1779
Lu Leng merasa terkejut karena kedatangannya di istana
Ci Cun Kiong ini, secara tidak langsung justru akan
mencelakakan mereka berlima. Malam ini mereka berlima
dalam bahaya.
Terdengar Oey Sim Tit berkata.
"Ayah, aku... aku tidak akan melepaskan mereka, Ayah
tidak boleh...."
Liok Ci Khim Mo mendengus.
"Hm! Kalau kau tidak berniat melepaskan mereka, paling
lama mereka dapat hidup dua puluh hari lebih, ada manfaat
apa bagimu? sudahlah! jangan omong kosong!"
Sejenak hening, Bapak dan anak itu saling terdiam, Namun
kemudian terdengar lagi suara Liok Ci Khim Mo.
"Kakak beradik keluarga Sun, pergilah segera ke penjara
menghabiskan kelima tahanan itu! Lalu kita berpencar mencari
lelaki dan perempuan itu lagi!"
Hati Lu Leng berdebar-debar. Telinganya mendengar suara
langkah semakin menjauh. Tangan Lu Leng segera
mendorong ke atas perlahan-lahan batu yang menutupi
lobang itu, Begitu dapat terbuka dia melompat ke atas.
Tampak Oey Sim Tit berdiri termangu-mangu.
"Saudara Oey, cepat! Cepat antar kami ke penjara itu!"
Toan Bok Ang yang juga sudah naik ke atas langsung
berkata.
1780
"Kenapa kau? Kok masih melamun di situ? Ayoh, cepat
pergi!"
Wajah Oey Sim Tit tampak murung sekali
"Kalian berdua, kalau ayahku tahu,.,."
Lu Leng menghempas kaki seraya berkata.
"Saudara Oey! Kalau kau tidak mau membawa kami ke
penjara menyelamatkan mereka berlima, Nona Tam pasti
membencimu sampai ke tulang sumsum!".
Lu Leng tahu dalam hati Oey Sim Tit amat mencintai Tam
Goat Hua. Maka asal menyebut nama gadis itu, dia pasti
bersedia membawa mereka berdua ke penjara tersebut.
Ternyata benar! sepasang mata Oey Sim Tit tampak
berbinar-binar.
"Asal Nona Tam bersedia berterima kasih padaku, apapun
pasti kulakukan! Tapi kalau sekarang ke penjara itu, pasti
akan bertemu orang. Aku khawatir malah akan mencelakai
kalian berdua."
"Kita harus berhati-hati, Meskipun harus menembus
bahaya, tetap harus ke sana?"
Toan Bok Ang menoleh ke arah Lu Leng,
"Adik Leng, menumtku semakin berhati-hati, justru
semakin gampang diketahui orang. Walau banyak orang di
dalam istana Ci Cun Kiong ini, belum tentu. semuanya
mengenali kita, Lebih baik kita juga membawa obor, berjalan
dengan sikap wajar."
1781
Lu Leng berpikir sejenak, Dalam membenarkan juga
gagasan Toan Bok Ang. Lalu kepalanya mengangguk
menyetujui. Mereka bertiga melesat pergi Sampai di sebuah
tembok, ketiganya segera menyambar obor yang ditancapkan
di situ, lalu melesat lagi. Orang lain tidak melihat jelas wajah
Lu Leng dan Toan Bok Ang, Namun melihat Oey Sim Tit,
orang-orang tampaknya tidak bercuriga.
Lu Leng dan Toan Bok Ang terus melesat mengikuti Oey
Sim Tit Walau bertemu banyak penjaga, tiada seorang pun
yang menghadang mereka, Tak lama kemudian mereka
sampai di depan sebuah kamar yang dibikin dari batu,
Tampak dua lelaki bersenjata golok sedang berbicara
kepada seorang penjaga,
"Kami menerima perintah ke mari untuk menghabiskan
nyawa ketiga tahanan itu!"
Lu Leng bertiga berhenti Mereka tadi khawatir akan
terlambat sampai di tempat tersebut Namun ternyata tidak, Lu
Leng merasa lega, Kemudian ketiganya berjalan perlahan
sambil sesekali menyelinap bersembunyi. Penjaga itu
mengangguk kemudian membuka gembok kamar. Ketiga
orang itu berusaha mendorong pintu kamar tersebut.
Di saat pintu mulai terbuka sedikit, Lu Leng sudah melesat
ke arah mereka dengan golok pusaka Su Yang To di tangan.
Dia langsung melancarkan serangan secara bertubi-tubi, yaitu
dengan jurus Thian Hou Sam Sek (Tiga jurus Harimau Langit).
Darah muncrat ke mana-mana. Penjaga dan salah seorang
yang menerima perintah dari Liok Ci Khim Mo telah tewas
seketika, Satu lagi lebih gesit dapat berkelit dari sambaran
golok pusaka Su Yang To, maka terhindar dari maut. Orang itu
1782
ingin berteriak, namun di saat bersamaan Toan Bok Ang dan
Oey Sim Tit telah maju, Ketika melihat Oey Sim Tit, mulut
orang itu jadi ternganga lebar, tak mampu berteriak,
sedangkan Toan Bok Ang segera mengayunkan senjata Sian
Tian Sin So menghantam dadanya. Akan tetapi orang itu
masih dapat berkelip dengan cepat sekali lalu dia menatap
Oey Sim Tit,
“Tuan Muda, apa gerangan ini?"
Oey Sim Tit diam saja, Lu Leng langsung menyabutinya,
"Sun Te hengte (Kakak beradik marga Sun), apa kau ikut
di dalam rencana busuk ini?"
Orang itu terkejut.
"Aku...."
"Bagaimana keadaan kelima tahanan itu, cepat bawa kami
pergi melihat mereka!"
Orang itu merupakan jago tangguh golongan hitam,
berakal dan licik. Maka mendapati keanehan di depan mata,
dia sudah bercuriga, Namun keberadaan Oey Sim Tit di situ,
membuatnya tidak berani melakukan kesalahan.
"Ya! Ya!"
Orang itu membalikkan badannya memasuki kamar Lu
Leng mengikutinya dari belakang, tapi memberi isyarat kepada
Toan Bok Ang. Dia manggut-manggut lalu menendang kedua
mayat itu ke dalam kamar setelah itu, dia pun melambaikan
tangannya ke arah Oey Sim Tit,
1783
Oey Sim Tit mengerutkan kening, kemudian berjalan ke
dalam, Mereka lalu menutup kembali pintu kamar. Lu Leng
mengikuti orang itu ke dalam, Tampak lampu minyak bersinar
remang-remang. Ternyata kamar itu adalah sebuah penjara,
Lima buah pilar besar berdiri tegar Di situlah terikat lima orang
yang tampaknya terluka parah, Lu Leng mengenali mereka
berlima.
Betapa sedihnya Lu Leng ketika melihat keadaan mereka
yang mengenaskan
"Guru!" ucap Lu Leng sambil memberi hormat.
Bagaimana Tong Hong Pek bertiga di penjara di situ?
Ternyata hari itu Liok Ci Khim Mo memetik tali senar harpa Pat
Liong Khim lagi yang membuat Tong Hong Pek dan Tam Sen
suami istri tak mampu melawan.
Mutut mereka mengeluarkan darah. Ketiganya mati di
bawah pengaruh kekuatan Pak Liong Thian Im. Namun ketika
suara itu jadi kacau balau dan berhenti semua orang yang
berada di situ tidak tahu apa yang telah terjadi
"Binatang! Kau berbuat apa?" Tiba-tiba Liok Ci Khim Mo
membentak hebat
Semua orang mendongakkan kepala melihat apa yang
terjadi. Ternyata putra Liok Ci Khim Mo menubruk ke arah Pat
Liong Khim,
"Ayah, lebih baik penjarakan mereka saja!" seru Oey Sim
Tit
Wajah Liok Ci Khim Mo berubah kehijau-hijauan dan
membentak dengan penuh kegeraman.
1784
"Jangan turut campur!"
"Ayah, mereka kini sudah terluka parah. Apakah Ayah
masih takut kalau mereka akan kabur? Bukankah Ayah pernah
bilang, pada hari Pek Gwee Tiong Chiu (Tanggal lima belas
bulan delapan), dari luar Tionggoan yaitu See Hek, Thian Tok
(lndia), dan Persia akan banyak jago tangguh yang akan
datang memberi selamat kepada Ayah? Kalau saat itulah Ayah
menghukum mati ketiga orang itu, pasti akan membuat nama
Ayah lebih terkenal!"
Liok Ci Khim Mo menatap putranya sejenak, kemudian
manggut-manggut.
"Baiklah! Cepat kurung mereka bertiga ke dalam penjara!"
Beberapa orang muncul membawa mereka bertiga ke
dalam penjara. Ketika siuman, mereka bertiga sudah diikat
pada pilar besar yang dalam penjara,
Mereka bertiga tahu sudah terluka parah di bawah Pat
Liong Thian Im. Namun mereka heran apa sebabnya Liok Ci
Khim Mo memenjarakan mereka. Ketiganya berusaha
menghimpun hawa murni, namun luka mereka begitu parah,
tidak mungkin pulih seketika. Malam harinya, pintu penjara itu
terbuka, Tam Ek Hui dan Han Giok Shia diantar orang ke
dalam. Ternyata mereka pun tertangkap oleh Liok Ci Khim Mo.
Kini di dalam penjara jadi lima orang. Setahu mereka Lu
Leng telah mengalami luka sangat parah saat berhasil
meloloskan diri, Maka sekarang mereka terkejut melihat Lu
Leng diantarkan masuk ke penjara itu, Semua telah mengira
kalau Lu Leng pasti telah tertangkap dan akan dipenjarakan
pula bersama mereka, Namun begitu mendengar Lu Leng
1785
memanggil Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, barulah mereka
terheran-heran.
Lu Leng ternyata tidak tertangkap, Mereka merasa
bergembira sekali mengetahui hal itu. Orang yang
mengantarkan Lu Leng ke kamar penjara itu tampak berusaha
melarikan diri Namun mana mungkin, sebab Lu Leng telah
menyerangnya dengan Kim Kong Sin Ci lewat jurus Cap Bin Li
Cing (Menggali Sepuluh Arah). Orang itu masih berusaha
menangkis, namun justru membuat dirinya terpental seketika
nyawanya putus tanpa sempat menjerit lagi,
Lu Leng segera mendekati Tong Hong Pek,
"Guru, kita harus cepat pergi!"
Wajah Tong Hong Pek berubah lalu membentak dengan
sengit
"Anak Leng! Siapa suruh kau kemari? Cepat pergi!"
Lu Leng terkejut, dia mengira telinganya salah dengar
"Guru bilang apa?"
Tong Hong Pek membentak lagi,
"Aku suruh kalian cepat enyah!"
Toan Bok Ang yang berada di sini jadi tertegun ketika
Tong Hong Pek membentak-bentak Lu Leng.
"Tong Hong Cianpwee, kalian..." ujar Toan Bok Ang
terputus,
1786
Sebelum Toan Bok Ang usai berkata, Giok Bin Sin Kun-
Tong Hong Pek sudah meludah.
"Phui! jangan banyak omong, cepat enyah!" Lu Leng sama
sekali tidak mengerti Tong Hong Pek dalam bahaya, tapi
kenapa melihat kedatangan dirinya bukannya merasa gembira,
Toan Bok Ang yang tak mampu menahan rasa herannya
segera berkata.
“Tong Hong Cianpwee, aku sudah mengerti maksudmu."
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menatap tajam gadis itu.
" Kalau sudah mengerti, kenapa tetap diam, pergi kataku!"
Lu Leng segera bertanya kepada Toan Bok Ang. "Kakak
Ang, apa maksud guruku?" Toan Bok Ang menghela nafas
sebelum menyahut
"Adik Leng, maksud gurumu, kau dapat menerjang ke
dalam sudah luar biasa sekali, Namun bisa meloloskan diri
atau tidak, itu masih jadi masalah Kini mereka telah terluka
parah, apabila membawa mereka serta, tentu tiada harapan
untuk meloloskan diri, maka beliau suruh kau cepat pergi!"
Mendengar penjelasan Toan Bok Ang, Lu Leng jadi
tertegun
"Guru, tidak gampang murid menerjang ke mari, apakah
kalian...."
Berkata sampai di situ, air matanya sudah bercucuran,
sehingga tak mampu melanjutkan.
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menghela nafas panjang
1787
"Anak Leng, gurumu benar, Kalian berdua cepatlah pergi!
Kalau kalian tidak segera meninggalkan tempat ini, berarti
akan hilang dua orang yang berani menentang Liok Ci Khim
Mo!"
Lu Leng menghapus air matanya, kemudian menegaskan
"Tidak! Kalau mau, mari kita pergi bersama!"
Seh Cing Hua langsung membentak.
"Bocah! Kau berani membangkang perintah gurumu?"
“Tidak, Tapi dalam keadaan ini, aku tidak bisa menuruti
perkataannya!"
Usai berkata, Lu Leng segera memutuskan rantai-rantai
yang membelenggu mereka berlima dengan golok pusaka Su
Yang To, lalu menoleh pada Oey Sim Tit.
"Saudara Oey, kau pergi lihat-lihatlah keadaan di luar!"
Oey Sim Tit mengangguk Dia segera pergi ke pintu
penjara dan melongok keluar.
"Di luar tidak ada orang!"
"Guru, paman dan Bibi Tam, mari kita pergi! Kalau bisa
menerjang kemari, harus juga bisa menerjang keluar!"
Tong Hong Pek, Tam Sen, dan Seh Cing Hua saling
memandang.
1788
"Anak Leng, berusahalah keluar! Namun untuk bisa lolos
dari tangan Liok Ci Khim Mo atau tidak belumlah tentu, Kalau
membawa kami berlima yang sudah terluka parah, itu hanya
akan jadi beban yang amat berat baginm Mengapa kau tetap
berkeras?"
Lu Leng menyahut dengan air mata berlinang-linang.
"Guru jangan banyak bicara lagi, anak Leng sudah sampai
di sini. Kalau kalian tidak mau ikut dan anggaplah aku dapat
meloloskan diri, apakah aku masih bisa jadi orang?"
Lu Leng berkata sambil melangkah ke pintu lalu berkata
kepada Oey Sim Tit.
"Saudara Oey, harap kau sudi menunjukkan jalan!" seusai
berkata, Lu Leng memberi isyarat ke belakang, "Cepat ikut
aku!"
Tong Hong Pek dan lainnya semua tokoh tua rimba
persilatan sedangkan Lu Leng adalah muridnya. Namun saat
ini, Lu Leng justru telah menunjukkan kegagahannya, Ketika
dia memberi isyarat mereka bertiga segera bangkit berdiri,
mengikutinya dari belakang, sementara Toan Bok Ang
memapah Han Giok Shia. Namun Han Giok Shia menolaknya.
Oey Sim Tit memimpin di depan. Kedelapan orang itu
mulai meninggalkan penjara setelah menutup kembali
pintunya.
"lblis kecil, kau ke mari!" Seh Cing Hua tiba-tiba
memanggil Oey Sim Tit.
Ketika Seh Cing Hua memanggilnya demikian, Oey Sim Tit
jadi tertawa geli,
1789
"Cianpwee ada pesan apa?"
Kau memang baik, Kalau kali ini kau dapat menyelamatkan
kami, tentunya kami tidak akan melupakanmu, Tapi saat ini,
kalau bertemu ayahmu, aku kira kau tidak bisa apa-apa. ilmu
Ginkangmu amat tinggi, lebih baik kau selidiki di depan, Kalau
bertemu orang, arahkan mereka ke tempat lain. Dengan
begitu kami lebih punya harapan untuk meloloskan diri."
Oey Sim Tit berkata dengan girang,
"Terima kasih atas petunjuk Cianpwee!"
Oey Sim Tit melesat cepat," bagaikan segulung asap,
sementara Lu Leng terus jalan di depan, Toan Bok Ang di
belakang melindungi kelima orang itu. Tak henti-hentinya Oey
Sim Tit bo!ak-balik untuk melapor tentang keadaan di depan,
Tanpa menemui hambatan apa pun kedelapan orang itu
berhasil keluar dari istana Ci Cun Kiong, Tak seorang pun
penjaga yang melihat mereka, Dan ini semua tak lepas dari
bantuan Oey, Sim Tit Kini mereka telah menempuh satu mil
perjalanan meninggalkan istana itu.
"Saudara Oey, bawa kami ke pintu gapura!" pinta Lu Leng
kepada Oey Sim Tit
Oey Sim Tit menundukkan kepala sambil berpikir
kemudian menyahut
"Keluar dari pintu gapura, itu mungkin tidak aman!"
Seh Cing Hua segera berkata,
"Kalau ada jalan lain, itu lebih baik lagi!"
1790
Oey Sim Tit terus berpikir, setelah itu menghela nafas
panjang dan berkata dengan wajah murung,
"Cianpwee-cianpwee yang terhormat, aku tahu ayahku
amat jahat Aku tahu dia pasti memperoleh ganjaran atas
semua tindakannya, Namun, biar bagaimana juga dia tetap
ayahku, Apakah Cianpwee sudi memandang mukaku, agar
kelak jangan membuat ayahku terlampau menderita?"
Apa yang diucapkan Oey Sim Tit, membuat semua orang
tertegun. Ternyata Oey Sim Tit begitu baik dan berpandangan
jauh, sedangkan Liok Ci Khim Mo begitu jahat. Hal itu
membuat mereka sulit menjawabnya. Setelah tertegun
sejenak, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata.
"Kau terlampau khawatir Ayahmu itu memiliki Pat Liong
Thian Im yang amat hebat Siapa yang mampu membasminya?
cepatlah bawa saja kami meninggalkan tempat ini!"
Oey Sim Tit menghela nafas panjang,
"Tam Cianpwee, aku tahu kalian tidak sudi mengabulkan
ini membuat hatiku tidak tenang, Kalau sampai ayahku terluka
di tangan kalian, bukankah secara tidak langsung aku yang
mencelakainya? sebab aku telah berkhianat padanya dengan
menolong kalian."
Wajah Tong Hong Pek langsung berubah.
"Kalau begitu, kau tidak perlu membawa kami pergi!"
Oey Sim Tit menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah
diliputi perasaan bingung dan serba salah.
1791
"Namun nuraniku tidak menghendakiku berbuat
demikian!" Oey Sim Tit menghela nafas panjang lagi,
kemudian melanjutkan, "Baik, cepat ikut aku!"
Semua orang saling memandang, Dalam hati masingmasing
tahu, Oey Sim Tit berhati bajik, Mereka semua tidak
banyak bicara lagi, segera mengikuti Oey Sim Tit dari
belakang.
Oey Sim Tit menuju ke arah barat. Tak lama mereka
sampai di sebuah lembah yang amat sempit yang hanya dapat
dilalui satu persatu orang, Tampak bebatuan terjal yang cukup
membuat langkah mereka lamban.
Oey Sim Tit berjalan di depan, yang lain mengikutinya dari
belakang. sembari berjalan, Lu Leng menuturkan kejadian
yang telah dialami dengan Toan Bok Ang. Barulah semua
orang tahu, apa sebabnya lengan Toan Bok Ang buntung.
Seusai Lu Leng menutur, Tong Hong Pek segera
mendekati Lu Leng dan berbisik
"Anak Leng! Kalau begitu, bagaimana kau terhadap Goat
Hua?"
Lu Leng menyahut dengan rasa sedih sekali.
"Guru, aku... aku tidak tahu!"
"Bagaimana tidak tahu? Goat Hua boleh dikatakan sudah
milikmu, apakah kau tidak akan mempedulikannya?" tanya
Tong Hong Pek.
Hati Lu Leng seperti tersayat
1792
"Guru, aku amat mencintai Goat Hua dalam hati!"
Tong Hong Pek berkata lagi.
"Kalau begitu, bagaimana kau terhadap Toan Bok Ang?"
Kening Lu Leng tampak berkerut-kerut, tidak tahu harus
menjawab apa.
"Aaah! Anak Leng, kau harus baik-baik jadi orang!" ujar
Tong Hong Pek lagi,
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berada di belakang mereka. Apa
yang dibicarakan dengan suara rendah, masuk ke dalam
teiinganya,
"Tentang urusan itu dibicarakan nanti saja!" katanya
kepada Tong Hong Pek,
Tong Hong Pek menghela nafas panjang lagi, kemudian
membungkam, Mereka terus berjalan, sehingga tak seberapa
lama sudah tiba di sebuah lembah lain,
Oey Sim Tit menghentikan langkahnya. Yang lain pun
mengikuti.
"Sete!ah melewati lembah ini kurasa tak ada urusan lagi
bagi kaitan semua," ujarnya memberitahukan.
"Saudara Oey, kau boleh pulang," kata Lu Leng kepada
anak Liok Ci Khim Mo itu.
Oey Sim Tit menyahut
1793
“Tidak! Aku harus mengantar kalian sampai di ujung mulut
lembah."
Mereka pun melanjutkan perjalanan. Tak lama sudah
sampai di mulut lembah. sementara hari sudah mulai gelap,
sehingga tidak tampak jelas keadaan di sekitar tempat itu.
Hanya Oey Sim Tit seorang yang dapat melihat dengan jelas,
sebab sejak kecil dia minum Sari Air Batu, Dia tetap terus jadi
penunjuk jalan bagi mereka. Namun ketika sampai di mulut
lembah itu tiba-tiba badannya dirasakan bergetar
Lu Leng yang langsung mengetahui adanya sesuatu yang
aneh, bertanya,
"Ada apa?"
Namun belum sempat dijawab oleh Oey Sim Tit mendadak
saja di luar mulut lembah terdengarlah suara tawa bergelak
keras. "Ha ha ha!
Bersamaan itu, tampak pula puluhan obor, sehingga di
depan sana jadi terang benderang. Ternyata di depan adalah
sebidang tanah kosong. Puluhan orang telah berdiri dengan
berbagai macam senjata tajam di tangan,
Terlihat Liok Ci Khim Mo berdiri paling depan membawa
harpa kuno Pat Liong Khim jari tangannya sudah menyentuh
tali senar harpa kuno itu!
Betapa terkejutnya semua orang, itu sungguh diluar
dugaan, menyaksikan itu, Lu Leng ingin menerjang, namun
Seh Cing Hua mencegahnya,
"jangan bergerak dulu!" bentak Liok Ci Khim Mo menatap
tajam ke arah delapan orang itu,
1794
Lu Leng terkejut bukan main mendengar itu, Liok Ci Khim
Mo tampak menatapi anaknya yang berada bersama Lu Leng
dan kawan-kawannya.
"Binatang! Aku sudah duga kau akan bawa mereka pergi
dan pasti melewati jalan ini, maka aku tunggu di sini!"
Sekujur badan Oey Sim Tit bergemetar seperti menggigil
kedinginan
"Ayah, aku... aku,.,." Oey Sim Tit tak mampu melanjutkan
kata-katanya,
Seh Cing Hua segera maju satu langkah dan langsung
menyambar golok pusaka Su Yang To di tangan Lu Leng,
Kemudian dia berbisik pada Oey Sim Tit
"Iblis kecil, menolong orang jangan kepalang tanggung!
Biar aku membekukmu!"
Oey Sim Tit tidak mengerti maksud Seh Cing Hua. Namun
wanita tua itu sudah mencengkeram lehernya. Golok pusaka
Su Yang To pun menempel di lehernya. Sesungguhnya
kepandaian Oey Sim Tit tidak dapat dibandingkan dengan Seh
Cing Hua. Tapi saat ini, Seh Cing Hua telah terluka parah,
sehingga cengkeramannya tak bertenaga sama sekali. Kalau
Oey Sim Tit ingin meronta, pasti dapat melepaskan diri,
Menyaksikan itu, Liok Ci Khim Mo terkejut bukan main.
Padahal dia sudah hampir memetik tali senar harpa Pat Liong
Khim. Seh Cing Hua mendorong Oey Sim Tit ke depan.
"Penjahat Liok Ci, kau cuma punya anak satu-satunya ini,
kan? Kalau kau berani membunyikan Pat Liong Khim, aku pasti
membuatmu putus turunan!"
1795
Wajah Liok Ci Khim Mo berubah hebat, dia tampak
tertegun, tapi setelah itu malah tertawa gelak,
"Ha ha ha! Kau boleh turun tangan terhadapnya! Aku kira
kau tidak berani!"
Seh Cing Hua tergegun, Liok Ci Khim Mo berkata lagi.
"Binatang kecil itu yang membawa kalian pergi, kalau
kalian membunuh nya, nama kalian pasti busuk selamalamanya
“
Seh Cing Hua tertawa aneh dan menyahut
"Mati ya sudah mati, bagaimana masih pedulikan ? nama
harum atau busuk?"
Usai menyahut Seh Cing Hua menekan golok pusaka Su
Yang To. seketika juga leher Oey Sim Tit tergores dan
berdarah, perbuatan itu, bukan cuma membuat wajah Liok Ci
Khim Mo berubah, bahkan Lu Leng dan lainnya juga terkejut
sekali
Lu Leng segera berkata tersendat-sendat.
"Bibi! Kau... kau...."
Seh Cing Hua langsung membentak.
"Kau jangan banyak omong! Liok Ci Khim Mo, cepat
minggir!"
Liok Ci Khim Mo tidak bergeming. Namun puluhan orang
yang berdiri di belakangnya segera berpencar
1796
Wajah Liok Ci Khim Mo tampak gusar bukan main. Namun
kemudian tersenyum dingin sambil membunyikan Pat Liong
Khim.
"Binatang kecil itu berniat membantu musuh, mati juga
tidak apa-apa!"
Begitu Pat Liong Khim Mo berbunyi, golok pusaka Su Yang
To di tangan Seh Cing Hua nyaris terlepas,
Lu Leng amat kebingungan dan gusar, Tapi ketika akan
menerjang Liok Ci Khim Mo, mendadak Oey Sim Tit berseru,
“Ayah...!"
Suara seruan Oey Sim Tit, penuh mengandung cinta kasih
terhadap orang tua. sehingga membuat jari tangan Liok Ci
Khim Mo tergetar dan suara harpa itu pun berhenti.
Oey Sim Tit segera berkata,
"Ayah, ananda telah bersalah! Tapi apakah Ayah tega
melihat ananda mati di bawah golok ini?"
Sesungguhnya Seh Cing Hua tiada maksud membunuh
Oey Sim Tit, Dia hanya ingin mengancam Liok Ci Khim Mo.
seandainya Liok Ci Khim Mo tidak berhnti, untuk turun tangan
terhadap Oey Sim Tit pun hanya akan sia-sia.
Sebab, Pat Liong Thian Im jika mempengaruhi jiwanya
maka tiada kesempatan baginya untuk turun tangan terhadap
Oey Sim Tit,
1797
Akan tetapi, suara seruan Oey Sim Tit tadi amat
menyentuh hati Liok Ci Khim Mo, sehingga langsung
menghentikan petikan tali senar harpa Pat Liong Khim,
Liok Ci Khim Mo memang amat jahat, tapi Oey Sim Tit
tetaplah darah dagingnya, Meski Oey Sim Tit telah melepaskan
semua orang, tapi suara seruannya tadi benar-benar membuat
Liok Ci Khim Mo tak tega melihatnya,
Tentunya Liok Ci Khim Mo tahu, kalau dia terus
membunyikan Pat Liong Thian Im, Seh Cing Hua pasti tidak
dapat turun tangan jahat terhadap Oey Sim Tit, Namun
hatinya amat tergetar oleh suara seruan anaknya, maka tanpa
sadar langsung berhenti
Begitu suara harpa berhenti, suasana di tempat itu jadi
hening, Tiba-tiba Seh Cing Hua berkata.
"Liok Ci Khim Mo, kalau kau minggir, kami akan
melepaskan anakmu ini!" sepasang matanya berubah garang,
menatap semua orang, sementara itu tampak Giok Bin Sin
Kun-Tong Hong Pek tertawa,
"Liok Ci Khim Mo, legakanlah hatimu!"
Oey Sim Tit segera menyambung, memanfaatkan
kesempatan itu.
"Ayah berlega hati saja! Aku tidak akan terjadi apa-apa,
kalau terjadi sesuatu, bukankah Ayah masih bisa membalas
dendamku?"
Liok Ci Khim Mo menyahut dengan dingin,
1798
"Binatang kecil, kau bermaksud baik menolong orang, tapi
orang malah berbuat tega terhadapmu maka kau harus
mengerti!"
Ketika Liok Ci Khim Mo berhenti membunyikan harpa Pat
Liong Khim, Oey Sim Tit amat berterima kasih. Kini Liok Ci
Khim Mo bersedia melepaskan mereka semua, pertanda
dirinya amat penting bagi Liok Ci Khim Mo. Tentu saja Oey
Sim Tit terharu sekali Dengan menitikkan air mata dia berkata,
"Ayah, aku tahu!"
Liok Ci Khim Mo diam, lalu minggir ke samping beberapa
langkah.
Betapa gembiranya Tong Hong Pek dan lainnya, Mereka
semua segera berjalan pergL sementara Seh Clng Hua tetap
mengancam Oey Sim Tit dengan golok pusaka Su Yang To.
Namun baru beberapa langkah saja mereka berjalan,
mendadak Liok Ci Khim Mo membentak
"Berhenti!"
Bukan main terkejutnya semua orang, Lu Leng langsung
membalikkan badannya,
"Ada urusan apa?"
Sepasang mata Liok Ci Khim Mo menyorot bengis,
kemudian menyahut sepatah demi sepatah,
"Kalian semua, tak terkecuali harus tunduk kepadaku!
Kalau tidak pasti kalian mati di tanganku. Namun kalau berani
melukai Oey Sim Tit, kalian akan kusiksa hingga mati!"
1799
Lu Leng dengan geram menjawab.
"Asal kau tidak mengejar kami, tentu kami tidak akan
melukai saudara Oey! Mengenai tunduk pad-mu, janganlah
bermimpi di siang hari bolong! Kematian siapa yang berani
memastikannya!"
Liok Ci Khim Mo menatapnya tajam lalu bertanya dengan
suara parau,
"Kapan kalian akan melepaskannya?"
"Asal kau tidak bergerak dari tempat ini, seratus mil
kemudian, kami pasti melepaskannya!" sahut u Leng, tegas,
Liok Ci Khim Mo tertawa dingin, Dia mengibaskan
tangannya maka puluhan orang yang berdiri di belakangnya
langsung mundur setelah itu Liok Ci Khim Mo segera mencelat
mundur
Menyaksikan Liok Ci Khim Mo melompat mundur, semua
orang tahu kepandaiannya sudah maju pesat Ternyata selama
ini, Liok Ci Khim Mo amat giat berlatih.
Maka kedelapan orang itu segera melanjutkan perjalanan.
Enam atau tujuh mil setelah meninggalkan lembah dan
rombongan Liok Ci Khim Mo, mereka berhenti untuk
beristirahat sejenak
"Berjalan dengan cara demikian terlalu membuang banyak
waktu," ujar Lu Leng, "Aku akan berusaha mencari beberapa
ekor kuda, agar kita bisa lebih cepat melakukan perjalanan "
Tong Hong Pek menganggukkan kepala menyetujuinya,
1800
"Betul, tapi kau tidak boleh menimbulkan masalah lagi!"
ujarnya memperingatkan.
Lu Leng mengangguk
"Adik Leng, aku ikut kau!" pinta Toan Bok Ang yang
mendengar Lu Leng akan pergi mencari kuda,
Lu Leng mengerutkan kening,
"Kakak Ang, guru dan lainnya terluka parah. Tak mungkin
kita pergi bersama-sama."
Toan Bok Ang terdiam. Betul juga apa yang dikatakan Lu
Leng,
"Baiklah, cepat pergi dan segera pulang!"
Lu Leng segera melesat meninggalkan mereka yang saat
itu sebenarnya sudah melewati gunung Tiong Tiau San.
setelah Lu Leng pergi Toan Bok Ang berkata,
"Kita cari suatu tempat untuk bersembunyi dulu!"
Seh Cing Hua sudah tidak mencengkeram leher Oey Sim
Tit lagi Mereka memasuki sebuah rimba, lalu duduk
beristirahat. Tiba-tiba Tong Hong Pek memanggil Oey Sim Tit
"Sim Tit, kali ini kau menyelamatkan kami lagi." ujar Tong
Hong Pek.
Oey Sim Tit cuma menundukkan kepala, kelihatan dalam
hatinya terganjel banyak urusan,
1801
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen pun ikut berkata.
"Sim Tit, ketika berada di Cing Yun Ling Go Bi San, kau
merebut harpa Pat Liong Khim dari tangan ayahmu, Semua
kaum rimba persilatan amat berterima kasih padamu!"
Perlahan-lahan Oey Sim Tit mendongakkan kepala, tampak
air matanya bercucuran, membuat semua orang heran.
Ketika Tong Hong Pek baru mau bertanya, mendadak Oey
Sim Tit berlutut di hadapan semua orang,
"Cianpwee sekalian, aku punya satu permohonan," ujarnya
dengan sungguh-sungguh,
Tong Hong Pek maju selangkah, memapahnya bangun
seraya berkata,
"Kau punya permohonan apa, beritahukanlah!"
"Aku mohon pada kalian semua, selanjutnya jangan
bermusuhan dengan ayahku lagi!"
Semua orang diam, hanya saling memandang dengan
perasaan bingung,
Oey Sim Tit memandang mereka dengan gugup, lalu
bertanya,
"Apakah kalian tidak sudi mengabulkannya?"
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menghela nafas panjang
1802
"Sim Tit, permohonanmu ini amat menyulitkan kami,
Ayahmu adalah musuh kaum rimba persilatan. Walau kami
tahu tak dapat melawannya, tapi harus tetap menentangnya."
Air mata Oey Sim Tit semakin deras bercucuran.
