Snack's 1967
jowo.yn.lt
1559
Sesungguhnya Liat Hwe Cousu amat gusar dalam hati,
namun dia tahu jelas dirinya tidak boleh main-main dengan
Mo Liong Seh Sih, maka dia tetap menekan hawa kegusaran
yang bergejolak di rongga dadanya,
Kini mereka berempat meninggalkan istana Iblis, menuju
ke depan menggunakan Ginkang, Tak seberapa lama
kemudian, sudah sampai di puncak tandus.
Puncak itu tidak begitu tinggi, namun terdapat tebingtebing
yang amat terjal dan licin.
Mo Liong Seh Sih tertawa seraya berkata.
"Liat Hwe tua, aku tahu kau amat penasaran.
"Nah, bagaimana kalau kita mencoba kepandaian kita di
puncak ini, untuk melihat siapa yang sampai duluan di atas?"
Liat Hwe Cousu memandang ke atas, Untuk menaiki tebing
yang amat tinggi dan licin itu, tentunya harus memiliki
Ginkang yang amat tinggi. Bahkan juga harus memiliki ilmu
Pik Hou Yu Piak (Harimau Merayap Di Tembok), Pikirnya,
Dalam hati, Liat Hwe Cousu memang ingin mengadu
kepandaian dengan Mo Liong Seh Sih. Oleh karena itu, dia
menyahut dengan dingin.
"Baik,"
Mo Liong Seh Sih menoleh ke arah Lu Leng dan Toan Bok
Ang, kemudian berkata sambil tersenyum
"Kalian berdua harus mengerahkan kepandaian masingmasing,
merayap ke atas perlahan-lahan!"

1560
Lu Leng manggut-manggut.
"Silakan Cianpwee berdua naik duluan! Kami ingin
menyaksikan kepandaian Cianpwee, agar mata kami terbuka."
Mo Liong Seh Sih tertawa.
"Baiklah, Liat Hwe tua, bersiaplah!"
Usai berkata, badan Mo Liong Seh Sih mencelat ke atas,
Kelihatannya orangtua itu tidak berani meremehkan Liat Hwe
Cousu.
Di saat itu pula Liat Hwe Cousu bersiul panjang dan
badannya langsung mencelat ke atas.
Tampak dua sosok bayangan bagaikan asap membubung
ke atas dan banyak batu kecil berhamburan ke bawah, Lu
Leng dan Toan Bok Ang terbelalak menyaksikannya.
Walau Toan Bok Ang memiliki Ginkang tinggi, namun tetap
tidak sanggup naik ke atas menggunakan ilmu Pik Hou Yu Piak
(Harimau Merayap Di Tembok), karena harus memiliki
Lweekang yang amat tinggi.
Liat Hwe Cousu dan Mo Liong Seh Sih terus merayap ke
atas, dan tampak setanding.
Ketika hampir mencapai di atas, kira-kira tujuh delapan
depa lagi, mendadak Liat Hwe Cousu menekan dinding tebing
lalu berjungkir karena tenaga tekanan itu.
Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak tahu, apa maksud Liat
Hwe Cousu berbuat begitu. Tiba-tiba sepasang tangan Liat

1561
Hwe Cousu menekan dinding tebing, Maka badannya mencelat
ke atas dengan kepala di bawah.
Lu Leng dan Toan Bok Ang terbelalak dengan mulut
ternganga lebar, karena kejadian itu sungguh di luar dugaan
mereka,
Mereka berdua tertegun, sehingga tanpa sadar berseru
memuji. justru dengan cara demikian itu, maka Liat Hwe
Cousu lebih tinggi setengah depa dari Mo Liong Seh Sih.
Wajah Mo Liong Seh Sih tampak tegang sekali Kemudian
dia merayap lebih cepat dan hampir setinggi Liat Hwe Cousu.
Akan tetapi, kini hanya tinggal beberapa depa lagi sampai di
atas, Wajah Liat Hwe Cousu tampak berseri, sebab dia yakin
sampai duluan di atas.
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar Mo Liong Seh Sih bersiul
panjang, Mendadak badannya mencelat ke atas melampaui
Liat Hwe Cousu dan dalam sekejap dia berdiri di atas, Liat
Hwe Cousu pun sudah sampai di atas, hanya berselisih sedikit
saja, Mo Liong Seh Sih tertawa gelak.
"Ha ha! Liat Hwe tua, tak kusangka kau mau mengalah
terhadapku!"
"Seh tua, jurusmu tadi dari ilmu apa?" tanya Liat Hwe
Cousu sambil tersenyum,
"Ilmu Ni Ciu Kang (llmu Mencelat Diatas Lumpur) Liat Hwe
tua, ilmumu tadi apakah ilmu Cing Ing Kang (llmu jungkir Ke
atas)? Sungguh hebat ilmu itu, boleh dikatakan tiada duanya
di kolong langit" sahut Mo Liong Seh Sih.

