Sin-mo Lie Kui meluap amarahnya.
Lantas saja menerjang si kerudung merah sambil berkata,
"Setan, akan aku cuci kehormatan Sucoan Sam-sat !"
"Dicuci juga bakalan kotor juga !" menggoda si kerudung
merah seraya berkelit dari serangan Lie Kui yang
menggunakan jurus 'Mo lie khoa keng' atau 'Kuntilanak
berkaca'. Sambaran dua tangannya menghembuskan angin
menderu. Biasanya dengan menggunakan serangan ini, Lie
Kui dalam segebrakan dapat menjatuhkan musuhnya. Tapi
kali ini ia salah hitung. Si kerudung merah lwekangnya sangat
kuat. Malah si Setan Sakti tidak menjadi sakti karena kaget
nampak musuhnya hilang dari depannya. Ia merasa dirinya
gesit, dapat mempermainkan orang, tidak dinyana ia kalah
jauh dari si kerudung merah.
Bertarung baru lima jurus, lantas Mo-jiauw Teng Cong dapat
menilai bahwa saudara mudanya tak dapat menandingi
musuhnya. Ia heran kenapa si kerudung merah, tadi waktu
menempur Giam-ong Puy Teng tidak memperlihatkan
kegesitannya seperti sekarang ini menghadapi ia punya
Samte.
Melihat saudaranya hanya beberapa gebrakan saja sudah
terdesak, ia tidak dapat berpeluk tangan untuk menonton.
Maka si Cakar Setan seketika itu lantas menyerbu
mengeroyok si kerudung merah yang tengah mempermainkan
Lie Kui.
Dengan turunnya si Cakar Setan, Lie Kui berharap segera
diperoleh kemenangan dengan cepat sebab kepandaiannya
sang Jiko atau si Cakar Setan ada lebih tingkat dari ia dan
toakonya (Giam-ong Puy Teng). Sayang pengharapannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meleset sebab bukannya mempercepat kemenangan, tapi
mempercepat kekalahan.
"Bagus." tiba-tiba si kerudung merah berkata ketika ia elakkan
cengkeraman Mo-jiauw Teng Cong yang ganas. Berbareng
tampak ia mencelat ke atas untuk menghindari gencetan
serangan dari dua arah, Mo-jiauw Teng Cong mencengkeram
bagian atas perutnya seperti mau mengorek hati, sedang Sinmo
Lie Kui menggempur pinggangnya. Tidak sampai menanti
sang musuh menginjakkan kakinya ditanah lagi, Lie Kui siap
dengan serangan susulan yang mematikan dengan tipu 'Hui
hong tong lay' atau 'Angin taufan datang dari timur'.
Tangannya diulur saling susul untuk menjambret kaki kanan
lawan yang masih dalam keadaan terapung. Tapi kaki lawan
seperti ada matanya, ia mengelak, turun sedikit lantas
menotok ke arah jin-tiong-hiat di jidat si berewok. Ia hanya
menjerit 'aiyoo !' lantas rubuh mendeprok. Totokan pada ujung
sepatu ini, membawa efek pada Mo-jiauw Teng Cong. Tangan
kanannya yang dibeber bagaikan golok dipakai untuk
menebas kaki si kerudung merah yang masih terapung. Ujung
sepatu yang barusan menotok jidatnya Lie Kui tampak berbalik
lalu menyontek pergelangan tangan. Tepat sekali
mengenakan jalan darah 'Yang-kok-hiat', hingga seketika itu
Mo-jiauw Teng Cong merasakan lengannya kesemutan, hawa
panas menjalar ke seluruh tubuhnya dan kontan ia pun roboh
meniru Lie Kui.
Gerakan yang dilakukan si kerudung merah memang luar
biasa sukarnya. Dengan badan masih terapung, ujung
sepatunya dapat menotok roboh dua lawan tangguh sekaligus,
bukan suatu ilmu mengentengi tubuh yang mudah dilatih.
Tanpa mempunyai lwekang sampai pada batas tertinggi,
jangan harap dapat melatihnya. Pun, melatih ilmu demikian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan meminta tempo puluhan tahun. Dalam kalangan Bu-lim,
orang namakan tipu silat itu 'Siang hong ko hong', atau
'Sepasang hong terbang lewati puncak gunung'. Jarang
terlihat di kalangan jago-jago dalam dunia Kangouw.
Bahwa si kerudung merah dapat mendemonstrasikan ilmu
yang langka itu, dapatlah diukur sampai dimana hebatnya
lwekang orang itu. Oleh karenanya, maka Sucoan Sam-sat
dengan sendirinya sudah menjadi ciut nyalinya.
Tang Kongcu yang sangat ketakutan lantas angkat kaki
meninggalkan kawan-kawannya. Tapi belum berapa langkah,
ia rasakan ada angin berkesiur disampingnya dan tahu-tahu si
kerudung merah sudah ada dihadapannya. Ia menggigil
ketakutan, tubuhnya dirasakan lumpuh dan seketika itu juga
dia jatuh duduk.
"Mau lari ?" tegur si kerudung merah, suaranya halus tapi
berwibawa.
"Ampun tayhiap, ampuni aku........." Tan Kongcu meratap
sambil tangannya menyoja-nyoja.
"Kau yang menjadi biang keladi dari ini semua. Cara
bagaimana yang kau hendaki untuk mengampuni kau, anak
jahat !" kata si kerudung merah, suaranya agak bengis.
Terkejut hatinya Tan Kongcu. Pikirnya, dari mana si kerudung
merah dapat tahu bahwa dirinya menjadi biang keladi dari
keonaran itu.
Ketakutan ditambah kaget, tentu saja hatinya si pemuda jahat
jadi terguncang keras dan setelah ia berkata, "Ampun, ampun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tayhiap......" lantas saja tubuhnya terkulai dan jatuh pingsan.
Tiga sudah rubuh karena totokan dan satu rubuh karena
ketakutan, membuat si kerudung merah tertawa gelak-gelak
sampai suaranya mendengung di angkasa hingga Kim Wan
Thauto yang berada di atas genteng terpengaruh juga. Untuk
tidak sampai diketahui oleh si kerudung merah yang lihai itu,
Kim Wan Thauto dengan diam-diam sudah meninggalkan
tempat sembunyinya, pulang ke hotelnya.
Pada keesokan harinya ia berkemas-kemas untuk
meninggalkan hotel. Ketika ia meraba ke bawah bantalnya
dimana ia sesapkan kotak kecil mungilnya, kaget ia sebab
kotak itu sudah tidak ada ditempatnya.
Ia ingat betul ketika ia pulang dengan ambil jalan jendela, ia
periksa pintu kamarnya masih tetap terkunci. Dari manakah
datangnya penjahat yang sudah mencuri barangnya ? Ia
periksa barang-barangnya yang lain, tidak ada yang
kehilangan kecuali kotak kecil itu. Pikirnya, tentu orang sudah
masuk dari jendela. Dari kenyataannya orang hanya
mengarah kotak itu, jadi kotak mungil itu tentu sangat
berharga. Tapi apa yang menjadi sebab kotak itu sangat
dimaui ? Ini hanya merupakan pertanyaan saja bagi Kim Wan
Thauto karena ia sendiri belum lihat isinya.
Ia anggap kotak itu tidak penting baginya, maka ia tidak
banyak ribut dalam hotel itu. Setelah ia membayar uang
sewaan kamar dan makannya, lalu ia ngeloyor meninggalkan
rumah makan An Goan untuk meneruskan kelananya.
Balik kepada si kerudung merah. Setelah merobohkan Sucoan
Sam-sat dan si Kongcu ceriwis, lalu ia menghampiri Bwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiang yang sedang repot menolongi ayahnya. Tadi si gadis,
meskipun sedang repot menolongi ayahnya, dapat
menyaksikan juga bagaimana si kerudung merah menjatuhkan
lawannya satu demi satu. Dalam hatinya merasa amat kagum
atas kepandaian tersebut. Entah siapa dia itu, kenpa
memanggil dia 'anak Hiang', apakah dia mempunyai hubungan
keluarga dengan ayahnya ? Demikian dalam hatinya
menanya-nanya akan halnya si kerudung merah.
Ketika si kerudung merah jongkok mau periksa lukanya Liu
Wangwee, si nona sudah siap untuk memajukan pertanyaan
siapa adanya penolong itu, tapi tidak jadi karena penolong itu
lantas berkata, "Anak Hiang, mari kita bawa ayahmu masuk ke
dalam rumah. Ia perlu dengan pertolongan cepat."
Tanpa menanti jawaban, si kerudung merah sudah
memondong Liu Wangwee.
Sampai di dalam rumah, para pelayan yang menggigil
ketakutan, yang turut menyaksikan jalannya pertandingan
barusan sudah menyambut tubuhnya Liu Wangwee untuk
diletaki diatas pembaringan kecil dimana biasanya Liu
Wangwee suka pakai untuk tidur siang.
Hartawan Liu masih terus pingsan. Ketika diperiksa lukanya
oleh si kerudung merah, ternyata dua tulang iganya patah. Si
kerudung merah geleng-geleng kepala setelah melihat lukanya
Liu Wangwee.
Melihat itu Bwee Hiang menjadi ketakutan.
"Apa luka ayah tak dapat disembuhkan ?" ia menanya pada
tamu asing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dapat, cuma makan tempo lama." sahut si kerudung merah.
"Asal sembuh kembali, tak perduli berapa lama, aku akan
merawatnya." kata Bwee Hiang dengan hati lega.
"Bagus, kau anak baik, anak Hiang." kata si kerudung merah
pula.
"Kau keliru berkata begitu." si nona bersenyum sedih.
"Kenapa ?" tanya si kerudung merah. Heran ia mendengar
kata-kata Bwee Hiang.
"Aku anak puthauw (tidak berbakti) sebab akulah yang
menjadi gara-gara hingga timbulnya kejadian seperti
sekarang." jawab Bwee Hiang seraya menundukkan kepala
dan dari kedua matanya yang bagus mengucur air mata.
"Mari kita tolong ayahmu." si kerudung merah berkata,
menyimpangkan kesedihannya si nona. Sementara itu, ia
minta air kepada salah satu pelayan untuk membersihkan
lukanya Liu Wangwee.
Bwee Hiang usulkan untuk memanggil sinshe, tapi tamu asing
itu menggoyangkan tangannya. "Tak usah, nanti aku obati
sendiri ayahmu." ia berkata.
Si nona percaya akan kepandaian orang tersebut. Ia hanya
membantu saja apa yang ia dapat atas pekerjaan si bintang
penolong untuk kesembuhan ayahnya.
Malam harinya, Liu Wangwee kedengaran merintih. Seluruh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubuhnya terasa panas, sedang dibagian yang luka parah
amat sakit. Tapi setelah diberi obat lagi oleh si kerudung
merah, perlahan-lahan Liu Wangwee hilang rintihannya dan
kemudian baru dapat pulas. Dijaga oleh Bwee Hiang yang
tidak tidur baragn sekejap pun pada malam itu. Selama mana,
sering ia tumpahkan air mata. Ia sangat menyesal telah
menerbitkan bencana pada ayahnya.
Pemberesan pada kawanan penjahat dilakukan sangat singkat
oleh si kerudung merah. Setelha memberikan pertolongan
pertama pada Liu Wangwee, ia keluar lagi dari rumah dan
menghampiri korban-korban totokannya.
"Untuk membuat kalian jangan penasaran, nah, mari kita
bertempur lagi !" berbareng ia menyepak satu demi satu
tubuhnya Sucoan Sam-sat.
Giam-ong dan dua saudaranya segera juga bebas dari
totokan. Mereka lompat berdiri mengawasi si kerudung merah.
Hanya Tan Kongcu yang masih belum dibebaskan totokannya,
yang dalam pingsan telah ditotok oleh si kerudung merah.
Maksudnya supaya anak hartawan jahat itu tidak melarikan
diri, sementara ia memberikan pertolongan kepada Liw
Wangwee.
Tiga algojo dari Sucon merasakan badannya segar kembali.
Maka semangat berkelahinya juga lantas timbul dengan
serentak.
"Sahabat, kau buka kerudungmu kalau kau benar laki-laki !"
kata Giam-ong Puy Teng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hahaha !" si kerudung merah tertawa. "Tidak ada yang
istimewa di wajahku, buat apa kalian hendak mengenalinya ?
Kalian terkenal sangat jahat, maka aku ingin memunahkan
tenaga dalam masing-masing. Untuk membikin kalian jangan
jadi penasaran, maka aku pun sudah membebaskan kalian
dari totokan !"
Mendengar itu, tiga jagoan dari Sucoan amat kaget. Belum
pernah mereka sekaget saat itu. Tapi hati mereka angkuh
karena percaya dengan tiga tenaga gabungan, mereka dapat
mengalahkan si kerudung merah yang sangat sombong.
Mo-jiauw Teng Cong yang pandai bicara dan banyak akalnya
berkata, "Kami tidak bermusuhan dengan kau, kenapa kau
hendak memusnahkan lwekang kami ?"
Terdengar si kerudung merah tertawa, lalu berkata, "Memang,
dengan aku pribadi kalian tidak bermusuhan tapi kalian sangat
jahat dan banyak membunuh sesama manusia, tak pandang
bulu, jahat atau baik. Kejahatan kalian sudah tak terkira, maka
aku akan mewakili mereka yang sudah mati penasaran untuk
menghukum kalian........."
"Kentut !" memotong Sin-mo Lie Kui yang menjadi panas atas
kata-kata si kerudung merah, sikapnya sudah hendak
menyerang.
"Jangan temberang, sahabat !" menyela Giam-ong Puy Teng.
"Maksudmu hendak memusnahkan lwekang kami bertiga
hanya merupakan impianmu saja. Ha ha ha.........." berbareng
ia menerjang hendak menjambret kerudung lawan.
Cuma sayang kepandaiannya di bawah si kerudung merah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebab bukan saja kerudung orang luput menjambret, malah
jari-jari tangannya kena disentil hingga ia merasakan kesakitan
dan lantas lompat mundur lagi.
Mo-jiauw Teng Cong, diantara tiga jagoan jahat itu yang
percaya bahwa si kerudung merah akan buktikan katakatanya,
sebenarnya mencoba mendamaikan urusan
sehingga dapat dibereskan dengan menyenangkan. Tetapi
usahanya selalu dibikin gagal oleh sikap dan kata-kata kedua
saudaranya yang ingin selalu berkelahi sebagai keputusannya.
Dengan suara kalem terdengar si kerudung merah berkata
lagi, "Sebaiknya kalian bersiap-siap sebab temponya sudah
dekat untuk aku musnahkan lwekang kalian. Lekas siap !"
Dua orang berangasan, Giam-ong Puy Teng dan Sin-mo Lie
Kui, begit kata 'siap!' meluncur dari mulutnya si kerudung
merah, sudah lantas menerjang dengan jurus-jurusnya yang
paling ganas untuk mengirim lawannya ke dunia lain.
"Bukan kami tapi kau yang akan kami musnahkan lwekangnya
!" bentak Giam-ong Puy Teng dengan suara menggelepar,
saking marahnya dia.
"Belum komplit kalau belum turun tiga-tiganya." menyindir si
kerudung merah seraya mengelak sana sini menghindarkan
serangan dua orang yang sudah kemasukan setan. Mo-jiauw
Teng Cong yang berdiri dengan ragu-ragu, merasa tepat sekali
kena sindiran si kerudung merah, maka hatinya pun panas
seketika.
"Jangan jumawa, sahabat !" ia kemudain berkata sambil terjun
dalam arena pertempuran, mengeroyok si kerudung merah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hahaha, ini baru komplit !" katanya. Berbareng dengan
perkataan 'komplit !' segera terdengar suara 'buk ! buk !'
beberapa kali, disusul oleh jeritan saling susul dan........ di lain
detik tampak Sucoan Sam-sat pada tergeletak sana sini.
Sementara si kerudung merah tampak berdiri ketawa-ketawa.
Ketiga jagoan jahat itu tidak melihat, entah bagaimana si
kerudung merah bergerak, tahu-tahu merasakan punggungnya
digebuk dua kali. Kontan rasa panas menyelusup ke ulu hati,
kaki berbareng lumpuh hingga seketika itu tak tahan untuk
mendeprok di tanah.
Tapi hanya sebentaran saja hawa panas yang merupakan
reaksi dari gebukan di punggung itu, sebab segera sudah pulih
lagi kesegarannya. Mereka menjadi kegirangan, tapi tatkala
mereka coba empos tenaga dalamnya, tiba-tiba 'plong....'
hilang lenyap.
Mereka mengerti bahwa tenaga dalam mereka sudah
dimusnahkan oleh si kerudung merah. Mereka pada bangun
berdiri sambil menundukkan kepala.
"Kalian sangat jahat. Kalau watak demikian kalian masih
belum mau buang, lain kali ketemu aku, terang aku tak bisa
ampuni lagi. Nah, sekarang enyahlah kalian !" si kerudung
merah mempersilahkan Sucoan Sam-sat meninggalkan
tempat itu.
Mereka ngeloyor pergi dengan tidak berani angkat kepala.
Sungguh menyedihkan, Sucoan Sam-sat yang biasanya
seenaknya membunuh orang seperti juga memotong rumput,
kini sekaligus mendapat malu di desa Kunhiang. Apakah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka dapat memulihkan pula lwekangnya kemudian belajar
lagi untuk menuntut balas kehinaan yang mereka telah alami
hari itu, entahlah dibelakang hari.
Yang terang, mereka malu untuk pulang ke rumahnya Tan
Wangwee lagi. Langsung mereka pulang ke sarangnya di
Sucoan.