"Kalian bermusuhan dengan ayahku, sedangkan aku
menyelamatkan kalian beberapa kali, Hal ini tentu sangat
mengecewakan hati ayahku, Dia,., dia begitu mencintaiku
bagaimana mungkin aku jadi anak durhaka?"
Tong Hong Pek dan lainnya diam. Wajar Oey Sim Tit
menyayangi Liok Ci Khim Mo, sedangkan Liok Ci Khim Mo
adalah ayahnya,
Lagi pula Oey Sim Tit berhati bajik dan gagah, Walau tahu
perbuatan ayahnya tidak baik, dia tidak berani menentang,
sehingga membuat hatinya berduka sekali. seandainya dia
berani melawan ayahnya, sudah pasti dianggap sebagai anak
durhaka,
* * * *
Bab 84
Cukup lama mereka semua terdiam, hanyut dalam pikiran
masing- masing. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen yang mendahului
angkat bicara.
"Sim Tit, aku mengerti bagaimana perasaanmu."
1803
"Kalau begitu, kalian semua tidak akan memusuhi ayahku
lagi? Aku akan segera pulang memberitahukan pada ayahku,
dia pasti gembira mendengarnya..
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak!"
Wajah Oey Sim Tit langsung berubah, mulutnya ternganga
lebar, tak tahu harus berkata apa. Kemudian Cit Sat Sin Kun-
Tam Sen berkata dengan agak lembut
"Sim Tit, kami semua tahu perasaanmu Tapi kami tidak
bisa tidak memusuhi ayahmu, sebab ini menyangkut seluruh
rimba persilatan "
Tong Hong Pek, Seh Cing Hua, dan lainnya manggutmanggut
sedangkan wajah Oey Sim Tit menyiratkan
penderitaan batinnya
"Sim Tit, kau dengarkan dulu! Kau memang sering
menolong kami. Dalam hati, kami amat berterima kasih
padamu. seandainya lain kali kami terjatuh lagi ke tangan
ayahmu, kau memejamkan mata membiarkan kami mati, kami
pun tidak akan menyalahkanmu!"
Usai Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata, airmata Oey Sim Tit
bercucuran lagi,
“Tapi nuraniku tidak mengizinkanku tidak menolong
kalian."
Semua orang terharu mendengar itu. Seh Cing Hua
tertawa seraya berkata,
1804
"Setan iblis kecil, nuranimu harus tenang, sebab kau telah
menyelamatkan kami."
Oey Sim Tit menundukkan kepala, kemudian melangkah
pergi, Dia duduk di bawah pohon.
Semua orang tahu, batin Oey Sim Tit amat menderita
Kalau orang yang tidak paham akan perasaannya, tentunya
akan tertawa, Karena ayahnya kini adalah Bu Lim Ci Cun,
seharusnya dia bisa bertindak sewenang-wenang, Apabila Oey
Sim Tit berhati gagah, dia pun boleh menentang Liok Ci Khim
Mo.
Namun Oey Sim Tit bukan orang semacam itu, Dia
memang berhati bajik, namun juga mencintai ayahnya. itu
memang sudah nasib, sebab dia putra Liok Ci Khim Mo.
Semua orang memandangnya, tiada seorang pun yang
bersuara. Maka suasana menjadi hening, Berselang beberapa
saat, barulah Tong Hong Pek bertanya kepada Toan Bok Ang,
bagaimana gadis itu bisa bertemu Lu Leng.
Toan Bok Ang menceritakan secara singkat tapi jelas,
sementara itu hatinya mencemaskan Lu Leng yang belum
kembali.
Karena sudah begitu lama mereka menunggu dan Lu Leng
belum juga kembali, akhirnya bukan hanya Toan Bok Ang
yang tidak tenang, Bahkan Tong Hong Pek, Tam Sen, Seh
Cing Hua, dan lainnya pun mulai cemas, perasaan semua
orang tercekam, hanya Tong Hong Pek yang masih tertawa
meskipun tampak dipaksakan juga,
Toan Bok Ang mulai tak sabaran. Gadis itu membantingbanting
kaki seraya bergumam.
1805
"Adik Leng kok belum kembali?"
Oey Sim Tit menghampiri mereka seraya berkata,
"Aku akan pergi mencarinya."
"Kau tidak boleh pergi!" sahut Seh Cing Hua, melarang.
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen lalu menjelaskan
"Sim Tit, kami bukan takut kau tidak kembali, Tetapi kalau
kau pergi, mendadak Liok Ci Khim Mo ke mari, kami pasti
mati."
Oey Sim Tit membungkam, sedangkan Toan Bok Ang
tampak gugup dan panik sekali,
"Kita tidak bisa terus menerus duduk menunggu di sini,
alangkah baiknya kita berjalan mencari Lu Leng."
"Benar." sahut Tong Hong Pek.
Mereka semua bangkit berdiri, lalu berjalan meninggalkan
rimba itu, ke arah Lu Leng melesat pergi tadi, Tujuh delapan
mil kemudian, mendadak terdengar suara ringkikan kuda,
Giranglah hati Toan Bok Ang, Dia segera melesat ke
depan, tetapi, gadis itu jadi tertegun
Ternyata di depan tampak tujuh ekor kuda, sedang
memakan rumput, namun tidak tampak seorang pun di sana,
1806
Setelah Toan Bok Ang tertegun sejenak, Tong Hong Pek
dan lainnya juga sudah tiba di tempat itu. Ketika melihat kudakuda
tersebut, mereka pun tertegun
Toan Bok Ang menengok ke sana ke mari, lalu bertertakteriak
memanggil Lu Leng,
"Adik Lcng! Adik Leng!"
Suara teriakan gadis itu bergema ke mana-mana, namun
tiada sahutan,
Toan Bok Ang merasa hatinya tenggelam entah ke mana,
seperti tenggelam ke dalam lobang yang amat dalam.
Mendadak dia membalikkan badannya lalu menatap tajam
Oey Sim Tit.
Oey Sim Tit menggeleng-gelengkan kepala, "Nona Toan,
ayahku khawatir aku akan celaka, sudah pasti tidak akan
mencelakai Lu Siauhiap." ujamya,
Tak tertahan lagi Toan Bok Ang langsung menangis.
"Kalau begitu, Adik Leng ke mana?" katanya dengan
terisak-isak.
Siapa yang dapat menjawab? Yang mendengar pertanyaan
tersebut hanya saling memandang,
Toan Bok Ang memandang Oey Sim Tit.
"Saudara Oey, aku mohon bantuanmu!" ujarnya dengan
air mata bercucuran
1807
"Apa yang dapat kubantu? Katakanlah Nona Toan!" tanya
Oey Sim Tit.
Walau air mata Toan Bok Ang terus mengucur, namun
wajahnya tampak serius sekali
"Saudara Oey, ketika Adik Leng mau pergi, dia
menyuruhku menjaga mereka, Kini sudah ada kuda tapi tiada
orangnya, sudah pasti terjadi sesuatu atas dirinya, Aku harus
pergi mencarinya, bersediakah kau melindungi mereka
meninggalkan tempat ini?"
Oey Sim Tit mengangguk
"Aku bersedia."
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersenyum getir
"Gadis kecil, bagaimana kau tahu telah terjadi sesuatu atas
diri anak Leng. Tahukah kau dia berada di mana? Lebih baik
kau pergi bersama kami, setelah luka kami sembuh, barulah
kita bersama-sama mencari nya."
Toan Bok Ang berkeras.
"Tidak! Tidak peduli dia berada di mana dan terjadi apa,
pokoknya aku harus pergi mencarinya!
“Cianpwee bertiga, silakan berangkat duluan!"
Tong Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua saling
memandang, kemudian mendadak tertawa gelak.
1808
Begitu melihat mereka bertiga tertawa gelak, Toan Bok
Ang terheran-heran, Ketika dia baru mau bertanya, Cit Sat Sin
Kun-Tam Sen justru sudah mendahului berkata,
"Kami bertiga sudah puluhan tahun belajar ilmu silat,
maka memperoleh sedikit nama. Tapi kini malah menjadi
orang tak berguna, Memang tidak salah, ombak belakang
mendorong ombak depan, Nona Toan. Kami tidak bisa
menghalangimu hati-hati saja!"
"Cianpwee bertiga cuma terluka parah, Mengenai ilmu
silat, ingin belajar setengahnya dari Cianpwee, entah berhasil
atau tidak dalam hidupku ini."
"Masa depanmu amat cenierlang, jangan sia-siakan dirimu
sendiri!" ujar Seh Cing Hua sungguh-sungguh,
Toan Bok Ang menengok lengan kanannya, lalu tampak
tercenung, Tong Hong Pek tahu maksud hatinya, maka segera
berkata,
"Gadis kecil, sebelah lenganmu buntung, itu tidak jadi
masalah, Dulu dalam rimba persilatan, muncul seorang
pengemis aneh, Tok Ciu Kay (Si pengemis Lengan Tunggal)
Sioh Si, berkepandaian amat tinggi, siapa yang mampu
menandingi kepandaiannya?"
Toan Bok Ang tersenyum getir
"Terima kasih atas kebaikan Cianpwee telah menghiburku,
harap Cianpwee jangan membuang waktu lagi, cepatlah
pergi!"
Seh Cing Hua maju dua langkah, menepuk bahu gadis itu
seraya berkata,
1809
"Kau mau pergi mencari anak Leng, entah akan
menghadapi apa, kami justru tidak dapat membantumu Aku
punya suatu mainan kecil, di saat genting dapat di pergunakan
untuk meloloskan diri. Boleh dikatakan amat bermanfaat
bagimu, maka kuhadiahkan kepadamu."
Sembari berkata, Seh Cing Hua mengeluarkan suatu benda
sebesar telor ayam, warnanya putih bergemerlapan lalu
diberikan kepada Toan Bok Ang. Gadis itu segera
menerimanya. Dirasanya cukup berat tapi tidak tahu benda
apa itu.
"Benda itu hanya dapat dipergunakan sekali. Kalau tidak
dalam keadaan genting, jangan dipergunakan! Cara
mempergunakannya amat gampang, cukup dibanting ke atas
tanah, pasti ada gunanya!" ujar Seh Cing Hua.
Toan Bok Ang tahu dirinya akan pergi mencari Lu Leng,
sudah pasti akan menghadapi berbagai macam bahaya, Kalau
tidak, bagaimana mungkin Seh Cing Hua menghadiahkan
benda itu kepadanya, Karena itu, dengan hati-hati sekali Toan
Bok Ang menyimpan benda itu ke dalam bajunya,
Tong Hong Pek dan lainnya naik ke punggung kuda, Oey
Sim Tit sebagai penunjuk jalan, maka memacukan kudanya di
paling depan.
Semua kuda itu berjumlah tujuh ekor, kini tersisa seekor
Toan Bok Ang menengok ke sana ke mari, jalanan tampak
tidak rata, Di sekitar tempat itupun banyak batu curam.
percuma naik kuda, pikir gadis itu, jalan kecil itu dari arah
selatan ke arah utara, tentunya Lu Leng tidak mungkin
menuju ke arah utara, Kalau dia menuju ke arah utara, pasti
akan bertemu Toan Bok Ang di dalam rimba.
1810
Lu Leng juga tidak mungkin menuju ke arah selatan,
sebab akan kembali ke istana Ci Cun Kiong.
Toan Bok Ang terus berpikir. Maka teringat pula ketika Lu
Leng mau pergi, Tong Hong Pek telah berpesan padanya,
jangan menimbulkan masalah lagi, sementara dirinya sendiri
juga berpesan padanya "Cepat pergi segera pulang". kalau
tiada suatu halangan atau kejadian untuk meninggalkan
tempat itu, sudah pasti Lu Leng tidak akan pergi,
Padahal mesti Lu Leng tahu, Kalau dirinya terlalu lama,
Toan Bok Ang pasti akan menyusu)nya. Toan Bok Ang
berharap Lu Leng berada di sekitar tempat itu. ia terus
berusaha mencari dengan teliti dan hati-hati. Ke sana ke mari
disusun tempat itu, namun tak juga menemukan Lu Leng.
Rasa putus asa mulai menyelimuti hatinya. sementara itu
matahari telah berada di atas kepala, Padahal semalaman
Toan Bok Ang tidak makan dan minum, sehingga merasa lapar
dan haus, Tapi kecemasan hatinya melebihi rasa lapar dan
hausnya, Gadis itu berhenti Menghadap ke arah timur,
memandang ke kejauhan, suasana sepi tiada sesuatu pun
yang mencurigakan.
Toan Bok Ang tahu, kalau dia menuju ke arah yang salah,
mungkin selamanya tidak akan bertemu Lu Leng lagi, Oleh
karena itu, dia mengambil arah ke barat Namun tetap tak ada
tanda-tanda jejak Lu Leng, Dengan sisa semangatnya ia terus
melangkah, hingga akhirnya melihat sebuah pohon. Di sini
hatinya mulai curiga, Ditatapnya pohon itu, Ranting dan
cabangnya tampak patah,
Melihat itu, hatinya pun tergerak Dia segera melesat ke
arah pohon itu, Sampai di dekat pohon itu dia baru melihat
jelas bahwa usia pohon itu sudah tua dan amat keras pula,
1811
Toan Bok Ang memperhatikan bekas-bekas dahan pohon
yang patah itu. Maka mendadak bergembira, Hatinya yakin
patahnya dahan-dahan pohon itu disebabkan Kim Kong Sin Ci
yang dilancarkan Lu Leng, Mengapa Lu Leng mematahkan
dahan-dahan pohon itu? Apakah telah terjadi suatu sehingga
dia meninggalkan tanda di situ?
Toan Bok Ang tanpa berpikir lama, langsung mengambil
keputusan menempuh jalan ke arah barat untuk mengejar Lu
Leng, Gadis itu mengerahkan ilmu Ginkang hingga tak lama
sudah menempuh hampir dua puluh mil, Ternyata dia sampai
di tengah-tengah gunung, sepanjang jalan sepi-sepi saja, tidak
tampak apa pun. Hal itu membuat hati Toan Bok Ang semakin
gugup. Apakah dirinya telah salah arah? Ketika dia baru mau
kembali ke tempat semula, mendadak mendengar suara
bergemeretakan di pingggir jalan,
Toan Bok Ang langsung melesat ke jalan kecil itu.
Dilihatnya seseorang memikul dua buah tong kayu berisi air,
sedang berjalan, Begitu melihat ada orang, Toan Bok Ang
segera menyapanya, Setelah dekat, baru melihat jelas orang
itu, Sungguh besar kedua tong kayu yang dipikulnya dan
beratnya mungkin mencapai empat lima ratus kali, Kedua tong
kayu itu berwarna merah mengkilap. Setelah melihat Toan Bok
Ang jadi tertegun, sebab orang itu ternyata biarawati!
Wajahnya penuh keriput, menunjukkan usianya yang
sudah tua.
"Suthay! Apakah Suthay melihat seorang pemuda
melewati jalan ini?"
Biarawati tua cuma memandang Toan Bok Ang sejenak,
pertanyaan itu seakan tidak didengarnya lalu melangkah pergi.
1812
"Suthay harap berhenti!" seru Toan Bok Ang setelah
tertegun sebentar.
Sembari berseru Toan Bok Ang melesat mendahului
biarawati tua itu. Namun, sebelum Toan Bok Ang berdiri
tegak, biarawati tua itu sudah menggeserkan badannya
kemudian mencelat ke depan beberapa depa, Begitu gesit dan
cepat gerakannya padahal memikul dua tong air yang amat
berat
Tidak gampang Toan Bok Ang menemukan orang di
tempat itu. sehingga tak ingin ia melepaskan begitu saja
meskipun mengetahui kalau orang itu adalah biarawati,
Ketika biarawati tua itu mencelat ke depan, Toan Bok Ang
juga melesat ke depan seraya berkata,
"Orang yang telah menyucikan diri berhati bajik, kenapa
tidak menjawab pertanyaanku ?"
Biarawati tua berhenti, kemudian membuka mulut
mengeluarkan suara "Ah Ah Uh Uh"
Begitu mendengar suara itu, barulah Toan Bok Ang tahu,
ternyata biarawati tua itu gagu dan tuli, kelihatannya tidak
tahu apa yang ditanyakan Toan Boak Ang, Namun meskipun
tak mampu menjawab pertanyaannya, Toan Bok Ang tahu
tempat tinggal biarawati tua ini pasti tidak jauh, seorang
biarawati tua gagu dan tuli seperti ini saja memiliki
kepandaian begitu tinggi, apalagi pemimpinnya, Kemungkinan
besar berkaitan dengan hilangnya Lu Leng yang mendadak
itu,
1813
Setelah berpikir begitu, Toan Bok Ang mengambil
keputusan Dia langsung mendekati biarawati tua yang sudah
melangkah pergi. Toan Bok Ang mengikutinya dari belakang,
Langkah biarawati tua itu makin lama makin cepat,
sehingga Toan Bok Ang pun harus mempercepat !angkahnya.
Tak seberapa lama biarawati tua itu sudah membelok, Toan
Bok Ang terus mengikuti nya. Namun ketika Toan Bok Ang
hendak membelok, mendadak terdengar suara ledakan
menggelegar. Dan mendadak pula di bawah cahaya matahari
yang sudah mulai condong tampak cahaya merah panjang
bagaikan seekor naga meluncur ke arah Toan Bok Ang.
Gadis itu terkejut bukan main. Dia tidak melihat jelas apa
itu, yang diketahuinya ada orang menyerangnya entah dengan
benda apa.
Untung Toan Bok Ang memiliki Ginkang tinggi, Tubuhnya
langsung mencelat ke samping menghindari serangan itu.
Maka cahaya merah itu melewati sisinya. Dan sekejap
kemudian terdengar pula ledakan keras menggelegar seperti
yang pertama tadi. Toan Bok Ang yang sudah mendarat
sempurna tersentak kaget dengan mata membelalak. Betapa
tidak! serangan yang barusan mengancamnya ternyata hanya
berupa air yang berasal dari puncak sebuah batu.
Toan Bok Ang mendongakkan kepala, tampak biarawati
tua itu berdiri di atas batu sedang menatapnya dengan tajam
sekali, Tangan biarawati tua itu memegang sebuah tong air,
namun isinya telah kosong. Dapat diduga, sudah pasti
biarawati tua itu tadi menyerang Toan Bok Ang dengan
siraman air.
Dari tadi Toan Bok Ang sudah tahu, biarawati tua itu
berkepandaian tinggi. Namun sekarang baru jelas bahwa dia
1814
juga memiliki Lweckang sangat tinggi, Biarawati tua itu
menuding Toan Bok Ang, kemudian menunjuk tong air yang
lain. Setelah itu menggerak-gerakkan sepasang tangannya
pula seakan memberi kode.
Toan Bok Ang tahu maksudnya, kode itu menyatakan
apabila Toan Bok Ang masih mengikutinya, maka akan
diserangnya dengan siraman air.
Hilangnya Lu Leng yang amat mendadak apakah berkaitan
dengan biarawati tua inl? Toan Bok Ang tidak bisa
memastikannya! Akan tetapi, tingkah laku biarawati tua ini
justru menimbulkan kecurigaannya!
Toan Bok Ang memandang ke depan. Tampak tembok
warna kuning memanjang. Dia yakin biarawati tua itu tinggal
di kuil tersebut Kalau terus mengikutinya bisa berbahaya dan
sia-sia.
Karena itu, Toan Bok Ang segera melesat pergi, kemudian
bersembunyi di belakang sebuah batu besar, untuk mengintai
biarawati itu. Ternyata biarawati tua itu berjalan menuju ke
kuil tersebut
Toan Bok Ang menunggu sejenak, setelah biarawati tua itu
memasuki rimba yang jauh dari tempat itu, Toan Bok Ang pun
melangkah ke sana, Tak laraa sudah sampai di hadapan
tembok kuning.
Tembok itu tampak sudah tua, begitu pula pintunya.
Setelah mengamati sejenak, Toan Bok Ang mencelat ke atas,
Tangan kanannya meraih pinggiran tembok, lalu menekan
sehingga badannya terangkat sedikit untuk mengintip ke
dalam.
1815
Di dalam tembok terlihat rerumputan liar, seakan tempat
itu tiada penghuninya. Kalau tadi tidak bertemu biarawati tua,
tentu Toan Bok Ang tidak akan membuang waktu memeriksa
tempat ini. Karena rasa penasaran ingin mengetahui lebih
jelas, gadis itu menekankan lagi tangannya, Dan mendadak
dia melayang ke dalam. Tanpa membuang waktu Toan Bok
Ang mengeluarkan senjata Sian Tian Sin So untuk berjagajaga,
Hari sudah mulai senja, Toan Bok Ang berendap-endap
menuju ke pintu kuil, Suasana sepi, tak terdengar suara
apapun, Dengan hati-hati Toan Bok Ang menjulurkan tangan,
mendorong pintu yang tertutup rapat
Setelah pintu itu terbuka gadis itu melongok ke dalam
Sunyi dan sepi, Matanya dapat melihat sebuah patung Dewi
Kwan Im di ruang depan, tiga batang hio menyala
mengepulkan asap,
Tampak seorang biarawati tua duduk bersila di situ,
Matanya terpejam dengan tangan memegang tasbeh sambil
membaca doa, seakan tidak tahu akan keberadaan Toan Bok
Ang di pintu.
Toan Bok Ang mendorong pintu itu agar terbuka lebar, lalu
berjalan ke dalam satu langkah. Biarawati tua itu tetap tak
bergeming dari duduknya, selangkah demi selangkah Toan
Bok Ang mendekati nya. Sampai di sisi biarawati itu Toan Bok
Ang ingin menepuk bahunya, tapi segera diurungkan karena
terdengar suara orang dalam penderitaan
"Jangan tidak mempedu!ikan aku!"
Begitu mendengar suara tersebut sekujur badan Toan Bok
Ang tergetar Sebab pemilik suara itu ternyata Lu Leng.
1816
Toan Bok Ang tertegun Walau suara itu penuh
mengandung penderitaan, namun dia tak bisa memahami
maksud teriakan tadi, Akhirnya karena tidak sabaran, Toan
Bok Ang berseru memanggil
“Adik Leng!"
Suara seruannya amat keras, menggetarkan seluruh
ruangan Akan tetapi, biarawati tua itu kelihatan tidak
mendengarnya sama sekali,
Karena tiada sahutan, Toan Bok Ang tanpa menghiraukan
biarawati tua itu, langsung melesat ke arah pintu samping.
Keluar dari pintu samping, ternyata bertemu sebuah koridor
yang amat panjang menembus ke ruang dalam,
Toan Bok Ang memasuki ruang dalam itu, menengok ke
sana-ke mari, tapi tidak melihat seorang pun berada di situ.
Di ruang dalam itu juga terdapat sebuah patung Dewi
Kwan Im, beberapa batang hio menyala mengepulkan asap,
Namun yang membuat heran Toan Bok Ang, di mana
sebenarnya adanya Lu Leng, Tadi telinganya mendengar suara
Lu Leng dari dalam.
Toan Bok Ang berani memastikan kalau yang berteriak tadi
bukanlah orang lain, Namun di ruang dalam itu dia tak
bertemu seorang pun.
Toan Bok Ang segera mundur Namun baru mundur
selangkah, dia dikejutkan lagi suara orang di belakangnya
Ketika dia membalikkan badan dilihatnya biarawati tua yang
gagu dan tuli, dan masih membawa sebuah tong air. Dia
menatap Toan Bok Ang dengan penuh kemarahan. Setelah
1817
Toan Bok Ang membalikkan badannya, biarawati tua itupun
mengeluarkan suara yang penuh kegusaran
Karena biarawati tua itu gagu, maka Toan Bok Ang tidak
mengerti apa yang diucapkannya Toan Bok Ang berani
memastikan tadi Lu Leng berada di ruang dalam ini,
Tapi Lu Leng menghilang lagi, tentunya para biarawati
yang menyembunyikannya. Karena, tak masuk akal kalau
malah pergi begitu mendengar Toan Bok Ang memanggilnya.
Betapa gusarnya Toan Bok Ang terhadap biarawati tua
gagu itu. Sambil melangkah lebar mendekatinya dia
membentak
"Kalian apakan Lu Siauhiap?" Ketika melihat Toan Bok Ang
mendekat, biarawati tua gagu berteriak aneh sambil mundur
dua langkah, Kemudian dia melepaskan pengikat jubahnya,
diikat pada sebelah lengan nya.
Menyaksikan itu, sadarlah Toan Bok Ang bahwa biarawati
tua gagu itu memang ingin bertarung dengannya, Karena
melihat Toan Bok Ang cuma ada sebelah lengan, maka dia
pun mengikat sebelah lengannya agar sama, itu adalah
perbuatan orang gagah, tapi justru membuat hati Toan Bok
Ang jadi sedih, merasa seperti tersayat Kini dia telah menjadi
gadis cacat, hanya punya sebelah lengan saja.
Tapi lengan kirinya itu, justru diputuskan oleh orang yang
amat dicintainya. sehingga meskipun dalam keadaan cacat
hatinya tetap terhibur, karena sekarang telah memperoleh
cinta dari Lu Leng. Ketika bersama Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek dan lainnya, mereka cuma memandang lengannya
yang telah hilang itu, namun sama sekali tidak
menyinggungnya, Mereka bersikap demikian, tidak lain hanya
1818
agar tidak menyinggung perasaannya dan tidak menimbulkan
kesedihan dalam hatinya,
Akan tetapi, kini biarawati tua gagu itu mengikat lengan
kirinya sendiri, membuat perasaan Toan Bok Ang jadi
tersinggung, sehingga sekujur badannya bergemetar,
Sementara biarawati tua gagu itu terus menatapnya
dengan kening mengucurkan keringat Dia mengangkat
sebelah tangannya untuk menyeka keringat di kening.
Sedangkan Toan Bok Ang sudah tidak dapat bersabar lagi,
Dia maju selangkah sambil mengayunkan senjata Sian Tian
Sin So, menyerang dengan jurus Tian Kong Ciau Ciau (Cahaya
Kilat Bergemerlapan)
Bagian 41
Setelah menyerang dengan jurus tersebut, Toan Bok Ang
sendiri tidak mengerti mengapa dia begitu sadis terhadap
biarawati tua gagu itu. senjata Sian Tian Sin So memancarkan
cahaya putih melesat ke arah biarawati tua gagu, Biarawati
tua gagu menggeram, lalu mengangkat pikulan air untuk
menangkis. Maka terdengar suara yang menderu-deru disusul
kemudian dengan benturan yang menimbulkan suara
berdentang nyaring.
Sian Tian Sin So yang merupakan senjata andalan Mo
liong Seh Sih, ternyata tidak dapat mematahkan pikulan air
itu. Biarawati tua gagu mundur dua langkah, kemudian
melihat pikulan airnya, Terdapat bekas cekung. Biarawati tua
gagu itu menggeram lagi lalu segera memutar-mutar pikulan
airnya menyerang Toan Bok Ang dengan sengit
1819
Begitu melihat serangan itu, Toan Bok Ang tidak
menangkis, melainkan berkelit ke arah koridor. Akan tetapi,
biarawati tua gagu segera mencelat ke hadapan Toan Bok Ang
sambil menyerangnya. Karena tak sempat untuk mengelak
Toan Bok Ang menangkis serangan itu.
Tang!
Pikulan air itu tertangkis hingga miring. Toan Bok Ang
tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, cepat menyerang
dengan jurus Lui Tian Kauw Cak (Kilat Dan Geledek
Menggelcgar), jurus tersebut mengancam jalan darah Leng
Thai Hiat di punggung biarawati tua gagu itu,
Leng Thay Hiat yang di punggung, merupakan jalan darah
amat penting, Dapat dibayangkan betapa hebatnya jurus yang
dilancarkan Toan Bok Ang.
Mendadak badan biarawati tua gagu berputar, sehingga
ujung senjata Toan Bok Ang jadi mengarah pada jalan darah
Hwa Kay Hiat yang di bagian dada biarawati tua gagu itu.
Ketika ujung senjata Sian Tian Sin So hampir mengenai
jalan darah tersebut, Toan Bok Ang tersadar bahwa
serangannya terlampau membahayakan Namun sudah
terlambat Toan Bok Ang terpaksa memejamkan mata untuk
tidak melihat kematian yang mengenaskan biarawati gagu itu,
Di saat Toan Bok Ang memejamkan matanya, mendadak
badan biarawati tua gagu itu doyong ke belakang, sehingga
senjata Sian Tian Sin So melewati bagian dadanya,
Semula Toan Bok Ang mengira biarawati tua gagu itu tidak
dapat menghindar. Maka perubahan itu membuat Toan Bok
Ang tertegun
1820
Di saat bersamaan pikulan air menyapu ke arah pinggang
Toan Bok Ang. Dengan rasa kaget gadis itu langsung menarik
nafas dalam-dalam, kemudian badannya mencelat ke atas
menghindar dari serangan
Tanpa diduga biarawati itu pun mencelat ke atas sambil
mengayunkan pikulan air ke arah kepala Toan Bok Ang.
* * * *
Bab 85
Kali ini Toan Bok Ang tidak dapat berkelit, terpaksa
mengayunkan senjata Sian Tian Sin So untuk menangkis
serangan itu,
Tang!
Terdengar suara benturan keras senjata Sian Tian Sin So
terpental, sedangkan pikulan air itu terus meluncur ke arah
kepala Toan Bok Ang.
Toan Bok Ang jadi gugup, namun masih sempat miringkan
kepalanya sambil meloncat ke belakang,
Namun sebelum Toan Bok Ang berdiri tegak, pikulan air
telah berkelebat ke arah kepalanya lagi, Kali ini Toan Bok Ang
betul-betul tidak dapat menangkis maupun berkelit Gadis itu
kelihatan pasrah sambil menghela nafas panjang,
Namun mendadak saja sesosok bayangan berkelebat ke
tempat pertarungan seuntai tasbeh tahu-tahu menangkis dan
melilit pikulan air, hingga tertahan.
1821
Toan Bok Ang tidak melihat jelas siapa yang muncul. Dia
cepat-cepat mencelat ke samping, kemudian melihat ke arah
sosok bayangan Orang itu ternyata biarawati tua yang berdoa
di ruang depan,
Biarawati gagu tersentak kaget melihat kedatangan
biarawati tua itu. Biarawati tua menatapnya tajam, kemudian
mengibaskan tangannya maka biarawati tua gagu tidak berani
bersuara lagi dan segera mundur
Toan Bok Ang menarik nafas lega, Mendadak biarawati tua
menggerakkan tangannya dan tahu-tahu untai tasbeh itu telah
melayang kembali ke tangannya, Biarawati tua membalikkan
badannya sambil merangkapkan sepasang tangannya,
"Kau ke mari ada petunjuk apa?"
Semula Toan Bok Ang mengira biarawati tua itu juga gagu
dan tuli, tapi setelah mendengar pertanyaannya dia segera
menyahut.
"Aku sedang mencari orang."
"Biarawati gagu memberi tahu kan, bahwa kau terus
mengikutinya pasti tidak berniat baik. Temyata kau sedang
mencari orang?"
Toan Bok Ang melihat wajah biarawati tua itu penuh welas
asih, jelas merupakan biarawati yang berilmu tinggi Hal itu
membuat Toan Bok Ang harus menghormati nya.
"Ya!"
Toan Bok Ang menganggukkan kepala,
1822
"Kau mencari siapa?"
Begitu mendengar pertanyaan itu, Toan Bok Ang jadi
gusar Tadi dia mendengar Lu Leng dari ruang dalam,
bagaimana mungkin biarawati tua itu tidak tahu? sekarang
malah berpura-pura tidak mengetahuinya,
Toan Bok Ang tersenyum dingin sebelum menjawab
pertanyaan biarawati tua itu.
"Cari siapa? Cari Lu Leng Lu Siauhiap!"
Biarawati tua itu memuji kebesaran Sang Buddha,
"Omitohud! Kau pasti keliru, di dalam kuilku ini tidak ada
Lu Siauhiap!"
Tadi aku mendengar suaranya, bagaimana kau katakan
tidak ada? Ketika aku mendengar suaranya, aku berada di
sisimu, apakah kau tidak mendengarnya?"
Biarawati tua itu menyahut
“Tadi aku dalam keadaan bersamedi, sama sekali tidak
mendengar suara apa pun."
Toan Bok Ang tertawa dingin.
“Terus terang saja! Lu siauhiap disembunyikan di mana?"
Biarawati tua itu menggeleng-geleng kepala,
"Kau bilang ada orang di sini, kenapa tidak mencarinya?
Aku sudah bicara sejujurnya tapi kau tidak percayai
1823
Toan Bok Ang menatap biarawati tua itu. Air mukanya
tidak tampak sedang berdusta.
Dia berpikir sejenak kemudian bertanya.
"Sebetulnya siapa kau?"
Biarawati tua itu tertawa hambar
"Aku hidup mengasingkan diri di tempat ini, sudah lama
melupakan nama sendiri Kalau kau tidak berhasil mencari
orang itu, lebih baik meninggalkan kuil ini!"
Badan Toan Bok Ang langsung berkelebat melesat ke arah
ruang dalam, Tadi dia mendengar dengan jelas, suara Lu Leng
berasal dari ruang dalam itu, Barusan biarawati itu
menyuruhnya mencari, mungkin ada suatu rahasia,
Karena itu, Toan Bok Ang segera mencari dengan teliti
sekali Akan tetapi hingga hari mulai malam, Toan Bok Ang
tidak menemukan apapun. Padahal kuil itu tidak begitu besar,
hanya terdiri dari beberapa kamar. Toan Bok Ang mencari
sampai ke ruang dapur, tapi tetap tak menemukan Lu Leng,
Dengan rasa heran dan bingung Toan Bok Ang kembali ke
ruang depan, Tampak biarawati tua itu duduk di situ, Ketika
Toan Bok Ang memasuki ruang depan, biarawati tua cuma
memandangnya sejenak
Toan Bok Ang amat penasaran karena tidak menemukan
Lu Leng, dia mendekati biarawati tua itu seraya membentak
"Kenapa kalian macam-macam, cepat beritahukan!"