1562
Karena Mo Liong Seh Sih memujinya, maka Liat Hwe
Cousu merasa senang sekali, "Sama-sama!"
Sementara Lu Leng dan Toan Bok Ang sudah mulai
merayap ke atas, Mereka berdua pun mengerahkan ilmu Pik
Hou Yu Piak (Harimau Merayap Di Tembok).
Tentunya tidak bisa dibandingkan dengan Mo Liong Seh
Sih dan Liat Hwe Cousu, Setelah bersusah payah, barulah
mereka berdua mencapai di atas tebing itu.
Mo Liong Seh Sih memandang mereka berdua sambil
manggut-manggut.
"Bagus! Bagus! Tidak salah gelombang belakang
mendorong gelombang depan, Liat Hwe tua! Ketika kita masih
muda, apakah sudah memiliki kepandaian seperti ini?"
Liat Hwe Cousu tidak menyahut pertanyaan tersebut,
sebaliknya malah bertanya.
"Seh tua, kenapa kau mengajakku ke sini?"
Mo Liong Seh Sih menunjuk ke depan.
"Kau melihat itu?"
Mereka bertiga segera memandang ke arah yang ditunjuk
Mo Liong Seh Sih. Ternyata di sana terdapat sebuah makam
batu.
Di sisi makam itu terdapat sebuah lobang, khususnya
untuk makam sang suami atau istri.

1563
"Seh tua, apakah itu makam istri mu?" tanya Liat Hwe
Cousu.
Mo Liong Seh Sih mengangguk
Tidak salah, Ketika istriku masih hidup, sudah tahu bahwa
ketujuh batang Panah Bulu Api bukan panah biasa, Maka,
istriku amat menyukai Panah Bulu Api itu, Oleh karena itu,
ketika dia meninggal, ku masukkan ketujuh batang Panah Bulu
Api itu ke dalam peti matinya."
Mendengar penuturan itu Lu Leng langsung menghela
nafas panjang, karena ketujuh batang Panah Bulu Api itu
masih ada.
"Seh Locianpwee, kita harus membongkar makam itu,
jadi..."
Belum juga Lu Leng usai berkata, Mo Liong Seh Sih sudah
menoleh memandangnya.
Ketika beradu pandang dengan orangtua itu, Lu Leng
terkejut bukan main, kemudian mendadak Mo Liong Seh Sih
membentak
"Siapa lagi yang berkata begitu, aku pasti tidak berlaku
sungkan! istriku sudah meninggal apakah dia tidak boleh
tenang?"
Lu Leng memang berhati keras. Dia mundur selangkah
dan berkata.
"Kalau tidak begitu, bagaimana cara mengambil ketujuh
batang Panah Bulu Api itu?"

1564
Mo Liong Seh Sih langsung menggeram.
"Bocah yang tak tahu diri!"
Dia langsung menjulurkan tangannya untuk
mencengkeram dada Lu Leng.
Lu Leng sama sekali tidak menyangka Mo Liong Seh Sih
akan menyerangnya begitu mendadak, jarak mereka hanya
beberapa depa, Maka cengkeraman itu belum sampai, Lu Leng
sudah merasakan adanya tenaga yang amat dahsyat
menerjang dadanya.
Lu Leng ingin mundur, namun serangan yang dilancarkan
Mo Liong Seh Sih, justru mengarah empat penjuru.
Karena itu, Lu Leng merasakan adanya tenaga yang amat
dahsyat di belakangnya sehingga membuatnya tidak bisa
mundur, sedangkan tangan Mo Liong Seh Sih sudah berada di
depan dadanya.
Walau Lu Leng tahu bahwa dirinya bukan tandingan Mo
Liong Seh Sih, namun tidak bisa tidak harus menangkis. Dia
segera menghimpun hawa murni kemudian tangan kanannya
diangkat dan jari telunjuknya digerakkan dengan jurus It Ci
Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit).
Akan tetapi, di saat Lu Leng mengangkat tangannya, Mo
Liong Seh Sih merubah jurusnya, jurus It Ci Keng Thian dapat
membelah tenaga serangan Mo Liong Seh Sih, kemudian Lu
Leng bergerak cepat menghindari dari situ.
Di saat bersamaan, mendadak telapak tangan Mo Liong
Seh Sih diarahkan ke sebuah batu.

1565
Plak!
Batu itu hancur berkeping-keping, Maka walau Lu Leng
berhasil berkelip namun wajahnya tampak pucat pias.
Mo Liong Seh Sih segera menegakkan.
"Siapa berani bilang membongkar makam, batu itu sebagai
contohnya!"
Toan Bok Ang segera mendekati Lu Leng, kemudian
bertanya dengan penuh perhatian.
"Lu Siauhiap, apakah kau terluka?"
"Aku tidak apa-apa," sahut Lu Leng,
Usai menyahut, Lu Leng maju selangkah ke hadapan Mo
Liong Seh Sih, wajahnya tersirat kebulatan hatinya, Kebetulan
Mo Liong Seh Sih membalikkan badannya, maka mereka
berdua berdiri berhadapan dalam jarak dekat
Mo Liong Seh Sih menatapnya tajam. Lu Leng terkejut
dalam hati, namun teringat akan kebulatan hatinya, maka
nyalinya menjadi besar
"Seh Locianpwee, kalau begitu, Liok Ci Khim Mo pasti
menimbulkan petaka dalam rimba persilatan! Apakah
Locianpwee akan membiarkannya?" ujarnya dengan lantang.
Mo Liong Seh Sih maju satu langkah. Namun Lu Leng
tetap berdiri di tempat, tak bergeming sedikit pun.

