Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 1
Majapahit, abad ke empat belas.
Setelah Sang Prabu Kertarajasa mangkat pada tahun 1309, putera mahkota, Raden
Kalagement naik tahta Kerajaan Majapahit menggantikan kedudukan ayahnya, dan bergelar
Sang Parbu Jayanagara.
Akan tetapi, raja muda ini banyak menimbulkan perasaan kecewa dan tidak senang di
kalangan para panglima tua, yaitu panglima-panglima mendiang Prabu Kertarajasa. Banyak
hal yan tidak mereka setujui berhubung dengan penobatan itu. Pertama menurut faham
mereka, Raden Kalagement masih terlampau muda untuk memikul tugas menjadi raja di
Kerajaan Majapahit yang demikian besar dan jaya dan mereka menyangsikan apakah pemuda
yang baru berusia lima belas tahun ini akan dapat memberi pimpinan yang bijaksana seperti
mendiang ayahnya.
Kedua, mereka berpendapat bahwa sungguhpun Raden Kalagement merupakan putera tunggal
karena keturunan yang lain adalah putri-puteri belaka, namun ibu dari putera mahkota ini
adalah seorang puteri dari Malayu yang bernama Dara Petak atau Sri Indreswari. Hal ini amat
mengecewakan hati para panglima karena menurut pendapat mereka, yang berhak menjadi
raja di Majapahit harus seorang keturunan Majapahit aseli.
Adapun hal ketiga yang amat mendatangkan rasa tidak puas dan tidak senang kepada mereka
adalah bahwa di dalam pemerintahan Jayanagara ini terdapat seorang Kepala Agama Syiwa
yang sangat besar kekuasaannya. Kepala Agama Syiwa ini bernama Bagawan Mahapati yang
amat sakti mandraguna, cerdik pandai lagi kebal terhadap segala macam senjata.
Bagawan Mahapati tidak disukai olehpara panglima yang telah banyak membantu Raden
Wijaya atau Prabu Kertarajasa dalam membangun keraton Majapahit. Menurut anggapan
mereka, Bagawan Mahapati ini adalah seorang pendeta yang mabok akan kemewahan hidup
dan kedudukan tinggi, bahkan mereka menaruh hati syakwasangka bahwa bukan tak mungkin
pendeta itu telah mempergunakan aji kesaktiannya untuk memasang guna-guna sehingga
Prabu Jayanagara yang masih muda itu berada di bawah pengaruhnya.
Telah banyak panglima-panglima tua yang mengajukan usul dan nasihat kepada Prabu
Jayanagara agar supaya mereka itu dienyahkan dari kerajaan. Akan tetapi, segala nasihat ini
tidak dihiraukan oleh Sang Parbu yang masih muda belia itu, terutama sekali oleh karena
ibunya juga berfihak dan membela Bagawan Mahapati.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 2
Tiga hal diatas itu merupakan sebagian daripada sebab-sebab sehingga tak lama sejak Sang
Prabu Jayanagara naik tahta, timbulah pemberontakan-pemberontakan yang dipimpin oleh
para panglima ayahnya dahulu, di antaranya: RanggaLawe, Sora dan Nambi.
RanggaLawe adalah seorang panglima gagah perkasa yang menjadi bupati di Tuban. Dahulu,
panglima ini pernah di janjikan angkat patih oleh mendiangPrabu Kertarajasa, akan tetapi
janji ini tak pernah dipenuhi. Juga Prabu Jayanagara yang diam-diam mendapat bujukan dan
bisikan dari Bagawan Mahapati, tidak mau memenuhi janji mendiang ayahnya itu. Maka
berontaklah Rangga Lawe. Akan tetapi, masih banyak panglima-panglima gagah perkasa
yang membela Prabu Jayanagara, terutama berkat kesaktian Bagawan Mahapati,maka
gagallah pemberontakan Rangga Lawe itu. Ia tewas oleh panglima tua Kebo Anabrang.
Panglima sora menjadi marah sekali mendengar tentang tewasnya Rangga Lawe dalam tangan
Kebo Anabrang karena sesungguhnya mereka semua itu adalah kawan-kawan seperjuangan
ketika masih membela Prabu Kertarajasa dahulu. Sora mencari Kebo Anabrang sebagai
pembalasan dendam atas kematian Rangga Lawe.
Setelah itu, maka berontaklah pula Panglima Sora yang pada waktu itu menjabat patih di
Daha. Akan tetapi, ternyata Prabu Jayanagara masih dibela oleh orang-orang pandai sehingga
pemberontakan inipun gagal, Patih Sora dapat dibinasakan.Setelah itu, pemberontakanpemberontakan
susul-menyusul, diantaranya pemberontakan Juru Demung dalam tahun 1313
dan Gajah Biru dalam tahun 1314. Namun, semua pemberontakan itu dapat dipadamkan.
Yang paling hebat adalah pemberontakan yangdilakukanoleh RadenNambi, putera dariAria
Wiraraja, karena sebetulnya diantarasemuapemberobntakan yang timbul, pemberontakan
inilah yang amat menyusahkan hati Sang PrabuJayanagara.Hubungannya dengan Aria
Wiraraja dan Raden Nambi tadinya amat baiknya dan merekaini telah dianggapsebagai
keluarga dekat.
Aria Wiraraja adaah seorang panglima yang amat setia dan paling besar jasanya terhadap
mendiang Prabu Kertarajasa,dan jasanya dalam membangun Majapahit amatlah besarnya.
Oleh karena itu mendiang Parabu Kertarajasa membalas jasa AriaWirarajadengan
mengangkatnya menjadiperdana menteri dan menjadikannya wakil raja di Lumajang,
sedangkan puteranya Raden Nambi, diangkat menjadi patih di Majapahit.
Semenjak terjadi peberontakan-pemberontakan dan tewasnya Rangga Lawe dan lain-lain
panglima tua.Aria Wiraraja merasa tak senang sekali dania tidak pernah datang berkujung
menghadap kepada raja di Majapahit, dan pada masaitu, "mogok sowan" ini dilakukan untuk
menyatakan bahwa ia tidaksetuju dengan pemerintahan Prabu Jayanagara.
Raden Nambiuang menjadi patih di Majapahit, juga diam-diam meninggalkan ibukota dan
tinggal di Lumajang bersama-sama ayahnya. Tentu saja hal ini amat mengecewakan dan
menyedihkan hati Prabu Jayanagara. Beberapa kali Bagawan Mahapati dan lain-lain panglima
membujuk kepada raja untuk menggempur Lumajang, akan tetapi, Sang Prabu masih merasa
segan dan malu ahti untuk memerangi Aria Wiraraja, orang tua yang telah banyak berjasa itu.
Akhirnya setelah Aria Wiraraja meninggal dunia, barulah tentara Majapahit dikerahkan dan di
bawah pimpinan raja sendiri, Lumajang digempur.Raden Nambi dan anak buahnya
melakukan perlawanan mati-matian sehingga korban di kedua fihak jatuh bertumpuk-tumpuk.
Betapapun juga, fihak Majapahit lebih kuat dan lebih banyak, terutama berkat kesaktian
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 3
Bagawan Mahapati, akhirnya Raden Nambi beserta seluruh keluarganya dibinasakan.
Dan di dalam geger peperangan di Lumajang itulah maka cerita ini dimulai.
Di antara banyak panglimadi Lumajang yang gugur dalam peperangan menghadapi serbuan
tentara Majapahit, terdapat seorang senopati muda yang gagah perkasa bernama Nagawisena.
Senopati ini adalah seorang muda yang menjadi sahabat baik Raden Nambi dan tadinya juga
tinggal di ibukota dan ikut pergi dengan Raden Nambi dari kota raja untuk menyatakan tidak
senangnya terhadap pemerintahan terhadap Jayanagara.
Isteri Nagawisesa adalah seorang cantik jelita yang berkulit kekuning-kuningan dan bernama
Dara Lasmi, yang sesungguhnya adalah seorang wanita dari Malayu. Ketika dahulu kedua
puteri dari Malayu, Dara Petak dan Dara Jingga yang menjadi isteri-isteri dari Prabu
Kertarajasa, datang di Majapahit, Lasmi menjadi seorang di antara pelayan-pelayan kedua
puteri itu, dan masih kanak-kanak.
Berkat ketangkasan dan jasa Nagawisena, maka akhirnya ia jutuh cinta kepada Lasmi,
mendapat kurnia raja dan dinikahkan dengan Lasmi. Dalam pernikahan ini, mereka
mendapatkan seorang puteriyang diberi nama Ratnawulan.
Ketika Nagawisena gugur dalam perang melawan tentara Majapahit, Dara Lasmi membawa
anaknya lari dari Lumajang. Sambil menahan tangisnya karena kehancuran hatinya
mendengar betapa suaminya yang tercinta itu gugur dalam peperangan dan ia tidak
mempunyai kesempatan untuk menengok jenazah suaminya, Dara Lasmi menarik tangan
puterinya yang baru berusia sepuluh tahun ini, berlari-lari keluar dari gerbang kota Lumajang
sebelah barat.
Sebagaimana sudah lajim terjadi dalam sebuah keributan, terutama keributan yang
ditimbulkan oleh perang, banyak hal-hal yang tak patut terjadi dan dilakukan oleh orangorang
yang tak bertanggungjawab. Demikianpun dalam petempuran di Lumajang ini, banyak
anak buah dari bala tentara Majapahit melakukan penyelewengan-penyelewengan merampok
harta benda penduduk Lumajang, dan bini orang yang masih muda dan cantik. Oleh karena
itu, usaha Dara Lasmi untuk melarikan diri keluardari kota bukanlah hal yang mudah. Baru
saja keluar dari rumahnya, ia telah bertemu dengan dua orang tentara Majapahit yang segera
menyerbunya ketika melihat wanita muda yang cantik jelita ini berlari dengan anaknya.
Dara Lasmi berdiri dengan mata terbelalak lebar ketika melihat dua orang tentara musuh itu
maju mendekatkan. Ia mendekap anaknya yang menangis ketakutan, lalu menghadapi kedua
tentara Majapahit itu sambil berkata.
"Jangan kalian menggangguku, aku adalah isteri dari Senopati Nagawisena!"
Ia hendak mempergunakan nama suaminya yang cukup terkenal untuk membikin takut kedua
orang itu.
Akan tetapi mereka bahkan tertawa geli mendengar Dara Lasmi menyebut nama ini. Seorang
di antara mereka, yang bermuka bopeng karena dimakan penyakit cacar berkata.
"Ha,ha, ha, jadi kau puteri dari Malayu? Kebetulan sekali, sudah lama aku mengilar dan
merindukan seorang puteri Malayu!" Ia melangkah maju dengan kedua tangan dibentangkan,
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 4
siap untuk menubruk.
"Mundur!" teriak Dara Lasmi." Apakah kau tidak takut kepada Senopati Nagawisena? Akan
dihancurkan kepalamu kalauia mendengar tentang ke kurang ajaranmu!"
Tentara yang seorang lagi, yang bermuka hitam,tertawa mengejek.
"Ha,ha! Jangan kau menakut-nakuti kami, manis! Suamimu, pemberontak Nagawisena
itu,telah mempus di medan yuda!" Kemudian ia berkata kepada kawannya yang bermuka
bopeng.
"Bandu, biarlah kau mendapkan puteri Malayu yang denok ayu ini, dan perawan kecil yang
molek mungil itu bagianku. Aku cukup sabar menanti barang lima tahun lagi, tentu ia akan
menjadi bunga yang lebih harum dan segar daripada ibunya.Ha, ha,ha,!"
Selagi kedua orang itu tertawa-tawa dengan lagak menjemukan, marahlah Dara Lasmi.
Ucapan-ucapan yang amat menghina itu membuat mukanya yang cantik menjadi merah
padam dan kemarahannya tak dapat ditahan lagi. Ia lalu membawa Diah Ratnawulan ke tepi
jalan, kemudian ia mencabut keris yang terselip di ikat pinggangnya. Gerakannya cepat dan
trengginas sekali.
Memang nasib kedua orang tentara Majapahit itu yang sial. Mereka tidak tahu siapakah
adanya wanita cantik yang mereka ganggu. Dara Lasmi bukanlah wanita sembarangan dan
dahulu, ketikaia masih tinggal bersama dengan orang tuanya di tanah Malayu, ia telah
mendapat latihan pencak silat dari ayahnya, seorang pendekar yang cukup terkenal. Setelah
menjadi isteri Nagawisena, Dara Lasmi bahkan memperdalam ilmu silatnya. Suaminya
sendiri, Nagawisena, banyak mendapat kemajuan dalam ilmu berkelahinya dari isterinya ini.
Kedua orang tentara Majapahit itu makin keras suaranya ketika melihat Dara Lasmi mencabut
keris. Apakah daya seorang wanita lemah lembut dan secantik itu? Sebagai dua orang
perajurit yang kenyang akan pengalaman pertempuran tentu saja sikap Dara Lasmi tidak
menakutkan hati mereka, bahkan menggelikan. Mereka saling padang, kemudian si muka
bopeng berkata.
"Lihat calon kekasihku ini! Gagah sekali bukan? Biar kutangkap dia!" Sambil berkata
demikian, si muka bopeng itu menubruk maju sambil mengembangkan kedua lengannya,
bagaikan seekor harimau menubruk kambing.
Akan tetapi, dengan padangan matanya yang tajam. Dara Lasmi berlaku waspada dan cepat
sekali ia melangkah kesamping, mengelak dari terkaman laki-laki buas itu. Begitu tubuh lakilaki
itu menyambar lewat, secepat kilat kerisnya menyambar kearah lambung. Perajurit itu
terkejut sekali dan cepat memiringkan tubuhnya ke samping untuk menghindarkan diri dari
tusukan maut ini, akan tetapi ia kalah cepat dan kulitnya masih tergores keris sehingga
mengucurlah darah dari lambungnya!
Barulah terbuka mata kedua orang perajurit itu! Rasa sakit karena kulit lambungnya pecah
membuat si muka bopeng menjadi marah sekali dan sekaligus kegairahan hatinya memiliki
puteri jelita itu berubah menjadi nafsu untuk membunuh! Ia mencabut klewangnya yang
tergantung di pinggang.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 5
"Kau ingin mampus!" serunya dan klewangnya menyambar kearah leher Dara Lasmi!
Akan tetapi, pada saat itu, DaraLasmi telah berubah menjadi seorang pendekar wanita. Setiap
otot dan urat di dalam tubuhnya menegang, sepasang matanya yang indah bening itu
memancarkan cahaya berapi, hawa yang keluar dari pernapasan panas! Ketika Klewang
ditangan lawannya menyabar kearah leher tanpa berkedip sedikitpun DaraLasmi mengelak
cepat, bukan untuk menjauhi lawan, akan tetapi bahkan ia menyelinap di bawah sambaran
klewang itu dan kaki kanannya melangkah masuk di barengi dengan luncuran kerisnya yang
cepat sekali gerakannya, maka."cepp!" keris itu menancap perut lawannya sampai ke
gagangnya! Sebagai seorang ahli silat yang mahir, Dara Lasmi secepat itu pula mencabut
kerisnya,dibarengi dengan gerakan tangan kiri mendorong ke depan dan tubuhnya cepat
membalik kebelakang menjauhi lawan.
Untuk beberapa saat tubuh si muka bopeng seperti kejang dan kaku, klewangnya terlepas dari
tangan, matanya memandang terbelalak ke depan. Kemudian ia memekik ngeri, kedua
tangannya mendekap perut yang mengucurkan banyak darah dan tubuhnya mulai bergoyanggoyang
kekanan kiri, kedua kakinya limbung terhuyung-huyung dan akhirnya ia roboh
bagaikan pohon pisang di tumbangkan orang!
Si muka hitam semenjak tadi berdiri kesima dan bengong, hampir tak percaya akan kejadian
yang disaksikannya. Setelah melihat kawannya roboh tak berkutik lagi, barulah ia sadar
bahwa ia bukan sedang mimpi. Dipegangnya tombak di tangan. Sebenarnya ia telah merasa
ngeri dan seram menghadapi seorang puteri yang luar biasa ini, akan tetapi ia bermaksud
untuk merobohkan puteri itu dengan sekali tusukan tombaknya.
Dara Lasmi berlaku tenang sekali. Ketika tombak yang ditujukan kearah dadanya itu
meluncur dengan kencangnya, ia hanya menggeser kakinya dan memiringkan tubuhnya
sehingga tombak yang ditusukkan itu meluncur lewat di samping tubuhnya, kemudian
sebelum lawannya sempat menarik kembali tombak itu, tangan kirinya cepat menangkap
batang tombak dan kakinya melangkah maju dengan keris di tangan kanan yang masih
berlumuran darah itu siap ditusukkan.
Akan tetapi, si muka hitam itu ternyata berhati pengecut dan tiba-tiba ia melepaskan
tombaknya lalu membalikkan tubuh dan lari tunggang langgang! Dara Lasmi melepaskan
tombak itu dan memandang dengan dada masih berombak karena marah, melihat orang yang
berlari cepat dan hanya nampak kedua telapak kaki orang itu yang seakan-akan menendangi
pantatnya sendiri!
Diah Ratnawulan berlari memeluk ibunya. Barulah Dara Lasmi lenyap marahnya dan ia
mengucap syukur kepada Gusti yang Maha Agung bahwa yang menyerangnya hanya dua
orang. Kalau yang menyerangnya berjumlah banyak, sungguhpun ia akan dapat melindungi
diri sendiri, akan tetapi belum tentu ia akan dapat melindungi anaknya. Pikiran ini membuat ia
cepat memasuki rumahnya kembali dan ketika tak lama kemudian ia keluar, ia telah berubah
menjadi seorang wanita yang berpakaian compang camping dan mukanya penuh dengan
Lumpur dan arang, menutupi kecantikannya.
Demikianlah, wanita yang bernasib malang ini,lalu pergi keluar dari pintu gerbang sebelah
barat. Untung baginya bahwa di situsunyi karena peperangan berlangsung disebelah utara
kota dan ia dapat keluar dari Lumajang dengan selamat. Dengan tindakan cepat ia
mengandeng anaknya berlari terus kebarat.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 6
Diah Ratnawulan biarpun baru berusia sepuluh tahun, akan tetapi ia memiliki kekerasan hati
seperti ibunya. Biarpun ia telah merasa betapa kedua kakinya lelah dan sakit sekali, ia
menguatkan hati dan menggigit bibirnya,terus berjalan setengah berlari di samping ibunya.
Baru setelah mereka berjalan lama dan jauh meninggalkan kotas ehingga suara pekik sorak
orang-orang yang bertempur tak kedengaran lagi, Ratnawulan mengeluh dan berkata
perlahan.
"Ibu. apakah kita tidak mengaso dulu.?"
Dara Lasmi berhenti dan mnunduk memandang kearah kedua kaki puterinya. Hatinya terasa
perih sepertitertusuk pisauketika melihat betapa kedua kaki anaknya itu bengkak-bengkak dan
pinggirnyatelah pecah-pecah. Dua titik air mata menetes turun dna ia cepat
merangkulanaknya.
"Manis, kita belum boleh mengaso dulu.?"
Dara Lasmi berhenti dan menunduk, memandang ke arah kedua kaki puterinya. Hatinya
terasa perih seperti tertusuk pisau ketika melihat betapa kedua kaki anaknya itu bengkakbengkak
dan pinggirnya telah pecah-pecah. Dua titik air mata menetes turun dan ia cepat
merangkul anaknya.
"Manis ,kita belum boleh mengaso, belum cukup jauh dari Lumajang. Marilah kau
kugendong, nak!"
Setelah berkata demikian, Dara Lasmi lalu menggendong anaknya dan terus berlari lagi, lurus
kearah barat di mana nampak menjulang tinggi Gunung Mahameru. Sebagai seorang isteri
senopati yang dapat disebut bangsawan juga, ia jarang sekali melakukan perjalanan keluar
rumah dari rumah, apalagi melakukan perjalanan sejauh itu, belum pernah ia lakukan.Maka
tentu saja telapak kakinya menjadi lemah dan kulit telapak kakinya yang halus lemas
bagaikan sutera. Kini, melakukan perjalanan jauh melalui tanah berbatu dan menerjang
tetumbuhan berduri, kedua kakinya telah luka-luka dan telapak kakinya bahkan telah bengkak
dan pecah-pecah. Akan tetapi, ia menguatkan diridan sambil menggendong anaknya yang
telah kepayahan, ia berlari terus memasuki hutan dikaki Gunung Mahameru itu. Haripun
mulai menjadi gelap karena senjakala mendatang.
Setelah tiba di dalam hutan yang sunyi, barulah ia berhenti mengaso di dekat sebatang anak
sungai yang amat jernih airnya. Ia menurunkan Diah Ratnawulan yang segera duduk di atas
rumput dan menggosok-gosok kakinya yang amat sakit. Anak itu mulai menangis perlahanlahan
sambil mengeluh.
"Sakitkah kakimu,Wulan?" Tanya ibunya dengan suara penuh iba.
Ratnawulan hanya mengangguk dan ibunya lalu memeriksa kaki anaknya yang pecah-pecah
kulit telapaknya itu. Ia lalu menggendong anknya kedalam anak sungai dan mencuci kaki
anak itu.Ratnawulan menjerit kesakitan karena luka-luka di telapak kaki itu ketika terkena air
yang dingin terasa sakit dan perih sekali.
"Biarlah sakit sedikit, Wulan. Luka-luka ini harus dicucui,kalau tidak, akan menjadi bengkak
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 7
dan menghebat."
Setelah telapak kaki Ratnawulan dicuci bersih, Dara Lasmi lalu memotong ujung kembennya
(kain pengikat pinggang) dengan keris, dan dibalutnyalah kedua kakianaknya itu.
Setelah itu, barulah ia mencuci dan membalut keduakakinya sendiri dan kedua orang yang
bernasib malang ini lalumengaso di bawah sebatang pohon ketapang.
Rasa sakit pada kakinya mengurang dan hal ini membuat Ratnawulan dapat merasai rasa lapar
yang menyerang perutnya. Beberapakali ia memandang ibunya yang duduk melamun seperti
kehilangan semangatitu,akan tetapi ia tidak membukamulut.Iamaklumbahwa semenjakpagi
tadiibunya pun belum makan danmaklum pula bahwa ibunya tidak membawa makanan apaapa,
maka ia tidak berani menyatakan bahwa perutnya lapar.
"Ibu," akhirnya suara anak itu memecah kesunyian.
Ibunya memandang dan seakan-akan baru sadar dari mimpi,karena ia lalu mendekati anaknya
dan merangkulnya.Kepala anaknya diraih dan didekapdi atas pangkuannya dan kembali air
mata mulai membasahi bulu matanya.
"Ada apakah, Wulan? Masih sakitkah kakimu?" Ia menekan perasaannya agar supaya
anaknya jangansampai mendengar suaranya yang mengandung isak. Ratnawulan menggeleng
diatas pangkuan ibunya, akan tetapianak ini tak dapat menahan lagi dan mulai menangis
tersedu-sedan.Dengan penuh kasih sayang dankeharuan hati, Dara Lasmi mengelus-elus
rambut anaknya yang hitam dan panjangitu,lalu berkata,
"Anakku sayang kau lelah sekali? Biarlah malam inikita mengaso di sini, dan besok kalau kau
tidakkuat berjalan, ibuakan menggendongmu."
Ratnawulan menahan isaknya.
"Ibu besok kitaakan pergi kemanakah?"
Kalau saja orang lain yang mengajukanpertanyaan ini, tentu DaraLasmi takkan kuat menahan
tangisnya, karenasesungguhnya ia sendiri puntidak tahuke manakah ia harus pergi. Akantetapi
ia tidak mau menyusahkan hati anaknya,anak yangmasih kecil dan belum tahu apa-apa ini,
maka iamenjawab sambil memaksabibirnya terseyum karena anaknya telah memandang
wajahnya.
"Wulan, besok kita pergi mendakibukit itu.Di sana indah sekali pemandangannya, kita
selanjutnya tinggal dipuncakgunung,di mana banyak terdapatbinatangyang indah-indah. Aku
akan menangkap kijang, kelinci, danpelanduk untukmu. Di sana banyak pula kembang yang
cantik dan harum baunya, banyak pula buah-buahan yang lezat rasanya."
Mendengar ibunya menyebut buah, terasa pula lapar didalam perut Ratnawulan.
"Banyak buah-buah, ibu?"
"Ya, na, banyak buah-buahan yang lezat. Pisang,jambu,mangga, jeruk, semua terdapatdi
puncakitu. Maka sekarang tidurlahagar besok pagikita dapat melanjutkan perjalanan."
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 8
Hening sejenak.
"Ibu.?"
"Ya, sayang?"
"Betul-betul banyak buah di sana,bu?"
"Tentu, nak. Ibu tak pernah membohong, bukan?"
"Dan sekarang.ke manakah kita harus mencari makanan, ibu?"
Dara Lasmi merasaseakan-akanlehernya tercekik dan biarpun ia telah menahannya, namun
dua butir air mata tak dapat dicegah lagi, menitik turun dari kedua matanya.
"Wulan, anakku. Kau. kau laparkah.?"
Ratnawaulan mempereratpelukan kedua tangannya ke pinggang ibunya akantetapi ia tidak
menjawab. Dan dalam kesunyian itu, terdengar jawaban dari perut anak itu yang berkeruyuk
menyatakan kelaparannya.
Bukan main terharunya hati Dara Lasmi.Iamemeluk anaknyadan menciumi mukanya."Wulan.
anakku,sayang. tahankanlah untuk malam ini, anakku.Besok akankucarikan makanan
untukmu!" Dan kini iatak dapatmenahan lagi membanjirnya air matanya yang membasahi
rambutanaknya. Ratnawulanjuga menangis lagidan memeluk pinggang ibunyamakin erat.
"Wulan, kau sudah besar, usiamu sudahsepuluh tahun. Kauharus dapat menahan penderitaan
inidengangagah, seperti Pendekar Wanita Halimi yang gagah perkasa itu!"
"Ibu, ceritakanlah tentangPendekar Hamili itu."
Keadaan telah gelap benarkarena malamtelah tiba. Kalau keadaan tidak segelap itu tentu Dara
Lasmi akanmelanjutkan perjalanan, mencari tempat di mana mungkin terdapat pohon yang
berbuah. Maka ialalu mulaibercerita untuk menghibur anaknya.
"Puteri Hamili dibuang ke dalam hutan belukar olehibutirinya yangkejam, dengan
maksudagar supaya PuteriHamili mati kelaparandi dalam hutan yang hanya penuh dengan
pohonjati dan randu itu. Telah tiga hari tiga malam Puteri Hamiliberjalan di dalam hutan tak
kuasa mencari jalankeluar, karena hutanitu amat luas dan liar. Selama tiga hari tiga malam,
PuteriHamili tidak makan nasi sebutirpun dan tidak minum air barang setetespun. Ia merasa
amat lapar."
"Tentuia lapar sekali, ibu, danjuga haus."
"Memang, Wulan,lebihlapardan labih haus daripada kita."
"Ia kuat sekali, ibu."
"Memang, PuteriHamili amat kuat dan gagah perkasa. Pada hari keempat, datanglah seekor
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 9
srigala jahat dan kejam menjumpainya."
"Srigala itu yang bagaimana, ibu?"
"Srigala adalah anjing hutan, yang jauh lebih kejamdan lebih kotor daripadaanjing, lagi pula
ia besardan kuatsertaliar sekali!"
"Aduh, tentu Puteri Hamiliamat ketakutan."
"Tidak, Wulan. Puetri Hamilitakkenal takut!Ia gagah perkasalagi kuatimannya. Srigala datang
membawa seika tbuah pisang yang sudah masak, dan dengan suarapenuh bujuk rayu ia
mempersembahkan pisang raja itu kepada Puteri Halimi sambil bernyanyi:
"Duhan Hamili yang cantik rupawan
Hamba datang menghibur tuan,
Terimalah seikat pisang raja Asalkan mau menjadi isteri hamba!"
Dasa Lasmi menceritakan dongeng inisambil menirusuara yang parau danmenyanyikan lagu
itu sehingga anknya amat tertarik.
"Ia menipu! Ia mau membujuk danmenipu! Bagaimana seorang puteri cantik harusmenjadi
isteri srigala?" teriak Ratnawulan dengan gembira,lupa samasekali akan rasalaparnya!
Ibunya tersenyum. "Kalau kau menjadi Hamili,apakah kau akan mau menerima persembahan
itu, Wulan?"
"Tidaksudi, tidak sudi!" jawabanaknya.
"Sungguhpun kauamatlapar?"
"Tidaksudi! Biar kutahan rasalaparku!" jawab pula anak itu penuh semangat.
"Nah, demikianpunPuteriHalimi. Ia menolakkerasdan menjawabdengannyanyian pula:
"Wahai srigala jahanam angkara!
Tiga hari tiga malam aku berpuasa,
Namun bujukanmu ini,
tak sudi aku terima!
Ketahuilah, Puteri Hamili tahan menderita.
Lapar danhaus gangguan biasa.
Enyahlah kau, srigalam enyahlah!
Puteri Hamili puteri yang gagah!"
"Bagus!" Ratnawulan berteriak sambil tersenyum-senyum dan bertepuk tangan.
"Demi mendengar jawabanini, srigalamenjadi marah lalu ia menyerang puteri inidengan
terkamannya sambil membukamulutnya yang lebarpenuh dengan gigi yang runcing dan
mengerikan."
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 10
"Aduh, lalu bagaimana, ibu?" Ratnawulan menggunakan kedua tangannya menekan kedua
pipi dan matanya terbelalak lebar memandang wajahibunya yang hanya nampak samarasamar
di bawah penerangan bintang-bintang yang suram itu.
"Puteri Hamili tak gentar sedikitpun juga. Ia mencabut pandangnya dan dengan gagah ia
melawansehingga srigala itu mati dengan dada tertembus pedang."
Ratnawulan menariknapaspanjang karena lega hatinya.Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas
rumput, dan meletakkan kepalanya diatas pangkuan ibunya. DaraLasmi melanjutkanceritanya
diseling nyanyian-nyanyianyang merdu, karena memang suaranya amat nyaringdan iapandai
sekali bernyanyi dan mendongeng. Akhirnya tertidurlah Ratnawulan tanpa teringat sedikitpun
akan kelaparan perutnya.
Setelah tarikan napas anakitu menyatakan bahwaia telahtidur nyenyak barulah Dara Lasmi
menghentikan nyanyian-nyanyiannya dan ialalu duduk melamun sambil menaruh tangannya
diatas kepala anaknya. Ia mengenangkan segala peristiwa pagi tadidan tak terasa pula ia
menangis lagi, yang ditahan-tahannyaagar jangan sampai menimbulkan suara dan
mengganggu anaknya yang sedang tidur.
Hatinya penuh dendam dan sakit hati kepda Kartika yang telah menjadi pembunuh suaminya.
Kalau suaminyasebagai seorang senopati gugur di dalam peperangan secara sah, ia akan rela
karena gugur adalah hal yang tidak memalukan dansudahsewajarnya bagi seorangpanglima
perang. Iatakkan menaruh hati dendam kepada siapapunjuga, tidak kepadaKerajaan
Majapahit, maupun kepada orang-orang tertentu. Kewajiban seorang panglima danperajurit
hanya untuk membela Negara danbangsa, membela kerajaan dan junjungan, membela
pimpinannya,tanpa memusingkanpikiran tentang urusanyang menimbulkan pertikaian dan
peperangan itu. Kalau ia menang, ia akanmemperoleh jasa dan kedudukan, kalauia gugur,
iaakan menjadi kesumaNegara dan menjadi pahlawan. Akan tetapi, yaitu Kartika, yang
tadinya dianggai sebagai sahabat baik dan setia.
Sepekan sebelum terjadi peprangan, Kartika datang darikota raja mengunjungi suaminya.
Sikapnya ketika memandangnya telah menimbulkan rasa jijik dan tak senang di dalam hatinya
karena sebagai seorangwanita yang berperasaan halus ia dapat menangkap artisinar mata lakilakiitu.
Akan tetapi oleh karena Kartika dan suaminya, telahmenjadi sahabatkarib semenjak
mereka masih tinggaldi kota raja, maka ia diam saja dan pura-pura tidak melihat sinar mata
yang mengandung kekurangajaranitu.Kartikaadalah murid tersayang dari Bagawan Mahapati,
dan kedatangannya itu untukmembujuk-bujukNagawisena agar supaya suka membantu
serbuan tentaraMajapahitdan suka membela Prabu Jayanagara. Akan tetapi, suaminya
menjawab dengan suara tetap.
"Kartika, kalausaja yang mengeluarkan ucapan inibukankau, yang telah kuanggap sebagai
saudara sendiri, tentu sekarang juga bukan mulutku yang bicara, melainkan kerisku.
Dengarlah! Aku telah bersumpah setia kepada Raen Nambi dan sebagai seorang senopati
Lumajang, aku akan membela Lumajang dengan jiwa dan ragaku. Siapapun juga yang
mengganggu Lumajang, akan kuhadapi dengan keris di tangan dan biarpun aku
harusberkorbannyawa, aku rela."
"Aduh, sahabatku yangkucinta!" Kartika dengan wajahnya yang tampan itu membayangkan
keharuan hati danmulutnya mengeluarkan ucapanyang amat manis." Bagaimana hatiku akan
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 11
rela melihat kau binasa di bawah serbuan tentara Majapahit?"
"Apa boleh buat, Kartika. Kalau sudah tiba masanyakau menjadi perajurit Majapahit dan
menyerbu ke Lumajang, terpaksa aku akan meramkan mata dan menghadapimu dengan
senjata di tangan,denganpendirianbahwa penyerbu Lumajang adalahmusuh Negara yang harus
kulawan dengan gigih."
Kartikamenjadi amatkecewa mendengar pernyataan Nagawisena yang tak tertundukkan itu,
maka sebagai penutup kata ia berkata.
"Nagawisena, sahabatku.Betapapunmenyesal dankecewa rasahatiku, namun apabila benarbenar
barisanMajapahit menyerbu ke sini, akan kuusahakan agar kaujangan sampai tewas
dalam peperangan itu."
"Tewashanyalah berpulang ke tempat asal, Kartika. Dan tiada yang lebih mulia bagi seorang
senopati melainkan tewas dengan tombak tertancapdi dada."
Demikianlah, Kartika kembali kekota raja melaporkan kegagalannya.Danpagi tadi, ketika
perang tanding sedang memuncak dan ramainya.Nagawisena yang mengamuk hebat tiba-tiba
berhadapan dengan Kartika.
"Sayang, Kartika! Terpaksa kita harus berhadapan dengan senjata di tangan!" ata Nagawisena
dengan gagah.
Akan tetapi, tiba-tiba Kartikamelemparkan senjatanya ke atas tanah dan berkata dengan uara
berduka.
"Ngawisena, benar-benarkahakan sekejam itu hatimu? Tidak ingatkahkau betapa dahulukita
di masa kanak-kanak bersama-sama mandi di Begawan, mencari sarang-sarang burung dan
bermain-main? Ah, kawan, aku tak tega mengangkat senjata kepadamu!"
"Kartika, jangan kauselemah itu!" kataNagawisena sambil mengertak giginya, mengeraskan
ati.
"Tidak, Nagawisena, tidak!Kitatak boleh saling meyerangi! Simpanlah kembali kerismu dan
biarkan aku memelukmu sekali lagi!"
"Kita di medan perang, Kartika,jangan bersikap seperti wanita lemah!"
"Kabulkan permintaanku yangterakhirini, Nagawisena. Simpanlah senjatamu dan biarkan aku
memelukmu sekali lagi. Setelah itu, terserah kepadamu kalau hendakmelanjutkan
pertempuran. Pelukanterakhir ini berarti banyak bagiku, sahabatku yang baik. Siapa tahu,
kalau bukan kau tentu akuyang akangugur di medan yuda ini."
Lemah hati Nagawisena mendengar ini. Dimasukkannya kembali kerisnya diwarangka keris
dan mereka lalu saling memeluk sebagai duaorang sahabat karib.
Akan tetapi, ketika dua orang muda itu saling memeluk, tiba-tibasenopati dari Majapahit
cepat memusuk lambung Nagawisena dari belakang dengan kerisnya.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 12
Pelukanterlepas dan Nagawisena terhuyung-huyunglalu roboh mandi darah! Kartika yang
berhati palsu itu hanya tersenyummenyerigai dan berkata kepadaNagawisena yang
menggeletak di atas rumput.
"Salahmusendiri mengapa kau tidak mendegar bujukanku!"
Demikian terjadilah peristiwaitu. Dara Lasmi mengertakgigi, mengepaltangan dan matanya
memancarkan cahaya berapi. Ia mengetahui semua peristiwa ini dariseorangperajurit
Lumajang yang menceritakannya dengan jelaskepadanya, sekalian menggambarkan tentang
tewasnya suaminya.
"Bangsat Kartika, keparatjahanam! Aku bersumpah hendak membalas kekejaman dan
kecurangan ini! Kalau aku sendiri tidak dapat turun tangan membalaskan dendam suamiku,
tentu anakku yang akan membalaskan sakit hati ayahnya!"
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali DaraLasmi telah melanjutkan perjalanannya mendaki
Gunung Mahameruyang amat tinggi itu. Dapat dibayangkan betapa sukarnya perjalanan itu,
akan tetapu puteriyang bersemangat besar ini biarpun dengan terpincang-pincang,tetap
melanjutkan langkahnya sambil menggendong Ratnawulan di punggungnya. Kadang-kadang
anak yang menaruh hati kasihan kepadaibunya iniminta turundan ikut berjalan terpincangpincang.
Untung sekali, di lereng bukit itu mereka lewat dalamsebuah hutan di mana banyak terdapat
pohon-pohon berbuah,maka dengan girangDara Lasmi lalu mencari buah-buahpisang dan
lain-lain untuk anaknya dan dia sendiri. Sungguhpun dengan hanya merasa puas, namun
makanan itu cukuplah untuk menentramkancacing-cacing di dalam perut yang mengeliatgeliat.
Akan tetapi sadar mereka harus mengalami banyak penderitaan. Baru saja perut mereka terisi
dan mereka terhindar balik gerombolan-gerombolan pohon muncul orang-orang lelaki yang
kelihatan kasar dan liar. Jumlah mereka dua belas orang dan di tangan mereka kelihatan
golok-golok yang mengkilap dan tajam!
Dara Lasmi merasa terkejut sekali dan wajahnya menjadi pucat. Kedua kakinya luka-luka dan
sakit sekali sedangkan tubuhnya telah menjadi lemah karena lelah. Bagaimana harus membela
melindungi anaknya?
Karena merasa bahwa ia tidak akan dapat mempertahankan diri apabila ia melawan, maka
Dara Lasmi lalu menggendong anaknya dan cepat berlari pergi dari situ!
Kawanan perampok itu tertawa mengejek dan mereka mulai melakukan pengejaran sambil
terteriak-teriak karenas ungguhpun pakaian Dara Lasmi sudah tak karuan lagi macamnya,
namun kecantikan wanita itu masih amat menggiurkan.
Dara Lasmi tidak menghiraukan lagi kedua telapak kakinya yang pecah-pecah dan berdarah,
tidakmerasakan lagi perih-perih kerikil tajam itu. Akan tetapi, kedua kakinya makin lemas
dan beberapa kali ia terhuyung-huyung hampir jatuh. Pegejarnya makin dekat saja dan suara
teriakan mereka terdengar keras.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 13
Tak lama kemudian ,lagkah kaki pengejar pertama telah berada di dekat Dara Lasmi. Derap
kakinya telah terdengar, bahkan bunyi pernapasannya telah terdengar pula.Dara Lasmi makin
gelisah dan ketika di depannya terdapat sebuah batu yang agak besar, dalam kegugupannya ia
melompati batu itu. Malang baginya, ia tergelincir dan tubuhnya terguling di atas tanah
berbatu-batu.
Walaupun demikian, ia masih ingat untuk mendekap anaknya dan melindungi kepala anaknya
dengan kedua lengannya.Beberapa kali ia menggelundung dan mendapat luka-luka dikening
dan kedua lengannya. Perih dan sakit sekali tubuhnya terasa sakit.Ratnawulan menangis
karena ketika ibunya terjatuh, kakinya tergencet dan berdarah, sakitnya bukan main.
"Ha,ha, ha! Kau hendak lari kemana, manis,”pengejar yang paling cepat larinya tertawa. "Aku
yang lebih dahulu menangkapmu, maka akulah yang berhak atas dirimu!"Sambil tertawa
bergelak, perampok itu maju menghampiri.
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar seruan suara yang halus dan berpengaruh,
"Jangan mengganggu orang!"
Mendengar suara yang amat berpengaruh ini, bagaikan ada tenaga yang menahan gerakan
perampok yang hendak menubruk DaraLasmi itu. Ia cepat menengok dan melihat seorang
kakek tua turun dari lereng bukit dengan tindakan kaki tenang.
Sementara itu,Dara Lasmi mengeluh dan merangkak bangun,memijit-mijit kaki anaknya yang
berdarah sambil menghiburnya.
Wanita ini sama sekali tidak memperdulikan luka-lukanya sendiri dan sibuk mendiamkan
Ratnawulan yang menangis.
Perampok itu menjadi marah dan pada saat itu, kawan-kawannya yang tadi mengejar telah
sampai di situ pula. Mereka lalu memandang kepada kakek itu telah turun dari bukit. Kakek
ini telah tua,bajunya berlengan panjang warna putih, celananya sampai di bawah lutut
berwarna hitam, tangan kanan memegang sebatang tongkat hitam.Rambut kepala dan kumis
serta jenggotnya panjang berwarna putih, nampak mengkilap bagaikan perak ketika tertimpa
sinar matahari.
Perampok yang marah itu lalu membentak. "He, kakek tuarenta! Mengapa kau berani
menghalangi maksudku? Apakah kau telah bosan hidup?"
"Semenjak dahulu, sekarang dan kemudian aku selalu hidup, bagaimana dapat disebut
bosan?" kata kakek itu dengan suaranya yang lemah lembut dan sabar."Kalian janganlah
mengganggu wanita ini. Lihat keadaannya demikian sengsara, tidak kasihan bahkan mau
mengganggu, apakah itu bukan perbuatan yang melanggar prikemanusiaan?"
Berandal-berandal itu adalah orang-orang kasar yang setengah liar,mana tahu tentang
prikemanusiaan? Seorang di antara mereka berkata kepada pemimpinnya yang tadi mengejar
Dara Lasmi,
"Kakang Singo, mengapa perdulikan ocehan seorang kakek yang sudah mau mati? Tangkap
saja perempuan itu!"
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 14
Mereka serentak maju hendak menangkap Dara Lasmi,akan tetapi tiba-tiba terdengar
bentakan kakek itu dengan suara gemuruh.
"Jangan bergerak!"
Dan aneh! dua belas orang perampok yang tinggi besar dankuat itu tiba-tiba berdiri diam
dalam gerakan masing-masing, ada yang sedang mengulur tangan, ada yang sedang berlari,
ada pula yang sedang menengok, semua berdiri diam dan kaku tak dapat bergerak seperti
patung batu-batu.
Melihat keanehan ini, Dara Lasmi tertegun dan berdiri dengan bengong, kemudian ia maklum
bahwa ia berhadapan dengan seorangtua yang sakti, maka sambil menggendong anaknya dan
berjalan terpincang-pincang ia lalu menghampiri kakek itu dan menjatuhkan diri berlutut,
menyembah, lalu ibu yang sengsara itu terjungkal pingsan bersama Ratnawulan di dalam
gendongannya.
"Jagad Dewa Batara!" Kakek itu menyebut."Kasihan sekali nasibmu yang buruk ini, nini!"
Ketika Dara Lasmi siuman kebali dari pingsannya, dengan amat heran ia mendapatkan dirinya
telah berada dalam sebuah pondok bilik yangamat sederhana dan Ratnawulan telah tidur
nyenyak di sebelahnya, yaitu di atas sebuah pembaringan bambu yang bersih.
Ia bangun perlahandan memandang ke kanan kiri. Pondok itu tak berkamar, hanya kecil saja
bagaikan gubuk ditengah sawah. Iaturun dari pembaringan bamboo itu dan merasa makin
terheran ketika merasa betapa kedua kakinya telah sembuhsama sekali. Ketika keluar dari
sebuah pintu yang kecil didepan pondok, angina sejuk meniup perlahan dan ia merasa
tubuhnya menjadi segar dan berbareng perutnya terasa lapar sekali. Setelah ia keluar dari
pondok, ia menahan seruannya karena merasa amat kagum. Pemandangan di luar pondok
benar-benar mengagumkan dan indah sekali.Ternyata bahwa pondok itu berada di puncak
Gunung Mahameru dan didepannya terbentang luas tamasya alam yang indah menawan hati.
Bunga-bunga harum indahtumbuh di sana-sini, pohon-pohon yang penuh buah-buahan
terdapat banyak sekali disekitar tempat itu. Suara burung yang berkicau membuat ia merasa
seakan-akan berada di alam mimpi.
Ternyata bahwa saat itu metahari baru saja terbit,maka ia merasaheran bagaimana ia bisa
berada di tempat ini. Ia teringat kepada kakaek yang menolongnya, maka ia menduga bahwa
tentu kakekitu yang membawa mereka berdua ketempat ini. Dara Lasmi mencari-cari dengan
matanya,namun kakek itu tidak nampak berada di sekitar tempat itu.
"Ibu.!"tiba-tiba terdengarRatnawulan memanggilnya.Ia kembali ke dalam pondok dan
anaknya telah turun dari pembaringan. Juga keadaan Ratnawulan amat sehat dan
segar.Agaknya hawa gunung yang sejuk mambuat mereka merasa amat segar dan sehat.
"Sudah bangunkah kalian?" tiba-tiba terdengar suara halus bertanya. Suara ini datangnya dari
depan pondok,maka Dara Lasmi lalu mengandeng tangan anaknya dan segera keluar dari
pondok. Ternyata bahwa yang bicara itu adalah kakek yang kemarin menolong mereka, maka
Dara Lasmilalu mengejak anaknya cepat-cepat berlutut menyembah memberi hormat.
"Sungguh hamba amat bersyukur dan berterimakasih kepada eyang yang telah menolong
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 15
kami berdua. Kalau tidakada eyang yang menolon kami, entah bagaiakan jadinya dengan
nasib diriku!"
Tak tertahan lagi, saking terharunya, Dara Lasmi mengucurkan air matanya.
"Bersyukurlah kepada Yang Maha Adil, nini, dan jangan berterima kasih kepadaku. Memang
kau dan anakmu sudah berjodoh untuk bertemu dengan aku, maka sekarang ceritakanlah
mengapa kau seorang wanita muda bersama anakmu sampai tersasar ke lereng Gunung
Mahameru dan berada dalam keadaan yang demikian sengsara?"
Sambil mengucurkanair matanya, Lasmi menceritakan pengalamannya. Akhirnya, ia menutup
penuturannya sambil menyembah.
"Oleh karena hamba telah tertolong oleh eyang dan telah berada di sini, maka nasib hamba
berdua selanjutnya, hamba serahkan pada eyang. Kalau eyang sudi, biarlah hamba tinggal
bersama anak hamba di sini, menjadi pelayan dan mengerjakan segala keperluan eyang."
Kakek itu mengelus-elus jenggotnya yang panjang sambil menarik napas. "Hm, Mahapati
agaknya yang menjadi gara-gara. Sungguh sayang Majapahit yang jaya dikotori oleh bagawan
itu. Nini, jangan kau berduka, karena betapapun juga, suamimu gugur sebagai seorang ksatria
utama. Kau tinggalah di sini bersama anakmu dan asal saja kau tidak teringat akan
kemewahan hidup dikota dancukup merasa puas denganapa yang ada, kau tentu akan
menemui kebahagiaan hidup ditempat sunyi ini.Di lereng sebelah utara, takjauh darisini,
terdapat beberapa kelompok dusun sehingga kau tak perlu khawatirakan kesunyian,
sungguhpun di sini kau takkan bertemu dengan orang-orang gunung yang sederhana saja.
Adapun anakmu ini, jiwa ksatria ayahnya menurun kepadanya, maka biarlah ia kudidikdan
menjadi muridku."
Bukan main girangnya hati Dara Lasmi,dan kini yang mengalir turun dari matanya adalah air
mata kebahagiaan.
"Terima kasih, eyang. Sungguhkata-kata eyang itu merupakan pendengaran yang paling indah
dan membesarkan hati bagi hamba."
"Kau anak yang baik, nini, dan demi Yang Maha Adil, kebaikan selalu mendatangkan
kebaikan."
Kakek tua itu bukan lain ialah Sang Panembahan Mahendraguna, seorang pertapa sakti yang
telah puluhan tahun bertapa di puncak Gunung Mahameru. Orang-orang dusun yang tinggal di
sekitar gunung itu, menyebutnya dengan sederhana saja, yaitu Eyang semeru. Selain bertapa
kakek ini suka bertani, menanam sayur-sayurdan suka pula berjalan-jalan ke kampongkampung
untuk memberi wejangan-wejangan kepada orang-orang kampong dan gunung,
bahkan tak jarang ia menolong mereka yang menderita sakit.Tak seorangpun tahu darimana
asalnya kakek luar biasa ini yang hidupnya amat sederhana, akan tetapi tak seorangpun
diantara mereka yang tidakmenaruh hormat terhadap Eyang Semeru.
Demikianlah, semenjak tertolong oleh kakek sakti ini DaraLasmi hidup di puncak Mahameru,
mengatur segala keperluankakekitu dan juga mendidik Ratnawulan anak tunggalnya yang
terkasih. Tepats ebagaimana yang dikatakan oleh Eyang Semeru, semenjak tinggaldi gunung
itu, Ratnawulan memperlihatkan bahwa ia memiliki ketangkasan dan sifat-sifat keperwiraan,
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 16
tiada bedanya dengan seorang anak laki-laki. Ia mendapat latihan-latihan ilmu pencak silat
dari ibunya dan dalam waktu setahun saja, semua kepandaian ibunya telah diwarisinya sampai
tamat!