Biarawati tua itu tersenyum.
1824
"Kau jangan mengacau di ruang sembahyang ini!"
Toan Bok Ang meludah,
"Phui! Kalau kau tidak beritahukan aku akan segera turun
tangan!"
Biarawati tua itu memandangnya kemudian ber kata
dengan hambar.
"Kau minggir selangkah!"
Toan Bok Ang tidak tahu apa sebabnya biarawati tua itu
menyuruhnya minggir selangkah, namun dia menurut
Biarawati tua menunjuk ke lantai yang terbuat dari balu,
Dan mendadak diayunkan tasbehnya ke arah lantai batu itu,
Serrrt!
Tasbeh itu menghantam lantai batu lalu dengan cepat
biarawati tua kembali menariknya.
Toan Bok Ang memandang ke arah lantai balu, seketika itu
juga hatinya berdebar-debar. Terayata lantai batu itu terdapat
bekas-bekas tasbeh, Hal itu membuat Toan Bok Ang terkejut
sekali, Dapat dibayangkan betapa tingginya Lweekang
biarawati tua itu,
Biarawati tua itu tersenyum dan berkata dengan lembut
"Di sini tidak ada orang yang kau cari itu, aku mau
bersemadi, kau boleh pergi sekarang."
1825
Toan Bok Ang tertegun Kalau bertanding dengan biarawati
tua itu, sudah tentu gadis itu bukan lawannya.
Kalau begitu, betulkah Lu Leng tidak berada di dalam kuil
ini? Atau tadi dia salah dengar?
Toan Bok Ang mengingat kembali akan apa yang
didengarnya tadi, kemudian hatinya tergetar.
Teringat akan teriakan Lu Leng tadi, pasti ditujukan
kepada seseorang, tidak mungkin dia berteriak seorang diri,
Kini di dalam kuil itu hanya terdapat dua biarawati tua, lalu
ke mana orang itu? Walau tahu dirinya bukan lawan biarawati
tua itu, namun Toan Bok Ang tetap bertanya.
"Ada berapa orang di dalam kuil ini?"
"Tiga orang," sahut salah seorang biarawati tua,
"Aku menggeledah ke sana ke mari, mengapa hanya kalian
berdua saja?" kata Toan Bok Ang.
Biarawati tua itu mengeluarkan suara "Oh" dan berkata,
"Gadis muda itu tidak ada?"
Toan Bok Ang tertegun.
"Gadis muda yang bagaimana?"
"Beberapa hari yang lalu, ada seorang gadis muncul di sini
Dia terus memandangku setelah itu mendadak menangis
sambil bertutut, bermohon kepadaku agar dia diterima
1826
menjadi biarawati, Aku melihat dia masih muda, maka
menasihatinya jangan menggunting rambutnya " tutur
biarawati tua itu.
"Bagaimana rupa gadis itu?" tanya Toan Bok Ang.
"Dia memohon kepadaku agar jangan menceritakan
tentang dirinya kepada siapa pun. Aku mengabulkannya maka
aku tidak dapat menceritakannya," sahut biarawati tua itu.
Toan Bok Ang menghempaskan kaki seraya berkata,
"Urusan ini menyangkut orang yang amat kucintai, kau
tidak mau menceritakannya?"
Biarawati tua menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak bisa kuceritakan. Gadis itu tidak tahan, akhirnya
pergi, Kalau kau mau menemuinya, lebih baik pergi
mencarinya, mungkin dia belum pergi jauh, Kau jangan
mengganggu aku lagi." katanya,
Usai berkata, biarawati tua itu memejamkan matanya, lalu
mulai membaca doa. Toan Bok Ang amat cemas dan gugup,
Dia ingin bergebrak tapi bukan lawannya akhirnya dia
meninggalkan kuil itu, Walau belum berhasil mencari Lu Leng,
namun juga tidak sia-sia. Sebab dia tahu Lu Leng pernah
datang di kuil itu. Lu Leng menghilang mendadak kelihatannya
bukan terjadi sesuatu, melainkan dikarenakan seorang gadis,
Dari suara teriakan itu jelas gadis tersebut tidak
menggubrisnya. Lalu siapa gadis itu? Mengapa gadis itu tidak
menggubrisnya dan mengapa Lu Leng begitu menderita?
1827
Berpikir sampai di situ, hati Toan Bok Ang tidak bisa
tenang, Namun dia tetap menghibur diri sendiri bahwa Lu
Leng hanya mencintainya, sebab Lu Leng sendiri yang
menyatakannya,
Akan tetapi, Toan Bok Ang mulai merasa bahwa di antara
dirinya dengan Lu Leng ada yang tidak beres. Walau dia tidak
dapat mengetahui urusan apa itu, namun dapat merasakannya
dalam hati. Di luar kuil sudah gelap, Toan Bok Ang terus
berjalan dengan kepala tertunduk tanpa tujuan. Dia terus
bertanya dalam hati, siapa gadis itu?
Sesungguhnya sudah ada jawaban dalam hatinya, bahwa
gadis itu pasti Tam Goat Hua. Saat itu air mata Toan Bok Ang
telah membasahi pipinya, tapi dia sendiri tidak tahu dari kapan
air matanya mulai meleleh.
Hingga air matanya mengalir ke pipi, dia baru sadar bahwa
air matanya telah bercucuran Dia tidak menyeka air matanya,
hanya terus berjalan dengan kepala tertunduk Namun entah
berapa lama kemudian, mendadak dia berhenti. Ternyata
telinganya mendengar suara seseorang, yang penuh
penderitaan. Dia segera melesat ke arah datangnya suara,
sebab suara itu adalah suara Lu Leng,
Namun keadaan di tempat itu amat gelap, sehingga dia
tidak dapat melihat Lu Leng berada di mana, Maka, dia
berhenti lalu berdiri tak bergerak untuk memperhatikan
keadaan di sekitarnya. Tak seberapa lama, dia mendengar lagi
seorang wanita menghela nafas panjang dan berkata,
"Adik Leng, kau sudah punya kekasih, tapi kenapa masih
tidak mau pergi? Mau apa kau di sini?"
1828
Begitu mendengar suara itu, sekujur badan Toan Bok Ang
tergetar keras, karena dia mengenali suara itu yang tidak lain
suara Tam Goat Hua,
Kemudian terdengar suara Lu Leng yang penuh
kegembiraan.
"Kakak Goat, akhirnya kau berbicara juga! Kau... kau
sudah mulai mempedulikan diriku!"
"Pergilah kau! Aku membuka mulut justru menghendaki
kau pergi, selanjutnya jangan datang menemuiku lagi!" sahut
Tam Goat Hua hambar
"Tidak! Aku tidak mau pergi!" kata Lu Leng,
Mendengar pembicaraan itu, Toan Bok Ang nyaris pingsan
seketika. Badannya langsung sempoyongan, hampir
membuatnya terjatuh. Untung di sisinya terdapat sebuah batu
besar, maka dia segera bersandar di situ, Saat ini, dia merasa
sepasang kakinya lemas sekali, hampir tak kuat berdiri.
"Mau apa kau di sini sedangkan orang yang amat kau
cintai sedang menunggumu?" tanya Tam Goat Hua hambar
"Kakak Goat, kau telah salah paham, Orang yang amat
kucintai adalah kau," sahut Lu Leng,
Mendengar apa yang diucapkan Lu Leng, sepasang kaki
Toan Bok Ang bertambah lemas sehingga kalau tangannya
tidak memegang batu besar itu, dia pasti jatuh.
Bahwa Lu Leng mencintai Tam Goat Hua, Toan Bok Ang
memang sudah mengetahuinya Namun dia tidak menduga
1829
kalau pemuda yang sudah menyatakan cinta kepadanya itu
akan mengatakan begitu terhadap Tam Goat Hua,
Toan Bok Ang merasa dirinya bagaikan segumpal awan,
melayang-layang di udara.
Terdengar lagi Tam Goat Hua berkata,
"Aku tidak akan salah paham. Aku pernah dengar
bagaimana Toan Bok Ang mencintaimu, juga mendengar dari
mulutmu, betapa dalamnya cintamu kepadanya Adik Leng,
anggaplah di dunia ini tiada diriku! pergilah!"
"Kakak Goat, kau tetap salah paham. Aku berkata begitu
kepadanya hanya dikarenakan aku tanpa sengaja telah
mengutungkan sebelah lengannya." kau Lu Leng sambil
menangis,
Hati Toan Bok Ang makin berduka dan air matanya pun
bercucuran dengan deras, Dia menggigit bibirnya sendiri,
hingga nyaris mengeluarkan darah, Di saat bersamaan, awan
yang menutupi bulan melayang lewat, sehingga tempat itu
berubah menjadi agak terang.
Toan Bok Ang memandang ke depan, Dilihatnya Tam Goat
Hua duduk di atas tanah dan Lu Leng berdiri di hadapannya
sambil menatapnya dengan penuh cinta kasih.
Belum pernah Lu Leng menatapnya seperti itu, maka
seketika rongga dadanya seperti terbakar. Kalau dia tidak
dapat menekan api yang membara itu, dia sendiri pun tidak
tahu, entah apa yang akan terjadi,
Mendadak Toan Bok Ang berdiri tegak, lalu melangkah
maju seraya membentak dengan suara mengguntur.
1830
"Aku tidak mau kau menaruh kasihan kepadaku!"
Betapa terkejutnya Lu Leng dan Tam Goat Hua. Mereka
berdua segera membalikkan badan, kemudian Lu Leng
bertanya,
"Kakak Ang, bagaimana kau bisa sampai di sini?"
Toan Bok Ang sama sekali tidak mendengar pertanyaan Lu
Leng, Dengan air mata berderai-derai dia terus berteriakteriak.
"Aku tidak mau kau menaruh kasihan padaku! jangan
karena sebuah lenganku telah buntung, maka kau
menganggap diriku sebagai seekor anjing yang putus kakinya,
sehingga menaruh kasihan padaku!"
"Nona Toan, dengarkan dulu.,." kata Tam Goat Hua,
"Tidak mau dengar! Aku tidak mau dengar! perkataan apa
pun aku tidak mau dengar!" potong Toan Bok Ang,
Saking gusarnya nafas Toan Bok Ang menjadi memburu,
bahkan kemudian terbatuk-batuk,
"Perkataan apa pun aku tidak mau dengar! Di dunia ini
apakah masih ada perkataan yang benar?" lanjutnya,
Berkata sampai di situ, mendadak dadanya terasa sakit
sekali, kemudian mengeluarkan suara "Uaaak", ternyata
mulutnya menyemburkan darah segar.
Kebetulan Lu Leng sedang mendekatinya, maka darah dari
mulut Toan Bok Ang menyembur ke mukanya.
1831
Lu Leng tertegun, lalu berseru dengan penuh penderitaan
"Kakak Ang!"
Saat ini, Lu Leng memang tiada perkataan lagi, Yang dia
cintai dalam hati selama ini adalah Tam Goat Hua, Dia
menyatakan cinta kepada Toan Bok Ang, sama sekali bukan
merupakan rayuan gombal melainkan karena dia
mengutungkan sebelah lengan gadis itu, maka membuatnya
amat menyesal, lalu mengambil keputusan agar
menggembirakan sekaligus membahagiakannya. Namun ketika
itu hatinya amat menderita sekali,
Apa yang diucapkannya kepada Tam Goat Hua itu
berdasarkan suara hatinya, justru tidak boleh terdengar oleh
Toan Bok Ang, Akan tetapi, tidak disangka Toan Bok Ang
berada di tempat itu, mendengar semua perkataan Lu Leng.
Lu Leng tertegun ketika mukanya tersembur darah dari
mulut Toan Bok Ang.
"Kakak Ang, aku.,.!" serunya sambil maju selangkah.
Berkata sampai di situ, Toan Bok Ang sudah mengayunkan
tangannya menampar Lu Leng,
Plak!
Tamparan itu telak mendarat di pipi Lu Leng, Setelah itu
Toan Bok Ang membalikkan badannya dan langsung melesat
pergi,
"Nona Toan, jangan pergi! Kau harus tahu hati Adik
Leng,..!" seru Tam Goat Hua.
1832
Tam Goat Hua berhenti berseru, sebab dilanjutkan juga
percuma sebab Toan Bok Ang sudah tidak kelihatan lagi,
Lu Leng berdiri termangu-mangu di tempat sambil
mengusap pipinya yang ditampar Toan Bok Ang.
"Adik Leng, kau harus tahu bahwa kau telah
mencelakainya!" kata Tam Goat Hua sambil menatapnya.
Usai berkata, Tam Goat Hua melangkah pergi dan tak
lama sudah tidak tampak lagi bayangannya, Kini hanya tinggal
Lu Leng seorang, Dia terus berdiri mematung, Keadaan di
tempat itu berubah menjadi sunyi sepi dan hati Lu Leng pun
terasa hampa,
Toan Bok Ang pergi, Tam Goat Hua pun sudah pergi.
Namun dia kelihatan seperti tidak mengetahuinya, Walau
tamparan itu amat keras, namun Lu Leng sama sekali tidak
merasa sakit
Dia terus berdiri mematung di situ dengan sebelah
tangannya terus memegang pipinya yang ditampar Toan Bok
Ang. Entah berapa Uma kemudian, barulah dia menurunkan
tangannya itu dengan perlahan-lahan.
Telapak tangannya ternoda darah Toan Bok Ang.
Ditatapnya telapak tangannya itu sampai lama sekali. Dia tak
bergerak, tapi tangannya itu bergemetar.
Mendadak dia meraba pinggangnya, Akan tetapi, tidak
meraba apa pun di pinggangnya. sebetulnya dia ingin
mengambil golok pusaka Su Yang To untuk membacok lengan
kirinya, namun golok pusaka Su Yang To itu entah hilang di
mana. Saking tersiksanya dia menghempaskan dirinya ke
tanah, namun kemudian bangkit berdiri lagi
1833
Setelah bangkit berdiri, dia ingin berteriak memanggil Tam
Goat Hua dan Toan Bok Ang, namun kedua gadis itu telah
pergi.
Apakah Lu Leng merupakan pemuda yang tipis perasaan?
Tidak! justru sebaliknya dia adalah pemuda yang penuh
perasaan, bahkan juga memandang amat penting tentang
cinta, Tapi nasib telah mempermainkan dirinya, sehingga dia
harus terjerat oleh cinta, Dia maju beberapa langkah
menghampiri batu besar itu, lalu dipeluknya erat-erat
sepertinya ingin memeluknya sampai hancur
Lu Leng mengerahkan tenaganya tapi mendadak teringat
akan kejadiannya ketika bertemu Tam Goat Hua. Ketika
meninggalkan Tong Hong Pek dan lainnya, dia melesat pergi
belasan mil tiba di sebuah kota kecil. Di kota itu dia membeli
tujuh ekor kuda lalu segera kembali...
Dia tahu bahwa Tong Hong Pek dan lainnya berada di
suatu tempat yang tak jauh dari istana Ci Cun Kiong. Sudah
barang tentu tempat itu sangat membahayakan mereka
semua, maka dia segera kembali
Akan tetapi, apa yang akan terjadi memang di luar
dugaannya, Kira-kira beberapa mil lagi sampai di tempat Tong
Hong Pek, mendadak dia menghentikan kudanya,
Ternyata dia melihat sosok yang ramping sedang berjalan
membelakanginya. Orang itu berjalan tidak begitu cepat
Walau mendengar suara ringkikan kuda, tapi dia tetap tidak
menoleh. Ketika Lu Leng melihat bayangan belakang orang
tersebut, justru tertegun.
Pada saat itu, Lu Leng tidak berpikir lain kecuali
mengejarnya. Sebab kalau tidak, mungkin tidak akan bertemu
1834
orang itu lagi. Ternyata ketika melihat bayangan belakang
orang itu, Lu Leng sudah mengenalmya, yang tidak lain Tam
Goat Hua. Walau rambutnya terurai dan gadis itu mengenakan
pakaian kasar, namun Lu Leng tetap mengenali nya.
Lu Leng tidak menghiraukan apa pun, langsung
mengejarnya Tapi belasan depa kemudian, mendadak dia
teringat akan Tong Hong Pek dan lainnya,
Kalau dia tidak kembali, mereka semua pasti cemas dan
gugup memikirkannya, Oleh karena itu, dia segera
mematahkan dahan pohon menggunakan jurus It Ci Keng
Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit), sebagai tanda bahwa
dia pergi melalui tempat itu, sedangkan Tam Goat Hua terus
berjalan Namun dalam sekejap Lu Leng sudah berhasil
menyusulnya,
"Kakak Goat!" teriaknya.
Begitu Lu Leng berteriak sekujur badan Tam Goat Hua
tergetar lalu dia menoleh kan kepalanya ke belakang. Kini Lu
Leng sudah berada di belakangnya, Dia tertegun ketika
melihat wajah gadis itu, Ternyata wajah gadis itu pucat pias
bagaikan kertas, tiada warna darah sama sekali.
Yang mengejutkan Lu Leng bukan karena wajahnya pucat
pias, melainkan karena tatapan nya yang amat dingin. Belum
pernah Lu Leng menyaksikan wajah Tam Goat Hua seperti itu,
Lu Leng mundur beberapa langkah, setelah itu barulah
berseru.
"Kakak Goat, kenapa kau?"
1835
Tam Goat Hua tidak menyahut malah segera melesat pergi
laksana kilat. Lu Leng sudah menduga bahwa Tam Goat Hua
tidak akan mau bertemu dengan dirinya lagi, Namun tidak
menduga kalau gadis itu akan menatapnya dengan begitu
dingin, seakan terhadap orang yang tak dikenalnya,
Ketika Lu Leng dan Tam Goat Hua tanpa sengaja bertemu
di gunung Tang Ku Sat, gadis itu segera lari, namun wajahnya
tidak begitu dingin, hanya diliputi penderitaan Tapi kini,
wajahnya justru begitu dingin
Sudah barang tentu membuat Lu Leng menjadi tertegun.
Ketika dia baru mau mengejarnya, gadis itu sudah berada di
kejauhan belasan depa, Walau Lu Leng tahu Tam Goat Hua
tidak mau menemuinya, tapi dia tetap mengejarnya.
Sembari mengejar Lu Leng berteriak-teriak memanggilnya,
namun Tam Goat Hua sama sekali tidak menghiraukannya,
Oleh karena itu, Lu Leng terus mengejarnya mati-matian.
Tak seberapa lama kemudian, mereka berdua sampai di
sebuah kuil Tam Goat Hua segera memasuki kuil itu dengan
meloncat tembok.
Lu Leng tertegun, namun kemudian mengejar ke dalam
juga dengan meloncat tembok. Sarapai di dalam, dia melihat
Tam Goat Hua memasuki ruang dalam kemudian langsung
mengejarnya,
Tam Goat Hua duduk bersila di ruang dalam menghadap
patung Dewi Kwan Im dan tiga batang hio menyala
mengepulkan asap,
Lu Leng tertegun, lalu menghampirinya seraya berseru.
1836
"Kakak Goat, kenapa kau menyusahkan diri sendiri?"
Tam Goat Hua tetap duduk bersila tak bergerak, namun
wajahnya sudah tidak begitu dingin lagi.
Lu Leng sudah berada di hadapannya,
"Kakak Goat, kalaupun kau tidak menghiraukanku. Paman
Tam berada di tempat yang tak jauh dari sini Apakah kau juga
tidak mau pergi menemui mereka?" katanya sambil menatap,
Tam Goat Hua mengerutkan kening, tapi sama sekali tidak
mengeluarkan suara, Mata Lu Leng mulai mengucurkan air
mata,
"Kakak Goat, kenapa kau tidak mau bicara? jangan diam
saja!" katanya sambil menjulurkan tangannya untuk
menggenggam tangan Tam Goat Hua.
Namun gadis itu tak bergerak dan tangannya amat dingin
sekali, Maka Lu Leng terpaksa merenggangkan tangannya,
"Kakak Goat, aku tahu hatimu amat berduka, Kau mau
menjadi biarawati, itu adalah urusanmu, tapi tentunya kau
tahu, betapa berdukanya hatiku!" katanya.
Tam Goat Hua duduk bersila bagaikan sebuah patung,
sama sekali tidak bergerak.
Lu Leng termangu-mangu menatapnya dan air mata terus
berlinang-linang tak henti-hentinya,
"Kakak Goat, Liok Ci Khim Mo membangun istana Ci Cun
Kiong di gunung Tiong Tiau San, kau pasti tahu, Guru, Paman
1837
dan Bibi Tam semuanya terluka parah, Kakak Goat, apakah
kau tega membiarkannya?" katanya.
Tam Goat Hua tetap tak bergerak, bahkan matanya pun
sudah dipejamkan dan wajahnya berubah dingin sekali.
Lu Leng tertegun, kemudian menjatuhkan diri berlutut di
hadapan Tam Goat Hua,
"Jangan tidak mempedulikan aku!" katanya dengan penuh
penderitaan
Kebetulan di saat itu Toan Bok Ang berada di ruang
depan, maka dia mendengarkan suara Lu Leng,
"Adik Leng!" teriaknya,
Seharusnya Lu Leng mendengar suara teriakan Toan Bok
Ang, Namun karena di saat itu perhatiannya sedang tercurah
kepada Tam Goat Hua maka dia tidak mendengamya.
Akan tetapi Tam Goat Hua justru mendengar teriakan itu
dengan jelas, begitu pula apa yang diucapkan Lu Leng, Maka,
hatinya menjadi seperti tersayat
Lu Leng memang menderita sekali, tapi Tam Goat Hua
jauh lebih menderita dibandingkan dengan Lu Leng.
* * * *
Bab 86
Tam Goat Hua meninggalkan Tam Ek Hut dan Han Giok
Shia, setelah luka mereka sembuh,
1838
Dia juga mendengar tentang Liok Ci Khim Mo membangun
sebuah istana di gunung Tiong Tiau San dan menyebut dirinya
sebagai Bu Lim Ci Cun. Oleh karena itu, dia pun berangkat ke
gunung tersebut. Sebelum tiba di istana Ci Cun Kiong, dia
justru kebetulan tiba di kuil tersebut.
Sejak mengalami perubahan di Cing Yun Ling Go Bi San,
menggagalkan perjodohannya dengan Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek, membuat perasaannya menjadi kacau balau, Entah
sudah berapa kali dia ingin membunuh diri, namun
dibatalkannya, Maka ketika melihat kuil itu, dia langsung
masuk,
Dilihatnya seorang biarawati tua duduk bersila menghadap
patung Dewi Kwan Im sambil membaca doa dan Tam Goat
Hua termangu-mangu di situ, Maka, akhirnya dia mengambil
suatu keputusan dan langsung menjatuhkan diri berlutut di
hadapan biarawati tua itu,
Biarawati tua itu tetap membaca doa, sama sekali tidak
menghiraukan Tam Goat Hua. Lama sekali gadis itu berlutut,
kemudian mendongakkan kepala seraya berkata,
"Guru, teecu mohon diterima sebagai biarawati!"
Perlahan-lahan biarawati tua itu membuka matanya lalu
menatap Tam Goat Hua dengan lembut sekali. Tatapan itu
membuat hati Tam Goat Hua terasa sejuk, sehingga menjadi
agak tenang.
"cepatlah bangun, jangan terus berlutut!" katanya dengan
tersenyum.
"Guru, teecu mohon diterima menjadi biarawati!" sahut
Tam Goat Hua.
1839
Biarawati tua ku tertawa,
"Pintu Buddha memang luas sekali, tapi tidak gampang
memasukinya."
Tam Goat Hua tertegun ketika mendengar ucapan itu,
"Guru, Teecu sudah bertekad mau menjadi biarawati,"
katanya.
Biarawati tua itu menjulurkan tangannya kemudian
menepuk bahu Tam Goat Hua seraya berkata,
"Kau masih muda harus tabah menghadapi segala macam
cobaan, Pergilah, karena belum waktunya kau menghadap
Sang Buddha!"
Ketika Tam Goat Hua baru masuk, menganggap biarawati
tua itu sebagai biarawati biasa, Namun kini ketika melihat
sorotan matanya, barulah dia tahu bahwa biarawati tua itu
bukan biarawati biasa,
"Guru, luka dalam hati teecu hanya dapat diobati dengan
cara teecu menjadi biarawati di kuil ini," katanya setelah lama
sekali dia tertegun
Biarawati tua itu menggeleng-gelengkan kepala,
"Sulit! Lebih baik kau pergi saja!"
Bagaimana mungkin Tam Goat Hua mau pergi? Dia terus
berlutut di situ,
"Guru, teecu bermohon dengan bersungguh-sungguh!"
1840
Biarawati tua itu menatapnya dalam-dalam, kemudian
mengibaskan lengan jubahnya mengangkat bangun Tam Goat
Hua.
"Rambutmu tidak usah dipotong, kau boleh mencoba
menenangkan hati di kuil ini," katanya.
Tam Goat Hua mengangguk, lalu berjalan keluar. Di saat
itulah dia mendengar biarawati tua itu bergumam,
"Kalau hati resah, tidak gampang memasuki pintu Buddha,
Aaah., puluhan tahun, hati tidak akan bisa tenang!"
Tam Goat Hua tertegun mendengar ucapan itu.
"Guru, hati Teecu sudah bulat," katanya dengan suara
rendah.
Biarawati tua itu manggut-manggut.
"Mudah-mudahan demikian!"
Itu kejadian tiga hari yang lalu, Kini Tam Goat Hua mulai
bersemadi di dalam kuil itu. Hari pertama dia mengosongkan
pikirannya, tidak memikirkan apapun. Hari kedua, muncullah
berbagai macam pikiran, tapi dia berusaha menekan semua
pikiran itu sehingga dapat tenang kembali.
Hari ketiga, pikirannya mulai kacau balau, sehingga
membuatnya pergi keluar. Padahal dia hanya ingin jalan-jalan
sejenak, tapi tak disangka-sangka justru malah bertemu Lu
Leng.
Setelah duduk di ruang dalam, Lu Leng terus berkata,
Mendengar apa yang dikatakan Lu Leng, dia merasa ingin
1841
berteriak dan menerjang keluar. Akan tetapi dia dapat
menekan perasaannya itu, maka dia tetap tak bergfcrak.
Namun meskipun demikian, hatinya semakin kacau,
Hingga ketika mendengar suara teriakan Toan Bok Ang,
hatinya sudah tidak bisa tenang sama sekali, akhirnya dia
melesat keluar melalui jendela,
Begitu melihat Tam Goat Hua melesat keluar, Lu Leng
segera mengejarnya, dan dalam sekejap mereka berdua sudah
meninggalkan kuil itu, Maka, Toan Bok Ang tidak menemukan
Lu Leng di ruang dalam itu,
sementara Tam Goat Hua dan Lu Leng terus melesat
pergi. Tujuh delapan mil kemudian, barulah Tam Goat Hua
berhenti.
"Mengapa kau tidak mempedulikan aku? Mengapa kau
tidak mempedulikan aku? Mengapa?" tanya Lu Leng.
Wajah Tam Goat Hua menyiratkan penderitaannya, namun
hanya sekilas, kemudian berubah dingin.
"Kakak Goat, kau sedang memikirkan apa? Lebih baik kau
curahkan, jangan disimpan dalam hati, sebab itu tiada
gunanya." kata Lu Leng sambil menatapnya,
Tam Goat Hua berteriak-teriak dalam hati,
"Jangan mengeluarkan suara! jangan mengeluarkan
suara!"
Akhirnya dia duduk dan tetap mengingatkan dirinya sendiri
agar tidak mengeluarkan suara, Akan tetapi, dia tidak dapat
bertahan dan akhirnya membuka mulut
1842
Saat itu, hari sudah gelap, kebetulan Toan Bok Ang datang
di tempat itu dan mendengar percakapan mereka,
Sementara Lu Leng masih memeluk batu besar, sesaat
kemudian barulah berteriak-teriak dengan penuh penderitaan.
"Kakak Goat, kau tidak boleh menjadi biarawati!"
Dia diam sejenak, setelah itu berkata lagi.
"Kakak Goat, aku bersalah padamu! Aku telah mencelakai
kalian berdua!"
Dia terus bergumam. Berselang beberapa saat, barulah dia
melesat pergi, Ternyata dia kembali ke kuil itu.
Blam!
Dia menghantam pintu kuil, lalu menerjang ke dalam.
Tampak biarawati tua sedang duduk bersila membaca doa di
ruang depan, tapi Lu Leng tidak menghiraukannya, langsung
menuju ruang dalam.
Akan tetapi, tiada seorang pun berada di sana, Maka, Lu
Leng segera kembali ke ruang depan untuk menghadapi
biarawati tua.
"Nona Tam ke mana?" teriaknya.
Biarawati tua itu membuka matanya,
"Ketika dia ke mari, aku sudah tahu bahwa dia tidak
berjodoh dengan pintu Buddha, Kini aku tidak tahu ke mana
dia pergi," sahutnya,
1843
Mendengar itu, Lu Leng merasa berduka, tapi juga
gembira, Berduka karena berpisah dengan Tam Goat Hua,
entah kapan akan bertemu lagi. Gembira karena Tam Goat
Hua tidak kembali ke kuil itu, jelas dia batal menjadi biarawati,
Dia tidak membuang waktu, maka langsung melesat pergi,
dan tak Jama sudah sampai di jalan besar, Keadaan di jalan
besar itu sunyi sepi, tidak tampak seorang pun kecuali Lu
Leng,
Dia berusaha menenangkan hatinya, Tam Goat Hua sudah
pergi, entah ke mana, tapi Lu Leng akan berusaha
mencarinya,
Namun Toan Bok Ang mengalami pukulan batin yang
begitu hebat, sehingga menyebabkannya muntah darah segar.
Entah bagaimana lukanya dan ke mana gadis itu pergi, Lu
Leng pun tidak mengetahuinya. Namun biar bagaimanapun
dia harus mencarinya juga.
Kalaupun setelah bertemu gadis itu akan memukul nya, itu
tidak apa-apa. Yang penting Lu Leng tidak mau
membiarkannya berkelana seorang diri, karena kini gadis itu
hanya mempunyai sebelah lengan.
Lu Leng terus berpikir, lalu kembali ke tempat di mana
guru dan lainnya berada, Namun tidak tampak seorang pun di
tempat itu, bahkan kuda-kuda mereka pun tidak kelihatan
Legalah hati Lu Leng, sebab dia yakin bahwa Toan Bok Ang
pasti menyusul mereka, Karena itu, dia langsung melesat
meninggalkan tempat itu,
Tiga empat mil kemudian, dilihatnya sosok bayangan
berkelebat ke arahnya dari arah depan, Sungguh cepat
1844
gerakan bayangan itu! Dia bagaikan segulung asap, dalam
sekejap sudah berada di dekatnya,
Akan tetapi, bayangan itu sempoyongan seperti orang
mabuk berat. Lu Leng segera berhenti setelah orang itu
berada di hadapannya. Lu Leng sudah menduga orang itu
pasti Oey Sim Tit, sebab kelihatan dari Ginkangnya, yang amat
tinggi.
" Saudara Oey!" serunya.
Orang itu langsung berhenti, tapi badannya masih
bergoyang-goyang, Lu Leng memandangnya. Tidak salah,
orang itu memang Oey Sim Tit,
Oey Sim Tit mendongakkan kepala, Tampak wajahnya
pucat pias dan tersirat rasa ketakutan
"Saudara Lu, kau,., kau bertemu musuh tang-guh?"
tanyanya gugup,
Lu Leng tahu kenapa Oey Sim Tit bertanya demikian,
karena wajahnya masih bernoda darah,
Tapi Lu Leng juga terkejut, karena Oey Sim Tit bertanya
dengan gugup, mungkin dia bertemu musuh tangguh,
"Di mana guruku dan lainnya?" tanyanya tanpa menjawab
lebih dulu pertanyaan Oey Sim Tit,
Mata Oey Sim Tit terbeliak lebar
"Mereka... mereka...."
1845
Hanya itu yang diucapkannya lalu mendadak tangannya
meraih ke belakang, Kelihatannya dia seperti ingin meraih
sesuatu, namun tidak teraih, dan wajahnya tampak menderita.
Bukan main terkejutnya Lu Leng.
"Saudara Oey, bagaimana kau?" tanyanya,
"Aku.,, aku.,." sahutnya terputus-putus.
Mendadak badannya condong ke depan. Lu Leng cepatcepat
menahannya agar tidak jatuh, sedangkan sebelah
tangan Oey Sim Tit masih meraih ke belakang,
Lu Leng melihat punggungnya dan seketika juga dia
terbelalak Ternyata di punggung Oey Sim Tit menancap
sebuah belati. Lu Leng memperhatikan belati itu. Barulah dia
tahu mengapa Oey Sim Tit tidak mati, ternyata belati itu
menancap di samping jalan darah Leng Tay Hiat, lagi pula
lukanya tidak mengucurkan darah,
Walau tidak mati, tapi Oey Sim Tit sudah terluka parah,
Belati itu tidak boleh dicabut. Sebab kalau dicabut darah
pasti mengucur, mungkin akan membuatnya binasa kehabisan
darah, Lu Leng tahu kepandaian Oey Sim Tit masih rendah,
tapi ilmu Ginkangnya amat tinggi. Kalau bertemu musuh
tangguh, kecuali dia tidak mau kabur, sudah pasti dapat
meloloskan diri.
Kini Lu Leng tidak sempat memikirkan itu, Cepat-cepat dia
menaruh Oey Sim Tit ke bawah, lalu menotok jalan darah Sin
Tong Hiat dan jalan darah lainnya yang di punggung Oey Sim
Tit dengan Kim Kong Sin Ci.