1566
"Liok Ci Khim Mo mengandalkan Pat Liong Thian Im,
malang melintang dalam rimba persilatan, Entah berapa
banyak kaum rimba persilatan akan mati di tangannya.
Apakah Seh Locianpwee tidak tahu itu?"
Mo Liong Seh Sih menyahut sepatah demi sepatah dengan
suara mengguntur, sehingga suaranya bergema sampai di
mana-mana.
"Tentu aku tahu tentang itu!"
"Kalau begiiu, bukankah batu itu hancur secara penasaran
sekali?" ujar Lu Leng sambil menunjuk batu yang hancur itu.
Ucapan itu menyindir tindakan Mo Liong Seh Sih tadi,
Toan Bok Ang yang berdiri di sisinya, wajahnya langsung
berubah.
"Lu Siauhiap, jangan bicara sembarangan!"
Lu Leng tertawa panjang.
"Ha ha ha! Nona Toan, perkataanmu amat tak berarti! Kau
harus tahu, aku bicara demi seluruh kaum rimba persilatan!
Kalaupun harus mati, pasti meninggalkan nama baik!"
Mo Liong Seh Sih tertawa dingin.
"Bocah! Mulutmu sungguh besar! Namun kau justru akan
mati sia-sia. Batu itu tidak akan hancur dengan penasaran!"
katanya.
Tadi di dalam istana Iblis, Lu Leng amat kagum pada Mo
Liong Seh Sih, karena orangtua itu memikirkan seluruh kaum
rimba persilatan,

1567
Akan tetapi, setelah kejadian barusan, dia mulai
memandang rendah terhadap orangtua itu.
Walau Lu Leng tahu Mo Liong Seh Sih berkepandaian amat
tinggi dan kedudukannya juga begitu tinggi dalam rimba
persilatan, namun dia tetap memandang rendah terhadapnya.
Dia mendengus dingin, lalu memandang Toan Bok Ang seraya
berkata.
"Nona Toan! Mari kita pergi!"
Mo Liong Seh Sih langsung menghadang dihadapannya.
"lngin pergi?" bentaknya sengit
"Mau apa di sini kalau tidak pergi?" sahut Lu Leng.
"Kau mau ke mana?" tanyanya dengan dingin, "Kolong
langit sangat luas, Apakah tidak bisa ke mana-mana?" sahut
Lu Leng dengan dingin pula, "He he he!" Mo Liong Seh Sih
tertawa aneh.
"Bukankah kau ingin pergi mengundang para jago tangguh
untuk memusuhiku?"
Lu Leng terkejut sebab Mo Liong Seh Sih dapat membaca
pikirannya
"Tidak salah !" sahutnya lantang.
Mo Liong Seh Sih tertawa gelak, menggetarkan
pegunungan itu, lama sekali barulah berkata.

1568
"Bocah, aku tidak percaya kau dapat mengundang para
jago yang berani memusuhiku!"
"Liok Ci Khim Mo memiliki ilmu Pat Liong Thian Im,
sehingga menimbulkan petaka dalam rimba persilatan
menyebabkan kaum rimba persilatan pergi menyembunyikan
diri, begitu pula...."
Ketika Lu Leng berbicara sampai di situ, wajah Mo Liong
Seh Sih langsung berubah.
"Begitu pula aku kan?"
Lu Leng manggut-manggut
"Tidak salah!"
Mendadak muncul bayangan pukulan di depan matanya,
Lu Leng segera berkelit, namun terlambat.
Plak, Plak!
Ternyata dua tamparan mendarat di pipinya, dan kedua
tamparan itu sungguh keras, Sejak makan buah Ling Che,
Lweekangnya bertambah maju pesat Maka ketika kedua
tamparan itu mendarat di pipinya, hawa murni di dalam
tubuhnya mengadakan perlawanan Namun demikian, kedua
pipinya tetap membengkak dan terasa sakit sekali.
* * * *

1569
Bab 73
Ketika tahu dirinya tidak mungkin bisa berkelit, Lu Leng
tetap berdiri di tempat Setelah menerima kedua tamparan itu,
dia masih tetap berdiri di tempat dengan kepala didongakkan,
bahkan tatapan nya memandang rendah terhadap Mo Liong
Seh Sih. sedangkan kemarahan Mo Liong Seh Sih belum reda,
"Bocah, kau jangan merasa penasaran karena aku telah
menamparmu! Siapa suruh kau membanding kan ku dengan
penjahat Liok Ci Khim Mo?" bentaknya sengit.
Sementara Toan Bok Ang yang berdiri di samping Lu Leng,
ketika melihat Lu Leng ditampar, hatinya terasa sakit sekali
seperti tersayat.
"Lu Siauhiap, kalau kita mau pergi, mari segera pergi! Kita
tidak usah lama-lama di sini!"
"Tutup mulut! Siapa pun tidak boleh meninggalkan tempat
ini!" bentak Mo Liong Seh Sih.
Liat Hwe Cousu yang diam dari tadi, saat ini membuka
mulut
"Aku pun tidak boleh pergi?" tanyanya dengan dingin,
Mo Liong Seh Sih tidak menggubrisnya, malah
mendongakkan kepala sambil tertawa panjang. Kemudian dia
melesat ke hadapan makam istrinya, dan duduk di situ dengan
wajah serius,
"Usiamu masih muda, namun amat berani dan gagah, Sulit
bertemu pemuda sepertimu. Hanya saja kau berdarah panas,
itu sungguh sayang sekali!" ujarnya sambil menatap Lu Leng.