Dara Lasmimemang sengaja mendidik puterinya agar supaya menjadi seorang pendekat
wanita, karena tidak saja ketangkasan dan kegagahan diperlukan bagi seorang yang hidup di
tempat berbahaya itu, jugaia bercita-cita untuk menyuruh anaknya ini kelak membalas
dendam kepada Kartika! Disamping memberi latihan silat, Dara Lasmi juga memberi latihanlatihan
pekerjaan yang harus diketahui oleh seorang wanita, yaitu pekerjaan
tangan,memasakdan lain.
Alangkah girang hatiDara Lasmi ketika mendapat kenyataan bahwa setelah menamatkan
pelajaran ilmu pencaksilat yang ia berikan kepadanya, Ratnawulan mulai mendapat pelajaran
dari Eyang Semeru sendiri! Dan ketika ia melihat cara Eyang Semeru memberi latihan
keperwiraan kepada anaknya, ia menjadi takjub karena ternyata bahwa kakek itu adalah
seorang ahli yang sukar dicari bandingannya! Baru mendapat latihan beberapa bulan saja,
sudah nampak kehebatan gerakan Ratnawulan apabila anak itu sedang berlatih
pencak.Gerakan-gerakannya selain cepat,juga amat luar biasa. DaraLasmi ketika masih kecil
dan berada di rumah ayahnya yang menjadi pendekat pencak,sudah sering kali melihat
kawan-kawan ayahnya bermain silat, akan tetapi belum pernah ia melihat gerakan-gerakan
yang secepat dan sehebat ilmu pencak yang diajarkan oleh Eyang Semeru kepadaRatnawulan.
Maka diam-diam wanita muda ini mengucap syukur di dalam hatinya kepada YangMaha
Agung yang telah mempertemukan ia dan anaknya dengan Eyang Semeru.
*
Waktu berdear amat cepatnya. Tujuh tahun lewat tak terasa,seakan-akan tujuh tahun itu hanya
tujuh harisaja. Bagaikan sang waktu, segala apa di permukaan bumiini bergerak maju,
berubah dan tumbuh tak terasa pula. Benih bertunas, menjadi sehelai rumput hijau tak berarti,
lalu tumbuh menjadi besar, bercabang, berdaun, berbunga, berbuah! Yang tadinya belum ada
bermunculan, yang kecil menjadi besar, yang besar menjadi tua akhirnya kembali lenyap
ditelan bumi.Semua ini terjadi bersama peredaran waktu, tak terasa, tahu-tahu sudah terjadi
dan demikian seterusnya, selama dunia masih ada.
Akan tetapi, di antara segala benda di alam dunia, Gunung Mahameru termasuk benda yang
amat kokoh kuat,agknya tak terpengaruh oleh waktu, atau andaikata terpengaruh, maka
perubahannya amat kecil, takkan terlihat oleh mata manusia. Keadaan Gunung Mahameru
tujuh tahun yang lalu dengan keadaan sekarang, masih sama.Gunung itu masih menjulang
tinggi, kepalanya lenyap ditelanawan, bagaikan raksasa dalam Samadhi. Besar, tinggi, angker
dan jaya, saksi mati segala peristiwa yang melihat semua itu dengan sabar dan
diam.Mahameru maklum bahwa segala peristiwa yang terjadi di permukaan bumi ini memang
harus terjadi dan semestinya demikian, maka ia tidak mau mengganggu gugat, tidak
mendorong ataupun mencegah, menyerahkan segala sesuatunya kepada Pengaturnya.
Bunga-bunga berkembang dan merontok berulang kali di lereng Gunung Mahameru. Pohonpohon
tua tumbang dan pohon-pohon barutumbuh. Namun keindahan lereng gunung itu tidak
berubah, baik bunga-bunganya yang beraneka ragam dan warna serta keharumannya yang
menyegarkan hawa itu, maupun kehijauan pohon-pohon yangmemenuhi hutan-hutan di
sekitar lambung dan kaki gunung.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 17
Pada suatu pagi yang indah di lereng Gunung Mahameru. Sang Batara Surya baru saja muncul
kembali setelah beristirahat semalam suntuk di belakang Gunung Mahameru. Cahayanya yang
kuning kemerahan bagaikan sinar kencana murni itu menembus embun pagiyang tebal,
seakan-akan merupakan air suci yang dituangkan dari Surgaloka.Segala sesuatu merasakan
kenikmatan hangat yang ditimbulkan oleh cahayamatahari, kenikmatan yang membuat segala
benda merasa bersyukur bahwa ia masih hidupdi permukaan bumi ini. Suara burung yang
ratusan macamnya memnuhi udara dengan kicau dannyanyi, amat merdu dan membangkitkan
suasana gembira, tak kalah indahnya dengan bunyi nyanyian maupunindahnya dengan bunyi
nyanyian maupun gamelan yang manapun juga.
Sukarlah menuturkanatau menggambarkan keindahan tamasya alamdi pagi hari di lereng
Gunung Mahameruitu, karena bahasa dunia tak cukup kuat untuk menggambarkan keindahan
yang mulusdan suciitu. Kalau ada seseorang kebetulan berada ditempat itu dan menyaksikan
segala keindahan ini, tanpa berdongak memanang keluasan langit yang maha hebat itu,ia akan
merasa betapa kecil tak berarti adanya dia diantara segala keindahan yangmulia ini.
Setelah matahari naik makin tinggi, dari balik sekelompok pohon mawar gunung dengan
bunganya yang berwarna merahmuda, terdengar suara orang bersenandung. Dari suara
senandung yang makin keras itu dapat diketahui bahwa orangnya tentu sedang menuju ke
lereng itu.
Tak lama kemudian nampaklah orangnya yang bersenandung tadi.
Dan kalau suaranya tadi amat merdu, maka orangnya lebih menarik lagi.Ia adalah seorangdara
remaja yang usianya takkan lebihdari tujh belastahun. Kecantikan wajahnya menyaingi bunga
mawar yang sedang mulai mekar, bahkan bunga melatidan kenanga yang tumbuh di dekat
tempat itu menjadi kemerahan karena maludan iri menyaksian keayuan dara itu.
Rambutnya hitam panjang terurai ke belakang punggung, segar dan gemuk, terhias kembang
melati yang harum dan putih bersih.Di atas sebelah kiri dan didekat telinga terhias dengan
kembang mawar merah. Sepasang matanya lebar dan jernih sekali, dengan warna pitih pada
matanya yang mengingatkan orang akan permata yang menghias ujng daun di pagihari ini,
sedangkan manik matanya hitam danmengeluarkan sinar tajam berkilat. Sepasang mata yang
pada ujungnya dikanankiri meruncingitu menjadi lebihindah lagi oleh bulu mata yang panjang
melengkung ke atas, ditambah oleh sepasang alis mata yang hitam dan kecilpanjang
berbentuk bulan sabit.Hidungnya kecil mancung dengan ujung yang manis. Dan alangkah
indah bentuk mulutnya. Garis bibirnya membentuk potongan gendewa terpentang dan kulit
bibirnya merah delima, membasah dan segar sehat!
Akan tetapi, di balik segala kecantikan yang benar-benar menggairahkan ini, tidak nampak
kelemahan dan sifat menyerah yang biasanya terdapat pada seorang wanita, sebaliknya jelas
sekali nampak sifat yang perkasa di balik kecantikannya itu. Terutama sekali sepasang
matanya yang tajam itu menyinarkan semangat yang bernyala-nyala dan ketabahan yang luar
biasa. Pakaiannya sederhana saja dan dari pakaiannya ini nampak pula sifat-sidatnya yang
gagah. Baju kutangnya terbuat daripada kain berwarna hitam, dengan hiasan renda putih
dibagian pinggangnya, atas dan bawah.Baju kutangnya yang hanya membungkus dadanya
setinggi bawah pangkal lengan itu melibat erat, namun masih belum cukup kuat untuk dapat
menyembunyikan keindahan bentuk tubuhnya yang mulai berkembang. Pinggangnya dikat
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 18
dengan sabuk berkembang warna kuning dengan kembang-kembang merah di depannya,
bagian penyambung sabuk itu, dihias dengan sebuah kembang perak dengan permata intan di
tengahnya. Sebatangkeris denganwarangkanya yang berukirdan gagangnya yang berbentuk
kepala naga, terselip di baliksabuk, miring ke kiri.Daripundak kirinya sampai ke pinggang
kanannya melintang erat-erat sehelai tali lawe warna merah, yaitu pengikat tempat anak panah
dan gendewanya. Dipandangdari depan, makayang nampak hanyalah gagang-gagang anak
panahnya yang dipasangi bulu burung srikatan.Di pergelangan tangan kirinya nampak sebuah
gelangemas berukir intan dengan mata intan, sedangkan pergelangan tangan kanannya
dilingkari sebuah gelang kayu cendana menghitam yang berbentuk ular. Berbeda dengan
kebiasan-kebiasaan puteri paamasa itu, dara ini mengenakan kain batiknya agak tinggi di atas
mata kakinya yang terhias gelang perak, dan hal inimemang disengaja karena dengan
demikian gerakan langkah kakinya menjadi leluasa, seperti halnya kebiasaan perempuanperempuan
gunung di sekitar Gunung Mahameru itu mengenakan kainnya.
Inilah Diah Ratnawulan yang kinitelah menjadi seorang dara perkasa yang berilmu tinggi.
Selama tujuh tahun Ratnawulan menerima gembelangan-gemblengan ilmu pencak silat dari
ibunya dan dari eyang gurunya, bahkan iatelah mempelajari ilmu kebatinan sehingga tidak
saja ilmu silatnya tinggi, akan tetapi iapun memiliki kekuatan batin yang mentakjubkan, yang
membuat semangatnya bernyala-nyala, ketabahannya tak mengenal batas, dangerak-geriknya
tenang, penuh kepercayaan kepada diri sendiri.
Pada waktu itu, Panembahan Mahendraguna atau Eyang Semeru, yaitu eyang guru dari
Ratnawulan, telah sebulan lebih meninggalkan puncak Mahameru, melakukan lelana brata
dan katanya hendak mengamankan daerah-daerah di tanah Jawa yang masih angker. Maka
Ratnawulan hanya tinggal berdua dengan ibunya yang kinipun telah menjadi seorang pertapa.
Dara Lasmi telah mempelajari filsafat kebatinan dari Eyang Semeru dan kini mulai
menjalankan tapa brata. Akan tetapi, dendam di dalam hatinya biarpun kini tidak bernyalanyala
panas, namun api dendam itu masih belum padam. Ia belum menceritakan hals akit
hatinya itu kepada puterinya, oleh karena sungguhpun ia maklum bahwa kinianaknya telah
menjadi seorang pendekar yang digdaya, jauh melebihi kegagahan mendiang ayahnya, namn
ia mengangap anaknya masih terlampau muda.
Memang ada benarnya keraguan hati Dara Lasmi itu, oleh karena sesungguhnya, di samping
ketenangan dan kepamdaiannya yang tinggi, Ratnawulan memiliki dasar tabiat yang keras
hati dan tidak mau mengalah terhadap siapapun juga. Sifat inilah yang marupakan dorongan
kepadanya sehingga ia dapat mengeduk semua ilmu dari Eyang Semeru.Tiap kali ia berlatih
dengan gurunya itu dan dikalahkan, ia menjadi penasaran dan merengek-rengek kepada
gurunya untuk diberi pelajaran ilmu baru yang digunakan oleh gurunya dalam mengalahkan
tadi.
Seringkali Eyang Semeru berkata sambil tersenyum kepadanya.
"Ratnawulan,kau seperti anak kecil saja! Kau selalu merasa penasaran kalau dikalahkan dan
ingin menambah pengertianmu. Sifat untuk selalu menambah kepandaian ini memang baik
dan dapat memajukan kepandaianmu, akan tetapi jangan kau terlalu bernafsu oleh keinginan
hendak memiliki seluruh kesaktian yang ada didunia ini.Hasrat hati memang selalu diliputi
nafsu angkara murka dan kehendaknya kalau dapat akan dipeluknya Gunung Mahameru,
tanpa mengingat bahwa sepasang lengannya hanya pendek saja. Ketahuilah, Wulan, manusia
tetap makhluk yang lemah apabila di bandingkan dengan seluruh kebesarannya ini.
Kepandaianmu tidakkenal batas dan tidak habisnya.Tak mungkin ada di dunia ini manusia
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 19
yang dianggap paling pandai, karena sepandai-pandainya seseorang, akan ada yang melebihi
lagi. Kalau kau menang dalam sesuatu hal terhadap orang lain, belum tentu kau akan menang
pula darinya dalam hal lain. Dan akhirnya, sepandai-pandainya orang,ia akan merasa dirinya
bodoh dan kecil kalau berhadapan dengan hukum dan kekuasaan alam!"
Betapapun juga, karena Eyang Semeru amat sayang kepada dara ini, ia turuti juga
permintaannya dan karenanya, Ratnawulan menjadi makin pandai saja. Baik ilmunya
memanah, bersilat tangan kosong, main keris, maupun kekuatan batinnya, membuat ia
menjadi seorang dara perkasa yang jarang terdapat keduanya pada zaman itu.
Selain kerashati dan tidak mau kalah, Ratnawulan juga berwatak riang gembira danamat
jenaka pula sehingga kadang-kadang ia bertingkah kenes dan kewat, menggemaskan hati dan
membuat orang ingin menggigit dengan gemas dan sayang!
Kesukaan Ratnawulan berburu binatang dan ia seringkali merantau di sekitar Gunung
Mahameru, sehingga boleh dibilang semua penduduk di dusun-dusun sekitar lereng dan kaki
gunung itu kenal belaka kepada dara perkasa ini. Karena malum bahwa dara ini adalah murid
terkasihdari Eyang Semeru,maka mereka semua menghormatinya sebagai seorangdara yang
berilmu tinggi.Tidak jarang Ratnawulan menolong orang-orang dusun yang sedang ditimpa
bencana.Pernahia memburu dan membunuh seekor harimau buas yang mengacau dusun di
kaki gunung sebelah selatan, dan pernah pula ia mengusir seorang laki-laki kasar yang
menjagoi dan menghina penduduk kampong mengandalkan kekuatannya.
Pada hari itu, Ratnawulan seperti biasaturun daripuncak gunung. Iahendak memburu rusa,
karena telah lama ia tida kmakan daging rusa. Sudah beberapa tahun ibunya tidak makan
daging, dan hanya makan sayur-sayuran saja,maka kalau ia mendapatkan hasil buruan, ia
hanya makan bagian yang paling disukainya saja, sedangkan selebihnya ia berikan kepada
orang-orang dusun terdekat.
Ratnawulan telah melalui dua buah hutan, namun belum juga ia melihat seekor rusa pun. Ia
menjadi jengkel dan kegembiraannya banyak berkurang. Mengapa ia demikian sial, pikirnya.
Memang banyak ia melihat binatang-binatang lain, akan tetapi bukan watak dara itu untuk
sembarangan melepas anakpanah dan membunuh binatang tanpa maksud. Kalau ia ingin
membunuh rusa,harus rusalah yang menjadi kurban anak panahnya, bukan binatang
lain.Ratnawulan belum belum pernah membunuh binatang, kalau ia ingin makan daging
itu,atau kalau binatang itu tidak menyerangnya. Biar bertemu dengan seekor harimau atau ular
besar sekalipun, asalkan binatang ini tidak mengganggunya dan tidak mengganggu penduduk,
ia tidak mau menyerang atau membinasakannya.
Setelah matahari naik tinggi dan tengahhari telah lewat, ia tiba di dalam sebuah hutan di
sebelah utara gunung. Di luar hutanitu terdapat sebuah dusun yang disebut dusun Jatikembar.
Nama ini diberikan orang kepada dusun itu karena di situ terdapat sepasang pohon jati yang
besardan tua dan yang bentuknya hampir sama, maka dikenal jati kembar. Ratnawulan telah
dikenal baik oleh penduduk di situ, maka dara ini ingin singgah di situ melepas lelah.
Tiba-tiba ia melihat berkelebatnya bayangan rusa. Hatinya berdebar girang dan bagaikan anak
panah terlepas dari busurnya, tubuhnya melesatdan memburu rusa itu dengan cepatnya. Rusa
adalah seekor binatang yang dapat berlari amat cepatnya, akan tetapi oleh karena tahu bahwa
dirinya dikejar orang, rusa itu berlari sambil sembunyi-sembunyi sehingga sebentar saja
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 20
Ratnawulan dapat mengejarnya. Percuma saja binatang itu hendak menyembunyikan dirinya,
karena sepasang mata dara itu yang amat tajam dan erlatih, selalu dapat mengikutinya.
Pada saat yang amat baik, ketika binatang itu hendak berlari lagi keluar dari serumpun alangalang,
Ratnawulan cepat mengambil gendewa dan anakpanahnya. Dengan amat cekatan tanpa
memandangnya lagi, tangannya bergerak memasang anakpanah dan“sr!“ sebatang anak panah
meluncur merupakan sinar keputihan dan dengan tepat anakpanah itu menembus jantung
binatang itu yang roboh tanpa dapat bergerak atau mengeluarkan suara lagi karenaia mati
pada saat anak panah menancap dan menembus jantungnya.
Bukan main girangnya hati Ratnawulan karena hasil ini.Ia menyimpan gendewa dan anak
panahnya, lalu berlari-lari menghampiri rusa yang menggeletak tak bernyawa itu.
Kegirangannya membuat ia berlaku kurang waspada dan tidak melihat bahwa diatas cabang
pohon lo di deka trusa itu, terdapat seekor macan tutul sedang mengintai dengan mulut
meringis.
Tadinya macan tutulitu hendak menyerang rusadan menjadikan rusa itu sebagai pengenyang
perutnya yang lapar,akan tetapi ketika ia melihat Ratnawulan berlari mendekat, perhatiannya
beralih kepada mangsa yang masih hidup ini.
Ratnawulan membungkuk dan hendak mencabut anak panahnya yang menancap didada
rusa,dan pada saat itulah harimau tutul itu menggereng dengan suara yang amat dahsyat.
Ratnawulan terkejut dan baru ia tahu bahwa di atasnya ada seekor macan tutul yang
kelaparan, akan tetapi terlambat karena pada saat itu, binatang buas tadi telah menubruk turun
dengan kaki depannya mengulur cakar dan mulut terpentang lebar.
Akan tetapi, tidak percuma Ratnawulanlah mendapat gemblengan bertahun-tahun dari
Panembahan Mahendraguna dan ia hanya akan memalukan nama Eyang Semeru apabila ia
menyerah kalaht erhadap serangan hanya seekor macan tutul saja! Biarpun tubuhnya masih
membungkuk dan sedang berada dalam posisi yang kurang baik dan sama sekali tidak kuat,
namun ketabahan dan ketenangannya banyak menolongnya. Dengan amat sigapnya, ia
menjatuhkan diri ke kiri dan bergulingan cepat bagaikan seekor trenggiling sehingga tubrukan
macan tutul itu mengenai tempat kosong. Ketika macan itu sambil menggereng marah
membalikkan tubuhnya, dara perkasa itu telah berdiri dengan gagah memasang kuda-kuda
dan siap menghadapinya.
“Binatang curang!“ia memaki sambilt ersenyum mengejek. “Kalaukau memang berani,
seranglah ke depan, jangan mempergunakan kesempatan selagi orang lengah kau menubruk.“
Belum habis ucapannya ini dikeluarkan macantutul yang tidak mengerti ucapan dara itu, telah
menggeram dan menubruk kembali.Akan tetapi kali ini dengan gerakan amat indah serta
gesitnya, Ratnawulan mengelak kekanan dan ketika tubuh macantutul itu menyambar lewat ia
memutar kakinya dan memberi hadiah berupa dupakan kearah pantat binatang itu sehingga
macan itu terdorong maju dan terjungkal ke depan.
Ratnawulan tertawa geli, sedangkan macan itu cepat bangun pula.
Ia tidak segera menyerang, akan tetapi menggereng perlahan, mulutnya ditarik meringis
seakan-akan memperlihatkan keruncingan siungnya kepada lawan. Kedua kaki depannya
menggaruk-garuk tanah sehingga tidaksaja rumput-rumput menjadi jebol karena kukuDiah
Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 21
kukunya yang menggaruk kuat, bahkan batu-batu kecil juga ikut tergali ke luar! Ia seakanakan
hendak memperlihatkan betapa kuatnya kku-kukunya. Tubuhnya direndahkan sehingga
perutnya yang kempis itu menyentuh tanah, seluruh urat kakinya tegang siap untuk menubruk
kembali.
Bagiorang lain, lebih-lebih wanita, baru melihat siung dan gigi yang runcing dan tajam serta
cakar yang ganas dan kuat itu, tentu ia akan menggigil karena merasa ngeri dan takut. Akan
tetapi Ratnawulan bahkan tertawa geli dan berkata seakan-akan lawannya seorang manusia
yang mengerti kata-katanya.
“Macan busuk! Kau mempunyai benda-benda runcing, apa kaukira akupun tidak mempunyai
itu?
Kau lihat ini!“ Sambil,sekali tangan kanannya bergerak, makakeris pusaka Kyai Banaspati
yang selalu terselip di pinggangnya kini telah berada di tangannya!
Aneh sekali, entah karena keampuhan Kyai Banaspati, keris pusaka pemberian Eyang Semeru
itu, atau karena ketegangan gadis itu yang amat ganjil bagi si macan tutul, akant etapi
buktinya binatang ini seperti merasaragu-ragu untuk melanjutkan serangannya. Sampailama ia
mendekam saja, menggereng perlahan dan bahkan tubuhnya lalu bergerak mundur perlahan
sekali!
“He, binatang pengecut! Apakah kau patut disebut raja hutan?“ Ratnawulan mengejek dan ia
memandang sebuah batu yang berada di depannya ke arah macan tutul itu.
Macantutul itu menggerung kesakitan dan dengan kaki depan serta mulutnya, ia mencoba
untuk mencakar atau menggigit buntutnya yang telah hilang sehingga tubunya berputar-putar
sepertibaling-baling. Kemudian, dengan amarah meluap-luap ia menerjang lag,kini tidak
engan melompat ke atas, hanya langsung menerjang ke depan, tubuhnya diluruskan dan
dipanjangkan. Dua buah kaki depannya mencakar kearah tubuh Ratnawulan.
Serangan ini diganda tertawa saja oleh dara pendekar itu yang lalu melompat keatas melalui
tubuh harimau sambil berseru.
“Awas telingamu!“ Dan ketika ia menggerakkan kerisnya,maka terbabat putuslah telinga kiri
harimau itu!
Kembali macan tutul itu menggerung-gerung kesakitan dan darah mengucur dari kepalanya
yang kini tinggal bertelinga satu itu. Ia memandang kepala lawannya dengan marah dan
kepalanya digerakkan ke kanan kiri karena terasa amat perih dan sakit.
“Bagaimana, kucng dapur! Masih belum puaskah? Awas, kali ini kedua matamu hendak
kuambil!“
Akan tetap iagaknya macan itu telah puas dan kapok. Buktinya, tanpa pamit lebih dahulu ia
lalu membalikkan tubuhnya dan melarikan diri secepat mungkin dengan terhuyung-huyung
karena tanpa buntut, ia kehilangan keseimbangan tubuhnya dan telinganya yang tinggal satu
itu membuat kepalanya terasa berat sebelah.
Ratnawulan tertawa bergelak dengan hati geli. Ia menyimpan kembali kerisnya didalam
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 22
warangka dan sambil tersenyum ia memungut telinga dan buntut macan tadi, dibawanya ke
tempat rusa yang menjadi korban anak panahnya.
Pada saat itu,munculah belasan orang dusun Jatikembar.Ada yang membawa arit, ada yang
membawa tombak, kapak, linggis dan bahkan ada yang membawa pacul.Seorang yang
berubah gemuk bahkan membawa sebatang alu yang potongannya seperti tubuhnya sendiri.
Beramai-ramai mereka menuju ketempat itu dan ketika melhat Ratnawulan, mereka segera
maju menghampiri dengan wajah nampak girang.
“Eh, eh,paman-paman sekalian ini hendakke manakah?“Tanya Ratnawulan sambil
memandang heran.
Seorang tua yang memegang tombak,yaitu PakGanjar yang dianggap sebagai kepala dusun
Jatikembar, menarik napas panjang dan menjawab,
“Ah, baiknya ada kau di sini, jeng Wulan.“ Memang Ratnawulan disebut Raden Ajeng
Ratnwulan yang disingkat jeng Wulan saja, karena sungguhpun DaraLasmi tak pernah
menceritakan pada orang lain bahwa ia adalah isteri seorang senopati, namun keadaan dan
sifat-sifat Dara Lasmidan Ratnawulan membuat semua orang dusun menduga bahwa mereka
tentu berarah bangsawan.
“Ada apakah, Paman Ganjar? Agaknya kalian hendak berangkat perang?“
“Sebenarnya kami sedang dalam keadaan gelisah, bagaikan seekor burung yang baru saja
terhindar ari bahaya maut sebatang anak panah sehingga apa saja yang kami dengar
menimbulkan rasa takut. Tadi kami sedang berkunpul dan marundingkan sesuatu yang amat
penting, yaitu tentang bahaya yang mengancam dusun kami,tiba-tiba kami mendengar
aumanmacantutul sehinggadengangugup dan ketakutan kami lalu mengambil senjata
seadanya untuk menuju ketempat ini.Tak tahunya kau yang beradadi sini dengan seekor rusa
yang telah kau panah mati. Heran sekali, dimanakah adanya macan tutul yang tadi kami denga
rsuaranya?“
Sambil tersenyum manis Ratnawulan menjawab, “Macan tutul? Ah, ia telah melarikan diri,
paman. Ia memang berada di sini tadi,akan tetapi setelah menyatakan takluk kepadaku dan
memberi tanda mata buntut dan kupingnya, ia lalu pergi. “Sambil berkata demikian
Ratnawulan lalu mengeluarkan buntut dan kuping macan tutul yang terbabat putus oleh
kerisnya tadi.
Semua orang menjadi bengong mendengar betapa seekor macan tutul yang ganas dapat
menyatakan takluk dan bahkan memberi tanda mata berupa buntut dan telinga, akan tetapi
setelah mereka melihat buntut dan telinga yang berdarah itu, bersoraklah mereka dengan
girang dan kagum. Mereka dapat menduga bahwa dara perkasa ini tentu telah
mempermainkan macan itu sehingga buntut dan telinganya terpotong.
“Kau tadi menyatakan tentang adanya bahaya yang mengancam kampungmu, Paman Ganjar.
Sebetulnya apakah yang telah terjadi?“
Pak Ganjar menarik napas berulang-ulang, kemudian ia menuturkan dengan suara berat.
“Bencana telah menimpa kepada kami, jeng Wulan. Bukanitu saja,yang mengelisahkan kami
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 23
adalah bahaya yang mengancam keselamatan penduduk sekitar Mahameru ini. Beberapa hari
yang lalu, beberapa orang kawan kami yang membawa hasil hutan ke kaki bukit sebelah
timur, telah bertemu dengan segerombongan perampok yang katanya berasal dari para
pelarian dari Majapahit, yaitu sisa para pemberontak yang telah dipukul hancur oleh barisan
Majapahit.
Mereka itu tidak saja merampok habis kawan-kawan kami itu, bahkan menyatakan hendak
menyerbu dan merampok habis dusun di sekitar gunung dan hendak memaksa kami memberi
runsum kepala mereka.
Ratnawulan menjadi marah mendengar ini sehingga alisnya terangkat naik.
“Hmm,di manakah adanya perampok-perampok jahanam itu?“
“Mereka berserang dihutan randu di kaki gunung sebelah timur,jeng Wulan,“kata Pak
Ganjar.“ Akan tetapi bukan itu saja bahaya yang menimpa kami.Ketika kawan-kawan kami
pulang dengan tangan kosong karena sudah diberi andil oleh perampok-perampok itu,
didalam hutan cemara tiba-tiba mereka diserang ular raksasa sehingga seorang diantara kawan
kami itu ditelan habis. Ah, entah dosa apa yang telah kami dan mendatangkan malapetaka
ini.“
Semua orang dusuni tu menundukkan kepala dan nampaksedih sekali. Kemarahan
Ratnawulan bertambah dan ia berkata, “Keparat benarular itu. Mari, tunjukkan aku ke hutan
cemara, hendak klihat sampai di mana kekurangajaran ular itu!“
“Akantetapi,jeng Wulan. Ular itu benar-benar besar sekali!“ kata seorang di antaramereka.“
Aku sendiri ikut dalam rombongan itu dan ketika kami berlima sedang membicarakan
kesialan kami yang telah dirampok habis-habisan, tiba-tiba kami mendengar desis hebat dari
atas pohoncemara dan baru saja kami menengok ke atas, dariatas menyambar turun kepala
ular ituyang besarnya segentong. Dengan kaki mengigil kami melarikan diri, akan tetapi
seorang kawan kami itu ditelannya bulat-bulat berikut seluruh pakaiannya, semua masuk ke
dalam mulut yang sebesar gua itu. Ketika aku menengok, bukan main! Tubuh ular itu
besarnya sama dengan gelugu (batang pohon kelapa)!“
Semua orang menjdi pucat mendengar ini, sungguhpunorang itu pernah bercerita sampai
berkali-kali kepada mereka.Tiap kali mendengar cerita ini kembali mereka menjadi ketakutan
dan ngeri.
Akan tetapi, tanpa gentar sedikitpun Ratnawulan berkata.
“Aku akan membinasakannya! Bawalah aku ke sana,atau kalau kalian takut tunjukkan saja di
mana tempat ular itu.“
Timbulah semangat PakGanjar menyaksikan sikap gagah ini walaupun ia masih merasa raguragu
ketika bertanya,
“Akantetapi,jeng Wulan. Binatang itu demikian berbahaya,bagaimana kalau sampai terjadi
sesuatu dengan kau? Kami takut akan mendapat marah dari EyangSemeru.“
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 24
“Jangan takut! Sebaliknya kalau kalian tidak mau memberitahukan dan aku tidak mau
menolong, beliau akan marah kepadaku, juga kepada kalian. Kalau sampai terjadi sesuatu,
biarlah kutanggung sendiri.“
“Baik, kalau begitu kami akan mengantarmu ke tempat itu, jeng Wulan! Hayo, siapa yang
berani mengantar?“ kata kepala dusun itu dengan gagah.
Ternyata semangat orang tua ini menlar kepada semua orang dan di antara belasan orangitu,
tidakada seorang pun yang tidak mau mengantar, semua hendak ikut dan hendak menyaksikan
betapa dara perkasa itu membinasakan ular!
“Akan tetapi,rusa ini harus dibawa ke dusun Jatikembar lebih dulu, kalau tidak segera dirawat
akan rusak,“kata Ratnawulan.
Demikianlah, beramai-ramaipara penduduk Jatikembar itu mengiringkan Ratnawulan
memasuki dusn Jatikembar sambil memikulrusa yang besar itu. Mereka berseri-seri bangga
seakan-akan rusa yang dipikuln yaitu adalah hasil buruan mereka! Kegirangan ini bukantak
beralasan, oleh karena seperti biasa, gadis pendekar itu hanya makan sedikit bagian saja,
sedangkan selebihnya akan dibagi-bagi dengan adil!
Riuhlah seluruh penduduk Jatikembar, tua mudalaki perempuan, menyambut kedatangan dara
perkasa itu. Rusa itulalu dikuliti, dan beberapa orang wanita sibuk memasak hati dan buntut
rusa karena mereka maklum bahwa hanya itulah kegemaran Ratnawulan. Taklama kemudian,
hatidan buntutrusa yang telah masak mengebul harum dihidangkan kepada Ratnawulan yang
segera memakannya dengan enak sebagai teman nasi pulen.
Setelah saraperkasa itu selesai makan, ia lalu minta diantar kehutan cemara di mana terdapat
ular besar itu. Kini yang mengantarnya terdiri dari orang-orang bersenjata parang, tobakdan
keris sebanyak duapuluh orang. Mereka berjalan mengiringkan Ratnawulan yang berjalan
bersama Pak Ganjar, kakek yang sudah lanjut usianya akan tetapi masih bersemangat. Semua
orang berbaris dengan langkah gagah, seakan-akan sepasukan perajurit yang berangkat perang
dipimpin oleh seorang panglima yang gagah perkasa.
Akan tetapi, ketika mereka telah tiba di luar hutan cemara, lenyaplah sebagian besar
kegagahan mereka.Bahkan Pak Ganjar sendiri yangpaling berani kiniberjalan di belakang
Ratnawulan, tidakseperti tadi selalu di samping gadis pendekar itu.
“Di sanalah tempatna, melalui tanjakan itu membelok ke kiri,“kata seorang diantara mereka,
kawan si korban ular.
Tiba-tiba mereka mendengar suara yang menyeramkan menggema dihutan. Suara ini seperti
bunyi burung gagak yang menggoak dengan suara parau dank eras, akan tetapi suara ini lebih
besar dan lebih parau. Suara itu berbunyi berulang-ulang sampai delapan kali dan tiap kalinya
mendatankan gema dan membuat bulu tengkuk semua orang meremang.
“Suara apakah itu?“ Tanya Ratnawulan penuh perhatian.
“Itulah suaranya, jeng Wulan!“ bisik Pak Ganjar. “Aku tahu benar, ular yang besar memang
dapat menggoak seperti gagak. Dan menilik dari suaranya tadi, ia tentu amat besar.“ Suara
kepala kampong ini gemetar karena ia menahan rasa takutnya.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 25
“Hmm,kalau begitu, biarlah aku maju sendiri dan kalian berani mendekat,boleh mengikuti di
belakangku, akan tetapi jangan terlalu dekat.”
Denganlangkah gagah dan sedikitpun tidak ragu-ragu atau jerih, Ratnawulan menuju ke
tanjakan itu,kemudian ia membelok ke kiri.
Para pengikutnya yang berjumlah duapuluh orang itu saling pandang.Untuk beberapa lama
mereka tidka bergerak maupun bersuara, bahkan bernapas pun mereka tahan-tahan. Mata
mereka ditujukan kepada Ratnawulan sampai gadis itu lenyap dalam tikungan tanjakan.
“Aku mau ikut, jeng Wulan!“ tiba-tiba PakGanjar berbisik perlahan, akan tetapi gagah.
Kemudian dengan dada berdebar keras,kakek ini melangkah maju, mendaki tanjakan, dengan
tombaknya terpegang erat-erat ditangan kanan.
Perbuatan ini mendatangkan ketabahan dalam hati semua orang dan kini semua orang
melangkah maju perlahan mendaki tanjakan, di belakang Pak Ganjar.
Ketika Ratnwulan tiba di bawah pohon cemara yang tinggi dari mana suara menggoak tadi
terdengar, ia tertegun juga melihat seekor ular yang membelitkan tubuhnya pada cabang
pohon itu dengan kepala bersembunyi di balik daun cemara. Tubuh ular itu tidak sebesar yang
diceritakan olehorang tadi,dan hanya dibagian perutnya saja yang benar-benar sebesar pohon
kelapa karena agaknya di situlah terletakmayatorang yang telah ditelannya, akan tetapibagian
tubuhnya yang lain tidak sebesar itu. Kulitnya berwarna coklat kekuning-kuningan dengan
kembang-kembang hitam melingkar-lingkar. Inilah semacam Ular Sanca Kembangy ang
jarang ditemukan orang dan sungguhpun penuturan orang tadi agak dilebih-lebihkan, akan
tetapi Ratnawulan harus mengaku bahwa belum pernah ia melihat ular sebesar itu. Ular itu
membelit cabang terendah dan melihat panjangnya tubugh ular itu, bisa jadi kepalanya
menyentuh tanah apabila ia menggantungkan tubuhnya sambil mempergunakan ekornya
untuk melilit cabang dan menahan tubuhnya.
Tadinya Ratnawulan merasa sayang untuk membinasakan binatang yang indah warna kulitnya
ini, akan tetapi ketika pandang matanya tertuju kearah perut yang gembung itu, ia teringat
akan korban manusia yang telah ditelan olehular itu, maka kemarahannya timbul kembali.
“Ah, paman-paman petani itu terlalu penakut.“ pikirnya, “apakah susahnya membinasakan
ular itu? Dengan sebatang anak panah pun ia akan dapat dibinasakan.“
Setelah berpikir demikian, ia mencabut sebatang anak panah,menurunkan gendewanya,
memasang anak panahnya dan bagaikan Srikandi melepaskan panah pusakanya, ia membidik
dan menarik tali gendewanya. “sr!“ Sebatang anak panah meluncur cepat ke atas dan tepat
mengenai bagian tubuh ular yang menjadi sasaran bidikan Ratnawulan, yaitu di dekat leher.
Akan tetapi, alangkah terkejut dan herannya hati Ratnawulan ketika menyakskan betapa anak
panahnya itu tidak menembus kulit ular sebagaimana yang ia duga,akan tetapi anak panahnya
itu meleset dan menancap pada cabang pohon itu. Ternyata bahwa kulit ular itu amat keras
dan licin sehingga anakpanahnya tidak mempan dan meleset.
Akan tetapi, serangan anak panah itu cukup mengagetkan binatang itu, oleh karena tiba-tiba
tubuh ular itu bergerak dan kini kepalanya muncul dari balik daun-daun cemara. Bukan main
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 26
hebatnya kepala ular itu. Sungguhpun tidak sebesar gentong sebagaimana yang diceritakan
oleh orang besar dan yang mengerikan adalah mulut dan matanya. Mulutnya lebar dan
berwarna merah, lidahnya terjulur keluar dan siungnya nampak putih dan runcing.
Sepasangmatanya melotot dan menjijikkan sekali.
Ratnawulan merasa marah dan penasaran melihat betapa anakpanahnya yang pertama tadi
gagal. Ia mendengar seruan tertahan dari para pengikutnya yang telah berada di tempat jauh di
belakangnya. Agaknya orang-orang itu melihat pula betapa anak panahnya tak berhasil maka
dara perkasa ini menjadi malu dan gemas. Dengan cepat dipasangnya sebatang anakpanah lagi
dan setelah membidik kearah kepala ular itu, ia menarik lagi gendewa dan begitu dilepas,
meluncurlah anak panah itu menyambar kepala ular. Kepala ular itu bergerak sedikit akan
tetapi ia kalah cepat daripanah itu sehingga karena ia menarik kepalanya, maka anak
panahyang tadinya mengarah mulutnya itu, kini tepat mengenai tengah mulutnya itu, kini
tepat mengenai tengah-tengah kepalanya, diatas kedua matanya.
Kali ini Ratnawulan benar-benar tercengang. Ketika anak panahnya dengan tepat sekali
menusuk kepala ularitu, terdengar bunyi “Tak!“ dan anak panahnya jatuh ke bawah menjadi
dua potong. Demikian keras dan kuat kepala ular itu sehingga tak saja kepala itu tidak terluka
oleh anak panah, bahkan anakpanahnya putus menjadi dua.
Semua penduduk Jatikembar yang berada di situ, menjadi pucat melihat hal ini. Mereka tidak
terasa lagi mundur beberapa tindak,bahkan Pak Ganjar segera bertindak.
“Jeng Wulan.!Larilah saja, ular itu terlalu sakti!“
Orang-orang lain berseru, “Ular siluman.!“ Bahkan ada beberapa orangyang menjatuhkan diri
berlutut dan menyembah meminta ampun.
Tadinya ketikamelihat betapa anak panahnya yang kedua tidak berhasil bahkan patah,
Ratnawulan menjadi terkejut dan kesima, akan tetapi jangan sekali-kali mengira bahwa ia
menjadi takut atau gentar. Tidak! Dara perkasa Diah Ratnawulan tidakmerasa takut. Kini,
ketika mendengar seruan Pak Ganjar dan ketika ia menengok melihat wajah mereka pucat
ketakutan, amarahnya timbul dan ia memandang kepada ular itu dengan mata bernyala.
“Kau ular siluman? Baik, turunlah siluman busuk! Turunlah dan terima kebinasaanmu!“
Sambil berkata demikian, ia melemparkan gendewanya ke atas tanah dan mencabut Kyai
Banaspati, berdiri memandangke atas dengan sikap gagah!
“JengWulan. jangan.!“ masih terdengar seruan PakGanjar, akan tetapi Ratnawulan sama
sekali tidak memperdulikannya dan pada saat itu,ular yang merasa kepalanya sakit tertumbuk
anak panah yang kencang sekali jalan itu, tiba-tiba menyambar ke bawah. Dengan melilitkan
ujung ekornya pada cabang pohon, kepalanya menyambar dengan mulut terbuka lebar ke arah
Ratnawulan!
Gadisitu cepat melompat ke samping, menghindarkan diri dari sambaran kepala ular. Ia belum
sempat mengerjakan kerisnya oleh karena gerakan ular itu cepat sekali, dari atas menyambar
ke bawah. Setelah sambaran pertama gagal, kepala itu terayun-ayun dan menyambar-nyambar
dari kanan ke kiri dengan amat cepatnya. Mulutnya mendesis-desis dan mengeluarkan bau
amis sekali. Akan tetapi Ratnawulan terlampau cepat baginya dan biarpun berkali-kaliia
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 27
menyerang, selalu gadis ini dapat melompat ke samping dan mengelak dengan baik sekali.
Bahkan, pada sambaran ke lima kalinya, Ratnawulan yang telah mempelajari gerakan ular itu,
cepat mengejar dan menusuk dengan kerisnya. Iamerasa betapa kulit ular itu benar-benar
keras dan licin sekali sehingga kerisnya Kyai Banaspati juga meleset! Ia maklum bahwa klit
ular itu mengeluarkan lender yang membuat kulititu amat licn,maka makin gemaslah
Ratnawulan. Ketika untuk keenam kalinya ular itu menyerangnya dengan mulut terbuka lebar
dan lidah terjulur keluar,ia tidak mengelak sambil melompat seperti tadi, akan tetapi dengan
amat beraninya ia hanya menggeser kakinya dan miringkan tubuh, kemudian secepat kilat
kerisnya menyambar kearah lidah ular yang dijulurkan keluar! “Cep!“dan keris itu dengan
ganasnya membabat lidah itu sehingga putus.
Ular ini ketika tadi ditusuk oleh Kyai Banaspati, sungguhpun tidak terluka, akan tetapi daya
keampuhannya keris itu membuat kulitnya terasa panas bagaikan terbakar, maka ia menjadi
marah sekali. Dan kini lidahnya terpotong oleh keris pusaka itu! Terdengar suara menggoak
yang menyeramkan sekali dania lalu melepaskan belitan ekornya sehingga tubuhnya yang
panjang itu kini jatuh menimpa Ratnawulan!
Pak Ganjar dan kawan-kawannya yang semenjak tadi menyaksikan pertempuran hebar itu
dengan hati penuh kengerian dan menahan napas,kini menjadi makin gelisah. Mereka
menjerit ketakutan ketika melihat betapa dengan kecepatan luarbiasa, ular itu tadi dapat
menyapu tubuh Ratnawulan dengan ekornya, sungguhpun gadis itu tadi dapat mengelak dari
terkaman tubuh ular.
Bukan main hebatnya sabetan ekor itu, kekuatannya ratusan kali. Pohon cemara pun akan
roboh kalau disebet oleh ekor itu. Ratnawulan terkena sabetan pada pinggangnya dan tubuh
dara perkasa itu terbanting ke atas tanah! Kalau lain orang yang terkena sabetan ini, tentu
tulang pinggangnya akan patah-patah. Akan tetapi, Ratnawulan hanya terlempar dan jatuh
saja, sama sekali tidak menderita luka, karenaia telah mempergunakan aji kesaktiannya Liman
Murni (Tubuh Gajah), sehingga ekor ularitu seakan-akan menyabet seekor gajah yang berat
dan kuat, maka tentu saja tak berdaya merusakkannya. Apalagi Ratnawulan memang telah
mempelajari ilmu kekebalan dan tubuhnya telah “berisi“ aji kesaktian wejangan Panembahan
Mahendraguna. Lagi pula, keris Kyai Banaspati bukanlah senjata biasa dan amatlah
ampuhnya, maka senjata pusaka inipun mendatangkan pengaruh dan kekuatan yang mujijat.
Orang-orang yang menyaksikan betapa dara perkasa itu terlempar, telah mengeluh dan
menjadi gelisah, akan tetapi hampir saja mereka bersorak girang ketika melihat betapa dengan
cekatan sekali bagaikan bajing melompat, Ratnawulan telah melompat kembali. Bibirnya
masih tersenyum-senyum sungguhpun sepasang matanya menyinarkan cahaya yang beralamat
kurang baik bagi yang dipandangnya. Dan karena pada saat itu yang dipandangnya adalah
ular itu, maka sudah dapat ditentukanakan nasib binatang ini.
Ular yang benar-benarkuat itu biarpun menderita kesakitan hebat karena lidahnya terpotong,
masih dapat bergerak amat cepatnya. Ketika ia melihat bahwa gadis itu tidak binasa oleh
sabetan ekornya, ia bergerak lagi dan tahu-tahu ekornya telah dapat melilir gadis itu.
Ratnawulan hanya merasa jijik dangeli saja, akan tetapi dara perkasaini menanti saat yang
baik. Ia menjaga agar supaya kedua tangannya tetap bebas dan bagian lain dari tubuhnya ia
biarkan saja dililit oleh lawannya. Ular itu mengerahkan tenaganya dan mempererat lilitannya.
Jangankan tubuh manusia, batu karang sekalipun agaknya akan hancur apabila dililit dan
ditekan dengan kekuatan yang bukan main besar dan hebatnya ini. Namun, untuk mencoba
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 28
menghancurkan tubuh Ratnawulan dengan lilitan itu, sama halnya dengan percobaan
menghancurkan sepotong baja murni. Ular itu merasa heran sekali dan mendekatkan
kepalanya dan membuka mulut yang tak berlidah lagi itu untuk menggigit kepala
Ratnawulan! Mulut itu dipentang lebar dan agaknya kelapa Ratnawulan akan dapat
dicapoknya begitu saja!
Saat yang dinanti-nanti oleh dara perkasa Ratnawulan. Secepat kilat menyambar, keris Kyai
Banaspati meluncur ke arah mulut itu dan ambles ditenggorokan ular itu.Ketika Ratnawulan
mencambut kembali kerisnya, darah menyembur keluar dari mulut ular.Akan tetapi dengan
cepat Ratnawulan telah mempergunakan kesempatan selagi ular itu terkejut dan kesaktian
sehingga lilitannya mengendur,untuk melepaskan diridari lilitan dan melompat jauh dari situ
sehingga ia tidak terkena semburan darah dari mulut ular. Kini ular yangtelah terluka parah itu
menggeliat-geliat dan kepalanya tak dapat menyerang lagi, hanya terputar-putar mengucurkan
darah dari mulut.
Parapengiring dari Jatikembar ketika melihat hal ini, dengan girang dan gagah lalu datang
menyerbu. Semua senjata, tombak, parang, kapak, linggis, dans ebagainya, jatuh bagaikan
hujan lebat di atas kepala ular sehingga tak lama kemudian kepala ular yang keras itu dapat
dihancurkan dan matilah binatang itu.
Bangkai ular diseret dan rombongan itu menuju ke kampong mereka sambil bersorak-sorak
dan tertawa-tawa girang. Setibanya di dusun Jatikembar, dengan hati-hati mereka membedah
perut ular itu dan mengeluarkan mayat kawan mereka yang ditelan ular. Ternyata bahwa
mayat itu masih utuh, hanya terluka bekas gigitan ular. Maka jenazah itu lalu dikebumikan
dengan upacara sederhana.
Sementara itu, setelah mendapat penjelasan lagi tentang para perampok yang mengganggu
penduduk Jatikembar, Ratnawulan meninggalkan dusun untuk pulang ke puncak, karena ia
takut kalau-kalau ibunya akan merasa gelisah apabila malam hari itu ia tidak kembali.
Penduduk Jatikembar yang merasa amat berterima kasih, mengantar dara perkasa itu sampai
diluar dusun di mana mereka berdiri memandang sampai gadis itu lenyap di sebuah tikungan
jalan.Mereka kembali ke kampong sambil tiada hentinya membicarakan kegagahan dara itu.
Di dalam pondok bambu di puncak Mahameru, Dara Lasmiduduk di atas pembaringan
bamboo.Rambutnya telah menjadi putih semua sungguhpun usianya belum tua benar. Akan
tetapi, biarpun kepalanya telah penuh dengan uban, namun wajahnya masih nampak cantik
dan belum ada keriput pada kulit mukanya itu. Bibirnya masih kelihatan merah dan sepasang
matanya bahkan mengandung cahaya yang tenang berpengaruh.Di hadapannya duduk
Ratnawulan yang menceritakan kepada ibunya akan gangguan perampok dikaki bukit sebelah
timur itu dan dinyatakan pula niat hatinya untuk turun gunung dan membasmi perampokperampok
itu.
Dara Lasmi mengerutkan kening dan berkata dengan suara sungguh-sungguh.
“Anakku Wulan. Kalau memang benar sebagaimana yang dituturkan oleh penduduk
Jatikembar bahwa mereka itu adalah bekas pemberontak yang dipukul mundur oleh tentara
Majapahit, kau sama sekali tak boleh mengganggu mereka, Wulan!“
Ratnawulan memandang kepada ibunya dengan matamengandung keheranan besar. Memang
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 29
ia belum pernah diberitahu oleh ibunya tentang riwayat hidupibu dan mendiang ayahnya.
“Mengapa begitu, ibu?“ Pertanyaan yang singkat ini mengandung sebuah tuntutan yang tak
disadari oleh dara itu, tuntutan kepada Dara Lasmi untuk menceritakan segala sesuatu
mengenai riwayatnya.
“Anakku,“ katanya setelah menarik napas panjang,“agaknya telah tiba saatnya kini bagimu
untuk mengetahui siapakah sebenarnya kita ini dan siapa pula mendiang ayahnya serta
mengapa kita berdua sampai tinggal di atas puncak yang sunyi ini.“
Maka berceritalah DaraLasmi tentang semua pengalaman semenjak suaminya tewas dalam
peperangan akibat kecurangan Kartika. Ratnawulan mendengar engan amat tertarik.Ia merasa
terharu dan juga marah sekali ketika mendengar betapa ayahnya tewas dalam cara yang amat
mengecewakan dan betapa ibunya melarikan diri dalam keadaan yang amat sengsara.