Setelah mereka pergi, si kerudung merah menghampiri Tan
Kongcu dan membebaskan ia dari totokan. Ketika ia bangun
berdiri, lantas mendengar si kerudung merah berkata, "Kau
menjadi biang keladi keonaran, kau harus dihukum !"
Tan Kongcu menggigil ketakutan, takut ilmu silatnya akan
dimusnahkan.
"Tapi mengingat kau tidak sejahat Sucoan Sam-sat, maka aku
kasih kelonggaran. Nah, hunuslah pedangmu dan potong
sebuah kupingmu !" menitah si kerudung merah.
Tan Kongcu ragu-ragu sebab hilangnya kupingnya sebelah
berarti mengurangi parasnya yang cakap, pikirnya.
"Apa perlu aku yang harus turun tangan ?" si kerudung merah
menegur, waktu melihat si kongcu ceriwis ragu-ragu.
"Oh, tidak, tidak....." jawab Tan Kongcu gugup. Berbareng ia
pun menghunus pedangnya untuk memotong sebelah
kupingnya.
Pada saat itu, Bwee Hiang datang menghampiri mereka.
Sambil menunjuk pada si kongcu ceriwis, ia berkata, "Dialah
sebagai maling terbang yang dicari. Kenapa diberi hukuman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
begitu murah ?" matanya si gadis mengawasi si kerudung
merah.
"Bagaimana kau tahu dia si maling terbang ?" tanya si
kerudung merah.
"Aku dapat tahu dari ilmu silatnya ketika bertempur dengan
aku." sahut Bwee Hiang.
Si kerudung merah tertawa terbahak-bahak sehingga Tan
Kongcu ketakutan setengah mati.
Dalam hatinya, diam-diam ia memaki Bwee Hiang,
"Perempuan sundel, kau bikin celaka aku. Tunggu nanti
pembalasanku !"
Setelah tertawa, si kerudung merah berkata pada Tan Kongcu,
"Kalau begitu, satu kupingmu itu harus menggelinding di tanah
!"
Tan Kongcu mengerti, ia toh tak dapat membangkang. Maka ia
kerjakan lagi pedangnya untuk menebas kutung kupingnya
sehingga ia tak berkuping lagi. Dengan hilangnya kedua
telinganya itu, kelihatannya ia sangat lucu.
Bwee Hiang hampir-hampir tidak dapat menahan ketawanya,
tapi ia tahan sebisanya supaya tidak melukai hatinya si kongcu
ceriwis............
Mari kita lihat Lo In dan Eng Lian yang sudah lama kita
tinggalkan.
Lo In amat berterima kasih pada Eng Lian yang sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menolong memulihkan tenaga dalamnya dengan memberikan
nyali ular kesayangannya.
Sebaliknya Eng Lian girang, ia sudah dapat menolong adik Innya
yang nakal.
Dua anak itu kelihatan cocok satu dengan lain. Tiap hari
mereka bermain-main disekitar rumahnya. Eng Lian melihat
pakaian Lo In sudah compang camping, merasa tidak tega.
Maka ia gunakan temponya untuk membuat pakaian Lo In dari
pakaian ayahnya yang ia kecilkan hingga pas untuk dipakai si
bocah.
Pada suatu hari ketika Lo In keluar dari kamar dengan pakaian
'baru', tampak gagah benar. Maka ia berkata pada Eng Lian,
"Enci Lian, buatanmu ini bagus betul. Coba lihat, gagah tidak
aku dalam pakaian baru ?"
Eng Lian memandang Lo In kemudian ketawa cekikikan
mendengar kata-kata si bocah. "Anak kecil," katanya. "Aksi
amat nih, pakai mau dipandang gagah segala."
"Anak besar yang bikin, mana tidak jadi gagah dipakainya ?"
sahut Lo In.
Eng Lian monyongkan mulutnya yang mungil. Segera juga
kedua bocah itu pada tertawa gembira, masing-masing
senang dengan kejenakaan mereka.
Oey Hoan Ciang atau ayahnya Eng Lian, ada memelihara
puluhan ular di pekarangan rumahnya. Masing-masing
dikurung dengan kerangkeng dari bambu. Bermacam-macam
ular yang dapat dilihat Lo In ketika Eng Lian ajak si bocah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat-lihat 'kebun binatangnya'.
Pada suatu hari setelah lakukan inspeksi, dua anak itu pada
duduk diserambi belakang rumah, dimana biasanya mereka
suka duduk omong-omong.
Tiba-tiba Lo In terdengar menghela napas.
"Hei, kau kenapa ?" tanya Eng Lian kontan.
Lo In tertawa mesem. "Aku menyayangkan ular-ular itu tinggal
dalam kurungan." kata Lo In. "Coba mereka di.........."
"Diapakan ?" memotong Eng Liang, seperti biasa, dia tukang
potong omongan.
"Dilepaskan aku maksudkan, enci Lian." sahutnya.
"Hihihi, anak tolo." si dara cilik ketawa. "Kalau dilepas
bukankah mereka tak bisa pulang lagi ? Kau ini ada-ada saja."
"Enci Lian," kata Lo In serius. "Coba kalau kita lepas, selain
kita tidak perlu memikirkan makanannya, juga bagi mereka
akan sangat berterima kasih karena telah mendapat
kebebasan."
"Adik In, bagaimana sih. Mana ada ular bisa berterima kasih
segala !" kata Eng Lian.
Setelah menarik napas lagi, Lo In berkata, "Enci Lian, kau lihat
kawanan keraku. Aku dapat menjinakkan mereka dengan
kehalusan, mereka sangat setia kepadaku, apa yang aku mau,
mereka lantas lakukan tanpa ragu-ragu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Eng Lian diam, tapi otaknya bekerja.
"Habis, bagaimana kehendakmu ?" tanyanya.
"Ular hanya dapat mendesis, tapi tidak bisa omong." kata Lo
In. "Menurut Liok Sinshe, ular dapat diperintah dengan suatu
lagu dari tetabuhan. Misalnya kita menggunakan seruling
sebagai alat untuk memerintah ular sengan sesuka kita. Aku
lihat kamu menjinakkan ular hanya untuk dipelihara, tapi tidak
dapat dibuat teman. Ini sayang sekali sebab kalau kita dapat
membuat ular-ular sebagai kawan, sewaktu kita membutuhkan
tenaganya, dapat kita minta pertolongannya. Ini, kau jangan
pandang remeh, enci Lian."
Si dara cilik angguk-anggukkan kepalanya.
"Mulai sekarang, mari kita mencoba akan kata-katanya Liok
Sinshe. Kalau benar ular-ular itu dapat ditundukkan dan
diperintah dengan irama lagu, oh, sungguh suatu keuntungan
besar bagi kita berdua sebab disamping kita sudah punya
teman kawanan kera dan rajawali, juga kita dapat sahabat
kawanan ular." demikian Lo In tambahkan.
Eng Lian lantas saja bertepuk tangan. "Bagus, bagus."
katanya girang. "Mari, kita sekarang mulai. Tapi, eh, dari mana
kiat dapat alat tabuhannya ?"
"Itu mudah. Kita coba dengan seruling saja." sahut Lo In.
"Serulingnya dari mana ?" tanya si dara cilik.
"Mari kita cari serulingnya." kata si bocah seraya pegang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangan Eng Lian, diajak berlalu dari situ.
Eng Lian mengikuti saja dituntun oleh Lo In. Tidak merasa
janggal dia. Karena ini ada kebiasaan Lo In kalau mengajak
encinya pergi main-main.
Segera juga mereka sudah sampai di satu rimba bambu,
dimana Lo In memperhatikan batang-batang pohon bambu
yang baik untuk dipakai membuat seruling yang merdu
suaranya. Sebentar kemudian, tampak ia mencabut pisau
yang diselipkan di pinggangnya dan ia mulai memotong satu
batang bambu yang dianggap akan memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai seruling.
Mereka kemudian balik pula ke rumah, dimana dengan cepat
Lo In membuat seruling, sedang Eng Lian hanya menonton
saja si adik In bekerja.
Setelah selesai, Lo In coba-coba meniupnya. Ternyata
bikinannya tidak mengecewakan. Segera juga tiupannya Lo In
berirama keras perlahan dan tinggi rendah.
"Hihihi, adik In." Eng Lian ketawai Lo In. "Kau bisa meniup
seruling, tapi mana bisa kau memerintah ular ? Hihihi...."
Lo In tidak layani ejekan sang enci, ia terus meniupkan
beberapa lagu dekat kurungan-kurungan ular. Ia mencoba
pada satu ular yang sebesar lengan, panjangnya satu meter
lebih.
Beberapa lagu ia perdengarkan tapi ular itu tetap meringkuk,
tidak menghiraukan Lo In yang sedang meniup mati-matian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Eng Lian melihat itu, terpingkal-pingkal ia ketawai si bocah.
"Aku juga sudah duga, mana dapat ular-ular diperintah dengan
lagu. Ada-ada saja, eh, eh....." tiba-tiba si dara hentikan
ejekannya ketika ia melihat dengan perlahan ular yang tidur
tadi mengangkat kepalanya. Banyak lagu yang ada dalam
otaknya Lo In, si bocah jadi kegirangan. Ia ganti berganti
meniup lagunya sampai ia membuat sang ular terus berdansa
dalam kurungannya. Hal mana membuat Eng Lian jadi berdiri
terpaku sambil leletkan lidahnya, saking keheranan.
Tiba-tiba Lo In hentikan tiupan serulingnya, lantas putar
tubuhnya menghadap Eng Lian yang berdiri terpaku di
belakangnya. "Bagaimana, enciku yang baik ?"
Si dara cilik tidak lantas menyahut, ia hanya unjukkan
jempolnya yang kecil mungil. "Adik In, luar biasa kau......." puji
Eng Lian setelah ia sadar dari keheranannya melihat hasil
yang gemilang dari percobaannya Lo In.
Sambil menghampiri si dara cilik, Lo In berkata, "Selanjutnya,
kita akan latih ular-ular yang ada disini sampai mereka bukan
saja jinak tapi menurut perintah kita. Kalau sudah begitu,
baharulah kita menjadi majikannya."
"Kau benar-benar hebat, adik In."memuji si dara cilik sambil
mencubit hangat pipi Lo In.
Berkat kecerdasan dan kemauan yang sungguh-sungguh, Lo
In berhasil dengan percobaannya menundukkan dan
memerintah kawanan ular. Ular-ular yang ada dalam kurungan
segera pada dilepaskan untuk mendapat kemerdekaannya.
Mereka dapat dipanggil balik bila Lo In meniup serulingnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
malah bukan ular-ular yang tadinya dalam kurungan saja,
malahan ular-ular lain yang terdapat disekitarnya pada datang
dan menghadap kita punya jago cilik yang didampingi oleh
ratu ciliknya.
Bukan main girangnya Lo In dan Eng Lian melihat hasil usaha
mereka.
Lo In selainnya mendapat warisan ilmu silat dan surat, juga
mendapat warisan dalam ilmu pengobatan dari Liok Sinshe.
Tidak heran kalau ia sering mencari akar-akar pohon yang
merupakan obat dan menciptakan obat pulung (pil) yang
mustajab untuk menjaga kesehatan ia dan Eng Lian.
Disamping itu, Eng Lian juga giat belajar silat dari Lo In, juga
tidak ketinggalan belajar bahasa monyet hingga selanjutnya ia
dapat bergaul leluasa dengan tentara monyet Lo In. Si burung
garuda juga sudah jinak dengannya. Malah kalau tidak mereka
berduaan naik si rajawali, Eng Lian juga suka pesiar sedirian.
Ada pepatah yang membilang, 'Ada waktu berkumpul, tentu
ada waktu berpisah'. Pepatah ini memang tidak salahnya,
sebagaimana yang dialami oleh Lo In dan Eng Lian.
Itulah pada suatu sore, Lo In melihat burung rajawalinya
pulang dengan tidak membawa Eng Lian, sedang dua jam
yang lalu ia lihat menunggang burung raksasanya
sebagaimana biasa untuk pesiar di sekitar lembah itu.
Lo In terkejut. Segera ia menghampiri burungnya yang sedang
tundukkan kepalanya mendekam. Ia heran, lalu menanya,
"Tauw-heng, kau bersama-sama lagi enci Eng Lian. Kemana
dia pergi ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Burung itu diam saja, seolah-olah merasa bersalah.
Lo In jadi bingung. Bagaimana dia bisa tahu sedang si rajawali
tidak bisa bicara seperti manusia. Maka, ia cepat lompat ke
punggung si burung raksasa, ia tepuk pundaknya sambil
berkata, "Lekas, bawa aku ke tempat enciku !"
Si rajawali lantas bangkit dan pentang sayapnya, segera
terbang ke jurusan barat kemudian turun pada suatu tempat
yang lebat dengan pepohonan.
-- 11 --
Lo In lompat turun dari punggung si rajawali kemudian
melakukan pemeriksaan di sekitar tempat itu. Ia sampai pada
satu tempat yang banyak tumbuh pohon bunga, tentu ia
mendarat di sini. Cepat ia memeriksa, tampak olehnya ada
satu pohon kembang yang berbunga bagus sekali.
Ia menghampiri ke sana, tiba-tiba ia menjadi kaget tatkala
matanya melihat di tanah ada berceceran darah. Apakah enci
Lian dibunuh di sini ? Tanya ia dalam hati kecilnya. Ia jadi
bingung dan sangat kuatir akan keselamatannya enci Liannya.
Ia jongkok dan memeriksa lebih teliti, darah itu berceceran
sampai pada jalanan masuk ke dalam rimba pohon. Ia
mengikuti terus jejak darah yang dapat terlihat, sampai tibatiba
ia sadar kalau dirinya sudah dikurung oleh tiga orang yang
ia tidak kenal, belakangan menyusul lagi empat orang yang
keluar dari semak-semak.
Mereka itu rupanya jago-jago silat pilihan, semuanya pada
membawa senjata tajam di pinggangnya masing-masing. TibaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
tiba seorang, yang menjadi pemimpin rupanya, berkata,
"Hehehe, aku heran. Kenapa Pangcu kirim kita begini banyak
untuk membekuk satu anak hitam begini saja ?"
Lo In mengawasi pada orang yang barusan berkata. Ia lihat
orang itu kira-kira usia pertengahan, mukanya persegi tiga,
hidungnya mancung, mulutnya ada sedikit tongos.
"Kita mesti percaya pada kata-kata Pangcu. Jangan kita
sembarangan memandang enteng, Cin-heng (saudara Cin)."
terdengar yang lain berkata.
"Aku sih bukannya sombong. Kalau hanya menghadapi segala
bocah begini, sembari tiduran juga aku bisa menangkapnya.
Ha ha ha !" kata lagi si pemimpin.
Kecuali yang barusan kasih nasihat pada orang she Cin, yang
lain-lainnya memang pada memandang rendah pada Lo In.
Mengurung makin rapat, Lo In heran. Ia tidak kenal dengan
mereka tapi sikapnya seperti yang memusuhi dirinya.
"Para paman, kalian menghendaki apa dari aku ?" Lo In tanya,
sekenanya saja.
"Kami akan menangkapmu !" bentak salah satu diantaranya.
"Aku tidak bersalah, kenapa mesti ditangkap ?" tanya Lo In.
"Kau anaknya Kwee Cu Gie, bukan ?" balik tanya si pemimpin.
"Siapa itu Kwee Cu Gie, aku tidak kenal." sahut Lo In kontan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bocah hitam, kau mau main-main sama engkongmu !" si
pemimpin berkata lagi.
Berbareng ia menjambret tangan Lo In yang sedang
memegang kembang. Tangan Lo In dapat dicekal, sambil
pelintir ia berkata, "Anak hitam, mengakulah. Jangan....... Kau
!" tiba-tiba ia berjengit sebab sekarang menjadi berbalik.
Bukan tangan Lo In yang diplintir tapi tangan si orang kasar
yang diplintir.
Kawan-kawan lainnya menjadi kaget, melihat pemimpinnya
hanya segebrakan saja sudah dapat dikuasai Lo In.
Lo In salurkan sedikit tenaga dalam ke tangannya, segera
tangan si pemimpin yang kena diplintir seperti kena strum
listrik. Ia teraduh-aduh tanpa dapat melepaskan pegangan Lo
In. Meskipun tangannya kecil, seakan-akan melengket.
"Kalian kenapa diam saja ? Lekas maju semua !" teriak si
pemimpin yang sudah jadi mandi peluh kena diplintir Lo In.
Seperti baru sadar dari tidurnya, mereka lantas serentak
menyerbu.
Dua belas tangan menghajar berbareng. Itu bukan main
hebatnya. Lo In bisa hancur lebur badannya. Tapi
kenyataannya lain, ketika serangan serentak sampai, dengan
kegesitannya laksana kilat, Lo In menghilang sambil
melepaskan si pemimpin yang dijadikan temberang.
Si pemimpin jadi berkuing-kuing seperti babi dipotong karena
dihujani pukulan kawan-kawannya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kaget mereka, bukan Lo In yang dihujani pukulan tapi
kawannya sendiri. Cepat mereka mancari bayangan Lo In.
Mereka lihat si anak kecil hitam berada tidak jauh dari mereka,
sedang tenang-tenang saja bermain setangkai bunga.
Mereka mulai jeri tapi tak dapat mereka abaikan perintah dari
kepala perkumpulannya. Maka itu mereka maju pula
berbareng untuk menangkap Lo In.
"Kita tidak bermusuhan, kenapa kalian mau tangkap aku ?"
tanya Lo In.
"Perintah dari atasan tak dapat diabaikan." sahut satu
diantaranya.
"Kalian dari mana sebenarnya ?" tanya si bocah pula, tenangtenang
saja.
"Kami dari Ceng Gee Pang." sahut tiga orang hampir
berbareng.