1846
Perlahan-lahan Oey Sim Tit membuka matanya sambil
mengeluarkan suara rintihan.
"Saudara Oey, kau telah terluka parah, jangan
sembarangan bergerak!" kau Lu Leng.
Oey Sim Tit manggut-manggut.
"Aku tahu, saudara Lu, hidupku sudah tidak lama lagi"
Lu Leng berduka sekali mendengar itu, Oey Sim Tit adalah
putra Liok Ci Khim Mo, namun entah sudah berapa kali dia
menyelamatkan Lu Leng,
Lagi pula Lu Leng tahu bahwa hatinya amat baik, Kini
melihat nyawanya sulit diselamatkan bagaimana dia tidak
berduka? Air mau Lu Leng sudah mengucur.
"Jangan omong sembarangan!" katanya.
Oey Sim Tit tersenyum getir,
"Saudara Lu.,, aku membawa Tong Hong Tay-hiap dan
lainnya melanjutkan perjalanan tak diduga... bertemu musuh
tangguh... bertarung mati-matian, aku tak sanggup
melawan... mereka... mereka...."
"Saudara Oey, legakanlah hatimu! Tiada seorang pun
menyalahkanmu Siapa musuh tangguh itu?"
Oey Sim Tit membuka mulutnya ingin menyahut, namun
cuma bibir yang bergerak Dia tak mampu mengeluarkan
suara, Wajah pucat pias, ternyata dia telah pingsan, Lu Leng
tertegun Dia tahu apabila Oey Sim Tit siuman lagi, nyawanya
pasti akan melayang,
1847
Lu Leng memperhatikan punggungnya, ternyata sudah
mulai mengucurkan darah. Menyaksikan Oey Sim Tit sudah
sekarat tapi tidak dapat berbuat apa pun, itu membuatnya
berduka sekali.
Mendadak Lu Leng bangkit berdiri, lalu bertanya pada
dirinya sendiri Betulkah tidak dapat berbuat sesuatu?
Berdasarkan hati nurani, betulkah tidak mampu berbuat apa
pun? Kalau ingin menolong Oey Sim Tit, bukan tiada cara
sama sekali.
Amat gampang sekali. Sebab jarak dari tempat itu ke
istana Ci Cun Kiong hanya dua tiga puluh mil. Dia dapat
menggunakan ilmu Ginkang membawa Oey Sim Tit ke sana,
sudah barang tentu nyawa Oey Sim Tit dapat diselamatkan
Sebab Liok Ci Khim Mo menyimpan begitu banyak obat
mujarab, tentunya dapat mengobatinya, Tapi kalau dia
membawa Oey Sim Tit ke istana Ci Cun Kiong, sudah pasti
harus menghadapi Liok Ci Khim Mo yang amat jahat itu,
Dalam hati Lu Leng mulai muncul pertentangan yakni
antara pergi ke istana Ci Cun Kiong atau tidak, Dia berpikir
sejenak, kemudian bergumam
"Lu Leng, kalau kau takut menghadapi bahaya, janganlah
menolongnya! Tapi.,, apakah kau adalah manusia?"
Usai bergumam, Lu Leng membopong Oey Sim Tit dengan
hati-hati sekali, lalu melesat pergi mengerahkan Ginkangnya.
Ketika berada di pintu gapura, hati Lu Leng pun berdebardebar
tegang. Kalau kini dia meninggalkan Oey Sim Tit, itu
masih keburu. Namun wajahnya memerah seketika, sebab
dirasanya apa yang dipikirkan itu merupakan perbuatan
1848
rendah sekali, Lu Leng berharap akan bertemu penjaga
gapura itu, jadi bisa menyerahkan Oey Sim Tit kepada
mereka,
Akan tetapi, ketika sampai di pintu gapura itu, justru tiada
seorang pun berada di sana.
Dia terpaksa melesat ke dalam seraya berteriak-teriak,
"Ada orang? Cepat ke!uar!"
Seusai Lu Leng berteriak, terdengar suara "Ser Ser Ser
Ser" dan tampak empat sosok bayangan berkelebat ke
arahnya,
Begitu melihat ada orang muncuI, bukan main girangnya
Lu Leng!
"Putra Liok Ci Khim Mo terluka parah, aku mengantarnya
ke mari! Kalian harus hati-hati membopongnya jangan sampai
terlambat!"
Mendengar teriakan Lu Leng itu, keempat orang tersebut
saling memandang, kemudian salah seorang dari mereka
melangkah maju, tapi lalu mundur lagi,
"Yang kau bopong itu memang tuan muda, tapi kau adalah
Lu Leng, kami mengenalmu!" katanya,
“Tidak salah, aku memang Lu Leng, cepat bopong tuan
muda kalian!" sahut Lu Leng,
Keempat orang itu tertawa gelak.
1849
"Ha ha ha! Kau anggap kami anak kecil?"
Lu Leng gusar sekali.
"Apa maksud ucapan kalian?"
"Jelas kau yang melukai tuan muda, tapi kau justru
menghendaki kami mendekatimu, lalu kau akan menyerang
kami dengan Kim Kong Sin Ci! Ya, kan?" sahut salah seorang
dari mereka,
Lu Leng menarik nafas dingin. Dia tidak menyangka kalau
keempat orang itu tidak mempercayainya. Mungkin Liok Ci
Khim Mo akan salah paham, mengira dia yang melukai Oey
Sim Tit, seketika Lu Leng menjadi serba salah. Dia ingin
menaruh Oey Sim Tit, namun hati nuraninya tidak
mengizinkan, lagi pula punggung Oey Sim Tit terus
mengucurkan darah. Kalau ditaruhnya ke bawah, nyawa Oey
Sim Tit pasti melayang,
Dia berkertak gigi seraya berkata dengan d ingin.
"Omong kosong! Kalau aku ingin melukai kalian amat
gampang sekali, tidak perlu menggunakan akal busuk!"
Keempat orang itu saling memandang, kemudian bertanya
serentak
" Kalau kau berniat baik, apakah berani menemui Liok Ci
Khim Mo?"
"Kenapa tidak? Cepat tunjukkan jalan!" sahut Lu Leng,
Dua orang dari mereka langsung berkelebat menuju istana
Ci Cun Kiong, namun Lu Leng berkata,
1850
"Salah seorang harus segera pergi melapor, lukanya amat
parah! Kalau terlambat pasti celaka !"
Salah seorang langsung melesat pergi, yang satu
menunjuk jalan, Lu Leng mengikutinya dari belakang, Saat ini,
Lu Leng tidak berani melesat cepat, karena khawatir
menambah parah luka Oey Sim Tii. Sebelum dia sampai di
istana Ci Cun Kiong, telinganya sudah mendengar suara
1onceng.
Tang! Tang! Tang!
Lu Leng menarik nafas dalam-dalam sambil terus berjalan
Tak lama keraudian, dia sudah tiba di depan istana itu.
Tampak begitu banyak obor, sehingga tempat itu menjadi
terang benderang. Liok Ci Khim Mo berdiri di situ dengan
membawa harpa kuno Pat Liohg Khim, wajahnya kelihatan
gusar sekali. Di belakangnya berdiri puluhan orang
berkepandaian tinggi.
Lu Leng berusaha menenangkan hati, lalu berseru lantang.
"Liok Ci Khim Mo, putramu terluka parah, cepat ambil obat
mujarab untuk menolongnya!"
Liok Ci Khim Mo tidak menyahut, melainkan mengibaskan
tangannya, kemudian puluhan orang di belakangnya langsung
mengepung Lu Leng, itu membuat Lu Leng gusar bukan main.
"Liok Ci Khim Mo, putramu terluka parah begini, kau tidak
mempedulikannya?" bentaknya,
Liok Ci Khim Mo tertawa aneh,
1851
"He he he! Kau yang melukainya masih ke mari berpurapura
menjadi orang baik? Cepat katakan sejujurnya!"
Lu Leng tertegun Dia tidak menyangka kalau Liok Ci Khim
Mo malah mencurigainya. setelah berpikir sejenak, Lu Leng
tersenyum getir seraya berkata,
"Liok Ci Khim Mo, harap tolong dia du!u!"
Liok Ci Khim Mo melangkah maju sambil jari tangannya
menyentuh tali senar harpa Pat Liong Khim.
"Kalau kau masih mengulur waktu, pasti terlambat!" kata
Lu Leng,
Liok Ci Khim Mo menatap Lu Leng dengan tajam.
"Ling Hong Cu!" serunya
"Ya, hamba di sini!" sahut sescorang,
Tangan Liok Ci Khim Mo bergerak, lalu sebuah kotak kecil
melayang ke arah orang itu. Ling Hong Cu menyambutnya
dengan wajah tampak kebingungan
"Kau majulah ke depan, pil yang ada di dalam kotak kecil
itu masukkanlah ke mulut tuan muda!" perintah Liok Ci Khim
Mo.
Ling Hong Cu tertegun, sebab bagaimana kepandaian Lu
Leng, dia telah menyaksikannya, Kalau dia ke depan, lalu
mendadak Lu Leng menyerangnya dengan Kim Kong Sin Ci,
bukankah dia akan binasa seketika?
1852
Berpikir sampai di situ, Ling Hong Cu tahu bahwa Liok Ci
Khim Mo sendiri tidak berani maju karena takut kepada Lu
Leng.
Ling Hong Cu memegang kotak kecil itu dengan keringat
dingin mulai mengucur keluar dari keningnya.
Betapa gusarnya Liok Ci Khim Mo menyaksikan itu.
"Ling Hong Cu, kau berani membangkang perintahku?"
bentaknya mengguntur, sekujur badan Ling Hong Cu bergetar
Menyaksikan itu Lu Leng amat gusar tapi juga merasa geli.
"Sobat Ling, cepat ke mari! Aku tidak akan melukaimu!"
Ling Hong Cu maju selangkah, kemudian bertanya.
"Kau berani bersumpah?"
Lu Leng tertawa.
"Ha ha! Kalau aku melukaimu anggaplah aku binatang!"
Barulah Ling Hong Cu berlega hati lalu melangkah lebar
menghampiri Lu Leng yang membopong Oey Sim Tit. Ketika
memasukkan obat ke mulut Oey Sim Tit, tangannya tampak
gemetar. Ternyata dia masih takut kalau-kalau Lu Leng
mendadak menyerangnya.
Setelah memasukkan obat itu ke mulut Oey Sim Tit, dia
cepat-cepat melejit ke belakang. Lu Leng terus
memperhatikan Oey Sim Tit, sama sekali tidak menghiraukan
Liok Ci Khim Mo dan puluhan orang itu.
1853
Berselang sesaat, wajah Oey Sim Tit yang pucat pias itu
mulai beruban menjadi ke merah - merahan dan luka di
punggungnya pun tidak mengucurkan darah lagi,
Suasana di tempat itu hening sekali Tiada seorang pun
berani mengeluarkan suara, Saat ini, barulah Lu Leng mulai
memikirkan caranya meloloskan diri, maka dia mencuri
pandang keadaan di sekitarnya,
Diri nya terkurung, Maka, kalaupun Liok Ci Khim Mo tidak
berada di situ, sulit juga baginya meloloskan diri Namun
demikian, dia masih mempunyai harapan,
Lu Leng memandang Oey Sim Tit lagi, Napasnya sudah
tidak memburu seperti tadi, Kelihatannya dia dalam keadaan
tidur nyenyak, tidak tahu keadaan di sekitarnya,
Lu Leng tahu bahwa obat yang dimasukkan ke mulut Oey
Sim Tit tadi merupakan obat mujarab, maka nyawanya sudah
tertolong. Namun kini persoalannya, justru harus bagaimana
cara meloloskan diri!
Setelah berpikir sejenak, dia mendongakkan kepala seraya
berkata dengan tenang sekali kepada Liok Ci Khim Mo,
"Luka putramu sudah tidak menjadi masalah!"
"Taruh dia ke bawah!" sahut Liok Ci Khim Mo dengan
dingin
Lu Leng tertawa dingin
"Setelah aku menaruh putramu ini ke bawah, lalu kau mau
bagaimana?"
1854
Air muka Liok Ci Khim Mo langsung berubah dan jari
tangannya mulai bergerak
Lu Leng sudah menduga sebe1umnya. Maka sebelum Pat
liong Khim berbunyi dia sudah menggenggam gagang belati
itu, Liok Ci Khim Mo tertegun sedangkan Lu Leng tertawa
panjang.
"Ha ha haa! Liok Ci Khim Mo! Walau kau membunyikan Pat
liong Khim itu, aku masih punya waktu menekan belati ini ke
dalam!"
Ketika jari tangan Liok Ci Khim Mo mulai bergerak puluhan
orang yang mengepung Lu Leng mulai berbisik-bisik, Lalu
mendadak terjadi perubahan itu, mereka pun diam seketika.
"Aku mengantar putramu ini ke mari justru berniat baik!
Kalau kau ingin mencelakaiku aku terpaksa mengadu nyawa!
Bagaimana menurutmu?"
Wajah Liok Ci Khim Mo membesi, sama sekali tidak
mengeluarkan suara,
"Cepat suruh mereka yang mengepung diriku mundur!"
Liok Ci Khim Mo tertegun, sedangkan hati Lu Leng
berdebar-debar tegang, Tak seberapa lama kemudian tampak
Liok Ci Khim Mo mengibaskan tangannya dan seketika semua
orang yang mengepung Lu Leng langsung mundur serentak
Saat itii, Lu Leng mengambil keputusan, harus pergi
dengan membawa Oey Sim Tit agar Liok Ci Khim Mo tidak
membunyikan harpa Pat Liong Khim Akan tetapi, Liok Ci Khim
Mo dan lainnya pasti mengejarnya. Saat itu, kalau tidak
1855
mencelakai Oey Sim Tit, sudah pasti sulit baginya untuk
meloloskan diri
Lu Leng juga berpikir, dia akan menyuruh Liok Ci Khim Mo
maju untuk menyambut Oey Sim Tit, lalu menyerangnya
dengan Kim Kong Sin Ci.
Dengan cara itu, tentunya dia dapat merebut Pat Liong
Khim. Tapi cara itu tidak bisa dilaksanakan sebab Liok Ci Khim
Mo pasti berjaga-jaga, Walau dia menyayangi putranya, tapi
pasti mementingkan dirinya juga,
Lu Leng tidak tahu harus bagaimana, justru mendadak
Liok Ci Khim Mo membentak keras,
"Cepat taruh dia ke bawah!"
* * * *
Bab 87
Lu Leng segera menghimpun hawa murninya, kemudian
disalurkan pada jari tangannya, Sebelum Liok Ci Khim Mo usai
berkata, mendadak tangannya bergerak.
Ternyata Lu Leng mencabut belati yang menancap di
punggung Oey Sim tit, dan di saat bersamaan sebelah
tangannya mendorong Oey Sim Tit dengan sepenuh tenaga,
ke arah Liok Ci Khim Mo. setelah belati itu dicabut, punggung
Oey Sim Tit mulai mengucurkan darah lagi.
Menyaksikan itu, Liok Ci Khim Mo langsung menggeram,
"Jahanam !"
1856
Ketika Liok Ci Khim Mo baru mau membunyikan harpa Pat
Liong Khim, justru badan Oey Sim Tit jatuh di hadapannya.
Dia tidak tahu bagaimana keadaan putranya, maka
membungkukkan badannya untuk melihat
Sesungguhnya itu yang diharapkan Lu Leng, Dia benarbenar
menghendaki hal itu, Namun Lu Leng sama sekali tidak
mengetahui kalau Liok Ci Khim Mo akan berbuat itu atau tidak,
Sebab, setelah mendorong Oey Sim Tit ke depan, Lu Leng pun
segera membalikkan badannya, dan secepat kilat melesat
pergi.
Ketika dia baru melesat pergi, sudah ada orang berkelebat
menghadangnya, Lu Leng tidak berhenti, dia terus
mengayunkan belati di tangannya menyerang ke depan.
sehingga setiap orang yang menghadang, tanpa menjerit lagi
langsung roboh.
Tidak cukup hanya dengan senjatanya, Lu Leng juga
melancarkan serangan dengan tangan kiri secara cepat sekali.
Dia mengerahkan jurus Thian Te Kun Tun (Langit Bumi Kacau
Balau) dan jurus Hong Mong Coh Khai (Turun Hujan Gerimis).
Namun kemudian di hadapan Lu Leng bermunculan pula
lima orang yang semuanya merupakan kaum golongan hitam
berkepandaian tinggi. Maka tanpa membuang-buang waktu Lu
Leng terus menyerang dengan Kim Kong Sin Ci. sejurus demi
sejurus dilancarkannya, semakin lama justru semakin hebat
dan dahsyat
Angin telunjuk menyambar ke sana-ke mari mengeluarkan
suara menderu-deru yang amat dahsyat. Dua orang di
hadapan Lu Leng secepat kilat bergerak mengelak, Namun
yang terlambat sekejap saja roboh seketika dan menjerit-jerit.
1857
Salah seorang terpental deras dan melayang, lalu roboh
tak mampu bangkit lagi, Kejadian itu hanya berlangsung
singkat sementara tanpa mempedulikan mereka Lu Leng terus
saja menyerang sambil melesat pergi!
Sementara Liok Ci Khim Mo masih membungkukkan
badannya memeriksa Oey Sim Tit. Dia menarik nafas lega,
Walau luka di punggung mengucurkan darah, tapi tidak
membahayakan nyawa putranya,
Ketika dia berdiri Lu Leng sudah melesat pergi sekitar dua
puluh depa. Dengan gusar Liok Ci Khim Mo langsung memetik
tali senar harpa Pat Liong Khim. Dia tahu Lu Leng sudah jauh,
Namun sepertinya dia tidak peduli, tetap mengerahkan
ilmunya memetik harpa itu, Maka begitu tali-tali senarnya
bergetar terdengarlah suara bagai geledek di udara, Dahsyat
dan seakan mampu menggetarkan muka bumi,
Bagian 42
Semua orang tahu, kalau tidak memusuhi Liok Ci Khim Mo,
tentu tidak akan terluka, Namun sudah terlambat. Hati mereka
tergetar hebat oleh Pat Liong Thian Im.
Mendengar suara harpa itu, Lu Leng langsung
mempercepat langkahnya, Dia baru ingin mengerahkan
Ginkangnya untuk melesat. Namun tanpa diduga, salah
seorang yang roboh di hadapannya, mendadak melancarkan
sebuah pukulan ke arahnya, itu sama sekali di luar dugaan Lu
Leng, Ternyata orang itu berkepandaian amat tinggi, Tadi dia
terpental jatuh, ternyata bukan karena terkena Kim Kong Sin
Ci yang dilancarkan Lu Leng, melainkan mencelat mundur dan
menjatuhkan diri, Lu Leng mengira orang itu telah terluka
1858
parah. Ternyata tidak. ketika melewati sisinya, orang itu
mendadak melancarkan sebuah pukulan amat dahsyat dan
sepenuh tenaga.
Karena serangan itu datang begitu cepat dan secara tibatiba,
Lu Leng tampak kewalahan juga, Namun kepandaian Lu
Leng memang cukup bisa diandalkan Bersamaan dengan itu
dia menyerang dengan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang
Puncak Menembus Awan), Orang itu bergerak mundur tiga
langkah dan Lu Leng terus merangseknya, meskipun terpaksa
langkah nya untuk pergi jadi terhalang.
Sementara itu, Liok Ci Khim Mo tampak telah maju
mendekat. Nada Pat Liong Thian Im bertambah tinggi dan
cepat, membuat jantung Lu Leng terpukul hebat Dirasakan
darahnya bergolak yang membuatnya tak kuat berdiri. Dia
ingin melancarkan serangan, tapi. dirasakan sudah tak
bertenaga.
Di saat Lu Leng hampir kehilangan kesadarannya, matanya
sempat melihat jelas orang yang membokongnya, Wajah
orang itu kurus, menatap Lu Leng sambil tersenyum licik,
Siapa orang itu? Dia ternyata Hek Sin Kun! Walau dapat
mengenali siapa orang itu, mata Lu Leng sudah berkunangkunang,
Bahkan kemudian roboh di tanah. Sesaat kemudian
tampak Oey Sim Tit siuman,
Melihat dirinya berada di depan istana Ci Cun Kiong,
hatinya terheran-heran. Mendongakkan kepala, terlihat
bayangan punggung Liok Ci Khim Mo.
"Ayah!" serunya, memanggil Liok Ci Khim Mo.
Mendengar suara panggilan Oey Sim Tit, Liok Ci Khim Mo
langsung membalikkan badannya. Maka dia pun menghentikan
1859
petikan tali senar harpa Pat Liong Khim, sementara Hek Sin
Kun maju beberapa langkah, lalu menjulurkan tangannya
menotok jalan darah Tay Pai Hiat dan Cih HaiHiat di tubuh Lu
Leng. Setelah itu diayunkan cepat menendang, tubuh Lu Leng
hingga terpental hampir dua depa. Liok Ci Khim Mo mendekati
putranya yang masih tergeletak
"Kau tidak apa-apa?" Matanya menatap wajah Oey Sim Tit
Darah di punggung Oey Sim Tit sudah berhenti mengucur
perlahan dia bangun, duduk membelakangi Lu Leng yang
tergeletak di tanah.
Oey Sim Tit bertanya dengan penuh keheranan.
"Ayah, bagaimana aku berada di sini?"
Liok Ci Khim Mo menyahut dengan wajah berubah.
"Jangan banyak bicara, kau perlu istirahat!"
Tangannya dikibaskan memberi isyarat para anak buah,
Maka bermunculan empat orang lalu menggotong Oey Sim Tit
ke dalam istana Cin Cun Kiong,
Liok Ci Khim Mo membalikkan badannya sambil tertawa
pada Hek Sin Kun.
"Hek Sin Kun, kalau kau tidak membokong bocah itu,
mungkin dia sudah kabur! Aku dapat mengundangmu ke mari,
sungguh ini merupakan keberuntungan bagiku!"
Walau di dalam istana Ci Cun Kiong terdapat banyak kaum
golongan hitam, namun tiada seorang pun yang dapat
disejajarkan kepandaian mereka dengan Hek Sin Kun, Oleh
1860
karena itu, Liok Ci Khim Mo mengucapkan beberapa patah
kata untuk menyanjungnya,
Hek Sin Kun tertawa, merasa bangga atas pujian Liok Ci
Khim Mo.
"Ha ha! Ci Cun, jangan terlampau menyanjung diriku,
kalau bukan karena Pat Liong Thian Im yang maha hebat,
bagaimana mungkin aku mampu menangkap bocah itu?"
Betapa puasnya hati Liok Ci Khim Mo mendengar itu maka
tertawa bangga.
"Hek Sin Kun, kini rimba persilatan selain diriku, tentunya
adalah kau yang nomor wahid! Kau baru tiba kemarin, aku
belum berunding denganmu bagaimana menghadapi musuh
tangguh. Bagaimana kalau malam ini kita berunding
bersama?"
Semua orang melihat Liok Ci Khim Mo begitu menghargai
Hek Sin Kun. Mereka pun amat kagum pada orang itu,
"Ci Cun, bocah itu sebenarnya juga sedang bertikaL
Bagaimana kalau setelah aku menghukumnya, baru
diserahkan kepada Ci Cun?"
Liok Ci Khim Mo manggut-manggut,
"Baik! Baik! Besok sore undang semua orang, kita akan
berunding di ruang besar!"
Seketika semua orang bertepuk-sorak, Liok Ci Khim Mo
memandang ke sana ke mari dengan dada terangkat,
wajahnya yang buruk itu tampak berseri seri,
1861
Setelah agak reda suara tepuk-sorak itu, Liok Ci Khim Mo
mengibaskan tangan nya. Maka semua orang bergerak
mengelilingnya, lalu semua mengiringinya masuk istana Ci Cun
Kiong,
Hek Sin Kun mendekati Lu Leng, memandang sambil
tertawa panjang,
"Ha ha haaa! Bocah, hari ini kau mau bilang apa lagi?"
Saat ini, Lu Leng sudah siuman, Karena Liok Ci Khim Mo
hanya memetik tali senar harpa Pat Liong Khim dalam waktu
sebentar, maka tadi Lu Leng tidak terlalu parah menderita
luka dalamnya
Namun jalan darah Tay Pai Hiat dan Cih Hai Hiatnya telah
terbelenggu Ketika siuman, diapun mengerahkan hawa
murninya untuk membuka totokan itu, tapi tidak berhasil
Ketika Hek Sin Kun bercakap-cakap dengan Liok Ci Khim
Mo, Lu Leng pun mendengarnya. Maka dia teringat pada Mo
Liong Seh Sih. Dia tidak mengerti dan merasa heran, ternyata
Mo Liong Seh Sih, tokoh yang berjiwa gagah itu, mempunyai
anak yang berlaku jahat seperti Hek Sin Kun ini,
Namun, teringat pada Oey Sim Tit dan Liok Ci Khim Mo, Lu
Leng tidak merasa heran lagi, Di saat Hek Sin Kun berbicara
padanya, dia tidak bersuara, hanya menatap Hek Sin Kun
dengan mata berapi-api. Kali ini dirinya merasa telah gagah
kegagalan yang justru karena munculnya Hek Sin Kun.
Hek Sin Kun tertawa gelak, kemudian menjinjing Lu Leng
menuju ke dalam istana Ci Cun Kiong, Karena Liok Ci Khim Mo
menyambut dengan istimewa terhadap Hek Sin Kun, maka
semua orang pun amat menghormati nya.
1862
Hek Sin Kun menjinjing Lu Leng ke dalam kamarnya, lalu
menaruhnya ke bawah, Lu Leng tidak tahu Hek Sin Kun akan
menghukumnya dengan cara apa. Lu Leng telah pasrah apa
pun yang akan dihadapinya dari anak Mo Liong Seh Sih ini,
Setelah menaruh Lu Leng di lantai, Hek Sin Kun segera
menyobek bajunya bagian punggung. Lu Leng tidak tahu Hek
Sin Kun mau berbuat apa, maka diam saja.
Tampak Hek Sin Kun mengeluarkan sebuah Holou
(Semacam kendi berbentuk seperti angka de-lapan), Holou itu
berwarna merah dan tampak indah sekali. Lu Leng tidak tahu
Holou itu berisi apa, Hek Sin Kun tertawa-tawa sambil
membuka tutup Holou itu, seketika Lu Leng mencium aroma
yang amat harum. Dia tahu itu bau arak.
Aroma arak itu amat keras, sekejap sudah menyebar ke
seluruh kamar, Lu Leng tercengang dalam hati, karena Holou
itu begitu kecil, tapi menyebarkan aroma arak yang begitu
keras, Dia menduga tentu itu arak istimewa,
Akan tetapi, untuk apa Hek Sin Kun mengeluarkan Holou
itu, Apakah Hek Sin Kun akan mengambil jantung hatinya
untuk disantap dengan arak wangi itu? Benar juga! Hek Sin
Kun mendadak mengeluarkan sebilah belati yang amat tajam.
Melihat itu, keringat dingin mengucur membasahi sekujur
badan Lu Leng, Dia tidak menyangka, akhirnya dirinya akan
binasa di dalam istana Ci Cun Kiong, bahkan binasa di tangan
Hek Sin Kun.
Ketika mengambil keputusan untuk mengantar Oey Sim Tit
ke istana Ci Cun Kiong, dia memang telah membayangkan
kejadian buruk akan menimpa dirinya, Namun tak pernah
1863
hatinya menduga akan menghadapi malapetaka di tangan Hek
Sin Kun, bukan oleh Pat Liong Thian Im milik Liok Ci Khim Mo.
Lu Leng terus menatap Hek Sin Kun dengan mata tak
berkedip, sementara Hek Sin Kun mulai menghampirinya
Namun entah kenapa meskipun belati tajam digenggamnya,
Hek Sin Kun tidak segera menusuk Lu Leng,
Dia menaruh belati itu ke atas meja, tapi kemudian
diambilnya lagi, Lalu dengan ibu jarinya, dia mencoba
ketajaman belati itu. Dan tiba-tiba secepat kilat dia memutar
badannya sambil mengayun-ayunkan belati itu ke arah Lu
Leng.
Meskipun hatinya merasa tegang, Lu Leng tampak
terdiam, Dan ternyata Hek Sin Kun tidak segera menusuknya,
Dia tertawa, bergelak mengejek Lu Leng, Tiba-tiba dengan
cepat dia meletakkan pisau belati nya ke atas kepala Lu Leng.
Dan...
Sretts!
Tahu-tahu saja Hek Sin Kun menggerakkan belati nya.
seketika itu juga rambut di kepala Lu Leng telah terpangkas
hampir separuhnya! Kini Lu Leng baru tahu, Hek Sin Kun tidak
akan segera turun tangan, melainkan cuma ingin mencoba
ketajaman belatinya.
Lu Leng menarik nafas dalam-dalam, tidak mempedulikan
Hek Sin Kun. Dia harus menggenggam kesempatan sebaikbaiknya,
Sebelum Hek Sin Kun sempat turun tangan dia harus
dapat membebaskan totokan yang membelenggu jalan
darahnya.
1864
Akan tetapi, walau telah berusaha mencoba beberapa kali,
Lu Leng tetap tidak mampu membuka totokan itu,
Tampaknya Hek Sin Kun pun telah menduga akan hal
tersebut Maka ketika menotok jalan darah Lu Leng, tadi dia
menggunakan sepenuh tenaga, setelah membabat rambut Lu
Leng, Hek Sin Kun kembali menaruh belati ke atas meja,
Dia mengambil HoIou kemudian menuang beberapa tetes
arak yang kekuning-kuningan di telapak tangannya, Lu Leng
sejauh itu belum juga tahu apa sebenarnya yang akan
diperbuat Hek Sin Kun terhadap dirinya saat itu.
Hek Sin Kun duduk di kursi. Mendadak menggerakkan
telapak tangannya ke arah Lu Leng, tepatnya pada jalan darah
Leng Thay Hiat,
Lu Leng merasa ada serangkum tenaga yang amat kuat
menekan jalan darahnya itu, seketika pemuda itu tergerak,
untuk mengerahkan hawa murninya. Bukan untuk melawan
tekanan lawan, melainkan bermaksud menerima tenaga
tersebut untuk kemudian akan disalurkan ke jalan darahnya
yang tertotok
Benar, Lu Leng berhasil Dia bisa merasakan kedua jalan
darahnya yang tertotok mulai sedikit merenggang, Meskipun
masih dalam keadaan tertotok dia sudah dapat membuka
suara dari mulutnya,
"Hek Sin Kun, kau ingin berbuat apa?"
Bentakan Lu Leng yang keras dan secara tiba-tiba ternyata
sungguh mengejutkan Hek Sin Kun. Tampak badannya
tergoncang, nyaris jatuh bersama kursi yang didudukinya.
1865
Namun ketika melihat Lu Leng hanya dapat bersuara, tidak
bisa bergerak, legalah hatinya, Dia tertawa dingin seraya
menyahut
"Sebentar lagi kau akan mengetahuinya!"
Lu Leng merasa telapak tangan Hek Sin Kun bergerakgerak
di punggungnya, ditujukan pada jalan darah yang di
situ,
Dia tetap belum tahu apa yang akan diperbuat orang itu.
Maka karena rasa penasarannya dia berkata,
"Hek Sin Kun, kau ingin menyiksa diriku, itu hanya mimpi!
Kim" aku ingin membunuh diri. Tak sulit bagiku
melakukannya...,"
Mendengar itu, air muka Hek Sin Kun berubah. Walau
cuma sekilas, Lu Leng dapat melihatnya dengan jelas. Tentu
saja Lu Leng heran. Dia ingin membunuh diri, kenapa Hek Sin
Kun malah jadi gugup? Apakah Hek Sin Kun tidak
menghendakinya mati?
Saat Lu Leng sedang berpikir Hek Sin Kun berkata dengan
dingin.
"Bocah busuk, kalau kau mau bunuh diri, itu urusanmu
sendiri!"
Lu Leng tertegun, sebab nada perkataan Hek Sin Kun
sepertinya memang tidak menghendaki Lu Leng mati, Maka
anak muda itu terus berpikir, karena sungguh menjadi amat
penasaran dengan sikap Hek Sin Kun.
1866
"Hm! Memang harus mati, Lebih baik mati bunuh diri dari
pada mati di tanganmu!" dengusnya dengan dingin dan
menatap Hek Sin Kun.
Karena merasa gusar sekali, Hek Sin Kun mengayunkan
tangan kirinya menampar Lu Leng,
Plak!
Warna merah telapak tangan membekas di pipi Lu Leng,
Namun karena berang dan marah, Lu Leng mencaci-maki.
"Binatang! padahal ayahmu amat gagah!"
Hek Sin Kun tertawa dingin,
"Kau mencaci lagi, itu berarti cari penyakit!"
Lu Leng menarik nafas dalam-dalam,
"Kau mau apakan diriku, cepat katakan!"
Hek Sin Kun tertawa licik sambil memandang-nya.
"Aku menghendakimu membayar sesuatu padaku!"
Lu Leng tercengang, Kelihatannya Hek Sin Kun memang
tidak bergurau dengan kata-katanya itu,
"Aku harus membayar apa padamu?"
Hek Sin Kun menyahut sepatah demi sepatah. "Cit Sek
Ling Che!"
1867
Mendengar hal itu Lu Leng tercengang kaget, Namun
kemudian tertawa.
"Ha ha ha! Ling Che tujuh warna telah kumakan,
bagaimana caramu agar aku mengembalikan padamu?"
Hek Sin Kun menyahut dengan dingin.
"Ketika aku meninggalkan gunung Tang Ku Sat, aku
bertemu seorang kawan lama, ketika menyinggung tentang Cit
Sek Ling Che, dia terus mengatakan "Sayang sekali", tapi
mengajariku semacam cara, agar kau dapat mengembalikan
Cit Sek Ling Che itu padaku! Bocah busuk, kalau kau ingin
hidup, jangan coba macam-macam!"