“Demikianlah,Wulan. Kerajaan Majapahit dalam pengaruh jahat dari Bagawan Mahapati, dan
selama bagawan itu masih berkuasa mempengaruhi Sang Prabu,maka pemberontakan akan
timbul tiada hentinya. Mereka yang memberontak itu bukan semata-mata membenci raja. Kita
takkan membenci keturunan Raden Wijaya atau Sang Prabu Kertarejasa,akan tetapi yang kita
benci adalah bagawan jahat itu. Ketahuilah bahwa Kartika, jahanam besar yang menjadi
musuh kita itu, bukan lainadalah murid terkasih dari Bagawan Mahapati.Oleh karena itu, tak
dapat kubenarkan apabila kau membinasakan sisa-sisa pemberontak yangtelah terpukul oleh
tentara Majapahit,karena harus kauingat bahwamerekaitu sebenarnya segolongandengankita.
Bukankah ayahmu juga membantu Raden Nambi dari Lumajang, yang memberontak terhadap
Majapahit pula? Mereka itu, sisa-sisa pemberontak itu, adalah kawan-kawan seperjuangan
kita, Wulan!“
Semenjak tadi Ratnawulan menahan-nahan amarahnya terhadap Kartika musuh besarayahnya
itu. Setelahibunya selesai dengan penuturannya, ia berkata.
“Ibu,kalau begitu, ijinkanlah anakmu turun gunung, pergi ke Majapahit dan membunuh
keparat Kartika dan gurunya, pendeta palsu Mahapati itu!“
Mau tak mau ibunya hanya tersenyum juga mendengar ucapan anaknya ini.“Wulan, kau
benar-benar seperti seorang anak kecil. Apa kaukira pekerjaan itu akan semudah kau
mengucapkannya? Kartika adalah seorang panglima yang tangguh, dan Bagawan Mahapati
adalah seorang yang sakti mandraguna, memiliki ilmu sihir dan segala macam ilmu hitam.
Selain itu, ia mempunyai pengaruh dan kekuasaan yang amat besar di Kerajaan Majapahit
sehingga andaikata ia mengangkat kari tangannya memberi isyarat, ribuan orang tentara
Majapahit akan menyerbu dan menangkapmu sebelum kau sempat bergerak.“
Tertegunlah Ratnawulan mendengar ucapan ibunya ini. Memang ia samasekali belum tahu
tentang siapakah sebenarnya musuh-musuhnya itu dansampai bagaimana besar kedudukan
mereka.Kini, mendengar ucapan ibunya,walaupun ia tidak merasa gentar, akan tetapi ia
menjadi binggung juga.
“Habis, bagaimana baiknya, ibu? Apakah dendam ayah itu harus dibiarkan saja?”
“Tidak demikian maksudku, Wulan. Dendam ini harus dibalas dan manusia berhati curang
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 30
seperti Kartika harus ditumpas.Akan tetapi kita harus mencari jalan yang baik dan aman.“
“Kalau begitu, ibu. Aku harus pergi ke hutan randu tempat sisa pemberontak itu bersarang.
Aku hendak mencari keterangan tentang keadaan Majapahit pada waktu sekarang dari
mereka, dan akupun harus membuktikan sendiri apakah benar-benar mereka ini menjadi
perampok-perampok sebagaimana yang dituturkan oleh penduduk Jatikembar. Karena,
menurut pendapatku,betapapun juga keadaan mereka, dan siapapun juga mereka itu,
pekerjaan merampok orang-orang kampong adalah perbuatan yang amat jahat dan harus
dibasmi. Aku tidak rela membiarkan penduduk Mahameru diganggu,biar siapapun juga yang
akan mengganggunya.“
Dara Lasmi tak dapat membantah kebenaran dalam kata-kata anaknya ini, dan diam-diam ia
merasa girang karena dari ucapan iniia mendapat kesan bahwa Ratnawulan memiliki
kegagahan dan kesetiaan.Iapun tidak merasa khawatir akan keselamatan anaknya karena
maklum bahwa anaknya telah memilikiilmu kepandaian yang tinggi. Ia menghela napas dan
berkata dengan suara menyesal.
“Sayang kau eorang wanita, Wulan. Kalau saja kau seorang laki-laki, tentu kau akan dapat
memimpin mereka itu untuk menyerbu Majapahit dan membalas dendam terhadap Kartika
dan gurunya yang jahat.“
Ratnawulan diam saja,akan tetapi ucapan ibunya ini merupakan api yang membakar hatinya
yang membuat ia menjadi panas hati,gemas dan penasaran. Mengapa sesuatu yang hebat?
Diam-diam ia berjanji kepada kepada diri sendiri untuk melakukan pekerjaan yang oleh kaum
laki-laki saja.Akan tetapi mulutnya tidak menyatakan sesuatu oleh karena ia tidak ingin
mendatangkan rasa khawatir dalam hati ibunya.
Akhirnya Dara Lasmi memberi perkenan juga kepadaRatnawulan untukmenemui sisa
pemberontak yang kini berada dikaki gunung sebelah timur.
“Berhati-hatilah kau, Wulan, dan dalam sepak terjangmu ingatlah selalu akan segala wejangan
Eyang Semeru, dan terutama sekali ingatlah bahwa ibumu selalu berdoa untuk
keselamatanmu dan selalu menanti-nantidi puncak gunung ini.“
Setelah memeluk ibunya dengan mesra,Ratnawulan lalu berangkat, meninggalkan puncak
Mahameru, menuruni lereng sebelah timur yang belum pernah dituruninya karena ibunya
selalu melarangnya turun di bagian itu. Larangan Dara Lasmi ini hanya untuk menjaga kalaukalau
anaknya bertemu enggan seorang dari Lumajang sehingga tempat persembunyiannya
diketahui orang.
Lereng Mahameru bagian timur penuhd engan hutan-hutan liar yang belum penah dimasuki
manusia. Penduduk-penduduk dusun sekitar tempat itu bahkan menganggap bahwa hutanhutan
di sekitaritu amat angker dan merupakan tempat-tempat berbahaya di mana orangdapat
masuk tak dapat keluar kembali.
Akan tetapi, Ratnawulan bahkan merasa gembira sekali ketika masuk ke dalam hutan-hutan
ini karena pemandangan di situ jauh berbeda dengan pemandangan di bagian-bagian lain yang
pernah didatanginya.
Ketika Ratnawulan sedang berjalan dengan cepat karena hutan randu yang ditujunya masih
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 31
jauh, tiba-tiba dari balik pohon-pohon berlompatan keluar dua belas orang tinggi besar yang
tampak liar dan ganas. Mereka itu sebetulnya adalah perampok-perampok yang dahulu
mengganggu Dara Lasmidan dibuat tidak berdaya oleh Eyang Semeru. Mereka dipimpin oleh
kepala rampok yang dulu,yang bernama SingaPragalba (Singa Buas), laki-laki kasar yang
dulu hampir saja mengganggu Dara Lasmi kalau tidak keburu datang EyangSemeru yang
mencegahnya.
Ratnawulan berdiri dengan kedua kaki terpentang dan kedua tangan bertolak pinggang. Ia
menyangka bahwa inilah orang-orang yang dimaksudkan oleh penduduk Jatikembar, dan
disangkanya bahwa perampok-perampok ini telah keluar dari hutan dan sedang menuju ke
dusun-dusun untuk mengacau. Melihat lagak mereka yang tersenyum-senyum menyeringai
dengan pandangan mata kurang ajar, Ratnawulan menjadi kecewa. Beginilah mecamnya
pemberontak-pemberontakyang oleh ibunya disebut kawan-kawan seperjuangan itu?
Singa Pragala melangkah maju menghadapi Ratnawulan dan sepasang matanya yang merah
itu memandang seakan-akan seekor singa yang kelaparan memandang kepada seekor domba
muda yang gemuk!
“Eh, eh,manis!“ katanya dengan suara parau sambil menyeringai sehingga nampak giginya
yang besar-besar dan kuning. “Kau siapakah dan hendak pergi kemana? Mari kakang antar,
dan lebih baik kakang gendong saja daripada kakimu yang halus itu menjadi sakit!“
Bukan main marah dan mendongkolnya hari Ratnawulan mendengar ucapan yang kuranga
ajar ini, dan makin besarlah kekecewaaannya. Sungguh tak tahu malu! Perampok itu usianya
sedikitnya setengah abad, dan menyebut diri sendiri kakang! Bangsat benar! Akan tetapi
makian ini hanya dikeluarkan di dalam hatinya saja dania masih menyabarkan hati ketika
bertanya.
“Kalianini apakah pemberontak-pemberontak yang dipukul mundur oleh barusan Majapahit?“
Mendengar pertanyaan ini, dua belas orang perampok itu saling pandang dan kemudian
pecahlah suara ketawa, seakan-akan ucapan Ratnawulan itu terdengar amat lucunya.
“Ha-ha-ha, bidadari yang cantik manis! Kami adalah laki-laki sejati, jantan tulen yang
menjagoi hutan sekitar tempat ini,dan bukan harimau yang menjadi raja hutan, melainkan aku,
singa Pragal badan sebelas orang anak buahku ini! Bagaimana kau menyangka kami
pemberontak? Sudah lama aku Singa Pragalba hidup membujuang belum mempunyai isteri,
dan agaknya pantas sekali menjadi istriku. Ha,ha, ha!“
“Kakang Singa, dara jelita ini wajahnya mengingatkan aku kepada puteri yang ditolong oleh
kakek tua itu!“ tiba-tiba seorang diantara berkata. Mendengar ucapan ini semua perampok
memandang penuh perhatian dan Singa Pragalba sendiripun mengakui bahwa wajah daraini
benar-benar mirip dengan puteri yang dulu mereka ganggu.
“Benar, Reksamuka (Si Muka Beruang), memang dia mirip sekali. Akan tetapi yang ini lebih
segar, lebih muda, dan lebih manis!“
“Patut benar menjadi bini kakang Singa!” kata seorang lain.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 32
Sementara itu tanpa diketahui oleh perampok-perampok yang bodoh dan sial itu, wajah-wajah
Ratnawulan mulai berubah kemerah-merahan,sepasang matanya bersinar-sinar mengeluarkan
cahaya panas.Tadinya ia merasa lega bahwa mereka ini bukanlah orang-orang yang oleh
ibunya disebut kawan-kawan seperjuangan, dan ia hendak meninggalkan mereka begitu saja.
Akan tetapi, melihat sikap dan mendengar kekurangajaran mereka, timbulah amarah dalam
hatinya dan ia takkan merasa puas sebelum memberi hajaran ke pada orang-orang liar ini. Ia
pun maklum bahwa yang mereka bicarakan adalah ibunya, karena ibunya pernah menuturkan
bahwa dulu ketika ibunya mulai mendaki Gunung Mahameru, ibunya diganggu oleh
sekawanan perampok dan kemudian ditolong oleh gurunya. Jadi inikah gerangan perampokperampok
jahanam yang pernah mengganggu ibunya.
Mendapat kesempatan untuk membalas sakitjati ibunya dengancara demikian mudah tanpa
mencari musuh-musuhnya ini, Ratnawulan menjadi demikian girang sehingga ia tertawa
bergelak.Kawanan perampok itu lagi-lagi saling pandang terheran-heran, karena
bagamanakah anak perawan ini demikian tabah sehingga menghadapi mereka ini sambil
tertawa-tawa? Kalau saja anak gadis ini mejadi ketakutan, melarikan diri dengan wajah pucat
dan menjerit-jerit, mereka akan mengalami kesenangan mengejar-ngejar gadis yang lari
ketakutan itu, berlumba berdulu-duluan untuk menangkap dan memeluk tubuh muda itu.
Akan tetapi, gadis itu bukanlah lari ketakutan dan menangis, bahkan berdiri dengan gagah,
masih bertolak pinggang dan tertawa bergelak-gelak, seakan-akan tidak sedang berhadapan
dengan dua belas orang perampok tinggi besar, akan tetapi menghadapi dua belas ekor tikus
yang lucu-lucusaja.
“Eh, kunyuk-kunyuk bercelana!“ Ratnawulan memaki sambil menudingkan telunjuknya yang
runcing kearah mereka.“Ingatkah kalian bahwa puteri yang kalian kejar-kejar dulu itu
menggendong seorang anak perempuan? Nah, bukalah matamu lebar-lebar!Akulah anak itu
yang sekarang datang hendak menuntut balas atas kekurangajaran dahulu terhadap ibuku “
Terkejutlah para perampok itu, terkejut dan memandang kagum. Mereka bukan terkejut
karena takut, akan tetapi terkejut dan kagum melihat betapa anak kecil dahulu itu kini telah
menjadi seorang remaja puteri yang demikian cantiknya.
“Ha, ha, bagus sekali. Kakang Singa, kuntumyang dulu itu kini telah mekar menjadi
kembang.“
Singa Pragalba menyeringai senang dan ialalu maju menubruk dengan maksud memeluk
Ratnawulan sambil mendengus. “Manis, marilah ikut kakang!“
“Monyet tua! Hari ini adalah hari terkutuk bagi kau dan kawan-kawanmu!“seru Ratnawulan
sambil mengelak ke samping dan ketika tubuh kepala rampok itu memeluk angin, kaki kiri
dara perkasa itu bergerak cepat menterampang kedua kaki Singa Pragalba sehingga tentu saja
tubuh yang tiba-tiba kakinya terangkat itu menjadi terguling, terdorong kedepan dan jatuh
dengan hidung menyentuh tanah lebih dulu.
“Aduh biung!“Singa Pragalba berteriak dan ketikaia merangkak, hidungnya yang besar itu
telah penyok dan berdarah karena mencium batu hitam.
Ratnawulan tertawa geli. “Ha,ha, tak pantas kau bernama singa! Lebih baik ganti saja
namamu dengan Kapi(Monyet) atau Sona (Anjing). Kau seperti monyet makan teletong (tai
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 33
lembu)“
Biarpun merasa geli di dalam hati, namun anak-anak buah Singa Pragalda tak berani tertawa
dan mereka memandang dengan mata terbelalak saking herannya. Kepala mereka adalah
seorang yang terkenal kuat dan memiliki kepandaian berkelahi yang mereka kagumi, akan
tetapi kini menghadapi dara itu, baru satu gebrakan saja telah berdarah hidungnya.
Sementara itu, Singa Pragalba menjadi amat marah. Ia melopat berdiri, mengeluarkan
geraman seperti seekor serigala, lalu mencabut goloknya dan memberi komando kepada anak
buahnya.
“Serbu!“tangannya menuding kearah Ratnawulan.Anak buahnya lalu mencabut golok masingmasing
karena untuk menghadapi dara perkasa itu dengan tangan kosong, mereka takut kalau
mereka pun akan mengalami nasib seperti pemimpin mereka. Kemudian, sambil bersoraksorak
mereka menyerbu danmenyerang Ratnawulan dari segala jurusan. Golok mereka yang
tiap hari diasah itu berkilap-kilap terkena cahaya matahari dan diacungkan dengan sikap
mengancam.
Akan tetapi Ratnawulan tetap tenangdan sepasang matanya mengerling ke kanan kiri,
sikapnya waspada sekali.Sebelum lawan-lawannya bergerakia telah mendahului mereka
sambil berseru nyaring.
“Awas! Terimalah pembagian hadiah dari Ratnawulan!“
Seruan yang nyaring dan keras itu membuat para perampok itu untuk sedetik menahan
gerakan mereka dan memandang dengan penuh perhatian.Akan tetapi, tiba-tiba tubuh gadis
ditengah-tengah itu lenyap, berubah menjadi sinar yang menyambar-nyambar mereka.
Demikian cepatnya gerakan kaki tanganRatnawulan dan luar biasa pula terjangannya
sehingga sukarlah mengikuti gerakan tubuhnya dengan mata. Segera terdengar jerit kesakitan
susyl-menyusuldan robohlah para perampok itu malang melintang dan tumpang tindih. Inilah
Ilmu Pukulan Liman Bramantya (GajahMengamuk Marah) yang dimainkan oleh Ratnawulan
dengan baik sekali.Tentu saja para perampok yang hanya terdiri mengandalkan tenaga otot itu
tak dapat bertahan menghadapi ilmu pukulan yang hebat ini. Mereka itu biasanya berkelahi
mempergunakan tenaga, tanpa disertai kecerdikan otak. Sebenta rsaja dua belas orang itut
telah rebah mengaduh-aduh, ada yang benjol-benjol kepalanya, bocor hidung dan mulutnya,
biru hitam matanya, bahkan ada pula yang patah-patah tulangnya. Singa Pragalba sendiri
untuk kedua kalinya terbanting sehingga kini pada jidatnya, tepat di tengah atas alisnya,
nampak kulitnya benjol sebesar telur bebek yang berwarna biru.
Semua perampok merangkak dan menjauhkan diri dari dara perkasa itu yang mereka anggap
telah mempergunakan ilmu sihir sehingga mereka menjadi ketakutan ak berani maju lagi.
Akan tetapi Singa Pragalba tidak mau menyerah begitu saja. Ia melompat bangun lagidan
sambil menuding kepada Ratnawulan yang masih berdiri tersenyum-senyum sambil bertolak
pinggang, ia berkata keras.
“Perawan keparat! Kau telah mengandalkan ilmu sihir untuk melawan kami. Kalau kau
memang keturunan pendekar dan bukan seorang pengecut, pergunakan cara perkelahian yang
jujur. Atau, kau tentu takut melawan aku tanpa mempergunakan ilmusihirmu?“
Ratnawulan tersenyum mengejek. “Pembalasanku tadi sebenarnya masih terlampau lunak,
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 34
mengingat bahwa kalian hanyalah orang-orang kasar yang tak berotak,maka aku masih
memberi ampun.Akan tetapi, tidak tahunya kau benar-benarseorang yang bermartabat rendah.
Kau ingin berkelahi? Baik, baik! Memang dosamu telah terlalu banyak maka kau perlu
mendapat hajaran yang lebih berat.Nah, bagaimana kau mau berkelahi? Menggunakan senjata
atau bagaimana? Aku siap sedia menghadapimu dan jangan takut, aku takkan menggunakan
ilmu sihir.“
Paraanak buah Singa Pragalba maju mendekat lagiuntuk menyaksikan perkelahian ini.
Mereka mengharapkan agar pemimpin mereka akandapat membekuk perawan yang telah
membuat mereka merasa sakit-sakit seluruh tubuh itu, agar mereka dapat pula membalas
dendam.
“Tak perlu aku mempergunakan senjata-senjata.“ jawab Singa Pragalba, “cukup dengan
kedua tangan ini.Rasakan pukulan!“ Sambil berkata demikian, kepala rampok itumenyerbu
sambil mengirim pukulan sebesar buah kelapa itu kearah dada Ratnawulan!
“Hm, tak tahu malu!“ seru Ratnawulan yang merasa marah sekali sambil menggeser kakinya
ke belakang dan miringkan tubuhnya sehingga pukulanitu mengenai angin. “Lihat aku tidak
mempergunaan kecepatan dan ilmu berkelahi yang baik!“
Singa Pragalba menjadi penasaran sekali dan kembali ia menyerang. Tingkahnya seperti
seekor babi hutan yang menyeruduk saja, mengandalkan tenaga yang besar. Pukulan
tangannya ini dengan mudah menghancukan sebutir kepala, maka kalau seandainya
pukulannya itu mengenai tubuh Ratnawulan, akan celakalah dara itu. Akan tetapi serangan
Singa Pragalba bukan merupakan apa-apa bagi Ratnawulan dan sampai lima kali ia dapat
mengelak dengan amat mudahnya.
“Tangkislah pukulanku! “teriak Singa Pragalba dengan amat marah dan
penasaran.“Tangkislah kalau kau berani!“
Bibir Ratnawulan yan gtersenyum itu mengeras. Orang ini benar-benar tak tahu diri. Memang,
siapakah yang takkan merasa penasaran? Menghadapi seorang remaja puteri yang mulai
dewasa, seorang gadis yang berpinggang ramping dan bertubuh kecil lemah itu,masa seorang
kepala perampok yang terkenal sampai kalah dan dipermainkan? Hampir gila karena
marahnya Singa Pragalba memikirkanhal ini. Sementara itu a menyerang terus dengan
pukulan bertubi-tubi sungguhpun pukulannya selalu mengenai angin, jangan kata dapat
menyeramkan kulit tubuh lawannya, menyentuh ujung kembennyapun tak pernah!
“Kau ingin merasakan tangkisanku? Nah, rasakanlah!“ Sambil berkata demikian, Ratnawulan
miringkan tubuhnya dan dengan jari-jari terbuka dan tangan dimiringkan,ia membabat kearah
pergelangan tangan Singa Pragalba.
“Dukk!“terdengar suara ketika pergelangan lengan yangbesar itu ditumbuk oleh tangan
Ratnawulan yang kecil dan berkulit halus. Kalau tidak melihat sendiri, para perampok itu
tentu takkan mimpin mereka berlutut sambil memegangi tangannya, lalu menjerit-jerit
kesakitan. Pergelangan tangan kirinya yang dipakai memukul tadi telah lumpuh karena
tulangnya retak!
Namun,kepala rampok inibenar-benar bendeldan tidak mau menyerah dengan mudah.Tibatiba
ia melompat dan tangan kanannya yang tidak terluka itu diulur merupakan cangkeraman
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 35
yang menyerang pundak Ratnawulan, agaknya ia hendak mencekik leher gadis itu.
Ratnawulan terkejut dan menangkis kilat tangan kanan Singa Pragalba menangkap tangan
gadis itu dan dengan geraman liar ia membetot tangan Ratnawulan hendak memeluk tubuh
dara perkasa itu.
Akan tetapi, secepat kilat tangan kanan Singa Pragalba menangkap tangan gadis itu dan
dengan geraman liar iamembentot tangan Ratnawulan hendak memeluk tubuh dara perkasa
itu. Akan tetapi, selagi paraanak buah perampok merasa girang, tiba-tiba terjadilah halyang
aneh sekali. Entahbagaimana daraperkasa itu bergerak karena tahu-tahu tubuh Singa Pragalba
yang tinggi besaritu mencelat danterlemparjauh, jatuhdi bawah sebatang
pohon.Kebetulansekali di bawah pohonitu terdapat teletong (tai lembu) yang hitamdan masih
empuk, bergunduk seperti bukitkecil. Tubuh Singa Pragalbajatuh dengan muka lebih
dulu,tempat diatas teletongitu sehingga mukanya masukke dalam tai lembu itu.
Kini menggigilah tubuh para perampok itu dan mereka tidak merasa lucu ketika melihat
betapa Singa Pragalba merangkak-rangka bangun sambil membersihkan mukanya dari tai
lembu dan terdengar ia merintih-rintih kesakitan.
“Nah, biarlah huhuman ini merupakan pelajaran bagi kalian! “kata Ratnawulan.“ Dan lain kali
janganlah kalian memandang rendah kaum wanita! Kalau aku mendengar lag itentang
kekurangajaranmu terhadap wanita, awaslah! Ratnawulan akan datang dan menghabiskan
nyawa kalian!“
Setelah berkatad emikian, sekali ia berkelebat dengan mengeluarkan Aji Kesaktian Marga
Kenaka (Kijang Emas), tubuhnya melompat jauh dan lenyap di balik pohon-pohon, sehingga
para perampok itu saling pandang dengan mata terbelalak dan mulut melongo, akhirnya
mereka berlutut dan menyembah oleh karena mereka menduga bahwa gadis itu tentulah
sebangsa peri dari kahyangan.
*
Menjelang senjakala, sampailah Ratnawulan di hutan randu dikaki Mahameru sebelah timur
itu. Hutan ini besar dan memang di situ tahu-tahu tubuh Singa Pragalba yang tinggi besaritu
mencelat danterlemparjauh, jatuhdi bawah sebatang pohon.Kebetulansekali di bawah
pohonitu terdapat teletong (tai lembu) yang hitamdan masih empuk, bergunduk seperti
bukitkecil. Tubuh Singa Pragalbajatuh dengan muka lebih dulu,tempat diatas teletongitu
sehingga mukanya masukke dalam tai lembu itu.
Kini menggigilah tubuh para perampok itu dan mereka tidak merasa lucu ketika melihat
betapa Singa Pragalba merangkak-rangka bangun sambil membersihkan mukanya dari tai
lembu dan terdengar ia merintih-rintih kesakitan.
“Nah, biarlah huhuman ini merupakan pelajaran bagi kalian! “kata Ratnawulan.“ Dan lain kali
janganlah kalian memandang rendah kaum wanita! Kalau aku mendengar lag itentang
kekurangajaranmu terhadap wanita, awaslah! Ratnawulan akan datang dan menghabiskan
nyawa kalian!“
Setelah berkatad emikian, sekali ia berkelebat dengan mengeluarkan Aji Kesaktian Marga
Kenaka (Kijang Emas), tubuhnya melompat jauh dan lenyap di balik pohon-pohon, sehingga
para perampok itu saling pandang dengan mata terbelalak dan mulut melongo, akhirnya
mereka berlutut dan menyembah oleh karena mereka menduga bahwa gadis itu tentulah
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 36
sebangsa peri dari kahyangan.
*
Menjelang senjakala, sampailah Ratnawulan di hutan randu dikaki Mahameru sebelah timur
itu. Hutan ini besar dan memang di situ tumbuh banyak sekali pohon-pohon randu alas di
samping pohon-pohon raksasa lain. Dari luar,hutan itu nampak angker sekali,sehingga tidak
sembarang orang beranimemasukinya. Kadang-kadang terdengar auman harimau dan salak
anjing serigala yang melolong-lolong mendirikan bulu tengkuk.
Tanpa ragu sedikitpun juga, Ratnawulan memasuki hutan itu dan menuju ke tengah. Karena
hutan itu amat rangkut (penuh tetumbuhan),maka kalau di luarhutan masihsenja, didalam
hutan itu telag gelap sekali.Cahaya matahari Siang sudah lemah itu hanya sedikit saja dapat
menembus celah-celah daun pohon.
Tiba-tiba Ratnawulan menahan langkahnya. Telinganya yang terlatih dan mempunyai tenaga
yang lebih kuat daripada telinga orang biasa itu dapat mendengar suara orang-orang dari jauh
yang hanya terdengar sebagaibisik-bisiksajadiseling suara ketawa. Bagi oranglain,tentu suara
itu akandisangka suara jin dan setan penghuninya hutan liar akan tetapi Ratnawulan maklum
bahwa itu adalah suara orang-orang bercakap-cakap yang menggema di dalam hutan. Ia lalu
mengarahkan langkahnya ke jurusan suara-suara itu mendatang.
Tak lama kemudian tampaklah olehnya sinar terang dan ternyata bahwadi tempat terbuka
karena pohon-pohonan agaknya telag ditebang, terdapat tiga unggun api besar bernyala-nyala
dan di sekitar api itu terdapat banyak orang laki-laki. Ada yang bercakap-cakap, ada yang
bersendau gurau, bahkan ada yang sedang memanggang daging binatang hutan.
“Hm, inilah mereka!“kata Ratnawulan dalam hatinya dan tanpa takut sedikitpun ia melangkah
maju dengan cepat sehingga sebentar sajaia telah berdiri di dekat kelompok orang-orang yang
jumlahnya kurang lebih tiga puluh orang itu.
Seorang di antara mereka, masih muda berusiadua puluhan, adalah orang pertama yang
melihat kehadiran dara perkasaitu.Pemudainitiba-tiba menggigilseluruh tubuhnya dan
denganjari tangan menuding kearah Ratnawulanyang disangkanya periatau jinperempuan,ia
berdiri dengan kedua kaki wel-welan(menggigil) dan mulutnya yang hendak berseru “Setan.
Setan!“ itu hanya dapat mengeluarkan suara,
“Uuh.uuuuh.!“
Kawan-kawannya memandangnya dengan heran dan ketika mereka menengok mereka heran
dan juga terkejut sekali.Pada penglihatan pertama, semua orangjuga timbul persangkaan
bahwa yang berdiri dengan kedua kaki terpentang dan tangan bertolakpinggang itutentulah
sebangsa peri atau jin.
Seorang laki-laki berusia kurang lebih empat puluh tahun dan agaknya berani dari kawannya,
lalu bangkit berdiri dan melangkah maju,akan tetapi tidak sampai terlampau dekat
Ratnawulan, lalu menegurnya.
“Siapakah di depan? Kalau manusia, datang darimana, siapa nama,dan apa maksud
kedatangan? Kalau makhluk halus, harap pergi dan jangan mengganggu kmi yang mempunyai
niat jahat!“
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 37
Ratnawulan menjadi geli hatinya dan terasa lagi ia tersenyum.Mereka menahan napas ketika
melihat senyum ini. Silau mata mereka melihat kecantikan wajah dengan senyumnya yang
amat manis itu. Melihat pendangan mata mereka, timbul sifat kenakalan Ratnawulan yang
hendak mempermainkan mereka.
“Hai para pemberontak! Kalian menyatakan tidak berniat jahat, akan tetapi mengapa kalian
mengganggu penduduk Mahameru danm erampok mereka?“
Benar saja, ucapan ini membuat tiga puluh lebih orang laki-laki itu menjadi gemetar dan
ketakutan.Merekatak syak lagi, wanita initentulah seorang peridari Mahameru yang datang
hendak menghukum mereka! Orangtua yang tadi menegur Ratnawulan lalu berkata lagi
setelah menjilat-jilat bibirnya yang terasa kering.
“Sang Mahadewi, kami terpaksa merampok karena kami harus makan. Mengandalkan hasil
buruansaja tidak cukup untuk memberi ransum kepada kawan-kawan kami yang puluhan
jumlahnya. Kalau kami tidak merampok hasil tani para penduduk, tentu kami akan mati
kelaparan!“
Suara Ratnawulan terdengar keras dan berpengaruh ketika ia berat dengan marah. “Pandir,
lemah dan pengecut! Kalian menganggap diri sendiri ksatria-ksatria yang gagah, yang telah
berani memberontak untuk menumbangkan kekauasaan jahat! Apakah tujuan dari
pemberontak kalian itu? Bukanlah kalian bertujuan untuk membasmi kekuasaan jahat guna
membela rakyat daripada penindasan? Dan sekarang apakah yang kalian perbuat? Merampoki
rakyat jelata malah! Tahukah kalian bahwa dengan alasan mencegah diri sendiri dari
kelaparan kalian telah membuat penduduk Mahameru terancam bahaya kelaparan kalau
padidan hasil sawahnya kalian rampok? Inikah pahlawan-pahlawan perkasa? Memalukan
sekali!“
Pada saat itu,semua orang memandang kepada Ratnawulan dengan melongo, bakan orangorang
yang tadi memanggang daging juga meninggalkan pekerjaannya sehingga daging yang
terpanggang dan dibiarkan menjadi hangus dan asap bergulung-gulung.
Semenjak berangkat daripuncak gunung, Ratnawulan belum makan apa-apa, maka kini
mencium daging panggang, ia merasalaparsekali.Kemarahan danucapan yangkeras membuat
perutnya terasa makin lapar saja, makatanpa memperdulikan orang-orangyang berada disitu,
ia lalu melangkah maju ketempat pemanggangan daging,dan membalik-balikkan daging yang
dipanggang itu sampai matang benar. Kemudian ia mulai makan daging tanpa melirik atau
menawarkan kepada orang-orangyang masih berdiri dan mengawasi seluruh gerak-geriknya
bagaikan patung.
Melihat betapa “peri“ itu makan daging panggang dengan enaknya, mereka mulai bisik-bisik.
“Ia suka daging panggang!“ kata seorang.
“Ia bukan peri! Mana adaperi makan dagingpanggang!“ terdengar suara lain.
“Mahkluk halus tak pernah makan.“kata suara ketiga.
“Dia orang biasa! Dia penipu!“ kata orang lain dengan suara marah.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 38
Maka mulai beginilah orang-orang itu dan dengan hati geram mereka mulai bergerak
mendekati Ratnawulan. Akant etapi orang tua yang agaknya menjadi pemimpin itu berkata.
“Jangan ganggu Dia, biarkan dia makan lebih dahulu. Kasihan kelihatannya amat lapar!“
Sambil makan daging panggang, diam-diam Ratnawulan mendengarkan semua percakapan ini
dan ia merasa amat geli. Ia agak merasa amat puas melihat sikap mereka, karena tidak sekasar
parap erampok yang dihajarnya siang tadi. Bahkan didalam hati ia memanfaatkan perbuatan
mereka yang telah merampok setelah mendengar alasan orangtua tadi. Mereka memang
bodoh, akan tetapi kadaaan mereka patut dikasihani.
Setela hselesai makan, Ratnawulan memetik daun pisang bagian pupusnya (daunmuda) untuk
membersihkan bibir,kemudiania berdiri untuk menghadapi mereka.
“Setidaknya aku berterima kasih untuk daging yang baru saja kumakan tadi.“ katanya.
Kini mereka menghadapinya dengan marah. Orangtua itu berkata sambil tersenyum, karena
ternyata ia adalah seorang penyabar.
“Nini, jangan kau mencoba untuk menipu kami. Kau bukanlah seorang peri, akan tetapi
seorang gadis biasa. Sebetulnya siapakah kau dan mengapa kau seorang remaja puteri seorang
diri datang dihutan berlukar pada malam hari?“
Ratnawulan tersenyum manis. “Siapakah yang menipu kalian dan siapa pula yang mengaku
menjadi peri siluman? Kalian sendirilah yang bodoh dan tahyul ,menganggap aku sebagai
peri! Aku adalah seorang biasa dan kedatanganku ini untuk menghentikan kesesatan kalian
yang telah berani menganggu pendudukGunung Mahameru!“
Mendengar pengakuan bahwa dara ini bukanlah seorang peri, kembalilah keberanian semua
orang dankini mereka terheran-heran mendengar pernyataan Ratnawulan yang hendak
melarang mereka! Timbul geli dalam hati mereka, bahkan seorang di antara mereka yang
tinggi besar lalu melangkah maju dan bertanya dengan suara mengejek.
“Nona manis, ucapanmu sombong sekali! Dengan jalan apakah engkau hendak menghentikan
perbuatankami?“
“Mungkin dengan senyumnya yang manis!“ terdengar seorang mengejek.
“Lirikan mata yang tajam memikat memang dapat melumpuhkan semangat kita!“ seru
seorang lain.
“Kalau diamenjadi punyaku, disuruh apapun juga saya akan rela!“ katapula seorang lain yang
agak kurangajar.
Akan tetapi jawaban dara itu benar-benar membuat semua orang tertegun, karena dengan
sikap tenang dan suara keren. Ratnawulan berkata.
“Aku akan menghentikan kesesatan kalian dengan jalan melarang kalian melakukan
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 39
perampokan kepada orang-orang dusun!“
Untuk beberapa lama semua orang terdiam karena suara ini biarpun halus dan merdu, namun
amat berpengaruh dan mengejutkan. Aka tetapi, hal itu hanya berlangsung sebentar, karena
segera meledaklah suara ketawa mereka. Bahkan orang tua yang sabar itupun tersenyum geli
melihat kecongkakan gadis ini.
“Nini,“ kanta sambil menahansenyum, “kau benar-benar gagah berani.Akan tetapi, kau adalah
seorang gadis lemah lembut dan cantik jelita, tak kalah oleh puteri-puteri Majapahit.
Sedangkan kami adalah orang-orang kasar, perajurit-perajurit yangt angkas dan kuat. Dengan
cara bagaimanakah kau dapat melarang kami?“
Semua orang terdiam sambil tersenyum dan memperhatikan dara itu karena ingin sekali
mereka mendengar jawabannya.
“Aku melarang kalian mengganggu penduduk di sini, dan dengan cara apa saja yang akan
kaluan kehendaki. Dengan cara halus,aku hanya memberi nasihat dan peringatan saja, akan
tetapi andaikata kalian menghendaki cara kasar, suruhlah maju orang yang terkuat di antara
kalian untuk melawanku mengadu ketangkasan dan kegagahan!“
Orang yang tinggi besar tadi lalu melangkah maju dan mengangkat dadanya yang membusung
ke depan. Ia memang nampak kuat sekali dan seluruh tubuhnya dilingkari otot-otot yang
menonjol keluar dibawah kulitnya. Ia terkenal sebagai jagoan di antara rombongan orang itu
dan namanya adalah Bejo. Orang ini belum tua benar, usianya kurang lebih tigapuluh tahun
dan dahulu adalah anak buah tentara yang dipimpin oleh RanggaLawe di Tuban.Ia dahulu
bekerja menjadi jagal (Pemotong hewan)dan selain tangannyabesar, juga ia amat pandai
berkelahi, mengenal banyak macam ilmu pukulan dan gulat.Orangnya besar, akan tetapi
hatinya jujur. Ketika Bupati Rangga Lawe memberontak terhadap Majapahit, ia measuk
menjadi menjadi anggota barisan dan sepak terjangnyad alam peprangan amat mengejutkan
musuh-musuhnya. Akan tetapi akhirnya, barisan Rangga Lawe hancur sehingga Bejo terpaksa
melarikan diri dengan beberapa orang kawannya.
Kini melihat seorang dara yang demikian gagah dan sombongnya, ia menjadi tidak sabar lagi
karena merasa bahwa kehormatan rombongannya disinggung dan dihina.
“Akulah orang terkuat diantara kawan-kawanku. Namanya Bejo asal dari Tuban. Kau ini anak
perempuan ringkih (lemah) ternyata bermulut lancing. Apakah kegagahanmu menyamai
Srikandi? Nah, aku telah maju,hayo, kau boleh bertindak apa saja untuk mencoba
kepandaian!“ Sambil berkata demikian ia melembungkand adanya dan berdiri di depan
Ratnawulan sambil bertolak pnggang,seakan-akania menawarkan dadanya untuk dipukul.
Karena Bejo melangkah maju sampai dekat sekali dengan Ratnawulan, gadis itu melangkah
mundur setindak sambil berkata menyindir.
“Namamu Bejo (mujur), akan tetapi dengan sikapmu yang kasar dan sombong ini kau
mendatangkan kemalangan bagi dirimu. Dalam dua hal kau mungkin melebihi kerbau, akan
tetapi dalam satuhal kaukalah oleh kerbau itu!“
Bejo memandang bodoh. “Eh, apa maksudmu?“
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 40
“Kau masih melebihi kerbau dalam hal tenaga dan bau tak enak, akan etapi otakmu lebih
bodoh dari pada kerbau. Binatang itu masih dapat mengenal orang yang lebih kuat
daripadanya, akan tetapi kau menyeruduk saja seperti kerbau gila.“
Semua orang tertawa mendengar ini dan Bejo menjadi marah sekali.
“Bocah kurangajar! Jagalah lidahmu baik-baik. Kalau aku sudah marah, mungkin aku lupa
bahwa kau adalah seorang gadis muda yang ringkih dan cantik!“
“Ringkih? Boleh kucoba! Nah, makanlah pukulanku ini!“ Sambil berkata demikian,
Ratnawulan mengirimpukuan kearah dada Bejo yang tersenyum mengejek sambil memasang
dadanya! Ratnawulan membuka jari tangannya dan menebak (memukul dengan telapak
tangan) kearah dada itu sambil berseru.
“Robohlah kau kerbau!“
Ketika telapak tangan yang berkulit halus itu menumbuk dada ejo, terdengar suara“buk!“
bagaikan bedug ditabuh dan alangkah herannya semua orang ketika melihat betapa tubuh
Bejo yang tinggi besar itu mencelat dan terlempar kebelakang dua tombak lebih seakan-akan
terbawa oleh angina puyuh! Inilah dorongan yang dilakukan dengan Aji Lesus (Angin Putar)
yang dahsyat sekali. Bejomerasa demikian terheran-herandan terkejut sehingga ketika
pantatnya berdebuk menimpa tanah, ia terkejut dan sehingga ketika pantantnya berdebuk
menimpa tanah, ia terkejut dan memandang dengan bengong. Ia tidak merasa sakit pada
dadanya yang dipukul tadi, akan tetapi tenaga mendorong itu benar-benar luar biasa hebatnya,
lebih kuat dari pada serudukan seekor kerbau jantan. Akan tetapi ia adalah seorang laki-laki
yang kuat dan berani,maka setelah melihat bahwa dara itu bukanlah seorang biasa dan benarbenar
memiliki ilmu kepandaiannya, ia lalu melompat dan sambil mengeluarkan suara keras
seperti lembu menguak, ia menerkam ke depan mengirim pukulan dengan kepalan tangannya
yang besardan mengerikan itu.
Namun Ratnawulan memperlihatkan ketangkasan dan kegesitannya.Mudah saja ia mengelak
dan biarpun Bejo mengeluarkan seluruh kepandaiannya dan memukul dengan bertubi-tubi.
Namun selalu pukulannya mengenai angin belaka. Beberapakali kepalannya telah hampir
mengenai sasaran,akan tetapi dengan terampil sekali, jari-jaritangan Ratnawulanyang
mengebut dengan perlahan telah cukupuntuk membuat pukulannya menjadi mencong arahnya
dan tidak mengenai sasaran.
“Hai,kerbau gila! Coba kaukejar aku!“ tiba-tiba Ratnawulan mentertawakannya dan
tubuhdara perkasa itu berkelebat ke sanake Mari mengelilingi tubuhBejo yang menjadi pening
karena ia harus berputar-putar mengejar bayangan lawannya yang gesit itu. Belumpernah ia
mengalamihal luar biasa seperti ini, makas ebentar saja kepalannya menjadi pening dan
pandangan matanya berkunang-kunang. Terpaksa ia menghentikanserangannya dan biarpunia
berdiri tegak, namun tubuhnya bergoyang-goyang seakan-akan bumi yang dipijaknya terputar
atau seakan-akan ia merasa ada lindu besar saat itu.
Ketika Ratnawulan juga menghentikan gerakannya dan berdiri sambil tersenyum-senyumdi
depannya, Bejo yangtelah dapat memenangkan pikirannya itu tiba-tiba menyerang dengan
seluruh tenaga yang ada padanya. Ia maju menubruk dengan kedua tangan dipentang bagaikan
seekor alap-alap menyambar anak ayam. Iamaklum bahwaia kalah gesitdan lalau iamain
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 41
pukulsaja,ia takkan berhasil, maka kini hendak menggunakan ilmu gulat,
hendakmenangkapdan memiting tubuh lawannya sampai gadis itu menjerit-jerit minta ampun.
Akan tetapi kembali ia salah hitung. Mana Ratnawulan mau membiarkan tubuhnya ditangkap
dan.didekap oleh orang yang bau keringatnya saja telah membuat kepalanya pusing itu.
Dengan amat cekatania melompat ke sampingdan ketika tubuh Bejo menubruk lewat ,ia
menggerakkan kakinya dan menjegal kedua kaki Bejo yang tak dapat ditahannyalagi jatuh
tersungkurdengan tubuhtertelungkup sehinggaketikaia merangkak bangundenganterheranheran,
jidat dan dadanya menjadimerah karena kulitnya lecet dan darah mengalir keluar. Bejo
merangkak bangun dengan perasaan malu dan terheran-heran, sedangkan para penonton kini
tak dapat ditahan lagi bersorak gemuruh karena kagum sekali melihat kehebatan Ratnawulan.
Sebelum Bejo jatuh tersungkur, semuaorang menahan napas dan tak dapatmengeluarkan
suarasaking herannya, akan tetapi kinibaru terbuka mata mereka bahwadara jelita itu ternyata
adalah seorang pendekar wanita yang benar-benar mengingatkan mereka dan pahlawan
wanita yang gagah perkasa itu.
Sementara itu,Bejo yang merasa amat marah dan malu, cepat bangun lagi dan kini ia menarik
keluar kelewangnya, yaitugolok pemotong kerbau yang lebar dan tajam!
“Keparat perempuan! Berani kau menghina Bejo, awas, tubuhmu akan kucacah-cacah sampai
hancur lebur!“ Ia hendak menyerang dengan kelewangnya, akan tetapi tiba-tiba orang tua tadi
berseru.
“Bejo,tahan!“
Ternyata Bejo kalah pengaruh dan ia lalu mengurungkan niatnya serta melangkah mundur
dengan kepala tunduk, kembali ketempat kawan-kawannya.
“Wanita digdaya ini bukanlah lawanmu!“ kata pula orangtua itu, lalu ia menghadapi
Ratnawulan sambil berkata dengan mata memandang kagum.
“Sungguh hebat ilmu kepandaianmu. Kulihat kau membawa anakpanah dan busur, maukah
kau memperlihatkan kepandaianmu dalam ilmu memanah?“ Sebelum Ratnawulan menjawab,
ia telah memandang ke arah kelompok anak buahnya dan memanggil.
“Parta,coba kau ujiilmu memanahmu dengan wanita digdaya ini.“
Melompatlah keluar seorang anak muda yang usianya kira-kira dua puluh lima tahun,
berwajah tampan dan berkulit langsat. Ia membawa sebuah gendewa dan pada punggungnya
terdapat tempat anakpanah yang penuh dengan anak panah berbulu putih. Tanpa banyak
bicara ia menurunkan anak panah tiga batang, dan kakek tadi lalu berkata kepada Ratnawulan.
“Lihatlah kepandaian memanah anak buahku ini dan kalau kau memang dapat menyamai
kepandaiannya, benar-benar kau seorang gadis pendekar!“
Ratnawulan tersenyum dan iapun mengambil tiga batang anak panah dan mempersiapkan
gendewanya, memandang kepada Parta dengan mulut tersenyum dan sikap tenang sekali.
“Aku siap sedia!“ katanya singkat.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 42
Parta lalu memasang anak panah pertama pada gendewanya dan ketika ia menarik
gendewanya lalu melepaskannya,terdengar bunyi angin angina anak panah yang meluncur
keatas itu, lenyap ditelan malam gelap. Akan tetapikarena bulunya putih dan langit diterangi
oleh bulan, orang masih dapat melihat anak panah kedua yang cepat sekali meluncur ke atas
menyusulanak panah pertama dan tepat sekali anak panah itu bersambung dan terus menta lke
atas dengan lurus! Kembali terdengar angina anak panah ke tiga melesatlebihcepat lagi,
menyusulkedua anak panah itu dankini anak panah kedua sehingga di udara terdapat tiga
batang anak panah yang sambung-menyambung!
Pecahlah tampik sorak memuji dari para anak buah rombongan itu sambil memandang kea rah
tiga batang anakp anah yang telah habis tenaga luncurannya dan melayang turun kembali.
Akan tetapi tiba-tiba terdengar darap erkasa itu berseru.
“Lihatlah anak panahku!“Sekaligus Ratnawulan memasang tiga batang anak panah pada tali
gendewanya dan setelah membidik dan mulutnya bergerak membaca mantra (doa), ia menarik
gendewanya dan melesatlah tiga batang anakpanah itu bagaikan kilat menyambar. Terdengar
lengking yang nyaring ketiga tiga batang anak panah itu menembus udara dan menyambar ke
arahtiga batang anak panah.Parta yang sambung-menyambung dan sedang meluncur turun itu.
Para penonton memandang dengan mata terbelalak dan mereka melihat betapa tiga batang
anak panah dara pendekar itu menyambar anak panah Parta sehingga anak-anak panah yang
pertama itu terputus menjadi tiga lagid an jatuh melayang ke bawah bersama-sama anak-anak
panah Ratnawulan.
Parta menjadi amat penasaran dan marah,akan tetapi ketika ia dan kawan-kawannya
menghampiri anak-anakp anahnya dan melihat,ia menjadi pucat, sedangkan kawan-kawannya
melenggong dengan penuh keheranan. Ternyata bahwa ketiga batang anak panah Parta itu
semuatelah kehilangan kepalanya, terputus oleh anak-anak panah gadisitu.
“Bukan main!“ Parta berbisik takjub, “guruku sendiri belum tentu dapat melakukan hal ini!“
Pernyataan Parta yang sekaligus menyatakan kekalahannya ini merupakan pujian terbesar,
karena semua orang disitu telah tahu akan kepandiannya dan kini pemuda itu menyatakan
bahwa ilmu memanah gadis itu bahkan lebih unggul dari pada gurunya sendiri. Tentu saja
semua orang menjadi kagum dan bersorak gembira.
Kakek yang memimpin rombongan itu lalu melangkah maju menghadapi Ratnawulan sambil
mengembalikan tiga batang anak panahnya.
“Nona, kau benar-benar memiliki kesaktian yang mengagukan. Belum pernah aku melihat
seorang wanita seperti kau, demikian gagah perkasa sunguhpun masih amat muda sekali.
Nona yang gagah,jangan membuat kami menjadipensaran. Ketahuilah bahwa diantara
pasukan kami ini, yang paling kuat tenaganya adalah Bejo, dan yang paling pandai
mempergunakan anak panah adalah Parta.Sedangkan orang ketiga yang paling pandai
berkelahi mempergunakan senjata adalah aku sendiri, maka sekarang kuharap kau suka
memperlihatkan kepadakami bahwa selain kepandaianmu luar biasa tadi, engkaupun pandai
mainkan senjata sebagai seorang santika (ahli main senjata)yang sakti mandraguna.“Sambil
berkata demikian, kakek itu lalu mencabut kerisnya dan mengambil sebuah perisai yang
bundar bentuknya.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 43
“Paman, kau mengajak main-maind engan pusaka, apakah itu tidak berbahaya?“ kata
Ratnawulan, “kata-kataku ini bukan berarti bahwa aku takut bermain keris, akan tetapi kulihat
pusakamu itu baik juga, maka sayang sekali kalau sampai rusak.“
Kakek itu memandang heran. “Rusak? Bocah ayu (anak cantik), ketahuilah, pusakaku ini
adalah pusaka dari Luamajang yang amat ampuhnya, bagaimana bisa rusak?“katanya sambil
mengacung-acungkan kerisnya yang berluk tiga.
Berdebarlah dada Ratnawulan mendengar disebutnya Lumajang ini.