"Untuk apa banyak cakap, lekas tangkap dia !" bentak si
pemimpin.
Perintah mana, sudah lantas dikerjakan. Enam orang
mengurung Lo In. Tapi mereka sangat hati-hati, kuatir nanti
bocah lolos lagi.
"Sebetulnya aku ingin main-main dengan kalian, sayang
temponya tidak ada. Karena aku mau mencari enci Lian." kata
Lo In, tersenyum nakal.
"Anak hitam, sebaiknya kau menyerah supaya tidak membuat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kami jadi berabe dan tubuhmu kesakitan karena hujanan
kepalan kami !" berkata salah satu diantara orang yang
mengepung Lo In.
"Kalian tak dapat menangkap aku." menantang si bocah.
"Jangan sombong, anak kecil !" terdengar jawaban.
Sementara itu pengurungan makin diperketat, kira-kira
jaraknya satu meter lebih.
"Kalau kalian tidak percaya, nah, lihatlah !" kata si bocah.
Lo In berkata begitu, jarak mengepung makin rapat. Setelah itu
berbareng mereka menubruk dan menyangka si bocah akan
tertangkap.
Tapi sebelum maksud mereka kesampaian, tapak Lo In
meremas-remas kembang ditangannya lalu sambil memutar
tubuhnya ia meniup kembang ditangannya hingga
berserabutan terbang mengarah ke hiat-to (jalan darah) di
jidat, leher, pundak dan lain-lainnya. Kontan enam orang yang
mengepung pada lemas kakinya karena kena ditotok oleh
lembaran-lembaran kembang tadi.
Sementara itu Lo in sudah tidak ada bayangannya lagi
dihadapan mereka.
Karena totokan dengan kembang itu hanya totokan main-main
saja dari Lo In, maka hanya beberapa menit saja mereka
lumpuh. Selanjutnya mereka sudah dapat bangun pula dan
segar kembali sebagaimana biasa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat kawan-kawannya dirobohkan dengan hanya tiupan
kembang yang diremas, membuat Cin Lian Hin si pemimpin
menjadi melongo terpaku ditempatnya. Ia geleng-geleng
kepala. Pikirnya, apa bisa jadi ada seseorang bocah yang
mempunyai tenaga dalam begitu hebat, susah diukur ?
"Hahaha, Cin-heng." tiba-tiba diantara mereka ada yang
ketawa terpingkal-pingkal.
"Hei, Kek Kim. Kau tertawakan apa ?" tanya Cin Lian Hin.
"Aku tertawakan kau, Cin heng. Kau bilang, kau mau ganda
dia sembari tiduran, nah sekarang apa buktinya ? Malah kita
bertujuh diganda olehnya seperti memeram mata saja. Aaha !"
kembali Kek Kim tertawa seenaknya.
Cin Lian Hin merah seluruh mukanya, saking jengahnya.
Untuk tidak sampai jadi berkelahi dianara kawan sendiri,
beberapa orang menyela untuk simpangkan pembicaraan itu
hingga dua orang itu tidak sampai adu kepalan.
Mereka tidak ungkulan mencari Lo In, maka pulanglah mereka
untuk memberi laporan kepada Pancu (ketua perserikatan)
mereka.
Sampai cuaca menjadi gelap, Lo In masih juga belum dapat
menemukan Eng Lian.
Hatinya sangat kuatir akan keselamatan si dara cilik, melihat
darah berceceran. Ia menyesal tadi tak menanyakan tentang
enci Lian kepada salah satu orang yang mengeroyok mereka,
lantas terburu-buru untuk mencarinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lo In pulang dengan lesu, badannya sangat lemas ketika ia
turun dari punggungnya si garuda. Keadaan mana dilihat oleh
si burung raksasa dengan mengembang air matanya, rupanya
ia turut berduka atas kehilangan Eng Lian.
Esok paginya, Lo In kumpulkan tentara keranya, diperintah
untuk mencari Eng Lian sementara ia sendiri dengan naik si
rajawali mencari disekitar lembah, tapi jejak Eng Lian tak
dapat dijumpai oleh si bocah.
Diam-diam ia menangis kehilangan enci Liannya.
Ketika dua tiga hari dicari disekitar lembah enci Eng Lian tidak
diketemukan, pada hari yang keempat, Lo In mencari sampai
cuaca remang-remang gelap.
Ketika ia mau pulang, tiba-tiba dalam pikirannya berkelebat
pikiran apakah boleh jadi Eng Lian sudah dibawa naik ke atas
? Mungkin si dara cilik ada di atas Tong-hong-gay. Pikirnya,
apa salahnya ia coba-coba naik ke atas sekalian melongok
rumahnya dahulu, bagaimana keadaannya sekarang ini.
Ia tepuk-tepuk burung raksasanya untuk terbang tinggi, ke
atas puncak jurang.
Si rajawali merasa heran. Tidak sari-sarinya sang tuan kecil
menyuruh dia terbang sampai ke atas puncak. Tapi ia terbang
sampai ke atas puncak, tapi ia terbang dengan semangat
karena ia tahu Lo In hendak mencari Eng Lian.
Sampai di atas cuaca sudah gelap, cuma diterangi oleh bulan
sisir yang tenggelam timbul diantara awan yang menutupinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat itu, Lo In jadi terkenang akan kejadian hampir dua
tahun berselang ketika ia berdiam dengan Liok Sinshe di
puncak jurang itu. Ia turun dari 'kapal terbangnya', menyuruh si
rajawali menantikan disitu saja, jangan ikut ia yang hendak
mencari bekas rumahnya.
Sampai di tempat yang dituju, Lo In merasa heran sebab
rumahnya lain dari dahulu. Kalau tadinya sudah tua, sekarang
bagus mentereng, malahan dijaga oleh beberapa pengawal
yang bersenjata tajam.
Siapakah yang menjadi penghuni baru dari bekas rumahnya
itu ?
Lampu-lampu di sana sini tampak sudah dipasang hingga
cukup terang di sekitar rumah itu. Ingin Lo In menghampiri
rumah itu tapi kuatir orang nanti salah anggapan dan
menghinanya. Jalan paling baik, pikirnya, ia mengintip dengan
diam-diam saja ke dalam rumah itu. Siapa tahu ia dapat kabar
halnya enci Eng Lian yang hilang.
Dengan ginkangnya (ilmu entengi tubuh) yang sudah diukur,
dapat sekejap saja Lo In sudah berada di atas genteng rumah
tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal.
Dari sini Lo In tidak dapat melihat ke ruangan dalam karena
gentengnya dilapis dari sebelah bawah. Rupanya disengaja
dibuat begitu kekar supaya tidak ada orang yang mencuri
dengar apa yang dibicarakan dalam ruangan.
Terpaksa Lo In turun lagi ke bawah.
Dua orang jaga hanya nampak berkesiurnya angin tapi tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat adanya bayangan orang, tidak tahu Lo In datang
mendekati mereka.
Dua orang penjaga itu, tengah duduk membelakangi pohon,
yang satu pendek, satu lagi kurus.
"Menurut Cin Lian Hin, calon Tongcu dari cabang Ceng Gie
Pang disini dengan membawa enam pilihannya sudah
menemukan bocah yang diinginkan oleh Pangcu." demikian Lo
In mendengar si pendek berkata pada temannya.
"Habis, apa yang sudah ditangkap ?" tanya si kurus.
"Katanya mukanya hitam legam, cuma kuping dan lehernya
saja putih."
"Heran, masa calon Tocu (pemimpin) bisa dipermainkan,
apalagi dibantu oleh enam orang pilihan yang memperkuat
perserikatan kita."
Demikian Lo In mendengar pembicaraan dua pengawal itu.
Selagi ia sangsi, kenapa ia mau ditangkap, lantas mendengar
pula si kurus menanya pada kawannya, "Hei, Lao Can, kenapa
sih anak kecil itu mau ditangkap ?'
"Mana aku tahu." sahut si pendek. "Cuma aku dengar, dia itu
anaknya Kwee Cu Gie. Siapa Kwee Cu Gie dan kenapa
anaknya mau ditangkap, aku tidak tahu."
"Itu Cin Lian Hin dan kawan-kawannya hanya gentong nasi
saja. Masa anak kecil saja tidak bisa menangkap. Coba kalau
aku yang disuruh, aku bekuk saja batang lehernya sampai dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terampun-ampun. Hahaha !" membual si kurus, seraya bangkit
mau meninggalkan kawannya yang masih duduk. Tiba-tiba ia
rasakan batang lehernya seperti ada yang menepuk. Sakit
rasanya sampai ia meringis-ringis.
Sambil berbalik, ia tegur temannya, "Hei, Lao Can. Kau jangan
main-main, sakit tuh. Main tepuk belakang batang lehar orang,
tidak ada kira-kiranya !"
"Siapa yang menepuk batang lehermu ?" tanya si pendek
sambil bangkit dan mau ngeloyor meninggalkan si kurus.
Mendadak ia rasakan telinganya seperti disentil, sakit bukan
main. Ia lantas berbalik dan marah-marah menegur si kurus.
"Kenapa kau menyentil telingaku ?"
"Siapa yang menyentil telingamu ?" si kurus melotot.
Dua-dua kelihatan mendongkol. Tapi mengingat akan
kewajiban meronda sudah waktunya, mereka ngeloyor jalan.
Belum dua tindak mereka berlalu, tiba-tiba keduany berseru,
"au !" Si kurus pegangi belakang lehernya, sedang si pendek
pegangi telinganya. Panas rasanya pada bagian yang
dipegangnya itu. Berbareng mereka putar tubuh dan
berhadapan. Masing-masing matanya saling mendelik.
"Betul-betul kau bikin penasaran orang, pendek !" kata si
kurus, katanya marah.
"Kau juga bikin penasaran orang," sahut si pendek.
"Kau tepuk pundakku lagi !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau sentil kupingku lagi !"
Mereka bertengkar dan akhirnya berkelahi. Masing-masing
tidak mau mengaku salah. Memang mereka tidak bersalah
sebab yang menyebabkan itu adalah Lo In. Dengan gunakan
kegesitannya, saban-saban menyelingkar di balik pohon, Lo In
godai dua pengawal itu. Ia menepuk belakang lehernya si
kurus, kemudian menyentil kuping si pendek, akhirnya mereka
adu kepalan.
Jail benar si bocah. setelah orang berkelahi, ia nonton dengan
bertepuk tangan. Tanpa disadari bahwa hal itu akan
menimbulkan kecurigaan. Dan ini pun telah terjadi, si kurus
dan si pendek yang tengah berkelahi saling jotos, lantas saja
hentikan perkelahiannya, mengawasi Lo In yang sedang
bertepuk tangan.
"Hei, dari mana datangnya ini bocah bermuka hitam ?" pikir
mereka.
Lantas mereka ingat akan penuturannya Cin Lian Hin. Inilah
rupanya si anak kecil yang dikatakan lihai. Mereka tidak
melihat adanya kelebihan dari si bocah sehingga ia sangat
ditakuti, girang hatinya, masing-masing ingin menangkap Lo
In. Kalau mereka dapat tangkap si bocah, berarti satu jasa
besar dan tidak mustahil bila mereka dinaiki pangkatnya.
Terdorong oleh rasa serakah, dua pengawal itu lantas main
mata satu sama lain untuk kerja sama menangkap Lo In.
"Anak kecil, kau siapa ?" tanya si kurus.
"Aku adalah aku, buat apa kau tanya." sahut Lo In jenaka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Anak sambel, apa kau tidak tahu masuk ke sini dilarang ?"
bentak si pendek.
Siapa yang berani melarang aku datang untuk main-main
disini ?" Lo In balik menanya.
Kembali dua pengawal itu main mata, segera tangan kiri Lo In
sudah kena disambar si pendek sedang si kurus berbareng
menyekal tangan kanannya. Mereka kegirangan dapat
menangkap Lo In. "Anak kecil, mari ikut kami menghadap Hupancu."
berkata si kurus sambil tarik tangan Lo In.
Dengan bangga mereka sudah giring Lo In. Kawan-kawannya
pada merasa heran melihat si kurus dan si pendek menggusur
satu bocah bermuka hitam. Anak siapa itu, berani mati datang
ke situ yang terjaga keras.
Tidak mudah untuk menghadap Hu-pangcu (wakil ketua)
sebab harus melalui beberapa ruangan yang dijaga kuat. Lo In
menjadi benar-benar pangling (tidak mengenali) bekas
rumahnya, diperbesar dan menjadi mewah itu. Ia jinak sekali
dituntun si pendek dan kurus untuk dihadapkan kepada Hupangcu.
Sampai di ruangan tempatnya Hu-pangcu, Lo In lihat ruangan
itu diperaboti indah sekali. Entah berapa banyak Ceng Gee
Pang (Golongan Gigi Hijau) mengeluarkan duit untuk
memperindah ruangan itu.
Lo In lihat kira-kira ada 20 orang tengah mengadakan rapat
menghadapi meja panjang. Ditengah-tengahnya ada seorang
dengan muka lonjong dan kumis pendek, usianya kira-kira di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bawah lima puluh tahun. Tubuhnya agak kegemuk-gemukan,
pakaiannya dari sutra yang mahal harganya.
Lo In menduga orang itu tentu Hu-pangcu dari Ceng Gee
Pang.
Diantara yang hadir dalam rapat itu terdapat calon Tocu Cin
Lian Hin bersama kawannya yang menangkap Lo In. Ketika
melihat si bocah bermuka hitam dibawa masuk, mereka amat
terkejut. Ada juga yang kucak-kucak matanya, tidak percaya
bahwa Lo In begitu mudah dapat ditangkap oleh dua tukang
rondanya.
"Apakah dia anaknya yang mempermainkan kalian ?" tanya
Hu-pangcu kepada Cin Lian Hin dan kawan-kawannya.
"Belum pasti." sahut Cin Lian Hin. "Tak semudah itu dia dapat
ditangkap."
Hu-pangcu tersenyum tidak enak sebab dalam senyuman itu
seolah-olah mengandung sindiran kepada Cin Lian Hin
dengan kawan-kawannya tidak becus menangkap seorang
bocah saja.
Kalau Hu-pangcu itu dapat anggapan remeh pada Lo In,
tidaklah heran sebab si bocah menurut saja dibentak-benatk
dan dijoroki oleh si pendek dan si kurus yang membawanya
menghadap si wakil ketua.
Si pendek dan si kurus setelah melaporkan bagaimana
mereka dapat menangkap si anak kecil, lalu majukan Lo In
untuk diperiksa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Anak kecil, apakah maksud kau untuk masuk kemari ?" tanya
Hu-pangcu, suaranya tidak bengis.
"Aku mau mencari enci Lian." sahut Lo In.
"Siapa itu enci Lian ?' tanya Hu-pangcu.
"Dia adalah enciku, teman karibku." Lo In menerangkan.
"Apa kau yang permainkan dia dengan kawan-kawannya ?"
Hu-pangcu tanya lagi, seraya jarinya menunjuk pada Cin Lian
Hin.
Lo In mengawasi si orang she Cin sebentar, "Kau tanya saja
pada dia." sahutnya.
Si wakil ketua melengak. Pikirnya bocah ini sikapnya acuh tak
acuh, menjawab pertanyaan seenaknya saja, hatinya menjadi
tidak senang.
Matanya tiba-tiba bersinar mengawasi si pendek dan si kurus.
Mereka ketakutan dan gelapan. Mereka tahu kesalahannya,
barusan lupa menyuruh Lo In berlutut untuk menghadap wakil
ketua. Cepat mereka dekati Lo In. Masing-masing pada
pegang lengan Lo In dijoroki supaya berlutut.
Hampir berbareng mereka membentak, "Berlutut !"
Waktu itu para hadirin termasuk Hu-pangcu terkejut dan
katanya terbelalak.
Mengapa mereka ? Mereka melihat ada yang berlutut tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bukannya Lo In malahan dua pengawal yang menjoroki Lo In
sambil berseru 'berlutut !' yang berlutut.
Itulah Lo In yang mendemonstrasikan kelincahannya.
Waktu si bocah dipegang lengannya dan dibentak disuruh
berlutut, ia geraki sedikit badannya, lolos dari pegangan si
pendek dan si kurus lalu berjongkok. Kedua tangannya
dipentang untuk menotok hiat-to di dengkul yang membuat
pengawal itu terkulai dan berlutut, sedang Lo In sudah lantas
berdiri.
Gerakan Lo In sangat cepat laksana kilat. Hanya beberapa
detik saja terjadi sehingga banyak diantara hadirin yang tidak
tahu bagaimana Lo In bergerak.
Hanya Hu-pangcu yagn melihat tegas, bagaimana dua
pengawalnya dirubuhkan dengan satu gerakan kilat dari si
bocah.
Waktu Lo In dapat ditangkap oleh si pendek dan si kurus itu
hanya atas kemauan Lo In. Pikirnya, dengan membiarkan
dirinya ditangkap dan dibawa menghadap pemimpin, ia bisa
dapat tahu keadaan di dalam dan siapa yang kepalai
Golongan Gigi Hijau yang hendak menangkap dirinya.
SI bocah gesit luar biasa, tetapi belum tentu lwekangnya luar
biasa. Kalau nampak usianya yang masih begitu muda, belum
masuk hitungan jago muda.
Pikiran itu muncul diantara para hadirin, diantaranya ada satu
yang mukanya kekuning-kuningan yang bernama Gouw Li Lit
bangkit dari duduknya, datang menghampiri Lo In sambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketawa-ketawa, "Anak kecil, kau hebat !" katanya sambil
menepuk pundaknya si bocah dengan tenaga lima bagian.
Pikirnya, sekali tepuk si bocah akan terkulai sedikitnya, kalau
tidak sampai tergetar jantungnya pasti copot. Tidak disangka,
kalau tepukannya itu membawa akibat yang memalukan.