1570
Lu Leng tertawa dingin, namun sama sekali tidak
menyahut
Mo Liong Seh Sih mendongakkan kepala memandang
langit, lama sekali barulah berkata seperti bergumam.
"Apa yang kukatakan, kau tidak mau mendengar itu
terserah padamu."
Lu Leng membalikkan badannya untuk memandang Toan
Bok Ang.
"Nona Toan, mari kita pergi!" ajaknya. Toan Bok Ang
mengangguk Namun ketika mereka baru mau melangkah
pergi, mendadak Mo Liong Seh Sih berseru,
"Belum memperoleh Panah Bulu Api, kalian berdua sudah
mau pergi?"
Lu Leng terperangah, lalu membalikkan badan
memandang orangtua itu.
Mo Liong Seh Sih bangkit berdiri. lalu berjalan selangkah
demi selangkah mengelilingi sambil mengusap-usap makam
istrinya dengan penuh cinta kasih.
Setelah itu, dia menghela nafas dan bergumam perlahan.
"Istriku, ketika kau masih hidup, aku cuma menaruh
perhatian terhadap ilmu silat, sehingga secara tidak langsung
menelantarkanmu. Ketika aku baru berpikir ingin bermesraan
denganmu, kau justru meninggal Aaaah...!"

1571
Dia berhenti bergumam. Namun pandangannya terus
tertuju ke makam. Selang beberapa saat kemudian dia
bergumam lagi.
"Sebelum kau menarik nafas penghabisan kau bilang kita
telah banyak membunuh orang. Di saat kita masih hidup,
pihak musuh tidak berani mencari kita menuntut balas, namun
kalau sudah mati, pihak musuh pasti akan membongkar
kuburan, Kau menghendakiku di saat masih hidup, jangan
membiarkan siapa pun membongkar kuburanmu, Ketika itu
aku menyanggupinya, dan kini aku telah menepati janjiku "
Ketika Lu Leng mendengar sampai di situ, mengeluarkan
suara tawa dingin dua kali,
Toan Bok Ang yang berdiri di sisinya, cepat-cepat
menggenggam tangannya agar dia tidak omong sembarangan.
sedangkan Mo Liong Seh Sih, kelihatannya seperti tidak
mendengar suara tawa dingin Lu Leng dan terus bergumam.
"Di dalam makammu, telah kupasang berbagai macam
perangkap, Maka, kalau ada orang masuk ke dalam, pasti
akan terperangkap, itu adalah maksud baikku terhadapmu
Kalau aku masih hidup, tentunya tidak ada orang berani ke
mari membongkar kuburanmu, namun berapa lama orang
hidup? Sudah pasti akan mati Setelah aku mati, ada orang ke
mari membongkar kuburanmu, aku sudah tidak bisa berbuat
apa-apa. istri ku, kau pasti tidak akan menyalahi kanku bila
kita bertemu di alam baka, bukan?"
Lu Leng terus mendengarkan gumaman Mo Liong Seh Sih
dengan penuh perhatian. Gumaman terakhir itu membuatnya
tercengang dan hatinya tergerak, Apakah telah salah menilai
orangtua itu?

1572
Dl saat Lu Leng sedang berpikir, mendadak Mo Liong Seh
Sih membalikkan badan menghadap mereka bertiga seraya
berkata,
"Aku pernah berjanji kepada istriku, kalau aku masih hidup
pasti menjaga kuburan nya. Namun kini kalau tiada ketujuh
batang Panah Bulu Api, berarti tidak bisa membasmi Liok Ci
Khim Mo, Bocah! Kau menghendaki aku membongkar kuburan
istriku, itu tidak bisa sebab aku masih hidup. Tapi setelah aku
mati, aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, itu terserah
kau saja...."
Ketika Mo Liong Seh Sih berkata sampai di situ, Lu Leng
sudah paham akan maksud orangtua itu, Dia segera maju
selangkah lalu berlutut di hadapan-nya.
"Seh Locianpwee jangan begitu, tentunya masih ada jalan
lain!" ujarnya,
Mo Liong Seh Sih tertawa gelak,
"Ha ha ha! Bocah, kau sudah jelas semua?"
Lu Leng terus berlutut di hadapannya.
"Aku sudah jelas semua."
Mo Liong Seh Sih tersenyum.
"Kau sudah mengerti?"
"Kini aku sudah mengerti. Seh Locianpwee adalah orang
yang amat gagah di kolong langit"

1573
Mo Liong Seh Sih tersenyum lembut.
"Tapi... kenapa Seh Locianpwee memandang ringan soal
hidup?" tanya Lu Leng.
Toan Bok Ang terheran-heran dan tidak habis berpikir,
kenapa Lu Leng berlutut di hadapan Mo Liong Seh Sih.
Namun Toan Bok Ang adalah gadis yang cerdas, setelah
berpikir sejenak, dia pun paham akan itu, sedangkan Liat Hwe
Cousu tahu jelas akan sifat Mo Liong Seh Sih. Ketika
melihatnya mengangkat tangan ingin memukul Lu Leng, dia
sudah tahu bahwa sifatnya tidak seperti dulu lagi, pasti ada
sebab musababnya.
Di saat Lu Leng belum begitu mengerti akan maksud Mo
Liong Seh Sih, Liat Hwe Cousu sudah mengerti dan tahu
bahwa Mo Liong Seh Sih mau berbuat apa.
Setelah mengerti akan maksud Mo Liong Seh Sih, dalam
hatinya timbul suatu pertentangan Merasa kagum terhadapnya
tapi juga bergirang dalam hati, karena walau Liat Hwe Cousu
amat angkuh, tapi bukan penjahat
Lu Leng mengatakan Mo Liong Seh Sih adalah orang yang
amat gagah di kolong langit, Liat Hwe Cousu juga
mengakuinya sehingga ketua Hwa San Pai itu merasa terharu.
Seusai Lu Leng berbicara, Liat Hwe Cousu menyambung.
"Seh tua, aku tahu maksud hatimu, Asal kau bunuh diri di
depan makam istri mu, setelah itu terserah kami mau berbuat
apa pun. Begitu kan?"
Mo Liong Seh Sih tertawa,