“Bolehlah saya mengetahui,paman ini siapakah?“
Orang tua itu tersenyum lalu menjawab setelah menarik napas panjang, “Dahulu aku adalah
seorang di antara pemimpin pasukan Lumajang, akan tetapi sekarang hanyalahs eorang kepala
rombongan pelarian ini. Namaku Waluyo, maka berhati-hatilah kau menghadapi permainan
kerisku, karena kau berhadapan dengan seorang bekas panglima perang diLumajang.“
Makin gembiralah hati Ratnawulan mendengar ini, akan tetapi sebelum bicara terlebih lanjut,
ia hendak menguji dahulu sampai di mana kepandaian orang tua ini. Maka ia lalu mencabut
kerisnya Kyai Banaspati dan berkata.
“Marilah kita main-main sebentar Paman Waluyo. Akan tetapi sekali lagi kuperingatkan,
jangan kau terlalu berani mengadu kesaktian pusakamu dengan kerisku ini.Banyak
kemungkinan pusakamu akan rusak karenanya!“
Pak Waluyo memandang pusakanya dan menjawab.
“Pusaka ini adalah senjataku semenjak pertama-tama menjadi perajurit. Kalau sekarang
pusaka ini sampai rusak, itu berarti bahwa aku tak cakap pula memimpin pasukan.
Hayo,majulah, dan ka uboleh meminjam sebuah tameng (Perisai) kepada seorang kawanku. “
“Tak usah paman, bukanlah kita hanya main-main saja?“
Sikap yang agaknya memandang remeh ini membuat Waluyo merasa penasaran juga, maka ia
lalu berseru dan menyerang dengan kerisnya. Ratnawulan cepat menggeser kakinya dan
mengelak dengan cepat, lalu dari samping ia membalas dengan serangannya. Waluyo tidak
mau berlaku lambat dan sambil majukan perisai untuk menangkis serangan lawan ini, ia
membarengi dengan sodokan keris pada lambung lawannya! Gerakan ini cepat sekali dan
otomatis datangnya.
sehingga merupakan serangan balasan yang amat berbahaya. Kalau sekiranya Ratnawulan
memegang perisai,tentu ia dapat mempergunakan perisainya untuk menangkis. Akan tetapi
gadis ini tidak mengkhawatirkan serangan lawan, bahkan ia khawatir ketika melihat lawannya
menangkis dengan perisai, oleh karena ia maklum bahwa tidak ada perisai yang akan sanggup
menangkis Kyai Banaspati! Oleh karena itu, secepat kilat ia memutar tubuhnya dan memapaki
perisai itu dengan pukulan telapak tangannya,sedangkan keris dari Waluyoitu terpaksa ia
tangkis dengan kerisnya sendiri.
“Brak! Trang!“ Dua suara ini berbunyi hampir berbareng ketika perisai itu menjadi pecah
terkena pukulan telapak tangan Ratnawulan, sedangkan ketika kedua pusaka itu beradu,
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 44
memancarkan bunga api dan terdengar serua kaget dari Waluyo karena keris pusakanya telah
patah ujungnya! Bekas penglima ini berdiri dengan muka pucat sekali dan memandang
kepada perisainya yang telah pecah dan kerisnya yang telah patah.
Melihat kesedihan danmuka yang menunjukkan rasa malu besar itu, Ratnawulan lalu berkata
menghibur.
“PamanWaluyo, jangan kau merasa penasaran, karena kau bukan dikalahkan oleh orang lain.
Aku adalah Ratnawulan juga seorang Lumajang! kenalkah kau kepada Senapati
Nagawisena?“
“Tentu saja aku mengenal mendiang Nagawisena dengan baik, karena dahulu aku berada di
dalam pasukan yang dipimpinnya.“ kata Waluyo dengan heran
“Kau siapakah?“
“Aku adalah puteri tunggalnya!“
Bukan main girangnya hati Waluyo dan lain-lain kawannya mendengar inidan semua orang
lalu mengerumuni dara perkasa itu sambil memandang dengan penuh kekaguman. Lebih-lebih
Waluyo,seakan-akania bertemu kembali dengan peminpinnya yang telah meinggal dunia,
sehingga iasegera berlutut hendak menyembah Ratnawulan! Akan tetapi gadis itu cepat
memegangt angan kakek itu dan menariknya bangun kembali.
“Jangan begitu, paman.Akuhanyaorang biasasaja yang bodoh dan sama sekali tak patut
mendapat penghormatan besar. Kedatanganku ini sebenarnya karena tertarik hatiku
mendengar bahwa disini terdapat sisa-sisa pemberontak yang dipukul mundur oleh tentara
majapahit,dan terutama sekali karena mendengar betapa kalian telah melakukan perampokan
terhadap penduduk gunung ini. Ibuku menganggap kalian sebagai kawan-kawan
seperjuangan, dantentu saja aku merasa malu kalau mempunyai kawan-kawan yang
menjadiperampok dan mengganggu rakyat di sini.”
“Ibumu masih hidup?“ kata Waluyo dengan muka girang,kemudian ia menghela napas ketika
mendengar celaan Ratnawulan tentang perampok itu. “Memang kami telah melakukan
perampokan keberapa kali, akan tetapi percayalah, hal itukamilakukan dalam keadaaan
terpaksa karena kami telahkehabisan ransum. Kamisedang mengumpulkan tenagauntuk
mengabungkan diri dengan pemberontak-pemberontaklain yang akan dipimpin oleh
panglima-panglima Kuti dan Sumi!“
KemudianWaluyo menceritakan bahwa sebagian besar daripada kawan-kawannya itu adalah
bekas anakbauhRangga Lawe danRaden Sora, dua orang panglimayang telah gagal dan tewas
dalam usaha mereka menumbangkan kekuasaan Prabu Jayanagara yang dipengaruhi oleh
Begawan Mahapati.
“Bertahun-tahun kamimenjadi orang buruandan menjadi pelarian yang hidup dihutan-huta,
emncari kesempatan untukmembalas dendam kepada Bagawan Mahapati yang merupakan
musuhbesar sekalian pemberontak,oleh karena pendeta itulah sesungguhnya yang
mendatangan kebencian dalam hati kami.“
“Dan tahukahkau akan seorang yang bernama Kartika, paman?“
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 45
“Siapa yang tidak tahu akan bedebah itu!“ Sepasang mata Waluyo memancarkan api
kemarahan. “Dia lebih jahat daripada gurunya dan aku telah bersumpah bahwa sekali waktu
akan kubelek perutnya dan akan kukeluarkan jantungnya!”
Melihat kebencian orang tua itu terhadap Kartika, Ratnawulan merasa heran, menceritakan
bahwa anak gadisnya telah ditawan oleh Kartika dan dipaksa menjadi selirnya!
Manusia busuk itu dengan kejamnya menghancurkan seluruh keluarga pemimpin-pemimpin
pemberontak.Celakalah orang-orang yang diketahui menjadi anggota keluarga orang yang
telah memberontak, karena mereka takkan diberi ampun.Kalau mereka bukan perempuanperempuan
muda dan cantik, pasti mereka dibunuh, sedangkan perempuan-perempuan muda
mereka tawan untuk menjadi bahan penghinaan!“ Setelah berkata demikian, Waluyo berdiri
mengepal tinju dan mengertakkan giginya.
“Paman Waluyo, kau tentu tahu tentang tewasnya mendiang ayahku.“
Waluyo mengangguk. “ayahmu binasa dalam tangan Kartika pula, memang manusia itu amat
curang danj ahat.“
“Karena itulah ,paman, maka aku mempelajari semua kepandaian ini. Aku akan mencari
mereka dan membalas dendam kepada keparat itu berikut gurunya.“
“Bagus, kami akan membantumu, jeng Ratna. Kau memiliki ilmu kepandaian yang hebat dan
luar biasa, maka sudah sepatutnya kalau kau menjadi pemimpin kami! Bagaimana, kawankawan,
setujukah kalau kita mengangkat dara perkasa ini menjadi pemimpin dara perkasa ini
menjadi pemimpin kita?“
“Akur! Akur!“
“Setuju sekali!“
Ratnawulan mengangkat kedua tangannya ke atas, dan menggelengkan kepalanya.
“Sabar, saudara-saudara! Sungguhpun aku menaruh hati dendam kepada Kartika dan
Mahapati, akan tetapi aku tidak tahu-menahu tentang pemberontakan terhadap Kerajaan
Majapahit. Hal itu bukan urusaku. Aku hanya ingin mencari dan membalas dendam terhadap
kedua orang itu, dan sama sekali tidak ingin menyerang Kerajaan Majapahit.“
Semua orangyang tadinya merasa gembira sekali karena mereka telah menaruh pengharapan
besar kepada dara perkasa ini,menjadi diam dan bungkam. Akan tetapi Waluyo mencelanya.
“Jeng Ratna! Mengapa kau berkata demikian? Bukankah mendiang ayahmu juga seorang
pemberontak terhadap Kerajaan Majapahit?“
Ratnawulan menggelengkan kepala lagi. “Bukan, paman. Dalam pandanganku,juga menurut
seorang senapati Lumajang, seorang perajurit yang memenuhi tugasnya sebagai ksatria sejati.
Tentang pemberontakan-pemberontakan itu, biarlah hal itu diserahkan dan dipimpin oleh
mereka yang memang mempunyai kepentingan dengan pemberontakan itu. Bagiku, asal saja
aku sudah dapat membalas dendam kepada kedua orang itu, cukuplah. Lagipula, agaknya
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 46
akan lebih mudah dan leluasa bagiku untuk bekerja seorang diri saja melakukan pembalasan
dendam itu, daripada harus bersama dengan kalian!“
Kecewalah semua orang mendengar ini, karena mereka ingin sekali berperang lagi melawan
tentara Majapahit,dan mereka akan berbesar hati apabila mereka berperang di bawah
pimpinan seorang yang gagah perkasa seperti daraini.
“Aku mengerti maksudmu, Jeng Ratna. Akan tetapi,demi pertalian batin yang ada di antara
kita, kuharapkau suka menurunkansedikit kepandaian kepada kami,agar pasukan kami mejadi
lebih teratur juga ke Majapahit, oleh karena ketahuilah bahwa Majapahit memiliki panglimapanglima
yang amat sakti, di samping Mahapati dan Kartika.Menurut pendapatku, akan lebih
baiklahkalau kaumenanti sampai meletusnya pemberontakan baru yang jauh lebih besar dan
kuat daripadayang sudah-sudah,dan dalam keadaaankacau-balau itu, akanlebihmudah bagimu
mencari Kartika dan Mahapati, karena mereka tentu akan maju di medan yuda.
Kalausekarangkau pergike ibu kota Majapahit sengaja mencari mereka, maka kau bukan
hanya akan menghadapi Kartika dan gurunya, akan tetapi kau akan berhadapan dengan
seluruh panglima Majapahit.“
Diam-diam Ratnawulan membenarkan pendapat yang bijaksana ini, dan melihat betapa semua
mata memandangnya dengan penuh harapan, ia tidak tega untuk menolak permintaan ini.
“Baiklah, aku akan melatih kaliand engan sedikit ilmu kepandaian yang telah kupelajari, akan
tetapi mulaisaat ini, kalian tidak boleh lagi merampok penduduk di gunung ini. Untuk ransum
kita harus membanturakyatterdekat denganpekerjaan mereka di sawahagar hasil lading
bertambah dan dengan demikian, maka kita akan dapat mengambil bagian kitadenganadil dan
bersih. Pejuang-pejuang yang baik dan benar hanya mereka yang mendapat dukungan dan
simpati dari rakyat kecil. Tanpa dukungan rakyat, usahamu akan gagal. Apalagi kalau sampai
memusuhi dan mengganggu rakyat,maka kalian bukanlah pejuang-pejuang lagi namanya
bahkan patut disebut penjahat dan pengkhiana bangsa.“
Diam-diam Waluyo merasa tunduk dan kagum sekali. Bagaimanaseoranggadis muda remaja
ini dapatmengucapkakata-katayang demikian bijaksana? Sementara itu, melihat Ratnawulan
bersedia melatih dan memimpin mereka, bersoraklah semua orang yangberadadi situdan
suasana menjadi gembira sekali. KetikaRatnawulan, tas pertanyaan Waluyo, menjawab bahwa
ia adalah murid dari PanembahanMahendragunaatau Eyang Semeru,makin runduklahmereka
karena Eyang Semeru terkenal sebagai manusiasetengahdewa yangsuci dansakti.
Demikianlah, orang-orangitu lalu memberikan pondokyang terbaik sebagai tempat tinggal
Ratnawulan, sedangkan pada keesokan harinya Waluyo danbeberapaorang yang tadinya
menjadianak buah Nagawisena, naikke puncak Mahameru untuk menjumpai Dara Lasmi,
menghadap ibu pemimpin mereka itu untuk memberi hormat dan menyampaikan warta
tentang keadaan Ratnawulan yang kinitelah mereka angkat sebagai pemimpin untuk melatih
ilmu kepandaian danaji kesaktian kepada tiga puluh dua orang yang berada di hutan randu, di
kaki Gunung Mahameru sebelah timur.
Pada suatu hari, Ratnawulan seorang diri membawa anak panahnya hendak mencari binatang
buruan. Didalamhutanrandu itu sunyi oleh karena semua orang dibawahpimpinan Waluyo
telah berangkat ke dusun-dusun terdekatuntuk membantu mencangkul tanahladang. Semenjak
Ratnawulan berada disitu, keadaan mereka amat berubah.Tidak lagi mereka bermalas-malasan
di waktu siang hari, akantetapi semenjak matahari terbit, mereka bekerjadi sawahdan pada
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 47
sore harinyabarulahmerekamenerima latihan-latihan dari Ratnawulan, bermain lembing,
bermain keris, memanah dan pencak silat, sesuai dengan bakat masing-masing.Bahkan
Ratnawulan lalu menyuruh semua orang membuat pedang yang sama bentuk dan ukurannya,
bermata dua(tajam kedua bagian), lalu ia melatih mereka bermain pedang. Maka terbentuklah
pasukan padang yang mereka beri nama Pasukan Candrasa Bayu(Pedang angin) karena
menurut pendapat mereka,permainanpedangyang diajarkanmemiliki kecepatan bagaikan
angin puyuh! Tentus aja permainan mereka tidak sehebat permainan dara perkasa itu,
walaupun mereka memang mendapatkan kemajuan yang cepat sekali.
Ratnawulan merasa suka melihat kemajuan mereka, dania kini mendapat kenyataan bahwa
anak buanya memang bukanlah sebangsa perampok yangjahat. Mereka itu kesemunya bekas
perajurit-perajurit yang patuh akan perintah pemimpin dan rata-rata memiliki sifat ksatria
yang mengagumkan. Oleh karenaitu bercita-citauntuk kelak maju menyerbu ke Majapahit
lagi, maka ia bersungguh hati untuk melatih mereka sehingga Pasukan Candrasa Bayu
menjadisebuah pasukan pedang yang benar-benar kuatsekali.
Perjalanannya memburu binatang hutan, Ratnawulan menuju ke hutan sebelah utara yang
belum pernahdidatanginya. Hutan ini amat luas dan liar,penuh dengan pohon-pohon
tinggibesar yang telah berabad usianya. Juga disitu terdapat banya kpohon waringin yangluar
biasabesarnyasehingga untuk dapat memeluk batangnya,agaknya dibutuhkan belasan orang
yangberdiri dengan tangan saling bergandengan. Pohon-pohon raksasainientah sudah berapa
ratus tahun umurnya. Akar-akarnyayang panjang dan besarsebagian timbul di atastanah
merupakan raksasa. Akar-akargantung berjuntaike bawah seperti tambang-tambang yang
sengaja dikatkan orang pada cabang-cabang pohon itu, kuat danuletsekali. Daun-daunnya
lebat, memenuhi puluhan cabang-cabang dan ranting-ranting yang rata tumbuhnya
mengelilingi batang pohon membuat pohon raksasa itu nampak seperti sebuah payung yang
amat besar.
Auman harimau dan suara binatang-binatang lain menggembirakan hati Ratnawulan benar
karena ternyata bahwa hutan liar ini amat banyak penghuninya.Memang, sebagaimana
biasanya, makin liar hutannya,makin banyaklah binatangnya dan makin senanglah hati para
pemburu yang memasuki hutan itu.
Tiba-tiba mata Ratnawulan yang awas itu melihat seekor kelinci putih yang gemuk lari ke
bawah pohon. Cepat ia mengambil anak panah dan memasangnya pada busur yang telah
dipegang semenjak tadi, akan tetapisebelum ia melepaskan anak panahnya, ia mendengar
suara lain yang lebih menarik perhatianya. Suara Kijang! Ratnawulan membatalkan niatnya
memanah kelinci dan segera jalan dengan hati-hatikea rahsuara kijang itu.Benar saja,
seekorkijang betina yang bagus dan gemuksedang berjalan perlahan dibawah pohon waringin
yang amat besar. Kijang itu makan rumput di bawahwaringinitu, makandenganasyiknya, tidak
tahu bahwa bahaya maut telah mengintainya darisebelah kiri. Olehkarena anginayang bersilir
perlahan itu datang darijurusan depan, makakijangitu tidak tahu bahwa Ratnawulan telah
berdiri dibalik tetumbuhan dan telah membidikkan anak panah kepadanya.
Terdengarsuara gendewa menjepret dan sebatang anak panah meluncur bagaikan burung
srikatanke arahkijang itu.Ratnawulan memandang denganmatagembira. Akan tetapi tak terasa
lagiia mengangkat tangan kirinya menutupi mulutnya yang hampir saja mengeluarkan seruan
karena terkejut dan heranya ketika melihat sinar putih berkelebatdari atas pohon beringin itu!
Ia melihat betapa tubuh kijang itu terlempar kedepan sehinggaanak panahnyayang tadi
dibidikkan kea rah leher, kinimenancap pada perut binatang itu.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 48
Ratnawulan cepatmelompat mendekati tubuh kijang yang telah rebah tak bernyawa lagidan
mukanya menjadi merah karena marah ketika melihat betapa pada leher kijangitu menancap
sebatang anak panahlain yang mendahului anak panahnya dan yang ternyata lebih tepat
kenanya dan yang mendatangkan kematianpadabinatang itu. Ternyata adaorang lain yang
telah mendahuluinya!Siapakah gerangan orang yang berani berbuat ini? Siapakah dia yang
begitu kurang ajarberani mendahuluiRatnawulan yanghendak merobohkan buruannya?
Akan tetapi, sebelum iamelihat orang yang berani berlancang tangan ini, tiba-tiba ia
mendengar auman hebat dari belakangnya dan ketika ia cepat membalikkantubuhnya, ternyata
bahwa seekormacan gembong yang besar sekali, sebesarlembumuda, telahberdiri
dibelakangnya dan tiba-tibaharimauitu menubruk sambilmenggerengdengan suarayang
dahsyat sekali! Ratnawulan cepatmelompat kesamping untuk megelak,akan tetapi oleh karena
harimau itugerakannya cepat sekali, hampirsajapundaknya kena dicakar.Bukanmain marahnya
Ratnawulan, karenasebelum diserang olehharimaugembong itu, iamemang telah marah sekali
kepada orangyang mendaghului memanah kijang. Kinidenganhatigeramia mencabut keris
pusaka Banaspati danmenghadapi harimau itudenganmata berapi-api! Tidak biasaRatnawulan
menghadapiseekor harimau saja dengan kemarahan demikian besar.
Pada saatitu terdengar jepretan jemparing (busur) dan tiba-tiba dariatas pohon beringin
itumenyabar turuntigabatang anak panah dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar dan
dengan tepat sekali tiga batang anak panah itu menancap di tubuhharimauyang telah
siaphendak menerkam Ratnawulan lagi, menancap di leher punggung, dan lambung!
Sambilmengeluarkan gerengan keras dan panjang robohlahmacan ituberguling-guling,
mengeliatdan akhirnya keempat kakinya berkelojotan laludiam!
Kalau tadi kemarahan Ratnawulan laksanaapiberkobar panas, kinimakin kejatuhan hujan,
mendidih Kawah Candradikuma kejatuhan hujan, mendidihdan menggelora sehingga dadanya
naik turun amat hebatnya. Kalautadi si pelepas panah yang mendahuluinya
membunuhkijangdianggaphanyalancing tangan, kini melihat anak panah pembunuh harimau
yang samabentuknyaitu, ia menganggap bahwaorang ini telah menghinanya! Dengan
kerisBanaspati di tangan, ia memandang ke atas pohon dan membentak kertas.
“Keparat rendah dari manakah beranimenghina Ratnawulan?“
Tiba-tiba terdengar suara ketawa di ataspohon dandisusul oleh suara seorang laki-laki yang
tenang, “Alangkahindah namaitu. Sesuai benar denganorangnya!“ Ucapan ini disusul pula
oleh melayangnya bayangan seorangpemuda dari atascabang pohon itu. Ketikakeduakakinya
menginjak tanah,tak terdengar suara sedikitpun sehingga diam-diam Ratnawulan terkejut
melihat ilmu lompatorang itu dan memandang penuhperhatian.
Orang itumasih muda,paling banyak duapuluh satuatau dua puluh dua
tahunusianya,berkulithitam manis dan wajahnya amat gagahdan tampan. Alis matanya
sehitamrambutnya, tebal dan mengingatkan orangakan alis Raden Gatotkaca. Sepasang
matanya bercahaya-cahaya bagaikan bintangpagi, lebar danbersinar tajam. Bola mata yang tak
mau diamitu menandakan bahwa dia adalah seorang periang.Hidungnya mancung
danbagusbentuknya, sedangkan mulutnya yangmanis itu membayangkan kekerasan hatinya,
terutama dagunya yang kuat dengan lekuk di tengah-tengahnya.Tubuhnya sedang saja, yakni
potongan bambang. Pakaiannya sederhana,seperti yang biasadi pakai oleh petani-petani
muda.Ikatkepalanya sempit dan hanya dikatkan secarasembarangan di ataskeningnya. Gagang
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 49
keris terselip pada pinggangnya.Sedangkan dipunggungnya nampak tempat anak panah
dikalungi busur yang besarberwarna putih.
Mendengar pemuda itu memuji namanya, Ratnawulanmenjadimarahdan jugaheran.
Bagaimana adaorang seberani ini? Belum pernah dara perkasa ini melihat orangberani
bermain-mainpadanya,dan melihat pemuda ini tersenyum-senyummemandangnya rendah, ia
menjadigemas sekali.
“Benar-benar nama yangindah,dan orangnyalebihayu lagi!“ katapemuda itu pula sambil
memandang dengan mata jujur,sama sekali tidak menyembunyikan kekagumannya.
“Tutup mulutmuyang kotor!“ Ratnawulanmembentak dengan bibirmerengut dan mata
memancarkan api. “Kaumanusia sombong, manusia kurang ajar.“
“Lho, bagaimanapula ini?Mengapa kau marah-marahdan menyebutkusombong dan kurang
ajar?“
“Kau. kau telah berani memanah mati harimau itu!“ Ratnawulan mengigit bibir menahan
kemarahannyaoleh karenadipanahnya harimau tadi benar-benar menyakitkan hatinya.
Pemuda itu menggaruk-garuk kepalanyayang tidak gatal. “Kalau kau tidaksedang bicara
danberadadi depanku sehinggaakumelihatjelas bahwa kedua kakimu mengambah (menginjak)
tanah, tentu aku akan kusangka peri!“
“Gila!“Ratnawulan memaki.
“Memang mungkin aku sudah menjadi gila, atau memang kau yang bukan manusia!Di dalam
hutanliarseperti ini, dimana orang-oranglelaki biasapunbelumtentuada yangebrani
memasukinya, aku bertemu dengan seorang dara seperti engkau seorang diri!
Inisudahamataneh namanya. Kemudian kau menghadapi harimau dengan keris di tangan dan
samasekali tidaktakut, bahkandapat mengelak dari terkaman harimau tadi. Ini lebih aneh
nemanya. Kemudianaku menolongmu daribahaya maut, dengan anak
panahkukubinasakanharimau busa itu, dan apakah bunyiterima kasihmu?Kau memberi
hadiahmakian! Ini namanyalebihanehdari sekalian yanganeh!“ Biarpun katanya menunjukkan
bahwa ia merasa penasaran melihat sikap yang tak tahuakan terimakasihitu, namun wajah
pemuda itu masih saja memperlihatkan keriangan hatinya.
Ratnawulan cemberut.“Siapa butuh pertolonganmu? Siapa tadi melihat kau berlancang tangan
membantuku? Aku tidak butuhakan bantuanmu!Kau telahberlaku lancing, memanahbinatang
buruanku, kemudian kau membunuh pulaharimau yang sedang hendak kubunuh! Kau telah
sombongmemperlihatkansedikitkepandaianmu, apakah kaukira di dunia ini hanya kau seorang
saja yang paling gagah? Tanpa bantuanmu,akupun akandapat membinasakan harimau itu
dengan mata meram.Jangankan baru seekor harimau,biarpun ada sepuluh ekorpun aku tak
takut. Kaumenghinaku,bukanlaku seorangksatria untuk menghina orang lainmengandalkan
kepandaiannya!“
Semenjak tadi pemuda itu memandang dengankagum sambil tersenyum, seakan-akan melihat
gadis berkata-kata dengan muka merah danmatabersinar-sinaritu merupakan pemandangan
yang amat menarikhatidan menyenangkan. Ia sama sekalitidak perduli melihat kemarahan
orang. Bahkankini ia lalu bersedekap (menyilangkan lengan di depan dada) danbertanya.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 50
“Habis, kalau kau menganggap aku kurang ajar, sombong dan sebagainya lagi, kau hendak
memberi hukuman apakah kepadaku?“
“Aku bukan algojoyang berwenang menghukum orang, apalagi orang macam
engkau!“jawabRatnawula dengan marah sekali.
“Kalau begitu, apakah kehendakmu selanjutnya?Biarlahkauketahuibahwa akubernama
Adiprana, masih jejakaberusia duapuluh satutahun, baru saja turunGunung Bromo danhendak
pergike.“
“Aku tidak perduli!Akutidak perduli kau bernama setanatau iblis, tidak perdulikau baru turun
dari neraka pula!“ Ratnawulan memotong dengansuara keraskarena hatinya mendongkol
sekali, akan tetapi diam-diam namaAdiprana itu terukir di dalam hatinya. “Kauharus
mintamaafkepadaku karena segala kelancanganmu tadi!“
“Kalau aku tidak mau?“
“Aku akanmembinasakanmu dengan kerisku!“
Pemuda itu mengangguk-anggukkan kepala danbibirnya berbisik, “Aduh,galak dan
ganasnya.! Biarlahakuminta maaf saja.” Kemudian ia membungkuk sambil
berkata,“Padukaputeri yang mulia, semogasudimelimpahkan maaf sebesarnya kepada hamba
yangrendah.“
Makin panas hati Ratnawulanmelihatbetapa pemuda itu sengaja megejeknya,maka ia lalu
membentak,
“Kalau kau tidak berlutut dan menyembah, aku tak maumemaafkankau!“
Kini sepasang mata pemuda itumemandang tajam dan suaranyaterdengar penasaran sekali
ketikaberkata.
“Ah, bagus sekali! Kaukirakau hanya main-main saja,tidaktahunya kau bersunguh-sungguh!
Sayang, seorang gadis yang cantik dangagah seperti kau inimemilikikesombongan seperti itu.
Aku kulihat sampai di mana sih tingginya kepandaianmu makaakuberani bersikapdemikian
terhadap anak Gunung Bromo!“
“Kaupun belum kenal sepak-terjang anak Mahameru!“
Ratnawulanmembalas“Majulah!“Sambil berkata demikian, ia berdiri dengantubuh agak
merendah, tangan kanan memegangkerisyang ditarik sampai kesamping pinggangnya,
sedangkantangan kirinyaditaruh didepan dada dengan jari tangan terbuka.
Adipranayang melihat sikap ini maklumbahwa gadisitu memilikikepandaian, dan pula iadapat
mengenal keris pusaka di tangan gadis itu, maka ia tidak mau berlaku sembronodan cepat
mencabutpula kerisnya yangjuga mengeluarkan cahaya tanda keris pusaka ampuh.
“Tidak pantas seorang pria menyerang lebih dulu,“ jawab Adiparana yangbetapapun juga
masih memandang ringan, “Kau majulah hendakkulihat sampai dimana kepandaianmu!“
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 51
Ratnawulan tak dapat menahan sabarlagi dan segeramengirimserangan dengan kerisnya
meluncurdengan tusukanke arah dada lawan. Adiprana berlakuwaspadadan kagum
melihatkecepatangerakandara perkasaini, makaia cepat menggerakkan kerisnya
untukmenangkis.
“Trangg!“Ketika duabilahkeris itu salingmembentur, memerciklah bunga api dan
keduanyamerasa betapa telapak tanganmerekayang menggenggamgagangkeris, menjadi panas
dansakit. Keduanyaterkejut sekalidan cepat memeriksa keris masing-masing, akantetapi
senjata mereka tidak rusak, maka mereka menjadi legadan mulaiserang-menyerang
lagidengan lebih hati-hati.
Bukan main kagum danherannya Adiprana ketika ia menyaksikan ketangkasan dan kehebatan
ilmu keris gadis itu.Hal ini sama sekalitak pernahdisangkanya. Tidaksajadalamhal tenaga
lawanya tidka kalah olehnya, bahkan kecepatannyapunhanyadapat mengimbangi dara
ini!Iakagumsekali dan mengerahkan seluruhkepandaiannya yang ia warisidari gurunya,
yaituPanembahan Bromosakti,seorang pertapa yangsakti mandraguna di puncak Gunung
Bromo.
Sebaliknya, Ratnawulan jugamerasaterkejut dankagum. Baru kali ini semenjak turun gunung
ia menjumpai lawan yangbenar-benar berat dan tinggiilmukepandaiannya. Ia telahmenyerang
dengan hebatdan telahmengeluarkan segala aji kesaktian,akan tetapi tak berhasil mendobrak
dan membobolkan pertanahan lawannya. Tipu dilawan tipu,kegesitan dilawan kecepatan,dan
ilmu dengan ilmu telahia pergunakantanpa hasil sehingga ia menjadi makin penasaran dan
gemas.
Kedua orang itu benar-benar hebat. Pertempuranyang terjadi kali inisayangtidakada yang
menyaksikannya, karena kalau ada orangketiga yangmenyaksikan, ia tentu akan berdiri
bengong saking takjubnya. Tubuhkeduaorang mudaitu berkelebatanke sana kemari, keris
mereka menyambar-nyambarbagaikan kilat, kadang-kadang terdengarbunyi nyaring kalau
sepasang senjata beradu dan nampakbunga api berpijar.
Akan tetapi, setelah bertempur puluhan juruslamanya, akhirnya pemuda itumerasa betapa
tangannya yangmemegangkeris mulai gemetar dan panas sekali. Ia maklum bahwa hal ini
terjadi oleh karena kerispusakanya kalah ampuh dan kalau diteruskan,banyak kemungkinan ia
akan kalah.Makin meninggi rasakagumnyadan tiba-tiba ia melompatke belakang sambil
berseru.
“Tahan!“
Bagaikan seekor banteng mencium darah, Ratnawulan berdirid engan keris di tangan kanan
dan tangan kirinya menolak pinggang, kakinya terpentang dan matanya menatap lawannya
dengan pandang mata beapi, dadanya naik turun dan dari jidatnya yang berkulit kuning
langsat danhalus itu menitik keluar beberapa butir peluh.
“Mau apa lagi? Hayo majulah, keluarkanlah semua kepandaianmu, Adiprana! Jangan
kauanggap dirimu sendiri saja yang gagah perkasa. Keluarkan kesaktianmu dan coba jatuhkan
aku kalau kaubisa!“ Ia menggunakan tangan kirinya menepuk-nepuk dadanya dan berkata,
“Kerahkan kejantanmu, karena kau baru patut memandang rendah dan berlaku sombong kalau
kau sudah bisa mengalahkan aku. Inilah anak Mahameru yang tak sudi dihina oleh siapapun
juga!“ Dalam sumbar dan tantangannya ini Ratnawulan melepaskan semua kegemasannya
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 52
dan kemarahannya terhadap pemuda itu, pemuda yang begitu bertemu telah menimbulkan
benci, marah dan juga kagum di dalam hatinya.
Mendengar sumbar dan tantangan ini, Adiprana tersenyum dan sambil menghapus peluhnya
yang membasahi muka,ia berkata, “Ratnawulan, kau benar-benar gagah perkasa. Tak pernah
aku melihat atau mendengar, bahkan dalam mimpipun tidak, bahwa di dunia ada seorang dara
segagah engkau! Tak dapat diragukan lagi, kau tentulah anak murid Panembahan
Mahendraguna yang disebut Eyang Semeru, bukan?“
Ratnawulan tertegun.“Bagaimana kau bisa tahu?“
Adiprana menarik napas panjang dan memasukkan kerisnya ke dalam warangka. “Lebih
dahulu kita harus berdamai, maukah kau? Tak enak untuk bercakap-cakap dengan seorang
yang masih marah-marah kepadaku. Maukah kau berdamai dengan aku?“
“Itu tergantung.“
“Tergantung bagaimana?“
“Tergantung kepadamu sendiri apakah kau masih sombong dan memandang rendah
kepadaku! Kau telah berlaku lancing dan menyakiti hatiku dengan perbuatanmu yang
sombong tadi.Apakah kini kau masih merasa bahwa aku pantas ditolong dari harimau ini?“Ia
menunjuk kepada bangkai harimau.
“Memang aku bersalah, Ratnawulan. Memang kau tadi benar, jangan baru seekor harimau,
dengan kepandaianmu itu, biarpun kau dikepung lima ekor harimau pun, rasanya kau belum
berada dalam bahaya. Aku telah salah duga tadi.“
“Nah, kalausaja sikapmutadiseperti sekarang, siap ayang akanmenjad marah-marah?Tadi
akuketerlaluan, minta maaf saja tidak mau bahkan mengejek. Begitukahsikapseorangksatria
terhadap waita? Memalukan sekali!“
Adipranamenarik napas panjang. “Aku minta maaf, Ratnawula, kala memang kaukehendaki,
biarlahaku berlututdan menyembah kepadamu.“
“Cih!Siapa yangingin disembah-sembah? Asal kau benar-benar merasa menyesal dengan
kesombonganmu tadi, tak perlu hal itu dibongar-bongkarlagi. Kau sudah membuktikansendiri
bahwa dalam hal ketangkasanbermain keris danolah yuda,aku tidak kalah olehmu. Ataukalau
masih penasaran, boleh kitateruskan lagi sampai salah seorangmenggeletakdi sini!“
“Tidak, tidak! Aku sudah cukup puas. Kau benar digdaya!“
“Namun aku masih belum puas kalau belum bertandingpanah denganmu, Adiprana!Anak
panahmulahyang melukai danmenyinggunghatiku tadi,maka sekarang akau ingin kausaksikan
bahwa dalam hal ilmu memanah, anakMahameru juga tidak perlumenyerah kalahterhadap
anak Bromo!“
Dari ucapan dan nada suaranya ini, Adiprana maklum bahwa gadis inimasih merasa panas
hatinya,maka sambil tersenyum ia lalumenurunkan gendewanyadan memasang anak panah.
Sekali pasang ia telah menggunakan limabatang anak panah dan ia segera berkata.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 53
“Baiklah, marikita berlomba panah.Dengananak-anak panahku aku akan membuat lingkaran
dipohon waringin depan itu!“ Baru saja ucapannya habislima batang anakpanahnya telah
melucur dari gendewadengansekali tariksaja dan anak-anakpanah itumenancap dengan
rapinya merupakansetengah bulatan pada batang pohon waringin yang besar. Sekali lagi
diprana mengeluarkan lima batang anak panah dan sekali lagilimabatang anak panah itu
meluncur cepat melengkapi dan menyempurnakan lingkaranyang baru jadi setengahnya. Kini
di atasbatang pohonitu nampak sepuluh batanganak panahyang teratur rapi, berderet-deret
merupakansebuah lingkarankecil.
“Nah, kau keluarkan anak panahmu dan coba kauusahakan untuk memasukkan sepuluh
batanganak panah ke dalam lingkarananak panahku itu!“
Ratnawulan memandangke arah lingkaran itudan iamerasabahwa ilmu memanah pemuda ini
benar-benar hebat.Iamelihat betapa lingkaranitu kecilsajasehingga takkan cukupdimasuki oleh
sepuluh batanganak panah, makaia tahu akan kelicikan ini.Akan tetapi, iatetaptenang, bahkan
kini tersenyummengejek.
“Apakah susahnya memasukkansepuluh batang anak panah dalamlingkaran itu? Kaulihatlah!“
Sambil berkata demikian iamemasang lima batang anakpanah pada gendewanyadan setelah
membidik, terdengartali gendewanya menjepret dan limabatang anak panah dengan kecepatan
luar biasa meluncurke arah batang pohon itu.
Adipranamemandang penuh perhatian dan ia merasa heran melihat ketenangan gadis itu. Ia
tahu betul bahwaruang lingkaran itutakkan mungkindapat dimasukisepuluh batang anak panah
akan tetapi setelahanak-anak panahdara perkasaitu menyambarkearah lingkaran, ia menjadi
terkejut sekalidan jugakagum oleh karenaanak-anak panahitu bukannya menancap di dalam
lingkaran, melainkan menyambar tepat pada gagang anak-anak panahnya sehingga patahpatahdan
lima batanganak panahnya jatuh keatas tanah bersama lima batang anak panah
Ratnawulan. Kembali lima batanganak panahgadis itumenyambar danhabislahanak
panahnyayang tadi menancappadabatang pohon itu!
Sambil melangkah tenang, Ratnawulanmengambil kesepuluhbatang anak panahnya,
sedangkan anak-anak panah Adiprana telah patahkepalanya dan tak dapat dipakai lagi!
Akan tetapipemudaitu tidak menjadimarah. Iamaklum bahwadenganjalanitu,Ratnawulan
hendak membalas dendam dan melampiaskan amarah dan kegemasannya. Ia bahkan memji
dan tersenyumramah.
“Hebatsekali!Ilmu panahmu memang lebih unggul daripada kepandaianku!“
Mendengar pujianini dan melihat sikap Adiprana, timbulah rasa menyesal dalam hati
Ratnawulan. Memang hati seorangwanita ituperasa sekali, mudah tersinggungdan mudah
terharu, gampang marahdan gampang menyesal, sebentargirang sebentar berduka.
Kalau saja Adipranamenjadi marah karena anak-anak panahnya dirusak dan menegur
Ratnawulan, daraini tentu akan menjadi marah sekali dan mengingatkania
akankelancangannya mempergunakan anak panah untuk membunuhkijangdan harimau
tadi.Akan tetapi karena Adipranatidakmenjadi marah bukan memujinya, luhlah hati dara
perkasa itu dan ia menjadimenyesal mengapaia telah merusak semuaanak panahdan
menyerahkannyakepada Adiprana sambilberkata.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 54
“Aku telahmerusakkan sepuluhbatang anak panahmu.Terimalah lima batang sebagai
penggantinya, sehingga kita masing-masingkehilanganlima batang!“
Adipranamemandang dengan mata kagum dan hatinya makin sukakepada dara perkasa yang
aneh ini. Kalautadipadapertemuan pertamaia berlakukurang ajar dan menggoda, hal
iniadalahkarena ia mengira bahwa Ratnawulan hanyalah seorang gadis gunung
yangmempunyai sedkitkepandaian danmenjadi sombong karenanya. Akan tetapi setelah kini
ia tahu betul bahwagadis ini ilmu kepandaiannya tidak beradadi sebelah bawah
kepandaiannya sendiri, maka iamenjaditertarik,kagum, suka, dan menganggapnyasebagai
seorang sederajat dan segolongan.
Mereka duduk di atas rumput dan Ratnawulan bertanya.
“Adiparana, bagaimana kau bisa tahubahwa aku adalahmurid EyangSemeru? Siapakah kau
sebenarnya dan siapa pula gurumu?“
“Sepertitelah kukatakan tadi, namaku Adiparana dan aku adalah murid tunggal dari Eyang
Bromo sakti yang bertapa di puncak GunungBromo.Tadi aku hanya menduga saja
bahwakauadalahmurid Eyang Semeru oleh karena gurukupenah memberi pesan bahwa Eyang
Semeru mempunyai seorang murid wanitayang sakti dan yang ilmu kepandaiannya
tinggisekali. Maka begitu melihatkepandaianmu bermain keris,mudah saja menerkasiapa
adanya kau.Ketahuilah, Ratnawulan, gurukumasih terhitungadikangkatgurumu sendiri, maka
kitabukanlah orang lain dan masihdapat disebut saudara seperguruan.“
Ratnawulan girang sekali mendengarini.
“Sayang bahwa eyang guru tak pernah menceritakanperihal gurumu itu, akantetapi melihat
kepandaianmu, aku percaya bahwa kau tentulahmurid seorang sakti,“ kataRatnawulan,
pandang matanyamenatap wajah yangtampan itu. Meliaht sinar mata gadis itu memandang
sengan terbukadan jujur, tanpa sedikit pun sungkan dan malu-malu sebagaimana pandang
mata lain gadis,Adiprana merasa suka dan kagum. Benar-benar seorangdarayang sukar
ditemukan keduanya,pikirnya.Seperti inilah agaknya Srikandidi zaman pewayangan
itu.Tidak,Ratnawulan lebihgagah lagi, lebih cantik jelita dan mengagumkan.
“Kautinggal di manakah, Ratnawulan? Kalaugurumu bertapa di puncak Mahameru, mengapa
kauberadadi tempat sejauhini?“
“Aku sedangbertugas memimpin Pasukan Candrasa Bayuyang bersarang di hutan randu.“
Mata Adipranaterbelalaj memandang. “Memimpin. apa.?“
Ratnawulan tersenyum bangga.“Aku memiliki sebuah pasukan yang gagah berani, terdiri
daritigapuluh orang, yaitu PasukanCandrasa Bayu. Mereka bersarang ditengah hutan randu di
kaki Gunung Mahamerusebelah timur.“
Bukan main heranahtipemuda itu.“Melatih pasukan? Mengapa dan untuk apa?“
Melihat wajahpemudaitu demikianterheran, Ratnawulan tertawageli. “Kau tidak tahu,
Adiprana, pasukan itu bukanlah pasukan sembarangan, akan tetapi pasukan istimewa danpara
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 55
anggotanya terdiridari sisa-sisapemberontak Majapahit,dahulu anak buah Panglima Nambi
diLumajang dan lain-lain. Mereka bercita-citauntuk membalas dendamdan mengempur
Majapahit lagi, maka kini aku melatih mereka dengan ilmu pedang dan olah yuda.“
Adipranatertegun dan memandang dengan muka menunjukkan bahwaia hampir takdapat
percaya akanpenuturan ini. “Kau. Kau menjadi pemimpin pemberontakyang
hendakmenggempur Majapahit? “
“Aah, panjang ceritanya, Adiprana.Sekarang haritelah hampir senja dan kedua bangkai
binatang ini kalau tidak lekas dirawat akan menjadi rusak.Maukah kau ke hutan randu untuk
kuperkenalkan dengan Pasukan Candrasa Bayu dan mendengar lanjutanceritaku? Aku akan
menceritakanriwayatku, asal sajakau maumenceriakanriwayat hidupmu lebih dahulu padaku.
Setelah saling mengadu kesaktian dan saling berkenalan, kemudian ternyata masih saudara
seperguruan, sudah sepatutnya kalau kita saling mengetahui riwayat hidup masing-masing
pula.“
Mendengar bahwa dara perkasa itu memimpinsepasukan sisa para pemberontak, mulamulaAdipranamerasaragu-
raguuntuk ikut, akantetapi entahmengapa, ada sesuatu pada gadis
itu yang membuatia tidak kuasauntuk menolak ajakanini. Entah sepasang mata yangjernih dan
indah itu, entah bibiryang merah danmanis itu. Akantetapi, ia bangunberdiri bagaikan
terdorong oleh pengaruh yang jauh lebih kuatdaripada tenaga batinnya sendiri, memanggul
bangkaimacan sambil berkata.
“Kijangitu bagianmu karena lebih ringan.“
“Kaukiraaku tidak kuat untuk memanggul macan itu?“ Kembali sepasang mata Ratnawulan
memancarkan sinar berapi.
Adipranatersenyum. Dalampekealan yang tak berapa lamaini ia telahtahu akan sifat gadis
ini,maka iamenjawab.
“Tentu sajakau kuat memanggulnya, akan tetapi sudahmenjadikelaziman umum bahwa kaum
pria harus memanggul yang lebih berat.Dan pula, sekarang sudah hampirgelap,kalau tidak
lekas-lekaskita akan kemalaman di jalan.“
“Mungkinbagi oranglain, akan tetapibagi kita, jarakitu tak berapa jauh.Mari kita
berlombalari!“kata Ratnawulan sambil memanggul kijang itu.
Keduanyalalu menggunakan aji kesaktian mereka dan berlari cepat sambil memanggul
kijangdan macan itu, berlari-lari bagaikanterbang cepatlah menujuke hutansebelah timur. Di
sepanjangjalan, mereka tidak banyak bicara dan diam-diam Ratnawulan merasa gembira
sekali oleh karena barukali inilah ia dapat berlari cepat dengan seorang yang memiliki ilmu
kepandaian yang tinggi dan tidak kalah olehnya. Dalam diri Adiprana ia merasa mendapat
seorang kawan yang amat baik dan cocok.
Sementara itu,senja mulai mendatangdan Sang Batarasurya telah bersembunyi di balik puncak
Bukit Mahameru, sungguhpun cahayanya masihmenghambatsatangnyasang malam gelap.Dan
di dalam cahaya yang suram itu,di mana anginatak bertiup dansegala sesuatuagaknya diam
dansunyikarena ditinggalkan oleh matahari, nampak dua bayangan berkelebat cepat.Darijauh
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 56
merekatidak kelihatan seperti manusiabiasa, karenabiarpuntubuh bagian bawah seperti orang
biasa,akan tetapi bagian atasnya kelihatanbesar dan aneh bentuknya.Kalau adaorang yang
kebetulan melihat dua sosokbayangan ini, tentu mengira bahwa mereka adalah setan-setan
pertama yang keluar dari persembunyiannya setelahSang Batara surya yang mereka takuti itu
mengundurkan diri.
Padahal kedua sosok bayangan inibukan lain ialah Ratnawulan dan Adipranayang memanggul
kijangdan macan,sehingga dilihat dari jauh memangbentuk pundak dan kepalamereka
aneh,menjadisatu dengan kedua ekor binatangyang telahmati itu!
Sebelum hari menjadi gelap benar,merekatelah memasuki hutan randudi kakiMahameru
sebelahtimur, dan kecepatanlari mereka agaknyatakkankalah apabila dibandinkan dengan
kedua ekor binatang yangkini mereka panggul,andaikatakeduaekor binatang itu masih
dapatberlari! Karena mereka telahmempergunakan aji kesaktian mereka, yaitu IlmuLari
CepatMarutoBajra (AnginKilat)!
Kedatangan Ratnawulan disambut dengan girang oleh kawan-kawannya, dan semua anggota
Pasukan Candrasa Bayu yang tadinya merasa gelisah karena tidak melihat dara perkasa itu,
menjadi gembira melihat pemimpin atau pelatih mereka itu datang membawakijangdan
harimau.Akan tetapi, mereka memandang kepada Adiprana dengan curiga dan tak senang.
Terutama sekali Bejo dan Parta, dua oranggagah yangdiam-diam menaruh hati cinta kasih
terhadap Ratnawulan, merasa cemburu melihat pemuda yang tampan itu.
Bejoyang wataknya jujur dan terbuka serta kasarlalu melangkahmaju, menatapwajah
Adiprana dan bertanya kepada Ratnawulan.
“Jeng Ratna, siapakah saudara ini dan apa kepentingannya datang ke tempat kita?“
Ratnawulan tersenyum lalu memperkenalkanpemuda itu.
“Ini adalah saudara Adiprana,seorangkelana mudayang memiliki ilmu kepandaian tinggi.
Kami telah bertanding mengadukepandaian danbekenalan, dan tidakt ahunya bahwa dia ini
adalah murid dari Eyang Bromo sakti yang menjadi saudara angkat guruku sendiri. Kalian
boleh banyak belajar ilmud ari saudara Adiprana ini!“
Parta berkatadengansuara menyatakan ketidak-puasannya.
“Bagaimana kami dapat mengetahui bahwa ia boleh dipercaya dan benar-benar digdaya kalau
kamibelummenyaksikannya sendiri?Jeng Ratna, apakah ilmu panahnyadapat menandingi
Kukiladanu (Gendewa Burung) kita?“
“Apakah ia dapat menandingi Candrasa Banyu?“ Tanya pula Bejo dengan sikap menantang.
Ratnawulan tersenyum lagi. “Jadi kalian hendak memuji kesaktiannya?Tunggulah sampai
esok hari, biarlah dia memperlihatkan kepandaiannya.“
Adipranamelihatsikaporang-orang itu, didalamhatinyamemenarkan pernyataanRatnawulan
bahwa anggota-anggota pasukan istimewaini benar-benarbersikap gagahdan jantan. Maka
timbulah kegembiraannya dania maklum bahwa kalaumereka initidakdiberibuktiakan
kepandaiannya, tentu mereka akanmemandang rendah dan merasatidak puas.Maka ia lalu
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 57
melangkah maju dan berkata.
“Saudara-saudara yang gagah! aku adalah seorang pemuda gunug yang bodoh dan hanya
memiliki sedikit kepandaian saja. Apakah kalian inginkan, biarlah aku yang muda
memperlihatkan sedikit kebodohanku.“ Ia memandang kepada Parta yang selalu memegang
sebuah gendewa yang besar lalu berkata.
“Agaknya saudaraadalah ahli panah yang pandaidalampasukan ini.Pernahkan
saudaramendengar tentang ilmu memanahtanpa melihatsasarannya dan dapat emngenai
sasaran dengan tepat hanya dengan mendengar suara saja?“
Memang Parta pernah mendengar ilmu memanahini dari Ratnawulan. Ilmu memanah ini dari
Ratnawulan disebut Isu Destarata(Anak Panah Destarata). Sebagaimana diketahuioleh para
penggemar cerita pewayangan,Destarataadalahseorang yang buta, akan tetapi kesaktiannya
menggiriskan hati pahlawan-pahlawan seluruh permukaan bumi. Destarata inilah
menggiriskan hati pahlawan-pahlawan seluruh permukaan bumi. Destarata inilah yang
menjadinenekmoyang parasaudara Kurawa. Ilmumemanah itu disebut Anak PanahDestarata,
karenadilakukan tanpamelihat sasaran, seakan-akan pemanahnya seorang butayang memiliki
pendengaran yang akan menentukandi mana letak sasaran itu sehingga bidikan akanmengenai
tepat.