Lu Leng tertawa dingin,
"Hek Sin Kun, tidakkah kau sedang bermimpi di siang hari
bolong?"
"Ha ha haa! Tidak. Aku tidak sedang bermimpi, bocah
busuk! sekarang aku menggunakan arak yang sudah berusia
dua ratus tahun. Jika kuoleskan pada jalan darahmu yang di
bagian Jin Tok, kemudian aku akan menekan dengan
Lweekang, maka darahmu mengalir terbalik! Setelah itu..."
Hek Sin Kun menjulurkan tangannya mengambil belati di meja
lalu melanjutkan sambil tertawa-tawa. "Dengan belati tajam
ini, aku akan menusuk urat nadimu untuk mengeluarkan
darahmu yang di bagian Jin Tok! Aku akan menghisap
darahmu. Meskipun tidak dapat dibandingkan dengan Cit Sek
Ling Che, tapi aku tahu akan sangat bermanfaat bagiku!"
Mendengar itu, bukan main terkejutnya Lu Leng. wajahnya
jadi kian memucat
1868
"Kau bilang aku tidak akan mati, bukankah kau
berbohong?"
Hek Sin Kun tertawa dingin,
"Untuk apa aku membohongimu? Memang kau tak akan
mati, tapi Lweekangmu akan lenyap musnah !"
Lu Leng tertawa aneh,
"Bagus sekali perkataanmu, Lweekangku lenyap, padahal
berada di dalam istana Ci Cun Kiong, Kau kira aku bisa
terbang ke langit? Kau jangan bermimpi, kini aku mati,
usahamu pasti sia-sia!"
Lu Leng tahu tidak dapat meloloskan diri. Usai berkata
begitu, hawa murninya bergejolak, Setelah itu sekujur
badannya pun mengeluarkan suara bergemeretekan.
Air muka Hek Sin Kun langsung berubah menyaksikan Lu
Leng itu,
"Bocah busuk! Begitu pukulan Hek Sah Ciang-kun
dilancarkan kau pasti terluka parah! itu hanya akan
mengurangi sedikit khasiat darahmu itu, tapi setelah itu, kau
pasti mampus!"
Wajah Lu Leng tampak memerah ketika hawa murninya
bergejolak,
"Kalaupun terpaksa harus mati, huh, apa yang
kutakutkan?!" ujar Lu Leng menatap Hek Sin Kun.
1869
Hek Sin Kun segera mengangkat sebelah tangannya.
Tampak telapak tangannya hitam mengkilap, tapi kemudian
diturunkan seraya membentak
"Bocah busuk, kau dengarkan dulu!"
"Apa yang ingin kau katakan, katakanlah! Untuk apa
berteriak-teriak seperti setan iblis!"
Hek Sin Kun menatapnya dengan bengis,
"Kalau kau tidak membuat hawa murnimu bergejo!ak, aku
jamin kau dapat meloloskan diri!"
Mendengar itu Lu Leng jadi tertegun diam. Dia mulai
menenangkan hati agar hawa murninya tidak bergejo!ak, Hek
Sin Kun memang sudah menguasainya tapi sudah pasti dia
tidak akan melukainya, Sebab orang ini sangat membutuhkan
darahnya,
Menyadari hal itu Lu Leng pun tertawa,
"Kau berani menjamin aku dapat meloloskan diri dari
istana Ci Cun Kiong ini?" tanyanya kemudian, seakan tidak
percaya ucapan Hek Sin Kun tadi.
“Tidak salah! Meskipun kau akan kehilangan sebagian
besar Lweekangmu, tapi nyawamu pasti selamat!" sahut Hek
Sin Kun meyakinkan. "
Lu Leng langsung me1udah.
"Phui! Kau adalah binatang, bicaramu seperti kentut!
Bagaimana aku mempercayaimu?"
1870
Wajah Hek Sin Kun langsung memerah mendengar cacian
Lu Leng.
"Bocah busuk, betulkah kau ingin cari mati?" "Kau
menghendakiku percaya, itu tidak sulit, asal ada seseorang
jadi saksi saja!" " Siapa yang harus jadi saksi?"
Lu Leng memberitahukan.
"Kau boleh pergi mencari putra Liok Ci Khim Mo untuk
menjadi saksi!"
Lu Leng menghendaki Oey Sim Tit jadi saksL Dia berharap
Hek Sin Kun tidak tahu akan hubungannya dengan Oey Sim
Tit itu. Asal Oey Sim Tit sampai di situ, pasti melarang Hek Sin
Kun turun tangan jahat terhadapnya.
Lu Leng baru usai berkata, Hek Sin Kun sudah tertawa
gelak dan berkata,
"Kau jangan bermimpi, aku bukan anak kecil!"
Mendengar kata-kata Hek Sin Kun itu, Lu Leng menyadari
kalau rencananya telah gagal
"Bocah busuk, kini jalan satu-satunya bagimu, hanya
mempercayaiku!" bentak Hek Sin Kun. sementara itu tiba-tiba
Lu Leng teringat akan sesuatu,
"Hek Sin Kun, tidak sulit membuatku agar mempercayaimu
tapi kau harus mempercayaiku juga!" ujar Lu Leng
memancing.
Hek Sin Kun mengernyitkan kening tajam, menatap Lu
Leng. Lalu bertanya.
1871
"Harus mempercayaimu apa?"
Sembari berkata, telapak tangan Hek Sin Kun terus
menggosok-gosok punggung Lu Leng dengan arak wangi.
"Kalau kau membebaskan totokanku, aku berjanji, jika
dapat lolos dari sini aku akan mengambil sesuatu yang
sebanding dengan Cit Sek Ling Che untukmu!"
Hek Sin Kun tertawa dingin
"Cara ini cukup baik, tapi setelah kau mengambil yang
kuinginkan itu, mungkin aku sudah mati di bawah Kim Kong Si
Cimu itu!"
"Hek Sin Kun, pernahkah kau dengar Empat Puluh
sembilan Lorong Rahasia?"
Hek Sin Kun tertegun, sehingga telapak tangannya yang
bergerak itu langsung berhenti Matanya menyorot tajam
menatap Lu Leng.
"Kau tahu jalan rahasia yang dapat menembus lorong
rahasia itu?"
Sesungguhnya Lu Leng cuma tahu Lorong Rahasia itu, Dia
tak yakin dapat menemukan cara memasukinya, Tapi setelah
berpikir sejenak, dia mengangguk
"Tidak salah, ayahmu telah memberitahukan padaku,
Kalau kau bersedia melepaskan ku, aku akan pergi ke Lorong
Rahasia guna mengambil suatu pusaka untukmu!"
1872
Mata Hek Sin Kun menyorot bengis, terus menatap Lu
Leng tanpa bersuara, sementara hati Lu Leng berdebar-debar
tegang, menunggu jawabannya,
"Bocah busuk, pernahkah kau pergi ke gudang penyimpan
benda pusaka itu?" tanya Hek Sin Kun kemudian.
Begitu mendengar itu, Lu Leng menarik nafas lega,
"Tidak salah!" jawabnya meyakinkan
Hek Sin Kun tertawa aneh,
"Bocah busuk, kau ingin macam-macam di hadapanku ?
jangan coba-coba!"
"Kalau aku membohongimu, biar aku mati tanpa kuburan!"
ujar Lu Leng bersungguh sungguh,
"Kini kau sudah hampir mati tanpa kuburan, masih
bersumpah apa?"
Lu Leng tahu, Hek Sin Kun tidak percaya akan apa yang
dikatakannya, Namun dari perubahan nada suaranya saja Lu
Leng bisa memahami kalau Hek Sin Kun mulai bimbang.
"Hek Sin Kun, di antara kita berdua memang terdapat
dendam yang amat dalam. Namun kalau hari ini kau bersedia
membantu meloloskan diri, aku tidak akan melupakanmu, Aku
akan menempuh bahaya memasuki Empat Puluh sembilan
Lorong Rahasia untuk mengambil suatu pusaka untukmu."
Hek Sin Kun bangkit berdiri Dia berjalan mondar-mandir di
dalam kamar itu, kemudian dengan suara dalam dia berkata
pelan.
1873
"Kalau begitu, coba katakan! Di dalam gudang ayahku itu
terdapat benda apa?"
Lu Leng berpikir sejenak, setelah itu menyahut
"Berjumlah tujuh macam pusaka!"
Mata Hek Sin Kun berbinar-binar aneh mendengar itu,
"Sebutkan satu-persatu!"
"Pusaka yang pertama adalah Jala Hitam...."
Ketika Lu Leng menyebut pusaka tersebut, Hek Sin Kun
bersorak kegirangan Namun Lu Leng langsung melontarkan
pertanyaan
"Jala Hitam itu sebetulnya untuk apa?"
Hek Sin Kun melotot sambil menyahut
"Sebutkan benda pusaka lainnya!"
"Di sisi jala Hitam terdapat sebuah lempengan besi.,." Lu
Leng berkata sambil memperhatikan mimik Hek Sin Kun.
Tersirat keserakahan pada wajahnya.
Lu Leng tahu Hek Sin Kun berpengetahuan luas, maka
tahu kegunaan benda-benda pusaka tersebut. Kalau tidak,
wajahnya tidak akan berubah begitu.
Ketika Lu Leng cuma berhenti sejenak, Hek Sin Kun sudah
mendesaknya untuk melanjutkan keterangannya,
1874
"Cepat katakan! Cepat katakan!"
"Masih terdapat sebilah belati berwarna agak kehijauhijauan...."
Mendengar sampai di situ, Hek Sin Kun tak tertahan
langsung bertanya tak sabaran.
"Belati itu... apakah bergaris-garis?"
Lu Leng mengangguk.
"Betul!"
Hek Sin Kun mendesak lagi.
"Cepat beritahukan empat pusaka lainnya!"
"Masih terdapat sebuah kotak giok, tapi tidak tahu apa
isinya, Ada sebilah pedang yang memancarkan cahaya,
sebuah gelang dan sebuah keranjang warna biru, berisi buah
yang masih memiliki dua lembar daun!"
Setiap mendengar Lu Leng menyebut benda-benda pusaka
itu, wajah Hek Sin Kun bertambah berseri, Berbinar penuh
nafsu, tak sabar seperti ingin segera memilikinya,
"Masih ada benda pusaka lain?"
Padahal masih ada sebuah kotak kayu kosong yang
sebetulnya berisi tujuh batang Panah Bulu Api. Namun kotak
kayu itu telah kosong, maka Lu Leng tidak menyebutkannya,
"Tidak ada lagi!"
1875
Hek Sin Kun berjalan mondar-mandir lagi di dalam kamar
itu, Sesaat kemudian dia berkata,
"Bocah busuk, tidakkah ayahku menunjuk jalan, di dalam
lorong itu terdapat empat puluh sembilan jebakan, setiap
jebakan pasti mematikan orang yang memasukinya, kau yakin
dapat masuk ke dalam?"
Lu Leng berpikir sejenak, sebelum akhirnya menyahut
"Aku telah menyanggupimu, tentunya harus menempuh
bahaya demi kau!"
Hek Sin Kun menatap Lu Leng tajam sekali, seolah hatinya
masih meragukan ucapan Lu Leng,
"Bagaimana aku mempercayaimu?"
Mendengar itu, Lu Leng bergirang dalam hati,
"Kau boleh berlega hati, entah kau menghendaki benda
pusaka yang mana? Asal kau beritahukan, dalam waktu satu
tahun, aku pasti memperolehnya untukmu !"
Hek Sin Kun mendengus, kemudian tertawa.
"Bocah busuk, kau harus ingat satu hal, kini nyawamu
berada di tanganku!"
“Tentunya aku tahu, Kalau tidak, bagaimana mungkin aku
akan menempuh bahaya itu?" sahut Lu Leng yang terus
berupaya meyakinkan Hek Sin Kun.
Hek Sin Kun tertawa dingin,
1876
"Bagus kalau begitu, Kau dengar baik-baik! Aku
menghendaki ke tujuh macam benda pusaka itu, kau harus
mengambil semua itu untukku!"
Lu Leng tertegun. Dia tak menyangka Hek Sin Kun berhati
amat serakah seperti itu,
Hek Sin Kun berkata dengan dingin,
"Bocah busuk, kau tidak mengabulkan?"
Lu Leng menghela nafas panjang,
"Hek Sin Kun, ayahmu telah mengatakan, siapa yang
dapat melewati Empat Puluh sembilan Lorong Rahasia itu,
hanya boleh mengambil satu macam benda pusaka saja, Tidak
boleh mengambil semuanya!"
Hek Sin Kun tertawa licik,
Kalau tetap tak mau mengabulkan, terserah kau saja!"
ujarnya bernada mengancam.
Seketika Lu Leng berpikir, kalau dia tidak
mengabuIkannya, kemungkinan besar Hek Sin Kun akan
membunuhnya, Lu Leng merasa tak berharga sama sekali mati
di tangan Hek Sin Kun.
Mo Liong Seh Sih telah menyatakan, siapa yang dapat
memasuki Lorong Rahasia itu, hanya boleh mengambil satu
macam benda pusaka, itu bukan pernyataan kosong, pasti ada
jebakan lain di situ.
Jebakan tersebut sudah pasti menghadapi orang yang
berhati serakah. Siapa yang berhati serakah, pasti akan mati
1877
di dalam gudang itu, itu berarti apabila Lu Leng
mengabulkannya, tidak akan mati di istana Ci Cun Kiong,
melainkan di dalam gudang rahasia itu,
Lu Leng bukan pemuda yang berakal licik,
mengabulkannya dulu lalu tidak pergi menempuh bahaya itu,
Tapi kalau Hek Sin Kun tidak tahu jelas sifat Lu Leng, sudah
pasti tidak akan mempercayai-nya.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Lu Leng berkata,
"Hek Sin Kun, kalau kau menghendakiku mengambil
semua benda pusaka itu, mungkin akan mencelakai orang dan
mencelakai dirimu sendiri!"
Hek Sin Kun menyahut dengan dingin,
"Bagaimana akan mencelakai orang dan mencelakai diriku
sendiri?"
"Seh Locianpwee sudah membuat peraturan, siapa yang
memasuki gudang rahasia itu, hanya boleh mengambil satu
macam pusaka! Kalau lebih, jebakan pasti bergerak, aku akan
mati di dalam gudang rahasia itu, sedangkan kau tidak akan
memperoleh apa pun!"
Apa yang dikatakan Lu Leng memang masuk akal, dan
berdasarkan kenyataan
Akan tetapi, dalam hati Hek Sin Kun telah timbul
keserakahan, bagaimana mungkin dia mau mendengar itu?
"ltu bukan urusanmu!" bentak Hek Sin Kun dengan mata
tajam menatap dingin ke arah Lu Leng, "Kalau kau masih ingin
hidup, turuti saja apa perintahku!"
1878
Mengetahui Hek Sin Kun tidak mau mendengar, Lu Leng
diam-diam berpikir lagi, Baginya mati di dalam gudang rahasia
dan mati di dalam istana Ci Cun Kiong, bedanya setahun!
Dalam waktu setahun masih bisa pergi mencari Panah
Bulu Api untuk membasmi Liok Ci Khim Mo, maka dendam
kedua orangtuanya terbalas. Setelah itu baginya mati pun
tidak akan penasaran. Oleh karena itu, dia berkata setelah
berpikir sejenak.
"Baik, aku mengabu!kan, cepatlah kau membebaskan
totokan ilu!"
Dengan wajah berseri Hek Sin Kun segera menjulurkan
tangannya untuk membebaskan totokan itu, tapi mendadak
berhenti.
"Bocah busuk, bagaimana kalau kau ingkar janji"
Lu Leng tersenyum getir
"Hek Sin Kun, kau boleh berlega hati Kalau aku berniat
ingkar janji, untuk apa aku harus mempertimbangkannya
begitu lama? Hanya saja aku masih ingin menyadarkanmu,
Kalau kau menghendaki semua benda pusaka itu, aku mati
tidak apa-apa, namun kau tidak akan memperoleh apa pun!"
Hek Sin Kun tertawa dingin,
"Walau aku tidak akan memperoleh apa pun, tapi dapat
melenyapkanmu dengan jebakan ayahku itu, hatiku merasa
puas!"
1879
Lu Leng menarik nafas berat Hatinya dongkol mendengar
ucapan Hek Sin Kun barusan, Namun dia terlanjur sudah
mengabulkannya, kini tak mungkin menjilat kembali ludatmya,
" Cepatlah kau bebaskan totokan ini!" ujarnya kemudian
setelah berpikir sejenak.
Tapak tangan Hek Sin Kun menepuk punggung Lu Leng,
seketika badan Lu Leng jadi ringan, maka langsung mencelat
ke atas,
Begitu Lu Leng mencelat ke atas, Hek Sin Kun segera
mundur, sikapnya seperti sedang menghadapi musuh besar.
Menyaksikan itu, Lu Leng jadi tertawa geli,
"Hek Sin Kun, legakanlah hatimu! Kau telah membebaskan
totokan bagaimana aku akan mencelakaimu?"
Wajah Hek Sin Kun langsung memerah, sedangkan Lu
Leng langsung membalikkan badan nya, lalu melesat ke arah
jendela, Perlahan-lahan dia mendorong daun jendela, dan
langsung saja melompat keluar, Namun mendadak saja
terdengar suara Hek Sin Kun yang terkejut
"Siapa.,.?"
"Hek Sin Kun, ya? Tuan muda sudah siuman, dia berpesan
tidak boleh mencelakai Lu siauhiap! Tuan muda akan segera
ke mari menengok Lu Siauhiap!" ujar seseorang
memberitahukan.
Begitu mendengar sahutan itu, dalam hati Lu Leng
menyesal sekali dan merasa berduka!
1880
Seharusnya dia menduga, setelah siuman Oey Sim Tit
pasti akan merasa heran bagaimana dirinya berada di dalam
istana Ci Cun Kiong, Dan pelayannya pasti memberitahukan
setelah mengetahuinya tentu Oey Sim Tit akan segera
melarang Hek Sin Kun mencelakai Lu Leng,
Namun sayang, Orang yang disuruh Oey Sim Tit itu datang
terlambat Lu Leng telah menyanggupi permintaan Hek Sin
Kun.
Terdengar suara sahutan Hek Sin Kun,
"Harap lapor kepada tuan muda," terlambat selangkah, Lu
Leng sudah mati ini adalah perintah dari Liok Ci Khim Mo,
jangan mempersalahkanku!"
Orang itu menyahut, lalu melangkah pergi.
Lu Leng tahu Oey Sim Tit pasti berduka sekali. Namun
saat ini, Lu Leng tidak dapat memperlihatkan diri, Walau Oey
Sim Tit akan melindunginya, tapi Liok Ci Khim Mo tetap
menghendaki kematiannya. Karena itu, Lu Leng harus segera
meninggalkan istana Ci Cun Kiong,
Dia cepat-cepat mengerahkan Ginkang, melesat pergi
dengan hati-hati sekali- Beberapa kali dia harus menyelinap
bersembunyi menghindari mata para penjaga.
Tak seberapa lama kemudian, dia sudah keluar melalui
pintu gapura, terus melesat pergi.
* * * *
1881
Bab 88
Lu Leng merasa dapat lolos dari mulut harimau, Dia
bersyukur dalam hati, meskipun harus mengumbar janji, dia
akhirnya bisa lepas dari ancaman maut Hek Sin Kun. Dia terus
berlari, menjauh dari tempat istana Ci Cun Kiong, Hingga
akhirnya dia sampai di sebuah goa, Di dalam goa inilah dia
teringat akan gurunya,
Lu Leng teringat ketika bertemu Oey Sim Tit dalam
keadaan terluka parah, hatinya sudah merasa heran, ilmu
Ginkangnya begitu tinggi, bagaimana bisa dilukai orang
dengan menancap belati di punggungnya?
Tapi pada waktu itu, dia hanya berpikir bagaimana cara
menolong Oey Sim Tit, tidak memikirkan yang lain, Maka dia
langsung membawa Oey Sim Tit ke istana Ci Cun Kiong,
sehingga mengalami kejadian itu dan tiada waktu untuk
berpikir urusan lain,
Kini begitu teringat pada Tong Hong Pek, Tam Sen suami
istri, dan lainnya, barulah dia merasa urusan tidak beres,
Karena Oey Sim Tit bertugas melindungi mereka, namun
dia justru terluka parah. Lalu bagaimana dengan Tong Hong
Pek dan lainnya? Memang Tong Hong Pek dan lainnya
berkepandaian tinggi, tapi luka yang diderita mereka belum
sembuh. Kalau bertemu musuh tangguh, sudah pasti sulit
mereka menghadapinya.
Oey Sim Tit terluka parah, pertanda keadaan Tong Hong
Pek dan lainnya pasti dalam bahaya, Putra Liok Ci Khim Mo itu
memiliki ilmu Ginkang yang amat tinggi, bertemu musuh
tangguh yang manapun, dia pasti dapat meloloskan diri.
1882
Tentu, luka parah yang dideritanya itu akibat dia tidak mau
pergi begitu saja.
Kalau dikatakan Oey Sim Tit demi melindungi kelima orang
itu, sehingga tidak mau kabur, maka terluka parah, itu
memang mungkin,
Lu Leng terus berpikir, sebetulnya Tong Hong Pek, Tam
Sen suami istri dan lainnya bertemu musuh tangguh yang
bagaimana. Hal itu membingungkan Lu Leng, Yang jelas Tong
Hong Pek dan lainnya dalam bahaya,
Oleh karena itu, Lu Leng amat menyesal dalam hati,
karena demi menolong Oey Sim Tit, waktunya habis tersita,
seandainya Tong Hong Pek dan lainnya menghadapi bahaya,
itu akan membuat Lu Leng menyesal seumur hidup.
Berpikir Mnpaji di situ, dia tidak membuang waktu lagi,
badannya bergerak melesat pergi,
Tak seberapa lama sudah sampai di tempat dia bertemu
Oey Sim Tit Lalu dia melanjutkan perjalanan ke arah Oey Sim
Tit muncul
Sekejap mata sudah menempuh empat-lima miI. Namun
tetap sunyi sepi,
Oey Sim TU terluka begitu parah, tentunya tidak dapat
bertahan lama. Namun setelah cukup jauh dia berjalan
ternyata tetap tak menemukan jejak apa pun.
Berselang beberapa saat, dia sudah menempuh beberapa
mil lagi, barulah melihat ada beberapa rumah di depan.
1883
Lu Leng segera melesat ke sana. Setelah dekat matanya
melihat jeias, ternyata sebuah kuil tua.
Semula Lu Leng mengira rumah, berharap ada
penghuninya agar dapat memperoleh sedikit keterangan
Melihat keberadaan kuil yang sudah sangat tua serta
rerumputan liar tumbuh memenuhi pekarangannya, dia yakin
kuil itu tanpa penghuni.
Ketika membalikkan badannya, Lu Leng melihat
seseorang, yang sepasang kakinya tidak menyentuh tanah,
Melihat keberadaan orang itu Lu Leng merasa ngeri. Sekujur
tubuhnya bergetar merinding.
Tanpa sadar dia mundur dua langkah, kemudian
memandang orang itu dengan tegas. Ternyata orang itu
bukan berdiri di udara, melainkan menggantung diri,
Setelah melihat jelas, Lu Leng memungut sebuah batu
kecil, lalu dilemparkan ke arah tali yang mengikat leher orang
itu.
Serrt!
Batu kecil itu meluncur ke arah tali, Lu Leng pun melesat
ke dalam,
Talli itu putus tersambar batu kecil, maka orang yang
menggantung diri merosot ke bawah, Di saat bersamaan, Lu
Leng sudah melesat sampai ke situ. Dengan cepat menyambut
orang itu.
Setelah berhasil menyambut orang itu, Lu Leng tersentak
kaget bukan main, Badan orang itu agak ringan. Dia baru tahu
kalau orang itu wanita, Lengan baju kirinya kosong,
1884
Lu Leng cepat-cepat memandangnya. Wajah wanita itu
pucat pias menyiratkan penderitaannya. Siapa wanita muda
itu? Dia adalah Toan Bok Ang!
Dengan perasaan kalut Lu Leng memeluk Toan Bok Ang.
Namun dia tidak tahu harus berbuat apa. Hanya air matanya
yang terus mengucur!
Dia amat mengerti Toan Bok.Ang mengambil jalan pendek
di dalam kuil tua justru karena dirinya!
Dugaan Lu Leng memang tidak meleset, Toan Bok Ang
menempuh jalan pendek, betul-betul karena dirinya! Dia
teringat, setelah menampar dengan penuh rasa kebencian,
Toan Bok Ang meninggalkannya.
Dengan hati dipenuhi rasa sedih dan merana juga
perasaan sakit dan kecewa gadis itu terus berlari tanpa tujuan,
Tak dapat dibayangkan betapa sedih dan kecewanya hati
Toan Bok Ang. Orang yang sangat dicintainya ternyata tidak
pernah mencintai diri nya.
Ia menganggap orang yang sangat dicintainya hanyalah
selalu berkata manis, Namun hatinya tak punya cinta
untuknya, perasaan hancur di hatinya itulah yang terus
membawanya pergi. Hingga akhirnya tanpa sadar dia sampai
di kuil tua. Dengan langkah tersaruk-saruk dia menuju kuil itu,
Mungkin karena hancur luluhnya perasaan. Beberapa kali
ia telah terjatuh selama berlari Aneh memang, Seorang yang
berkepandaian cukup tinggi macam dirinya, mengalami
beberapa kali terjatuh
Tak seberapa lama, dia sudah sampai di depan kuil tua.
Ketika dia mendorong pintu gerbang kuil tua itu, terdengar
1885
suara deritnya yang menyakitkan telinga, Hatinya merasa
suara deritan pintu itu seakan menertawakan nasib dirinya.
Dia menutup telinganya sambil maju beberapa langkah.
Sekali lagi tubuhnya yang dirasakan lemas, terjatuh. Ketika
kepalanya mendongak, dia melihat sebuah patung Buddha Bie
Lek Hud (Buddha Ter-tawa) yang berperut gendut
Wajah patung Bie Lek Hud tertawa lembut dan welas asih.
Namun dalam penglihatan Toan Bok Ang, patung Buddha Bie
Lek Hud itu justru sedang mentertawakan dirinya, Hal itu
membuat hatinya semakin sedih dan putus asa. Akhirnya dia
mengambil keputusan untuk menggantung diri!
Kebetulan di dalam kuil tua itu terdapat seutas tali, dia
memandang tali itu seraya bergumam.
"Tak disangka aku harus mengakhiri hidup di dalam kuil
tua ini!"
Seusai bergumam dia pun merasa dirinya makin jauh
dengan dunia, Segera diambilnya tali itu, kemudian dilempar
ke atas sebuah tiang yang melintang di atas kepalanya,
setelah itu, dia mengambil sebuah kursi, naik ke atas kursi itu
dan mengikat lehernya dengan tali, Kakinya menendang kursi
sehingga dirinya bergantung di situ.
Semula sepasang kakinya masih bergerak-gerak, tapi
kemudian diam dan tenang, Apapun mulai terasa jauh,
termasuk cinta dan kebencian Semua itu semakin jauh seiring
dengan lenyapnya kesadaran dirinya.
Kini tubuhnya berada dalam pondongan Lu Leng. Dengan
hati kalut pemuda itu terus membawanya ke tempat yang
cukup lega, Kemudian Toan Bok Ang diletakkan di lantai,
1886
kemudian segera dia menyalurkan hawa murni ke dalam
tubuh nya.
Kening Lu Leng mengucurkan keringat Hatinya merasa
tegang, Kalau Toan Bok Ang sampai mati karena dirinya, tentu
Lu Leng akan sangat berduka selama-lamanya.
Namun tiba-tiba saja Lu Leng tersentak girang ketika dari
tenggorokan Toan Bok Ang terdengar suara seperti nafas yang
tertahan. Merasa lega hati Lu Leng mengetahui hal itu, Maka
dia teruskan untuk menyalurkan hawa murninya ke tubuh
gadis itu. Berselang beberapa saat kemudian mulai terdengar
helaan nafas Toan Bok Ang.
"Kakak Ang! Kakak Ang!" Dengan rasa tak sabar Lu Leng
memanggil-manggil gadis itu, Air matanya bercucuran Rasa
haru menyelimuti hatinya,
Saat itu Toan Bok Ang masih dalam keadaan tak sadar
Telinganya samar-samar mendengar orang yang
memanggilnya, setelah itu ia juga merasakan ada tetesan
hangat jatuh ke pipinya, Air mata Lu Leng yang bercucuran
Dan ketika ia membuka mata tampak Lu Leng setengah
berlutut di hadapannya,
Toan Bok Ang segera memejamkan matanya. Dirinya tak
bisa menyaksikan pemuda itu ada di hadapannya, ia sama
sekali tidak tahu kalau Lu Leng telah menyelamatkan dirinya
dari kematian.
Lu Leng tertegun memandangi Toan Bok Ang yang
memejamkan mata tidak ingin memandangnya.
"Kakak Ang, aku...."
1887
Lu Leng tak mampu melanjutkan kata-katanya. sementara
itu Toan Bok Ang sudah mulai sadar, ia mulai tahu Lu Leng
yang menyelamatkannya.
Dia ingin berteriak-teriak menyuruh Lu Leng pergi, tapi tak
mampu mengeluarkan suara. Akhirnya ia berkata dengan
suara lemah,
"Kau... mau apa kau menolongku?"
Air matanya pun mulai bercucuran Perasaan haru dan iba
menyelimuti hati Lu Leng, Digenggamnya tangan Toan Bok
Ang erat-erat. .
"Kakak Ang, kenapa kau...."
Toan Bok Ang membuka matanya, memandang Lu Leng
sejenak, tapi kemudian berpaling ke tempat lain.
"Bagaimana kau tahu isi hatiku?"
Sesungguhnya Lu Leng memahami keadaan Toan Bok
Ang, Namun dia tak tahu harus bagaimana menghiburnya, Dia
ingin mengatakan bahwa dirinya akan mencintai Toan Bok Ang
dengan sungguh-sungguh. Namun Lu Leng justru tak dapat
men-cetuskannya, Sebab, yang dicintainya bukan Toan Bok
Ang, melainkan adalah Tam Goat Hua.
Tak mungkin ia mampu memaksakan diri untuk mencintai
gadis ini. Rasa cinta sejati tidak akan pernah tumbuh dengan
dipaksakan Akhirnya Lu Leng pun tak mampu mengucapkan
kata-kata itu. Dia hanya menghela nafas,
"Pergilah kau! Jangan... jangan berada di sisiku!" ujar
Toan Bok Ang dengan hati pedih sekali
1888
Lu Leng diam saja, badannya tak bergerak sama sekali.
"Kakak Ang," ujar Lu Leng kemudian dengan suara
rendah. "Bisakah kau membantu aku?"
Toan Bok Ang tersenyum getir
"Aku masih bisa membantumu apa?"
"Kakak Ang, kemungkinan guruku, Cit Sat Sin Kun-Tam
Sen suami istri dan lainnya dalam bahaya, Mungkin kau bisa
membantuku. Kita bersama pergi mencari mereka."
Toan Bok Ang bangun dan duduk, Kemudian ia
menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak! Aku tidak ingin melakukan apapun lagi, kau pergi
seorang diri saja!"
Lu Leng memegang bahu nya. Ditatapnya wajah Toan Bok
Ang,
"Kakak Ang, kenapa dengan cara demikian kau
menghancurkan dirimu sendiri?"
Mendadak Toan Bok Ang tertawa terkekeh-kekeh,
"He he he! Apakah aku ingin menghancurkan diriku
sendiri?"
Mendengar itu, Lu Leng merasa dadanya seperti
terhantam palu, Dia sadar, dirinyalah sebenarnya yang telah
menyebabkan Toan Bok Ang berbuat sekeji itu,
1889
“Tidak salah, Kakang Ang, Memang aku yang telah
mencelakaimu."
"Kau sama sekali keliru, aku tidak bermaksud demikian.
Adik Leng, biar bagaimana pun aku tetap mencintaimu, aku
tidak akan membencimu"
Apa yang dikatakan Toan Bok Ang, membuat hati Lu Leng
jadi pilu,
"Kakak Ang kau harus tahu. Hatiku sungguh
menghendakmu gembira, Tidak ingin kau menderita. Aku ingin
setiap hari wajahmu berseri tidak bermuram durja!"
Toan Bok Ang menghela nafas.
"Aaah! Adik Leng, aku tahu itu, Tapi aku juga tahu kau tak
dapat melaksanakan nya sebab kau tidak mencintaiku"
Lu Leng tersenyum getir mendengar ucapan Toan Bok Ang
itu.
"Kakak Ang, justru karena ini, kau sudah tidak mau jadi
orang lagi?"
"Adik Leng, memang benar katamu!" ujar Toan Bok Ang
sambil menghembuskan nafasnya.
Lu Leng bangkit berdiri, dia merasa dirinya sudah tiada
kemampuan lagi,
Ketika melihat Lu Leng bangkit berdiri, Toan Bok Ang
segera berkata dengan lembut
1890
"Adik Leng, kau pergilah! jangan mempedulikanku! Asal
selanjutnya kau selalu ingat padaku, aku sudah merasa
gembira sekali."
Tidak, aku tidak akan meninggalkannya
Toan Bok Ang tertawa sedih.
"Kau tidak meninggalkanku lalu apa yang kau inginkan?"
Lu Leng berpikir lama sekali. Dia tak bisa mengatakan
sesuatu. Namun biar bagaimanapun dia tidak akan
membiarkan Toan Bok Ang berada di kuil tua itu seorang diri,
Ketika dia baru menjulurkan tangannya, ingin memapah Toan
Bok Ang, mendadak terdengar suara seseorang mencegahnya.
"jangan sentuh dia!"