1574
"Ha ha! Hanya dengan cara demikian, maka aku tidak
usah menjaga makam istriku dan bisa andil demi rimba
persilatan!"
Betapa harunya perasaan Lu Leng, sehingga air matanya
langsung meleleh. Tadi dia mengira bahwa Mo Liong Seh Sih
amat egois, sama sekali tidak memikirkan nasib kaum rimba
persilatan Akan tetapi kini, dia tahu bahwa Mo Liong Seh Sih
merupakan seorang pendekar yang gagah dan berhati mulia,
menepati janji terhadap istrinya juga demi seluruh kaum rimba
persilatan.
Saking kagum dan terharunya, Lu Leng tidak tahu harus
mengucapkan apa, sedangkan Mo Liong Seh Sih mengambil
keputusan tersebut, sama sekali tidak mempertimbangkannya.
Ketika mendengar Panah Bulu Api, di saat itulah dia telah
mengambil keputusan tersebut.
Oleh karena itu, dia mengajak mereka bertiga ke gudang
rahasia penyimpanan berbagai macam pusaka, agar kaum
rimba persilatan tahu, siapa yang dapat menerobos empat
puluh sembilan lorong ra-hasia, maka orang tersebut
diperbolehkan mengambil semacam barang pusaka yang ada
di dalam gudang rahasia itu, Selain itu, dia pun mengajak
mereka bertiga ke makam istri nya.
Tadi Mo Liong Seh Sih menyerang Lu Leng, tentunya
membuat pemuda itu amat gusar sekali, Tapi kini, Lu Leng
justru merasa Mo Liong Seh Sih terlampau ringan turun
tangan terhadapnya, sebab dia telah membandingkan
orangtua itu dengan Liok Ci Khim Mo.
Sementara perasaan Toan Bok Ang juga bergejolak.

1575
"Seh Locianpwee, nyonya tua sudah meninggal, kalau Seh
Locianpwee mengambil jalan pendek, nyonya tua pasti tidak
senang di alam baka." katanya.
Air muka Mo Liong Seh Sih berubah.
"Gadis kecil, perkataan apa itu! jadi orang, yang terpenting
harus menepati janji. Kalau aku ingkar janji, itu amat
memalukan!" sahutnya.
Wajah Toan Bok Ang memerah dan diam seketika.
"Aku yakin akan kedahsyatan Panah Bulu Api.”
Mengenai Busur Api kalian sudah tahu jatuh ke tangan
siapa, dan pasti bisa merebut nya. Semoga dengan Busur Api
dan Panah Bulu Api itu, kalian dapat membasmi Liok Ci Khim
Mo! Tadi aku mengajak kalian ke gudang rahasia, itu agar
kalian tahu apa yang tersimpan di sana, Semua benda yang
ada di sana merupakan benda pusaka rimba persilatan Setelah
kalian pergi, wakililah aku menyebarkan berita, bahwa siapa
yang dapat menerobos empat puluh sembilan lorong rahasia,
berhak mengambil satu macam benda pusaka yang di dalam
gudang itu!"
Ketika Lu Leng ingin menyela, mendadak Mo Liong Seh Sih
mengibaskan lengan jubahnya sehingga pemuda itu terangkat
"Kau jangan menyela!" ujar Mo Liong Seh Sih. "Dengarkan
saja!"
Lu Leng menghela nafas, sedangkan Mo Liong Seh Sih
sudah melanjutkan penuturannya dengan suara dalam.

1576
"Sebetulnya di dalam gudang itu tersimpan delapan
macam benda pusaka, namun Panah Bulu Api telah
mendampingi istriku di dalam kuburan, maka kini hanya
tinggal tujuh macam saja."
"Benarkah semua benda itu merupakan benda pusaka
dalam rimba persilatan?" tanya Toan Bok Ang.
"Tentu, Kini aku tidak punya waktu untuk menjelaskan,
tapi Liat Hwe Cousu tahu tentang semua benda pusaka itu."
sahut Mo Liong Seh Sih dengan sungguh-sungguh,
"Aku hanya tahu Jala Maut, sepasang Roda pencabut
Nyawa, Belati Pusaka dan Emas Luar Langit, yang lain aku
tidak tahu." kata Liat Hwe Cousu.
Mo Liong Seh Sih manggut-manggut "Tidak salah, namun
masih terdapat satu buah benda aneh yang kusimpan di
dalam kotak kecil, itu adalah Cing Ming Ko (Buah Surara
Hijau), Siapa yang makan buah itu, tulangnya akan menjadi
kuat dan badannya menjadi sehat sedangkan kedua lembar
daunnya, dapat menyembuhkan berbagai macam luka dalam."
Apa yang dikatakan Mo Liong Seh Sih, jangankan Lu Leng
dan Toan Bok Ang, Liat Hwe Cousu pun tidak pernah
mendengarnya. Berdasarkan itu, dapat diketahui bahwa walau
kepandaian Liat Hwe Cousu dan Mo Liong Seh Sih berselisih
tidak jauh, namun Mo Liong Seh Sih masih punya kelebihan
sendiri.
Mo Liong Seh Sih melanjutkan penuturannya,
"Di atas meja batu terdapat sebuah kotak pualam berisi
Lan Tian Ciok Po (Batu Giok Pusaka)."