Mendengar pertayaan Adiprana, Partamengangguk danberkata.
“Aku tahu tentang ilmumemanah itu sungguh punakutakdapat melakukankarena amat sukar
dan sulit.“
Adiprana menurunkan gendewanya dan mengambilsebatang anak panah. “Nah,biarlah aku
memperlihatkansedikit kebodohanku!“Sambil membawa gendewa dananak panah, Adiprana
lalu menghampirisebatangpohon randu yang besardan tinggi.Di ataspohon itu terdengar suara
burunggagakyang kadang-kadang berbunyi,akan tetapi oleh karena burung gagak bulunya
hitam dan pohon itu amat tinggi serta diselumuti olehkegelapan malam, tentu saja
daribawahorang tak dapat melihat apa-apa dan tidak tahu dimana tempat burung itu
bertengger. Semua orang mengikuti gerakan Adiprana dengan penuh perhatian.
Setelah tiba di bawah pohon randu itu, Adiprana menundukkan mukanya dan diam tak
bergerak bagaikan patung. Ia sedang menghening cipta dan mengerahkan seluruh tenaga
batinnya ke arah telinga untuk menentukan di mana gerakan burung yang hendak dijadikan
sasaran anak panahnya itu, sebentar saja ia dapat menangkap suara burung itu dengan jelas,
jangankan suara menggaoknya, bahkan suara burung itu membersihan bulunyapun terdengar
jelas olehnya. Tiba-tibaia menggerakkan gendewa tanpa mendongakkan kepalanya dan ketika
ia menarik tali gendewa, terdengarlah suara menjepret. Akan tetapi, tepat setelah anak
panahnya meluncur, dari belakangnya ia mendengar suara tali gendewa lain ditarik dan anak
panah dilepaskan sehingga hampir berbareng dua batang anak panah melesat kearah
gerombolan daun randu yang hitam gelap itu.
Terdengar bunyi daun-daun gemersik dan seekor burung gagak yang melayang jatuh. Ketika
orang ramai mengambil bangkai burung itu, ternyata bahwa dadanya telah tertusuk oleh dua
batang anak panah!
Adiparana berpaling dan tersenyum kepada Ratnawulan yang tadi juga melepas anak
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 58
panahnya.Ia malum bahwa dengan perbuatannya itu, Ratnawulan hendak memperlihatkan
pula kepada anak buahnya bahwa ia tidak kalah pandai oleh Adiprana!
Bukan main gembiranya orang-orang yang berada disitu ketika mengetahui bahwa anak panah
ke dua adalah anak panah Ratnawulan. Mereka amat kagum kepada pemuda itu, dan Parta
diam-diam mengeluh karena ia harus mengakui bahwa Adiprana benar-benar lebih pandai
dari padanya,dan sudah pantaslah kalau pemuda itu menjadi gurunya!
Adipranalalu memandang kepada Bejo sambil tersenyum dan berkata, “Saudara yang gagah
perkasa seperti Gatotkaca. Kautentulah ahli pedang yang tinggi ilmunya dan kuat tenaganya.
Marilah kita main-main sebentar dan memang hendak kubuktikan bagaimana hebatnya
permainkan pedang dari jago Paskan Candrasa Bayu!“
Betapapaun juga, Bejo adalah seorang yang patuh dan akan disiplin,dan karena Adiprana
adalah tamu dari Ratnawulan, maka ia memandang kepada dara perkasa itu dengan mata
minta keputusan. Ratnawulan menganggukdan berkata.
“Bejo,kau boleh kerahkan seluruh ilmu kepandaian dan tenagamu! Kalau kaud apat bertahan
sampai sepuluh jurus saja menghadapi saudara Adiprana,sudahcukup memuaskan hatiku.“
Mendengar ucapan pelatihnya ini, Bejo merasa makin penasaran.Benar-benarkah ia hanya
dapat melawan selama sepuluh jurussaja? Ah, jangan-jangan pemuda ini takkan dapat
bertahan sampai lima jurus.
Bejo dan Adiprana lalu masuk kedalam lingkaran yang disediakan untuk mereka, yaitu
lingkaran orang-orang yang menjadi penonton, diterangi oleh api unggun yang dipasang di
empat penjuru. Bejo segera mencabut pedangnya, sedangkan Waluyo lalu meminjamkan
pedangnya kepada Adiprana.
Disaksikan oleh semua orang yang berada disitu, ada yang berjongkok dan ada pula yang
berdiri mengelilingi lapangan seolah-olah mereka sedang menyaksikan adu ayam, kedua
pendekar pedang itu mulai berlagak. Bejo memasang kuda-kudanya dengan kaki kiri
dibelakang, tubuh agak condng kemuka, kaki kanan di depan dengan tumit di angkat, tangan
kiri terbuka jarinya dimiringkan melintang dada sedangkan tangan kanan memegang pedang
melintang ditempelkan di atas pundak kiri. Inilah sebuah gerak pembukaan yang dalam Ilmu
Pedang Candrasa Bayu disebut Kukila Nendra (Burung Tidur). Pembukaan ini dilakukan
dengan berat tubuh di tengah-tengah dan tenaga kaki dipusatkan pada kaki kiri yang berada di
belakang, sehingga kaki kirilah yang merupakan tiang penyangga tubuh, sedangkan kaki
kanan hanya ujungnya saja menyentuhtanah. Sikap tubuh ini memungkinkan ia membuka
serangan dengan berbagai cara dan jalan. Tanpa mengubah kedudukan lawan agak jauh, ia
dapat mengalihkan tenaga dari kaki kanan ke kaki kiri untuk melangkah maju dan
membarengi gerakan itu dengan sebuah tusukan serong.
Melihat kuda-kuda lawan ini,Adiprana tersenyum dan ia pun lalu membuka kuda-kudanya
yang indah. Ia memasang kuda-kudanya dengan merendahkan tubuhnya,kaki kiri ditekuk
lututnya dan bagian belakang tubuh diturunkan sampai hampir menyenyuh tumit sedangkan
kaki kanan dilonjorkan ke depan. Tubuhnya lurus dengan mata memandang ke depan, tangan
kiri diangkat ke atas kepala dengan telapak tangan di atas sedangkan pedang di tangan
kanannya dilonjorkan pula di atas kaki kanan. Bejo tertegun melihat pembukaan lawannya ini
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 59
oleh karena sikap dan kedudukan tubuh Adiprana itu sekaligusmemecahkan pembukaan
Kukila Nendra! Dengan kedudukan macam itu, maka Adiprana boleh dibilang telah berada
“di atas“, lebih mudah melancarkan serangan berbahaya daribawah dan menempatkan
kedudukan Bejo pada kedudukan yang amat sukar karena memang sulit baginya untuk dapat
memulai serangan dengan baik apabila ia tidak merobah kuda-kudanya.
Oleh karena itu, iaberseru keras dan merobah kedudukannya, dengan menarik kaki kiri maju
sejajar dengan kakikanan, tubuh direndahkan dan kedua kutut ditekuk sedikit, tangan kiri
tetap bersilang didada sedangkan pedangnya kini ditaruh di pinggir pinggang! Dengankudakuda
ini,ia dapat menyerang lawannya dengan mudah, mengirim tusukan atau bacokan ke
bawah!
Akan tetapi Adiprana tidak merobah kedudukannya, bahkan lalu tersenyum dan berkata.
“Bagus, kini kau dapat menyerang! Mulailah Bima!“ Pemuda itu sengaja menyebut Bima,
yaitu seorang tokoh pewayangan yang bertubuh tinggi besar sehingga dengan sebutan ituia
mengumpamakan Bejo yang tinggi besar itu sebagai Bima! Sebutan ini bukan merupakan
hinaan, bahkan pujian, olehkarena Bima adalah seorang ksatria gagah perkasa, akan tetapi
tetap saja suaranya mengandung nada mengejek.
Bejo berseru keras, “Awas pedang!“ Dan bagaikan petir menyambar, pedangnya meluncur
kearah tenggorokan Adiprana dalam sebuah tusukan yang dahsyat.
“Jurus pertama!“ Adiprana berseru tak kalah nyaringnya sambil mernggeser kedua kakinya.
Sungguh mengagumkan dan indah dipandang, oleh karena dengan amat lemas dan cekatan
sekali, ia telah berpindah tempat dengangerak kai amat indah. Tanpa menangkis telahdapat
mengelak bahaya tusukan itu. Akan tetapi tidak percumaBejo mendapatlatihan ilmu pedang
dari Ratnawulan, karena biarpun tusukannya mengenai tempat kosong, pedangnya itu tidak
ditariknya kembali, bahkan laludiubah luncurannya bagaikan burung sedang melayang.
Pedangnya itu membelok ke kanan mengejar lawannya.dan kinidengan majukan kaki kiriia
mengirim bacokanke arah leher Adiprana dibarengi dengan bentakan keras, lalu kaki
kanannya menyusul dengan sebuah tendangan yang kuat kearah lambung lawan itu!
“Jurus kedua yang bagus!“Adiprana masih sempatberseru sambil cepat-cepat menggerakkan
pedangnya menangkis dantangan kirinya dengan jari-jari terbuka cepat meluncur ke arah
lambung sendiri untuk menangkap tendangan itu!
Bukan main hebatnya gerakannya ini! Semua orangmenahan nafas karenamereka
menganggap pemuda itu terlalu sembrono untuk mencoba menangkap tendangan kaki Bejo
yang tenaganya mungkin akan dapat melemparkan seekor kerbau! Kalau saja lengan atau jari
tangan pemudaitu terkena tendangan kakiBejo, tentu akan remuklah tulang-tulangnya!
Akan tetapi, Adiprana telah membuat perhitungan yang amat tepat. Tidak saja ia dapat
menaksir sampai di mana kehebatan tenaga tenangan lawan, bahkan iapun maklumakan
kecepatannya sendiri yang jauh lebih menang.Berbareng dengan bunyinya kedua pedang
bertumbuk, iatelah berhasil menyangga tumit kaki Bejo yang menendang, dansambil
berseru,“Maaf“ ia menggerakkantangannya keatas sehinggaBejo yang kakinya didorong
keatas itu tentusajatak dapat mempertahankan tubuhnya lagi yang terjengkang ke belakang!
“Buk!“ Bejo meringis-ringis ketika pantatnya bertemu dengan tanah keras!
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 60
Terdengar sorakan memuji dari semua orang, akan tetapi Bejo masih belum puas. Ia meloncat
bangun dan kini menyerang dengan hebat bagaikan harimau hausdarah! Pedangnya
berkelebatan cepat dan iatelah mengeluarkan Ilmu Pedang Angin itu sehingga pedangnya
benar-benar menderu-deru bagaikan angin puyuh mengamuk!
Namun Adiprana tetap tenang dan tiada hentinya mulutnya menghitung sambil menangkis
atau mengelak.
“Jurus ketiga! Jurus ke empat!“
Pada serangan juruske delapan, tiba-tiba Adiprana menangkis sambil memutar-mutar
pedangnya. Bejokalah tenaga sehingga terpaksa pedangnya ikut berputar-putar.Kemudian
Bejo mengerahkan tenaganya sehingga dua batang pedang itu saling temple dan mulailah adu
tenagauntuk menindas pedang lawan. Urat-urat diseluruh tubuh Bejo menggembung, tanda
bahwa ia mengeluarkan semuatenaganya untuk menindas pedang Adiprana. Akantetapi
pemuda Gunung Bromo itu hanya tersenyum dan nampaknya tidak sukar menahan tekanan
ini. Tiba-tiba Adiprana berseru.
“Awas, Bima!“ Dan iamenarik pedangnya ke bawah sambil miringkan tubuh, akan tetapi
tangan kirinya dengan jari-jari terbuka dia “masukkan“ melalui bawah lengan kanan lawan
untuk “makan“ lempengnya.
“Heeit.!“Bejo berseru keras dan “Ngek“perutnya telahtermakan oleh sodokan jari-jari tangan
Adiprana yang amat kuat!
“Aduh.!“Tubuh Bejo terhuyung-huyung kebelakang dan roboh terlentang dengan pedang
terlepas dari tangannya! Ia lalu merangkak sambil memegangi perutnya yang tiba-tiba
menjadi mulas. Masih untung baginya bahwa Adiprana tidak bermaksud mencelakakannya
dan hanya mempergunakan sebagian kecil tenaganya saja. Kalau sodokan pada perut itu
dilakukan dengan seperempat tenaganya saja,kecil sekali harapan Bejo akan dapat bangun
lagi!
“Hebat.“ Bejo berkata sambil terengah-engah, “aku mengaku kalah.“
Ratnawulan tersenyum dan semua orang bergembira mendapatkan seorang pemuda yang
demikian pandai di tengah mereka. Juga Adiprana merasa girang sekali melihat kejuran
Bejo.Ia makin tertarik kepada orang-orang ini sehingga ia memutuskan untuk tinggal bersama
mereka di dalam hutan.
*
Telah tiga pecan Adiprana tinggal bersama Pasukan Candrasa Bayudi hutan randu. Ia disukai
oleh semua orangkarena ramah tamahdan sikapnya yang amat sederhana itu menimbulkan
penghormatan dari semua orang. Diam-daim Parta danBejo mengakuibahwa pemuda ini jauh
lebih sesuai untuk menjadi sisihan Ratnawulan, sama muda, sama rupawan dan sama
saktinya.
Akan tetapi, Ratnawulan sendiri menganggap tak lebih. Ia memang suka sekali bercakapcakap
membicarakan ilmu kepandaian dengan pemuda itu dan dalam percakapan itu mereka
saling menuturkan riwayat masing-masing. Secara singkat Adiprana menuturkan riwayatnya.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 61
Ia adalah putera tunggal dari seorang empu (pembuat keris atau pandai besi yang pandai) di
kota raja. Akan tetapi malang baginya bahwa ayahnya telah meninggal dunia karenasakit
ketika ia masih berusia lima tahun. Ibunya yang masih mudamenjanda dan akhirnya,
memenuh ipesan mendiang suaminya, ibunya itu mengirimkannya kepada Eyang Bromo untu
kmengejar ilmu. Semenjak berusia delapan tahun, ia telah ikut pertapa itu di puncak
Bromodan selama itu ia tidakpernahbertemu dengan ibunya yang tinggal seorang diri dikota
raja. Ketika ia bertemu dengan Ratnawulan, ia sedang dalam perjalanan ke kota raja mencari
ibunya, akan tetapi dasar anak muda yang ingin meluaskan pengalaman dan ingin berkelana,
ia singah di kaki Mahameru dan bertemu dengan Ratnawulan. Ia mengambil keputusan untuk
berangkat kekota raja setelah tinggal barang sepekan di hutan itu. Tidak tahunya, hatinya
tuntuh oleh kecantikan dan kegagahan dara perkasa Ratnawulan sehingga beratlah rasanya
untuk meninggalkan tempat itu.
Sebaliknya, Ratnawlan juga menceritakan riwayatnya secara singkat saja. Ia menuturkan
bahwa ayahnya tewas dalam perang, dan bahwaia dan ibunya diganggu oleh perampokperampok.
Tidak iaceritakan kepada Adiprana secara jelas siapakah yangmenimbulkan semua
kesengsaraan ibunyaitu,karena ia menganggap hal itu tidak perlu diceritakan kepada seorang
yang belum dikenalnya benar.
Diam-diam Ratnawulan mengakui bahwa Adiprana adalah satu-satunya pemuda yang dapat
menarik hatinya. Ia kagum melihat pemuda yang selain tampan dan gagah, jugaberwatak baik
ini, lemah lembut dan halus sopan sikapnya, tak pernah memperhatikan kekurangajaran dan
sukarlah untuk mendapatkan seorang sahabat yang lebih baik daripada pemuda
GunungBromo ini.
Pada suatu pagi tiga pecan kemudian. Anak-anak buah Pasukan Candrasa Bayu telah pergi ke
lading untuk bekerja. Mereka ini telah mendapat kemajuan pesat berkat pimpinan Ratnawulan
yang dibantu dengan sungguh-sungguh oleh Adiprana. Tanpa terasa,pasukan itu kini benarbenar
merupakan pasukan pedangy ang amat sukar dicari bandingannya pada waktu itu.
Menurut petunjuk dari Ratnawulan dan Adiprana, mereka itu kini tak pernah membawa
perisai dan hanya bersenjatakan sebilah pedang. Kedua orang muda yang pandai
itumenyatakan bahwa perisai selain kurang praktis, juga malahan memperlambat gerakan
sendiridan sebagai pengganti perisai, diberi pelajaran kegesitan dancara-cara mengelak
dengan secepat mungkn dari serangan senjata musuh. Dengan cara ini, selain gerakan tubuh
tak terganggu, juga sambil mengelak mereka dapat melakuan serangan balasan yang lebih
cepat lagi, sedangkan tangan kiri yang tadinya memegangp erisai,dapat dipergunakan untuk
mengirim pukulanatau merampassenjata lawan, terutama apabila lawannya mepergunakan
lembing. Juga mereka semua rata-rata diberi pelajaran ilmu memanah sehingga kini, termasuk
juga Waluyo sendiri, semua mempunyai sebuah gendewa dan belasan anakpanah yang selalu
dibawa sebagai senjata ke dua.
Seperti biasa, apabilas emua orang telah pergi bekerja,Adiprana dan Ratnawulan bercakapcakap
sambil duduk di bawah pohon atau pergi berdua memburu binatang. Pada pagi
hariitu,mereka tidak pergi berburu binatang dan dudukdi tempat terbuka menikmati cahaya
mataharipagi yang hangat dan sehat.
“Adiprana,“ terdengar Ratnawulan berkata. “Apakah kau telah merasa suka dan cocok tinggal
ditempat sunyi bersama kawan-kawan kita itu?“
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 62
“Terus terang saja Ratnawulan, aku merasa amat krasan dan agaknya belum pernah aku
merasa segembira sekarang. Aku merasa senang tinggal di sini, kawan-kawan kita itu amat
baik dan amat menyenangkan hati melihat kemajuan mereka, ikut bangga hatiku menyaksikan
betapa pejuang-pejuang itu kini menjadi pasukan yang amat kuat.“
“Kausetuju dengan cita-cita mereka hendak melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan
Majapahit?“
Mendengar pertanyaan ini, Adiprana diam saja dan sampai lama tak dapat
menjawab.Akhirnya ia menjawab juga.
“Ratna, hal ini sungguh sukar bagi ku untuk menjawabnya. Mereka adalah orang-orang yang
pernah mengalami perang melawan Majapahit dan tentu saja cita-cita mereka itu bukannya
tanpa dasar. Adapunaku ini, semenjak kecil aku berada dipuncak gunung ,aku tidak tahu akan
keadaan Majapahit, tidak tahu pula akan kebaikan-kebaikannya, maka bagaimana aku dapat
memiliki cita-cita tentang pemberontakan? Pemberontakan hanya mungkin timbul dalam hati
orang-orang yang sakit hati, yang merasa dirugikan dan yang tidak merasa senang dengan
pemerintah yang ada. Sedangkan aku yang tidak mengalami semua ini, bagaimana aku dapat
menyatakan pendapatku?“
Ratnawulan dapat menginsafi hal ini. “Akan tetapi, setidak-tidaknya kau tentu akan suka
untuk memimpin terus mereka itu, bukan?“
“Tentu saja, Ratna!“ jawab Adiprana cepat dan tanpa ragu-ragu. “Kalau tidak suka, masa aku
mau tinggal di sinis ampai tiga pekan.“
“Kalau aku minta kepadamu untuk tetap memimpin dan melatih mereka sampai tiba masanya
mereka melakukan pemberontakan itu, menggabungkan diri dengan pasukan-pasukan
peberontakan.”
“Demikianlah, Adiprana. Ibuku terlunta-lunta, ayah tewas dalam keadaaan penasaran, semua
akibat perbuatan Kartika keparat itu. Dan menurut penuturananak-anak Pasukan Candrasa
Bayu, Kartika tinggal di kota raja,menduduki pangkat senopati dan orang itu selalu berada
dekat dengan Bagawan Mahapati yang berkuasabesar. Oleh karenaitu,akudapat menduga
bahwa untuk membunuh Kartika, mungkin aku harus menghadapi Bagawan Mahapati.Aku
hendak naik kepuncak Mahameru lebih dulu untuk memberitahukan hal ini kepada ibu dan
untuk minta diri karena telah lima pecan lebih aku meninggalkan ibu.“
Dengan pikiran asyik membayangkan masa depannya, Ratnawulan menundukan muka dan
memandang rumput yang dicabutnya. Keadaan hening dansunyi. Ketika ia mengangkat muka
memandang kepada Adiprana, ia menjadi terkejut. Sinar mata pemuda yang sedang
menatapnya itu berbeda dari biasanya dan sinar mata ini membingungkan hati dara perkasa
itu.
“Adiprana. kau kenapakah.?Kenapa kau memandangku seperti itu?“
Biarpun Ratnawulan sudah berusia hampir depalan belas tahun, aku tetapi oleh karena selalu
bertempat tinggal ditempat sunyi, maka iabelummengerti akan makna pandangan mata pria
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 63
seperti itu.
“Ratna. ijinkanlah aku ikut kau pergi ke kota raja! Aku pun hendak mencari ibuku dan.dan
aku akan membantumu membalas dndam terhadapmusuh-musuhmu!aku khawatir kalau-kalau
kau akan menemui bencana ditempat itu, Ratna. Aku harus mengantarkaupergi! Ucapan ini
dikeluarkan dengan suara bernafsu sehingga Ratnawulan memandang makin heran.
“Ah, Adiprana, halini tak mungkin!“
“Mengapatak mungkin, Ratnawulan?“ Tanya Adiprana dengan suara gemetar.
“Pertama, karena iniadalah urusanku pribadi yang tiada sangkut-pautnya dengan kau dan tak
perlu akan membawa orang lain terseret dalam permusuhan ini. Kedua, kau harus tinggal di
sini memberi bimbingan dan latihan kepada Pasukan Candrasa Bayu,dan ketiga, karena
betapapun juga, tidak pantas dan melanggar tata susila bagi seorang gadis melakukan
perjalanan jauh berduasaja dengan seorang pria!“
Adiprana menggeser duduknya mendekati Ratnawulan dan suaranya makin hemetar ketika ia
menjawab penuh nafsu.
“Ratnawulan, ketiga soal itu dapat kujawab sekarang juga. Pertama, urusan pribadimu telah
kuanggap sebagai urusanku sendiri, bahkan kuanggap lebih mulia dan penting
daripadaurusankupribadi. Kedua,akutakkan tahantinggal di tempatini tanpa adanya kaudisini,
seakan-akan sunyi senyap dunia ini tanpa adanyakaudi dekatlu! Ketiga, kelak setiba kitadi
kota raja, akuakan mintaibuku melamarku sebagai jodohku, maka apa salahnya bagi
seorangcalon jodohmu untuk mengantar kau ke mana kau pergi?“Melihat betapa gadisitu
memandangnya dengan pucat dan mata terbelalak, Adiprana melanjutkan ucapannya,
“Ratna.Ratna. tak tahukah betapa sinar matamu yang tajam melebihi Dewandanu itu telah
mematahkan pertahanan imanku semenjak pertemuan kita pertama, sebagaimana anak-anak
panahmu mematahkan ujung anak-anak panahku? Taktahukah kau betapa senyum dan kerling
matamu itu merupakan belenggu baja yang telah mengikat kedua kaki tanganku sehingga aku
tidak kuasalagi melepaskan diridan tak kuasameninggalkantempat ini? Ratna.
Ratnawulan,dewi pujaan hatiku, aku. hambamu yang rendah ini. aku bersedia mengorbankan
apa saja, jiwaku sekalianpun, untukmu karena. karena aku cinta padamu Ratna.!
Mendengar pernyataan kasih ini, Ratnawulan melompat berdiri bagaikan diserang oleh seekor
ular berbisa.Ia memandang dengan muka sebentar pucat sebentar merah dan sepasang
matanya terbelalak lebar memandang wajah pemuda yangmasih duduk berlutut di depannya.
“Adiprana. jangan. jangan kau mengeluarkan kata-kata seperti itu!“
“Ratnawulan, kekasih hati pujaan kalbu, kau boleh melarang aku makan minum, boleh
melarang aku tidur, boleh pula melarang aku bernafas, akan tetapi kau tidak bisa melarang
aku menyatakan suara hatiku, bisikan kalbuku.!“
“Kaugila, Adiprana!“kata Ratnawulan sambil melangkah mundur dua tindak,akan tetapi
Adiprana juga berdiri melangkah maju, merungrum (merayu) dara itu dengan cumbu rayu dan
kata-kata bermadu.
“Memang aku sudah gila, Ratnawulan! Aku telah gila, tergila-gila oleh kecantikanmu. Kau
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 64
cantik jelita melebihi Dewi Ratih! Kaugagah perkasa melebihi Wara Srikandi! Kau lemah
lembut dan setia melebihi Diah Setiawati! Kau melati sucidi antara segala puspita!“
Wanita manakah yang takkan luluh imannya menhadapi cumburayu dari orang teruna
setampan dan segagah Adiprana?Kalau saja yang dirungrum itu seorang wanita lain, tentu ia
akan melempar perisai danmenyerah dengan hati bangga. Akan tetapiRatnawulan adalah
seorang dara perkasa yang teguh imannya,dan pulaia masih asing dengan suara asmara ini,
maka cemburayu itu sungguh-sungguhpun membuat dadanya berdebar bangga, namun
mendatangkan kekagetan besar.
“Tidak, tidak, Adiprana! Sadarlah kau, hai ksatria utama! Demikian lemahnya imanmu?
Ucapanmu itu mencemarkan kegagahanmu.“
“Apa, Ratnawulan? Jangan salah sangka! Kasih sayangku kepadamu bukanlah kasih sayang
terdorong nafsu semata. Aku mencintaimu dengantulus ikhlas,denganhatisuci, dengan
seluruhjiwaragaku. Cinta murni seperti inibukanmencemarkan kegagahan, bahkan membuat
nama seorang ksatria dijunjung tinggi sepanjang masa. Cintaku kepadamu bagaikan cinta
Palgunadi terhadap Anggraeni, cinta yang akan kubawa sampai mati!“
“Cukup.Adiprana. Tetapkanlah hatimu dan sadarlah!“
“Kau menolak cintaku, Ratnawulan? Kau tega menghancurkan hidupku? Penolakanmu berarti
hancurnya hidupku, seakan-akan dunia ditinggalkan Dewangkara (matahari). Aku akan
binasa, tak kuat menghadapi gelombang hidup di mayapada.“
“Adiprana, sekarang belum tiba saatnya bagiku untuk bicara tentang hal itu. Aku belum dapat
membuka pintu hatiku kepada siapapun juga,tidakkepada priayang manapunjuga. Aku masih
mempunyai tugas yang maha penting, Adiprana,dan aku tidak sudi memikirkan tentang.
Jodoh dan lain-lain seperti itu sebelum tugas kewajibanku membalas dendam mendiang
ayahku terlaksana!“
Sadarlah Adiprana dari keadaannya yang seakan-akan mabuk dan gandrung tadi.Ia berkata
lemah.
“Maafkan sikapku tadi, Ratnawulan. Apakah kata-katamu tadi bukan hanya merupakan alasan
untuk menolak cintaku?“
“Tidak, Adiprana.Aku tidak. menerima maupun menolak! Aku bersumpah bahwa sebelum
terlaksana tugasku, aku takkan mengikat janji hati terhadap pria yang manapun juga.“
“Jadi aku masihmempunyai harapan, Ratna?“
“Harapan selalu ada, Adiprana. Siapa tahu? Jodoh adalah kehendak Hyang Agung.“
“Terima kasih, Ratnawulan! Besar hatiku mendengar kata-katamu ini. Selama masih ada
harapan aku akan kuat menahan derita asmara, aku akan berbantal rindu berguling dendam.
Aku takkan meraba-raba di dalam gelap karena harapan itu merupakan lampu yang menjadi
sumber penerangan bagiku.“
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 65
“Sudahlah Adiprana,jangan terlalu lemah, kau mengecewakan hatiku. Sekarang jawablah
sungguh-sungguh, apakah kau bersedia menggantikan kedudukan dan memimpin kawankawandari
Pasukan Candrasa Bayu.“
“Aku bersedia, Ratna, bahkan aku akan membawa ibuku tinggal bersamaku di tempat ini.
Aku akan membantu bahkan akan ikut dalam perjuangan mereka, kewajiban ini masih
terlampau ringan bagiku, biarlah kujadikan pemanis harapanku.“
“Kalau begitu, sekarang juga aku hendak pergi, Adiprana, aku hendak naik keMahameru
menemui ibuku, kemudian aku akan berangkat mencari musuhku di kotaraja.“
“Mengapa demikian tergesa-gesa, Ratnawulan?“
“Telah terlampau lama waktunya tertunda disini, Adiprana.“ Gadis ini tak dapat menyatakan
isi hatinya,ia merasa tadak enak untuk berdiam lebih lama di dekat Adiprana.
“Kalau begitu, selamat jalan,Ratnawulan. Semangat dan doaku menyertaimu!“
“Selamat tinggal,Adiprana, danjangan terlalu banyak melamun yang bukan-bukan!“
Maka pergilah Ratnawulan,keluar dari hutan randu di manaia tinggal selama lima pecan.
Dalam perjalanannya merupakan sawahladang di mana ia bertemu dengan beberapa orang
anggota pasukan Camdrasa Bayu. Ia berhenti sebentar dan dengan singkat memberitahukan
maksudnya meninggalkan pasukan itudan menyerahkan tugas para anggota itu merasa
kecewa, akan tetapi mereka tidak putusasa karena Adiprana yangmengantikan daraperkasa
itu.
Karena menggunakan aji kesaktiannya,maka sebelum matahari terbenam, ia sampai di tempat
tinggal ibunya, yaitu di puncak Mahameru. Dengan hati girang ia mendapat kenyataan bahwa
gurunya, EyangS emeru, telah kembali dari perjalanannya pula dan telah berada di dalam gua
pertapaannya.
Dengansingkat Ratnawulan menceritakan pengalamannya kepada ibunya tanpa
menyembunyikan sesuatu, bahkan ia menuturkan pula tentang pinangan Adiprana. Ibunya
menghela napas dan berkata.
“Itulah yang memberatkan pikiranku, anakku. Kau telah dewasa dan selain tugasmu
membalas musuhitu sudah cukup berat, kaupun menghadapi penggoda lainyang lebih
berbahaya, yaitu dari kaum pria yang tentu takkan membiarkan kau lalu begitu saja tanpa
menggoda. Ketahuilah bahwa kau memiliki kecantikan yang membanggakan hatiku, dan hal
ini amat berbahaya bagi seorang wanita muda dalam perjalanan, sungguhpun aku cukup
maklum bahwa kau cukup kuat untuk menjaga dirimu. Kauberlaku benar telah menolak
pinangan pemuda itu, karenamemang cita-cita tak boleh terganggu oleh keinginan hendak
mempersenang diri dan menurutkan kata nafsu hati.Orang bercita-cita harusmantap dan harus
mencurahkan segenapperhatian ke arah pelaksanaan cita-citanyaitu, barulah ada
kemungkinancita-cita itu berhasil.Sekalisaja orang berlaku lemah terhadap pengoda, terutama
godaan yangbersifat asmara, maka besar sekali kemungkinan cita-citanya
takkanterlaksanadengansempurna bahkan akan berhenti di tengah jalan, oleh karena
pikirannya telah bercabang dan tidakdipusatkan.Memang cita-citamu untuk membalas
dendam ayahmu,yang menjadi cita-cita ibumu adalah cita-cita yang luhur, anakku. Tidak saja
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 66
kau akan membalaskan sakit hatiorang tua, akan tetapi kalau kau berhasil membinasakan
keparat Kartika, berarti bahwakau telah menolong banyak orang pula, membebaskan mereka
dari kekejaman dan kecurangan hati penjahat itu!“
“Segala petuahmu akan kuperhatikan dan kujunjung tinggi, ibu.“ jawab Ratnawulan sambil
memeluk ibunya.
“Akan tetapi, kauharus mintaizin dan doa restu lebih dahulu dari eyangmu, Wulan. Tak ada
yang lebihberharga untukbekal perjalanan melaksanakan cita-cita melainkan doa restu dari
orang-orang tua,terutama dari gurumu yang bijaksana.“
Maka pergilah Ratnawulan dalam gurupertapaan Panembahan Mahendraguna yang kini telah
nampak tua sekali. Pertapaitu sedang bersamadhi ketika Ratnawulan masuk kedalam guanya.
Ratnawulan tidak berani mengganggu, bahkan lalududukbersila tidak jauh dari gurunya dan
ikut bersamadhi mengheningkancipta.
Belum lama ia tenggelam dalam alam hening, terdengar gurunya memanggil dan melihat
gurunya telah duduk memandangnyadengan matanya yang berpengaruh dan penuh kesabaran.
“Ratnawulan,bilakah kau kembali dari hutan randu?“
Ratnawulan telah maklumbahwa gurunyaini waspada akan segala hal, akan tetapi selalu tidak
menampakkannya sungguhpun kadang-kadang kewaspadaannya itutanpa sengaja dan tanpa
disadarinya bahwa di dalam kalimat itu terlihat bahwa kakek sakti ini telah tahu akan
keadaannya, tahu bahwa ia selama ini berada di hutan randu, sungguhpun tak seorangpun
memberitahu kepada kakek itu.
“Baru saja kemarin sore hamba datang, eyang Panembahan. Sekarang datang menghadap
untuk mohon izin dandoa restu dari eyang karena hamba hendak pergi ke kota raja Majapahit
untuk mencari musuh besar ayah hambadan membalas dendam.”
Kakek itu menhela napas dan bibirnya bergerak-gerak. “Muridku ya cucuku yang ayu.
Dengan dasar apakah kau hendakmembalas dendam kepada Kartika?“
“Berdasarkan kebaktian hamba kepada ayah yang telah dicurangioleh Kartika sehingga ibu
menderita sengsara karenanya dan mengingat pula bahwa seorang jahatseperti Kartika harus
dibasmi untuk mencegahnya mendatangkan malapetaka kepada orang lain, selain dengan
watak pendekar utama telah eyang ajarkan kepadahamba.“
Eyang Semeru tersenyum dan menghela napas lagi. “KehendakHyang Agung takkan berubah.
Kau masih terbawa oleh pergerakan Triloka dan terpengaruh olehJanaloka atauArcapada, oleh
karena itu kau masih terikat oleh Karma, masih terikat oleh segala sesuatu yang berputar
dijagat raya ini.Akutidakberhak mencegah atau mendorongmu. Ratnawulan, hanya kesadaran
dan batinmu sendirilah yang harus memegang kendali dan memutuskanke mana kauhendak
menuju. Sebagaiorang tua, aku hanya memberi doa restu, semogakau selalu akandapat
memilih mana yang benarmana yang salah, dan dapatmelalui jalan kebenaran jangansampai
kesasar. Hanya satu pesanku, Ratnawulan, semoga Hyang agung mengampuniaku akrena
pesan iniyang timbul dari kasih sayangku kepadamu sebagai cucu dan murid, yaitu, berhatihatilah
kau apabila berhadapan dengan Mahapati! Dewa kebenaran akan melindungimu dan
akan memperkuat kau sehingga kau tak perlu kalah menghadapi kesaktiannya, akan tetapi.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 67
kau waspadalah terhadap lembing bagawan itu! Lembingnya itu ampuh sekali dan kebetulan
sekali lembing pusakanya itu bernama Nyi Ratnawulan! Sekali lagi, kau tak usahtakut
berhadapan dengan Mahapati,akan tetapi apabila ia mengeluarkan lembingnya yang
ampuhitu,akan lebih baik apabila kau menjauhkan dirimu, muridku!“
Sambil menyembah Ratnawulan menjawab.
“Segala wejangandan nasihat eyang akanhamba perhatikan dan junjung tinggi sebagai jimat
hamba.“
“Berangkatlah,Ratnawulan, kuberi bekalpengestu kepadamu.“
Setelah menyambah lagi, keluarlah daraperkasa itu darigua pertapaan Panembahan
Mahendraguna.Kakek yangsakti itu lalu menghela napas dan berbisik perlahan.
“Duh gusti, ampunilah kiranyaSi Ratnawulan itu.“
Kemudiania melanjutkan samadhinyayang tadi tergangguoleh kedatangan muridnya.
Pada keesokan harinya, dari puncak Mahameru turunlah seorang pemuda yang amat elok dan
rupawan. Sungguhpun tubuhnya tidak besar dan kakitangannya nampaklemahdan berkulit
kuning halus, namun gerak-geriknyacekatandan larinya bagakan kijang dikejar harimau.
Pemuda inidemikian halus dan tampannya sehingga orang yang melihatnya tentu akan
bertanya apakah Sang Arjuna yang terkenal sebagaipria paling menandingi ketampanan
pemuda yang sedang turun dari Mahameru itu.
Memang luar biasasekali pemuda itu. Wajah dangerak-geriknya yanghalus tak
sesuaidenganketangkasannya ketika ia menuruni gunung, melompati batu karang dan jurang.
Melihat matanya yang bening dan bibirnya yang merah, ia kelihatan seperti Batara Kamajaya
Dewa Asmara, akan tetapi melihat ketangkasannya, ia menyamai Raden Gatotkaca yang
dapatngambah jumantara (terbang)!
Siapakah dia ini? Lihatlah baik-baik dananda akan mengenalnya! Ya,diabukanlain adalah
daraperkasa Ratnawulan! Gadis ini telah menyamar sebagai seorang pemuda atas nasehat
ibunda.
“Wulan“. Kata ibunya sebagainasehat terakhir ketika anaknyahendak berangkat kokota
raja,“Seorang daraseperti kau melakukan perjalanan seorang diri keluar masuk hutan masih
tidak terlalu menarik perhatianpara penduduk gunung dandusun. Akan tetapi, apabila kau
mamasuki kota raja, kauakan menimbulkan kegemparan di kalangan penduduk. Amat langka
terdapat dan amat ganjilah apabila mereka melihat seorang dara muda berjalan seorang diri
tanpa pengiring di kota raja. Apa akan kata orang? Halitu hanya akan menimbulkan kesulitan
bagimu, nak, dan akubahkan khawatir kalau-kalau engkau akan akan menemui bahaya
sebelumcita-citamu tercapai. Oleh karena itu, janganlah kau masuk ke kota raja
sebagaiwanita, akantetapi sebagai seorangpria, sebagais eorang jakalelana. Dengand emikian,
takkan ada orang yang menaruh perhatian kepadamu dank au takkan menimbulkan
kecurigaan.“
Demikianlah, dengan pertolongan ibunya, Ratnawulanl alu menyamar sebagai seorang
pemuda. Ibunya berlinang air mata ketika memandang puterinya dalam penyamaran itu.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 68
“Anaku, Wulan,“ bisiknya sambil memeluk pundakanaknya, “kau mengingatkan ibunya
kepada mendiang ayahmu pada waktu kamu mula-mula bersuara.“
Amat terharulah Ratnawulan mendengar keluhan ibunyaini, dania dapat memaklumi
kesedihan hati ibunya.Dipeluknya ibunya dengana kasih sayang yang amat besar dan untuk
beberapa lamanya keduanyaterbenam dalamlaut keharuan.
“Sekali lagi, Wulan. Berhati-hatilah kau menjaga dirimu sendiri, tertama sekali teguhkanlah
imanmu menghadapi godaan asmara didalam hatimu sendiri, oleh karena tiada musuhyang
lebih berbahaya daripada musuh didalam dada sendiri!“
Maka berangkatlah Ratnawulan meninggalkan ibunya, berangkatlah menuju keKota Raja
Majapahit ,menuju kearah pelaksanaan cita-citanya, yaitu membalas dendam kepada musuh
besarnya, Kartika!
Benar sebagaimana kata ibunya,dengan menyamar sebagaiseorang pria, dengan mudah tanpa
menimbulkan kecurigaan orang, Ratnawulan dapat masuk ke kota raja. Memang ia menarik
perhatian karenake elokan wajahnya, akan tetapi keelokan wajah seorang priahanyamembuat
orang menengokdan mengagumi sekilas saja. Begitu ia lewat, orang telah melupakan lagi.
Karena hari sudah malam ketika ia tiba di kotaraja, maka Ratnawulan menunda niatnya
mencari rumah Kartika.Ia tidak mau menimbulkan kecurigaan orang yang akan membuat
usahanya menemui rintangan, oleh karena itu ia sengaja berjalan-jalan sekeliling kota,
melihat-lihat dan mengagumi bangunan gedung-gedung besaryang amat indah dan yang
belum pernah dilihat seumur hidupnya. Di dusun-dusun sekitar Gunung Mahameru hanya
melihat bangunan-bangunan dari bamboo yangberatap daun, palingbesarhanyalah rumahrumah
lurah yang terbuat daripada kayu gunung beratap genteng.Di kotaraja melihat
bangunan-bangunan raksasa dengan pilar-pilar terukir dan tercat indah merupakan bangunan
yang besarnya seperti anak bukit!
Tiba-tiba ia mendengar suara gamelan ramai menggema di gelap malam. Suara kenong
dangongnya bertalu-taluseperti memanggil-manggil semua orang untuk datang menonton. Ah,
tentu pertunjukan wayang kulit, piker Ratnawulan dengangembira. Lumayan juga untuk
melewatkan malamini. Ia pernah menonton pertunjukan wayang kulit yang sering diadakan
didusun-dusun dan ia gemar sekali akancerita pewayangan, terutama ceritayang mengisahkan
perjalanan pahlawan wanita Srikandi.Biasanyaia tidak kuat sampai semalam untuk menonton
wayang kecualikalau ceritaya mengisahkan pengalaman pahlawanwanita itu, terutama cerita
yang mengisahkan pengalaman wanita itu, terutama sekali ia paling suka menonton cerita
Srikandi Belajar memanah!
Dengan langkah lebar ia menuju ke arah suara gamelan itudan darijauh ia telah melihat
penerangan tempat pertunjukan itu. Ternyata bahwa gamelan itu keluar dari sebuah gedung
tumenggungan dan pertujukan diadakan di halaman depangedung itu. Melihat banyak orang
menonton berjubel di luar panggungyang dibangun di depan gedung, Ratnawulan juga
mendesak maju dan mencari tempat di depan. Akan tetapi alangkah herannya ketia ia tidak
melihat layer wayang di situ, juga tidak ada batangpohon pisang melintang untuk tempat
wayang-wayang kulit ituditancapkan. Yang ada hanyalah para yogo penabuh gamelan dandi
atas panggng itu kelihatan seorang ledek tengah menaridan menyanyi dengangerak kaki
tangan yang amat lemasdan suaranya amat merdu. Ledek itu tidak muda lagi, akantetapi jelas
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 69
bahwa ia memiliki potongan tubuh yang menggairahkan dan wajah yang amat cantiknya.
Lirikan matanya tajam menggurat kalbu sedangkan senyumnya mengalahkan bunga yang
mengharum. Di sekeliling panggung itu penuh dengan tamu-tamududukdi kursi. Mereka ini
semuanya kaum pria dantidakada seorang pundi antara mereka yang tersenyum dantertawatawa
gembira. Diatas meja tersedia kendi-kendi arak yang menyiarkan bau keras, sedangkan
beberapa buah cawan menggeletak di sana-sini.Dengan heran Ratnawulan melihat betapa
wajahpara tamu itu berbeda dengan orangbiasa, dan ketawa mereka juga ketawa tidak
sewajarnya. Bahkan ada orang yang berdiri dengan tubuh bergoyang-goyang seakan-akan
hendak jatuh. Ia tidak tahu bahwa sebagian besar para tamu itu telah mabok!
Pesta malam itu adalah pesta tayuban, yaitu pesta malam gembira dengan tari-tarian dan
nyanyianledek, dandi dalam pesta tayubanini para tamu yang “ketiban sampur“ diharuskan
menari bersama ledek itu.Ketiban sampur berartikejatuhanselendang, dan ledek itulah yang
menetapkan siapa-siapa orangnya yang hendak diajak menari. Sambil menari-nariia berjalan
lenggang-lenggok ke arah para tamu dengan mata tajam mengerling ke kanan kiri, mencaricari
“korbannya“ yang hendak dijatuhi selendangnya. Biasanya ledek ini memilih seorang
tamu yang kantongnya padat, olehkarena sehabis menari, sudah menjadi kelaziman bahwa
tamu itu memberi hadiah uang beberapa realkepada si ledek.Akan tetapi ada pulaledek yang
tidak begitu mementingkan uang dansengaja memilih tamu-tamu yang muda dant ampan,
terutama yang pandai untuk memenuhi kesenangan sendiri.
Ledek inipun agaknya hendak mencari seorang lawan yang baik, karena ia tidak menghampiri
tamu-tamu tua yang berpakaian mewah, akan tetapi menghampiri seorang tam umuda yang
amat menarik perhatian. Pemuda ini usianya dua puluh tahun lebih, tubuhnya tubuh ksatria,
kuat tegap tidak dempel atau tinggi besar, rambutnya keriting dan sepasang matanya
bercahaya tajam. Wajahnya amat tampan dan menunjukkan kegagahan, terutama sepasang
alisnya yangtebal danbulu matanya yang lentik melengkung keatas yaitu bulu mata yang
biasanya hanya terdapat pada kaum bangsawan atau darah keraton. Pakaiannya jugaindah dan
mahal, tanda bahwa iabenar-ronta dan memekik-mekik ketakutan, sedangkan para tamu
bermacam-macam sikapnya melihat peristiwa ini. Ada yang melindungi sambil tertawa
terkekeh-kekeh ada yang berdiri dan membujuk sigemuk itu untuk turun kembali dan jangan
merusak suasana, akan tetapi tidakada orang yang berani naikke panggung untuk
menghalanginya. Sementara itu, para yogo masih tetap menabuh gamelannya dengan riuh.
Raden Indrajaya yang melihat perbuatan si gemuk ini,segera mengeluarkan tangan dan sekali
renggut saja, terlepaslah pelukan tangan si gemuk itu ari tubuh Puspamirah. Sambil
menangkis Puspamirah lalu berlari ke tempat yogo dan duduk sambil menutupi mukanya
dengan selendang yang berwarna merah jingga.
“Mas Bei Bajrabumi, jangan melanggar kesusilaan di tempat ini! Mundurlah dan jangan
membikin kacau!“ pemuda itu membentakdengan halus, mukanya merah tanda bahwa ia
marah, akan tetapi iakan Arjuna itu.Geraktarian pemuda itu benar-benar hebat dan indah,
tidak saja lemas dan sesuai batul dengan Irama lagu, akan tetapi juga hidup dan seakan-akan
setiap gerakannya menyatakan sesuatu yang berarti. Sepasang matanya memancarkan cahaya
gemilang, bibirnya tersenyum dan wajahnya berseri-seri. Sungguh seorang pemuda yang akan
meruntuhkan iman setiap orangdara, danbenar-benar tariannyaitu tarian yang indahdan
bermutu. Orang-orangyang berada disitu tidak merasa heran oleh karena pemuda ini memang
seorang ahli tariyang kenamaan di Majapahit dan seringkali ia memperlihatkan keahliannya di
depan sang prabu sendiri dengan seluruh keluarga keraton.Akan tetapi bagi Ratnawulan yang
tidak tahu siapa adanya pemuda ini, memandangnya bagaikan memandang kepada seorang
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 70
dewata yang baru melayang turun dari Swargaloka! Benar-benar hatinya terpikatdan jari-jari
tangan muda yang bergerak-gerak dalam tariannya itu seakan-akan menjentik-jentik
kalbunya, membuat mukanya terasa panas dan matanya memandang sayu. Akantetapi,dara
perkasa ini segera teringat akan petuah ibundanya, maka ialalu menahan napas, memusatkan
panca inderanya dan berhasil mengusirgodaan itu.
Pada saatia berdiridi antara sekian banyak orang sambil mengheningkan cipta untuk menekan
perasaannya yang menggelora, tiba-tiba ia menangkap bisikan tiga orang yang berdiri tak jauh
dari tempatnya.
“Saat yang baik untuk mulai gerakan kita!“ terdengar bisikan itu. “Sudah seharusnya mas bei
melihat kesempatan ini dan mulai beraksi.Banyak tamu telah mabok, maka kalau ia berpurapura
mabok dan menyerang Raden Indrayana membuat keributan, takkan ada yang mengira
bahwa ia melakukan dengan sengaja. Dan kitaakan lebih mudah lagi bergerak.“
“Dengan alasan seperti yang sudah diatur semula?“ terdengar orang kedua berbisik.
“Bodoh! Masih kurang jelaskah perintah mas bei? Kita berpura-pura merasa cemburu kepada
Raden Indrayana dan kita mengaku menjadi kekasih-kekasih Puspamirah! Sst, diam, itu
kulihat mas bei sudah berdiri dari kursinya! Benar. Ia berdiri terhuyung-huyung seperti orang
mabok. Awas, siap!“
Ratnawulan berdebar hatinya mendengar bisikan-bisikan yang terdengar oleh orang lain itu.
Ia maklumbahwa yang handak diserang adalah pemuda yang menawan hatinya itu, karena
tadipun orang menyebut nama pemuda itu Raden Indra.Tiga orang ini menyebut nama Raden
Indrayana, tentu pemuda yang sedang menari dengan asyiknya itu. Dan ia mengerling ke arah
tigaorang yang berbisik tadi. Ternyata bahwa mereka adalah orang tingg ibesar yang
brengosnya sekepal melintang dansikapmereka jelas menunjukkan bahwa mereka
adalahorang-orang kasar yang berlagak seperti seorang cabang atas! Ketika Ratnawulan
mengerling ke atas panggung, ke arahketiga orang itumenujukan pandang maramereka, ia
melihat seorang setengah tua yang bertubuh gemuk pendek, berpakaian mewah, berdiri dari
kursinya dandengan tubuhterhuyung-huyung menghampiri kedua orang yang asyik menari di
tengah panggung itu.Denganpandang matanya yang amat tajam Ratnawulan dapat melihat
bahwa biarpun orang gemuk ini kelihatan mabok,akan tetapi sepasang matanya masih
bersinar cerdik dan beberapa kalisigemuk itu mengerling ke arah tiga orang yang berdiri di
sebelah kiri Ratnawulan.