Begitu mendengar suara itu, hati Lu Leng tertegun. Dia
segera meno!eh. Dilihatnya ada sosok bayangan di luar, Orang
itu ternyata si Walet Hijau-Yok Kun Sih ketua Hui Yan Bun.
Tentu saja Lu Leng tersentak kaget melihat iceberadaan
wanita tua itu, Yok Kun Sih melangkah ke dalam mendekati
Toan Bok Ang,
"Anak Ang, kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan menatap
sang murid,
Begitu melihat Yok Kun Sih, Toan Bok Ang langsung
menangis. Dia langsung memeluk guru itu,
Padahal Toan Bok Ang sudah berjanji dalam hati, tidak
mau menangis lagi, Tapi begitu melihat gurunya, rasa
dukanya memuncak, Tak tertahan lagi tangispun meledak,
1891
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih menepuk bahu gadis itu,
"Anak Ang, guru pernah bilang apa padamu?"
Toan Bok Ang terisak-isak.
"Guru, jangan,., jangan menyalahkannya!"
Yok Kun Sih menghela nafas panjang.
"Anak bodoh! Kau masih belum sadar?"
"Guru, aku sangat mencintainya.,." ujar Toan Bok Ang
dengan terisak-isak dipelukan gurunya,
Yok Kun Sih membelai-belai Toan Bok Ang, kemudian
menoleh menatap Lu Leng, Namun tatapan mata Yok Kun Sih
walau terlihat serius tidak sebengis beberapa waktu lalu,
"Anak Ang sedemikian baik terhadapmu apakah hatimu
tidak tersentuh?" tanya perempuan tua ketua Hui Yan Bun itu.
Dengan suara rendah dan menundukkan kepala Lu Leng
menjawab pertanyaan Yok Kun Sih.
"Aku amat berduka dalam hati, sulit diuraikan dengan
kata-kata!"
Yok Kun Sih berkata sepatah demi sepatah,
"Sesungguhnya Anak Ang sudah melanggar peraturan Hui
Yan Bun!"
1892
Berkata sampai di situ, Yok Kun Sih berhenti Dia menatap
lekat pemuda itu.
"Tapi cintanya itu amat mengharukan. Sebagai wanita aku
pun merasa terharu. Kalau hatimu juga tergerak, aku pasti
merestui kalian berdua!" ujar Yok Kun Sih seakan merasa iba
terhadap muridnya itu.
Mendengar itu, Lu Leng cuma tersenyum getir Dia tak bisa
berkata apa-apa ketika Yok Kun Sih memapah Toan Bok Ang.
"Anak Ang, mari kita pergi!"
Mereka berdua berjalan pergi, tapi kemudian Yok Kun Sih
berpaling ke belakang menatap kembali ke arah Lu Leng,
"Gurumu dan lainnya berada di sana, tak jauh dari sini!
Keadaan mereka amat berbahaya, Apa kau tak ingin pergi
melihat mereka?"
Tersentak kaget bukan main hati Lu Leng mendengar
pemberitahuan Yok Kun Sih itu,
"Cianpwee, bagaimana keadaan mereka berlima?"
tanyanya karena tak sabaran ingin segera tahu nasib guru dan
kawan-kawannya semua,
Akan tetapi si Walet Hijau-Yok Kun Sih dan Toan Bok Ang
sudah melesat pergi sebelum selesai pertanyaan Lu Leng.
Keduanya dalam sekejap saja telah berada jauh meninggalkan
pemuda itu.
Lu Leng masih melihat Toan Bok Ang berpaling ke
belakang memandangnya membuat hati Lu Leng tambah
berduka,
1893
Karena telah mendengar kabar mengenai guru dan kawankawannya,
maka tanpa membuang-buang waktu lagi Lu Leng
pun melesat meninggalkannya. Dia terus berlari ke arah yang
ditunjukkan oleh si Walet Hijau-Yok Kun Sih. Namun belum
sampai di tempat yang akan dituju, mendadak terdengar
suara tawa bergelak mengejutkannya.
"Ha ha ha! Kalian masih tidak mau keluar?"
Lu Leng terkejut karena mengetahui kalau pemilik suara
itu adalah Liat Hwe Cousu, ketua Hwa San Pai.
Berdasarkan penuturan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek,
ketika mereka datang dari Lam Hai, pernah melihat Liat Hwe
Cousu menuju ke sana, Tapi bagaimana dia begitu cepat
kembali ke Tiong-goan? Apakah dia yang mencelakai Oey Sim
Tit?
Sambil terus berpikir Lu Leng terus melesat ke tempat itu,
Tak lama dia sudah melihat Liat Hwe Cousu yang tinggi besar
itu, berdiri di depan sebuah goa. Di hadapannya tampak
terdengar setumpuk ranting kering, Dan sesaat kemudian
orang tua itu kembali berkata lagi,
"Kalau kalian tidak mau keluar, aku akan membakar kayu
ranting kering ini. Asap akan mengepul ke dalam membuat
kalian mati kehabisan nafas!"
Terdengar suara sahutan seseorang dari dalam goa. Lu
Leng tahu, itu suara Seh Cing Hua.
"Liat Hwe Cousu, kau sungguh tak tahu malu!"
Liat Hwe Cousu tertawa ge!ak.
1894
"Ha ha! Siapa pun boleh membuka mulut, hanya kau yang
tak kuperbolehkan!"
ketika Liat Hwe Cousu menyahut, Lu Leng sudah
mendekatinya.
"Liat Hwe Cousu, masih kan kau mengenalku?!" Tiba-tiba
saja Lu Leng berseru.
Liat Hwe Cousu segera membalikkan badannya. Begitu
melihat Lu Leng seketika dia jadi terkejut bukan main. Sebab
menurut dugaannya Lu Leng pasti sudah binasa di dalam
makam Nyonya Mo Liong Seh Sih.
Dan kini pemuda itu muncul di hadapannya, Betapa pun
dirinya adalah seorang yang berkepandaian tinggi, tetap tidak
bisa menyembunyikan rasa terkejutnya,
Di saat dia tertegun, Lu Leng telah mengerahkan
Lweekang, Badannya melesat cepat ke arahnya dengan
mengeluarkan jurus Bwee Hoa Go Cut (Bunga Bwee Memekar
Lima Kali),
Lu Leng tahu Liat Hwe Cousu berkepandaian amat tinggi
sekali, tidak dibawah gurunya maupun Cit Sat Sin Kun-Tam
Sen. sehingga tidak bisa gegabah untuk bisa mengalah
kannya, Namun dia yakin asal dapat mengulur sedikit waktu,
Tong Hong Pek dan iainnya pasti bisa kabur
Oleh karena itu, Lu Leng menyerangnya dengan sepenuh
tenaga, agar Liat Hwe Cousu tak dapat balas menyerang.
Karena saat itu dirinya masih diliputi rasa heran atas
munculnya Lu Leng, maka kurang menyadari kalau pemuda
itu menyerangnya, Mendadak dia merasa ada serangkum
1895
tenaga meluncur cepat ke arahnya yang diiringi suara
menderu keras dan menggetarkan
Melihat serangan Lu Leng yang begitu dahsyat, tentunya
dia tahu betapa hebatnya ilmu Kim Kong Sin Ci. Walau
Lweekangnya sendiri amat tinggi, namun tidak dapat
dibandingkan dengan Kim Kong Sin Ci.
Oleh karena itu, kalau Liat Hwe Cousu khawatir, jika
menggunakan tenaga keras justru akan mencelakakan dirinya,
itu membuatnya berpikir dua kali untuk mengatasi serangan
Lu Leng, Tiba-tiba saja badannya berputar, jubahnya ikut
mengembung. Dan tahu-tahu dirinya sudah mencelat mundur
beberapa depa.
Lu Leng sudah menduga serangannya tidak gampang
menyentuh badan Liait Hwe Cousu, Ketika melihat Liat Hwe
Cousu mencelat mundur, dia pun cepat melesat memburunya.
Di saat melesat ke depan, jurus Thian Te Kun Tun (Langit
Bumi Kacau Balau) dikeluarkan untuk melancarkan serangan
lebih lanjut serangan itu menimbulkan suara menderu-deru.
Bagaikan sebuah jala meluncur ke arah kepala Liat Hwe
Cousu,
Liat Hwe Cousu belum sempat berdiri tegak ketika
serangan kedua sudah menyusul Hal itu membuat Liat Hwe
Cousu menggeram. Lalu mendadak dia mengibaskan kedua
lengan jubahnya ke depan,
Liat Hwe Cousu tergolong jago kelas satu dalam rimba
persilatan sedangkan Lu Leng masih terlalu muda jika
dibandingkan dirinya, Namun pemuda ini memang berbakat
dan pandai sehingga digolongkan tingkat atas tokoh persilatan
1896
Lu Leng melihat jurusnya hampir berhasil mengenai badan
Liat Hwe Cousu. Dia hampir tak percaya hal itu, karena tahu
tidak terlalu gampang melawan Liat Hwe Cousu, Namun Liat
Hwe Cousu mengibaskan kedua lengan jubahnya ke depan,
Hal ini membuat Lu Leng merasakan ada tenaga amat dahsyat
menerjang ke arahnya, sehingga badannya condong ke
belakang,
Namun sebelum kembali tegak, telunjuk kanannya sudah
menjulur ke depan, menyerang Liat Hwe Cousu dengan jurus
It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit).
Karena Liat Hwe Cousu mengibaskan lengan jubahnya
dengan delapan bagian tenaga, sedangkan Lu Leng
menyerang sepenuh tenaga, maka tenaga Liat Hwe Cousu
terhalau, Hal ini sungguh di luar dugaan,
Ketika Liat Hwe Cousu merasakan itu, tenaga telunjuk Lu
Leng sudah menerjang ke arahnya, ingin dia berkelit tapi
sudah terlambat. Tenaga telunjuk itu telah menghantam telak
perutnya,
Namun orang tua itu memiliki hawa murni yang amat kuat,
melindungi seluruh badannya. sehingga begitu ada tenaga
serangan dari luar, otomatis hawa murninya akan melawan.
Kemungkinan besar akan menggoncangkan lawan bahkan
mampu membuat luka dalam,
Akan tetapi Lu Leng menggunakan tenaga sepenuhnya
dapat dibayangkan betapa dahsyatnya serangannya itu.
Liat Hwe Cousu merasa perutnya sakit, seperti terhantam
palu yang ribuan kati beratnya, sehingga badannya terdorong
mundur tiga langkah. Namun secepat itu juga dalam keadaan
1897
masih terdorong ke belakang, dia sempat melancarkan
serangan ke arah Lu Leng,
Lu Leng hanya merasa ada serangkum tenaga yang amat
kuat menerjang ke arahnya, membuat badannya berputarputar,
Dia ingin menarik diri tapi sudah terlambat Bukan main
terkejutnya Lu Leng, Dia segera menekuk sepasang kakinya,
kemudian mencelat ke atas, Namun badannya masih berputarputar
di udara, Beberapa saat kemudian meluncur turun.
Tampaknya Liat Hwe Cousu yang sudah geram sekali tak
ingin memberi kesempatan lawannya, Maka dia melangkah
sambil melancarkan serangan susulan,
Lu Leng sudah mengambil keputusan dalam hati dia harus
mengadu pukulan Maka segera saja dia mengerahkan
Lweekang, siap untuk menangkis serangan Liat Hwe Cousu.
Akan tetapi, mendadak terdengar suara orang berseru,
"Tahan!"
Lu Leng dan Liat Hwe Cousu menoleh serentak Tampak
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Tam Sen, Seh Cing Hua,
Tam Ek Hui, dan Han Giok Shia sudah berdiri di dekat tempat
pertarungan
Wajah Liat Hwe Cousu kelihatan gusar sekali melihat
mereka telah keluar dari goa,
"Tunggu aku menghajar binatang kecil ini dulu, baru
membuat perhitungan dengan kalian!"
Seh Cing Hua tertawa dingin sambil memperhatikan Liat
Hwe Cousu,
1898
"Sungguh tak tahu malu, berdasarkan apa kau ingin
menghajar siapa? Dirimu ketua partai besar, namun tiga jurus
telah dipecundang oleh seorang bocah! Kalau pun kau
menebalkan muka dan bertarung terus, seluruh kaum rimba
persilatan pasti akan mentertawakanmu!"
Perkataan Seh Cing Hua amat tajam, membuat wajah Liat
Hwe Cousu langsung memerah. Dan belum sempat Liat Hwe
Cousu membuka mulut, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek
sudah menyelak dengan mengeluarkan suara tawa panjang,
"Ha ha haaa! Tok Ciu Lo Sat, kau terlampau memandang
rendah diri Liat Hwe tua! Bagaimana mungkin dia dipecundang
bocah itu dalam tiga jurus ? sesungguhnya dia cuma
mengalah saja!"
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera menyambung.
Bagian 43
“Tidak salah! Apa yang dikatakan saudara Tong Hong
memang benar!"
Ketika Lu Leng mendengar perkataan Tong Hong Pek, dia
ingin berdebat Tapi setelah mendengar Tam Sen berkata
begitu, dalam hati sudah mengerti bahwa Tong Hong Pek dan
Tam Sen mengetahui keadaan seandainya masih bertarung
dengan Liat Hwe Cousu, sudah pasti pihaknya yang bakal
celaka.
Liat Hwe Cousu bersifat angkuh, tapi apabila disanjung
dengan beberapa patah kata, agar dia tidak kehilangan muka,
pasti akan berhenti.
1899
Oleh karena itu, begitu Tam Sen usai berkata, Lu Leng
segera menyambungnya.
"Liat Hwe Cousu, terima kasih atas kemurahan hatimu
yang telah mengalah tadi!"
Keempat orang ku berkata dengan nada menyanjung.
Dalam hati Liat Hwe Cousu sudah mengerti namun justru tidak
mampu mencetuskan apapun. Kalau dia banyak bicara,
tentunya akan kehilangan muka, karena tadi dia memang
terkena serangan Lu Leng.
Liat Hwe Cousu tertegun, kemudian tertawa dingin.
"Sayang! Sungguh sayang sekali ! Giok Bin Sin Kun juga
tertawa, "Liat Hwe tua, apa yang disayangkan?" "Sayang
sekali, dalam rimba persilatan orang yang bersifat gagah
justru sedikit sekali !H ujar Liat Hwe Cousu,
Mendengar itu, wajah Seh Cing Hua langsung berubah.
“Tua bangka, kau sedang kentut apa?" Liat Hwe Cousu
menyahut dengan dingin "Pat liong Thian Im muncul, Liok Ci
Khim Mo menjagoi rimba persilatan Kalian bertiga malah
bertekuk lutut di hadapan Liok Ci Khim Mo itu!"
Tong Hong Pek dan lainnya mendengar itu langsung
tertawa gelak, Lalu terdengar Seh Cing Hua tertawa sambil
mencaci
“Tua bangka, kelihatannya kau begitu terburu-buru
melakukan perjalanan Apakah kau pergi bergabung dengan
Liok Ci Khim Mo?" Wajah Liat Hwe Cousu membesi "Aku ingin
mendengar penjelasan!" "Penjelasan apa?" tanya Tong Hong
Pek. "Kalau kalian tidak bertekuk lutut di hadapan Liok Ci Khim
1900
Mo, bagaimana putra Liok Ci Khim Mo ada bersama kalian?"
sahut Liat Hwe Cousu,
"Kau masih berani omong begitu, Ketika bertemu saja,
tanpa bertanya lagi langsung melukai Oey Sim Tit! Hutang itu,
cepat atau lambat pasti membuat perhitungan denganmu!"
dengus Tong Hong Pek menatap Liat Hwe Cousu,
Liat Hwe Cousu tertawa dingin,
"Nah, itu! Kalian tidak dapat membersihkan diri lagi!"
Padahal sesungguhnya Tong Hong Pek dan lainnya sama
sekali tidak tahu apa sebabnya Liat Hwe Cousu bersikap
demikian terhadap mereka,
Liat Hwe Cousu tak punya dendam dengan mereka, lagi
pula pada dasarnya Liat Hwe Cousu bukan orang jahat Kini
mereka baru mengerti ternyata Liat Hwe Cousu mengira
mereka telah bergabung dengan Liok Ci Khim Mo.
* * * *
Bab 89
Mereka berlima melanjutkan perjalanan. Oey Sim Tit di
depan menunjuk jalan. Sampai di tempat itu mereka melihat
Liat Hwe Cousu muncul dari arah yang berlawanan, Dari jauh
Tong Hong Pek sudah melihatnya, Dia merasa heran karena
Liat Hwe Cousu mendadak muncul di situ, Dan tahu-tahu saja
sudah menghampiri Oey Sim Tit.
"Liat Hwe tua, kau mau ke mana?" Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek langsung bertanya.
1901
Seusai Tong Hong Pek berkata, mendadak Liat Hwe Cousu
menggeram sambil menjulurkan tangannya mencengkeram
Oey Sim Tit. Betapa terkejutnya Oey Sim Tit yang duduk di
punggung kuda. sebelah tangannya menekan punggung kuda,
lalu mencelat ke atas sambil berjungkir balik mengerahkan
Ginkang, Dengan ringan dia mendarat di tanah.
Sesungguhnya begitu kakinya menginjak tanah, dia masih
dapat mengerahkan Ginkang untuk melarikan diri. Akan tetapi
sepasang lengan Liat Hwe Cousu justru diarahkan pada Tong
Hong Pek dan Tam Sen.
Luka kedua orang itu belum pulih, tentunya akan sangat
berbahaya menghadapi Liat Hwe Cousu. Maka Tong Hong
Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua segera meloncat turun dari
kuda. Mereka bertiga bekerja sama menangkis pukulan yang
dilancarkan Liat Hwe Cousu, namun badan mereka tetap
terhuyung-huyung ke belakang,
Menyaksikan itu, tanpa berpikir panjang lagi Oey Sim Tit
langsung mengeluarkan sebilah belati, menerjang ke arah Liat
Hwe Cousu sambil mengerahkan Ginkang,
Di saat bersamaan Liat Hwe Cousu justru sudah siap
bertarung dengan Tong Hong Pek dan lainnya, Begitu melihat
Oey Sim Tit menerjang ke arahnya, dia tertawa gelak,
"Kunang-kunang kecil berani membentur api?"
Berdasarkan kepandaian Oey Sim Tit, tidak terlalu
merendahkan kalau Liat Hwe Cousu berkata begitu, Oey Sim
Tit menyerang dada Liat Hwe Cousu, tapi mendadak ketua
Hwa San Pai itu berkelit
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera berseru.
1902
"Sim Tit! jangan pedulikan kami, cepat pergi!"
Oey Sim Tit amat gugup karena serangannya gagal Dia
segera menyerang lagi, Akan tetapi kali ini Liat Hwe Cousu
justru menjulurkan tangannya mencengkeram lengan Oey Sim
Tit. Dengan cepat direbutnya belati yang di tangan Oey Sim
Tit, kemudian ditusukkan ke punggungnya,
Liat Hwe Cousu bergerak begitu cepat sehingga Tong
Hong Pek dan lainnya hanya melihat Oey Sim Tit terluka,
tanpa dapat berbuat apa-apa. Setelah menghujamkan belati
ke punggung Oey Sim Tit, Liat Hwe Cousu mengibaskan
tangannya membuat Oey Sim Tit terpental beberapa depa,
Oey Sim Tit sudah terluka parah, hanya saja luka itu
belum mengucurkan darah. Ketika terpental dia masih bisa
berdiri. Tong Hong Pek dan Tam Sen yang tampak gugup dan
panik saling berteriak.
"Sim Tit! Cepat pulang! Biar bagaimana kau harus sampai
di istana Ci Cun Kiong! Kalau tidak, nyawamu pasti melayang!"
Oey Sim Tit tertegun, lalu membalikkan badannya dan
segera melesat pergi, Di tengah jalan ternyata dia bertemu
dengan Lu Leng, sementara setelah Oey Sim Tit kabur, Liat
Hwe Cousu melancarkan sebuah pukulan ke arah Tong Hong
Pek dan lainnya, Mereka bertiga tetap bekerja sama
menangkis pukulan yang dilancarkan tokoh Ketua Hwa San Pai
itu,
Kalau ketiganya tidak dalam keadaan terluka parah,
tentunya tangkisan mereka akan melukai Liat Hwe Cousu,
Tiga empat jurus kemudian, mereka bertiga sudah
terdesak sampai di sisi sebuah batu besar sehingga tak dapat
1903
mundur lagi, sementara itu pula Han Giok Shia melihat sebuah
goa di belakang. Maka dia segera menarik Tam Ek Hui ke
dalam.
"Desak dia mundur beberapa langkah, lalu masuk ke
dalam goa ini!" Tam Ek Hui menyarankan dengan suara keras
ke arah mereka,
Tong Hong Pek, Tam Sen, dan Seh Cing Hua menoleh ke
belakang. setelah itu, mereka melancarkan pukulan, membuat
Liat Hwe Cousu termundur beberapa langkah, Maka ketiganya
memperoleh kesempatan untuk dapat masuk ke goa itu, Buruburu
mereka memasuki goa.
Liat Hwe Cousu tertawa aneh tak henti-hentinya di luar
goa.
"Bagus! Apakah kalian akan terus bersembunyi tidak mau
keluar lagi?"
"Tua bangkai Kau boleh coba kemari!" seru Seh Cing Hua
sambil tertawa,
Liat Hwe Cousu memang sudah melihat ketiga lawannya
terluka parah, maka berani bertarung melawan mereka.
Namun kini kelima lawannya bersembunyi di dalam goa.
Bagaimana mungkin untuk berani menerjang ke dalam,
Dia tahu jelas Seh Cing Hua telah menguasai semua ilmu
yang tercantum di dalam Kitab iblis peninggalan Mo Liong Seh
Sih. Karena itu tidak mudah menghadapinya, Apalagi kalau
Seh Cing Hua menggunakan racun,
1904
Oleh karena itu, Liat Hwe Cousu cuma berdiri di depan
goa, Kemudian mendadak dia melancarkan sebuah pukulan ke
dalam goa itu.
Namun pada saat yang bersamaan dari dalam goa pun
meluncur keluar suatu benda berwarna kehijau-hijauan. Benda
itu menerobos tenaga pukulan Liat Hwe Cousu,
Liat Hwe Cousu cepat-cepat menarik tenaga pukulannya
sambil meloncat mundur Ketika jatuh di hadapannya benda itu
mengeluarkan suara ledakan kecil dan mengepulkan asap, Tak
lama kemudian rerumputan di sekitar tempat itu berubah
kuning layu.
Bukan main terkejutnya Liat Hwe Cousu mendapati
serangan itu, wajahnya pucat pias.
"Tua bangkai Kalau kau masih berani macam-macam di
luar goa, kau pasti akan merasakan beberapa macam mainan
yang amat menarik lagi!" seru Seh Cing Hua dari dalam goa,
Liat Hwe Cousu tahu Seh Cing Hua tidak omong kosong,
maka dia tidak berani mendekati mulut goa itu. Dia hanya bisa
mencaci-maki karena geram bukan main,
Pada waktu bersamaan, kebetulan si Walet Hijau-Yok Kun
Sih melewati tempat itu. Kalau bukan karena urusan Toan Bok
Ang dengan Lu Leng, dia pasti memunculkan diri.
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih memang berhati sempit,
lantaran membenci Lu Leng, dia membenci Tong Hong Pek
dan lainnya. Maka ketika menyaksikan kejadian itu, dia malah
pergi. setelah bertemu Toan Bok Ang di dalam kuil tua,
akhirnya hatinya tergerak Ketika membawa Toan Bok Ang
pergi, dia memberitahukan tentang keadaan Tong Hong Pek
1905
dan lainnya. Lu Leng segera ke tempat itu, bertemu Liat Hwe
Cousu yang akan membakar ranting kering di depan goa,
Di saat Lu Leng bertarung dengan Liat Hwe Cousu, Tong
Hong Pek dan lainnya berjalan keluar dari dalam goa, Karena
itu, mereka berlima menyaksikan pertarungan tersebut Kini
mereka berlima baru tahu, ternyata Liat Hwe Cousu telah
salah paham, mengira mereka telah bergabung dengan Liok Ci
Khim Mo. Hal itu membuat mereka gusar tapi juga merasa
geli.
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menggeleng-gelengkan kepala
seraya berkata.
"Liat Hwe tua, kalau kami tidak terluka oleh kekuatan Pat
Liong Thian Im, cukup salah seorang di antara kami, kau pasti
sudah kelabakan Bagaimana kalau kami bertiga melawanmu?"
"Lalu bagaimana putra Liok Ci Khim Mo bisa bersama
kalian ?" tanya Liat Hwe Cousu.
Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek mendengus, kemudian
menyahut
"Liat Hwe tua, apakah kau sudah lupa tentang kejadian di
Cing Yun Ling Go Bi San. Oey Sim Tit merebut harpa Pat Liong
Khim dari tangan ayahnya? Kalau waktu itu dia tidak berbuat
begitu, mungkin kita semua hanya tinggal tutang-belulang
saja!"
Liat Hwe Cousu tertegun mendengar itu. Dia terbungkam,
"Seandainya Oey Sim Tit tidak sampai di istana Ci Cun
Kiong, aku tidak akan menyudahi urusan ini!" lanjut Tong
Hong Pek.
1906
Liat Hwe Cousu tertawa dingin,
"Kau kira aku takut padamu ?"
Lu Leng segera berkata,
"Oey Sim Tit sudah tidak apa-apa!"
Semua tercengang mendengar teriakan Lu Leng.
"Dari mana kau tahu?" tanya Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.
Lu Leng cepat-cepat menjelaskan tentang dirinya yang
bertemu Oey Sim Tit, juga tentang bagaimana dia menempuh
bahaya maut membawa anak Liok Ci Khim Mo itu ke istana Ci
Cun Kiong,
Mendengar itu Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa
gelak
"Saudara Tam, Liat Hwe tua! Kalian lihat bagaimana
muridku ini?"
Liat Hwe Cousu mendengus dingin.
"Hm! sungguh bodoh sekali!"
"Tidak melupakan budi, itu adalah solider! Berani
meloloskan diri, itu gagah! Liat Hwe tua, kau bilang dia bodoh,
bukankah keterlaluan?" tukas Tam Sen.
Apa yang dikatakan Tam Sen membuat wajah Lu Leng
berubah kemerahan
1907
"Paman Tam, jangan berkata begitu!" ujarnya merasa tak
enak hati.
Liat Hwe Cousu jadi membisu mendengar penjelasan Lu
Leng sementara Han Giok Shia melangkah menghampiri Lu
Leng.
"Adik Leng, apa yang dikatakan Paman Tam memang
benar. Oh ya, di mana Nona Toan?"
Begitu Han Giok Shia menyinggung Toan Bok Ang, Lu
Leng langsung menghela nafas panjang. Han Giok Shia
melihat perubahan wajah Lu Leng itu.
"Bagaimana dia?" tanyanya dengan rasa penasaran
Lu Leng berpikir sejenafc, akhirnya dia menceritakannya.
Dengan sedih dia menuturkan pertemuannya dengan Toan
Bok Ang dan Yok Kun Sih di kuil tua,
"Dia dan Yok Cianpwee pergi!" ujarnya mengakhiri
penuturannya,
Semua orang tidak menduga, dalam waktu sehari Lu Leng
mengalami begitu banyak kejadian Karena itu mereka diam
Akan tetapi, mendadak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek
bertanya.
"Anak Leng, kenapa kau hilang mendadak?"
Lu Leng diam, kemudian menyahut dengan suara pe!an.
Tong Hong Pek mau bertanya lagi, tapi Liat Hwe Cousu
menyela,
1908
"Apa maksud kalian mengganggu Liok Ci Khim Mo,
bolehlah dijelaskan?"
Sesungguhnya Liat Hwe Cousu amat berkha-watir, Lu Leng
akan menceritakan perbuatannya di gunung Tang Ku Sat.
Kalau kejadian itu tersiar keluar, namanya pasti hancur dalam
rimba persilatan
Lu Leng berhati bajik dan berjiwa lapang, Dia tidak akan
mengungkap tentang kejadian itu. Mengetahui kalau Lu Leng
tidak akan mempermalukan dirinya di hadapan semua orang,
Liat Hwe Cousu berlega hati,
"Dia adalah musuh kita semua, tentunya aku boleh
menjelaskan!" ujar Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek
menjawab pertanyaan Liat Hwe Cousu.
Mereka semua duduk di sebuah batu besar. Tong Hong
Pek lalu menuturkan tentang kejadian itu, Seusai Tong Hong
Pek bercerita, hari sudah mulai terang.
Setelah mendengar penuturan tersebut, Liat Hwe Cousu
jadi tertegun
"Kalau begitu, aku tidak usah ke istana Ci Cun Kiong lagi!"
ujar Liat Hwe Cousu setelah terdiam cukup lama,
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tertawa,
"Liat Hwe tua! Kalau kami menaruh dendam padamu
karena kejadian tadi, kami pasti memanasi hatimu agar kau ke
sana."
Liat Hwe Cousu jadi gusar mendengar itu,
1909
"Pergi ya pergi! Siapa yang takut?"
Seh Cing Hua tertawa,
"Liat Hwe tua! Kita semua sama saja. Tidak perlu gagahgagahan!"
Liat Hwe Cousu diam, namun nafasnya memburu
menahan kegusarannya,
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata,
"Liat Hwe tua, kami pernah melihatmu di pinggir laut
Kelihatannya kau ingin menyeberang laut, kenapa mendadak
kembali ke Tionggoan?"
Tidak salah, aku justru ingin bertanya satu hal padamu!"
sahut Liat Hwe Cousu,
“Tentang hal apa?" tanya Tong Hong Pek.
Liat Hwe Cousu menyahut,
"Dulu kematian Beng Tu Lo Jin gurumu...."
Baru berkata sampai di situ, Tong Hong Pek yang
mendengar langsung berubah wajahnya
"Liat Hwe tua, jangan kau teruskan lagi!"
Beng Tu Lo Jin adalah guru Tong Hong Pek. Kematiannya
justru disebabkan oleh perbuatan Tong Hong Pek yang ugalugalan,
Hingga akhirnya Tong Hong Pek diusir dari perguruan
Kalau teringat akan itu, hatinya amat berduka sekali
1910
Oleh karena itu temannya yang tahu bahwa hati Tong
Hong Pek amat menyesal tidak pernah menyinggung tentang
itu, Tapi saat ini, Liat Hwe Cousu justru menyinggungnya,
Ketika Tong Hong Pek memutuskan perkataan Liat Hwe
Cousu, ketua Hwa San Pai itu menjadi tertegun.
"Aku hanya ingin mengetahui jejak seseorang," katanya,
"Siapa?" tanya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.
" Ketika itu, Lam Hai Tiat Yeh Tocu-Tiat Sin Ong juga pergi
ke gunung Go Bi San untuk melawat Namun setelah itu,
bersama Pian Liong Sian Po dan Thian Sun Sianjin menghilang
entah ke mana. Kau tahu Tiat Sin Ong pergi ke mana?"
Tong Hong Pek tercengang. Mereka bertiga kehilangan
jejak sudah dua puluh tahun, Kenapa Liat Hwe Cousu
menanyakan jejak Tiat Sin Ong? Pikir-nya.
"Pada waktu itu aku tidak berada di gunung Go Bi San,
bagaimana tahu tentang jejak Tiat Sin Ong?" sahutnya "
Liat Hwe Cousu menghela nafas panjang,
"Kini tingkatan tua Go Bi Pai hanya tinggal kau seorang,
kelihatannya tiada seorang pun tahu jejak Tiat Sin Ong,"
Semua orang diam, sedangkan Lu Leng teringat akan
ayahnya, maka seketika timbul rasa duka dalam hatinya.
"Kenapa kau menanyakan jejak Tiat Sin Ong?" tanya Cit
Sat Sin Kun-Tam Sen sesaat kemudian.
1911
Liat Hwe Cousu tidak segera menyahut, melainkan
menatap Lu Leng dengan sinar mata aneh. Lu Leng tidak tahu
apa sebabnya Liat Hwe Cousu menatapnya seperti itu.
"Tidak ada apa-apa, hanya sekedar bertanya saja." jawab
Liat Hwe Cousu,
Semua orang tahu bahwa Liat Hwe Cousu tidak mau
berterus terang. Namun mereka sama sekali tidak menduga,
bahwa urusan yang disimpan dalam hati Liat Hwe Cousu
justru berkaitan dengan mereka.
Liat Hwe Cousu bangkit berdiri, kemudian mengusapkan
tangannya ke arah Lu Leng.
"Bocah, kau ke marilah, aku ingin bicara sejenak
denganmu!"
Liat Hwe Cousu melesat tiga empat depa, sedangkan Lu
Leng menjadi ragu untuk mengikutinya atau tidak,
"Anak Leng, kenapa kau tidak ke sana? Apakah masih
takut terhadap Liat Hwe Cousu itu? Jangan khawatir, dia
bukan orang semacam itu!"
Lu Leng berpikir lama sekali, akhirnya melesat ke hadapan
Liat Hwe Cousu, Dia yakin, di hadapan begitu banyak orang,
Liat Hwe Cousu pasti tidak berani mencelakainya,
Setelah Lu Leng berada di hadapannya ketua Hwa San Pai
itu berkata dengan suara rendah.
"Bocah, tentang jejak Panah Bulu Api, apakah kau sudah
tahu?"
1912
Lu Leng menggelengkan kepala,
“Tidak. Setelah Cousu pergi, aku dan Toan Bok Ang
menemukan ruang batu lain. Di ruang itu juga terdapat
sebuah peti mati tembaga, tapi hanya berisi mayat Nyonya Mo
Liong Seh Sih."
"Di dalam peti mati tembaga itu tidak terdapat Panah Bulu
Api?"