1577
Ketika mendengar itu, Lu Leng, Toan Bok Ang dan Liat
Hwe Cousu berseru kaget
"Haaah?"
Lan Tian Giok Po adalah semacam buah aneh. Konon buah
tersebut matang sembilan ribu tahun, khasiatnya melebihi
buah Cit Sek Ling Che.
Mo Liong Seh Sih menghela nafas panjang,
"Aku memperoleh semua benda pusaka itu, membuat
nyawaku nyaris melayang, Kini semua benda pusaka itu
kusimpan di dalam gudang." katanya.
Dia memandang ke langit setelah itu melanjutkan
"Masih ada sepotong emas, yaitu Emas Suci."
"Seh Locianpwee, apa gunanya Emas Suci itu?" tanya
Toan Bok Ang.
Mo Liong Seh Sih tersenyum.
"Banyak sekali kegunaannya namun saat ini tak dapat
kujelaskan Emas Suci itu terukir empat huruf menjelaskan
tentang kegunaannya."
Berkata sampai di situ, mendadak Mo Liong Seh Sih
tertawa gelak tiga kali, Liat Hwe Cousu, Lu Leng dan Toan Bok
Ang tahu bahwa orang itu sudah mau membunuh diri
Lu Leng maju selangkah lalu memandang Mo Liong Seh
Sih seraya bertanya,

1578
"Seh Locianpwee, apakah tiada jalan lain lagi?"
Mo Liong Seh Sih sama sekali tidak menghiraukan
pertanyaan Lu Leng, Dia merogoh kan tangan ke dalam
jubahnya mengeluarkan sebutir pil berwarna hitam. Ditelannya
pil itu lalu mendekati kuburan istri nya.
"Makamkan jenazahku baik-baik. Tentang kematianku
jangan kalian siarkan keluar Hati-hatilah kalian mengambil
ketujuh batang Panah Bulu Api!" pesannya kepada Liat Hwe
Cousu, Lu Leng dan Toan Bok Ang.
Lu Leng segera melesat ke hadapan kuburan!
"Seh Locianpwee...!" serunya.
Akan tetapi, setelah berseru dia berhenti dan air matanya
meleleh membasahi pipinya.
Ternyata seusai Mo Liong Seh Sih berkata, matanya
terpejam perlahan-lahan, wajahnya tampak tenang dan
berseri.
Lu Leng memandang wajahnya, masih kelihatan seperti
hidup. Kini Lu Leng baru tahu bahwa Mo Liong Seh Sih
memang merupakan orang aneh nomor wahid dalam rimba
persilatan dan berani berkorban demi kaum rimba persilatan.
Betapa sedihnya hati Lu Leng, Dia berdiri termangumangu,
lama sekali barulah berkata,
"Seh Locianpwee, kalau aku tidak dapat membasmi Liok Ci
Khim Mo, setelah mati tiada muka berjumpa Locianpwee di
alam baka."

1579
Usai berkata, dia bersujud di hadapan jenazah Mo Liong
Seh Sih, kemudian bangkit berdiri, sementara Liat Hwe Cousu
terus memandang jenazah Mo Liong Seh Sih, Ketua Hwa San
Pai itu kagum bukan main, namun juga amat berduka,
"Mari kita kuburkan dia dulu!"
Liat Hwe Cousu, Lu Leng dan Toan Bok Ang mengangkat
sebuah batu yang ada di samping kuburan Di situ terdapat
sebuah lobang, jenazah Mo Liong Seh Sih ditaruh ke dalam
lobang itu, lalu ditutup lagi dengan batu tersebut
Setelah itu, Liat Hwe Cousu berkata,
"Lu Leng, kau memiliki ilmu Kim Kong Sin Ci, ukirlah
beberapa huruf di batu itu!"
Lu Leng mengangguk, lalu mengerahkan Kim Kong Sin Ci
pada jari telunjuknya, Terdengar suara "Sert Sert Sert
Tampak di atas batu itu beberapa huruf yang berbunyi
demikian “Makam Seh Sih pendekar Besar Nomor Wahid Di
KoIong Langit”
Liat Hwe Cousu manggut-manggut
"Bolehlah! Tapi.... "Nomor Wahid" agak berlebihan."
Hati Lu Leng sedang berduka, maka ketika mendengar Liat
Hwe Cousu berkata begitu, dia langsung gusar.
"Apakah harus nomor dua?"
Wajah Liat Hwe Cousu berubah.