Ratnawulan memandang dengan penuh perhatian dan diam-diam ia mengambil keputusan
untuk mebantu Raden Indrajayaitu apabila benar-benar menghadapi bahaya. Entah apa ang
menggerakkan hatinya untuk mencampuri urusan lain orang ini, hanya ia menghibur hatinya
sendiri dengan bisikan, “Ada orang dalam bahaya, tak perduli siapa adanya orang itu, baik
kakek tua buruk maupun teruna yang elok rupanya, harus kubantu dia.“
Orang gemuk itu setelah berada di dekat puspamirah, tiba-tiba tertawa dan menangkap lengan
tangan ledek itu, menarik dan memeluknya lalu berusaha hendak menciumnya. Ledek itu
meronta benar putera bangsawan yang kayaraya.
Ketika ledek itu telah melangkah sampai di hadapan pemuda ini, ia lalu mengalungkan
selendagnya kepada pemuda itu yang menolak dengan kedua tangannyas ambil berkata halus.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 71
“Puspamirah, pilihlah orang lain, sekali saja sudah cukup bagiku!“
Akan tetapi banyak tamu ikut membujuknya dan berkata.
“Raden Indra,menarilah sekalilagi.Tidak saja Puspa akanmerasa girang, kamipunamat
gembiramelihattarianmu yang indah!“
Terpaksa pemuda itu bangkit dari tempat duduknya dan melangkahle tengah panggung
bersama ledek itu.Gamelan dipukul dengan irama merdu danmenarilah pemuda itubersama
pasangannya.
Kalau semua tamu dan semua penonton di bawah panggung merasa gembiradan kagum,
adalah Ratnawulan merasa takjubdan memandang denganmataterbelalak. Dadanya
berdebaraneh, dan sepasang matanya tidak bosannya memandang kepada pemuda yang
tampan bagai menahan kemarahannya karena melihat bahwa Bajrabumi dalam keadaan
mabok.
“Ha, ha, ha! Raden Indrayana, aku Raden Mas Ngabei Bajrabumi, tidak tunduk kepada siapa
juga kecuali sang prabu! Kalau aku tidak mau mundur, kaumau apa? Ha, ha, ha! Kau hendak
memborong Puspamirah? Tidak boleh. tidak boleh. Haimenari dengan aku sampai pagi!“
“Mas bei, kalau tidak mau kelur terpaksa akan kulontarkan kau keluar dari sini!“ Raden
Indrayana berkata marah.
“Ha, ha, ha! Dengar ocehan anak kemarin sore! Indrayana! Kau anak kecil masih bau pupuk
ubun-ubunmu, hendak melontarkan aku? Ha, ha, ha!Boleh kau coba!“ Si gemuk itu
lalumencabut kerisnya yang dihias ronce kembang melati.
“Raden Indra! Mundurlah dan jangan melayanidia yang mabok!“ terdengar orang berserudari
rombongan tamu.
Akan tetapi Raden Indrajaya sama sekali tidak merasa gentar menghadapi keris ditangan
Bajrabumi itu.
Ratnawulan memandang dengan kagum dan gembira ketika melihat betapa pemuda tampan
itu ternyata tidak saja pandai menari,akan tetapi pandai pulailmu pencak silat. Biarpun ia
bertangan kosongdan menghadapi seorang lawan yang bersenjata keris, ia tidak gugup dan
tidak pula mencabut kerisnyasendiri.Ternyata bahwa Bajrabumi juga bukan seorang lemah.
Ilmu kerisnya cukup tinggi dan dari gerakantangannya ternyata bahwa ia telah
mempelajariilmu pencakdari pesisir utara, ilmu kerisnya adalahilmu kerisdari daerah Tuban.
Tusukannya bertenaga dancepat sekali danpekembangannya serangannya selain bagus juga
amat cekatan.Bertubi-tubiia menusukkan kerisnya kepada pemuda lawannya itu, sehingga
marahlah Indrayana karena dari pergerakan lawannya yang tangkas dan cepat ini sama sekali
ia tidak melihat sifat-sifat orang mabok. Orang mabok takkan dapat bermain keris sebaik ini!
“Bajrabumi, kau benar gila!“ bentaknya dan dengan cepat ia mengelak sambil mengirim
serangan balasan. Dengan tangankiri iamenangkappergelangan tangan lawan yang memegang
keris, sedangkan tangan kanannya memukul dengan telapak tangan, menebakdada. Bajrabumi
tak kurang gesitnya, dengan cepat ia dapat metenggut tangannya yang tepegang dan tangan
kirinya menangkis pukulan tangan lawan dari samping.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 72
Ternyata dalam hal ini kecepatan gerakan, Bajrabumi yang gemuk pendek itu masih kalah
oleh Indrayana yang gesit seperti burung srikatan.Begitu serangan balasannya gagal, kaki
kirinya menyapukaki lawan lalu di sini pergelangan tanganyang memegang keris.
Bajrabumi melompat untuk menghindarkan diri dari sapuan kaki lawan, akan tetapi ia
tidakmenyangka akan datangnya tendangan lawan yangcepat itu sehingga pergelangannya
kena tendangan keras.
Ia memekik kesakitan dan kerisnya terlepas dari pegangan.
Pada saat itu, tiga bayangan tubuh yang tinggi besar melompat naik ke atas punggung.
Seorang yang terdepan berseru.
“Indrayana, kau berani merebut Puspamirah dari tangan kami?Kau benar-benar sudah rindu
kepada kuburan!“ Tiga orang yang berkumis tebal itulalu maju menyerang dengan kelewang
mereka yang berkilauan saking tajamnya.
Bukan main ributnya suasana di situ.
“Celaka. Perampok-perampok datang!“ terdengar teriakan orang, sedangkan Bajrabumi yang
masih berpura-pura mabok melanjutkan serangannya pula dengan tangan kosong. Akan tetapi
ketika melihat Indrayana mencabutkerisnya, ngabei yang bertubuh gemuk itu lalu
mengundurkan diri dari pertempuran, oleh karena tadi ia pun hanya hendak memperlihatkan
bahwa ia benar-benar “mabok“ saja dan memang hendak menyerahkan pemuda itu ke pada
tiga orang“perampok“yang sebenarnya adalah tiga orang cabang atas dari Madurayang telah
disewanya untuk maksud ini.
Setelah berhadapan dengan tiga orang cabang atas dariMadura ini, baru kelihatanlah
kepandaian Indrajaya, seakan-akan sebatang keris yang baru kelihatan pamornya. Tiga orang
itu bersenjata kelewang yang panjang dan tajamdan gerakan mereka menunjukkan bahwa
mereka benar-benar memiliki ilmu kepandaian pencak silat yangtakboleh dipandang
ringan.Dengan lincahnya kaki mereka bergerak secara teratur sekali, juga kelewang-kelewang
di tangan mereka melakukan serangan menurut gerakan seorang ahli,bukan secara
sembarangan atau akan hal ini, maka iapun mengerahkan seluruh kepandaiannya.Dengan
amat terampil dan cekatan bagaikan seekor burung Srikatan dikeroyok tiga oleh burung Alapalap,
tubuhnya bergerak menyelinapdi antara sinar tiga batang kelewang, berlompatan kesana
ke mari mengelak golok sambil melakukanserangan balasan. Kadang-kadang kerisnya beradu
dengan golok sehingga terdengar bunyi nyaring dan berpancarlah bunga api.Sementara itu,
masih saja gamelan dipukul bertalu-talu dengan amat ramainya sehingga bagipendatangbaru,
mungkin pertempuran itu disangkanya sebuah permainan atau sebuah adegan daricerita
Bhatarayuda!
Ratnawulan masih berdiri dan belumturun tangan oleh karena ia asyik memperhatikan
gerakan empat orang itu. Ia mendapat kenyataan bahwa Raden Indrayana memiliki ilmu
pencak silat yang cukup tinggi dan andaikata ia tidak memegang sebatang keris yang kecils
aja, akan tetapi juga memegang senjata yang panjang, tentu pemuda itu takkan memiliki ilmu
kepandaian “halus“sehingga gerakannya demikian indah bagaikansedang menari saja, hanya
mengandalkan keawasan mata dan kelincahan tubuh. Tidak seperti ketigaorang
pengeroyokannya yang biarpun memilikigolok yang hebat, akan tetapi kehebatannya itu
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 73
hanya nampak pada luarnya saja karena ketiga orangcabang atas ini memiliki ilmu pencak
kasar dan yangh anya mengandalkan besarnya tenaga dan tajamnya kelewang. Namun harus
diakui bahwa kepandaian mereka sudah cukup tinggi dan merupakan lawan yang amat
berbahaya bagi pemuda itu.
Indrayana agaknya maklum akan hal ini, makaia lalu menyerang dengan amat cepatnya
dengan maksud merobohkan seorang pengeroyok lebih dahulu untuk mengurangi jumlah
lawan. Ketika dua batanggolok menyambar dari kanan kiri,ia tidak mengelak ke
belakang,bahkan lalu menerjang ke depan dengan kecepatan melebihi datangnya golok
lawanke tiga yang menusuknya daridepan yangdapat dielakkannya dengan tubuh dimiringkan,
secepat kilat kerisnya menusuk dada orang itu!
Akan tetapi alangkah kagetnya ketika kerisnya bertemu dengan dadayang bidang dari
orangitu, kerisnya terpental kembalidan orang ituhanya tertawa mengejek! Ternyata bahwa
orang itu kebal dan memiliki AjiKesaktian Lulang Warak (Kulit Badak) yang membuat
kulitnya kebal tak terluka oleh senjata tajam! Hal ini menggoncangkan semangatnya dan kini
perlawanannya menjadi lemah dan kacau.
Ratnawlan dapatmelihatakan hal ini,maka kinidara perkasa ini setelah melihat keadaan
pemuda itu amat terdesak danberada dalam dalam bahaya, cepat menjejakkan kakinya ke atas
tanah dan tubuhnya mencelat keatas panggung!
“Mengasolah, Raden, biarkan aku menggantikanmu dan membereskan tiga ekor babi hutan
ini!“ kata Ratnawulan yang telah melompatdi hadapan Indrajaya.
Tidak saja semua penonton menjadi kagum dan heran,juga Indrajaya sendiri tertegun melihat
betapa seorang pemuda bersikap lemah-lembut dan elok sekalitahu-tahu muncul dari bawah,
bagaikan Raden Antasena muncul keluar dari permukaan bumi! Ia memang telah lelah sekali
dan melihat munculnya pemudayang aneh ini, ia menaruh kepercayaan dan segera melangkah
mundur. Akan tetapi ia masih memgang kerisnya, siap membantu apabila pemuda yang
hendak membantunya init ernyata tak dapat mengalahkan tiga orangp engeroyok itu.
Sementara itu,ketiga orang pengeroyok tadi telah merasa amat gelisah ketika mendapat
kenyataan betapa Raden Indrajaya amat sukar dikalahkan. Mereka telah merasa gelisah kalaukalau
tugas mereka akan gagal. Kini melihat munculnya seorang pemuda tampan dengan tibatiba,
mereka menjadi marah dan hendak menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, maka tanpa
banyak bicara lagi mereka lalu menyerbu dan menyerang Ratnawulan yang masih berdiri
dengan tenang!
Akan tetapi, alangkah terkejut hati mereka ketika tiba-tiba tubuh pemuda elok itu sekali
berkelebat saja lenyap dari depan mereka dan tahu-tahu pemuda merdu di belakang mereka!
Mereka tercengang sejenak, akan tetapi segera menyerang lagi dan seorang diantara mereka
membentak.
“Keparat! Jangan kau kira kami takut kepada aji silumanmu!"
Ratnawulan tersenyum dan sekali tangannya bergerak kearah pinggang, keris pusaka
Banaspasti telah tercabut dan ia menyambut serangan tiga buah kelewang itu dengan memutar
kerisnya.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 74
"Trang! Trang!Trang!" tersengar bunyinyaring ketika kerisnya sekaligus menyambarnyambar
ke arah senjata lawan dan suasana di situ menjadi sunyi senyap karena kini gamelan
tiba-tiba menjadibidu. Semua yogo duduk dengan melongo dan lupa untuk menabuh gamelan
mereka ketika menyaksikan betapa tiga batang golok besar itu tela putus semua sampai
tinggal gagangnya saja yang masih berada di tangan ketiga orang pengacau itu! Kemudian
pecahlah suara sorak-sorai menyatakan kagum kepada pemuda tampan yang aneh itu.
"Siapakah dia?" terdenga rsuara di mana-mana akan tetapi siapakah yang dapat menjawab?
Semua orang hanya menduga-duga sambil memandang ke arah pemuda itu.
Tiga orang lawan Ratnawulan jugaterkejut sekalis ehingga wajah mereka menjadi pucat.Akan
tetapi ketakutan mereka akan ampuhnya keris lawan itu lenyap ketika mereka melihat betapa
Ratnawulan dengan amat tenangnya menyimpan kembali kerisnya dan menghadapi mereka
dengan tangan kosong.
"Bagaimana sekarang? Apakah akan kita lanjutkan dengan kedua tangan saja?" tantangnya.
Kemudiania berkata kepada orang yang mempunyai kekebalan tadi dan berkata,"Kau kebal
dan kuat menahan tusukan curiga (keris), hendak kulihat apakah kuat menerima pukulan
tanganku!"
Biarpun merasa takjub melihat ampuhnya keris di tangan pemuda yang nampak lemah ini,
akan tetapi ketiga orang itu memiliki aji kekebalan, maka mereka maju lagi dengan berani,
bahkan orang yangtadi memperlihatkan kekebalannya lalu berkata.
"Keparat! Kalau kau tidak mengandalkan keampuhan curigamu, dalam dua jurus saja kami
akan menhancurkan kepalamu!"
"Aduh mudah amat!" Ratnawulan mengejek. "Jangan hanya memperbesar sumbarmu, kawan!
Kalian coba sajalah!"
Tiga orang itulalu maju menyerbu dan memukul dengan buah kelapa besarnya. Akan tetapi,
tanpa bergerak atau berpindah dari tempatnya, Ratnawulan mengangkat kedua lengannya dan
menangkis semua pukulan itu dengan gerakan yang cepat sekali.Ketika lengan tangan mereka
beradu dengan lengan Ratnawulan yang kecil dan berkulit halusitu, ketiga orang tadi menahan
seruan, karena mereka betapa kulit lengan mereka amat pedih dan sakit. Mereka menduga
bahwa pemuda aneh ini tentu mempergunakan aji Kesaktian Srigunting,maka mereka menjadi
jerih dan merasa ragu-ragu untuk memukul lagi.
Ratnawulan tersenyum lagi."Apakah kedua tanganku masih terlampau ampuh bagimu? Nah,
kalau begitu, aku takkan menangkis, kalian pukulah sesukamu, asal saja jangan memukul
kepala!" Setelah berkata demikian,Ratnawulan lalu bersedekap, melindungi dadanya dengan
kedua lengan, dan berdiri tak bergerak bagaikan patung, mengerahkan aji kesaktiannya.Hal
ini memang di luar kebiasaannya,akan tetapi entah mengapa, di hadapan Indrayana, ia ingin
sekali memamerkan kepandaian dan kesaktiannya, terutama ketika ia mengerling dan melihat
betapa Indrayana memandangnya dengan mata penuh takjub dan kagum.
Tiga orang cabang atasdari Maduraitu saling pandang dengan heran, kemudian mereka lalu
melangkah maju dan memukul tubuh Ratnawulan. Aneh sekali! Semua pukulan mereka itu
seakan-akan mengenai segumpal karet mentah yang membuat pukulan-pukulan mereka
mental kembali. Ke manasaja mereka memukul, tak sebuahpun pukuan mereka dapat
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 75
menggoyangkan tenaga yang disertai ilmu dalam, akan tetapi tak ada kesaktian yang dapat
mengalahkan kekebalan pemuda ini. Seorang diantara mereka lalu melakukan kecurangan dan
mengirim pukulan ke arah kepala pemuda itu. Sebetulnya Ratnawulan tidak takut akan
pukulan ini dan kepalanya takkan terluka oleh pukulan orang, akan tetapi, ia tidak sudi
kepalanya tersentuh tangan lawannya, maka sambil berseru kerasia mengerahkan tangannya
ke arah sambungan siku lawan.
"Krek!" ketika pukulan orang itu melayang ke arah kepalanya, lengan tangan yang besar itu
telah didahului dan disambar oleh jari-jari tangan Ratnawulan yang dibuka dan dipukulan
miring ke arah tulang siku sehingga tulang siku itu patah! Orangitu menjerit kesakitan dan
membungkuk-bingkuk sambil memgangi sikunya yang telah lumpuh dan patah.
Ratnawulan takmau memberihati lagi."Coba pergunakan kekebalanmu!" serunya sambil
menggerakkan tubuh menyerang dua orang yang lainnya. Mereka masih mencoba menangkis
dan mempertahankan diri, akan tetapi percuma saja Ratnawulan terlalu gesit dan cepat bagi
mereka sehingga ketika dada mereka kena ditebak oleh telapak tangan gadis itu mereka
mencelat dan roboh tunggang-langgang di atas panggung. Ratnawulan menyepak tiga kali
tubuh yang tinggi besaritu melayang turun ke bawah panggung, di mana mereka merangkakrangkak
bangun lalu berlari sipat kuping bagaikan sedang adu balap lari!
Bukan main riuhnya orang-orang yang menyaksikan kehebatan ini. Tadi mereka tak bersuara
sedikitpun menyaksikan sepak terjang yang luar biasa gagahnya itu, dan pecahlah tampik
sorak dan tepuk tangan memuji.
Raden Indrajaya sendiri lalu menghampiri Ratnawulandan dengan mesra ia memgang lengan
tangan dara perkasa itu, yang disangkanyas eorang pria.
"Kesatria yang gagah perkasa tanpa tanding!" katanya memuji sambil memandang dengan
penuh kasih sayang."Jangankan melihat dengan mata sendiri, mendengarpun belum pernah
bahwa didunia ini ada seorang muda teruna sehebat engkau! Sungguh mentakjubkan!
Tubuhmu begini kecil, tanganmu begini halus dan lunak, akan tetapi tenagamu dapat
menggugurkan Mahameru!" Sambil berkata demikian,dengan kagum dipandangnya lengan
tangan Ratnwulan yang berkulit putihkuning dan amat halus itu. Indrajaya benar-benart
ertegun karena lengan itu begitu halus dan sentuhannya membuat dadanya berdebar aneh. Ia
melihat sebuah tahi lalat hitam bulat di dekat pergelangan tangan Ratnawulan, jelas kelihatan
di atas kulit yang putih kuning dan bersih itu.
Adikku yang gagah, adiku yang elok. Siapakah gerangan adik yang gagah perkasa ini?
Marilah kita duduk bercakap-cakap di sana!"
Akan tetapi, digandeng dan dipegang lengannya sedemikian rupa dan melihat sikap Indrajaya
yang amat mesra itu, tiba-tiba muka Ratnawulan menjadi merah sekali merenggutkan
tangannya, maka terlepaslah tangannya dari pegangan Indrajaya.
"Aku.akuharus pergi sekarang juga!" katanya seperti pada diri sendiri dan tubuhnya
melompat, hanya merupakan bayangan berkelebat dan lenyaplah ia dari hadapan Indrajaya
dan lain-lain tamu yang memandang dengan bengong.
Indrajaya menghela napas. "Sayang sekaliia pergi tanpa mau memperkenalkan diri. dia gagah
perkasa!"
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 76
Sementara itu, Mas Ngabei! Bajrabumi dengan langkah sempoyongan menghampiri Raden
Indrajayadan dengan muka merah ia berkata.
"RadenIndra, harap kau sudi memaafkan padaku. aku tadi entah mengapa kepalaku pening
dan tidak ingat sesuatu. Setelah perampok-perampok tadi datang dan melihat kau dikeroyok.
barulah aku sadar dan. dan menyesal.!"
Raden Indrajaya mencibirkan bibirnya dan kemudian tersenyum menghina. "Pergilah dari
depanku!" katanya danMas Bei yang gemukitu lalu pergi seperti seekor anjing kena gebuk.
Akan tetapi peristiwa yang menggegerkan itu disambung oleh peristiwa lain yang cukup
menimbilkan keributan besar. Tiba-tiba terdengar para yogo berteriak-teriak.
"Tangkap, tangkap! Tahan penculik itu.!"
Indrajaya dan lain-lain orang cepat memandang dan alangkah heran dan kaget mereka ketika
melihat Puspamirah ledekyang cantik itu, meronta-ronta dalam pondongan seorang pemuda
tampan.Indrajaya marah sekali dan selagi ia hendak mengejar, pemuda yang menculik ledek
itu sekali melompat telah berada ditempat jauh dan kemudian menghilang ke dalam gelap
dengan kecepatan yang membuat semua orang tertinggal jauh dan hanya dapat saling pandang
dengan terheran-heran.
"Bukan main!" Indrajaya berkata perlahan."Hebat sekali pemuda itu, hampir sama cepatnya
dengan pemuda yang tadi menolong aku! Akan terjadi apakah di kota raja ini? Tiba-tiba saja
muncul orang-orang muda sakti mendraguna yang bersikap aneh. Mengapa pula Puspamirah
diculik?"
Setelah mengalahkan tiga orangcabang atasyang mengeroyok Indrajaya, kemudian melarkan
diri karena hatinya merasa tidak karuanketika ia dipeluk dan digandeng oleh pemuda yang
tampan itu, Ratnawulan tidak pergi jauh dari tempat pesta dan bersembunyi di bawah
sebatang pohon. Hatinya masih berdebar-debar kalauia mengingat betapa lengannya dipegang
dengan erat dan mesra oleh Indrajaya. Ia tahu bahwa pemuda itu tidak sengaja melakukan hal
itu karena menganggap bahwa ia seorang pria. Ah, kalau saja Indrajaya tahu bahwa ia seorang
dara. wajahnya makin merah kalau membayangkan hal itu dan ia makin bingung merasa
betapa hatinya amat tertarik oleh Indrajaya. Ia teringat akan pesan ibunya agar supaya berhatihati
menghadapi godaan asmara dan ia merasa ragu-ragu. Ia teringat pula keadaan Adiprana,
pemudalain yang juga amat menarik hatinya, bahkan yang telah menyatakan cinta kasih
kepadanya. Ia diam-diam membuat perbandingan anatara Adipranadan Indrajaya.Biarpun ia
maklumdan sadar bahwa tak baik seorang dara seperti dia untuk memikirkan dua orang
pemuda itu, akan tetapihati dan perasaannya kedewasaannyatak dapat ditahan lagi dan sambil
duduk termenung ia membayangkan wajah kedua orang muda itu.
Adipranalebih saktidaripada Indrajaya, pikirnya. Akan tetapi Indrajaya juga memiliki sifat
kesatria utama, seorang pemuda gagahberani dan harus ia akui bahwa tentang keelokan
wajah, Indrajaya lebih menarik hatinya.Adiprana sudah terang mencintainya, dan Indrajaya.
ah, daripandang mata pemuda inipun akan jatuh cinta kepadanya kalau saja ia tahu bahwa
penolongnya adalah seorang dara. Hal ini telah merasa yakin.
Ratnawulan mengeluh didalam hatinya. Mengapa ia selalu menghadapi godaan ini? Baru saja
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 77
turun gunung ia telah bertemu dengan Adiprana anak Bromo itu.Dankini, baru saja tiba dikota
raja, ia bertemu pula dengan seorang teruna yang menarik hatinya. Padahal ia masih belum
menunaikan tugas cita-citanya, bahkan bertemu dengan musuh besarnyapun belum.Ia harus
mengusir bayangan dua orang pemuda yang menggoda pikirannya itu. Ratnawulan menghela
napas berulang-ulang. Ia akan menanti sampai datangnya hari baruuntuk segera mencari
musuh besarnyadan membalsa dendam.Setelah itu,ia akan segera kembali ke Mahameru
karena ia baruakan merasa aman dan tenteram hatinya apabila ia berada didekat ibunya, di
dekat gurunya. Ia tidak ingin merusak hati dan mengganggu pikirannya dengan segala
lamunan yang muluk-muluk dansambil mengertak gigidan ia berkeras mengusir bayangan
wajah Indrajaya dan Adiprana.
Tiba-tiba ia mendengar teriakan-teriakandari tempat keramaian itu dan ketika ia bangun
berdiri, ia melihat bayangan orang berlari cepat sambil mengendong tubuh seorang wanita.
Melihat pakaian wanita itu, ia tahu bahwa ia adalah Puspamirah, ledek yang tadipun telah
menimbulkan keributandi atas panggung. Ratnawulan cepat bersiap menolong ledek itu,
karena maklum bahwa wanita itu tentu diculikdan dibawa lari orang.
Akan tetapi, ketika ia melihat orang yang memondong Puspamirah dan yang berlari berdiri
bagaikan patung. Ia merasa seakan-akan telapak kedua kakinya melekat pada tanah dan tak
dapat diangkat lagi. Hatinya berdebar keras dan matanya terbelalak. Bukanmain kagetnya
karena ia melihat bahwa penculik ledek itu bukan lain ialah. Adiprana.Tiba-tiba ia menjadi
marah dan sebal. Beginikah akhlak pemuda dari Gunung bromo yang gagah itu? Hanya
sebagai seorang rendah penculik ledek? Dan pemuda ini pernah menyatakan cinta kasih
kepadanya.
Tanpa disadarinya, Ratnawulan menggerakkan kedua kakinya dan mengikuti bayangan
pemuda yang memondong ledek danberlari cepat itu. Ia terus mengikuti di belakang, karena
tidak ada niatnya untuk mengejar. Ia hanya ingin tahu apakah yang hendak diperbuat oleh
Adiprana terhadap leek itu dan kalau memang pemuda itu berniat buruk, ia harus menolong
perempuan itu! Kalau perlu ia akan membunuh Adiprana, karena, sudah menjadi orang-orang
jahat, tak perdul isiapapun juga orang itu.
Siapakah pemuda yang menculik Puspamirah itu? Apakah benar-benar dia itu Adiprana,
murid Bromo yang gagah perkasa? Memangbenar! Pemuda itu adalah Adiprana, akan tetapi
jangan mengira bahwa ia adalah sebangsa pemogoran yang suka bermain gila dengan wanita,
terutama yang suka menculik seorang penari umum.
Sebagaimana pernah ia ceritaka kepada Ratnawulan, Adiprana mempunyai seorang ibu yang
telah janda dan yang amat cantik rupanya. Ketika ia turun dari perguruannya, ia bermaksud
kembali ke kota raja mencariibunya, akan tetapi ia tertahandi hutan randu setelah
pertemuannya dengan Ratanwulan. Ia telah berjanji kepada Ratnawulan, gadis yang
dicintainya itu, untuk tinggal di dalam hutan mewakili Ratnawulan dan melatih kepada
Pasukan CandraBayu. Akantetapi, seperginya Ratnawulan darisitu, ia merasa sunyi sekalidan
rindunya kepada ibu datang lagi menggangu hatinya.
Oleh karena itu, ia lalu berpamit kepada kawan-kawannya untuk pergi ke kota raja dan
menjemput ibunya yang hendak dibawah pindah ke hutan randu. Pak Waluyo sebagai ketua
dari Pasukan Candrasa Byu, maklumakan perasaanpemuda ini, maka iapun menyatakan
persetujuannya.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 78
Demikianlah, oleh karena Ratnawulan sebelum berangkat ke kotaraja singgah dulu di puncak
Mahameru, maka keberangkatan Adiprana ini hampir berbareng dengan Ratnawulan. Kalau
Ratnawulan tiba di kota pada malam hari, adalah Adiprana datangpada senja tinggal ibunya.
Alangkah terkejut,heran dan kecewanya ketika iamendengar bahwa ibunyakini menjadi ledek
dan pada malam hari itu sedang menari di gedung seorang tumenggung yang mengadakan
pesta tayuban. Hatinya merasa sedih dan perih sekali mendengar betapa nama ibunya
sekarang adalah Puspamirah.
Adiprana takdapat menahan sabar lagi, terutama ketika ia mendengar keterangan penduduk di
situ bahwa sekarang ibunya telah menjadi selir dari seorang pembesar keraton. Panasalah
hatinya dan ia segera menyusul ke tempat pesta dengan hati penuh amarah.Bagaimana ibunya
sampai merendahkan diri semacam itu?
Ketika Adiprana tiba ditempat pesta, pertempuran antara tiga cabang atas dari madura
melawan Ratnawulan telah pergi dari situ. Melihat keributan yang masih terlihat pada muka
para penonton, Adiprana lalu bertanya kepada seorang penonton apakah gerangan yang telah
terjadi?
Aah ,kau datang terlambat, kawan." kata orang itu."Baru saja terjadi perang tanding yang
amat hebat dan ramainya.Raden Mas Indrajaya yang gagah bertanding melawan Mas Bei
Bajrabumi! Ah,mana mas bei bisa menang? Raden Mas Indrajaya adalah seorang ahli pencak
yang pandai. Akan tetapi tiba-tiba muncul tiga orang cabang atas yang mengeroyok Raden
Mas Indrajaya.
Bukan main hebat danserunya pertempuran itu. Dantahukah kau? Cabang atas itu kebal.Coba
bayangkan! Keris Raden Indrajaya diterima dengan dada terbuka begitu saja dan kerisnya
sampai bengkok ketika bertemu dengan dada cabang atas itu! Hebat tidak? Akantetapi,itu
masih belum seberapa tiba-tiba muncul diatas panggung seorang yang luar biasa, menghadapi
tigacabang atas itu dengan tangankosong! Ya, dengan tangan kosong,kawan, sedangkantiga
cabang atas itu mempergunakan golok!Kemudian pemuda ajaib itu mencabut kerisnya dan
sekali gerak. trang!Tiga batang golok itu sapat! Kemudian yang terhebat terjadilah. Tiga
orang cabang atas itu menghujanipukulankepada tubuh bambang saktiitu, akan
tetapipemudaitu tanpa mengelak menerima semua pukulan sambil tersenyum, seakan-akan
pukulan-pukulan itu di anggapnya seperti tangan puteri-puteri yang memijat tubunya yang
kelelahan!"
Adiprana tidak sabar lagi mendengar dongeng orang ini, maka ia menyela, "Mengapa terjadi
perkelahian-perkelahian?"
Orang itu kecewa karena ceritanya diganggu.
"Dengarlah dulu ceritaku. Kukatakan kau terlambat dan hal ini amat sayang karena kalau kau
menyaksikan pertempuran antara pemuda itu dengan tiga cabang atas tadi,benar-benar kau
akan melongo terheran-heran dankagum. Dengan amat tangkasanya pemuda yang seperti
Arjuna itu,bukan, bukan seperti Arjuna,akan tetapi pantas disebut Raden Angkawijaya putera
Sang arjuna, menghadapi tiga orang lawannya yang merupakan tiga orang raksasa jahat.
Kemudian dengan amat tenang dan mudahnya sama mudahnya seperti aku sendiri
menghadapi tiga orang juadah manis, ia melalap tiga orang lawannya yang ketiganya
dilontarkan ke bawah panggung! Bukan main!"
"Apa sebabnya terjadi perkelahian? "Tanya Adiprana sambil memandang ke atas panggung,
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 79
mencari-cari ledeknya.
"Apalagi sebabnya? Tentu memperebutkan di cantik jelita Puspamirah, ledek yang
menggairahkan hati tiap laki-laki itu!"
"Di mana ledek itu.Puspamirah itu.? "Tanya pula Adiprana dengan hati kecut dan telinga
panas.
"Eh, eh, agaknya kau bukan orang sini, kawan. Itu dia yang duduk didekat tukang kendang.
Coba saja kaulihat, alangkah molek bantuk tubuhnya, alangkah cantik jelita wajahnya. Ia
sudah agak tua, kawan, akan tetapi,mau akau menukarnya dengan tiga belas orang perawan!
Siapa yang takkan tergila-gila melihat betapa lemas dan luwes ia menari? Siapa yang takan
merasa bimbang rindu mendengar suaranya yang seperti madu manisnya? Aah,mau usiaku
dikurangi lima tahun asalkan aku dapat memetik Puspamirah."
"Plak!" Tangan kanan Adiprana menyambar dan menampar muka orangitu yang tiba-tiba
merasa seakan-akan ribuan binatang di langit jatuh berhamburan dari atas. Kedua manik
matanya mendekati hidungdan kepalanya bergoyang-goyang bagaikan terhuyung-huyung
karena kedua kakinya lemas danakhirnya iajatuh pingsan bagaikan kena sambar petir.
Adiprana lalu melompat ke atas panggung,langsung menyerbu ketempat duduk para yogo dan
menubruk Puspamirah yang terus dipondongnya. Ledek itu terkejut sekali dan meronta-ronta,
akan tetapi di dalam pondongan lengan tangan Adiprana, ia tak berdaya sama sekali. Tukang
kendang melihat hal ini lalu bangun berdirihendak menghalangi, akan tetapi sebuah
tendangan kaki Adiprana yang menyambut dadanya membuat ia terlempar dan menubruk
kawan-akawan di belakangnya. Keadaan geger dan terdengar teriakan orang-orang. Akan
tetapi Adiprana telah melompat jauh danberlari cepat pergi daritempat itu. Ia sebelumnya
telah mencari keterangan di manaadanya rumah Puspamirah, maka kini ia langsung menujuke
rumah ledek itu. Kemarahannya memuncak dan ia merasa terhina sekali setelah mendengar
penuturan orang tadi. Ibunya menjadi ledek umum sudah sudah merupakan hal
yangamatmemalukannya, apalagi kini mendengar betapa ibunya menjadi rebutan orang-orang
kasar dan bahkan orang orang yang menceritakan peristiwa tadipun mengeluarkan kata-kata
yang amat menghina! Ia dapat membayangkan perasaan orang-orang terhadap ibunya.
Dalam kemarahannya, Adiprana tidak tahu bahwa ada sesosok bayangan lain yangmengikuti
larinya, dan lebih-lebih tidak menyangka bahwa yang mengikuti adalah Ratnawulan!
Dara pendekar ini dengan hati marah dan juga amat sebelnya, mengikuti terus dan ketika ia
melihat Adiprana membawa ledek itu ke dalam sebuah rumah sederhana, Ratnawulan lalu
melompat ke belakang rumah itu dan mengintai! Ia melihat Adiprana mebawa Puspamirah ke
dalam sebuah kamar dan menurunkan wanita itulalu berdiri memandang dengan mata merah.
Puspamirah berdiri dengan marah dan membentak.
"Bangsat kurang ajar! Siapakah kau berani mati melakukan perbuatan terkutuk ini, menculik
aku dan membawaku ke rumah kusendiri dengan paksa? Apakah kau sudah bosan hidup
barangkali? Kalau kakangmas adipati menengar akan hal ini, tentu kepalamu akan
dihancurkan! Kau masih muda, lagi tampan,mengapa kau melakukan ini? Melarikan seorang
ledek, cih! Tak tahu malu!"
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 80
Mendengar ucapan ini, diam-diam Ratnawulan merasa girang dan memuji ledek itu. Kalau
memang ledek itu berbatin rendah. Tentu ia akan jatuh hati kepada penculiknya yang masih
mudadan rupawan pula.
Sebaliknya, Adiprana lalu menjawab dengan kata-kata yang amat pedas dan di luar dugaan
Puspamirah maupun Ratnawulan yang mendengar diluar bilik.
"Puspamirah, kau menyeret dirimu sendiri ke dalam berpura-pura menasehati orang lain?
Apakah kau lupa bahwa kau kepada anakmu yang semenjak kecil kau kirimkan kepada Eyang
Bromosakti? Aku adalah Adiprana, atau. sudah lupa lagikah kau kepada nama itu?"
Puspamirah tiba-tiba menjadi pucat bagaikan mayat. Sepsang matanya memandang wajah
Adiprana dengan terbuka lebar, seakan-akan tak percaya kepada pandang matanya
sendiri.Sampai lama ia berdiri bagaikan patung, takkuasa mengeluarkan suara bahkan hampir
tak dapat bernapas, kemudian keluarlah keluhan dari mulutnya.
"Ya Dewata Agung. Adiprana. kau kaukah ini, Adiprana.? Anakku.!" Dengan isak tangis
yang tak dapat ditahannya lagi, Puspamirah menubruk maju hendak memeluk pemuda itu,
akan tetapi Adipraa mengulurkan kedua tangan dan menahan ibunya dengan memegang
kedua pundak ledek itu.
"Jangan memeluk aku! Jangan menyentuhaku! Aku bukanlah seorang di antara laki-laki yang
tergila-gila kepada ledek Puspamirah!"
"Adiprana.!"Puspamirah menjerit ngeri sambil memandang kepada wajah puteranya dengan
air mata membanjir keluar dari kedua matanya. Tubuhnya menjadi lemas,tangisanya
mengguguk membuat dadanya serasa akan meledak, kepalanya pening dan ia hanya dapat
mengeluh berkali-kali, "Adiprana.ampun Gusti.kau. kau Adiprana. anakku sendiri." dan
akhirnya ia tak dapat mengeluarkan keluhan lagi, bahkan takdapat bergerak sama sekali, ia
berdiri dengan pundak terpegang oleh pemuda itu dan lehernya mejadi lemas sehingga
kepalanya menunduk ke bawah. Puspamirah telah roboh pingsan karena tikaman pada
batinnya yang amat hebat.
Untuk sesaat Adiprana memandang dengan muka marah, akan tetapi lambat laun
kemarahannya terganti kekhawatiran melihat keadaan ibunya. Ia mulai mengoyang-goyang
pundak ibunya dan memanggil.
"Ibu." Akan tetapitubuhwanita itumasih saja menyandar pada pegangan kedua tangannya dan
tak menajwab.
"Ibu.! Ibu.!" Suara Adipranamulai mengandung kekhawatiran. Kemudian ia
memondongtubuh ibunya dan mengangkatnya keatas pembaringan yang berada didalam
kamar itu.
"Ibu. sadarlah.ampunkan anakmu, ibu."
Sampai lama Puspamirah pingsan,sedangkan Ratnawulan yang mengintai di luar bilik
menjadi demikian terkejut sehingga takdapat bergerak, hanya berdiri bagaikan patung. Tak
disangka-sangkanya sama sekali bahwa Adiprana adalah putera ledek Puspamirah ini. Ia
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 81
merasa terharu melihat keadaan mereka,akan tetapi juga timbul rasa penasaran di dalam
hatinya. Betapapun juga, ia tadi telah menyaksikan lagak Puspamirah dihadapan para tamu
dan betapa ledek itu telah menjadi pujaan semua laki-laki yang berada disana. Benarkah ini
ibu dari Adiprana, pemuda yang gagah perkasa itu? Hampir tak dapat ia mempercayainya!
Akhirnya Puspamirah siuman dari pingsannya. Ia bangun dan duduk, memandang kepada
Pemuda yang telah berdiri dihadapannya itu dengan mata sayu.
"Adiprana, tak kusangka sama sekali bahwa kita akan berjumpa dalam keadaan begini."
"Lebih-lebih aku,ibu.Kau tidak tahu betapa hancur hatiku melihat ibu menjadi ledek yang
dipuja-puja oleh banyak lelaki. Sakit hatiku melihat ibukumenjadi seorang ledek umumyang
diperebutka oleh orang-orang kasar dan rendah, menjadi bahan cemooh,menjadi alasan
perkelahian, menjadi bahan ucapan-ucapan kotor. Ibu, mengapaitu tersesat sampai demikian
jauh? Mengapa ibu menjadi ledek? Apa akan kata ayah apabila ia masih hidup? Ibu.ibu, kau
mengecewakan hati anakmu!"
Puspamirah menghelanapas dan mengerakkan ujung selendangnya yang merah itu untuk
menghapus airmatanya.
"Adiprana, kau terburu nafsudan keras hati seperti mendiangayahmu.Dengarlah, nak, jangan
itu hina sebegaimana yang banyak orang kira. Tak perlu dihiraukan apa kata orangorang,
makin kotor ucapan yang keluar dari mulut seseorang, berarti makin rendahlah jiwa
orang itu. Aku menjadiledek bukan untuk menjadi bahan hiburan orang. Jangananggapbahwa
ibumu telah berlaku sesat,karena aku masih mempunyai kesucian hati. Biarkan mereka
menghina, mereka menganggap apa saja, akan tetapi buktinya ibumu tidak melakukan
perbuatan hina. Ketahuilah, Adiprana, aku menjadi ledek, menjadi penari dan penyanyi
karena dua sebab.Pertama, memang akuterdorong oleh bakatkudan senangku akan tarian dan
nyanyian. Ke dua,dan ini jauhlebih kuat, karenaaku harus mencariuang. Kau tentu masih
ingat,bahwa ibumu masih mempunyai orang tua,yaitu kakek dan nenekmu, mereka itu orangorang
miskin di dusun Tagen. Siapakah pula yang akan membantu mereka yang sudah tua
kecuali ibumu ini? Jadi, aku menjadi ledek untuk mencari uang, untuk memberi makan
kepada tiga orang, yaitu kakek nenekmu danaku sendiri. Aku pun seorang manusia biasa yang
harus makan, yang harus memakai pakaian."
"Alasanibu memangkuat, akan tetapi ,mengapa pulaibu menyerahkan diri kepada seseorang
adipati?Mengapa pulaibu sudi diambil seliroleh adipati itu? Bukankah hal ini tidak cocok
dengan ucapan ibu tadi?"
"Aduiprana, kaududuklah ,nak. Tega hatibenar terhadap ibumu. Telah bertahun-tahun, setiap
hari aku rindu sekali kepadamu, kepada anak tunggalku.Dan sekarang. setelah kau pulang.
akuseakan-akanmerasa berhadapan dengan seorang hakim yang hendak memberi hukuman
kepadaku.! Adiprana,benar-benarkah kau sekejam itu?" Kembali Puspamirah menangis.
"Ibu sendiri yangmembuat hatikubeku. Keadaanibuyang membuathati anakmu demikian
kecewa sehingga menjadi keras laksana karang. Ibu, jawablah pertanyaanku tadi. Mengapa
ibu sudi menjadi selir adipati itu?"
"Anakku Adiprana, sebelumaku menceritakan hal ini, agarkaudapat percaya,biarlah aku
bersumpah kepada Hyang Maha Agung bahwa yang akan kuceritakan ini bukan bohong.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 82
Ketahuilah bahwa aku menerima menjadi selir adipati itukarena mengingat akan kepentingan
dan nasibmu,nak."
Adiprana mengangkat muka dan memandang wajah ibunya dengan tajam.
"Apa maksudibu? Mengapa pulaaku dibawa-bawa dalam hal penerimaan menjadi selir ini?"
tanyanya penasaran.
"Sesungguhnya ,anakku Adiprana. Tadinya ibumu telah mengambil keputusan untuk hidup
menjanda sampai hari akhir. Akantetapi ,ketika datang pinangan dari adipati itu, aku
memikirkan nasibmu kelak. Adipatiitu adalah seorangyang amat berpengaruhdan besar
kekuasaannya di Majapahit.Dengan perantaraan dan pertolongannya, akan mudah bagiku
untuk menduduki pangkat yang tinggi di kerajaan! Olehkarena itu, nak, akusengaja
mengorbankan diriku agar kemudian kau akan dapat ditolongnya, diberi pangkat yang tinggi
sesuai dengan perngharapaanku!"
"Siapasudi menjadipembesar di Majapahit! Ibu, perlukiranya aku berpanjang cerita.
Pendeknya aku tidak setuju sama sekaliakan kehendak ibu ini. Yang sudah lewat biarlah lalu.
Lebih baik ibu turutaku saja pergi ke kaki Gunung Mahameru di mana aku tinggal bersama
kawan-kawanku."
"Siapakah kawan-kawanmu itu,nak?"
"Ibu, akutelah menjadi pelatih daripasukan orang-orang gagah yang bercita-cita luhur. Mereka
adalahbekas anak buah BupatiRangga Lawe, dan lain-lain penglimayang telahgugur dalam
pemberontakan mereka melawan tentara Majapahit. Mereka membuat persiapan untuk
mengadakan pemberontakan."
"Apa.?! Kau. kau menjadi anggota pemberontak? Kau, anakku yang kucita-citakan menjadi
seorang pembesar di Majapahit, kau bahkan menjadipelatih pemberontak?YaJagat Dewa
Batara!" Puspamirahmenjadi pucatsekali dan memandang kepada anaknya dengan kedua mata
dibuka lebar."SemogaDeawa Agung mengampuni kita! Aduh, bagaimana
kalausampaikangmas adipati mendengar tentang ini? Ah,Adiprana, lemparlah jauh-jauh
pikiran itu, nak. Insyaflah, bahwa seorang yang sehina-hinanya.Dan pula, apakah yang akan
kauandalkan? Majapahit adalah Negara yang besar dan yang memiliki banyak panglimasakti
mandraguna.Ketahuilah, anakku,adipati yang mengambil ibumu menjadi selir adalah seorang
yang amat sakti mendraguna dann kau akan dapat banyak belajar ilmu kesaktian daripadanya.
Kau akansenang tinggal disini dan menjadi seorang yang benar-benar cocok dengan
harapanibumu, dengan harapan mendiang ayahmu."
"Siapakah adipati itu, ibu? Agaknya ibu telah jatuh hati benar-benar kepadanya,"kata
Adiprana dengan suara menyindir sehingga dariluar bilik Ratnawulan merasa gemas dan
benci sekali kepada pemuda itu. Tak pernah disangkanya bahwa Adiprana dapat bersikap
semacam itu kepada ibunya sendiri. Bagi Ratnawulan,betapapun juga keadaannya, seorang itu
tetap merupakan seorang ibu, orangyang paling suci di dunia ini,yang harus paling dihormat,
dicinta dan dibelanya.Akan tetapi, Adiprana yang dianggapnya sebagai laki-laki gagah dan
baik itu, dapatbersikap demikian kasar terhadap ibunya, sungguhpun ada alasannya untuk
bersikap demikian.
"Adipati yang mengambil selir kepadaku, yang sekarang telah menjadi ayah tirimu itu, bukan
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 83
lain adalah Adipati Kartika,seorang yang menjadi tangan kanan Sang Bagawan Mahapati,
bahkan menjadi muridnya yang tersayang, oleh karena itu kesaktiannya telah terkenaldi
mana-mana!" kata Puspamirah dengan bangga.
Terkejulah Adiprana mendengar ini sedangkan Ratnawulan yang mendengarkan nama ini
juga terkejut sekalidan tak terasa pulatangan kanannya memegang kerisnya. Jadi ibu Adiprana
ini telah menjadi bini muda musuh besarnya, Kartika!
Adiprana teringat akan cerita Ratnawulan, maka hatinya menjadi amat gelisah mendengar
bahwa ibunya telah diambil selir olehKartikayang menjadi musuhbesar Ratnawulan itu.
"Aduh, ibu. Orang itu pulayang menjadi suami ibu! Celaka benar! Ibu, hal ini memperkuat
niat hatiku. Ibu harus ikut akuke hutan randu, berkumpul dengan kawan-kawanku, karena aku
tidak sudi melihat ibu menjadi selir keparat Kartika itu!"
"Adiprana.!" Puspamirah menjerit, "Jangan kau sekurang ajar itu!"
"Tidak, ibu. Hatiku telah tetap,kemauanku sudah bulat. Aku hendak membantu Pasukan
Candrasa Bayu menggempur Majapahit danapabilakekuasaanyang sekarang ini dapat
memegang pangkat pula. Bahkan. aku telah mempunyai calon jodoh, ibu! Dia seorang dara
yang gagah perkasa, dan tinggal menunggu ibu meminangnya. Dialah yang membentuk
Pasukan Candrasa Bayu. Maka marilah ibu turut aku pergi meninggalkan kota raja."
"Menjadi pemberontak? Kau anakku menjadi pemberontak dan mantuku juga seorang
pemberontak? Tidak, taidak! Kau tersesat anakku!"
Pada saat itu, terdengar suara seorang laki-laki yang parau di luar pondok,
"Mirah.! Apakah kau telah sampai di rumah dengan selamat? Aku amat mengkhawatirkan
keadaaanmu!" Pintu depan didorong dari luar dan terdengar tindakan kaki yang berat.
Puspamirah menjadi pucat."Nah, itu dia kangmas Kartika datang. Jangankau kurang ajar
terhadap atah tirimu, nak. Ia manisbudi, akan tetapi kalau ia tersinggung dan sampai marah,
celakalahkau!" katanya sambil turun dari pembaringandan menjawab.
"Masuklah, kangmas adipati! Jangan khawatir, aku tidak apa-apa!" Sambil berkata demikian
ia bergegas keluar dari kamar dan menyambur adipati itudi luar kamar.
Melihat kekasihnya masih berpakaian sebagai penari, penatang itu berkata tak senang.
"Mirah, sudah berkali-kali kkatakan jangan kau menari di muka umumlagi.Tadi kumendengar
tentang keributan itu danbahkan mendenga rtentang penculikan terhadapmu. Ah, kau benarbenar
membuatgelisah hatiku, manis."
Memang tadi sebelum datang kerumahini, Kartika telah mendengar tentang keributan di
medan pesta, maka iaburu-buru pergi ke rumah tumenggungan itu. Kartika adalah seorang
laki-laki berusia empat puluh lebuh yang bermuka gagah. Brengosnya yang tajam melintang
membuat ia nampak gagahseperti RadenGatotkaca.Ia menjadi adipati yang ditakuti karena
besar kekuasannya dan tinggiilmukepandaiannya.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 84
"Apa yang telah terjadi di sini?" tanyanya dengan suarayang keren ketika ia datangke tempat
pesta dan disambut dengan penghormatan oleh semuaorang.