Ialah, telapak tangannya yang menepuk, ia rasakan seperti
menepuk kapas atas pundaknya Lo In, malah tangannya tak
dapat diangkat dari pundaknya Lo In seakan-akan menempel
saja. Kaget bukan main Gouw Li Lit, apalagi ketika Lo In
menyalurkan lwekangnya ke pundak orang she Gouw itu
hampir menjerit kesakitan dan rasa linu sekujur badannya
seketika. Waktu Lo In goyang sedikit pundaknya, tangan Gouw
Li Lit terlepas dan terdorong sempoyongan, hampir jatuh
duduk kalau ia tidak gunakan 'cian kin tui' atau ilmu
memberatkan bada seribu kati untuk menahan tubuhnya.
Gouw Li Lit pucat mukanya, merasa sangat penasaran
dirubuhkan hanya segebrakan saja oleh bocah yang barusan
lepas netek. Ia ada satu ahli Gwakang (tenaga luar) yang oleh
kawan dan lawan disegani. Dimana ia taruh muka bila hanya
begitu saja dapat keok sama anak kecil. Tidak heran kalau ia
jadi sangat gusar. Matanya mendelik pada Lo In dan berkata,
"Anak kecil, mari kita adu kepandaian !"
"Aku tidak ada tempo, aku hendak mencari enci Lian." sahut
Lo In.
Penerangan dalam ruangan itu cukup, dipasang beberapa lilin,
diantaranya ada empat lilin yang besar ditancap dibelakang
meja rapat.
Gouw Li Lit mendekati Lo In, "Aku tidak rela dengan gebraka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tadi. Maka marilah kita adu kepandaian." menantang Gouw Li
Lit sambil pasang kuda-kuda.
Melihat lagaknya orang she Gouw, Lo In jadi ketawa. "Aku
tidak mau berkelahi, kenapa kau memaksa ?" katanya seraya
masih ketawa.
Lo In ketawa sebenarnya wajar karena merasa lucu melihat
tingkahnya si orang she Gouw. Tapi ketawanya si bocah justru
dianggap satu hinaan oleh Gouw Li Lit. "Aku ketawa apa,
bocah !" bentaknya lalu disusul dengan serangan hebat
menggunakan tenaga penuh. Angin pukulannya sampai
menderu, segera terdengar suara 'brak !'. Itulah meja yang
berantakan terkena angin pukulannya.
Lo In tatkala itu berdiri tidak jauh dari meja yang hancur tadi.
Kalau serangan Gouw Li Lit itu mengenakan sasarannya, pasti
si anak kecil remuk tulang-tulangnya. Baikna saja ia sudah
menghilang dan sodorkan meja sebagai wakilnya.
Para hadirin jadi tegang. Mereka tahu si orang she Gouw
kalau sudah kalap, untuk mencuci kehormatannya, jalan satusatunya
adalah menghancurkan tubuh Lo In.
Hanya sayang, si anak kecil terlalu gesit untuk lantas
menghilang dari hadapan Gouw Li Lit yang saban kali
menyerang dengan tenaga maksimum.
"Bocah hitam !" teriak Gouw Li Lit kalap. "Kau jangan
menghilang kayak setan. Kalau berani sambuti seranganku !"
Kelihatannya ia kewalahan dilawan dengan kegesitan Lo In.
Maka ia berteriak kalap tadi. Ia berteriak sambil membarengi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan serangan dahsyat.
"Aku tidak mau berkelahi, kau paksa juga. Nah, baiklah aku
sambuti !" Lo In sambuti seenaknya saja, tanpa pasang kudakuda
segala.
Gouw Li Lit girang teriakannya tidak sia-sia. Seketika ia
menyerang dengan jurus yang mematikan, sepasang
kepalannya yang segede kepala bayi, menyambar ke arah
dada Lo In. Ini adalah tipu 'sian coa touw sin' atau 'Sepasang
ular muntahkan bisanya'. Satu jurus yang ganas, mengerikan,
apalagi itu ditujukan kepada Lo In anak kecil. Tidak heran
kalau para hadirin menjadi amat kaget dan kuatir akan
keselamatan si bocah.
Tapi Lo In tenang-tenang saja, malah ia masih bisa ketawa
ketika pukulan sampai. Ia tidak berkelit menghilang,
sebaliknya ia papaki sepasang kepalan lawan dengan satu
sampokan tangan kiri, keras lawan keras. Lucu kelihatannya
sebab dua lengan yang segede anak ditangkis oleh satu
tangan yang kecil halus. Menurut teori, akan patahlah tangan
yang kecil itu. Tapi prakteknya, setelah bentrokan keras, Gouw
Li Lit tarik pulang sepasang lengannya dengan susah payah
seperti yang terlepas dari sambungan pundaknya, wajahnya
meringis-ringis kesakitan, jantungnya tergetar seperti mau
copot saja rasanya. Sementara si bocah hanya berdiri
senyum-senyum saja melihat sang lawan lompat mundur
dengan muka pucat dan meringis-ringis.
Lo In telah gunakan gerakan 'Tan cian cui tah' atau 'Dengan
satu tangan mendorong pagoda', satu tangkisan keras yang
mengandung tenaga dalam yang dahsyat untuk memunahkan
serangan Gouw Li Lit yang ganas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Para hadirin hampir tak percaya dengan mata kepalanya
sendiri menyaksikan adegan yang langka dalam dunia
persilatan (Bu lim) seperti yang diperlihatkan oleh si anak kecil
berwajah hitam.
"Hek-bin Sin-tong........" menggumam Hu-pangcu dari Ceng
Gee Pang saking kagum ia melihat kepandaian Lo In.
Meskipun perlahan Hu-pangcu itu menggumam tetapi
terdengar nyata di telinga para hadirin yang mempunyai
lwekan tinggi. Mereka pada menoleh pada Hu-pangcu, seraya
dalam hatinya masing-masing pada berkata, "Pantas anak
hitam ini mendapat julukan 'Hek-bin Sin-tong' dari mulutnya
Hu-pangcu Ceng Gee Pang. Belakangan hari telah membuat
namanya Lo In populer dengan julukan itu dalam dunia
Kangouw.
Diantara para jagoan yang hadir dalam rapat itu adalah Gouw
Li Lit yang paling menonjol kepandaiannya. Sekarang si orang
she Gouw sudah dikalahkan dengan begitu mudah, siapa lagi
yang berani maju ?
Hu-pangcu, meskipun jeri hatinya merasa tidak puas kalau
tempatnya diacak-acak oleh anak kecil. Maka seketika itu
lantas memberi tanda pada para hadirin untuk mengepung Lo
In.
Mereka bangun dengan serentak dari masing-masing tempat
duduknya, memburu Lo In.
Si bocah kaget juga. Sebelum ia buka mulut menanyakan
sebabnya mereka datang mengeroyok, ia dibikin repot oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hujan kepalan dan tangan dibeber menabas bagaikan golok
tajam. Terpaksa Lo In keluarkan ilmu entengi tubuh ajaran
Liok Sinshe yang dinamai 'Bu eng bu seng sin hoat' atau 'Ilmu
sakti tidak bayangan tiada suara', yang ia yakinkan dengan
mahir betul.
Dengan kepandaian meringankan tubuh yang sakti itu,
membuat jagoan-jagoan yang mengeroyok saban-saban
tubruk angin. Sungguh lucu kalau menyaksikan adegan itu.
Kawanan jagoan seakan-akan merupakan kawanan serigala
yang kelaparan berebut menangkap mangsanya, tapi sang
korban saban-saban menghilang dari hadapannya. Bukannya
jarang, satu sama lain saling beradu tangan, beradu tubuh dan
berbenturan kepala disebabkan berbarengan mereka
menubruk mangsanya. Tapi sang mangsa telah hilang lenyap
seperti masuk dalam rumah atau naik ke langit saja.
Dalam sengitnya mereka mengepung Lo In, sampai tak
menyadari bahwa saat itu ada seorang tamu sudah lama
menonton mereka sedang uber-uberan.
"Hahaha ! Ang Ban Ie, kau menjadi anak kecil lagi ? ha ha
ha......... !" Inilah suara si tamu, keras berwibawa sehingga
semua orang hentikan uber-uberannya.
Mereka tidak tahu kemana si bocah menghilangnya, tapi
mereka lebih perlukan menghadapi tamu yang baru datang itu.
Rupanya mereka kenal baik pada tamu yang datang itu sebab
semuanya kelihatan pada menunjuk muka tegang.
Tamu itu ada seorang tua dengan muka bersih, pakaiannya
pun perlente, dari mana menunjukkan bahwa si tamu itu bukan
orang dari tingkatan rendah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tamu itu memang tiada lain adalah Pangcu dari Ceng Gee
Pang.
Melihat ketuanya yang datang, segera Ang Ban Ie, si wakil
ketua lekas menghampiri memberi hormat. Ia berkata, "Toako,
mengapa malam-malam kau datang kemari ? Tentu ada
urusan penting yang hendak dibicarakan dengan aku."
Pangcu dari Ceng Gee Pang itu ada saudara cintong dari Ang
Ban Ie, namanay Ang Ban Teng. Ia lihai menggunakan senjata
rahasia bentuk panah yang direndam dalam obat, bukannya
racun tapi istimewa kerjanya. Panah itu asal menancap pada
tubuh korbannya, kalau menemui darah lantas menjadi lumer
dan sang korban akan menggigil kedinginan. Kaki tangan tak
dapat digerakkan seperti membeku untuk sepuluh menit
lamanya. Entahlah, Ang Bang Teng menggunakan bahan obat
apa untuk senjata panahnya yang istimewa itu, tapi yang
terang namanya terkenal dengan Soa-cian Ang atau Ang si
Panah Salju.
"Terang kalau tidak ada urusan penting, tak aku datang
malam-malam kesini." jawab Ang Ban Teng, si Panah Salju
sembari jalan menghampiri meja rapat dan lantas duduk di
meja kepala, di dampingi oleh Ang Ban Ie, si wakil ketua.
Orang-orang pada berkumpul lagi mengitari meja rapat
dengan dalam hatinya masing-masing pada menanya urusan
penting apa yang dibawa Pangcu itu.
"Hiante," kata Soat-cian Ang. "Kenapa kalian mengeroyok
anak kecil tadi ? Apakah tidak malu nanti diketahui oleh rekanrekan
dalam kalangan Kangouw ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang Ban Ie ketawa, tapi ketawanya tentu saja tidak wajar. Ia
merasa malu dengan teguran saudara tuanya. Meskipun
begitu, ia harus membela diri agar jangan terlalu
dipersalahkan. Ia berkata, "Soalnya bocah itu anaknya Kwee
Cu Gie. Bukankah Siong Leng Totiang ada minta bantuan kita,
diwaktu kita hendak menempati tempat ini supaya kita
membantunya untuk menangkap anaknya Kwee Cu Gie ?'
Soat-cian Ang kerukan keningnya. "Dari mana kau tahu bocah
itu anaknya Kwee Cu Gie ?"
Pada sepuluh hari yagn lalu kita ada kedatangan Ang Hoa
Lobo dengan Toan-bi Lomo Siauw Cu Leng." jawab Ang Ban
Ie.
"Hah ! Dua iblis itu datang kemari?" tanya Soat-cian Ang,
terkejut dia.
"Betul," sahut Hu-pangcu Ang Ban Ie. "Si nenek mengatakan
bahwa dibawah jurang ada satu lembah dimana ada tinggal
seorang anak kecil yang mempunyai tentara kera dan burung
raksasa. Aku jadi ingat akan pesan Siong Leng Totiang
supaya kita membantunya. Maka aku lalu menanya pada si
nenek, apakah anak itu bukannya anak Kwee Cu Gie. Ang
Hoa Lobo manggut. Ang Hoa Lobo kata anak itu lihai, harus
dipancing meninggalkan tentara kera dan burung raksasanya,
baru ada harapan ditangkap degnan menggunakan banyak
orang kuat kita. Kalau diserangnya, ia kata jangan banyak
harap dapat menangkap si bocah karena tentara kera dan
burung rajawalinya, ada pelindung yang sangat kuat......."
"Lalu kau kirim orang untuk memancing dia, bukan ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memotong Soat-cian Ang.
"Betul," melanjutkan Ang Ban Ie. "Aku sudah kirim tujuh orang
kuat kesana dikepalai oleh Cin Lian Hian. Inilah Tocu kita
untuk cabang disini." Ang Ben Ie menunjuk Cin Lian Hin
memperkenalkan kepada Pangcunya.
Soat-cin Ang manggut-manggut. "Teruskan, hayo teruskan
ceritamu." katanya.
"Cin hiante dan kawan-kawan tak usah memancing lagi si
anak kecil meninggalkan sarangnya." melanjutkan Ang Ban Ie.
Karena dalam perjalanan ke sana dia sudah bertemu dengan
anak yang dimaksud, yang mencari kawannya yang bernama
Eng Lian. Rupanya Cin hiante terlalu memandang enteng
pada si anak kecil, karena bukan saja anak yang diarah tak
dapt ditangkap, malah Cin hiante dengan enam kawannya
kena dirobohkan dengan memalukan sekali."
Selanjutnya Ang Ban Ie menuturkan bagaimana Cin Lian Hin
dan kawan-kawan dipecundangi oleh Lo In dan tentang
kedatangannya si bocah malam itu ke markas mereka malammalam
untuk mencari temannya hingga menjadi adu
kepandaian dengan Gouw Li Lit disusul dengan pengeroyokan
ramai-ramai oleh mereka.
Soat-jian Ang angguk-anggukkan kepalanya, sembari urut-urut
kumisnya.
Diam-diam ia merasa kaget mendengar penuturannya Ang
Ban Ie.
"Anaknya sudah begitu hebat, bagaimana dengan bapaknya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
?" terdengar si Pangcu bergumam. Kiranya gumaman Ang
Ban Teng dapat didengar tegas oleh para hadirin yang
kepandaian lwekangnya tidak rendah.
"Pangcu maksudkan siapa bapaknya ?" tanya Gouw Li Lit tibatiba.
"Aku tidak tahu apa bapaknya si anak kecil itu masih hidup
atau sudah mati. Sebab menurut Siong Leng Totiang, Kwee
Cu Gie yang menyaru jadi Liok Sinshe ada dua tahun yang
lampau sudah mati masuk jurang dibokong oleh Kim Popo."
menerangkan Soat-cian Ang.
"Lalu bagaimana pikiran Toako ?" tanya Ang Ban Ie.
"Kemarin dulu, aku ada kedatangan sobatku. dia itu ada Liu In
Ciang, yang kini terkenal dengan nama Liu Wangwee di desa
Kunhiang." menutur Soat-jian Ang. "Dalam omong-omong dia
menceritakan pengalamannya pada satu setengah tahun yang
lalu dia didatangi Sucoan Sam-sat........"
"Apa Pangcu bilang ? Sucoan Sam-sat ?" memotong Gouw Li
Lit. Ia kaget rupanya.
"Benar." sahut Soat-cain Ang. "Siapa tidak kenal dengan tiga
algojo dari Sucon itu. Rata-rata orang persilatan pernah
mendengar tentang mereka itu."
"Mereka datang ada urusan apa dengan Liu Wangwee ?"
menyela Ang Ban Ie.
"Sucoan Sam-sat datang atas undangannya Tan Kong Ceng,
salah satu hartawan di Kunhiang. Entah ada urusan apa yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyebang Liu In Ciang dan Tan Kong Ceng bentrok hingga
hartawan Tan mengundang tiga algojo dari sucoan. Tapi yang
penting untuk kita adalah keterangan sobatku itu. Katanya
dalam pertempuran dengan Giam-ong Puy Teng, Liu In Ciang
dapat dirobohkan dengan mendapat luka parah, dua tulang
iganya patah. Anak gadisnya, Bwee Hiang, dalam putus
harapan hendak menebas kuntung lehernya, tiba-tiba
pedangnya terpental jatuh dari cekalannya karena benturan
batu kecil yang dilepas dari jurusan pohon, dari mana telah
turun melayang sesosok tubuh, ialah si kerudung
merah..........."
"Siapa itu si kerudung merah ?" menyela beberapa hadirin
hampir berbareng.
"Hahaha !" tertawa Soat-cian Ang. "Si kerudung merah adalah
bintang penolong dari sobatku itu. Dia bukan saja melabrak
Sucoan Sam-sat satu demi satu, malah belakangan disuruh
maju berbareng tapi mereka tidak ungkulan menghadapi si
kerudung merah. Lwekang dari tiga penjahat itu telah
dimusnahkan dan diancam apabila mereka tidak bisa rubah
adatnya dan belakangan hari ketemu lagi dengannya, si
kerudung merah akan mengambil jiwanya."
Sampai disini menutur, kelihatan Soat-cian Ang gembira, air
mukanya berseri-seri sambil elus-elus janggutnya. Atas
desakan hadirin ia menutur lagi, "Liu Wangwee diobati olehnya
sampai sembuh. Ketika ditanyai siapa adanya si kerudung
merah, selalu dia menyimpangkan pertanyaan hingga sobatku
tidak tahu siapa dia sebenarnya. Tapi yang terang, ilmu
silatnya luar biasa. Sekali gebrak, ia bikin lawannya mati kutu
mendeprok di tanah. Dia meninggalkan rumah sobatku,
menghibur supaya hartawan Liu jangan memikirkan lagi si tiga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
algojo karena dia sudah musnahkan ilmu silatnya dan mereka
tidak berani datang lagi. Tapi perhitungan itu rupanya meleset
sebab Sucoan Sam-sat bukan merubah kelakuannya,
sebaliknya mereka minta pertolongan gurunya, Thie-tauw-eng
Ie Jie Lo (si Garuda Kepala Besi).