1580
"Jangan kurang ajar" bentaknya.
Wajah Lu Leng pun berubah, namun mendadak Toan Bok
Ang segera maju ke hadapannya, lalu mengibaskan tangannya
ke belakang memberi isyarat agar Lu Leng diam. .
"Liat Hwe Cousu," ujar gadis itu. "Kita harus segera
mengambil ketujuh batang Panah Bulu Api jangan buang
waktu lagi!"
Liat Hwe tertawa dingin.
"Kematian Seh tua boleh dikatakan dikarenakan ketujuh
Panah Bulu Api. Maka, setelah barang tersebut kita dapatkan,
harus kusimpan dulu."
Lu Leng dan Toan Bok Ang tertegun mendengar ucapan
itu.
"Kemudian aku akan mengundang para jago tangguh
untuk merundingkan bagaimana cara merebut Busur Api,
Kalian berdua, apakah tidak setuju?"
Lu Leng melihat Mo Liong Seh Sih berkorban demi
membasmi Liok Ci Khim Mo, sedangkan Liat Hwe Cousu ingin
memanfaatkan pengorbanan Mo Liong Seh Sih demi namanya
sendiri.
Sebetulnya Lu Leng ingin mencaci Liat Hwe Cousu, namun
setelah berpikir sejenak niat itu dibatalkannya.
"Baiklah!" sahutnya.
Liat Hwe Cousu tertawa dingin.

1581
"Kalian berdua jangan menganggap gampang mengambil
Panah Bulu Api itu. Bukankah Seh tua sudah bilang, di dalam
kuburan ini terdapat banyak perangkap?"
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandangi sebab
ucapan Liat Hwe Cousu barusan berarti, kalau tanpa
kehadirannya di situ, pengorbanan Mo Liong Seh Sih juga
akan sia-sia.
Bagian 35
Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak mau berdebat Mereka
berdua hanya mengeluarkan suara dengusan dingin, kemudian
gadis itu berkata terpaksa,
"Segalanya sudah pasti harus ada petunjuk Liat Hwe
Cianpwee."
"Kalau kalian sudah mengerti, urusan pun gampang
dibereskan " sahut Liat Hwe Cousu.
Usai berkata, Liat Hwe Cousu memandang kuburan
Nyonya Mo Liong Seh Sih, lama sekali baru berkata,
"Makam ini ditimbun dengan batu, maka kita harus
mengangkat batu itu satu persatu."
Sebetulnya Lu Leng tidak ingin bekerja sama dengan Liat
Hwe Cousu, Tapi demi membasmi Ltok Ci Khim Mo, maka dia
terpaksa harus bersabar dan mulai mengangkat batu-batu itu,

1582
Lu Leng dan Toan Bok Ang bekerja hampir setengah hari,
barulah berhasil mengangkat semua batu itu. sedangkan Liat
Hwe Cousu hanya berdiri saja,
Terlihat sebuah lempengan besi, yang di tengahtengahnya
terdapat sebuah gelang,
Ketika Lu Leng hendak menjulurkan tangannya untuk
memegang gelang tersebut, mendadak Toan Bok Ang
mengeluarkan suara "lh" dan berkata.
"Apa ini?"
Lu Leng yang sudah membungkukkan badannya, segera
tegak kembali sambil memandang ke arah Toan Bok Ang,
Gadis itu menunjuk sebuah lempengan besi, di wajahnya
tersirat rasa heran. Lu Leng segera mendekatinya, begitu pula
Liat Hwe Cousu, Mereka berdua memandang ke arah yang
ditunjuk oleh gadis itu dan seketika juga tertegun
Temyata di celah lempengan besi itu terjepit ujung baju,
sepertinya ada orang terburu-buru mengangkat lempengan
besi itu, namun lempengan besi itu amat berat, sehingga
menjepit ujung baju orang tersebut,
Seandainya ujung batu itu milik Nyonya Mo Liong Seh Sih,
memang tidak masuk akal,
Mereka bertiga tertegun, lama sekali barulah Liat Hwe
Cousu berkata,
Tidak mungkin ada orang berani masuk, itu pasti baju
Nyonya Mo Liong Seh Sih, Agar lebih jelas, lebih baik angkat
saja lempengan besi itu, Bukankah kita akan mengetahuinya?"

1583
Lu Leng tidak mendengar apa yang dikatakan Liat Hwe
Cousu, Dalam hati tetap bercuriga, Kemudian dia
membungkukkan badannya sambil menjulurkan tangannya
untuk memegang gelang yang di atas lempengan besi
tersebut lalu ditariknya sekuat tenaga,
Akan tetapi, lempengan besi itu sama sekali tak
bergeming. Kemudian Lu Leng memandang Toan Bok Ang
seraya berkata,
"Nona Toan, cepat bantu aku! Lempengan besi ini amat
berat, aku tak kuat mengangkatnya."
Tenagaku terbatas sekali, tentunya harus Liat Hwe Cousu
yang turun tangan." sahut Toan Bok Ang.
Liat Hwe Cousu tertawa, lalu mendekati lempengan besi
itu, Lu Leng segera menyingkir Liat Hwe Cousu
membungkukkan badannya, tangannya memegang gelang itu,
lalu menarik sekuat tenaga,
Namun lempengan besi itu sama sekali tidak bergerak
Wajah Liat Hwe Cousu memerah saking malunya, Dia
mengerahkan Lweekang sehingga sekujur badannya berbunyi
peletak-peletuk, lalu membentak keras sambil menarik.
Barulah dia berhasil mengangkat lempengan besi itu.
Lu Leng tahu bahwa lempengan besi itu amat berat. Maka
sebelum Liat Hwe Cousu berhasil mengangkatnya, dia sudah
menyiapkan sebuah batu besar. Ketika Liat Hwe Cousu
berhasil, Lu Leng segera mendorong batu besar untuk
mengganjal lempengan besi tersebut.
Liat Hwe Cousu melepaskan lempengan besi itu, dan
lempengan besi itu jatuh di atas batu besar tersebut