Lu Leng menggeleng kepala lagi,
"Tidak. Panah Bulu Api itu memang telah dicuri orang dan
di sana hanya terdapat secarik kertas saja."
Saat itu Liat Hwe Cousu sedang merendahkan suaranya,
namun begitu mendengar perkataan Lu Leng, tanpa sadar
suaranya menjadi tinggi,
"Kertas itu...." Buru-buru Liat Hwe Cousu merendahkan
suaranya lagi, "Di mana kertas itu, cepat perlihatkan
kepadaku!"
Ketika sedang berbicara dengan Lu Leng, Tong Hong Pek
dan lainnya tidak dapat mendengar Namun begitu Liat Hwe
Cousu berseru tentang kertas tadi terdengar jelas, membuat
mereka berlima saling memandang dengan penuh keheranan
"Kertas tersebut telah hancur," sahut Lu Leng,
"Kalau begitu, apa yang tercantum di dalam kertas itu?"
Lu Leng memberitahukan. Setelah mendengar, wajah Liat
Hwe Cousu tampak berseri, dan itu membuat Lu Leng
tercengang,
1913
"Berdasarkan itu, apakah Cousu tahu siapa pencurinya?"
"Omong kosong!" bentak Liat Hwe Cousu, "Bocah, ada
satu hal, kau... kau...."
Ucapannya terhenti, kelihatannya seperti tidak tahu harus
mengatakan apa. “Tentang kejadian di gunung Tang Ku Sat,
kau pernah memberitahukan kepada orang lain?" lanjutnya
setelah berpikir sejenak
Lu Leng tertawa geli, Ternyata Liat Hwe Cousu
memanggilnya hanya karena urusan itu,
"Pernah kuceritakan tapi tidak menyangkut Cousu, "
Liat Hwe Cousu menarik nafas lega,
"Bocah, kau harus ingat! Kejadian di gunung Tang Ku Sat,
tidak boleh kau beritahukan kepada siapa pun, termasuk
gurumu! Kalau kau kabulkan, sudah pasti bermanfaat bagi
dirimu!" pesan nya.
Lu Leng berpikir perbuatan Liat Hwe Cousu yang amat
rendah di gunung Tang Ku Sat, seharusnya dibeberkan
Tapi Lu Leng berhati bajik. Liat Hwe Cousu yang amat
angkuh itu masih mau bermohon ke-padanya. Kalau dia
bersedia menutup mulut, Liat Hwe Cousu pasti berterima kasih
sekali kepadanya dan siapa tahu selanjutnya ketua Hwa San
Pai itu menjaganya.
"Aku menuruti perkataan Cousu," sahutnya,
Liat Hwe Cousu menjulurkan tangannya menepuk bahu Lu
Leng.
1914
"Bagus, Aku pasti tidak akan melupakan kebaikan mu,"
katanya.
Usai berkata begitu, dia melambaikan tangannya ke arah
Tong Hong Pek dan lainnya, kemudian melesat pergi.
Lu Leng kembali ke tempatnya Dia memberitahukan
tentang pembicaraannya dengan Liat Hwe Cousu, tapi banyak
yang dirahasiakannya, Setelah itu, mereka semua melanjutkan
perjalanan.
Hari itu, setelah mereka menempuh tujuh delapan mil, hari
pun sudah malam. Mereka dapat tidur dan beristirahat
Hari berikutnya, Tong Hong Pek dan lainnya sudah mulai
sembuh dari sebagian luka dalam yang mereka derita, Kirakira
tujuh delapan hari lagi, mereka pasti akan pulih,
Sementara itu hati Lu Leng amat berduka karena urusan
Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang. Namun hati semua orang
sedang dilanda urusan masing-masing. Mereka tidak tahu
akan kedukaan Lu Leng saat itu,
Di antara mereka hanya Han Giok Shia yang paling peka,
Dia melihat Lu Leng seperti kehilangan sukma. Han Giok Shia
tahu itu bukan disebabkan urusan Liok Ci Khim Mo, melainkan
risau karena urusan lain.
Malam harinya, mereka bermalam di sebuah desa. Han
Giok Shia mengajak Lu Leng jalan-jalan sejenak
" Adik Leng, hari itu kau hilang secara mendadak, apakah
bertemu Kakak Tam?"
1915
Han Giok Shia bertanya secara tiba-tiba, membuat Lu Leng
tidak bisa mengelak lagi.
"Nona Han, bagaimana kau bisa tahu?" tanya Lu Leng
sambil menghembuskan nafasnya.
Han Giok Shia tersenyum.
"Bagaimana sifatmu, apakah aku tidak mengetahuinya?
Kalau tidak bertemu Kakak Tam, tentunya tidak mungkin kau
membiarkan kami di tempat itu."
Lu Leng menghela nafas panjang lagi
"Aku sendiri pun tidak tahu, begitu melihatnya, aku terus
mengikutinya!" ujar Lu Leng dengan suara rendah,
"Kini tiada seorang pun menyalahkanmu. Oh ya,
bagaimana keadaan Nona Tam?"
"Dia berada di dalam sebuah kuil, ingin jadi biarawati,
setelah bermohon padanya hampir seharian, barulah dia mau
membuka mulut berbicara denganku."
Lu Leng lalu menutur sejelas-jelasnya tentang kejadian
Hu. setelah mendengar, Han Giok Shia merasa ikut berduka,
Dia sebagai orang ketiga, tentunya amat sulit menghibur Lu
Leng.
Han Giok Shia menjadi bimbang, Ketika mau membuka
muIut, mendadak terdengar suara seruan Giok Bin Sin Kun-
Tong Hong Pek.
"Hati-hati! Ada orang ke mari! Anak Leng, cepat kembali!"
1916
Lu Leng dan Han Giok Shia segera kembali. Mereka
berenam berkumpuI. Telinga mereka mendengar suara Tak
Tak Tak" di tempat jauh. Dalam kegelapan, tampak bayanganbayangan
orang, jaraknya kira-kira dua tiga puluh depa,
Bayangan-bayangan orang itu, datangnya amat lamban,
Namun semua orang, tidak mungkin orang biasa melakukan
perjalanan malam! Karenanya setelah melihat bayanganbayangan
orang itu, mereka semua segera bersembunyi di
belakang pohon.
Terdengar suara "Tak Tak Tak" semakin dekat Tak lama
kemudian sudah berada di depan, sekarang mereka melihat
jelas, yang datang itu berjumlah empat orang,
Keempat orang itu berjalan lamban, namun air muka
mereka tampak aneh sekali. Sikap mereka dalam berjalan pun
aneh, seperti orang berbaris, kecuali orang yang berjalan di
depan. Orang kedua memegang bahu orang pertama, orang
ketiga memegang bahu orang kedua, begitu pula orang yang
keempat
Tangan mereka memegang sebuah tongkat bambu cukup
panjang tapi amat kecil, hanya sebesar ibu jari, Keempat
tongkat bambu itu memancarkan cahaya kehijau-hijauan.
Suara Tak Tak Tak" ditimbulkan tongkat bambu tersebut
Dilihat dari air muka dan cara mereka berjalan, dapat
diketahui bahwa keempat orang ini adalah orang-orang buta!
Begitu tahu keempat orang itu buta, semua orang menarik
nafas lega, Orang buta tidak dapat membedakan siang dan
matam. Melakukan perjalanan malam tentunya tidak
mengherankan Han Giok Shia tidak sabaran, ingin buru-buru
1917
melesat keluar. Namun Tong Hong Pek cepat-cepat menahan
nya.
Keempat orang itu semakin dekat Kini jelaslah kalau
mereka semua mengenakan jubah abu-abu. Masing-masing
berwajah pucat dengan mata yang hanya kelihatan putihnya,
Wajah mereka memang kelihatan aneh, Namun karena
keempatnya orang buta, sama sekali tidak mencurigakan Han
Giok Shia yang tertahan oleh Tong Hong Pek, merasa
keheranan kenapa Tong Hong Pek begitu tegang,
Han Giok Shia menoleh. Gadis itu melihat wajah Tong
Hong Pek tampak serius sekali sepasang mata Tong Hong Pek
menatap lekat-lekat pada keempat orang buta itu, hampir tak
berkedip sama sekali
Han Giok Shia bertambah heran dan bingung,
Kemudian segera ia memandang Cit Sat Sin Kun-Tam Sen
dan lainnya, Mereka pun sedang memandang ke arah Tong
Hong Pek. Kelihatannya mereka juga tidak tahu asal-usul
keempat orang buta itu, namun Tong Hong Pek segera
memberi isyarat, agar semua jangan mengeluarkan suara,
Tak seberapa lama, keempat orang buta sudah berada di
hadapan mereka, hanya berjarak beberapa depa. Tiba-tiba
keempat orang berjubah abu-abu itu menjulurkan tongkat
masing-masing, lalu menotok ke sana ke mari, sehingga nyaris
menotok badan orang-orang itu. Wajah Tong Hong Pek
tampak tegang, maka yang lain pun segera menahan nafas
dan tak bergerak sama sekali setelah melakukan hal aneh itu
keempatnya langsung duduk.
1918
Melihat keempat orang buta itu duduk, Lu Leng tampak
heran. Mereka berempat duduk di situ, entah kapan akan
bangun Apakah semua orang harus menahan nafas menunggu
keempat orang buta itu bangun?
Membatin sampai di situ, Lu Leng menjulurkan tangannya
ingin menyentuh Tong Hong Pek, maksudnya minta
penjelasan. Akan tetapi gerakan itu justru menimbulkan suara
dari lengan bajunya,
Salah seorang buta yang duduk itu, langsung bergerak
laksana kilat sungguh tidak dapat dipercaya sebab semua
tahu, tadi mereka berempat berjalan begitu lamban.
Begitu badannya bergerak, terdengar pula suara berdesir
Ternyata tongkat bambunya juga ikut menusuk ke depan,
Saking cepatnya gerakan itu, membuat Lu Leng tidak
dapat melihat dengan jelas, Entah bagaimana gerakan orang
buta itu, tahu-tahu ujung tongkat bambunya telah menembus
sebuah pohon di belakang Lu Leng.
Lu Leng tercengang, Namun saat dia mau bergerak,
dilihatnya Tong Hong Pek memberi isyarat kepadanya Lu Leng
terpaksa bersabar
Orang buta itu kelihatan tertegun, memasang
pendengarannya dengan seksama, Dan sesaat kemudian
ditarik kembali tongkat bambunya, di saat bersamaan, Lu
Leng menurunkan tangannya,
Setelah kejadian itu, barulah mereka sadar kenapa wajah
Tong Hong Pek begitu serius, Ternyata keempat orang buta
berkepandaian amat tinggi
1919
Tadi Lu Leng cuma mengeluarkan suara lirih. Namun
ternyata tak terlepas dari telinga orang buta itu, bahkan
langsung menyerang pula, sehingga tongkat bambunya
menembus sebuah pohon di belakang Lu Leng.
Tentang asal-usul keempat orang buta itu, tak satu pun
yang mengetahui. Namun agaknya mereka dapat menduga
dalam hati, hanya Tong Hong Pek seorang yang mengetahui
asal-usul keempat orang buta itu,
Orang buta itu duduk kembali, kemudian masing-masing
mengeluarkan makanan kering. Mereka berempat menyantap
perlahan-Iahan, tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.
Tam Ek Hui, Han Giok Shia dan Lu Leng sudah tidak
sabaran, namun mereka tidak berani bergerak,
Beberapa saat kemudian ketika mereka sedang tegang,
mendadak terdengar suara yang mencurigakan di atas sebuah
pohon.
Srraks!
Orang buta itu langsung mencelat sambil menusukkan
tongkatnya, seketika terdengar suara "Kuuk", Orang buta itu
kembali ke tempat dan duduk, Terlihat seekor bajing jatuh ke
tanah mati oleh tongkat bambu.
Menyaksikan itu, hati semua orang jadi semakin tegang,
Bajing dapat meloncat dengan cepat sekali di dahan pohon.
Dapat dibayangkan betapa tinggi ilmu dan kepandaian orang
buta itu, Dan tentu ketiga kawannya juga berkepandaian tidak
rendah.
1920
Setelah menyaksikan itu lagi, barulah Tam Ek Hui, Han
Giok Shia dan Lu Leng tidak berani bergerak sembarangan,
mereka menunggu dengan sabar
Setelah selesai bersantap, keempat orang buta itu bangkit
berdiri lalu melanjutkan perjalanan seperti ketika datang.
Setelah keempat orang buta itu pergi, barulah Tam Ek Hui
dan Han Giok Shia menarik nafas lega, Karena menahan
nafas, mereka jadi tersiksa, Hal itu karena sebenarnya mereka
masih menderita luka dalam, itulah sebabnya kepergian
keempat orang buta membuat mereka merasa lega,
Bab 90
Mereka pikir tidak mungkin keempat orang buta itu akan
mendengar suara nafas mereka. Tetapi belum juga keduanya
selesai menghela nafas yang pertama, mendadak keempat
orang buta membalikkan badan.
Lu Leng yang berada di sisi Han Giok Shia segera
menyadari adanya sesuatu yang tak beres, Karena itu, dia
nekad maju selangkah ke hadapan mereka, Maka saat itulah
tiba-tiba terdengar suara angin mendesir keras meluncur ke
arah Lu Leng, Tampak!ah sesosok bayangan berkelebat
menyusul pula dua batang tongkat bambu menusuk ke arah
dadanya!
Kali ini Lu Leng sudah siap, Maka begitu melihat kedua
batang tongkat bambu mengarah dadanya, tangannya
bergerak mengeluarkan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang
puncak Menembus Awan), menangkis kedua batang tongkat
bambu itu,
Prak! Prak!
1921
Seketika terdengar suara benturan keras, Ternyata tenaga
yang meluncur dari jari tangan Lu Leng berhasil memapak dan
menghalau kedua tongkat itu. Namun badan pemuda itu
terguncang dan sempat terdorong ke belakang, sebenarnya Lu
Leng telah menggunakan tujuh delapan bagian tenaganya tapi
tenaga dari kedua batang tongkat bambu itu, ternyata mampu
mendorong badannya hingga bergoyang-goyang. Tentu saja
hatinya merasa terkejut mendapati hal itu,
Kini Lu Leng semakin percaya keempat orang buta itu
berkepandaian amat tinggi, Maka sebelum kedua orang buta
itu melancarkan serangan, Lu Leng segera mundur selangkah,
kemudian menyerang dengan jurus Si Siang Pik Sen (Empat
penjuru Pasti Muncul),
Kali ini, kedua orang buta itu memutar-mutarkan tongkat
bambu, sehingga menimbulkan suara menderu-deru, Tongkat
mereka membentuk lingkaran besar, hingga mampu membuat
tenaga Kim Kong Sin Ci tergempur balik.
Lu Leng kaget bukan main, Dia khawatir serangan yang
membalik itu justru akan mengenai Tam Ek Hui dan Han Giok
Shia yang berdiri di belakangnya, Maka dengan cepat dia
mengibaskan tangan kirinya ke belakang, mendorong kedua
kawannya itu mundur beberapa langkah, sementara kedua
orang buta itu sedang memutar-mutarkan tongkat bambu
masing-atasjng, tentunya tidak akan begitu cepat melancarkan
serangan, itulah sebabnya Lu Leng buru-buru berusaha
mendorong Tam Ek Hui dan Han Giok Shia, agar mereka
berdua terhindar dari bahaya !"
Akan tetapi, kedua orang buta itu ternyata bergerak
dengan cepat, ketika Lu Leng mengibaskan tangan kirinya ke
belakang, mendadak saja kedua batang tongkat bambu sudah
melesat ke arah dadanya.
1922
Lu Leng betul-betul tak punya kesempatan untuk
menangkis, Dalam keadaan terjepit, dia mencelat ke atas, lalu
bersalto dua kali menghindari serangan-serangan itu.
Akan tetapi, ketika badannya berada di udara, keadaan di
bawah telah berubah. Semula hanya dua orang buta yang
menyerangnya sedangkan yang lain hanya berdiam diri
dengan wajah tanpa perasaan,
Kini kedua orang buta yang lain mendadak bergerak
laksana kilat Begitu pula tongkat bambu yang di tangan
mereka, bergerak-gerak cepat memburu ke arah Lu Leng,
Keadaan Lu Leng benar-benar dalam bahaya, Tubuhnya
yang masih melayang di udara tentu sangat sulit untuk
mengelakkan serangan itu. Kecuali jika dirinya bisa
melambung lagi lebih tinggi. Namun mana mungkin itu
dilakukan jika mengandalkan ilmu yang belum mencapai taraf
tertinggi. Mendadak saja Lu Leng menarik nafas dalam-dalam
sambil menghimpun hawa murni, sehingga badannya
melambung ke atas setengah depa.
Di saat bersamaan Lu Leng pun melihat jelas posisi
keempat orang buta itu. Kelihatannya apabila musuh tidak
bergerak, mereka berempat pun diam. Oleh karena itu, Lu
Leng segera mengeluarkan golok pusaka Su Yang To.
Namun bersamaan itu, terdengar Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua tertawa dingin seraya
berkata.
"Di sini masih ada orang!"
1923
Belum selesai mereka berkata, dua orang buta sudah
melesat sambil menusuk dengan tongkat bambu.
Sambil meluncur turun, Lu Leng secepat kilat langsung
melancarkan serangan beruntun dengan mengerahkan tiga
jurus. Wah Hou Seh Seng (Hari-mau Mendekam), Go Hou Phu
Yo (Harimau Lapar Menerkam Domba) dan Nuh Hou Eng Cit
(Harimau Marah Meloncat),
Tampak cahaya golok pusaka Su Yang To berkelebatkelebat,
Ketiga jurus itu bersifat menyerang dan bertahan,
maka sekujur badan Lu Leng terlindungi oleh cahaya golok
tersebut
Saat itu, kedua orang buta yang menyerang Tong Hong
Pek bertiga, ternyata juga mendapat tangkisan Kini Lweekang
mereka bertiga sudah pulih tiga empat bagian, maka
tangkisan yang dilakukan jauh lebih dahsyat dibandingkan
ketika melawan Liat Hwe Cousu.
Sementara Lu Leng yang mengerahkan tiga macam jurus,
membuat kedua orang buta terpaksa mundur selangkah
Bahkan golok pusaka Su Yang To telah berhasil membabat
kedua batang tongkat bambu.
Su Yang To merupakan golok pusaka yang dapat
memotong besi dan lainnya, Dalam perkiraan Lu Leng, golok
pusakanya itu pasti mampu mematahkan kedua batang
tongkat bambu, Ternyata tidak.
Walau golok pusaka Su Yang To telah berhasil membabat,
tapi kedua tongkat bambu itu cacat pun tidak,
Dengan rasa terkejut Lu Leng segera bergerak mundur,
sedangkan kedua orang buta itu telah maju, Ujung-ujung
1924
tongkat mereka berkelebat, menusuk ke arah pinggang Lu
Leng,
Apa boleh buat, Lu Leng terpaksa mundur lagi sambil
mengayunkan goloknya untuk melindungi diri, Sesaat dia pun
melirik ke arah Tong Hong Pek bertiga, Ternyata ketiganya
hanya bertahan tak mampu batas menyerang, sedangkan Tam
Ek Hui dan Han Giok Shia hanya menyaksikan pertarungan
dengan cemas, Keduanya sebenarnya ingin membantu, tapi
Lweekang mereka belum pulih,
Kedua pihak berjumlah delapan orang, berpencar jadi dua
kelompok bertarung secara sengit sekali. Tak seberapa lama,
awan yang menutupi bulan sudah buyar, sehingga tempat itu
jadi terang. Tampak empat batang tongkat bambu bergerakgerak
bagaikan empat ekor naga yang sedang berenang di
laut. Sedangkan golok pusaka Su Yang To terus berkelebat
memancarkan cahaya, Memang sebuah pertarungan sengit
yang menegangkan. Hanya dalam waktu tidak terlalu lama,
pertarungan telah berjalan tak kurang dari tiga puluh jurus.
Sementara Tong Hong Pek bertiga terus terdesak
mundur... Namun masih terlihat sesekali Seh Cing Hua
melancarkan serangan balasan dengan berbagai macam
senjata rahasia aneh, membuat mereka bertiga masih dia
dapat bertahan.
Lu Leng yang menghadapi dua lawan tampak mulai
terdesak pula. Dia hanya mampu bertahan, sama sekali tatiak
punya kesempatan untuk balas menyerang.
Kedua orang buta itu menyerangnya dengan sengit,
sehingga tongkat mereka terus mengeluarkan suara menderuderu.
1925
Mendadak salah satu tongkat bambu itu menyerang Lu
Leng. Lu Leng yang bersandar pada sebuah pohon, cepatcepat
menundukkan kepala, Tongkat bambu itu melewat
kepalanya, tapi sambaran angin tongkat bambu itu membuat
muka Lu Leng terasa pedih sekali.
Ces.ces! Tongkat bambu itu menembus pohon di
belakangmg Lu Leng.
Melihat itu, Lu Leng tidak mau menyia-nyiakan
kesempatan, langsung mengayunkan golok pusaka Su Yang
To membabat tongkat bambu, Dan bersamaan n dengan itu
pula tangan kirinya bergerak.
Dengan jurus It Ci Keng Thian (Satu jari Me-ngejutkan
Langit) ke arah dada orang buta yang lain,
Ketika mengeluarkan jurus tersebut Lu Leng mengeluarkan
sembilan bagian tenaganya. Mendadak angin tenaga yang
keluar dari telunjuknya laksana halilintar. Orang buta itu
mendadak menarik tongkat bambunya. Dan entah bagaimana,
badannya berputar cepat sekali ke belakang tiga depa,
kemudian memutar-mutarkan tongkat bambunya menangkis
angin telunjuk Lu Leng, sehingga terjadi benturan hebat Angin
serangan Lu Leng pun buyar seketika.
Orang buta yang satu, ketika merasa ada sambaran angin
ke arah tongkat bambunya yang menembus pohon, mendadak
dia melengkungkan tongkat bambunya ke bawah, lalu
memantul ke atas menangkis golok pusaka Su Yang To. Lalu
secepat itu pula dicabutnya tongkat bambu dan dia langsung
meloncat mundur!
Orang buta yang mundur duluan, langsung menyerang Lu
Leng lagi dengan tongkatnya,
1926
Selain berkepandaian amat tinggi, keempat orang buta itu
juga dapat bekerja sama dengan baik seka!L Ketika salah
seorang lawan menyerang ke bawah, yang lain segera
menyerang ke atas, Hal itu membuat Lu Leng terpaksa harus
berkelit ke samping.
Namun tongkat bambu terus mengikutinya, bahkan
mengarah jalan darah Thian Tu Hiat di kening Lu Leng,
Bukan main terkejutnya Lu Leng. Dalam keadaan terdesak,
dia segera menghimpun hawa murni, sambil tangannya
menekan batang pohon sekaligus mengeluarkan jurus Piak
Hou Yu Cioh (Harimau Merayap Tembok).
Wuss!
Tubuh Lu Leng melesat ke atas. Di saat bersamaan,
terdengar pula suara,
Ces! Ces!
Kedua tongkat bambu itu menembus pohon, Kalau badan
Lu Leng tidak meluncur ke atas, niscaya tenggorokkannya
akan tertembus kedua tongkat bambu itu!
Walau sudah terhindar dari bahaya, namun sekujur badan
Lu Leng masih mengucurkan keringat dingin, Dia tahu, tidak
bisa lama punggungnya menempel di pohon itu, Maka dia
segera melancarkan serangan ke bawah dengan jurus Siang
Hong Cak Yun (Sepasang Puncak Menembus Awan), ke arah
ubun-ubun kedua orang buta,
Kedua orang buta itu berlompatan mundur mengelak dari
serangan Lu Leng.
1927
Melihat kedua orang buta itu mundur, Lu Leng cepat-cepat
melayang turun, Namun mendadak badan Lu Leng justru naik
ke atas, ternyata ketika baru mau turun, Lu Leng teringat
akan satu hal Apabila turun kedua orang buta itu pasti
menyerangnya, maka segera menghimpun hawa murni,
sehingga badannya melayang ke atas dan kembali berdiri
pada sebatang dahan di pohon besar itu.
Kedua orang buta itu jadi tertegun Kemudian tiba-tiba
mereka mencelat ke arah Tong Hong Pek bertiga
Sesungguhnya Tong Hong Pek bertiga masih mampu
menghadapi kedua orang buta lawan mereka, Namun kini
dengan datangnya kedua orang buta yang lain, tentu
membahayakan mereka bertiga,
Lu Leng segera meloncat turun. Namun tiba-tiba saja
terdengar suara "Pheng Pheng Pheng Pheng itu pasti suara
busur yang melepas anak panah, Maka empat batang panah
kecil meluncur bagaikan kilat ke arah keempat orang buta itu.
Terlihat pula sosok bayangan berkelebat cepat menuju tempat
itu.
"Paman Tam, saudara Lu.,.!"
Terdengar suara berseru memanggil-manggil. Seruan yang
bernada sedih itu mereka kenal, ternyata suara Oey Sim Tit.
Dialah yang telah melepaskan anak-anak panah dengan busur
yang ada di tangannya.
Walau keempat batang panah kecil meluncur bagaikan
kilat, tapi keempat orang buta bergerak jauh lebih cepat
Mereka mengibaskan tangan menangkap keempat batang
panah kecil itu. Namun agaknya tenaga luncuran panah itu
1928
amat kuat, sehingga lolos dari tangan mereka dan terus
meluncur
Meskipun tidak melihat, keempat orang buta itu sepertinya
tersentak kaget mengetahui anak-anak panah yang meluncur
mengancam mereka,
"Busur Api!"
Mereka berteriak serentak, Baru kini terdengar suara
keempatnya.
sementara itu Lu Leng yang masih di atas pohon sudah
dapat menduga kedatangan Oey Sim Tit pasti untuk
mengabarkan kematian Lu Leng, Sebab Oey Sim Tit pasti
mempercayai omongan Hek Sin Kun yang mengatakan bahwa
Lu Leng sudah mati.
"Saudara Oey, aku berada di sini, belum mati!" teriak Lu
Leng tak sabaran,
Oey Sim Tit ke tempat itu, memang ingin menyampaikan
kabar duka, setelah makan obat mujarab, Oey Sim Tit siuman
dan memperoleh kabar bahwa Lu Leng telah mati, Betapa
sedih hatinya, sebab Lu Lenglah yang membawanya ke istana
Ci Cun Kiong demi menyelamatkannya.
Setelah lukanya sembuh, maka Oey Sim Tit meninggalkan
istana Ci Cun Kiong, maksudnya ingin menyampaikan kabar
duka itu kepada Tong Hong Pek dan lainnya.
Tentu saja Oey Sim Tit terkejut bukan main mendengar
suara orang yang berseru memanggilnya, seketika dia
tertegun seperti tak percaya dengan pendengaran nya,
keempat orang buta itu pun berseru tak tertahan. Melihat
1929
keempat orang buta itu tertegun, Tong Hong Pek bertiga
langsung melancarkan pukulan ke arah mereka,
Akan tetapi orang-orang buta itu dengan cepat melompat
mundur sambil menggerakkan tongkat bambu masing-masing
ke arah Oey Sim Tit.
Keempat orang buta mampu bergerak amat cepat Lu Leng
saja kewalahan menghadapi mereka, apalagi Oey Sim Tit!
Meskipun sempat terkejut Oey Sim Tit segera meloncat ke
belakang. Namun salah satu tongkat bambu berhasil menusuk
paha kirinya. Dan satu batang lagi tampak berkelebat
mengancam mukanya, Apa boleh buat! Dalam keadaan
terjepit, dia terpaksa menangkis dengan Busur Api.
Tapi ujung tongkat bambu itu malah menggaet Busur Api.
Oey Sim Tit merasa tenaga ujung tongkat bambu itu amat
kuat, sehingga jari tangannya jadi renggang, Busur Api pun
terbang ke udara,
Urusan jadi kacau. sekarang semua orang tahu keempat
orang buta itu ingin merebut Busur Api.
Busur Api itu menyangkut urusan besar, seperti halnya
dengan Panah Bulu Api, karena dapat menundukkan Pat Liong
Thian Im. Banyak orang menghendaki Busur Api itu.
sedangkan Oey Sim Tit tidak ingin kehilangan benda tersebut
Karena itu ketika Busur Api terbang ke udara, dia tidak
menghiraukan apa pun, langsung mencelat ke atas ingin
mengejarnya.
Akan tetapi ketika badannya mencelat ke atas, mendadak
terdengar suara berdesir ke atas. sebatang tongkat bambu
1930
sudah meluncur ke arah dadanya, Oey Sim Tit harus
berjungkir balik menghindar Lu Leng yang berada di atas
pohon ketika melihat Busur Api terbang ke udara, segera
melesat ke arah benda itu.
Walau Lu Leng bergerak cepat, namun masih ada orang
bergerak lebih cepat darinya, yakni orang buta yang
menerbangkan Busur Api ke udara,
Orang itu melesat ke atas sambil meluruskan tongkat
bambunya ke arah Busur Api,
Lu Leng yang meluncur dari atas pohon hanya terlambat
beberapa kejap saja, Orang buta itu telah berhasil menyambar
Busur Api,
Menyaksikan itu, guguplah hati Lu Leng, Maka tanpa
banyak pikir lagi langsung menyerang orang buta dengan
jurus Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam Domba),
cahaya berkelebat dari golok Su Yang To melesat ke arah
orang buta itu.
Begitu berhasil menyambar Busur Api, orang buta itu
langsung meluncur ke bawah, Lu Leng pun terus
memhurunya. Dan tiba-tiba....
Crass!
Ujung golok pusaka Su Yang To berhasil menyabet bahu
orang buta itu. Darah segar pun mengucur
Kalau golok pusaka Su Yang To itu maju sedikit lagi, bahu
orang buta itu pasti kutung.
1931
Akibat dari serangan itu Busur Api yang ada di tangan
orang buta terlepas, Lu Leng segera maju kemudian sebelah
kakinya menginjak Busur Api itu,
Akan tetapi, orang buta itu cepat mengebutkan tongkat
bambunya ke arah kaki Lu Leng. Hal itu membuat Lu Leng
harus menggeserkan kakinya, Namun seketika itu pula tongkat
bambu berubah arah melesat ke perutnya, Apa boleh buat, Lu
Leng terpaksa mundur Saat itulah ujung tongkat bambu
menggaet Busur Api. Dan secepat kilat orang buta itu melesat
pergi sambil bersiul panjang.
Begitu mendengar suara siulan, tiga orang buta yang
sedang bertarung dengan Tong Hong Pek bertiga segera
melesat menyusulnya,
"Kembalikan Busur Apiku!" teriak Oey Sim Tit. "Kembalikan
busur itu...!" Dia hendak mengejarnya, tetapi mendadak
sebatang tongkat bambu menyerang dadanya, Oey Sim Tit
terpaksa berkelit
Tong Hong Pek tahu, Busur Api sudah berada di tangan
salah seorang buta itu. Dilihat dari tingkat kepandaiannya, Oey
Sim Tit tentu tidak mungkin bisa merebut kembali. Maka
segera dia memperingatkan Oey Sim Tit,
"Sim Tit, jangan pergi! Kau hanya akan mengantar
kematian!"
Oey Sim Tit telah kehilangan Busur Api. Bagaimana
mungkin dia akan" mendengar perkataan Tong Hong Pek, Dia
langsung melesat pergi mengejar keempat orang buta itu.
Lu Leng yang khawatir Oey Sim Tit akan celaka di tangan
mereka, segera melesat mengejar Namun belum berapa jauh
1932
meninggalkan tempat pertarungan. Lu Leng melihat Oey Sim
Tit tergeletak di tanah.
Kelihatannya sedang berusaha bangkit namun tiada
tenaga sama sekali, Ternyata kaki yang tertusuk tongkat
bambu terluka cukup parah. Akhirnya dia terkulai karena
merasa sakit sekali.
Lu Leng memapah Oey Sim Tit bangun, Tong Hong Pek
dan lainnya juga sudah sampai di tempat itu.
" Busur Api! Mereka merebut Busur Apiku! Busur Api!" Oey
Sim Tit terus berteriak-teriak. Rupanya dia tetap menyesalkan
Busur Apinya yang direbut orang lain,
"Saudara Oey, Busur Api telah direbut mereka, percuma
kau berteriak-teriak!" ujar Lu Leng yang memapah Oey Sim
Tit.
Busur Api itu menyangkut nyawa Liok Ci Khim Mo
ayahnya. Wajar kalau Oey Sim Tit jadi kalut "Aku tahu, Busur
Apiku telah direbut orang, Kalian pasti merasa gembira!" ujar
Oey Sim Tit sambil menangis.
Lu Leng tertegun mendengar kata-kata Oey Sim Tit itu.
Lalu dia menoleh menatapnya,
"Saudara Oey, kau omong apa itu?"
Oey Sim Tit berhenti menangis, Mulutnya ternganga lebar
dengan wajah tampak panik sekali, Keiihatannya dia sendiri
pun tidak mengerti, kenapa tadi mengatakan begitu,
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen maju menghampiri Oey Sim Tit,
1933
"Sim Tit, terus terang saja! Demi membasmi Liok Ci Khim
Mo, meskipun Busur Api itu berada padamu, kami pasti akan
berusaha merebutnya, Tapi kini telah direbut keempat orang
buta itu. Tapi jangan kau kira kami juga merasa gembira."
Oey Sim Tit berkata dengan terisak-isak, "Paman Tam,
tadi... tadi aku salah bicara." Cit Sat Sin Kun-Tam Sen
tersenyum getir "Sim Tit, bagaimana pun perasaanmu, kami
mengerti. Kau orang baik di kolong langit Biar bagaimana
berubahnya urusan kelak, kami tak akan pernah
menyusahkanmu!"