"Gurunya sendiri tidak sanggup memulihkan tenaga dalam
mereka. Untung ada supeknya, Hong-hwe-liong Siang Hong
Sin, dapat menolongnya meskipun perlahan-lahan. Sekarang
kepandaian mereka sudah pulih. Setelah mendapat petunjuk
dari guru dan supeknya, kabarnya Sucoan Sam-sat sudah
keluar lagi dari sarangnya mencari si kerudung merah. Tapi
sudah beberapa bulan dicari belum dapat dijumpai dimana
adanya si kerudung merah. Sahabatku, Liu In Ciang menjadi
gelisah. Karena tak dapat menemukan musuhnya maka
mereka akan datang pula ke Kunhiang untuk menghancurkan
keluarga Liu. Liu Wangwee sendiri tidak mohon pertolongan
apa-apa padaku, cuma aku sebagai sobatnya, mana dapat
tinggal peluk tangan menonton Liu In Ciang menghadapi
bahaya maut."
Semua yang hadir tidak membuka suara apa-apa setelah
mendengar penuturannya san Pangcu sampai kemudian Hupangcu,
Ang Ban Ie yang memecahkan kesunyian. "Jadi
apakah kita akan ikut campur tangan dalam urusan Liu
Wangwee ?"
Soat-cian Ang angguk-anggukkan kepala.
Kembali keadaan menjadi sunyi.
"Untuk menolong Liu Wangwee adalah wajar." kata Gouw Li
Lit. "Sebab Liu In Ciang ada sahabat Pangcu. Cuma saja,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaimana kita harus menghadapinya itu tiga algojo dari
Sucoan yang tersohor sangat ganas ?"
"Justru dalam hal ini aku datang kemari untuk berunding.
Bagaimana pikiran saudara-saudara sekalian ?" berkata Soatcian
Ang sambil perhatikan wajah hadirin satu demi satu. Ia
mengharap ada pikiran baik keluar dari salah satu
diantaranya.
Mereka berunding, mencari jalan keluar.
Sementara itu soal si anak kecil sudah tidak disinggungsinggung
lagi oleh mereka. Apa lagi sang Pangcu tidak
menanyakan soalnya lebih jauh. Perhatian sekarang jauh
dipusatkan kepada soal mencari jalan untuk menolong Liu
Wangwee yang terancam bahaya.
Dimana si bocah mengumpat ?
Kiranya ia mengumpat di bawah meja rapat yang ditutup
dengan kain merah. Enak saja ia diam-diam disitu mencuri
dengar apa yang dibicarakan oleh mereka. Kembali dalam
benak Lo In timbul pertanyaan : Siapakah dirinya ? Anak
siapa, apakah Kwee Cu Gie benar ayahnya ? Dimana ibunya ?
Liok Sinshe dikatakan menyamar, diam diatas jurang Tonghong-
gay, apakah benar ia Kwee Cu Gie, kenapa dia tidak
omong bahwa dia adalah anaknya ? Semua telah membikin
pusing kepalanya si bocah lagi.
Memikir dalam ruangan itu ia tidak mempunyai kepentingan
pula, maka diam-diam tanpa disadari oleh para hadirin yang
tengah memusatkan perhatiannya kepada urusan Liu
Wangwee, Lo In sudah bisa menyingkir dari ruangan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan menggunakan kepandaiannya meringankan tubuh,
tidak seorang pun dapat melihat ia berlalu kecuali
berkesiurnya angin disamping para penjaga. Sebentar lagi Lo
In sudah menghampiri burung raksasanya yang
menantikannya dengan penuh khawatir.
Mari kita lihat keadaan Eng Lian.
Sore itu Eng Lian naik garudanya sendirian, pesiar diatas
lembah. Ketika si rajawali melayang rendah, tiba-tiba burung
raksasa itu nampak berkelebatnya seekor kelinci. Otomatis ia
menyambar ke bawah, tapi sang korban sudah lari
bersembunyi diantara pohon bunga-bungaan.
Melihat banyak pohon kembang, Eng Lian sangat tertarik
hatinya. Ia tepuk-tepuk pundaknya si burung raksasa sambil
berkata, "Tiauw-heng, kau turun disini, aku nanti tangkapkan
kelinci untukmu."
Si dara cilik dari tadi terpingkal-pingkal ketawai burungnya
yang gagal menyambar mangsanya. Ia ingin menolong
tangkapi si kelinci yang menyusup diantara pohon-pohon yang
merintangi si rajawali mementang sayapnya.
Si burung raksasa lantas mendarat. Eng Lian dengan gembira
lompat turun dari bebekong si rajawali kemudian ia lari
menyusup diantara pohon-pohon kembang. Lagaknya seperti
yang mengubar kelinci tapi sebenarnya ia hendak memetika
kembang-kembang yang harum semerbak memenuhi hidung.
Senang sekali Eng Lian berada diantara bunga-bunga.
Tangannya repot memetik sana sini, memilih bunga yang
bagus-bagus untuk dibawa pulang. "Sayang adik In tidak turut,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau tidak, oh, bagaimana gembiranya kita memetik kembang
yang harum mewangi ini." ia berkata-kata sendiri.
"Selamat bertemu lagi nona Lian........" tiba-tiba si dara cilik
mendengar orang berkata dari belakangnya hingga ia cepat
menoleh dengan kaget.
Kiranya yang berkata-kata tadi adalah Ang Hoa Lobo, kenalan
lama yang Eng Lian sangat benci. Sambil cemberut, ia
menanya : "Nenek jahat mau apa ?"
"Hehehe !" si nenek ketawa kering. "Bagaimana kau bisa
katakan aku jahat ?"
"Memang kau jahat." sahut Eng Lian berani. "Kau sudah pukul
adik In sampai luka berat, kemudian kau hukum aku tidak
makan beberapa hari. Apa itu tidak jahat ?"
"Aku toh belum gebuk mati si bocah, belum hukum mati kamu,
masih belum terhitung jahat, bukan ?" bantah si Nenek
Kembang Merah seraya haha hihi ketawa.
"Hmm !" si dara cilik mendengus. Mendongkol dia mendengar
alasan si nenek.
"Aku datang hendak menyambut kau, Eng Lian." kata si
nenek.
"Menyambut aku ?" si nona cilik menanya heran. "Aku sudah
tidak ada hubungan lagi dengan kau, untuk apa kau
menyambut aku ?"
"Hubungan kita masih ada. Sebegitu jauh, kau masih tetap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membandel tidak ajarkan menjinaki ular." sahut si nenek
ketawa.
--12--
Si dara cilik geleng kepala.
"Aku tidak mau ajarkan kau." katanya.
"Kenapa ?" Ang Hoa Lobo menanya heran.
"Kalau kau sudah dapat menjinaki ular, nanti kau akan lebih
jahat lagi." sahut si dara cilik.
"Tidak, tidak. Aku berjanji akan menjadi orang baik, kalau kau
sudah ajarkan menjinaki ular." si nenek cepat menyahut.
"Soalnya ditempatku Coa-kok (Lembah Ular) disana ada
banyak kawanan ular, aku mau bikin kawanan ular itu takluk
padaku, lain tidak."
Si nona kerutkan alisnya yang lentik, ia berpikir rupanya.
"Nona Lian, aku hanya minta kau ajari aku. Setelah mana aku
tak akan mengganggu lagi kau." Ang Hoa Lobo berjanji.
Kembali si nona tidak menjawab. Ia berpikir, memang paling
baik kalau si nenek tidak datang mengganggu ia dan Lo In
punya ketentraman. Apalagi si nenek berjanji akan menjadi
orang baik. Tidak ada salahnya kalau ia mengajari si nenek
menjinaki ular. Setelah mengambil keputusan, ia berkata,
"Baiklah, mari ikut aku."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Si nona berkata seraya geraki kakinya hendak berlalu dari situ,
menghampiri si rajawali yang menunggu jauh di sana.
Ang Hoa Lobo sudah tentu saja tidak bersedia mengikuti si
nona karena disana ada si rajawali yang kalau melihat dia
dengan Siauw Cu Leng akan beringas dan mengajak
bertempur. Maka itu ia lalu berkata, "Nona Lian, sebaiknya kita
jangan ke rumahmu. Kau ikut aku saja ke Coa-kok."
Si nona putar tubuhnya. "Mana bisa begitu, adik In sedang
menunggui aku." sahutnya seraya lari hendak lari
meninggalkan Ang Hoa Lobo.
Lari belum jauh, tiba-tiba ia dicegat oleh Siauw Cu Leng.
"Hahaha ! Dara cilik, kau mau lari kemana ?" bentaknya kasar.
"Kakek jahat, kau jangan merintangi aku !" semprot Eng Lian.
Si nona coba hindarkan sambaran tangan Siauw Cu Leng, tapi
ia ada satu gadis cilik yang baru saja belajar silat. Mana dapat
ia lolos dari si Iblis Alis Buntung yang kasar dan kejam. Maka
sambaran tangan yang kedua kali sudah dapat menangkap
pergelanagan tangan si nona cilik hingga ia menjerit karena
pegangan si Iblis Alis Buntung seperti jepitan besi rasanya.
Si dara cilik berontak-rontak tidak menolong.
"Eng Lian sebaiknya jangan kau menolak undangan kami. Hei,
Cu Leng, jangan kau kurang ajar pada guru cilik kita !" kata
Ang Hoa Lobo melihat Toan-bi Lo-mo memencet tangan si
nona kecil dengan keras hingga menjerit kesakitan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siauw Cu Leng menurut. Ia longgarkan pegangannya.
Si rajawali yang menunggu majikannya jauh dari situ,
bukannya tidak mendengar jeritan nonanya. Ia hanya
mengebas-ngebaskan sayapnya saja. Untuk terbang masuk
ke tempatnya Eng Lian tak dapat ia lakukan karena banyak
rintangan cabang pohon untuk sayapnya bebas bergerak.
Tidak heran, ia kelihatan sangat gelisah sebab suara jeritan
Eng Lian itu ada satu tanda si dara cilik dalam bahaya.
Setelah lama ia nantikan nonanya belum kelihatan muncul,
maka terpaksa ia pulang untuk memberitahukan pada Lo In. Di
lain pihak, Eng Lian sudah kena ditotok oleh Siauw Cu Leng
dan dibawa pergi dari situ.
Belum berapa tindak mereka berlalu, telah berjumpa dengan
Cin Lian Hin dan enam kawannya. Ang Hoa Lobo berkata
pada Cin Lian Hin, "Ini ada cara yang kebetulan. Tak usah
kalian memancing lagi si bocah keluar dari sarangnya, kalian
tunggu saja disini. Pasti si bocah akan datang kemari untuk
mencari temannya."
Cin Lian Hin sangat kegirangan. Pikiranya memang hal itu
sangat baik, tidak berabe lagi harus memancing Lo In keluar
dari sarangnya yang banyak teman kawanan kera.
Sementara itu, atas perintah si nenek, Siauw Cu Leng sudah
tangkap seekor kelinci, ia potong dan daranya dibikin
berceceran dari mulai pohon kembang di mana Eng Lian
berdiri sampai sejauh bisa darah sang kelinci dapat
dikucurkan.
Jadi darah yang berceceran yang Lo In jumpai itu bukannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
darah Eng Lian tapi darahnya sang kelinci liar yang nasibnya
lagi sial ketemu Siauw Cu Leng.
Ang Hoa Lobo senang dapatkan Eng Lian. Ia bawa ke
sarangnya, Coa-kok yang sukar didatangi orang karena di
lembah itu kesohor banyak ularnya.
Di sana Eng Lian dibujuk lagi oleh Ang Hoa Lobo, dijanjikan ia
akan dibebaskan dan diantarkan kepada Lo In kalau ia sudah
turunkan ajaran menakluki kawanan ular. SI dara cilik dapat
dibujuk, tanpa banyak pikir ia lantas berikan pelajaran pada
Ang Hoa Lobo. Hatinya sudah kepingin buru-buru ketemu Lo
In lagi. Ia kuatirkan putus asa mencari dirinya yang diculik oleh
si Nenek Kembang Merah. Kalau ia sudah menurukan
pelajaran menakluki ular kepada Ang Hoa Lobo, pikirnya, ia
akan mendapat kebebasannya dan segera dapat pulang ke
rumahnya bertemu pula dengan adiknya.
Dasar anak kecil, masih belum tahu kecurangannya manusia.
Eng Lian kena dikibuli Ang Hoa Lobo sebab setelah si nenek
dapat ilmu menakluki ular bukan saja kebebasannya si dara
cilik tidak diberikan, malah Eng Lian dipakai alat untuk
keuntungannya Ang Hoa Lobo dan gula-gulanya (Siauw Cu
Leng).
"Popo." kata Eng Lian pada suatu hari. Ia sekarang memanggil
popo atas usul si nenek sebab katanya diantara mereka tidak
ada permusuhan dan malah dengan panggilan yang halus itu,
kedengarannya lebih mesra dan lebih dekat hubungan
keluarga. "Aku sudah turunkan pelajaran menakluki ular,
kapan aku dibebaskan dan ketemu lagi denan adik In ? Dia
tentu sudah menunggu-nunggu aku dengan tidak sabaran."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang Hoa Lobo tertawa ramah. Katanya, "Oh, besok ada hari
baik. Tanggal 7 bulan 7, aku akan antarkan kau kembali ke
rumahmu dan ketemu lagi dengan Lo In."
Eng Lian senang mendapat jawaban itu. Ia menubruk Ang Hoa
Lobo, memeluk dengan mesra, katanya berbisik, "Popo, kau
sangat baik......."
Si nenek mengelus-elus rambut kepalanya Lian.
"Anak Lian," katanya, "Besok ada hari berpisahan kita. Maka
sebentar malam sebaiknya aku mengadakan sedikit
perjamuan untuk memberi selamat jalan padamu. Sebab
belum tahu kapan kia bisa ketemu lagi."
"Oh, tidak Popo. Nanti aku dengan adik In akan menyambangi
kau disini. Jangna lupa, kalau adik In kemari, kau mau juga
akan memberi obat pemunah pada mukanya adik In yang
hitam supaya ia dapat kembali pada wajahnya yang asli."
demikian si dara cilik nyerocos, tampaknya ia sangat manja.
Ang Hoa Lobo mendengar kata-kata Eng Lian anggukanggukkan
kepalanya. "Tentu, itu jangan kau minta juga aku
akan sembuhkan muka anak In." sahutnya ramah.
Hatinya si dara cilik makin girang.
Pada malamnya lantas diadakan perjamuan sederhana.
Eng Lian yang tidak biasa minum arak, ia hanya disuguhi teh
saja. Teh yang wangi dan menyegarkan badannya. Maka ia
beberapa kali meneguk isi cangkir yang saban kali disilahkan
minum oleh Ang Hoa Lobo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Si nenek dan Siauw Cu Leng dengan gembira menemani
pesta perpisahan itu.
Setelah beberapa cangkir teh masuk dalam perutnya Eng
Lian, si dara cilik tiba-tiba menguap beberapa kali lantas
bangkit dari duduknya sambil berkata, "Aku sudah ngantuk,
biarlah aku tidur lebih dahulu........."
Baru saja ia mengucapkan 'dahulu........' lantas roboh terkulai,
dengkulnya dirasakan lemas. Lantas saja ia tidur di lantai, lupa
akan keadaan disekitarnya.
"Hehehe !" terdengar Ang Hoa Lobo ketawa seram.
"Hebat obatmu, cici !" memuji si Iblis Alis Buntung.
"Ini baru tidur saja. Sebentar kalau dia sudah siuman, kau
boleh lihat bagaimana pengaruh obatku yang kuberikan
padanya. He he he......" si nenek berkata sangat bangga
tampaknya.
Eng Lian diantapkan saja tidur di lantai, sementara Ang Hoa
Lobo teruskan makan minumnya bersama Siauw Cu Leng
dengan gembira.
Kira-kira 1 jam sudah berlalu, tampak si gadis cilik mulai
mendusin.
Eng Lian kucak-kucak matanya kemudian bangkit dari
rebahnya. Matanya yang jeli halus kini berubah jadi beringas
seperti kerasukan setan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hi...hi....hi...........hihihi.........!" tiba-tiba Eng Lian ketawa
menyeramkan.
"Bagaimana ?" Ang Hoa Lobo tanya Siauw Cu Leng yang saat
itu jadi bengong melihat kelakuan Eng Lian.
"Begini !" sahut si Iblis Alis Buntung seraya mengacungkan
jempolnya.
Beringas sikapnya Eng Lian, menakutkan. Matanya terus
mengawasi Ang Hoa Lobo, tapi yang diawasi tinggal tenangtenang
saja, malah ketawa ramah.
Tiba-tiba........ Eng Lian berteriak keras, lalu menubruk si
nenek. Kedua tangannya diangkat hendak mencengkeram
muka si nenek. Tapi dengan mudah kedua tangan si dara cilik
dipegangnya, lalu berkata, "Eng Lian, jangan kurang ajar
kepada suhu. Lekas berlutut !"
Sungguh mengherankan. Kata-kata Ang Hoa Lobo diturut
dengan serentak. Eng Lian jatuhkan dirinya berlutut, sambil
mengucap 'Suhu'.
Toan Bi Lo-mo Siauw Cu Leng hanya mendengar dari Ang
Hoa Lobo bahwa 'istrinya' itu mempunyai satu kepandaian
mengherankan. Ia belum mau percaya sebab kalau belum
melihat buktinya. Sekarang dengan mata kepala sendiri ia
menyaksikan kepandaian istimewa dari Ang Hoa Lobo. Diamdiam
bulu tengkuknya dirasakan pada berdiri, seram, makin
takut ia pada si nenek.