Dengansingkat tuan rumah menceritakan peristiwa tadi dan mendengar betapa Mas Ngabei
Bajrabumiyang mulaimambuat kekacauan, iamelangkah menghadapi bei gemuk itu. Dengan
tubuh mengigil Bajrabumi memberi hormat dan berlutut.
"Kau berani mengganggu Puspamirah?"bentak Kartika kepada Bajrabumi.
"Mohon diampukan, raka adipati." Kata Bajrabumi dengan suara gemetar.
"Enyah kau!"seru Kartika dan kaki kirinya melayangmengirimsebuah tendangan. Tubuh yang
gemuk itu terlempar jauhdan bergulingan, lalu merayap bangun dan pergi meninggalkan
tempat itu. Ia masih merasa untung tidak dibunuh atau tidak dipecat dari kedudukannya.
"Kalaudia tidakmabok, tentu akan kusuruh buangdia!" kataKartika. Kemudian ia menghadapi
Indrayana yangmasih berada di situ.
"Raden Indrajaya, tahukahkausiapa tiga orang yang menyerangmmu?"
"Tidak, paman adipati,aku tak pernah melihat mereka sebelumnya."
Kartikamemang suka danmerasa sungkan kepada pemuda ini karena dia adalah kesayangan
sang prabu. Maka hubungan mereka amat baik seperti sanak keluarga saja.
Tukang kendang majudan menceritakan dengan wajah pucat.
"Dia adalah seoran pemuda yangtampan, gusti adipati. Akan tetapi, agaknya dia bukan orang
sini, karena hamba belum pernah melihat atau mengenalnya.”
Dengan hati murung Kartika meninggalkan tempat itus etelah berkata keras.
"Lain kali tidakboleh siapapun juga memanggil Puspamirah untuk menari. Ia kularang
menaridi depan umum,kecualikalau dipanggil leh sangprabu sendiri. Mengerti?"
Semua orang bungkam tak berani bergerak.
Demikianlah, Kartika lalu menyusul ke rumahPuspamirah dan ia menjadigirang melihat
kekasihnya itu telah berada di rumah.
Dengan senyum manis Puspamirah berkata kepada Kartika.
"Kangmas adipati, harap kau jangan khawatir atau gelisah, karena sesungguhnya yang
menculik hamba itubukanlah orang lain, melainkan putera hamba sendiri Si Adiprana.Dia
tidak suka melihat hemba menari di depan umum."
"Bagus! Memang demikian seorang anak yang baik. Akupun tidak suka melihat kau menari
dan bernyanyi di depan umum, sungguh amat merendahkan namaku.Dimana puteramu itu
sekarang?" Puspamirah lalu menjengkuk ke dalam kamarnya dan memanggil Adiprana.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 85
"Ngger, anakku Adiprana,keluarlah dan jumpailah ayahmu!"
Dengan muka merengut pemuda itu keluar. Kartika kagum melihat ketampanan wajah dan
kegagahan sikap pemuda yang menjadi anak tirinya itu. Akan tetapi ia merasa tidak senang
melihat pemuda itu memandangnya dengan mata bernyala dan sama sekali tidak menaruh
hormat sedikitpun.
"Adiprana, berilahhormatkepada kang mas adipati,yang telah menjadi namamu,nak!"
Puspamirah membujuk dengan hatigelisah.
Akan tetapi, sebaliknya Adiprana memandang dengan bangis kepada Kartika dan berkata,
"tidak sudi aku memberi hormat kepada seorang pembesar berhati palsu."
Bukan main marahnya Kartika mendengar ini. Brengosnya serasa berdiridan sepasang
matanya bernyala-nyala.
"Keparat cilik! Apa dosaku maka kau datang-datang menghinaku? Kalaukau tidak lekas
berlutut minta ampun, akan kuhajar kau!" Kartika melangkah maju denga nkedua tangan
terkepal.
Adiprana tersenyum mengejek. "Orang lain boleh takut kepadamu, akan tetapi aku Adiprana
sama sekali tidak takut. Kau mau memukul? Majulah kalau kau memang jantan!"
Makin memuncak amarahdi hati Kartika.Belum pernahia ditantang orangsecara begini
menghina.
"Jahanam!" teriaknya dengan suara keras. "Kuhancurkan kepalamu!" Ia melangkah maju
hendak menyerang Adiprana yang siap menanti serbuannya dengan tenang. Akan tetapi
sambil menjerit dan menangis Puspamirah menubrukadipati itu dan merangkulnya, dan
membujuk-bujuknya.
"Kakangmas adipati, ampunilah dia. Ampunilah anakku."
"Hm, kalau tidak melihat muka ibumu, sekarang kau telah menjadi mayat!" kata Adipati
Kartika yang masih marah itu.
"Ha,ha! Kartika! Siapa takut akan ancamanmu?Jangan kau menggunakan nama ibu untuk
menunjukkan kegagahanmu. Majulahkalau kau memang gagah, kaukira aku takut
kepadamu?"
"Eh, bocah keparat!" Kartika tak dapat menahan nafsu amarahnya lagi. Sekali ia
menggerakkan tangan, puspamirah terpelanting ke pinggir, kemudian dengan geraman
dahsyat iamenubruk, memukul kearah dada Adiprana. Pemuda itu cepat menangkis dan ketika
tangan mereka beradu, keduanya terhuyung mundur dua tindak.Adiprana terkejut akan tetapi
tidak menjadi heran karena iatelah mendengar akan kedigdayaan adipatiini. Akan tetapi
Kartika hampir saja berseru karena terkejutnya dan herannya. Bagaimana pemuda ini dengan
tenaga penuh? Kalau orang lain yang menangkis pukulannya, tulang lengan lawan itu pasti
akan patah!
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 86
"Keparat! Tidak tahunya kau memiliki kesaktian juga.Pantas saja kau berani berlagak!
Rasakanlah pukulan Brajakastala dari tanganku!" Sambil berkata demikian,Kartika
menyerang lagi dengan pukulan yang dahsyat sekali.
Adiprana dapat merasa betapa angina pukulan ini benar-benar hebat, maka ia tidak berani
berlaku gagabah dan cepatmengelak ke sampingdengan cekatandan balas menyerang yang
dapatpula ditangkis oleh adipati itu.
"Adiprana. anakku, jangan.!" Puspamirah inibenar-benar hebat, makaia tidak beran iberlaku
gegabah dan cepat mengelak kesamping dengan cekatan danbalas menyerang yangdapat pula
ditangkisoleh adipatiitu.
"Adiprana. anakku, jangan.!"Puspamirah menubruk anaknya. "Adiprana tidak taatkah kau
kepada ibumu?"
Adiprana marah dan merasa sebal sekali. Ia menrenggutkan diri dari pelukan ibunya dan
melompat keluar dari pintu.
"Adiprana.!" Puspamirah memekik sedih. "Aku ibumu. nak.!"
Jawaban yang terdengar dari luar menyayat-nyayat hatinya.
"Lebih baik aku tidak beribu.!"
"Bangsat jahanam!" Adiptai Kartika memburu keluar, akan tetapi Adiprana telah jauh
meninggalkan rumah itu, langsung keluar dari kota raja.Hatinya terluka dania membenci
ibunya sendiri. Dengan hati murung danmarah pemuda itu terus berlari, kembalike kaki
Gunung Mahameru dengan hati penuh dendam.
Adipati Kartika masuk lagidan menghibur Puspamirah, akan tetapi kini lenyaplah sikap
mencinta dari wanita ini. Dengan sedih ia menangis terus, tidak memperdulikan Kartika
sehingga adiptai itu akhirnya kewalahan dan pergi dengan hati kecewa.
Tengah malam telah jauh lewatdan Kartika dengan hati kecutberjalan pulang menuju ke
gedungnya. Bulan bersinar terang, akan tetapi hati adipatiitu amat gelap dan rusuh. Ia merasa
kecewa melihat putera Puspamirah memusuhi dan membencinya, olehkarena dari
tangkisannya tadiia maklum bahwa pemuda itumemiliki kepandaian cukup tinggi
dantentuakan merupakan seorangpembantu yang amat boleh diandalkan kalau saja tidak
demikian membencinya.
Ayam telahmulai berkeruyuk ketika ia tiba di dekat gedungnya. Tiba-tiba ia terkejut karena
dari balik pohon melompat keluar sesosokbayangan orang. Iamenyangka bahwa orang ini
tentu Adiprana yang hehndak menyerangnya, makaia berlaku waspada dan menunda langkah
kakinya.Akan tetapi biarpun orang inipun seorang pemuda yang lebihelok daripada Adiprana.
Pemuda ini menghadang di depannya sambil bertolak pinggang dan sepasang matanya
nampak berkilat di bawah sinar bulanpurnama.
"Siapakah kaudan apa maksudmu menghadang di jalan? Tidak kenalkah kau kepada Adipati
Kartika?" bentak Kartika dengan marah karena dalam keadaan seperti itu ia tidak
sukadiganggu.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 87
Akan tetapi pemuda itu tertawa bergelak dan menjawab, "tentusaja akukenal padamu,
Kartika.Dan alangkah beruntung kudapat mengenalmu ketika kauberadadi rumah Puspamirah
tadi! Kalau kau tidak di sana, mungkin bertemudi jalanpun akutakkan mengenalmu!"
Mendengar ucapanyang sama sekali tidak menaruh hormat kepadanya itu, maklumlah Kartika
bahwa pemuda initidakmempunyai naik baik, maka iaberlaku makinwaspada.
"Siapakah kaupemudakurang ajar?"
"Kartika, ketahuilah bahwaaku sengaja mencarimu dari tempat jauh untuk menangih
hutangmu. Masih ingatkah kau kepada Nagawisena?"
"Apa hubunganmu dengan mendiang Nagawisena?"
Kembali pemuda itu tertawa bergelak. Biarpun suara ketawanya merdu, akan tetapi cukup
membuat Kartika merasa tak enak hatidan bulu tengkuknya meremang.
"Manusia Khianat! Ingatkah kau ketika membunuh Nagawinsenadengancara yang rendah dan
curang?Akulah anaknya! Ayahku telah tewas karena kecuranganmu dan ibumu menderita
bertahun-tahun karena keganasanmu itu. Sekarang bersiaplah kauuntuk binasa dalam
tanganku!"
Kartika tertegun. Dahulu ia telah menjadi sahabatyang amat karib dari Nagawisena, bahkan ia
jatuh cinta kepada Dara Lasmi, isteri sahabat karibnya itu. Ia kenal baik keluarga Nagawisena
dan sering kali iadan sahabatnya itu kunjung-mengunjungi, maka ia tahu bahwa sahabatnya
tidak mempunyai anak laki-laki.
"Ha,kaubohong! Kau penipu dari manakah beranimati sekali mengakusebagai putera
Nagawisena? Aku lebih tahu bahwa Nagawisena tidak mempunya iputera laki-laki, hanya
mempunyai anak perempuan seorang saja! Jangan kau hendak menipu aku!"
Ratnawulan pernah mendengar penuturan ibunya bahwa Kartika dahulunya memang sahabat
karib ayahnya, bahkan seringkali mengunjungi ayah bundanya, maka ia tidak merasa heran
mendengar ini, bahkan lalu bertanya.
"Kalaukautahu bahwa Nagawisena mempunyai seorang puteri, tahukah kau siapa nama
anaknya itu?"
"Tentusaja akutahu, bukansepertikau yang hanya mengaku-aku. Anaknya itu adalah
Ratnawulan, dan isterinya bernama Dara Lasmiputeri Malayu."
"Kartika, buka matamu lebar-lebar jahanam! Akulah Ratnawulan yang datanghendak
mengambil nyawamu!"Sambil berkata demikian, Ratnawulan merenggut ikat kepalanya
sehingga rambutnya yang panjang hitam itu terurai di ataspundaknya. Juga jubahnya ia buka
sehingga kini ia memakai baju kutang yang berwarna hitam. Sebentar saja pemuda tampan itu
berubahmenjadi seorangdara jelitayang amat gagah dan cantik.
Kartikaberdiri melongo dan hatimu berdebar keras. Kalau tadiia menghadapi Ratnawulan
yang masih dianggapnya seorang pemuda itu dengan hati tabah dan memandang ringan, kini
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 88
ia merasa gelisah sekalioleh karena gurunya, yaitu Bagawan Mahapati,pernah berpesan
kepadanya agar supaya ia berhati-hatimenhadapi lawanseorang wanita. Wanita memang
seorang makhluk lemah, akan tetapi apabila wanita itu telahmenjadi seorang yang
memilikiilmu kepandaian tinggi,maka orang itutak boleh dipandang ringan. Sekarang
Ratnawulan telah berani masuk ke kotaraja untuk mencarinyadan membalas dendam,maka
tentu saja gadis ini telah memiliki ilmu yangtinggi.
"Ratnawulan.! Benar, kau Ratnawulan,karena kau mirip sekalidenganDara Lasmi ibumu!
Ratnawulan, janganlah kau memusuiku, nak.Ketahuilahbahwa aku, pamanmuini dahulu
seringkali memondongmu dan menimang-nimangmu ketika kau masih kecil sekali. Apakah
kau hendak mengangkat senjata melawan pamanmu?"
"Cih! Pandai sekali kau bermanis bibir! Mengapa kau tidakingat akanhalitu ketika kau
membunuh dan mencurangi mendiang ayahku? Hayo, cabutlah kerismu, kita membuat
perhitungan sekarang dandi tempatini juga!"
"Jangan,Ratnawulan, jangan kita mengadu nyawa!"
"Pengecut! Jahanam! Kau yang telah berani mengkhianati ayah, demikian kecil dan
pengecutkah hatimu sehingga tidak berani melawan seorang dara?"
Terbangunlah keangkuhan Kartika mendengar caci maki ini.
"Ratnawulan,siapakah yang takut kepadamu? Tidak, aku tidak takut, hanya aku merasa
sayang kalau-kalau kau akan menjadi kuban pusakaku. Sampai berapa tinggikah
kepandaianmu maka kauberani menantang Adipati Kartika?"
“Tutup mulut! Lebih baik membiarkan kerismu bicara daripada mulutmu yang busuk dan
berbisa itu!"
Setelah berkatademikian, Ratnawulan mencabut keris pusaka Banaspatidan memasang kudakuda
untuk membuka serangan. Melihat sinar panas yang memancar keluar daripusaka
Banaspati itu, AdipatiKartika terkejut sekali dan ia maklum bahwa gadis yang menjadi
musuhnya ini memilki keris pusaka yang ampuh.Maka ia lalu mencabutpula kerisnya,
jugasebuah keris pusaka pemberian gurunya.
"Kaulah yang menghendaki pertumbuhan darah, Ratnawulan.Ibumu akan memaafkan aku
apabila ia tahubahwa kaulah yang memaksaku mencabut keris untuk menghadapimu. Ini
hanyalah pembelaan diri dariku!"
"Jangan banyak cakap!"teriak Ratnawulan yang segera mulai menyerang dengan kerisnya.
Serangannya ganas dan dahsyat sekali sehingga Kartika kembali merasa terkejut melihat
kecepatan gerakan gadis ini. Ia tidak berani memandang rendah dan cepat menangkis dengan
kerisnya.Dua bilah keris pusaka itu ketika beradu menimbulkan percikan bunga api.
Karena maklum bahwa menghadapigadis ini tidak boleh dilakukan dengan main-main,
Kartika lalu membalas dengan serangan yang cepat pula sehingga sebentar saja keduanya
telah bertarung dengan seru, sengit,dan mati-matian. HatiRatnawulan yangpenuh dendam
membuat gerakannya amat dahsyatdan ganas sehingga Kartika harus berlaku hati-hati
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 89
danwaspada sekali. Ia maklum bahwa untuk mengalahkan lawannya yangtangguh ini,
iatidakboleh menaruh hatikasihan lagi danharus berdaya mendahuluinya,merobohkan atau
membinasakan gadis ini. Maka dikeluarkanlah ilmu kerisnya yang hebat, latihan dari gurunya
Bagawan Mahapati. Kerisnya bergerak-gerak laksana seekor ular hidup yang menyambarnyambar
dengan bengisnya, mengarah bagian-bagian yang mematikan ,leher, uluhati
,lambung, perut dan pusar.
Akan tetapi, Ratnawulan bukanlah seorang yang memiliki kepandaian biasasaja. Iatelah
digembleng bertahun-tahun oleh Panembahan Mahendraguna,dan ilmu kerisnya selain cepat,
juga kuat sekali sehingga ke mana saja Kartika menyerang,selalu dapat ditangkisatau
dielakkannya.Jika dibuat perbandingan, Kartika menang tenaga danmenangpengalaman
berkelahi, akan tetapi dalam halgerakan, ia masih kalah cepat dan kalah tangkas.
Selagi mereka ramai bertarung,lewatlah tiga orang perondadi tempatitu.Alangkah terkejutnya
hati mereka melihat Kartika sedang berperang tanding melawan seorang dara perkasa yang
luar biasa tanguhnya,maka beramai-ramai mereka majumengeroyok merekadengantombak
mereka.
"Mundur!" teriak Kartika mencegah mereka akan tetapi terlambat. Mereka telah menerjang
maju dan ketika dengan tombak, mereka menusuk dan meyerang Ratnawulan dari tiga
jurusan, gadis itu melompat dan meninggalkan Kartika, menyambut ketiga orang
penyerangnya itu dengankeris di tangan. Tigaorang peronda itu hanya melihat bayangan cepat
berkelebat dandua orang di antara mereka menjerit dan robih mandi darah karena yang
seorang tertusuk keris Banaspati dan tewasdi saat itu juga,sedangkan seorang lagikena
dirampas tombaknya dan ditusukdengan tombaknya sendiri sehingga terluka parah dadanya!
Seorang lagi mundur ketakutan lalu.berlari tunggang-langgang meninggalka ntempat itu
untukmemberi laporan dan minta bantuan!
Bukan main terkejutnya hati Kartika melihat kehebatan sepak terjang Ratnawulanini,
sehingga ia menjadi gentar dan permainan kerisnya agakkalut. Kesempatan ini tidak disiasiakan
oleh Ratnawulan yang segera mendesak dengan amat hebatnya.
Pada suatu saat, ketika Ratnawulan menusuk ke arah dada Kartika dengan kerisnya, dibarengi
bentakan nyaring yang amat berpengaruh, Kartika mengelak ke kanan dan tangan kirinya lalu
memukul ke arah kepala lawannya dengan mengerahkan aji kesaktian yangdisertaimantraini
apabila mengenai sasaran,mana mungkin akan pecah berantakan! Namun, Ratnawulan sudah
dapat merasakan anginapukulan yang laur biasa ini, maka dara perkasa inimenggeser kakinya
ke kanan dan menghabiskan tangan kiri melakukan tangkisan sambil mengerahkan tenaga
sakti dalam tangan kirinya.Betapapunjuga, iamasih terhuyung mundur ketika tangannya
beradu dengan tangan Kartika, tandabahwa tenaga aji kesaktian SiGuntingitu benar-benar
luarbiasa kuatnya.
Ratnawulan menjadi penasaran dansambil memekik keras ia lalu menubruk maju,menyerang
dengan keris dibarengi pukulan tangan kirinya yang melakukan tamparan dengan ajinya
Astadenta(TanganGading),kemudian disusulpula oleh tendangan kilatyang menyambarke
arahpusat lawannya.Inilah serangan yang luarbiasa hebatnya, karena ketiga-tiganya, baik
tusukan kerisnya ke arah leher maupun pukulan Astadenta ke arah pusar, merupakan
serangan-serangan yang dapat membawa maut.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 90
Kartika terkejut bukan maindan cepat berusaha menyelamatkan diri. Dengan tangan kirinya ia
menangkis pukulanAstadentake arahlambung dan mengeser kakinya untuk mengelak
tendangan ke arah pusar, sedangkan tusukan keris Ratnawulania tangkis dengan keris pula.
Akan tetapiia tidak mengira bahwa pukulan Astadentaakan demikian hebatnya.Ketika tangan
kirinya beradu dengan tangan kiri Ratnawulan yang memukul, ia berseru kesakitan dan
merasa betapa pergelangan tangannya sakit sekaliseakan-akanseratus batang jarum ditusuktusukkan
ke dalam tulangnya. Hal inimembuat kedudukannya menjadi lemah sekali dan
sungguhpun ia dapat menghindarkan diri dari ketiga seranganitu, akan tetapiia telahmembuka
lowongan bagi Ratnawulan untukmengirim serangan berikutnya tanpa berkesempatan
membalas serangan itu.
Ratnawulan yang bermata tajam tidak mau membuang kesempatan baik ini, dan ia cepat
sekali mengajukan kakinya, dan kerisnya menyambar bagaikan petirnya kearah uluhati
lawannya.
"Celaka!"Kartikaberseru keras dan membuang diri ke kanan untuk mengelak dari serangan
ini, akan tetapi ia kurang cepatdan "bret!"bajunyaterobek oleh ujung keris Banaspati dan
darah mengalir membasahi bajunya karena dadanya yang sebelah kanan berikut sedikit
dagingnya telah terbeset oleh keris itu.
"Mati aku!” Kartika menjerit dancepat ia melompat ke belakang sambil berjungkir bali.
Gerakannya ini amat cepat dan indahnya sehingga Ratnawulan memandang kagum. Dalam
keadaan terluka, Kartika masih dapat menyelamatkan diri dengan lompatan yang amat luar
biasa dan yang hanya dapat dilakukan oleh seorang yang telah tinggi ilmu kepandaiannya.
"Bangsat,jangan lari!" Ratnawulan megejar dan mengirim serangan pula.Akan tetapi
kedudukan Kartikatelah baik kembali, dan sungguhpun ia merasa betapakulit dadanya terasa
panas dan perih sekali terkena hawa yang keluar dari keris pusaka kayai Banaspati, dan
tangan kirinya juga terasa linudan lumpuhterkena hawa pukulan Astadenta, namun ia masih
dapat menggerakkan kerisnya dan melakukan perlawanan dengan amat gigihnya.
Pertempuran itu berjalan amat lamadan sementara itu, cahaya matahari mulaimengusir cahaya
bulan purnama dankeadaan mejadi makin terang. Peluh telah mengucur pada keseluruh muka
Kartika. Ia merasa lelah dan gelisah sekali.Tak pernah disangkanya bahwa anakNanawisena
akan demikian tangguhnya Sukar untuk dapat percaya bahwa seoranga nak dara yang usianya
barubelasan tahun ini akan dapat memiliki ilmu kepadaian setinggi ini,sehingga tidak saja
dapat menghadapidan melawannya,bahkan berhasil melukainya dan mendesaknya dengan
keris!
Kalau Kartika mulai lelah dan mainmundur saja, adalah Ratnawulan makin gagah dan makin
cepat gerakannya. Dara perkasaini makin bernafsu melihat betapa usahanya membalas
dendam sudah mendekati hasil. Ia mengeluarkan seluruh kepandaian yang penah dipelajari
dan mendesaktanpa mengenal ampun lagi sehingga Kartika makin ketakutan. Sebuah tusukan
telah mampir di kulit pundaknyalagi sehingga darahtelah membasahi bagian dada dan
pundaknya, akan tetapi adipatiyang banyak pengalaman berkelahi ini masih sajadapat
mempertahankan dirinya. Ia mengambil keputusan untuk mempertahankan diri sampai titik
untuk mengadu nyawa dengan gadis ini!
Pada saat Ratnwulan sudah mendesak hebat kepada musuh besarnya, tiba-tiba terdengar
bentakan-bentakan orang dan munculah duaorang yang diringkan oleh sepasukan bersenjata
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 91
tombok dan perisai.
Orang yang datang ini adalah seorang kakek berjubah putih, memegang tongkathitam dan
gerakannya ketikaberlari masihamatcepatnya. Sedangkan yang seorang lagi adalah seorang
pemudayang amat tampan danjuga cepatgerak-geraknya.Merekaini bukan lain adalah Sang
Bagawan Mahapati sendiri bersama Raden Mas Indrajaya! Kebetulan sekali Raden Mas
Indrajaya mengunjungi gedung Adipati Kartika untuk membicarakantentang kedatangan dua
orang pemuda aneh dikota rajakarena Indrajaya merasa curiga dan juga ikut merasa
bertanggungjawab atas keselamatan keraton Majapahit. Dia adalah seorang pemuda yang
amat setiakepada rajanya.Ketika mendengar bahwaKartikasedang pergi semenjak malam tadi
mencari Puspamirah, ialalu mengadakan pertemuan dengan Bagawan Mahapati yang
bertempat tinggal di gedung kadipaten itu pula,dan bercakap-cakap karena memang Raden
Indrajaya seringkali mengadakan pembicaraan dengan Bagawan yang sakti itu.
Pada saat merekas edang bercakap-cakap, datanglah peronda yang melaporkan dengan wajah
pucat bahwa Kartika sedang bertempur melawan seorang dara pendekar yang amat sakti dan
luar biasa.Maka berangkatnya Mahapati bersama Indrajaya ke tempat itu,dikuti olehsepasukan
penjaga.
Kedatangan mereka tepat pada waktunya, karena dengan sebuah tendangan kakinya,
Ratnawulan telah berhasilmembuat keris di tangan Kartika terpental dan ia sudah siapuntuk
menembusi jantung musuhbesarnyaitu dengan Kyai Banaspati. Akan tetapi, tiba-tiba
berkelebat bayangan putih dan sebatang tongkat menusuk kearah pergelangan tangannya di
barengi bentakan.
"Lepaskan senjata!"
Namun Bagawan Mahapati terkejut sekali karenatangan yang diserangnyaitu dapat mengelak
cepat dan bahkan mengirim tusukanke arahperutnya. Ia cepat melompat mundur dan
Ratnawulan berdiri memandangnya dengan mata bercahaya marah.
"Hm, tentu inilahorangnya yang disebut Bagawab Mahapti, dukun lepus itu!" Iamemaki.
"Siapakah kau, perempuan mudayang liar?" Tanya Bagawan Mahapati memandang kagum
karena belum pernah iabertemu dengan dara yang sehebat ini.
Sementaraitu,dengan napas terengah-engah Kartika melangkah maju dan berdiri di belakang
gurunya. Sedangkan Raden Indrajaya jugamemandang dengan penuhperhatian. Ia serasa
sudah pernah melihat wajah yang cantik jelita ini dantakterasa pula hatinya berdebar
aneh.Begitu melihat wajah yang ayu danpotongan tubuh yang denok itu,sekaligus iatergilagila
dan jatuh hati.
Sementara itu,Ratnawulan dengan amat marahnya menjawab.
"Kau mau tahu siapa adanyaaku? Tanyakansaja kepada si keparat Kartika itu! Kalau saja ia
bukan seorang pengecut yang palingrendah dan hinadina, suruhlah iamengambil kerisnya
untuk melanjutkan pertempuran ini!Biarlahkita sama saksikan,apakah benar-benar Adipati
Kartika seorang gagah ataukahseorang pengecut besar!"
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 92
Akan tetapisemua orang dapat melihat bahwa keadaan Kertika telah amat payah, maka
Bagawan Mahapati lalu berkata dengan keren karena ia marah juga melihat betapa muridnya
yang tersayang itu dikalahkan dan terluka.
"Bocah! kau masihkecil akan tetapi teklah besar kepala! Kau telah berani menyerang seorang
adipati, berarti menyerang memberontak terhadap kerajaan. Menyerahlah baik-baik, mungkin
kau masih akan dapat diampuni."
Sementara itu,diam-diam Indrayana berdiri terheran-heran, oleh karena semalam ini ia telah
melihat dua orangmuda yang luar biasa dan sakti mengacau di kota raja.
Hati Ratnawulan amat marah, gemasdan kecewa melihat betapa Indrayana, pemuda yang
menambat hatinya itu, ternyata datang bersama dengan Bagawan Mahapati dan agaknya
menjadi sekutu Kartika, maka dengan mengacungkan kerisnya.
"Bagawan Mahapati! Enak saja kau bicara! Dengarlah, aku adalah puteri dari Nagawisena
yang sengaja datang hendak membalas dendam kepada keparat Kartika! Kalau kau hendak
membelas muridmu, majulah kau dan semua kaki tanganmu ini!" Ia mengerling kepada
Indrajaya dengan pandang merendahkan. "Jangan majusendiri, majulah kau berbareng, aku
Ratnawulan anak Mahameru sama sekali taidak takut menghadapi kalian!" Ratnawulan benarbenarmarah
sehingga ia mengeluarkan sesumbar dan tantangan yang amat sombongnya.
"Eh, sombong dan keraskepala anak ini!" Bagawan Mahapati berkata. "Kau agaknya tak
boleh diberi hati.Kau belum tahuakan kesaktian Mahapati!" Sambil berkata demikian
sepasangmata bagawan ini menatapwajah Ratnawulan dengan amat tajamnya, seakan-akan
sepasang mata itu bernyala bagaikan mata seekor harimau.Kemudianbagawan itu membaca
mantra dan tiba-tiba ia membentak dengan suara yangamatberpengaruh.
"Ratnawulan,berlututlah engkau!"
Bukan main hebatnya kesaktian ini. Pengaruh bentakan ini membawa tenaga yang gaib dan
luar biasa sehingga dengan bentakan inisaja, Bagawan Mahapati telah banyak menundukkan
dan mengalahkan lawan tanpa mengangkat tangannya. Seekor singa buas pun akan
mendekam dan bertekuk lutut mendengar bentakan yang amat berpengaruh olehkarena
mengandung tenaga batin yangamatkuat ini.
Ratnawulan tidak kuat menerima pengaruh ini dan tiba-tibaia bertekuk lutut. Akan
tetapihanya untuk sebentarsaja, oleh karena begitu lututnya menyentuhtanah ia telah
melompat lagi dan berdiri tersenyum memandang kepada Bagawan Mahapati.
Kakek saktiitu terkejutsekali melihat kekebalan mantranya, maka ia berseru.
"Kartika, mari kitatangkap dia! Kakek ini telahmelihatsendiri ketangguhan dara perkasa itu,
maka dengan amat licik ia memerntahkan kepada muridnya untuk mengeroyok!
Ratnawulan telah merasa lelah,dan sekarang dikeroyokdua olehKartikayang mempergunakan
lagi kerisnya danBagawan Mahapati yang mainkan tongkatnyasecara hebat sekali. Hanya
dengan kegigihan Ratnawulan saja yangmembuat iamasih dapat mempertahankan diri sampai
lama, membuat kagum hati Indrayana dan menggiriskan hati Kartika.Akhirnya, karena tenaga
sudah mulai habis dantelapaktangan memegang gagang keris udah penuh peluh, ketika
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 93
Mahapatimenyerang dengantongkat dania menangkis, kerisnya terlepas daritangan. Mahapati
menubruk dan denganmudah dapat meringkusnya, Ratnawulan lalu dibelenggu tangannya.
Sebagai seorang tawanan, Ratnawulan hendakdiseret kegedung kadipaten,akan tetapi Raden
Mas Indrayanalalu menghampiri Mahapati serta membisikkan sesuatu kepada telinga
bagawan itu. Bagawan Mahapati tersenyum dan mengangguk, kemudian ia berkata kepada
Kartika.
"Kartika, niar kita serahkan tawanan gadis liar ini kepada Raden Indrayana!"
Adipati Kartika memandang heran,akan tetapi ia tidakberani memandang heran, kehendak
gurunyadan demikianlah dengan cekatan Indrayana memondong tubuhRatnawulan, dinaikkan
ke atas kuda, kemudian ialarikan kudanya ke rah rumah gedungnya sendiri.
"Bapa bagawan, mengapa gadis yang berbahaya itu diserahkan kepada Raden Indrajaya?"
Tanya Kartika kepada gurnya setelah mereka kembalike kadipaten.
Mahapati tersenyum penuharti. "Raden Indrajaya tergila-gila kepada gadis yang cantik itudan
ingin membujuknya menjadi selirnya. Besok pagi Raden indrajaya hendak menghadap sang
prabu untuk minta perkenan beliau. Kau maklum sendiri akan pengaruh pemuda itu dan
apabila kita tidak menuruti permintaannya, tentu kita akan mengalami kesukaran."
"Akan tetapi, bapa Bagawan, gadis itu adalah puteri dari Nagawisena.Ia sengaja datang untuk
mencari dan membunuh hamba. Anak itu amat saktidan amat berbahaya bagi hamba, kalau
sekarang tidak dibinasakan, apakah kelak takkan mendatangkan malapetaka?"
"Jangan Khawatir, muridku! Betapapun digdayanya, selama masih ada gurumu dia sini,ia
takan dapat melakukan sesuatu. Apalagi kalau iasudahberhasildipetik oleh Raden Indrajaya,
tentu putera pangeran itu takkanmembiarkan dia melakukankeributan, karena hal itu akan
mencemarkan namaRaden Indrajaya sendiri. Kalau kita berkeras membinasakan gadis
itu,tentu Raden Indrajaya akan merasa sakit hatidan marah, dan hal ini akan jauhlebih
berbahaya daripada kemarahan atau sakit hati gadis liar itu kepadamu."
Kartika memandang dengan penasaran. "Apakah berbahayanya seorang seperti Indrajaya?
Kepandaiannya tidak berapa hebat, jauh lebih rendah daripada kepandaian gadis itu."
"Kau tidak tahu, Kartika.Kau sendirilah yang berlaku ceroboh, menyuruh seorang bodoh dan
tidak becus seperti Bajrabumi itu! Tahukahkau bahwaRaden Indrajaya telah tahuakan
usahamu membinasakannyadenganmenyuruh Bajrabumidan tiga orang cabang atasdari
Madura yang terjadi malam kemarin? Bukanitu saja, Indrajayabahkan telah tahu akan
maksud-maksud kita menggulingkan raja!"
Kartika menjadi pucat mukanya mendengar ini. Memang, penyerangan atas diri Indrajaya
yang terjadi di dalam pestaitu sebenarnya adalahdia sendiri yang mendalanginya. Indrajaya
terlalu besar pengaruhnya kepada rajadan pemuda ini amat setia dan berpengaruh, oleh karena
itu, sesuai dengan rencana merekauntuk melemahkan pemerintahan Jayanagara, pemuda itu
harus dibinasakan!Dengan diam-diam dan secara rahasia, ia dan gurunya telah mengadakan
kontrak dengan pemimpin pemberontak Semi,untuk membantu pemberontak itu
menggulingkan Jayanagara!Kalau Indrajaya benar-benar telahakan rahasiaini, maka tentu saja
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 94
tentubaik menyerahkan, Ratnawulan kepadanya, karena urusandara itu tak berarti apabila
dibandingkan dengan urusan pemberontakan yang lebih besar!
Memang benar,Indrajaya sungguhpun belum mendapatkan bukti-bukti,namun ia telah merasa
curiga kepada Mahapati danKartikadan iaselaluberlaku waspada untuk menjaga keselamatan
junjungannya.Tadi iamelihatbetapa Ratnawulan tertawan dan karenaia memang jatuh cinta
kepda dara perkasa ini, juga melihat kesaktian dara itu ia ingin menarik dara itu sebagai
sekutunya, maka ialalu menggunakan akal, minta tawanan itu sambil membisikkan kata-kata
kepada Mahapati. Yang ia bisikkan itu adalah janji bahwa ia takkan mengadukan sesuatu
yang ia ketahui tentang mereka dan Semi kepada sang prabu !Ini hanya kira-kira dan dugaan
saja, akan tetapi Mahapati kena tertipu dan mengira bahwa pemuda itu telah mengetahui
segala rahasianya!
"Karena aku telah mengetahui siapa maka memperkuat alasanku untuk membantumu.
Menolong orang yang tak diketahui siapa adanya dan tanpa alasan sesuatu mengapa ia
menolong orang itu adalah hal yang lebih aneh lagi. Aku menolongmukarena dasar-dasar
yanglebih suci dan yang keluar dari lubuk hatiku."
"Dasar-dasar apakah?" Tanya Ratnawulan memandang tajam.
"Dasar perasaan hatiku yang penuh kagunm padamu, karena kau seorang yang berbakti
kepada orang tua sehingga bairpun kau hanya seorang wanita akan tetapi kau bertekad untuk
membalas sakti hati mendiangayahmu tanpa memperdulikan bahaya. Aku kagum kepadamu,
kagum melihat kegagahanmu dan aku. Aku suka kepadamu, timbul kasih sayangku
kepadamu. Inilah yang memaksaku untuk menolongmu, Ratnawulan!"
Ratnawulan melangkah mundur dia tindak dengan kaget. "Apa. apa maksudmu?"
"Aku cinta kepadamu!" pengakuan Indrajaya ini seakan-akan merupakan pengakuan yang
sudah sewajarnya, dengan suara yang amat tenangdan meyakinkan "Aku cinta kepadamu
seperti juga perasaan cinta yangmulai tumbuh dalam hatimu terhadap aku!"
"Kau. kau gila!"
Indrajaya mengangkat tangan kanannya seakan-akan menahan gadis itu berkata terlebih
lanjut."Ratnawulan, semenjak kau melompatke ataspanggung dan menolongku, pandang
matamu telah membuataku binggung dna heran. Pandang matamu itu menyatakan perasaan
hatimu kepadaku. Aku telah mempelajari ilmu membaca muka orang, membaca perasaanhati
yang timbuldari sinar matanya.Aku yakin bahwa aku mencinta.atau setidaknya, merasa suka
kepadaku!"
Peningkepala Ratnawulan mendengar ini. Betatpapun juga, ucapan pemuda ini ada benarnya.
Ia memang amat tertarik kepada Indrayana, tertarikdan merasa suka. Akan tetapitentu saja ia
tidak mau mengaku begitu saja,tidakmau menyerah demikian mudahnya. Ia
memandangmarahdan membentak.
"Tutup mulutmu! Kaukira aku ini wanitamacam apakah? Kaukira aku begitu mudah tunduk
dan jatuh hati melihat ketampananmu?"
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 95
"Kau adalah seorang wanita pilihan!Seorang puteri sejati yang selaingagah perkasa, juga
cantik jelita. Seorang srikanditulen! Seorang wanita yang patut dicinta dengan hati
suci.Ratnawulan, jangankau mencoba menyembunyikannya dari padaku.Bahkan dalam
kemarahannya ini,sinar matamutidakhanyamemancarkanapi kemarahan, akan etapi jelas
kulihat api yangberasal dari DewiRatih memancar keluar!"
"Tidak, tidak! Diam kau! Aku tidaksudi bicara tentang hal itu sebelum tercapai cita-citaku,
sebelum terpenuhi tugasku. Aku harus membunuh Kartika!Ah. keris pusakaku telah
hilang.akan tetapi, tidak apa, dengan kedua tangan iniakan kurenggutkan nyawa Kartika dari
tubuhnya. Biarkan aku pergi, Indrajaya, dan lupakanlah kata-katamu yanggila tadi!"
"Tak mungkin Ratnawulan.Tak mungkinkau dapat pergi darisini. Kau harus tinggal di
rumahku ini, dan jangankau tinggalkan kota raja!"
Kini sinar mata Ratnawulan memandang dengan marah sekali.
"Hmm begitukah? Untuk itukah gerangan maka kau menolongku terlepasdan tangan mereka
agar supaya aku selamanya tinggal di sini menurut segala kehendakmu?"
Indrajaya tersenyum. "Tidakada lain kesenangan dan kebahagiaan didunia ini bagiku yang
melebihi kenyataankata-katamu tadi, Ratnawulan.Akan bahagialah hidupkukalau kau mau
tinggal selama hidup di sampingku.Tak adacita-cita yang lebih mulia terkandung di dalam
hatiku. Akn tetapi kau salah sangka.Bukan untuk itulah sesungguhnya aku membawamu
kemari. Dan bukan untuk itu pula aku melarangmu pergi dari
sinibegitusaja.Akubukanmanusia serendah itu. Aku tidak sudi memaksaseorang dara untuk
menyerahkan diri kepadaku. Tidak. Ratnawulan, aku hanya menerima sebagai kawan hidup
selamanya apabila kau datang dengan sukarela, dengan hati mencinta."
"Cukup!" Ratnawulan merasa khawatir untuk mendengar rayuan ini lebih lama, khawatir akan
kelemahan hatinya sendiri. Pemuda ini demikian pandai mencumbu rayu, lebih manis
daripada madu, lebih merdu daripada gamelan Surgaloka segala kata-katanya. "Kalau bukan
untuk itu, mengapa kau melarangku keluar darisini?"
"Cinta kasihku jualahyang memaksa aku melarangnya. Ketahuilah, Kartika dan Bagawan
Mahapati bukanlah orang-orang demikian bodoh untuk menyerahkan kau kepadaku begitu
saja. Mereka tentu telah berjaga-jagadan mungkin sekarangjuga rumahku telah dintai oleh
banyak mata para penyelidik mereka.Kau takkandapat keluar dengan selamat dan kalau kau
sampai tertangkap kembali, sukarlah begikuuntuk menolongmu."
"Aku tidak takut! Akau akan mencari dan menyerang Kartika, biarpun untuk usaha itu aku
harus tewas!"
"Aku percayaakan kegagahanmu akantetapi akulah yang merasa khawatir akan bahaya itu,
Ratnawulan. Percayalah mungkin tak ada orang lain yang akan menyedihi kematianmu, akan
tetapi aku takan dapat menikmati hidup lagi kalau kau sampai tewas."
Ratnawulan merasa terharu juga mencengar ucapan ini.
"Ratnawulan,akupun maklum bahwa kau tentu tak sudi untuk tinggal di sini bersamaku hanya
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 96
untuk menyelamatkan dirmu. Akan tetapikalau kau hendak keluar dari sini, harus mencari
jalan yang baik dan aman, jangan secara sembrono saja. Kalaukau keluar dari sini, laluhendak
pergi ke mana?"
"Aku hendak mengumpulkan kawan-kawanku dan kemudian menyerbu kadipaten dan
menyerangKartika." Jawab Ratnawulan terus terang.
"Hanya satujalanbagimu untuk dapat keluar darikota rajadan itupun belum tentu berhasil pula.
Jalan itu ialahakuharus mengawani keluar darikota ini, bukan pada sianghari, melainkan pada
malama harinanti."
"Kalaukita bertemudenganKartikadan Mahapati bagaimana?" Tanya Ratnawulan,
sesungguhnya pertanyaan ini bukan menyatakan bahwaia merasa takut, akan tetapi tanpa
disengaja ia menyatakan kekhawatiran terhadap nasibmudaitu.
Indrajayatersenyum. "terima kasih atas perhatianmu terhadap diriku, Ratnawulan. Kalau kita
bertemu dengan mereka, aku akan memberi alasan. Kalau mereka tidak percaya, tidak ada
jalan lain bagiku selain membantumu mengamuk danmenyerang mereka."
"Kau.? Bukanlah kau sahabat baikdari mereka?"
Indrajaya tersenyum dan menggeleng kepala. "Kaukiraaku ini sederajat orang-oarang macam
mereka? ketahuilah,Ratnawulan. Ayahku seorang pangeran yangsetia kepada keluarga raja.
Akupun seorang yang setiadan aku bersedia mengurbankannyawa untuk membela Kerajaan
Majapahit.Adapun mereka itu, mereka adalah manusia-manusia dengan hatidengki,khianat,
berhati palsu.Mereka kini telah mengadakan persekutuan dengan diam-diam bersama
pemimpin-pemimpin pemberontak di luarkota. Mereka berniat menjatuhkan kerajaan agar
mereka mendapat kedudukan yang lebih tinggi dan kuat.Hal ini terjadi oleh karena sang prabu
mulai merasacurigakepada BagawanMahapatiyang mulairenggangperhubungannya."
Bukan main terkejutnya hati Ratnawulan mendengar penuturan ini. Mahapati dan Kartika
bersekutu denganpemberontak.Padahal pemberontak-pemberontak adalah kawannya sendiri.
Buktinya Pasukan Candrasa Bayu yang dilatihnya, bukankah mereka jugaakan
menggabungkan kepada barisan induk pemberontak. Bagaimana pulakahitu akan tetapiia
tidak mau ambil pusing. Urusan pemberontakan bukanlah urusannya.Yang terpenting baginya
adalah membalas dendamkepada Kartika. Habis perkara.Di fihak manapun Kartika berdiri, ia
tetap musuh bersarnya, penghianatan yang telah membunuh ayahnya secara curang.
"Dengarlah, Ratnawulan, sebelum kita keluar darikora raja, lebih dahulu aku akan
memberitahukan hal ini kepadasang prabu. Sesungguhnya sang prabu belum tahuakan hal ini
kepada sangprabu. Sesunggunya sang prabu belum tahu akan hal ini, hanya akulah seorang
yang mengetahuinya. Inipun baru dugaan saja,akan tetapi dugaanyan berdasarkan kenyataan,
dan telahkubuktikan pula.Ketahuilah,kalau saja aku tidak menggunakan ancaman bahwa aku
telah mengetahui rahasia mereka,tak mungkin kau akandiserahkan kepadaku."
"Ratnawulan penuturan mumembuat aku merasa bingung sekali, Indrajaya. Menurut
penuturan ibuku, Mahapati adalah orang yang membantu Sang Prabu Jayanagara, bahkan
bagawan inilah yang memukulhancur semuapanglima yang memberontak. Mengapapula
sekarang bagawan itu mengadakan persekutuan dengan pemberontak?"
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 97
"Panjang ceritanya, Ratnawulan." kata Inrajaya yang diam-diam merasa girang melihat dara
perkasa itu agaknya telah menaruh kepercayaan padanya. "Sementara itu, lebih baik kau
makan dulu, dannanti akankulanjutkan penuturanku. Juga, kalau kau percaya kepadaku, ingin
sekali aku mendengar riwayat ayahmu yang terbunuh oleh Kartika itu."
Pelayan dipanggil dan Indrajaya lalu memerintahkan untuk menyediakan hidangan. Ia tidak
mau memperkenalkan Ratnawulan kepada ibunyaoleh karenadalamkeadaan seperti sekarang,
kurang baiklah kalau Ratnawulandiperkenalkan.Gadis itupun tidak malu-malu lagi danketika
hidangantelah dikaluarkan, ia makan bersama pemudaitu dengan enak karena perutnya
memang amat lapar.
Setelah Ratnawulan menuturkan riwayatnya secara singkat, Indrajaya menghela napas dan
merasa amat terharu.
"Memang, tak dapat disalahkan ayahmudan para penglima yang dahulu memberontak, oleh
karena memang di keraton Majapahitterdapat pengaruh jahatdari Bagawan Mahapati. Pernah
ayahku dahulubercerita betapaketika ang prabu masih amat muda, Bagawan Mahapati makin
besar. Ayahkumersa curiga bahwa bagawanitu telahmemasang sihir kepada sang prabu dan
semenjadk saatitu,ayahkujatuh sakitberat sampai meninggalkan dunia ini. Aku menduga
bahwa penyakit ayah itupun hasil tening dari bagawanitu, akan tetapi oleh karena tidak ada
bukti, aku tidak berani melanjutkan sangkaanitu."
"Betapapun juga, ayah tetapsetia kepada raja, dandemikianpun aku.Sebagai seorang keturunan
keluarga raja, aku harus bersetia dan membela kerajaan,apapun juga yang akan terjadi!"
Indrajaya menutup penuturannya. Diam-diamRatnawulan merasa kagum kepada pemuda ini,
sungguhpun ia tidak menyatakan sesuatu karena ia memang tidak mau ikut
mencampuriurusan kerjaan dan pemberontakan yangsama sekali tidak diketahui seluk
beluknya. Ia hendak mengerakan Pasukan Candrasa Bayu bukan dengan maksud
memberontak terhadap Majapahit, akan tetapidengan maksud membalas dendamnya kepada
Kartika.
Mereka bercakap-cakap dengan asiknyasampaihari menjadi malam. Maka berangkatlah
mereka berdua keluar dari gedung itu. Akan tetapi, tiba-tiba mereka mendengar derap
kakikuda dan sebentar sajaterdengar rebut-ribut di seluruhkota.
"Tunggu dulu." bisik Indrayana, "Kau tunggulah di ruangdepan, hendak kulihat apakah
sebenarnya yang terjadi dengan rebut-ribut itu."
Ratnawulan mengangguk dan pemuda itu lalu berlari keluar. Dengan hati tak sabar
Ratnawulan menanti diruang depanyang besar dan indah. Alangkah bagusnya ukiran didalam
rumah gedung itu. Ia merasa suka sekali tinggal di rumah ini. Ia merasa suka sekali tinggal di
rumah ini. Pikiran ini membuat mukanyatiba-tiba menjadi merah padam. Ah, akutelah
menjadi gila, pikirnya dan diusahakan sekuat tenaga untuk mengusir pikiran itu. An tetapi
tetapsajaia duduk termenung dan membayangkanketentraman dan kebahagiaan hidup. Kalau
saja iahidup sebagaiseorang isteri yangmencinta dandicinta, didalam rumah gedung sepertiini,
mengurus rumah tangga, menguasai semua pelayan, mendampingi suami yang berhati mulia.
Tiba-tiba Indrajaya berlari masuk. Wajahnya yangtampan itu agak pucat.
"Apa yang terjadi, Indrajaya?" TanyaRatnawulan, kini namaitu disebut dengan lancer tanpa
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 98
ragu-ragu, seakan-akannama Indrajaya adalah nama seorang sahabat karibyang telahlama
dikenalnya.
"Pemberontaktelah mulai bergerak! Bukan main besarnya kekuatanmerekadan mereka kini
telah menyerbu dan mendekati kora raja!"
"Kalau begitu kewajibanmulah untuk mengatur penjagaan dengan penglima-panglima lain,
biar aku pergi seorang diri!"
"Tidak, Ratnawulan.Hatikutakkan merasa tenteram sebelum melihat kau keluar dari kota raja
dengan selamat!"
Ratnawulan tidak menjawabsesuatu hanya sepasang matanyayang bening memandang kepada
Indrajayadengan mesra, penuhharu dan terima kasih. Indrajaya yang memiliki pengetahuan
tentang kewaspadaan membaca perasaan orang dari sinarmatanya,menjadi amat girang dan
hatinya berdebarpenuh kebahagiaan.
Keduanyalalu keluar dengan cepat darigedung itu. Keadaandi kota raja mulai gampar.