Oey Sim Tit menghela nafas panjang, "Paman Tam,
bagaimana asal-usul keempat orang buta itu? Aku harus
merebut kembali Busur Api itu. Lebih baik kumusnahkan saja,
Aku rela tidak memiliki nya."
Semua orang tahu Oey Sim Tit bersifat lemah. Akan tetapi,
saat ini ucapannya justru memperlihatkan kebulatan hatinya,
Semua juga tahu, apabila Busur Api itu berada di tangan
orang lain, nyawa ayahnya akan terancam.
Oey Sim Tit boleh dikatakan selalu bekerja sama dengan
semua orang, Hanya bila menyangkut Liok Ci Khim Mo,
sikapnya agak lain,
Apabila Liok Ci Khim Mo tahu Busur Api telah direbut
orang, sudah pasti akan berusaha merebutnya kembali Dan
jika Liok Ci Khim Mo berhasil merebut kembali, tentunya akan
memusnahkan Busur Api tersebut. jangankan untuk mencari
Panah Bulu Api. Kini Busur Api saja sudah menimbulkan
persoalan besar, entah harus mengalami berapa kali
pertarungan sengit
1934
Lagi pula tidak hanya harus menghadapi keempat orang
buta, melainkan juga Liok Ci Khim Mo yang jelas terus
berusaha mencari Panah dan Busur Api itu.
Seketika, semua orang jadi membungkam, sehingga
suasana berubah hening sekali.
"Paman Tam, Tong Hong Tayhiap! Mengenai asal usul
keempat orang buta itu, kalian pasti tahu! Tolong beritahukan
padaku!" Oey Sim Tit penuh harap meminta kepada kedua
orang tua itu.
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memandang Giok Bin Sin Kun-
Tong Hong Pek.
"Sim Tit, kau harus percaya bahwa aku tidak berdusta,
Asal-usul keempat orang buta itu, aku sama sekali tidak tahu,"
sahut Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek setelah berpikir
sejenak,
Semua orang mendengar ucapan itu dan mereka
tercengang karena ketika keempat orang buta itu muncul,
wajah Tong Hong Pek tampak tegang, bahkan juga memberi
isyarat agar mereka jangan mengeluarkan suara,
Berdasarkan itu, tentunya Tong Hong Pek tahu asal-usul
keempat orang buta tersebut Namun kini dia malah bilang
tidak tahu, maka orang-orang itu menjadi heran.
Lu Leng yang berhati jujur, langsung berseru.
"Guru...."
Dia berseru demi kian, karena merasa tidak puas akan
jawaban Tong Hong Pek, gurunya.
1935
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersenyum.
"Anak Leng, aku mengerti maksudmu."
Wajah Lu Leng kemerah-merahan.
"Guru, aku kira...."
Sebelum Lu Leng usai berkata, Tong Hong Pek sudah
mengibaskan tangannya.
"Tidak perlu kau jelaskan aku pun sudah tahu, Maksudmu,
seharusnya aku menceritakan asal-usul keempat orang buta
itu bukan? Walau Liok Ci Khim Mo akan pergi mengejar
keempat orang buta, kita tetap berharap kita yang
memperoleh Busur Api itu. Apabila Liok Ci Khim Mo turut
campur, tentunya akan mempersulit kita, tapi tidak
seharusnya kita mengelabui Sim Tit. Begitu kan maksudmu?"
Lu Leng mengangguk
Tong Hong Pek tertawa seraya berkata,
"Anak Leng, kau terlampau mencurigaiku, Bagaimana
mungkin dikarenakan itu, hingga aku harus merahasiakan hal
yang sebenarnya? sesungguhnya asal-usul keempat orang
buta itu, aku tidak tahu,"
Semua orang mendengar ucapan itu, maka mereka tidak
bercuriga !agi, begitu pula Lu Leng,
"Dalam hati kalian pasti merasa heran. Padahal aku tidak
tahu asal-usul keempat orang buta itu, kenapa begitu melihat
mereka berempat muncul, air mukaku langsung tegang, Ya,
kan?" kata Tong Hong Pek lagi,
1936
"Ya." sahut Han Giok Shia dan Lu Leng hampir serentak
"ltu dikarenakan dulu aku pernah bertemu mereka
berempat." kata Tong Hong Pek,
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen merasa heran mendengar
perkataan itu,
"Saudara Tong Hong, dulu kau sering bersamaku tapi
kenapa aku tidak pernah bertemu keempat orang buta itu?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa.
"Panjang sekali kalau diceritakan sesungguhnya pada
waktu itu aku belum berkenalan denganmu. Ketika itu usiamu
baru sekitar delapan belas, Keempat orang buta itu pernah ke
Cing Yun Ling Go Bi San mencari guruku."
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tercengang mendengarnya.
"Oh? Kalau begitu, kepandaian keempat orang buta itu
pasti tinggi sekali."
Tong Hong Pek manggut-manggut,
"Tidak salah, Mereka berempat menemui guruku, justru
merasa tidak tunduk terhadap Thian Ho Si Lo, maka
menghendaki Thian Ho Si Lo bertanding dengan mereka
berempat.
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tertawa, "Mereka sungguh tak
tahu diri! Tentunya Beng Tu Lo Jin memukul mundur mereka
bukan?"
1937
Tong Hong Pek mengangguk
"Dugaanmu tidak meleset. Namun guruku tidak bertanding
dengan mereka, hanya memperlihatkan ilmu Khek Ciok Seng
Hun (Menghancur Batu Jadi Tepung), Setelah itu, guruku
bilang, bahwa kepandaiannya paling rendah di antara Thian
Ho Si Lo. Keempat orang buta itu segera meninggalkan Go Bi
San."
"Lalu kenapa selanjutnya tiada kabar berita lagi mengenai
keempat orang buta itu?" tanya Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengerutkan kening,
"Ada satu urusan yang sudah lama kulupakan, namun kini
aku teringat kembali, dan membuatku merasa heran sekali."
Kini Busur Api telah terjatuh ke tangan keempat orang
buta itu, maka semua orang amat menaruh perhatian
terhadap asal-usul mereka berempat
"Urusan apa yang membuatmu merasa heran?" tanya Tam
Sen.
"Ketika itu, setelah keempat orang buta itu pergi, air muka
guruku tampak resah sekali. Dia pernah menyuruh suhengku
turun gunung mencari jejak keempat orang buta itu, Pada
waktu itu, kuanggap guruku terlampau membesarkan urusan
tersebut tapi guruku bilang kepadaku, bahwa kepandaian
keempat orang buta itu amat aneh, kelihatannya berasal dari
satu orang, Tapi guruku tidak mau menceritakan hal lain
kepadaku."
"Kalau begitu, tidak perlu diherankan," kata Tam Sen.
1938
"Justru mengherankan sebab suhengku itu tidak pernah
kembali Guruku pun tidak pernah mengutus orang pergi
mencarinya, sepertinya tiada urusan sama sekali suhengku itu
lebih awal berguru dari padaku, sudah pasti punya suatu
hubungan istimewa dengan guruku, Setelah aku
berkecimpung dalam dunia persilatan aku pun melupakan
urusan itu."
Bagian 44
Oey Sim Tit bertanya mendadak.
"Selanjutnya Tong Hong Tayhiap tidak pernah bertemu
mereka berempat lagi?"
"Memang tidak pernah bertemu mereka berempat lagi,
Tadi ketika mereka berempat muncul, aku nyaris tak ingat Sim
Tit, aku tidak melarangmu pergi mencari mereka, tapi harus
kubentahukan, dulu guruku agak segan terhadap mereka,
sebab kepandaian mereka amat tinggi sekali, kau harus hatihati!"
Oey Sim Tit manggut-manggut.
"Sudah pasti aku akan pergi bersama ayahku."
Mendengar ucapan Oey Sim Tit itu semua orang menjadi
diam.
* * * *
1939
Bab 91
Walau Liok Ci Khim Mo menyebut dirinya Bu Lim Ci Cun,
dalam rimba persilatan tentu tidak akan terluput dari berbagai
macam urusan, Namun kalau dia tidak keluar dari istana Ci
Cun Kiong, itu memang lebih baik,
Kini telah terjadi itu, apabila Liok Ci Khim Mo bergerak lagi
dalam rimba persilatan kaum persilatan golongan lurus yang
masih bersembunyi pasti akan diketahui olehnya dan tentunya
akan terjadi mala-petaka lagi bagi kaum rimba persilatan
golongan lurus,
Kali ini, Oey Sim Tit dapat melihat perasaan semua orang.
"Kalau tidak bersama ayahku aku pasti tidak akan berhasil
merebut kembali Busur Api itu." katanya dengan kepala
tertunduk
Tong Hong Pek menepuk bahunya,
"Legakanlah hatimu, Sim Tit! Kami tidak akan
menyalahkanmu"
Oey Sim Tit tersenyum getir
"Sayang sekali ayahku tidak mau mendengar perkataanku
Kalau ayahku mau dengar perkataanku aku bisa terus
bersama kalian dan amat gembira, Kini... aku harus pergi."
Kemudian dia melesat pergi dan semua orang
melambaikan tangan ke arahnya,
Setelah Oey Sim Tit pergi, orang-orang itu mulai
1940
memperbincangkan asal-usul keempat orang buta itu,
Namun perbincangan mereka tidak menghasilkan apa-apa
sebab seorang pun tak ada yang tahu mengenai keempat
orang buta tersebut.
Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan lagi.
Ketika tengah hari, mereka tiba di persimpangan jalan dan
segera bertanya kepada pemilik kedai teh di pinggir jalan.
Setelah mereka baru tahu bahwa kalau terus ke depan akan
sampai di gurun pasir, ke arah barat akan sampai di gunung
Liok Pan San dan ke arah timur akan sampai di Kang Lam.
Mereka semua berunding di dalam kedai teh itu.
"Keempat orang buta itu pasti melewati jalan-jalan di sini
maka kita harus berpencar menjadi tiga kelompok mencari
jejak mereka, jangan sampai Liok Ci Khim Mo mendahului
kita." kata Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.
Giok Bjn Sin Kun-Tong Hong Pek manggut-manggut,
"Betul Tapi mungkin juga kita mengejar sampai sejauh
laksaan mil tiada hasilnya."
Tam Sen menghela nafas,
"Kini Busur Api dan Panah Bulu Api sudah kehilangan jejak
dan kita pun harus menghindari Liok Ci Khim Mo. Maka, kalau
kali ini tiada hasilnya, setahun kemudian kita bertemu di sini!"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menambahkan .
"Kalau pun tahu jejak Busur Api dan Panah Bulu Api tapi
kalau tidak yakin dapat merebutnya, jangan turun tangan, Kita
berkumpul kembali di sini, lalu berunding bersama."
1941
Tam Sen manggut-manggut.
"BetuL Ek Hui, aku bersamamu ibumu bersama Giok Shia,
sedangkan saudara Tong Hong bersama Lu Leng."
Tam Ek Hui dan Han Giok Shia akan berpisah dan paling
sedikit harus setahun baru bisa berkumpul kembali Dalam hati
mereka merasa berat, namun karena Tam Sen sudah
memutuskan begitu, mereka berdua tidak berani
membangkang. Keduanya hanya saling memandang sambil
rnerabatin, dalam waktu setahun, mereka berdua pasti akan
saling merindukan Ketika Lu Leng mendengar akan bersama
Tong Hong Pek, hatinya menjadi tidak tenang, sebetulnya dia
tidak membenci gurunya, melainkan dikarenakan urusannya
dengan Tam Goat Hua. Walau bukan kesalahannya tapi tetap
dikarenakannya sehingga membuat Tam Goat Hua mengambil
keputusan menjadi biarawati. Kalau masih bersama semua
orang, Lu Leng masih tidak merasa apa-apa.
Namun seandainya bersama Tong Hong Pek, dia pasti
merasa ada duri di punggungnya.
Tapi sebelum Lu Leng membuka mulut, Tong Hong Pek
sudah bangkit berdiri menepuk bahu Lu Leng,
"Anak Leng, mari kita pergi." ajaknya, Lu Leng terpaksa
berdiri juga.
"Dulu aku pernah ke gunung salju, maka sudah faham
jalan yang menuju ke barat Kita menuju ke barat saja." kata
Tong Hong Pek lagi
Itu memang kemauan Lu Leng, sebab dia masih punya
urusan dengan Hek Sin Kun, harus ke gudang rahasia
1942
mengambil benda-benda pusaka itu dan gunung Tang Ku Sat
justru berada di bagian barat
Seh Cing Hua pun bangkit berdiri, kemudian menarik
tangan Han Giok Shia,
"Giok Shia, kita menuju utara!"
Han Giok Shia mengangguk namun sepasang matanya
memandang Tam Ek Hui lekat-lekat
Tam Ek Hui pun memandangnya, sedangkan Lu Leng dan
Tong Hong Pek sudah membalikkan badan,
Tam Sen suami istri tersenyum, kemudian Seh Cing Hua
menatap Han Giok Shia,
"Giok Shia, waktu masih panjang sekali. Hanya berpisah
satu tahun, jangan merasa berat" katanya,
Wajah Han Giok Shia tampak kemerah-merahan,
"Bibi Tam...."
Seh Cing Hua tertawa,
"Ek Hui, kau bersama ayahmu ke selatan, kita berpisah di
sini."
Dia lalu menarik Han Giok Shia menuju ke utara, Walau
sudah jauh, tapi Han Giok Shia masih menoleh ke belakang,
Tong Hong Pek menjura kepada Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.
1943
"Saudara Tam, sampai jumpa setahun kemudian!"
katanya.
Kemudian bernama Lu Leng berangkat ke barat,
sedangkan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tam Ek Hui
berangkat ke selatan, sementara Tong Hong Pek dan Lu Leng
terus melakukan perjalanan ke barat, siapa pun tidak
membuka mulut duluan, Belasan mil kemudian, barulah Tong
Hong Pek membuka mulut
"Anak Leng, ketika kau membawa kuda sampai di tengah
jalan, kenapa mendadak menghilang? Apakah bertemu Goat
Hua?"
Lu Leng takut Tong Hong Pek akan menyinggung itu, tapi
Tong Hong Pek justru malah menyinggungnya.
Lu Leng menghela nafas panjang.
"Ya." sahutnya.
"Bagaimana dia? Apakah hatinya sudah mulai gembira?"
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala, "Tidak, dia berada
di dalam kuil tua. Kalau biarawati tua itu memotong
rambutnya, dia pasti sudah menjadi biarawati." Tong Hong
Pek tertegun. "Kini dia masih berada di dalam kuil tua itu?"
"Aku pernah ke kuil tua itu mencarinya, tapi dia sudah tidak
berada di sana."
Tong Hong Pek segera menghentikan langkahnya.
"Anak Leng, sementara ini dia pasti menghindarimu, Mari
kita ke sana mencoba mencarinya!"
1944
Lu Leng sama sekali tidak menduga kalau Tong Hong Pek
akan berkata begitu, sehingga membuatnya tertegun.
"Guru, untuk apa kita mencarinya?"
"Aku harus bicara beberapa patah kata kepadanya di
hadapanmu."
Mendengar ucapan gurunya itu, Lu Leng menghela nafas
panjang,
"Guru tidak perlu berbuat begitu, Yang Kakak Goat cintai
justru Guru, percuma Guru bicara kepadanya di hadapanku."
"Kau tidak usah pedulikan aku. Asal kau mau pergi
bersamaku, sudah tiada urusan lagi bagimu."
Lu Leng tidak berani membangkang lagi, hanya manggu tmanggut
Mereka berdua lalu ke gunung Tiong Tiau San untuk
menemui Tam Goat Hua.
"Guru, di dalam kuil tua itu terdapat dua biarawati tua,
mereka amat aneh." kata Lu Leng ketika mereka telah
berjalan beberapa mil,
"Oh?" Tong Hong Pek mengerutkan kening, "Bagaimana
anehnya?"
"Kedua biarawati tua itu berkepandaian amat tinggi, tapi
tidak tahu asal-usul mereka, Salah seorang dari mereka gagu
dan tuli."
Tong Hong Pek tampak tertegun
1945
"Gagu dan tuli? Apakah di antara mereka ada yang di
lengannya terdapat tujuh titik merah ?"
"Aku tidak melihat tanda itu di lengan mereka," sahut Lu
Leng.
"Mungkin dugaanku tidak meleset Bagaimana dia yang
begitu jahat bisa menjadi biarawati?"
"Maksud Guru siapa?" tanya Lu Leng.
"Dulu dalam rimba persilatan terdapat seorang perampok
wanita yang amat jahat dan kejam. julukannya adalah Cit
Seng Li (Wanita Tujuh Bintang). Karena ada tanda tujuh titik
merah di lengannya Kemudian mendadak dia menghilang
entah ke mana, Dia mempunyai seorang pelayan wanita, yang
tenaganya amat kuat."
Lu Leng terperangah mendengar paparan gurunya itu,
"Kalau begitu, sudah pasti dia," tukasnya.
"Kalau benar dia, sampai di sana kita pura-pura tidak
tahu," pesan Tong Hong Pek,
Mereka berdua tidak berbicara lagi, terus melanjutkan
perjalanan. Hari berikutnya mereka sudah tiba di gunung
Tiong Tiau San, Saat ini, luka dalam yang diderita Tong Hong
Pek sudah sembuh tujuh delapan bagian. Ketika hari mulai
gelap, mereka berdua sudah tiba di depan kuil tua tersebut
"Kalau kita masuk dari pintu depan, mungkin Goat Hua
tidak sudi menemui kita, dan pasti kabur," kata Tong Hong
Pek.
1946
"Guru ingin menemuinya, lebih baik aku menghindar saja,"
sahut Lu Leng,
Tong Hong Pek tersenyum.
"Jangan bodoh. Kita datang bersama, masuk pun harus
bersama pula, Kita masuk melalui tembok."
Lu Leng masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Tong Hong
Pek sudah menariknya lalu mengerahkan Ginkang meloncat ke
dalam kuil tua itu melewati tembok,
Mereka berendap-endap menuju ruang dalam. Sampai di
jendela, Tong Hong Pek mengintip ke dalam.
Dugaan Tong Hong Pek tidak meleset Tam Goat Hua
sedang duduk bersila di ruangan itu,
Tampak tiga batang hio menyala mengepulkan asap di
hadapan Tam Goat Hua dan sepasang lampu minyak di atas
meja sembahyang, Air muka Tam Goat Hua tampak amat
menderita, sepasang matanya terpejam, tapi di kelopak
matanya justru melekat butiran air mata yang belum menetes.
Tong Hong Pek dan Lu Leng mengintip ke dalam. Ketika
Lu Leng menyaksikan keadaan Tam Goat Hua, hatinya terasa
pilu sekali dan matanya pun mulai bersimbah air.
Tong Hong Pek menarik nafas dalam-dalam lalu tangannya
mendorong daun jendela hingga terbuka.
Sebelum Tam Goat Hua membuka raalanya, Tong Hong
Pek sudah berkelebat ke dalam bagaikan segulung asap lalu
berdiri di sisi gadis itu,
1947
Tam Goat Hua mendongakkan kepala dan begitu melihat
Tong Hong Pek, matanya menjadi terbelalak dan dia tampak
tertegun.
Gadis itu mengeluh, kemudian mendadak mendekap di
dada Tong Hong Pek.
Itu sungguh di luar dugaan Tong Hong Pek. Begitu melihat
kemunculannya, Tam Goat Hua tidak kabur, sebaliknya malah
mendekap di dadanya, seketika Tong Hong Pek pun
memeluknya,
Wajah Tam Goat Hua tampak berseri.
"Kanda! Kanda! Apakah aku berada dalam mimpi?"
bisiknya
Sebetulnya maksud tujuan Tong Hong Pek ke tempat itu,
ingin menasihatinya agar bersama Lu Leng, Dia sendiri rela
menderita demi mereka berdua. Namun begitu melihatnya
gadis itu langsung mendekap di dadanya. Oleh karena itu, apa
yang ingin dikatakannya menjadi tak dapat dicetuskan.
Sedangkan Lu Leng pun tahu maksud tujuan Tong Hong
Pek ke kuil tua bersamanya
Saat ini, dia melihat mereka berdua dan menyaksikan
wajah Tam Goat Hua berseri-seri ketika bertemu Tong Hong
Pek, dalam hatinya sama sekali tidak merasa cemburu
maupun membenci, tapi sebaliknya malah berharap agar
mereka berdua akan saling mencinta lagi,
Hanya saja dia menarik nafas panjang lalu tanpa
mengeluarkan suara meninggalkan tempat itu,
1948
Sementara Tong Hong Pek masih memeluk Tam Goat Hua.
Berselang sesaat barulah dia menyadari bahwa kedatangan itu
demi Lu Leng dan Tam Goat Hua.
Teringat akan hal itu dia segera mendorong Tam Goat Hua
perlahan-lahan, lalu menolehkan kepalanya ke arah jendela,
Saat itu Lu Leng sudah pergi, bagaimana mungkin masih
ada bayangannya di sana?
Tong Hong Pek tertegun, kemudian berseru-seru,
"Anak Leng! Anak Leng!"
Tapi tiada sahutan, Tam Goat Hua pun kelihatan tersentak
sadar dan segera mencelat ke belakang dengan mulut
ternganga lebar
"Goat Hua, kau.,." panggil Tong Hong Pek.
Air mata Tam Goat Hua sudah meleleh membasahi kedua
pipinya yang putih mulus,
"Bukan mimpi! ini bukan mimpi! gumamnya,
"Goat Hua, kenapa kau? Dengarlah perkataanku !" kata
Tong Hong Pek.
"Jangan pedulikanku! Aku tidak mau bertemu kau lagi,
cepat pergi! Cepat pergi!" teriak Tam Goat Hua.
Tong Hong Pek maju selangkah. "Goat Hua.,,."
1949
Ucapannya terputus karena tiba-tiba Tam Goat Hua
membalikkan badannya dan langsung pergi,
Ketika Tong Hong Pek ingin mengejarnya, mendadak
terdengar suara pujian kepada Sang Buddha dan tampak
sosok bayangan berkelebat menghadang di hadapan Tam
Goat Hua.
Tong Hong Pek mendongakkan kepala, Dilihat-nya seorang
biarawati tua menghadang di hadapan Tam Goat Hua.
Dulu Tong Hong Pek pernah bertemu beberapa kali
dengan Cit Seng Li-tim Sok Hua. Ketika itu dia masih muda
dan amat cantik. Tapi kini biarawati itu sudah begitu tua dan
tidak terdapat bekas-bekas kecantikannya.
Begitu biarawati tua itu muncul, Tam Goat Hua segera
bersembunyi di belakangnya,
"Guru, cepat usir dia! Aku... aku tidak mau menemuinya,"
katanya.
Biarawati tua itu menatap Tong Hong Pek seraya berkata.
"Kau sudah mendengar itu?"
"Suthay, ada beberapa patah kata yang harus kukatakan
kepadanya, menyangkut kebahagiaannya seumur hidup."
"Guru, aku sudah tidak punya kebahagiaan lagi, cepat usir
dia!" teriak Tam Goat Hua.
"Hati gadis ini sudah ditujukan kepada Sang Buddha, lebih
baik kau pergi saja," kata biarawati tua.
1950
"Omong kosong! pikirannya hanya belum terbuka, siapa
bilang hatinya sudah ditujukan kepada Sang Buddha?" kata
Tong Hong Pek dengan gusar
Biarawati tua itu menyahut perlahan-lahan,
"Dia sendiri yang berkata begitu, orang lain mana bisa
memaksanya?" sahut biarawati tua itu dengan perlahan-lahan,
"Minggir kau!" bentak Tong Hong Pek.
Sembari membentak, dia menjulurkan tangannya
mencengkeram lengan biarawati tua itu.
Biarawati tua itu berkelit lalu tangannya bergerak sehingga
tasbeh yang di tangannya ikut bergerak ke arah lengan kiri
Tong Hong Pek.
Di saat biarawati itu menggerakkan tangannya, ujung
jubahnya tersingkap dan terlihat tanda tujuh titik merah di
lengannya.
Tong Hong Pek tertawa gelak.
"Ha ha ha! Lim Sok Hua, tak sangka kau bisa menjadi
biarawati! Sungguh menggelikan!"
Biarawati tua itu mundur selangkah, lalu berkata dengan
hambar.
"Kau keliru! pintu Buddha amat luas dan siapa pun boleh
memasukinya. Lagipula Lim Sok Hua sudah lama mati!"
Tong Hong Pek mendengus,
1951
"Hm! Aku tidak peduli Lim Sok Hua sudah mati atau
belum, hanya ingin bicara beberapa patah kata dengan Tam
Goat Hua! Kau masih tidak mau minggir "
Biarawati tua itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Sudahlah! Kau jangan mengacau di sini, cepatlah pergi!"
Tong Hong Pek melihat biarawati tua itu tidak
menyiarkannya berbicara dengan Tam Goat Hua, sedangkan
Lu Leng entah ke mana, sehingga membuat hatinya gusar
sekali. Maka dia membentak keras sambil menjulurkan
tangannya, menotok jalan darah Hwa Kim Hiat di bagian dada
biarawati tua itu.
Biarawati tua itu mundur, sekaligus menggerakkan
tasbehnya menyerang tangan Tong Hong Pek.
Ternyata Tong Hong Pek mengeluarkan jurus tipuan,
Ketika tasbeh itu mengarah tangannya mendadak dia menarik
kembali tangannya, lalu dikibas-kannya ke depan,
Kibasan itu penuh mengandung tenaga, Walau badan
biarawati itu tidak bergeming, tapi pintu di belakangnya roboh
terterjang tenaga kibasan Tong Hong Pek.
Di saat bersamaan, Tam Goat Hua yang bersembunyi di
belakang biarawati tua itu, terhuyung-huyung ke belakang
empat langkah,
Maksud Tong Hong Pek memang agar Tam Goat Hua
menjauhi biarawati tua itu, Maka begitu melihat gadis itu
terhuyung-huyung beberapa langkah, dia lalu bersiul panjang,
Tampak badannya mencelat ke atas, lalu melesat ke depan
1952
melewati biarawati tua itu. Dia turun di belakang Tam Goat
Hua lalu menjulurkan tangannya memegang bahu gadis itu.
Akan tetapi, bersamaan itu dia pun merasakan adanya
serangkum tenaga yang amat kuat menerjang ke arah nya.
Dia segera menangkis dengan tangan kirinya, Terdengar suara
"Blam" disusul suara jeritan yang menyayat hati, Biarawati tua
itu terpental keluar lalu jatuh tersungkur Perlahan-lahan dia
bangkit berdiri, tapi tidak berani menyerang lagi,
Ternyata biarawati itu bukan biarawati tua yang tadi,
melainkan biarawati tua yang gagu dan tuU. Dia membokong
Tong Hong Pek, namun tertangkis olehnya sehingga badannya
terpental keluar
Tong Hong Pek yang berhasil memegang bahu Tam Goat
Hua segera berkata,
"Goat Hua, ayo ikut aku, aku ingin bicara sebentar
denganmu!"
Dia hendak menariknya pergi, tapi mendadak tangan kiri
Tam Goat Hua bergerak, tahu-tahu sudah menggenggam
sebilah belati tajam dan langsung menusuk ke
tenggorokannya sendiri.
Saat itu Tong Hong Pek berada di belakangnya, Dia
hendak merebut belati itu tapi ter!ambat, maka tidak berani
menariknya pergi,
Menyaksikan adegan itu, biarawati tua tersebut segera
merangkapkan kedua tangannya di dada,
"Siancay! Siancay! Kau masih tidak mau meninggalkan
tempat ini?"
1953
Tong Hong Pek menarik nafas dalam-dalam, "Lim Sok
Hua, kau jangan banyak omong!" Mendadak Tam Goat Hua
menyela, "Kalau kau tidak mau pergi, aku akan bunuh diri di
hadapanmu!"
"Baik, aku segera pergi dan selamanya tidak akan ke mari
menemuimu lagi! Tapi ada seseorang, kau harus
menemuinya!" sahut Tong Hong Pek, Tam Goat Hua
menggelengkan kepala, "Tidak! Aku tidak mau menemuinya!"
Hati Tong Hong Pek seperti tersayat
"Betulkah kau mau menjadi biarawati? ia mengintip dari
jendela, melihat air mukamu penuh penderitaan. Hatimu tidak
bisa tenang, bagaimana mungkin dapat menemani Sang
Buddha?" katanya dengan suara rendah.
Tam Goat Hua tertegun.
"Aku tidak tahu! Kalau kau masih tidak mau pergi, aku
pasti bunuh diri" katanya kemudian
Tong Hong Pek mengerutkan kening,
Ketika Tong Hong Pek memanggilnya, Tam Goat Hua
menekan belatinya sehingga tenggorokannya mengeluarkan
darah.
Bukan main terkejutnya Tong Hong Pek dan langsung
mundur beberapa langkah seraya berkata.
"Baik! Baik! Aku segera pergi! Tapi aku harap kau akan
mengerti di suatu hari nanti Dirimu sudah menjadi miliknya,
kenapa hatimu masih menentang? Aku pergi sekarang, baikbaiklah
kau menjaga diri"
1954
Kemudian dia melesat pergi, namun sepasang maunya
telah basah. padahal sesungguhnya hati Tam Goat Hua jauh
lebih sedih. Ketika melihat kemunculan Tong Hong Pek, dia
mengira dirinya dalam mimpi, maka langsung mendekap
kepadanya Namun Tong Hong Pek berseru memanggil Lu
Leng, itu membuatnya tersentak sadar ke alam nyata yang
penuh penderitaan. Karena badannya telah dimiliki Lu Leng,
sehingga dia mengancam agar Tong Hong Pek pergi,
Setelah Tong Hong Pek pergi, barulah dia merasa sedih
sekali, luka di tenggorokannya meneteskan darah, namun dia
tidak merasakan sakit Dia berdiri termangu-mangu di tempat
dan sadar belati yang di tangannya terjatuh
Kini barulah dia mendongakkan kepala untuk memandang
biarawati tua itu.
"Guru, aku... aku harus bagaimana?" tanyanya Biarawati
tua itu tersenyum hambar "Aku mana tahu kau harus
bagaimana?" Dia mendekati Tam Goat Hua, lalu memapahnya
ke tempat tidur, sekaligus mengobati luka di tenggorokannya
sementara Tong Hong Pek pergi dengan menahan duka dalam
hatinya. Ketika hari sudah mulai gelap, Dia berputar ke sana
ke mari, tapi tidak menemukan Lu Leng,
Betapa menyesalnya Tong Hong Pek mengajak Lu Leng ke
kuil tua itu karena akhirnya menjadi begini
"Anak Leng! Anak Leng!" serunya
Dia berseru dua kati memanggil Lu Leng, namun tiada
sahutan sama sekali,
Dia khawatir Lu Leng akan salah paham, sehingga
mengambil jalan pendek.
1955
Setelah berpikir sejenak, dia percaya bahwa Lu Leng tidak
akan melakukan itu, sebab dia masih memikul dendam kedua
orang tuanya,
Akan tetapi, kini Lu Leng ke mana, Tong Hong Pek tidak
tahu. Dia menengok ke sana ke mari, selain jato.jttg dilalui
tadi, terdapat sebuah jalan kecil S4ttfcinya Lu Leng pergi,
tentunya tidak akan melalui jalan tadi, pasti melalui jalan kecil
itu, pikirnya.
Setelah berpikir demikian, lalu dia melesat ke arah jalan
kecil itu,
Ternyata ketika Lu Leng menyaksikan Tong Hong Pek dan
Tam Goat Hua berpelukan hatinya terasa hampa, maka
mengambil keputusan meninggalkan tempat itu, Setelah dia
meloncat keluar melalui tembok, keadaan di sekitar tempat itu
mendadak terasa amat aneh,
Saat itu, dia tidak tahu mengapa dirinya merasa begitu,
sehingga membuat langkahnya terhenti
Dia lalu bersandar di tembok, sekaligus menahan nafas,
Setelah itu barulah dia tahu mengapa tadi merasa begitu,
Ternyata di dalam pintu utama kuil tua, terdengar suara Tak
Tak Tak.
Walau suara itu amat perlahan, namun membuat Lu Leng
teringat akan keempat orang buta.
Di saat dia sedang menduga-duga, mendadak terdengar
suara "Krek" dan pintu kuil itu terbuka.
Di bawah sinar bulan, Lu Leng dapat melihat dengan jelas
empat orang berjalan keluar dari kuil tua, Keempat orang itu
1956
masing-masing memegang sebatang tongkat bambu panjang,
Siapa mereka berempat itu? Ternyata empat orang buta yang
sedang dicarinya
Begitu melihat keempat orang buta itu, Lu Leng terkejut
bukan main. sesungguhnya dia ingin pergi memberitahukan
kepada Tong Hong Pek, namun khawatir Tam Goat Hua akan
terpukul hatinya, maka dia membatalkan niatnya.
Karena itu, Lu Leng mengambil keputusan untuk
menguntit keempat orang buta itu, namun tidak berani
terlampau dekat Setelah keempat orang buta itu berjalan tiga
empat depa barulah dia mulai menguntit mereka.
Ketika Lu Leng mengayunkan kakinya, keempat orang
buta itu berhenti serentak, sepertinya tahu ada orang
menguntit mereka.
Begitu mereka berempat berhenti Lu Leng pun ikut
berhenti sambil menahan nafas,
Tempat itu amat sunyi Selain suara jangkerik, tiada suara
lain sama sekali
Keempat orang buta itu tampak tertegun Mereka berdiri
diam di tempat Berselang beberapa saat, barulah mereka
melangkah lagi dan terdengar pula suara Tak Tak Tak.
Lu Leng menghitung tepat langkah mereka. Di saat
terdengar suara Tak", dia pun mengayunkan kakinya, begitu
pula seterusnya,
Dengan cara demikian, keempat orang buta itu tidak
mendengar suara langkahnya, maka amanlah Lu Leng
menguntit mereka,