"Cu Leng." si nenek berkata pada si Iblis Alis Buntung yang
saat itu kelihatan duduk termangu-mangu. "Inilah kepandaian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang diwariskan oleh suhuku, Lambay Mo Lie kepadaku,
murid tunggalnya. Obat itu dinamai 'Cian jit su su hun' (Obat
bubuk mematikan ingatan seribu hari). Siapa yang minum
akan membuat lupa siapa dirinya dan kejadian-kejadian yang
lampau, dia hanya mempunyai ingatan ada punya suhu,
kepada siapa dia harus setia dan menurut segala perintahnya.
"Sekarang bagaimana kita harus berbuat atas dirinya ?" tanya
Siauw Cu Leng.
"Eng Lian ada punya sepasang ular kecil." kata si nenek.
"Warnanya kekuning-kuningan seperti emas. Ditaruh dalam
sebuh bumbung mungil yang dia bawa-bawa dibadannya.
Kalau aku tanya kenapa sepasang ular itu tidak dia lepas,
katanya untuk menjaga dirinya. Dia ada seorang lemah, tidak
pandai silat. Kalau ada orang hendak berbuat jahat padanya,
dia dapat melepaskan ularnya untuk menggigit. Siapa yang
kena digigit oleh ular emasnya itu akan keracunan dan dalam
tempo setengah jam, kalau tak mendapat obat pemusnahnya
bakal mati dan tubuhnya lumer menjadi air tanpa bekas.........'
"Ah, sampai begitu hebatnya ?" menyela Siauw Cu Leng,
ketakutan dia.
"Itu aku belum buktikan sendiri. Mungkin omongannya tidak
salah. Katanya sepasang ular itu adalah pemberian ayahnya
dengan pesan kalau tidak keliwat terpaksa jangan dilepaskan
untuk membunuh orang. Makanya sampai sebegitu jauh dia
simpan saja sepasang ular emas itu dalam bumbung di
badannya.
"Aku tidak melihat dia kasih makan ularnya." kata Siauw Cu
Leng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sepasang ular itu bisa tiga bulan berturut-turut tidak makan."
menerangkan Ang Hoa Lobo. "Ini aku tahu dari Eng Lia.
Makanannya apa, aku sendiri tidak tahu sebab si Lian tidak
mau mengatakan padaku."
"Kalau sepasang ular itu begitu jahat, paling baik kita rampas
saja dari padanya, kita bunuh mati. Jadi tidak membahayakan
kita." usul Siauw Cu Leng.
"Jangan, jangan." sahut Ang Hoa Lobo seraya goyang-goyang
tangan. "Mati atau hidup sepasang ular itu bagi kita tidak
penting."
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita takluki dia dan dijadikan
alat untuk kita. " usul Siauw Cu Leng bernapsu.
"Tidak bisa." sahut si nenek. "Sepasang ular itu tak dapat
ditakluki oleh kita kecuali oleh Eng Lian yang menjadi
majikannya. Juga tidak akan membahayakan pada kita karena
dalam keadaan tidak sadar, Eng Lian tentu akan menjadi alat
kita yang dapat kita gunakan untuk membunuh musuh-musuh
kita. Ini bukannya baik ?"
Siauw Cu Leng ketawa nyengir.
"Eng Lian selain punya senjata ampuh itu, juga punya senjata
lainnya yang tidak kurang ampuhnya." menerangkan Ang Hoa
Lobo.
"Senjata apa, cici ?" tanya Siauw Cu Leng.
"Setelah makan obatku, pikirannya menjadi linglung, gigitan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
giginya akan membuat orang yang digigitnya akan kepanasan
seperti dibakar jantungnya dalam tempo lima menit setelah
mana si korban akan sembuh kembali tapi ingatannya lantas
berubah dan tunduk kepada Eng Lian, dapat diperintah
sesukanya Eng Lian....."
"Ah, cici....... aku takut ! Kalau orang yang digigit Egn Lian itu
dapat diperintah Eng Lian. Bagaimana kalau Eng Lian perintah
orang menghajar kita ?"
"Tua bangka tolol !" jengek si nenek ketawa. "Mana bisa Eng
Lian suruh hajar kita sebab Eng Lian ada di bawah pengaruh
kita."
Siauw Cu Leng membungkam.
Sementara itu, Eng Lian tinggal berlutut di depan Ang Hoa
Lobo bagaikan patung.
"Sekarang Eng Lian sudah tidak ingat lagi akan dirinya. Perlu
dia mendapat pelayan-pelayan untuk melayaninya. Sebab
mana aku yang menjadi suhunya melayani dia mandi, makan,
temani kongkow segala. Dia harus mempunyai banyak
pelayan." Ang Hoa Lobo utarakan pikirannya.
"Habis, dari mana kita cari pelayan begitu banyak ?" tanya
Siauw Cu Leng, garuk-garuk kepala.
"Culik. Kenapa kau tidak bisa culik anak gadis orang ?" bentak
si nenek.
Si Iblis Alis Buntung ketawa nyengir. Memang jalan yang
paling mudah untuk mendapati pelayan-pelayan Eng Lian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
harus menculik gadis-gadis orang.
Demikian, dengan menggunakan kepandaiannya yang tinggi,
Ang Hoa Lobo dan Siauw Cu Leng dalam beberapa hari saja
sudah dapat menculik banyak gadis-gadis dan anak lelaki
yang berusia tanggung sebaya dengan Eng Lian. Semuanya
dicekoki obat oleh Ang Hoa Lobo supaya ingatannya masingmasing
lenyap. Apa yang dipikirkan mereka hanya punya 1
suhu (guru) pada siapa haru setia dan menurut segala
perintahnya. Yang mereka anggap suhunya adalah Eng Lian,
bukannya Ang Hoa Lobo sebab si nenek sudah menjadi
suhunya Eng Lian. Tegasnya Ang Hoa Lobo menjadi sucow
(kakek guru) dari itu sekian banyak wanita dan pria tanggung.
Senang bukan main hatinya Ang Hoa Lobo melihat muridnya
Eng Lian dan cucu muridnya demikian banyak. Tentu saja ada
meminta biaya besar untuk mengongkosi mereka. Dari mana
di dapat biaya untuk itu ? Gampang. Suruh saja si Iblis Alis
Buntung mencuri atau membegal, maka biaya didapatkan
dengan mudahnya.
Dalam sedikit tempo saja, Eng Lian berubah menjadi ratu
tanpa mahkota.
Semua dayang-dayang yang menjadi pengiringnya
berseragam sutra putih yang tipis, pakai ikat kepala juga dari
sutra putih tertaneap sekuntum bunga dari sutra merah.
Sebaliknya, pria pakaiannya dari sutra kuning menyolok, ikat
kepalanya juga dari sutra kuning, tertancap sekuntum bunga
dari sutra merah seperti para wanita.
Ang Hoa Lobo namakan prajuritnya ini Ang Hoa Kun atau
Pasukan Kembang Merah, simbol (tanda) yang si nenek paling
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suka.
Eng Lian berpakaian sutra tipis kuning keemas-emasan,
lapisnya dari sutra warna dadu sangat tipis hingga tubuhnya
yang halus putih berbayang. Ikat kepalanya dari sutra putih
dengan burung-burungan tengah mematuk setangkai bunga
merah. Kalau kepalanya Eng Lian bergerak, burung-burungan
itu angguk-anggukan karena dipasangi per. Indah sekali dan
menarik perhatian.
Para dayang, kecuali sutra tipis warna putih yang merupakan
pakaian luar, di bagian dalam tubuhnya dibungkus oleh sutra
biru ekstra tipis yang ketat hingga tubuhnya yang putih seperti
tercetak, menggiurkan, merangsang napsu lelaki yang
gampang goyah imannya. Sungguh jempol Ang Hoa Lobo
menciptakan mode pakaian yang merangsang napsu birahi.
Rupanya si nenek sudah mempunyai tujuan tertentu
menciptakan mode pakaian istimewa ini, yang membuat Siauw
Cu Leng bengong dan telan ludah.
Ang Hoa Lobo diam-diam bukannya tidak tahu Siauw Cu Leng
yang ceriwis mengiler sampai telan ludah untuk 'cicipi' salah
satu bidadari bikinan itu. Tapi ia pura-pura tidak tahu. Ia mau
kasih hajar pada suami diluar kawin itu supaya kapok atas
perbuatannya yang nyeleweng.
Begitulah telah terjadi. Sore itu Siauw Cu Leng berusaha
pulang dari bepergiannya. Ia dapatkan Ang Hoa Lobo dan Eng
Lian tidak ada ditempatnya. Ia mencari-cari tak terdapat di
sekitar rumah. Diam-diam ia sudah dekati salah satu
dayangnya Eng Lian yang bernama Cui Sian yang waktu itu
sudah benahi pakaiannya Eng Lian yang habis tukaran. Cui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sian ketawa-ketawa diajak ngobrol oleh Siauw Cu Leng.
Sudah tentu ketawanya tidak wajar, linglung, tak tahu dimana
dirinya berada.
Memandang tubuhnya Cui Sian yang seperti tercetak dibalik
pakaiannya yang gerombongan tipis, bukan main ngilernya si
ceriwis Siauw Cu Leng. Pikirnya ini ada ketika baik, kenapa
dia tak mau gunakan ? Apalagi melihat keadaannya Cui Sian
seperti yang hilang ingatannya, apa ia bisa bikin kalau dia
perkosa atas dirinya ? Napsu birahinya timbul dengan
serentak, tak dapat ia mengendalikannya.
Ia maju lebih dekat, menyambar tangan orang yang putih
halus. Cui Sian hanya tertawa haha hihi seraya berontakberontak
melepaskan tangannya dari cekalan Siauw Cu Leng.
"Cui Sian, mari kita main." berkata Siauw Cu Leng berbareng
ia memeluk dan mencium pipi Cui Sian. Beradunya tubuh yang
hangat membuat Siauw Cu Leng seperti kalap. Ia pondong si
nona hendak dikerjai di atas pembaringan tapi........'Aiyoo !'.
Sekonyong-konyong Siauw Cu Leng berjengkit, serentak ia
melepaskan pondongannya dan tubuhnya Cui Sian terbanting
di lantai. "Hihihihi........." si nona ketawa seraya lari keluar dari
kamar Eng Lian.
Kenapa Siauw Cu Leng ? Itu hasil dari pekerjaan yang tidak
sopan. Ia memondong Cui Sian dengan maksud keji tapi
sebelum napsu jahatnya kesampaian, lengannya sudah kena
digigit oleh Cui Sian. Bekas gigitan sakit bukan main sehingga
mengeluarkan teriakan 'Aiyoo !' dan lepaskan tubuh si nona
dari pondongannya. Seketika itu ia terkulai roboh, hawa panas
dirasakan meluap ke jantungnya seperti dibakar. Ia menjeritjerit
beberapa kali kemudian tenang lagi dan dapat berdiri pula
sebagaimana biasa, hanya.... ingatannya hilang. Keadaannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak beda seperti korban-korban lainnya yang kena dicekoki
obatnya Ang Hoa Lobo.
Siauw Cu Leng tidak sadar dimana dirinya berada. Perlahanlahan
ia jalan dan berkumpul dengan golongan pria dari Ang
Hoa Kun.
Korban dari obatnya Ang Hoa Lobo yang istimewa memang
benar hilang ingatannya, tidak ingat lagi keadaan dirinya
siapa. Tapi dapat diajak ngobrol, bersenda gurau, ketawaketawa
apabila yang diobrolkan dapat mengitik urat ketawa
seperti juga keadaannya ada normal. Dia tidak akan digigit
kalau salah satu dari 3 bagian dari anggautanya tidak
kesentuh. Tiga bagian anggauta penting itu adalah jidat, buah
dada dan perut.
Kalau salah satu bagian ini kena kesentuh, kontan si korban
akan sadar bahwa dirinya dalam bahaya. Lantas saja
menggigit macam anjing gila menularkan racun. Giginya
nancap pada bagian daging yang digigit, menimbulkan hawa
panas nyelusup ke jantung seperti dibakar tapi hanya
sebentaran. Kemudian si korban gigitan normal lagi cuma saja
penyakit hilang ingatannya menular dan ia keadaannya akan
seperti yang menggigitnya.
Tiada seorang pun yang dapat tahu rahasia tiga bagian
anggauta yang tak dapat disentuh ini kecuali Ang Hoa Lobo
yang mewarisi ilmu sakti dari Lamhay Mo Lie.
Buah dadanya Cui San yang bulat menonjol membikin napsu
iblisnya Siauw Cu Leng melonjak, tak dapat ia melewatkan
kesempatan baik pikirnya. Diwaktu memondong Cui Sian ia
sudah mencium buah dada si nona dan.... karena sentuhan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mulut pada buah dada menyebabkan Cui Sian sadar akan
bahaya mengancam dirinya, otomatis seketika itu ia menggigit
lengannya si ceriwis sehingga menjerit kesakitan.
"Hehehe........." tertawa Ang Hoa Lobo ketika ia pulang melihat
keadaannya Siauw Cu Leng yang jadi hilang ingatannya. Ia
tidak mengenali istrinya, hanya ia memberi hormat pada Eng
Lian seperti kawan-kawannya yang lain. "Inilah ada satu
hukuman bagi orang yang menyeleweng. Cu Leng, Cu Leng,
sampai kapan tabiatmu yang buruk itu bisa dibuang ?
Hehehe........"
Siauw Cu Leng seperti tidak mendengar kata-kata Ang Hoa
Lobo, ia diam saja.
Si nenek lalu membisiki kupingnya Eng Lian, segera ia
berkata, "Siapa diantara kalian yang diganggu oleh Yaya ?
Maju ke depan !"
Saat itu Eng Lian sudah duduk diatas kursi kebesarannya,
didampingi oleh Ang Hoa Lobo dan dikitari oleh dayangdayangnya
yang cantik-cantik. Eng Lian berkata pada dayangdayangnya
yang berkumpul disitu.
Tanpa Eng Lian mengucapkan kedua kalinya, segera tampak
satu dara muncul tampil ke depan ialah Cui Sian. Ia ini berlutut
di depan Eng Lian. Ang Hoa Lobo perhatikan pakaian Cui
Sian, ternyata ada yang sobek pada bagian buah dadanya.
Si nenek manggut-manggut melihat itu. Ia sudah lantas
menduga sobeknya baju si nona pada bagian buah dadanya
adalah kerjaan tangan nakal dari Siauw Cu Leng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah hilang ingatannya, Eng Lian merubah panggilannya
kecuali pada si Nenek Kembang Merah sudah ia panggil Popo
(nenek), kepada Siauw Cu Leng ia panggil Yaya (kakek atau
engkong) yang biasanya si dara cilik panggil si nenek dan si
kakek jahat.
"Cu Leng, atas kelakuanmu yang ceriwis, aku hukum kau
untuk beberapa lamanya menjadi anggauta Ang-hoa kun !"
berkata si nenek.
Siauw Cu Leng tinggal membisu saja. Ang Hoa Lobo lupa
bahwa Siauw Cu Leng tak dapa menangkap omongannya
kecuali omongan itu keluar dari mulutnya Eng Lian sebab Eng
Lianlah dalam benaknya ada ia punya suhu.
Kapan Ang Hoa Lobo ingat akan keadaan itu, maka ia suruh
Eng Lian yang bicara pada Siauw Cu Leng dan sekarang si
kakek ceriwis kelihatan pucat mukanya, ia maju ke depan dan
jatuhkan diri berlutut di depan Eng Lian sambil manggutmanggut
dia berkata, "Hamba terima salah, mohon Siancu
punya belas kasihan."
Lucu kelakuan Siauw Cu Leng hingga Ang Hoa Lobo yang
melihatnya tertawa terpingkal-pingkal. Setelah mana, tiba-tiba
hatinya merasa menyesal. Pikirnya jelek, Siauw Cu Leng ada
lakinya dan teman diajak berunding. Kalau sekarang ia
ditinggal begitu, hilang ingatannya, dengan siapa dia dapat
bicara untuk mendamaikan cita-citanya lebih jauh. Lantaran
berpikir demikian, maka si nenek terpaksa mengembalikan
pula ingatannya si kakek ceriwis, dikasih obat pemunahnya.
Obat itu diaduk dengan air teh dalam sebuah mangkok, di
depan siapa ia berkata, "Nah, kau minumlah ini !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siauw Cu Leng yang masih tetap berlutut tidak meladeni
perintah Ang Hoa Lobo, hanya matanya saja mengawasi si
nenek. Ang Hoa Lobo heran, tapi segera pikiran terangnya
berkelebat. "Ah, dasar sudha jadi nenek, pelupa. Kenapa aku
berbuat begini." ia berkata-kata sendirian sambil jalan
menghampiri Eng Lian.
"Anak Lian, kau suruh orangmu untuk kasih mangkok obat ini
pada yayamu supaya diminum isinya." Ang Hoa Lobo kata
pada Eng Lian seraya menyodorkan mangkok obat pada si
dara cilik yang lantas menyambuti kemudian diserahkan pada
salah satu dayangnya untuk melakukan perintahnya Ang Hoa
Lobo.
Kiranya si nenek kembali lupa bahwa anggauta-anggautanya
Ang-hoa-kun hanya tunduk perintah Siancu (dewi) yang
dianggap suhunya, lain orang jangan harap dapat memerintah
meskipun Ang Hoa Lobo yang menjadi Sucownya (kakek
guru).
Mendengar perintah Siancu, maka Siauw Cu Leng tanpa raguragu
sudah lenyap terima mangkok yang disodorkan padanya
dan minum habis isinya. Sebentar lagi tampak ia menguap
beberapa kali, lalu roboh dilantai dan tidur pulas sampai
mengorok.