Tampak penduduk keluar dari rumahnya dengan amat gelisah.Indrayana
mempergunakankeadaanyang sedanag rebut ini untuk membawa Ratnawulan ke arah selatan,
karena iahendak menghantarkan dara perkasa itukeluardari gerbang sebelah selatan.
Akan tetapi tiba-tiba Ia memegang tangan Ratnawulan danmukanya berubah. JugaRatnawulan
terkejut sekalimelihatdatangnya duaorang diringibelasan orang prajurit, karena duaorang itu
bukan lain adalah Kartika dan BagawanMahapatisendiri.
Kartikatertawa mengejek sambil memandang kepada Indrajaya.
Siang tadi Indrayana telah menyuruh seorang pembantunya untuk menyerahkan sepucuk surat
kepada sangprabu, memberitahukan bahwa ia telah mendapatketerangan tentangmaksud
Bagawan Mahapati danKartikayang hendakmembantupemberontak. Akan tetapi, tidak
tahunya bahwa banyak sekali mata-mata dilepas leh Kartika sehingga sebelum surat
itusampaike tangan sri baginda, pesuruhnya telahdisergap dan suratnya dirampas. Dengan
amat marah Kartika alu berunding dengan Mahapati dan mereka berdua kini sedang menuju
ke gedung putera pangeran itu untuk menangkap dan membunuhnya. Kebetulan
sekalimerekabertemu dijalan.
"Indrajaya!"kata kartika. "Kau hendak lari ke mana bersama perempuan pemberontak itu?"
"Jangan menuduh secara sembrono pamanadipati!"Indrajaya menjawabdengan tegas." Siapa
yang hendak memberontaktelah kauketahu baik-baik!Ratnawulan tidak berdosa danbukan
pemberontak,akuhendak mengantarkannya ke laurdari kota raja agar iadapat pulang ke tempat
asalnya."
"Ha,ha, ha! Siapa yang tidakmengetahuimaksudmu?"tiba-tiba Bagawan Mahapati berkata.
"Kalian tentu akan mengabungkan diri dengan para pemberontak yang menyerbu Majapahit.
Kalian adalah pembantu-pembantu pemimpin pemberontak tak Semi."
"Paman bagawan!" indrajaya berkata marah. "Perlukah paman Bagawan mengeluarkan
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 99
ucapan yang kosong danmembalik-balikkan kenyataan ini?Perlukah sayamembuka
mulutmenyatakan siapa orangnya yan:sebenarnya membantu Semi?"
"Jangan banyak mulut!" Kartika berseru keras dan menyerangIndrajaya. Pemuda itu cepat
mencabut kerisnya dan menangkis, dan mereka lalubertempur sengit.
Sementara itu,Ratnawulan yangmelihatbetapa Kartika telah mempergunakan kerisnya Kayai
Banaspati, merasa marah sekali. Ia mendahului gerakanBagawan Mahapati dansebelum kakek
itu sempatmenyerangnya, ia menubruk majuke arahseorangprajurit.Sekalisaja ia
menggerakkantangannya, ia telah berhasil merampas pedang di tangan perajurititu sambil
memberi tendangan yang membuat perajurit ituroboh bergulingan.
"Perempuan liar,sekarangaku takkanmemberi ampun kepadamu!" Bagawan Mahapati berseru
keras dan menyerang dengan tongkatnya. Akan tetapiserangannya dengan mudah ditangkis
oleh Ratnawulan dengan pedangnya dan ia membalas dengan serangan kilat. Para perajurit
tidakada yang membantu bagawan itu oleh karena mereka bertempur sengan gerakan cepat
sekali sehingga bayangan merekalenyapditelah sinar pedangdi tangan Ratnawulan dan tongkat
di tanganBagawan Mahapati.
Sementara itu,Indrajayayang bertempur melawan Kartika, sebentar sajaterdesakhebat. Bukan
saja kepandaiannya memang kalahtinggi, akantetapi kerisKyai Banaspati di tangan Kartika itu
membuat orangini menjadi makin tangguh saja.
Indrajaya melakukan perlawanan sekuat tenaga dan mengerahkan seluruh kepandaiannya,
akan tetapi ia memang bukan lawan Kartika. Beberapa kaliia hempirmenjadi korbankeris
Banaspati dan pada suatu saat, pukulan tangan kiriKartikatelah menyambarpundaknya
sehinggapemuda itu jatuhterhuyung ke belakang. Kartika menubruk maju untuk memberi
tikamandengan kerisnya.
Ratnawulan menjeritmelihatpemudaitu berada dalam bahaya, maka secepat kilatia lalu
melompat meninggalkan Bagawan Mahapati dan dengan pedangnyaia menyerang Kartika dari
samping. Tentu sajaKartika menjadi terkejut ketika mendengar sambaran angina pedang yang
menusuk ke arah lambungnya, maka terpaksaia menunda seranganya terhadap Indrajaya dan
cepat miringkan tubuh dan melompat untuk mengelakkandiridari serangankilat itu. Bagawan
Mahapatitidaktinggal diam danmenyerangdengantongkatnya yang ditusukkan ke arah leher
Ratnawulan.
Kini Indrajaya yangberseru keras, "Ratna, awas.! Biarkan aku menghadapi keparat
inisendiri.Kau baik-baiklah melawan bagawansiluman itu!"
Bukan main terharu hati Ratnawulan mendengar seruan pemuda yang biarpunberada dalam
keadaan keadaan terdesak, asih saja mengkhawatirkan keselamatannya itu. Keharuan hati ini
mendatangkansemangat yang luar biasa besarnya,maka sambilmengertakgigi ia menghadapi
Bagawan Mahapati danmenyerang denganluar biasa hebatnya sehingga kakek yang aktiitu
sampai melangkah mundur tiga tindak. Pertempuran berjalan lagi dengan lebih seru dan matimatian,
sedangkan Indrajaya yang telah terlepas daribahaya maut, kini melawan lagi serbuan
Kartika yang menjadi marah sekali melihat serangannya tadi digagalkan oleh Ratnawulan.
Karena Kartika menyerang lebih ganas dan hebar daripada tadi,kembali Indrajaya terdesak
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 100
hebatdan hanya dapat berkelahi sambil main mundur.Juga Ratnawulankini berkelahi dengan
terdesak hebat, oleh karena dara perkasaini perhatiannya terpecah. Iatakdapat menahan
hatinya untuk tidak mengerling kearah Indrajaya dan hatinya amat gelisah melihat betapa
pemudaitu didesak hebat oleh Kartika.
Pada suatu saat, ketikapertempuran sedang berjalan dengan hebatnya,tiba-tiba terdengar
teriakan dans orakan yang menggegap-gempitakan seluruhkota rajadan sorakanitu terdengar
jauh dari luar kota. Itulah sorak-sorai para pemberontak yangtelah menyerbu makindekat.
Makin gelisahnya hati Indrayana medengar sorakan itu oleh karena ia tidak hanya
mengkhawatirkan diri sendiri danRatnawulan, akan tetapijuga amat berkhawatir mengingat
nasib kerajaan yang diserbupemberontak. Bagaimanakah nasibrajanya? Sungguh celaka kalau
kerajaan memiliki pembesar-pembesar macam Kartika dan Mahapati. Diwaktu kerajaanaman,
mereka hanya pandai mengumpulkan harta benda, sedangkan kalau kerajaan berada dalam
kekacauan dan terancambahaya mereka bukan mengkhianati kerjaan itu dan mengandalkan
persekutuan rahasia dan dengan musuh.
Kegelisahaannya membuat gerakan pemuda itu makin kalut danketikakembali Kartika
memukulnya dengan tangankirinya yang ampuh, iatak dapat menangkisdan roboh dengan
kerisnya terlepas dari tangannya. Kartika menubruk maju dan kerisKyai Banaspati menembus
kulit dada pemuda itu, menancap gagangnya.
Kartikatertawa bergelak dan Ratnawulan menjerit dengan ngeri melihat betapa Indrajaya
roboh mandi darah, terlukaoleh keris Kyai Banaspati! Karenakeris pusaka itu adalah kerisnya
maka hati Ratnawlan bagaikan disayat-sayat. Ia merasa seakan-akan telapak tangannya sendiri
yang menikam adapemuda yang diam-diam telah merebut hatinya itu.
"Indrajaya.!" ia menjerit dengan hati hancur dan pada saat itulah iamendapat kenyataan bahwa
ia.mencintai pemuda itu.
Kembaliterdengar suara ketawadan Kartika dan Bagawan Mahapati, membuat Ratnawulan
menjadi mata gelap dan ia mainkan pedangnyaluar biasacepat dan ganasnya. Kebenciannya
terhadap artika memuncak.
"Jahanam berhatikejam! Kalauaku tak dapat membunuhmu,akubersumpah tidak mau menjadi
manusia lagi!" jerit Ratnawulan denganmarahsekali dan ia lalu melompat dan menyerbu
kepada Kartikadengan pedang di tangan.Akan tetapi Kartika mendapatbantuan Bagawan
Mahapati, maka untuk beberapa lamaRatnawulan tak berdaya, bahkan amat terdesak.
Sorak-soraimakin mendekatdan tiba-tiba terdengar bentakan nyaring.
"Ratnawulan jangantakut! Aku datang membantumu!" Dansesosok banyangan hitam
melompat maju danmenahan tongkatBagawan Mahapati dengan pedangnya. Inilah Adiprana,
anak Gunung Bromo yang tangguh itu.
"Adiprana!" Ratnawulan berseru. Melihat betapa pemudaitu telahbertarung melawan
Bagawan Mahapati, maka Ratnawulan lalu menerjang Kartika dengan penuh kegemasan.
Pedangnya menyambar-nyambarbagaikan seekor burunggaruda dan dengan amat lincahnya
dara perkasa itu selalu menghindarkanpedangnya beradu dengan keris Kyai Banaspati di
tangan Kartika karena iamaklum akan keampuhan keris itu.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 101
Kartikakecut hatinya dan ia memang telah merasajerih menghadapi dara perkasa yang haus
akan darahnyaitu, maka permaianankerisnyamakin kalut saja. Ratnawulan tidak maumemberi
hatidan mendesak dengan penuh keganasan.
Sementara itu,biarpunAdiprana gagah perkasa dan ilmu kepandaiannya hebat, namun
menghadap iBagawan Mahapati iamasih kalahpengaruh, terutama dalamhal tenaga batin. Tiap
kali Bagawan Mahapati menggerakkan tongkatnya dengan seruan keras, Adiprana merasa
betapa jantungnya berdebargelisah dan gentar. Akan tetapi, ia masih dapat mempertahankan
hatinya dan melawan dengan gigihnya.
Ratnawulan mendesak terus danpadasaat yang tepat,ia dapat menendangpergelangan tangan
Kartikayang memegang keris "Krak!" tulang pergelangan tangan itu retak terkena
sambarankaki Ratnawulan. Akantetapi Kartika benar-benar kuat karena keris itu
masihdipegangnyaerat-erat. Setelah pedang Ratnawulan berkelebatlagi menyambar
lengannya, barulah ia berteriak kesakitandan kerisnya terlempar. Ratnawulancepat
menyambar KyaiBanaspati dan dengan hati penuh dendam ia menyerangbagaikan kilat
cepatnya ke arah Kartika yang telah terhuyung-huyung kebelakang. Keris menancap dada
kirinya dan terdengarjeritanmenyeramkan ketika Kartika roboh sambil mendekap dadanya
yang telah ditembusi oleh keris Kyai Banaspati!
Ratnawulan membalikkan tubuh hendak membantu Adiprana yang telah terdesak hebat oleh
Bagawan Mahapati, akan tetapipadasaat itu ia mendengar suara Indrajaya memanggil
perlahan.
"Ratna."
Ratnawlan menengok dan cepat menghampiri lalu berjongkok di dekat tubuh pemuda itu.
"Indrajaya." katanya penuhharu dan tak dapatditahannya lagi air mata mengalir keluar ari
kedua mata Ratnawulan, membasahi kedua pipinya.
"Ratnawulan . pujaan kalbu. Kau menyedihi aku.?"
"Indrajaya.kau.,kau berkorban untukku."
Indrajaya tersenyum, dan senyum yangmembayang pada wajahnya yang amat pucat itu
nampak oleh Ratnawulan amatlah manisnya. Senyum penuh kebahagiaan dan kepuasan hati.
Senyum yang takkanpernah dapat terlupa oleh mata Ratnawulan.
"Ratnawulan,itulah yang membahagiakanhatiku. aku rela. aku girang dapat membelamu.
dapatmembela dengannyawaku. Ratna. aku. aku cinta padamu. sama besarnya dengan cintaku
padaku. Kau. kau cintakepadaku,bukan.?"
Ratnawulan tak dapat menjawab, hanya air matanyasajamengucur makin deras danuntuk
menjawab pertanyaan terakhir dari pemuda ituia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
TerdengarIndrajayamenghela napas panjang.
"Aku puas. aku puas." dan tiba-tiba kepalanya terkulai. Pemuda itu menghembuskan napas
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 102
terakhir.
"Indrajaya." Ratnawulanberbisik dan menggunakantangan kirinyamenutup kedua mata
pemudaitu.
Pada saatitu terdengarpekikkesakitandan suara inimenyadarkan Ratnawulan. Ia cepat
melompat berdiri dan memandang ke belakang. Alangkahterkejutnya ketika ia melihat
Adiprana terhuyung-huyung kebelakang dengan kepala berlumur darah! Ternyatabahwa
pemuda murid Eyang Bromosaktiitu telahterkenapukulan tongkat Bagawan Mahapati!
"Keparat jahanam!"Ratnawulan berseru marah dan ia meloncat dengan KyaiBanaspati di
tangannya menyerang BagawanMahapati yang hendak memberi pukulan terakhir kepada
Adiprana yang telah roboh di atas tanah.Dengan hati penuh dendam dan kedukaan karena
tewasnya Indrajayadan melihat Adiprana yang telah roboh di atas tanah. Dengan hatipenuh
dendamdan kedukaan karenatewasnyaIndrajayadan melihat Adiprana terluka hebat pula,
Ratnawulan lalumenyerang dengan amat ganasnya.Bagawan Mahapati terpaksa terdesak
mundur oleh seranganyang bertubi-tubi datangnya dan yang dilakukan dengan nekad itu.
Akan tetapi, sebelum Ratnawulan dapat mebalaskan dendam karena kematian Indrajayadan
dirobohkannya Adiprana,tiba-tiba terdengarseruan keras.
"JengRatnawulan.!"
Suara ini dibarengi dengan datangnya serombongan pasukan.Pasukan Candrasa Bayu!
Ternyata bahwa pasukanistimewa ini telah dapatmenyerbu sampaike kota raja danbersam
dengan pasukan-pasukan pemberontakyang dipimpin oleh Kuti dan Semi,Majapahit telah
menggempur mundur tentara Majapahit!
Mendengar seruan ini danmelihatdatangnya pasukanpedang yang istimewa itu, Bagaimana
Mahapatilalu meloncat dan menghilang didalam gelap! Ratnawulan takdapat mengejarnya
dan daraperkasa inisegera menghampiri Adiprana yangmasih rebah di atas tanah. Alangkah
terkejut, sakit hati, danseihnya ketikamendapat kenyataan bahwa Adiprana telah tewas pula
oleh pukulan tongkat Mahapati! Gadis ini menubruk Adiprana sambil menangis. Hatinya
merasa perih bagaikan disayat-sayat.Duaorang teruna perkasayang mencintainyatelah tewas di
tempat itu, tewas dalam pertempuranuntuk membelanya.Kalau diwaktu merekamasih hidup,
mereka mendatangkan kebimbangan di dalam hatinya, berat untukmemilih yang mana
diantara kedua orang ksatria ini, sekarang kematian mereka mendatangkan rasasedih
danharuyang amat besar. Ia menjadi beringas dan ketika semua anggota Pasukan Candrasa
Bayu mengelilingi jenazah Adiprana untukmenyatakan bela sungkawa, iabangkitberdiri
dengan muka pucat, lalu berkata.
"Kawan-kawan,akuminta beberapa orang untuk mengurusjenazah Adiprana danIndrajaya.
Uruslah baik-baik dan kuburkan jenazah mereka sebagai ksatria-ksatria utama. Yang lain-lain,
hayo menyerbu terus! Hancurkan bala tentara Majapahit, runtuhlah kekuasaanraja dan
marikita basmi Bagawan Mahapati yang mendatangkan segala kejahatan!"
Ucapannya ini disambut oleh sorak-sorai semua anggota Pasukan Candrasa Bayu. Di bawah
pimpinan Ratnawulan, merekamenyerbu terus,menggabungkan diri dengan pasukan-pasukan
pemberontak lain dibawah pimpinan Kuti dan Semi terus menyerbudan mengamuk di medan
perang, bertempur melwan pasukan-pasukanMajapahit yang masihmempertahankan kota itu.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 103
Bukan main hebatnya peperangan itu dan Pasukan Candrasa Bayumembuat jasa yang bukan
kecil dalampertempuran ini.Dimanasajamereka bergerak, bergelimanganlah perajurit-perajurit
musuh. Namun pasukan-pasukan Majapahit melakukan perlawanansengit sehinggakurban
yang jatuh di kedua fihak amat besarnya.
Semi, pemimpin pasukan pemberontak tewas pula dalam peperanganitu, dan demikian pula
beberapa orang pemimpin lain. Bahkan beberapa orang anggota Pasukan Candrasa Bayujuga
gugur.
Ratnawulan sendiri mengamuk bagaikan seekor banteng terluka. Ia didampingi oleh Bejo,
Raksasa muda yang amat kuat itu,dan Parta, ahli panah yang pandai. Didalampertempuran
yang terjadi amat serunyadi depankeraton,di fihak Majapahit muncuk senopati-senopati yang
gagah perkasadan tangguh. Tiga orang panglima musuhyang amat gagahmenyambutserbuan
Ratnawulan, Bejo dan Parta.
Yang menjadilawanBejo adalah seorang tinggibesar pula, seorang panglima Majapahit yang
bernama Demang kandangan.Ia adalah seorang berpangkat demang didusun Kandangan dan
kepadaiannyatinggi, karenaia memiliki kekebalan. Kulitnyakeras tak tertembus oleh senjata
tajam. Bukan main hebatnya pertandingan yang terjadi antara DemangKandangan dan Bejo.
Pukul-memukul, tending-menendang,hempas-menghempas! Ilmu lawan ilmu, tenagabertemu
tenaga, dan entah sudah berapa kali mereka saling terkena pukulan lawan. Terdengar "Bak!
Buk!Bak!Buk!" kepalan mereka mengenai tubuhl awan, akantetapi keduanya kebaldan
kuat.Terkena pukulan keduanya merasa dihinggapi lalat saja.
Demang Kandangan menjadi penasaran dan marah sekali. Ia mencabut senjatanya yang
ampuh, sebuah lembing dengan ronce-ronce benang lawe merah.
"Babo-babo!" sumbarnya. "Kaumengamuksepertisetankelaparan. Mampuslahdi bawah
lembingku!"
Bejotertawa terbahak-bahak sambil mencabut pedangnya. "Aku sudah bosan mempergunakan
pukulantangan.Rasakanlah pedang Candrasa Bayu!" Sambil berkata demikiania menyerang
dengan sebuah tusukan hebat.
Biarpun iakebal, namun menghadapi tusukan pedang yang dilakukan dengan tenaga yang
melebihi tenaga banteng besarnya. Demang Kandangan tidak berani menerima ujung pedang
dengan dadanya. Bahanya terlalu besar,maka ia lalu menggerakkan lembingnya untuk
menangkis.Kemudian ia membalas dengan serangan yang tak kalahhebatnya, namun dengan
mudah Bejo dapat menangkis pula.
Pertempuran ini benar-benar hebat. Tak seorangpun perajurit dari kedua fihak
beranimembantu. Dua orang telahtewasketikamencoba untukmembantukawan, yaitu seorang
dari pemberontak. Olehkarena itu, perajurit-perajurit lain kini hanya menonton saja, lupa
untukbertempur saking kagumdan tertariknya menyaksikan pertempuran yang luar biasa ini.
Pada suatu saat Demang Kandangan berlaku agak lambat sehingga pedang Bejo dapat
menyerempet pundaknya. Ia berteriak keras, tak sempat mempergunakan aji kekebalandan
kulit pundaknya berikut daging terbabat mengeluarkandarah. Kawan-kawan Bejo bersorak
girang, membuant Demang Kandangan marah sekali.Iaberseru kerasdan pada saatBejo
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 104
memandangnya dengan mata penuh ejekan danmulut tertawa melihat hasil babatannya ,ia
mempergunakan lembingnya untuk menyerampang kaki Bejo. Bejo melompat untuk
mengelak,akan tetapi kurang cepat sehingga lembing yang berat itumasih dapat
mengetuktulang leringnya.
"Aduh.! Bangsat kurang ajar!" Bejomemaki dan terpincang-pincang karena betapapun
kuatnya, tulang kering yang dihantam lembing dengan tenaga yang amat besarnya itu sakit
sekali seakan-akan remuk.Sambil berloncat-loncat dan terpincang-pincang menahansakit ia
memaki-maki. Kawan-kawan Demang Kandangan bersorak girang.
Keduanyatelah terluka dan keduanya telah menajdi marah sampaigelap mata. Dengan nekad
Bejo menubruk dengan pedang ditanga. Demang Kandangan menyambut. PedangBejo
menembus dada lawan,akan tetapi perutnya juga ditembus oleh lembing Demang Kandangan.
Keduanya menjerit, akan tetapi masih cukup mempunyai tenaga untuk saling terkam.
Pergulatan terjadi,saling cekik, saling jambakdan akhirnya roboh terguling, bergulingan
sebentar ke kanan kiri, saling menghempas, kemudian.merekatak bergerak lagi. Keduanya
tewas dalam keadaan masih saling cekik. Sungguh pemandangan yang mengerikan. Dua
orangmuda dan kuat, dua orang perajurit sejati yang sedianya akan dapat menjadi perajuritperajurit
gagah perkasa pembela Negara dan bangsa, karena bersimpangan jalan hidup,harus
mengakhiri hidup dengan salingbunuh.
Untuksesaat,perajurit-perajurit kedua belah pihak tak dapat bergerak, masih terpesonaoleh
kehebatan perkelahianantaraDemang Kandangan danBejo. Akn tetapi, setelah kedua
pahlawan itutewas, barulah merekabergerak.Sorak-soraiterdengar lagi dan pertempuran di
langsungkan, seakan-akan kedua orang gagah tadimemberi contoh kepada kawan-kawannya.
Ratnawulan dan Parta masih mengamuk terus, memimpin anak buah Pasukan Candrasa Bayu
maju terus menyerbu kedepan. Pak Waluya, anggota tertua dari pasukan itu,telah gugur
sebelum pasukan berhasilmemasuki kotaraja.
Sampai keesokan harinyapertempuran masih terjadidi sana-sini.Semalamsuntuk pasukan
Majapahit mempertahankan istana,akan tetapi fihak pemberontak lebih kuat.Akhirnya
pertahanan dapat dibobolkan, sisa-sisa tentara Majapahita melarikan diri atau menyerah.
Penyerbuan ke dalamistana dikepalai oleh Kuti sendiri, pemimpin besar pemberontak.
Ternyata bahwa Sang PrabuJaya nagara tidak berada didalamistana, telah pergi mengungsi.
Memang, setelah melihat bahwa pertahanan dapat dipukulhancur olehpasukan-pasukan
pemberontak yang dipimpin oleh Kuti,Sang Prabu Jayanagara terpaksa melarikandiri,
mengungsi ke Badander.Dengan diperlindungi olehpasukan istanayang dikepalai oleh Gajah
Mada, Sang Prabu Jayanagara dapat menyelamatkan diri dan meninggalkan istana. Iniadalah
jasa Gajah Mada yang gagahperkasa dan setia.
Kuti dapatmerampasistana danmenduduki singgasana Majapahit. Akan tetapi,alangkah
kecewa dan penasaran hatipara pembantunya, terutama para panglima yangingin melihat
pengaruhBagawan Mahapati dilenyapkan dari Majapahit, ketika melihat bahwa Kutibukan
saja tidak menghukum atau menyuruh tangkap bagawanitu, bahkan sebaliknya Bagawan
Mahapati diberi kedudukanoleh rajabaruini!
Juga Ratnawulan menjadi kecewa sekali, akantetapi seperti juga lain-lain panglima yang
tadinya memabantu Kuti, apakah yangd apat ialakukan? Kuti telah mendudukisinggasana dan
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 105
kedudukannya kuat sekali. Dara perkasa ini masih merasa sedih karena tewasnya Indrajaya
dan diprana.Hatinya menjaid lemah dansemangatnyamenipis. Iatelah dapat membinasakan
musuh besarnya, yaitu Kartika maka ia dapat merasa puas. Namun, bukan kepuasan hati yang
ia dapat marena sempurnanya tugas ini,bahkan perjalanannyaitu menimbulkan patah hati
karena dua orang teruna yangmenjadi harapan hatinya tewas dalam membelanya.Iatiada nafsu
lagi untuk ikut mencampuri urusan kerajaan, maka setelah peperangan itu selesai,Ratnawulan
lalu kembali ke Mahameru.
Ia disambut oleh ibunya dengan pelukan mesradan setelah berada dalam pelukan ibunya,
barulah Ratnawulan dapat menangis sepuasnya. Ia terisak-isakdi dalam pelukan ibunya,
merasa betapa hatinya hancurdan luka, betapa hidupnya seakan-akan sunyi senyap.
"Wulan, anakku, apakahyang terjadi, nak? Tak berhasilkan kau membalas dendam ayahmu?"
Ratnawulan tak dapat menjawabuntuk beberapa lama, hanya menangis makinsedih.
Terbayang di antara air matanya wajah Indrayana. Ia melihatsenyum di bibiryang sudah pucat
dariIndrayana, senyumyang mengantarkematian pemuda itu. Ia merasa seakan-akan pemuda
itu menanti-nantinya di seberang sana!
Kemudian, di antara isaktangisnya, Ratnawulanmencurahkan seluruh isihatinya kepada
ibunya. Dara Lasmiikut mencucurkan airmatanya mendengar kisah anaktunggalnya itu.Diamdiamia
menyebutnama Yang Maha agung,mengucapkan syukur bahwamusuh besar itu telah
dapat ditewaskanlehanaknya, akantetapi juga ia membumbungkan doa semoga kehancuran
hati puterinyaitu akan dapat terhibur.
Ketika ia menanyakan tentang gurunya, ibunya memberitahu bahwa Eyang Mahameru telah
lama meninggalkan puncak Mahameru,entah kemanapergunya pertapasakti itu. Ratnawulan
lalu tinggal bersama ibunya di puncak Mahameru, hidup dengan aman dan tenteram,
menjauhi dunia ramai.
Setelah pemerintahan berada di tangan Kuti yangdibantu oleh Bagawan Mahapati, barulah
semuaorang menjadimenyesal. Ternyata bahwa pemberontakini tak lebih baik daripada Sang
Prabu Jayanagara, bahkanlebihburuk dalam menjalankan kemudi pemerintahan.Apa lagi para
panglima yang tadinyamemberontak, baru terbuka mata mereka menyaksikan betapa
Bagawan Mahapatiyang dibenciitu bahkanmenduduki tempatyang tak kurangtingginya
daripada ketika pemerintahanberadadi tangan SangPrabu Jayanagara!
Mulailah timbul bisikan-bisikandan pertemuan-pertemuan rahasia di antara para pembesar
negara, membicarakan dan menyesalkan kealahan tindakan ini. Mulailah
merekamengenangkan kembali Sang PrabuJayanagarayang kini entahberadadi mana.
Sementaraitu,Sang Prabu Jayanegara mengungsi ke Badander, dandiringkan dengan setia
oleh Gajah Madadan kawan-kawannya. Gajah Mada yangsetiadan bijaksana ini tiada hentinya
mencari keterangan tentang keadaan Majapahit setelah singgasana diduduki oleh Kuti.Ia
mendengar tentang kekecewaandan penyesalan para pembesar negara,maka dengan amat
cerdiknya Gajah Madalalu menjalankan sebuah siasat.Setelah mendapatperkenan dari Sang
Prabu Jayanagara, GajahMada diam-diam masuk ke dalam kota raja menemui para pembesarpembesar
negara yang berkedudukan tinggi danyang menguasai pasukan-pasukanMajapahit.
Setibanya GajahMada di Majapahit, maka para pembesar negara menghujankan pertanyaan
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 106
kepadanya tentangSang Prabu Jayanagara yangdahuludiperlindungi Bhayangkari (Pasukan
Pengawal Istana)di bawah pimpinan Gajah Mada itu.
Denganwajah muram Gajah Madamenjawab."Mengapa pulasaudara-saudara bertanya tentang
yang telahkaliankhianati itu? Karena merasa amat berdukamelihatbetapa dahulu mengabdi
kepada keturunanMajapahittiba-tiba membantu para pemberontak, beliau menjadi geringdan
akhirnya meninggal dunia dalam keadaan yang amat sengsara."Sambil berkata
demikian,Gajah Madamengerling tajam kepadapara pembesarnegara itu dengan penuh
perhatian.
Bukan main terkejutnya para pembesar itu demi mendengar keterangan ini. Banyak di antara
mereka yang mengucurkan air mata karena sedih dan menyesal. Hal ini amat membesarkan
hati Gajah Mada.
"Mengapa kalianberdua? Bukankah halini yang kaliankehendaki? Apa artinya hidup atau
matinya sang prabu bagi kalian?"
Seorang adipati yang sudah berusialanjut berkata.
"Gajah Mada, kau tak tahu! Kami bukan membenci Sang Prabu Jayanagara, akn tetapi
Mahapatilah yang mendatangkan rasabenci di hatikami. Telah berkali-kalikamimengajukan
usul kepada sang prabu agar supaya bagawanyang berhati palsu itu dienyahkan dariistana,
akan tetapi sang prabu yang agaknya telah beradadi bawah pengaruh bagawanitu, tak pernah
mendengarkan usul kami. Maka, setelah melihat gerakan Kuti yang demikian kuat,timbul
harapan kami untuk mengenyahkan kekuasaanMahapti dari Kerajaan Majapahit. Siapa kira,
setelah Kuti berhasilmenduduki singgasana, Mahapati tidakdigangu, bahkan diberikedudukan
tinggi!"
Gajah Mada tersenyum. "Kalau sekiranya Sang Prabu Jayanagara masih hidup, kalian hendak
berbuat apakah?"
"Kalausang prabu masih hidup, kami sanggup untuk menggulingkankedudukan raja baruini
dan mengangkatsang prabu menjadi rajadan mendudukisinggasanakembali." kata mereka.
Maka dengan wajah berseri Gajah Madalalu menerangkan bahwa sesungguhnya Prabu
Jayanagara masih hidup dan kiniberada di Badander, bahwa iasengaja datang untuk melihat
sikap parapembesar dan panglima. Bersukacitalah semuaorang mendengar ini danmereka lalu
mengadakan rencana dan perundingan untuk melakukan pemberontakandari dalam. Setelah
mengadakan perundingandengan masak,gajah Madalalu kembali keBadanderdengan hati
girang dan segera melaporkan segala pengalamannya kepada Sang Prabu Jayanagara.
Sambil bercucuran air mata,Sang Prabu Jayanagara berkata.
"Memang aku telah terbujuk oleh kemahiran Mahapatibermanismulut.Akutelah melakukan
salah tindak,akan tetapi aku berjanji bahwa apabila YangMaha Agung memberikesempatan
kepadaku untuk memegang tampuk kerajaanlagi,akuakan mengusahakan sekuat tenaga agar
Majapahit menjadisebuah negara yangbesar dan makmurdi mana rakyatkudapat hidup dengan
aman sentausa dan penuh damai bahagia."
Maka terjadilah pemberontakan yang hebat akan tetapi cepat. Karena pemberontakan
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 107
dilakukan dari dalam, didukung oleh sebagaian besarpanglima dan pembesarnegaraberserta
pasukan-pasukan pilihan, maka perlawananyang amat lemah dari Kuti dan anak buahnya
hanya dapat bertahan sebentarsaja.Kutiikut bertempur dengan mati-matian, akantetapi
akhirnya ia tewas juga dalam perang tanding itu.
Ketika hal ini terjadi, Mahapati berada di dalam gedungnyayang baru.Ia tidak ikut berperang,
dan hanya memujaSamadhi di dalam sanggar pemujan.
Pasukan Majapahitdatang dan hendak menangkapnya, aan tetapitak seorangpanglimapun
berani secara sembrono memasukisanggarpemujanitu, karena mereka telah maklumakan
kesaktianBagawan Mahapati. Mereka hanya berteriak-teriak menyuruh Bagawan itukeluardan
menyerahkan diri untuk ditangkap.
Tiba-tiba pintu pemujan itu terbukadari dalam dan Bagawan Mahapati sendiri keluar dari situ.
Ia berpakaian lengkap sepertiseorangpendeta, bahkan di tangan kirinya ia memegang sebuah
lembingpusakayang berkilat-kilat cahayanya, dandi tangan kanan ia memegangtongkatnya
yang ampuh. Sepasang matanya berapi-apimemandangi seluruh pasukan yang mengepung
tempat itu. Kemudian iaturun perlahan-lahandari tangga sanggar pamujan. Semuasuara
sorakan danteriakan dari pasukan itu tiba-tibaberhentidan keadaan menjadi
heningsepertiterkena sirap. Benar-benar hebat pengaruh danhawa gaib yangkeluardari
BagawanMahapati ini.
"Siapayang mau menangkap aku? Majulah kalau ada yang berani melakukan hal itu!"
Tantangan ini terdengarmenggema dan mendebarkan hatisetiap orang. Akan tetapi, akhirnya
ada seorang panglima muda yang melangkah maju dan mencabut pedangnya.
"Pertapa palsu! Akulah yang akan menangkapmu,mati atau hidup!" teriaknya dan menyerbu
ke depan.
Akan tetapi Mahapati tertawa mengejek dansebelum panglimaitu sempat menyerang,
tongkatnyatelah melayang dantepatsekali menghantam kepala panglimaitu sehingga pecah
dan tubuh panglima ituterkapar diatas rumput, mati.
Semua orangtertegun danmerasangeri. Akan tetapi jiwa setia kawan membuat beberapa orang
perajuritdan panglima serentakmaju mengepung. Bagawan Mahapati menggerakkan
tongkatnya secaraluar biasasekali sehingga kembali beberapa orangterpukul. Sekali saja
terpukul tongkat bagawan itu, kurbannya mengelimpang tak bernyawa lagi. Kini
parapengeroyokmulai menjadi gentar dan banyak yang mundur denganketakutan.
Sambil tertawa bergelak-gelak, Bagawan mahapati mengamuk terusdan makin banyak darah
yang ditumpahkan lawan oleh pukulan-pukulannya, makin liar dan ganaslah dia. Sambil
mengamuk iamegejar para perajurit yangmelarikan diri dan akhirnya Bagawan Mahapati
berdiri di tengahalun-alun, mengangkat tongkatnya yang berlumur darah itu tinggi-tinggi
sambil menantang.
"Hayo, orang-orang Majapahit! Jangan maju seorang demi seorang, majulah bersama-sama.
Tandinglah kedigdayaan Bagawan Mahapati!Ha, ha,ha!"
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 108
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring.
"Mahapati, pendeta palsu! Akulahlawanmu!"
Mahapatimenengok danterkejutlah hatinya ketika ia melihat bahwa yangmunculitu adalah
Ratnawulan, dara perkasa yangtelah dikenal kesaktiannya itu!
Bagaimana Ratnawulan tiba-tiba dapat muncul di situ? Danpendekar inibiarpun beradadi
puncak Mahameru, akantetapi ia masih dapatmendengar berita dari para pendudukdi
sekeliling Mahameru tentang keadaandi Majapahit. Ketikaia mendengar bahwadi Majapahit
terjadi peperangan lagi oleh karena panglima tua memberontak terhadap Kuti dan
Mahapati,dara perkasa ini amat tertarik hatinya. Ia teringat akanhutang bagawan ituyang
masihbelum terbayar, hutang karenamembunuh Adiprana. Maka ia lalu berpamit kepada
ibunya untuk membantu pergerakan para panglima itu dan membinasakan kekuasaan
Mahapati.
Pasukan Majapahit datang dan hendak menangkapnya, akan tetapi tak seorang panglimapun
berani secara sembrono memasuki sanggar pemujan itu, karena mereka telah maklum akan
kesaktian Bagawan Mahapati. Mereka hanya berteriak-teriak menyuruh Bagawan itu keluar
dan menyerahkan diri untuk ditangkap.
Tiba-tiba pintu pemujan itu terbuka dari dalam dan Bagawan Mahapati sendiri keluar dari
situ. Ia berpakaian lengkap seperti seorang pendeta, bahkan di tangan kirinya ia memegang
sebuah lembingpusakayang berkilat-kilat cahayanya, dandi tangan kanan ia memegang
tongkatnya yang ampuh. Sepasang matanya berapi-api memandangi seluruh pasukan yang
mengepung tempat itu. Kemudian iaturun perlahan-lahan dari tangga sanggar pamujan.
Semua suara sorakan danteriakan dari pasukan itu tiba-tiba berhenti dan keadaan menjadi
hening seperti terkena sirap. Benar-benar hebat pengaruh dan hawa gaib yang keluar dari
Bagawan Mahapati ini.
"Siapa yang mau menangkap aku? Majulahkalau adayang berani melakukan hal itu!"
Tantangan ini terdengarmenggema dan mendebarkan hatisetiap orang. Akan tetapi, akhirnya
ada seorang panglima muda yang melangkah maju dan mencabut pedangnya.
"Pertapa palsu!Akulah yang akan menangkapmu,mati atau hidup!" teriaknya dan menyerbu
ke depan.
Akan tetapi Mahapati tertawa mengejek dansebelum panglimaitu sempat menyerang,
tongkatnyatelah melayang dan tepat sekali menghantam kepala panglima itu sehingga pecah
dan tubuh panglima ituterkapar diatas rumput, mati.
Semua orangtertegun dan merasa ngeri. Akan tetapi jiwa setia kawan membuat beberapa
orang perajurit dan panglima serentak maju mengepung. Bagawan Mahapati menggerakkan
tongkatnya secaraluar biasasekali sehingga kembali beberapa orang terpukul. Sekali saja
terpukul tongkat bagawan itu, kurbannya mengelimpang tak bernyawa lagi. Kini
parapengeroyokmulai menjadi gentar dan banyak yang mundur denganketakutan.
Sambil tertawa bergelak-gelak, Bagawan mahapati mengamuk terusdan makin banyak darah
yang ditumpahkan lawan oleh pukulan-pukulannya, makin liar dan ganaslah dia. Sambil
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 109
mengamuk iamegejar para perajurit yangmelarikan diri dan akhirnya Bagawan Mahapati
berdiri di tengahalun-alun, mengangkat tongkatnya yang berlumur darah itu tinggi-tinggi
sambil menantang.
"Hayo, orang-orang Majapahit! Jangan maju seorang demi seorang, majulah bersama-sama.
Tandinglah kedigdayaan Bagawan Mahapati!Ha, ha,ha!"
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring.
"Mahapati, pendeta palsu! Akulah lawanmu!"
Mahapati menengok dan terkejutlah hatinya ketika ia melihat bahwa yang muncul itu adalah
Ratnawulan, dara perkasa yangtelah dikenal kesaktiannya itu!
Bagaimana Ratnawulan tiba-tiba dapat muncul di situ? Dan pendekar ini biarpun berada di
puncak Mahameru, akantetapi ia masih dapatmendengar berita dari para pendudukdi
sekeliling Mahameru tentang keadaandi Majapahit. Ketikaia mendengar bahwadi Majapahit
terjadi peperangan lagi oleh karena panglima tua memberontak terhadap Kuti dan
Mahapati,dara perkasa ini amat tertarik hatinya. Ia teringat akanhutang bagawan ituyang
masih belum terbayar, hutang karenamembunuh Adiprana. Maka ia lalu berpamit kepada
ibunyauntuk membantu pergerakan para panglima itudan membinasakan kekuasaan Mahapati.
"Anakku, aku takkan dapat melarang kehendak hatimuini, sungguhpun aku akan selalu
memikirkan dan mendoakan agar supaya kau selalu diberkahi dan dilindungi oleh Yang Maha
Agung."
Ratnawulan lalu perg ike gua pertapaan gurunya. Akan tetapi gurunyamasih belum kembali
dan di dalam gua itu ia melihat sebuah anak panah yang agaknya baru di buat olehgurunya. Ia
amat tertarik melihat anak panah yang mengeluarkan cahaya gemilang itu, maka ia lalu
mengambilnya. Alangkah herannya ketika ia melihat sehelai kain putihitu ternyata ditulisi
huruf-huruf kecil. Ia segera membaca tulisan gurun yaitu yang berbunyi,
"Anak panah Margapati inikubikin untuk Ratnawulan. Jangan sekali-kali dipergunakan kalau
tidak amat terpaksa,karena khasiat anak panah ini satu kali, dan sekali iadipergunakan, ia akan
mengambil nyawa seorang!"
Ratnawulan menjadi girangmendapatkan anakpanah ini yang lalu disimpannyadi dalam
tempat anak panah.Demikianlah, setelah mendapat doa restu dari ibunya ia lalu berangkatke
Majapahit dan ketika iatibadi sana, kebetulansekali Mahapati sedang mengamuk hebat.
Banyak panglima yang majutelah tewas dalam tangan Bagawan Mahapati sehingga akhirnya
pendeta itu menantang-nantang dialun-alun tanpa adatyang berani menyambuttan tangannya.
Ratnawulan menjadi panas hati dan segera maju menghadapi pendeta yang amat dibencinya
itu.
Di antara para panglima, banyak yang telah tahu akan Ratnawulan atau setidaknya mendengar
namadara perkasaitu, maka kini melihat seorang darajelita yang gagah muncul menghadapai
pendetaitu, mereka lalu maju mendekat untuk menyaksikan pertandingan ini. Diantara mereka
itu terdapat seorang bekas anak buah Pasukan Candrasa Bayu, maka begitu ia melihat
Ratnawulan, ia segera bersorak keras.
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 110
"Hidup Dara Perkasa Ratnawulan.!"
Ratnawulan menengokdan ketika melihat Jayun, anak buahnya dulu, berdiri diantara para
panglima kerajaan, iatersenyum dan melambaikan tangan. Kini semua orang yang berada di
situ saking gembiranya bersorak gemuruh.
"Hidup Dara Perkasa Ratnawulan.!"
Bagawan Mahapati marah sekali mendengar ini dan ia berseru.
"Ratnawulan,saat inilah yang kutunggu-tunggu!Kau akanmampusdi dalam tanganku!"
"Cobalah, Mahapati!" jawab Ratnawulan dengan tenang.
Mahapatimenyerbu dengan lembing di tangankiri dantongkat di tangan kanan, akan tetapi
dengan tangkasRatnawulan mengelak dan balasmenyerang dengan pedangnya. Ia bersenjata
pedang di tangan kiri dan keris Kyai Banaspati di tangan kanan untuk mengimbangi kedua
senjata lawannya itu. Pertandingan maha hebat terjadilah ditengah alun-alun itu, disaksikan
oleh ratusan orang perajurit yang sebentar saja telah meningkat jumlahnya menjadi ribuan.
Keduanyasakti dan digdaya, dan keduanyamemiliki gerakan yang luar biasa cepatnya
sehingga bagi para penontonyang tidak memiliki kepandaian tinggi, kedua orang yang
bertempur itu lenyap dari pandangan mata dannampak hanyalah berkelebatnya empat senjata
yang menyambar-nyambar laksana kilat. Bagi yang berkepandian tinggi, mereka
mengangguk-angguk dengan kagumnya menyaksikan ilmu kepandaianyang jarangterlihat itu.
Baik Mahapati maupun Ratnawlan mengerahkanseluruh tenagadan kepandaianuntuk
menjatuhkan lawan. Mahapati menang pengalaman dan menang tenaga, akan tetapi
Ratnawulan lebih unggul dalam hal keterampilan dan kecepatan, maka boleh dibilang
keadaan mereka seimbang.
Pada saat mereka telah bertempursampairatusanjurus lamanya, Mahapati mengayun
tongkatnyadengansepenuh tenaga jeatah kepala Ratnawulansambil menusukkan lembingnya
ke arah dada daraperkasa itu. Ratnawulanpaling takutkepada lembing itu, karena ia teringat
akan nasihat gurunya dahulu bahwa iaharus berlaku waspada terhadap lembing Mahapati
yang bernama Ratnawulan ini! Maka ia selalu memperhatikan lembing itudan ketika lembing
menusuk ke dadanya, ia cepat mengelak.Pukulan tongkat kearah kepalanya ditangkis dengan
pedang.
"Trang!" dan kedua senjata itu terpental danterlepas dari peganganmasing-masing. Kini
pertempuran dilanjutkan dengan lembingdan keris. Ratnawulan mulai terdesak karena
kerisnya yang hanya pendek itu amat sukar untuk digunakan melawan serangan lembing yang
panjang. Semua penonton menahan napas ketika melihat betapa Ratnawulan main mundur
seakan-akan takut menghadapi lembing itu. Akan tetapi, tiba-tiba Ratnawulan mengambil
busurnya yang tergantung di punggung dankini dara perkasaitu mempergunakan senjata keris
dan busur.Bukan main riuhnya parapenonton menyaksikan kehebatan gadis pendekar itu.
Bagaimana sebatang busur dapat dipergunakan sebagai senjata yang demikian hebatnya?
Memang busurdi tangan Ratnawulan bukanlah busur biasa, akan tetapi busur buatan Eyang
Semeru, buah senjata yang ampuh dan sakti.
Benar saja setelah kini bersenjatakan busurdan keris,Ratnawulan mulai mendesak lawananya.
Ia mengirim serangan bertubi-tubi dengan busurnya yangsekali saja mengenal tubuh lawan,
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 111
akan berarti malapetaka besarbagi Mahapati. Dan pada saat yang amat tepat, dara pendekar ini
mengeluarkan ilmu tendangannya yang amat dahsyat. Bagawan Mahapati tidak menyangka
datangnya tendangan ini, maka iakena tertendang dadanya sehingga tubuhnya terpental
sampai jauh. Terdengar sorak-sorai yang amat riuh menyambut hasil tendanganini.
Sugguhpun ia sama sekalitidakterluka ataumerasa sakit oleh tendangan Ratnawulan, namun
Bagawan Mahapati tidak menyangkadatangnya tendangan ini,maka iakena terpental sampai
jauh. Terdengar sorak-sorai yang amat riuh menyambut hasil tendangan ini.
Sungguhpun ia sama sekali atau merasa sakit oleh tendangan Ratnawulan, namun Bagawan
Mahapati merasa malu sekali. Ia mengertakgiginya, lalu bibirnya berkemak-kemik membaca
mantra. Kemudian ia tiba-tiba melompat bangun, dan sekali tangannya terayun, lembingnya
meluncur cepat melebihi kecepatan anak panah.
Ratnawulan hanya melihat berkelebatnya cahaya dari depan seakan-akan ada kilat
menyambarnya dan sebelum ia dapat mengelak, lembingpusakaitu telah menancap di ulu
hatinya. Dara perkasamembayangkangurunya, ia membaca mantra. Benar-benar luar biasa
sekali. Sungguhpun lembing itu telah menancap di uluhatinya dan darah mengucur keluar
membasahi seluruh dadanya,bahkan kini tangan kirinya bergerak kebelakang mencabutanak
panah pusaka pemberian gurunya. Ia membuka mata,memasang anak panah itu pada
busurnya.
Sementara itu, Bagawan Mahapati ketika melihat betapa lembingnya dengan jitu telah
menancap ke uluhati lawannya, tertawa bergelak.Mulutnya terbuka lebar danmukanya
menengadah keatas, tubuhnya bergoyang-goyang dan suara ketawanya amat menyeramkan
seperti suara ketawa iblis. Akan tetapi tiba-tiba anakpanah pusaka Margapati meluncur
daribusur di tangan Ratnawulan dan. cepp.! Anak panah itu tepat sekali menancap di dada kiri
Mahapati dan menembus jantungnya.
Bagawan Mahapati mengeluarkan jerit seperti bunyi burung gaok lalu tubuhnya terhuyunghuyung
dan roboh menelungkup dalam keadaan tak bernyawa lagi.
Ratnawulan tersenyum, dan ketika semua orang berlari-lari menghampiri untuk menolongnya,
mereka melihat dara perkasa itu jatuh berlutut dan terdengar oleh mereka gadis itu mengeluh.
"Indrajaya.Adiprana.tunggu.!" Kemudian tubuhnya terguling dan ketika mereka
mengangkatnya, ternyata bahwa dara perkasa itu telah meninggalkan dunia ini!
Suasana haru meliputi alun-alun dan bahkan terdengar isak tangis para anggota Candrasa
Bayu yang menyedihi kematian pemimpin atau pelatih mereka.
Sementara itu, kerajaan telah dapat dibersihkan dari pengaruh para dorna dan pembesar jahat,
dan dengan segala kehormatan, diiringi oleh suara gamelan dan sorak-sorai penduduk, Sang
Prabu Jayanagara lalu kembali ke kora raja untuk menduduki singgasana lagi. Semua rakyat
menyambut kemenangan ini dengan girang dan bahagia. Dan semenjak saat itu, Jayanagara
memerintahkan dengan tenang dan samai sampai tiba saatnya ia mangkat dalam tahun 1328.
Kalau semua orang sedang bergembira menyambut kembalinya Sang Prabu Jayanagara,
terdapat seorang wanita di puncak Mahameru yang duduk bersiladi hadapan Panembahan
Mahendraguna atau Eyang Semeru dengan wajah pucat. Dia ini adalah DaraLasmi yang telah
Diah Ratnawulan > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 112
diberitahu tentang tewasnya Ratnawulan, dan hanya kata-kata bijaksana wejangan-wejangan
Eyang Semeru jualah yang dapat menghibur hatinya.
Semenjak hari itu, Dara Lasmi makin tekun dalam tapanya di puncak Mahameru, menanti
datangnya panggilan Yang Maha agung untuk kembali kealam asalnya.
TAMAT