Sementara itu Eng Lian sudah suruh Cui Sian bangun dari
berlututnya dan disuruh tukar pakaiannya yang sobek. Cui
Sian menurut lalu meninggalkan ruangan itu.
Eng Lian ada memelihar sepasang ular kecil, warnanya
keemas-emasa yang disimpan dalam sebuah bumbung kecil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mungil, entah dari dahan apa bumbung itu dibuat, bobotnya
enteng dan licin mengkilat. Sepasang ular itu panjangnya
masing-masing hanya tiga cun (dim), gesit luar biasa. Kalau
bumbung ditekan terbuka maka mereka segera mencelat
keluar dan menyambar pada korbannya untuk menggigit.
Racunnya sangat jahat karena korbannya dalam tempo
setengah jam akan mati dan badannya lumer menjadi air
tanpa meninggalkan bekas, kalau tidak keburu dapat obat
pemusnahnya.
Eng Lian tadinya tidak percaya demikian jahat bisa ular
emasnya itu. Tapi setelah menyaksikan sendiri, ia meleletkan
lidahnya. Itulah ia lihat pada waktu sepasang ular itu hendak
diwariskan padanya oleh sang ayah. Maksudnya untuk
menjaga dirinya. Pada saat itu telah dicoba sang ular disuruh
menggigit ular besar yang panjangnya satu meter. Benar saja
ular besar itu mati setelah kena digigit setengah jam lamanya,
bangkainya lumer menjadi air.
Sang ayah memesan kalau tidak sangat perlu, senjata ampuh
itu jangan dikeluarkan karena akibatnya sangat mengerikan.
Kepada Lo In ia masih belum mau ceritakan ia ada
mempunyai senjata ampuh itu. Takut Lo In nanti melarang ia
membawa-bawanya, sedang ia sangat sayang pada sepasang
ular itu, seakan-akan jimatnya.
Berdasarkan sepasang ular emas itu dan kebetulan Coa-kok
(Lembah ular) ada menjadi tempat kediamannya, maka Ang
Hoa Lobo telah memberi gelaran kepada Eng Lian, Kim Coa
Siancu atau Dewi Ular Emas. Memang gelaran ini sangat tepat
untuk Eng Lian karena si dara cilik adalah penakluk ular. Untuk
membikin si dara cilik lebih ditakuti lagi namanya, disamping
sudah punya kepandaian menakluki ular dan sepasang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
senjata ampuhnya ular emas, Ang Hoa Lobo dengan tidak
mengenal capek, siang malam dia didik Eng Lian dengan ilmu
silat, rahasia ilmu pedang dan pukulan tangan kosong yang
hebat diturunkan semua pada si dara cilik hingga dalam tempo
pendek Eng Lian sudah berubah dirinya dari gadis cilik yang
lemah gemulai menjadi gadis cilik yang gesit dan tangkas.
Tinggal menggembleng lwekangnya (tenaga dalam) saja,
setelah mana Eng Lian dapat digolongkan sebagai jago kelas
satu.
Setelah siuman kembali, Siauw Cu Leng nampak dirinya tidur
menggeletak di atas lantai, ia lantas ingat akan kesalahannya.
Ia jadi ketakutan pada Ang Hoa Lobo.
"Orang she Siauw." kata si nenek, setelah tertawa terkekehkekeh.
"Masih ada nyali untuk berbuat yang bukan-bukan lagi
nanti ? Kali ini aku mau ampunkan selembar jiwamu tapi lain
kali, hmm !"
Siauw Cu Leng malu, tidak berani ia angkat kepala. Ia masih
tinggal duduk dilantai, kalau tidak Ang Hoa Lobo membentak,
katanya, "Lekas bangun, atur pekerjaanmu sebagaimana
biasa !"
Siauw Cu Leng dengan roman lesu dan malu telah
meninggalkan ruangan itu untuk berkumpul dengan 'Pasukan
Kembang Merah' di lapangan latihan dimana ia biasa
mengajar ilmu silat kepada mereka.
Ang-hoa-kun bagian pria, mendapat didikan dari Siauw Cu
Leng sedang buat bagian wanitanya dididik sendiri oleh Ang
Hoa Lobo. Ketika hari pertama mendidik anak buahnya, si
nenek pernah berkata pada Siauw Cu Leng. "Kita masingTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
masing mendidik orang-orang muda yang berbakat. Sampai
dimana kepandaian mereka, kita tidak tahu. Tapi satu waktu
nanti aku akan mengadakan pertemuan umum, dimana muridmuridmu
akan dihadapkan dengan murid-muridku. Lihatlah
siapa yang lebih jempol mendidiknya !"
Karena sudah ada kata-kata demikian dari Ang Hoa Lobo,
maka Siauw Cu Leng tidak berani alpakan kewajibannya dan
mendidik orang-orangnya dengan sungguh-sungguh. Maka
tidak heran kalau dalam sedikit waktu orang-orangnya menjadi
pandai silat juga walau belum boleh dikatakan masuk kelas
satu.
Kata-kata Ang Hoa Lobo pada Siauw Cu Leng hanya sebagai
anjuran pada si kakek ceriwis. Sebab umumnya anak murid
Ang Hoa Lobo ada lebih tinggi ilmu silatnya karena dididik oleh
orang yang pandai seperti Ang Hoa Lobo. Kepandaian Siauw
Cu Leng kalah jauh dengan si nenek, apa lagi lwekang Ang
Hoa Lobo ada sangat tinggi.
Tidak sembarangan Ang Hoa Lobo maupun Siauw Cu Leng
menculik anak-anak tanggung pria dan wanita. Mereka
memilih hanya mereka yang dinilai berbakat untuk mendapat
didikan ilmu silat, barulah diculik dibawa ke Coa-kok.
Tidak heran kalau ada beberapa anak jago-jago silat
kenamaan yang hilang lenyap diculik Ang Hoa Lobo atau
Siauw Cu Leng sehingga orang tuanya menjadi gelagapan
mencarinya.
Adanya penculikan-penculikan itu telah menghebohkan
kalangan Kangouw.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jago-jago silat bergerak dengan serentak untuk mencari
jejaknya si penculik.
Sebenarnya perbuatan-perbuatan menculik dari kedua iblis itu
susah dicari jejaknya kalau tidak si nenek yang 'sok' dengan
kepopuleran nama. Pada belakangan ini, ia setelah menculik
anak orang telah meninggalkan nama Kim Coa Siancu. Malah
yang paling menghebohkan adalah kejadian dirumahnya Hekhouw
Ma Liong, guru silat kenamaan di kota Lengkoan,
Hokkian, dimana Ang Hoa Lobo membuat huru hara.
Sudah beberapa hari memang Ang Hoa Lobo ada tinggal di
kota Lengkoan untuk mencari gadis-gadis yang berbakat untuk
menjadi pelayannya Eng Lian. Ia ada mengincar pada Ma Sian
Bwee ialah gadisnya Hek-houw Ma Liong yang usianya hampir
sebaya dengan Eng Lian. Sian Bwee tubuhnya kecil, gesit dan
cerdik rupanya. Maka Ang Hoa Lobo sangat ketarik padanya.
Untuk terangkan meminta langsung pada orang tuanya, sudah
tentu tidak mungkin. Maka ia gunakan jalan sebagaimana
biasa menculik anak orang dengan menggunakan obat pulas,
tidak ada yang merintanginya. Tapi sekali ini perhitungan Ang
Hoa Lobo meleset. Ma Liong bukan sembarangan guru silat, ia
memang jago, murid kepala dari Siang-tauw-niauw Kam Eng
Kim, Si Burung Kepala Dua yang terkenal dalam kalangan
jago-jago silat propinsi Hokkian.
Malam itu Ma Liong sedang berlatih dengan tiga orang
muridnya, Mak Kian anaknya sendiri, Gouw Liu Pa dan Hoan
Tek Huy. Tempat berlatih letaknya di pekarangan belakang
rumah, cukup lebar hingga mereka berlatih dengan penuh
semangat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cuaca malam itu tidak menentu, kadang-kadang terang dan
kadang-kadang gelap disebabkan sang awan yang menutupi
bulan muda baru nongol. Hek-houw Ma Liong yang tengah
memberi petunjuk-petunjuk pada murid-muridnya, tiba-tiba
bungkam mulutnya sambil matanya mengawasi ke jurusan
loteng rumahnya. Sekilas ia merasa seperti melihat ada
mencelat ke sana sesosok bayangan gesit luar biasa, sebentar
saja sudah lenyap.
Hatinya merasa tidak enak sebab diloteng sana ada tidur ia
punya anak gadis, Sian Bwee, hanya ditemani oleh seorang
pelayannya. Hek-houw Ma Liong menduga bayangan itu
mungkin ada Cay-hoa-cat (maling tukang petik bunga), hatinya
makin tidak enak akan keselamatan anak gadisnya.
"Kalian teruskan berlatih, aku ada urusan sebentar." ia berkata
tiba-tiba kepada ketiga muridnya berbareng ia sudah gerakkan
badannya melesat ke bawah loteng, dari mana ia enjot
tubuhnya untuk terus hinggap diatas melalui langkan.
Perlahan-lahan ia menghampiri pintu kamar anaknya. Melalui
lubang kunci, ia dapat lihat dalam kamar ada satu nenek
sedang membungkus tubuh anaknya dengan kain sprei.
Bukan main marahnya Hek-houw Ma Liong. Ia tendang pintu
hingga terbuka dan lompat masuk menerjang si nenek yang
tiada lain adalah Ang Hoa Lobo.
Mendengar pintu ditendang terbuka, dari mana ada bayangan
lompat menerjang dirinya, Ang Hoa Lobo cepat berkelit sambil
lepaskan bungkusan yang saat itu sudah siap diangkat ke
pundaknya.
"Maling kurang ajar, kau berani ganggu keluarga Ma ?"
demikian ada bentakan si Macan Hitam Ma Liong dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
marahnya ketika ia menerjang masuk dalam kamar Sian
Bwee. Ia menggunakan tipu 'Beng houw Pok yo' atau 'Harimau
buas menubruk kambing', dua tangannya diulur
mencengkeram kedua pundak si nenek untuk dengan
sekaligus menarik copot lengan orang sebatas pundak. Satu
serangan yang ganas karena si Macan Hitam Ma Liong sangat
gusar kepada si nenek.
Mungkin serangan Ma Liong yang ganas dan cepat itu berhasil
kalau yang diserang itu bukannya Ang Hoa Lobo, si nenek
yang sudah kawakan menggempur jago-jago silat dimana
saja. Dengan sedikit menggeser badannya, Ang Hoa Lobo
sudah dapat meluputkan diri dari serangan si Macan Hitam.
Melihat serangannya gagal, si guru silat sudah menyerang lagi
dengan gerakan 'Coa ong sim hiat' atau 'Ular mencari liang'. Ia
merangsak, tangan kirinya menyambar perut sedang tangan
kanannya berbareng nyelonong ke arah mata, dua jarinya
hendak mengorek sepasang lampu lawan. Tentu saja Ang Hoa
Lobo tidak ijinkan orang main-main dengan matanya. Tangan
kanannya menekan ke bawah tangan Ma Liong yang
menyambar perutnya sedang tangan kirinya menyentil dengan
cepat sekali pada 'siang-yang-hiat', jalan darah di jari telunjuk
lawan yang mau mengorek matanya.
'Nyer !' rasanya ketika telunjuknya kena disentil. Ma Liong
rasakan kesemutan dan ngilu. Tapi ia ada jago silat yang
keras kepala dan bandel, hanya sebentar saja ia sudah dapat
membebaskan rasa kesemutan dan ngilu.
"Nenek maling !" bentak Hek-houw Ma Liong gemas tapi agak
jeri juga melihat si nenek sangat lihai. Dua serangannya yang
dahsyat dapat dipatahkan dengan mudah, malah ia hampir
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dirobohkan dengan totokan 'siang-yang-hiat'. "Aku tidak
bermusuhan dengan kau. Kenapa kau mau mencelakakan
keluarga Ma ?" tanya Ma Liong.
"Aku tidak pernah mencelakakan keluarga Ma, aku hanya mau
ajak anak gadismu untuk menjadi pelayannya Kim Coa
Siancu....." jawab Ang Hoa Lobo tenang-tenang. Tapi ia tak
dapat meneruskan kata-katanya karena lantas dipotong oleh
Ma Liong, "Hah ! Apa kau kata ? Kim Coa Siancu ? Siapa kau,
apa kau Kim Coa Siancu sendiri ?"
"He he he !" tertawa Ang Hoa Lobo yang melihat Hek-houw Ma
Liong seperti yang ketakutan mendengar disebut Kim Coa
Siancu. "Aku bukannya Kim Coa Sincu, tapi aku ada
suruhannya saja. Kepandaianku amat rendah, beda jauh
dengan majikan Kim Coa Siancu yang dapat pergi dan pulang
dengan hanya berkesiur angin saja. Tak seorang pun dapat
melihat bayangannya kalau dia memasuki rumah orang."
(Bersambung)
Jilid 05
Hek-houw Ma Liong terkejut. Pikirnya, orang suruhannya
sudah begini lihai. Sudah terang si nenek tidak ngebohong
kalau Kim Coa Siancu sendiri ada jauh lebih lihai dari
padanya. Meskipun sangat jeri, ia tidak ingin kehilangan anak
gadisnya. Begitu melihat Ang Hoa Lobo sudah menyentuh
pula tubuh anak gadisnya, hendak diangkat. Lantas ia kalap.
Ia terjang si nenek dengan pukulan maut, tapi Ang Hoa Lobo
hanya geraki badannya sedikit, lantas tangan kanannya
diulurkan untuk menangkis. 'Krak' segera terdengar satu
suara, berbareng si Macan Hitam lompat mundur sambil
pegangi tangan kirinya yang telah patah tulangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiba-tiba tiga sosok tubuh sudah menyerbu masuk. Mereka
ternyata murid-muridnya Ma Liong. Si guru silat melihat
kedatangan murid-muridnya bukannya girang malah ia jadi
ketakutan karena ia sudah perhitungkan, mereka bukan
tandingannya si nenek.
Ia hendak membuka mulut mencegah tapi sudah terlambat
karena Gouw Liu Pa yang berangasan sudah menerjang Ang
Hoa Lobo dibantu oleh Hoan Tek Huy sedang Ma Kian
menolong ayahnya yang dalam semaput kesakitan.
Ang Hoa Lobo pikir tidak seharusnya ia membuang-buang
waktu, maka ketika si berangasan Gouw Liu Pa mengulur
tangannya ke arah dada, ia menyampok dengan tangan
bajunya yang berisi lwekang. Tentu saja si berangasan tidak
tahan. Kedua lengannya ia rasakan seperti copot. Si nenek
susul dengan totokan ke iga kiri sehingga Gouw Liu Pa
seketika itu juga roboh di lantai.
Tek Huy melihat kawannya hanya segebrakan saja
dirobohkan, hatinya panas lalu menerjang Ang Hoa Lobo. Si
nenek berkelit ke samping, dari mana jarinya yang kurus diulur
meluncur menotok 'ceng-leng'hiat' di lengan kanan Tek Huy
sehingga merasakan lengan yang tertotok itu kesemutan dan
ngilu kemudian ia pun roboh terkulai seperti Gouw Liu Pa.
Ma Kian terkejut. Apa mau, sebelum ia turun tangan, dengan
kegesitannya si nenek sudah mendahului si anak guru silat,
menotok 'thian-ki-hiat' di iga kanan. Lantas Ma Kian juga roboh
seperti teman-temannya. Serangan is nenek tak puas sampai
disitu sebab segera menyusul si guru silat Ma Liong sendiri
dibikin mendeprok di lantai karena totokan si nenek yang lihai.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hehehe !" terdengar Ang Hoa Lobo tertawa ketika melihat
musuh-musuhnya sudah dirobohkan semua. Ia menghampiri
pembaringan Sian Bwee, membungkus tubuh si dara yang tak
bergerak karena ditotok lalu diangkat lantas dipanggul dibawa
pergi dari situ. "Aku hanya menotok tidak berat. Maka dalam
tempo tidak lama kalian sudah bebas pula dari totokan.
Hehehe....!" demikian si nenek meninggalkan kata-katanya
ketika ia mau berjalan pergi membawa Sian Bwee.
Si Macan Hitam Ma Liong dan ketiga muridnya hanya matanya
saja dapat bergerak-gerak mengawasi si nenek, mulutnya tak
dapat membuka suara untuk mencaci atau meminta belas
kasihannya Ang Hoa Lobo supaya jangan membawa Sian
Bwee.
Adalah pada saat si nenek menginjakkan kakinya ditanah,
barusan lompat dari atas genteng rumah tiba-tiba ia dibikin
kaget dengan teguran dari belakangnya, "Jalan perlahan
sedikit, orang tua. Jangan tergesa-gesa !"
Ang Hoa Lobo cepat menoleh, kiranya yang berkata-kata tadi
adalah seorang perempuan usia kira-kira 40 tahun. Mukanya
bundar, alisnya lentik, tingginya sedang, cantik wanita itu,
sedang ditangannya ada mencekal sebatang pedang yang
siap untuk digunakan dimana perlu.
"Kau siapa ?" tanya Ang Hoa Lobo.
Wanita itu ketawa manis sebelum menjawab, "Aku adalah
nyonya dari rumah ini." kemudian sahutnya, suaranya halus
terang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Oh, jadi kau ada nyonya Ma ?" tanya Ang Hoa Lobo pula.
"Tidak salah, aku adalah nyonya Ma.' sahutnya. "Ingin aku
menanyakan sebab apa kau orang tua mencari perkara
dengan keluarga kami disini ?"
"Heheheh !" tertawa Ang Hoa Lobo. "Soalnya aku mau
membawa anak gadismu dirintangi oleh suamimu. Kalau tidak,
tak akan aku menganggu ketentramanmu."
Nyonya Ma bersenyum tawar. Alisnya tampak berkerut,
"Meskipun kau sudah mengacau dalam rumahku, melukai
suamiku dan menotok rubuh tiga muridnya, tidak aku tarik
panjang. Kau boleh berlalu dengan tenang asal kau tinggalkan
itu bungkusan yang digemblik dipunggungmu. Akur ?" kata si
nyonya Ma.
Diam-diam si nenek merasa heran. Ia mengawasi wanita
cantik, pikirnya, bisa ada orang yang sikapnya begini tenang
menghadapi musuh yang sudah timbulkan kerugian. Ucap
katanya begitu merendah, seharusnya si nenek mengalah dan
kembalikan bungkusan gede itu kepada nyonya Ma, tapi dasar
watak si nenek mau unggul saja, tidak mau ia pulang dengan
tangan kosong. Maka ia lalu menjawab, "Seharusnya aku
menurut apa kau katakan, cuma dalam menjalankan perintah
Kim Coa Siancu, siapa yang berani membantah ? Inilah yang
menjadikan aku keberatan......."
Ia tutup kata-katanya sambil putar tubuhnya, disusul dengan
satu lompatan jauh untuk lantas meninggalkan si wanita
cantik. Tapi niatnya si nenek tidak kesampaian sebab
dibelakangnya lantas terdengar pula nyonya Ma berkata,
"Kalau begitu, marilah kita main-main untuk menetapkan siapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
unggul !"
Kapan Ang Hoa Lobo balik tubuhnya, lantas ia menghampiri
nyonya Ma yang sudah siap dengan pedangnya. Melihat
caranya si nyonya menyusul ia yang lari menggunakan ilmu
larinya yang istimewa dengan mudah saja dapat membayangi
dirinya, maka Ang Hoa Lobo menduga bahwa wanita ini
bukannya lawanan empuk. Maka itu ia lalu turunkan
bungkusannya yang berisi Sian Bwee kemudian menghadapi
nyonya Ma, ia berkata, "Jika kau inin main-main, tidak ada
halangannya kita mencoba beberapa jurus !"
Toya besinya si nenek sudah disiapkan di tangan kanan.
"Bagus !" kata nyonya Ma. "Nah, sambutlah seranganku !" ia
menyambung tanpa ada tawar menawar lagi dalam hal siapa
lebih dahulu menyerang. Rupanya nyonya Ma sangat
mendongkol atas kelakuannya si nenek, meskipun sudah
dilayani dengan kerendahan juga masih kepala batu saja.
Dua jago betina segera sudah bertempur seru.
Ilmu pedang nyonya Ma baik sekali hingga Ang Hoa Lobo
berhati-hati melayaninya. Salah sedikit saja ia bisa
dipecundangi dan habislah cita-citanya untuk membangun
Ang-hoa-pay (Partai Kembang Merah). Maka itu si nenek
Kembang merah melayani nyonya Ma dengan sungguhsungguh
hingga pertarungan menjadi seru.
Si wanita cantik (nyonya Ma) adalah puteri tunggal dari Siangtauw-
niauw Kam Eng Kim, namanya Lian Eng dan mendapat
julukan 'Lengkoan Giok-li' atau 'Wanita elok dari kota
Lengkoan'. Selain kesohor kecantikannya, juga kesohor ilmu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pedangnya yang hebat.
Maklumlah puteri tunggal dari si Burung Kepala Dua yang
terkenal dalam propinsi Hokkian, semua kepandaiannya yang
ada diturunkan pada Lian Eng sehingga si juwita dari
Lengkoan itu menjadi jago betina yang belum menemukan
tandingannya. Kepandaiannya itu ada setingkat lebih tinggi
dari Hek-houw Ma Liong yang menjadi suaminya atau murid
kepala dari Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim.
Pertempuran antara Lian Eng Kam dan Ang Hoa Lobo benarbenar
ramai. Pedangnya Lian Eng berkelebatan mencari
sasaran penting pada tubuh si nenek. Sebaliknya, Ang Hoa
Lobo dengan toya besinya yang berat, berputaran dan toyanya
menyambar-nyambar keluarkan suara menderu-deru. Diamdiam
Lian Eng berpikir, orang suruhannya begini lihai,
bagaimana dengan Kim Coa Siancu sendiri kalau menyatroni
rumahnya ?
Lengkoan Giok-li lalu merangsek. Pedangnya berputar
sebentaran lalu dengan gerakan kilat ia menikam ke arah
tenggorokan Ang Hoa Lobo. Ini ada gerakan 'Giok li touw
kang' atau 'Wanita elok menyeberang sungai', salah satu jurus
yang penting dari Liu-su Kian-hoat atau ilmu silat pohon Liu,
yang menjadi kebanggaan ayahnya.
Biasanya Lian Eng belum pernah gagal menggunakan tipu
'Giok li touw kang', tapi kali ini yang dihadapi adalah Ang Hoa
Lobo. Terang tak semudah yang ia alami sebelumnya. Melihat
pedang hendak menikam 'jalan makanan', si nenek menaiki
badannya, toyanya dipegang dengan dua tangan dilintangi
menangkis serangan, kaki kanannya berbareng bekerja
menyapu kaki Lengkoan Giok-li. Ini adalah gerakan 'Liong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pang heng ouw' atau 'Toya naga melindungi telaga'.
Melihat serangan gagal, malah kakinya hampir disapu si
nenek, cepat Lian Eng ganti serangannya dengan 'Peng ouw
se ie' atau 'Hujan gerimis ditengah telaga'. Pedangnya susul
menyusul mengarah mta, tenggorokan, pundak dan
sebagainya. Cepat gerakan pedang itu hingga kalau bukan
Ang Hoa Lobo yang ilmu toyanya tinggi, siang-siang ia sudah
dapat dirobohkan oleh si jago betina dari kota Lengkoan. Si
nenek tahu bahayanya serangan musuh lalu memutar
toyanya, dibarengi dengan suara ketawanya yang melengking,
menggunakan tenaga dalamnya untuk membuat kacau pikiran
musuhnya yang sedang hebat menyerang. Inilah salah satu
jurus Ang Hoa Lobo yang paling ampuh yang dinamai 'Yu lim
mo siauw' atau 'Di rimba sunyi iblis tertawa'.
Benar saja, tipu silat si nenek membawa efek buruk bagi Lian
Eng. Sebab seketika ia mendengar suara tertawa yang seram
melengking, pemusatan pikirannya jadi terganggu. Hatinya
tergetar oleh suara tawa Ang Hoa Lobo, serangannya jadi
kacau. Kelemahan ini tidak disia-siakan oleh si nenek, toyanya
yang berputar tadi berganti arah, nyelonong ke 'hoa-kay-hiat',
jalan darah di bagian pundak kiri Lian Eng, kontan si wanita
cantik terkulai roboh. Ia rasakan totokan ujung toya si nenek
melumpuhkan lengan kirinya. Tangan kanannya masih
mencekal pedang tapi tak dapat digerakkan karena
kelumpuhan itu dari lengan kiri menjalar ke lengan kanan.
Tidak heran kalau pedangnyajatuh dengan sendirinya dan ia
mendeprok di tanah tak berdaya.
"Hehehe !" tertawa si nenek. "Bagaimana nyonya Ma yang
botoh ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang Hoa Lobo berkata sambil bekerja, angkat dan panggul
pula bungkusan gede yang terisi Sian Bwee. Setelah selesai
dan tinggal berangkat, ia berkata pada Lian Eng, "Nyonya Ma,
kau tak usah kuatir. Anakmu akan kupelihara seperti anak
sendiri. Dia akan menjadi pelayannya Kim Coa Siancu.
Belakangan hari, kalau berjumpa pula dengannya, kau akan
kegirangan sebab ilmu silatnya akan berada diatas kalian
suami istri. Nah, selamat tinggal........"
Setelah melemparkan senyumannya yang tidak enak dilihat, si
nenek meninggalkan nyonya Ma yang tidak berdaya.
Lengkoan Giok-li mengawasi berlalunya Ang Hoa Lobo
dengan berlinang-linang air mata. Ia sangat berduka dan
penasaran anak gadisnya digondol orang tapi ia tak dapat
menolongnya.........
Sudah lama kita tinggalkan Kim Popo. Marilah kita lihat si
nenek bandel dengan pacarnya The Sam. Bagaimana
perbuatan mereka untuk dapat merebut kembali kotak yang
berisi buku Tiam-hiat Pit-koat yang berada di tangan Kim Wan
Thauto.
Belum lama Kim Wan Thauto sampai di Kunhiang, mereka
juga sudah datang menyusul dan dari kejauhan
memperhatikan gerak gerik dari si Thauto beranting emas.
Kim Popo tidak ambil tempat di rumah penginapan An Goan,
dimana Kim Wan Thauto menginap. Ini untuk menjaga jangan
sampai ia dikenali oleh Kim Wan Thauto sedang The Sam, ia
suruh ambil di rumah penginapan An Goan untuk
memperhatikan gerak gerik Thauto dimana bila ada
kesempatan The Sam boleh turun tangan untuk merampas
pulang kotak mungil berisi kitab pelajaran menotok jalan darah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang amat berharga.
The Sam menurut perintah pacarnya.
Tidak berani The Sam menghadapi Kim Wan Thauto dengan
terang-terangan. Maka ia menunggu sampai si Thauto lenah,
baru ia akan turun tangan. Pada malam kedua meliaht gerak
gerik Kim Wan Thauto pada waktu makan malam, The Sam
yang lihai matanya dapat menduga bahwa Kim Wan Thauto
sedang menghadapi suatu urusan, pikirnya, pasti ia akan
keluar lagi sebentar tengah malam. Ia sudah menduga pasti si
Thauto akan ambil jalan dari jendela kamarnya. Supaya
jangan bikin kaget orang, maka malam itu ia terus pasang
mata ke jurusan jendelanya si pendeta rambut panjang.
Benar lihai dugaannya sebab Kim Wan Thauto lewat tengah
malam betul saja keluar melalui jendela kamarnya. Girang
hatinya The Sam. Tidak lama si Thauto pergi, ia lantas masuk
ke kamar Kim Wan Thauto melalui jendela tadi dimana ia
menggeledah dan kegirangan menemukan barang yang
diselipkan dibawah bantal.
Barang itu ia masukkan ke kantongnya, kemudian meniup lilin
yang ia pasang ketika ia masuk dalam kamar itu yang dalam
keadaan gelap. Cepat ia keluar dari jendela dan dilain saat ia
sudah berada dalam kamarnya sendiri.
Setelah menyalakan lilin, ia duduk menghadapi meja. Dari
sakunya ia keluarkan kotak kecil yang barusan ia sikat dari
kamarnya Kim Wan Thauto.
Ia pandang kotak mungil itu sekian lama lalu mencoba
membukanya tapi tak dapat dibuka. Ia coba dan coba lagi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kotak mungil itu tetap tak dapat dibuka.
Setelah dipandang lagi barang itu untuk sesaat lamanya, tibatiba
ia tertawa, "Hahaha ! Barng berharga memang sukar
didapat, biarlah aku buka belakangan."
Kemudian kotak itu ia letakkan diatas meja. Kembali ia
memandangnya, tiba-tiba pikiran serakah timbul seketika.
"Tidak, aku tidak akan serahkan barang ini pada Kim Nio. Aku
harus miliki dulu. Bila aku sudah pandai meyakinkannya dan
benar-benar dapat malang melintang dengan ilmu menotokku
yang hebat, barulah aku akan menemui Kim Nio lagi. Waktu itu
dia toh tidak akan memarahi aku lagi sebab aku sudah dapat
membujuk dia dengan turunkan sedikit kepandaian menotokku
kepadanya. Dia tentu sudah kegirangan dengan ilmu yang
didapatkan dari Tiam-hiat Pit-koat. Hahaha......" demikian ia
berkata-kata sendirian.
Sebentar lagi tampak The Sam menguap beberapa kali,
ngantuk dirasakan matanya. Lalu ia menghampiri
pembaringan dan tidur nyenyak disana tanpa memperhatikan
pula barang berharganya yang terletak diatas mejanya. Malah
ia lupa untuk meniup padam api lilin, yang biasanya
dipadamkan bila orang hendak masuk tidur.
Dalam keadaan gelap, tiba-tiba sesosok tubuh telah masuk
dalam kamar itu melalui jendela, kemudian cepat melompat
keluar lagi.
Pada keesokan harinya The Sam baru bangun setelah
matahari naik tinggi.
"Celaka, kenapa aku jadi kepulasan seperti orang mati !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata The Sam sembari turun dari pembaringan,
menghampiri meja diatas mana ia taruh kota mungilnya.
"Hah !" ia terkejut karena kotak berharga itu sudah tidak ada
ditempatnya.
Dengan gugup ia memeriksa, malah sampai di kolong
mejanya, kalau-kalau kotak itu jatuh pikirnya. Tapi barang itu
tak diketemuka, lenyap, hilang entah siapa yang ambil. Baru
sekarang ia sadar akan keserakahan hatinya untuk memiliki
kepandaian hebat tapi akhirnya gigit jari.
Siapa yang ambil kotak berharga itu ? Apakah Kim Wan
Thauto ? Bagaimana ia harus melaporkan pada Kim Nio akan
kejadian itu ? Pikirnya, bagaimana juga ia harus menemui Kim
Nio (dimaksudkan Kim Popo) supaya bisa berdamai.
bagaimana baiknya untuk mendapatkan kembali barang
berharga itu.
Maka setelh ia cuci muka dan berpakaian rapi, lalu ia keluar
dari hotel An Goan menuju ke hotel Hok Lai untuk menemui
Kim Popo.
Belum sampai ia bertindak mencari kamar Kim Popo, tiba-tiba
ia dicegat oleh kuasa hotel yang berkata, "Aku ada titipan
sepucuk surat untuk tuan, marilah ikut ke kantorku." si pemilik
ajak The Sam ke kantornya.
"Surat dari siapa ?" tanya The Sam.
"Sebentar kalau tuan sudah lihat, tentu tahu surat itu dari
siapa." sahutnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebentar lagi mereka sudah berada dalam kamar hotel. Si
kuasa hotel ambil surat dari dalam lacinya lalu diserahkan
kepada The Sam.
Ia tidak punya sahabat atau kenalan yang dapat mengadakan
surat menyurat. Dari mana datangnya surat itu ? Tanyanya
dalam hati kecilnya. Tapi bagaimana juga ia harus membuka
dan membaca isinya, baru ketahuan siapa pengirimnya.
Koko,
Setelah aku sudah pandai meyakinkannya dan dapat
malang melintang dengan ilmu menotokku yang hebat,
barulah aku akan menemui kau lagi. Waktu itu, sebab aku
sudah dapat membujuk kau dengan menurunkan sedikit
kepandaian menotokku kepadamu. Kau tentu akan kegirangan
dengan ilmu totok yang didapatkan dari Tiam-hiat Pit-koat.
Hihihi...."
Surat itu tidak ditandatangani tapi sudah terang sekali bagi
The Sam bahwa surat itu ditulis oleh Kim Popo alias Kim Nio.
Kata-katanya persis seperti yang dikatakan tadi malam, maka
kotak kecil itu juga sudah tentu telah terbang bersama Kim
Popo. Ia sesalkan dirinya yang tidak jujur. Sekarang ia
kehilangan kotak berharga dan kehilangan juga Kim Nio,
malah kehilangan juga kepercayaan sang pacar itu,
bagaimana ia ada muka nanti bertemu lagi dengan Kim Popo
?
Dalam keadaan lesu The Sam meninggalkan kantor hotel Hok
Lay, tidak jadi mencari kamarnya Kim Popo sebab
penghuninya sudah terbang tadi pagi-pagi sekali, menurut
kuasa hotel.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rupanya Kim Popo tidak percaya seratur persen atas
kejujuran The Sam. Maka kalau The Sam membayangi Kim
Wan Thauto, ia sendiri tidak tahu kalau dirinya dibayangi juga
oleh Kim Popo. Kata-katanya yang diucapkan dalam
kamarnya, semua terdengar tegas oleh Kim Popo yang
mengintip dari jendela.
"Kurang ajar ! Dia mau main gila denganku. Hmm !" diam-diam
Kim Popo berkata dalam hati kecilnya. Kemudian dia menyulut
hio obat pulas yang asapnya ia tiup masuk ke dalam kamar
The Sam. Sebentar saja tampak The Sam mengantuk dan
menguap beberapa kali, akan kemudian saking tidak tahan ia
sudah banting dirinya di pembaringan dan tidur nyenyak, tidak
menghiraukan kotak berharganya disikat Kim Popo.
Sekarang kita kembali pada Liu Wangwee.
Liu Wangwee sangat berterima kasih kepada si kerudung
merah. Disamping itu, ia menyesal sekali tidak dapat
mengetahui siapa adanya bintang penolongnya itu sampai
pada saat si kerudung merah meninggalkan rumahnya.
Dari suara bicara bintang penolongnya, seperti ia pernah
mendengarnya cuma ia lupa dimana ia pernah mendengar
suara itu. Meskipun ia coba kumpul ingatannya, tapi tetap
luput untuk mengingatkan dimana ia pernah ketemu dengan
orang yang suaranya tidak asing ditelinganya. Ingin sekali ia
menjambret kerudung si kerudung merah tetapi sudah tentu
keinginan itu tak dapat ia wujudkan karena perbuatan itu tentu
tak sopan.
Ia hanya boleh terhibur hatinya ketika si kerudung merah
meninggalkan, memesannya, "Toako, kau jangan kuatirkan