1584
Ketika lempengan besi itu jatuh di atas batu besar,
terdengar pula suara Trang Trang Trang" tiga kali
memekakkan telinga, Liat Hwe Cousu terperanjat dan
langsung mencelat ke belakang karena khawatir akan adanya
serangan senjata rahasia, Tapi apa yang dikhawatirkannya itu
tidak terjadi,
Mereka bertiga memandang lempengan besi itu. Bukan
main tebalnya, Mungkin beratnya mencapai sepuluh ribuan
kati!
Hanya terdengar suara Trang" tiga kali di dalam kuburan,
tapi tiada serangan senjata rahasia, itu membuat Liat Hwe
Cousu terheran-heran, setelah berpikir sejenak, barulah dia
berkata,
"Jangan terlampau cepat masuk, Seh tua banyak akalnya!
Setelah bunyi itu, mungkin akan meluncur keluar senjata
rahasia,"
Walau Lu Leng dan Toan Bok Ang memandang rendah Liat
Hwe Cousu, namun mereka berdua tahu bahwa Liat Hwe
Cousu amat berpengalaman maka menurut saja.
Cukup lama mereka bertiga berdiri di pinggir lobang itu,
tapi tetap tiada serangan senjata rahasia dari dalam lobang
kuburan tersebut
"Liat Hwe Cousu, kok hening saja di dalam lobang
kuburan?" tanya Toan Bok Ang. sedangkan Liat Hwe Cousu
juga merasa heran dalam hati, Setelah berpikir sejenak
barulah dia berkata,
"Mungkin hanya merupakan permainan Seh tua, itu sulit
dikatakan."

1585
"Daripada kita menunggu terlalu lama, lebih baik masuk
melihat-lihat, sebab hari sudah hampir malang" kata Lu Leng.
Lu Leng maju selangkah, namun Liat Hwe Cousu cepatcepat
mencegah nya.
“Tunggu!" katanya,
Badannya bergerak dan dalam sekejap sudah berada di
hadapan Lu Leng. Pemuda itu membiarkannya berjalan lebih
dulu. Liat Hwe cousu meloncat ke dalam lobang itu lalu disusul
oleh Lu Leng dan Toan Bok Ang.
Ternyata di dalam lobang itu terdapat sebuah ruang batu
yang amat besar, Di tengah-tengah ruangan itu terdapat
sebuah peti mati yang terbuat dari tembaga, Selain itu tidak
tampak barang lain, Kecuali sebuah pipa panjang menempel di
dinding batu, yang mulutnya mengarah ke atas, Liat Hwe
Cousu menunjuk pipa itu seraya berkata,
"Heran! Tadi terdengar suara Trang" tiga kali, seharusnya
ada senjata rahasia menyerang keluar!"
Lu Leng juga merasa heran.
"Mungkin sudah terlampau lama, maka tidak dapat
berfungsi sebagaimana mesti nya."
Dia maju beberapa langkah, lalu memungut ujung baju
yang tadi terjepit di lempengan besi, Namun ujung baju itu
langsung hancur
"Lu Siauhiap, menurutmu ujung baju milik siapa itu?"
tanya Toan Bok Ang.

1586
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala.
"Bagaimana aku tahu? Di dalam ruang ini tidak terdapat
barang lain. Rupanya Panah Bulu Api berada di dalam peti
mati tembaga itu."
Saat ini, Lu Leng merasakan adanya gelagat
ketidakberesan, namun tidak bisa menduga apa yang akan
terjadi, Ujung baju dan tadi berbunyi "Trang" tiga kali, itu
sungguh merupakan hal yang amat mencurigakan
Sedangkan Liat Hwe Cousu sudah mendekati peti mati
tembaga itu dan memperhatikannya dengan seksama.
Di atas peti mati tembaga itu juga terdapat sebuah gelang,
Lama sekali Liat Hwe Cousu memperhatikan peti mati
tembaga itu. Kemudian dia menjulurkan tangannya untuk
memegang gelang tersebut lalu ditariknya ke atas dengan
sekuat tenaga, sehingga tutup peti mati tembaga itu terangkat
ke atas.
Di saat bersamaan, terdengar bunyi Trang . Trang" dua
kali di dalam peti mati tembaga itu.
Liat Hwe Cousu cepat-cepat mencelat ke belakang tapi
tidak melepaskan tutupan peti mati tembaga itu. Lu Leng dan
Toan Bok Ang juga mencelat ke belakang, ke sudut ruang
batu, Sepeminum teh kemudian, barulah suara di dalam peti
mati tembaga itu berhenti.
Akan tetapi, sama sekali tidak ada senjata rahasia
menyerang keluar Kemudian terdengar suara "Trang" ,
ternyata Liat Hwe Cousu menaruh tutup peti mati tembaga ke
bawah.

1587
Mereka bertiga memandang ke dalam peti mati tembaga
itu, Tampak seorang wanita tua berbaring di dalam wajahnya
masih seperti hidup, rambut putih keperak-perakan, dan di
mulutnya terdapat sebutir mutiara, Akan tetapi, di dalam peti
mati tembaga itu tidak terdapat panah Bulu Api.
Mereka bertiga tertegun Kemudian Liat Hwe Cousu maju
dua langkah, dan memperhatikan ke dalam peti mati tembaga
itu, Air mukanya berubah hebat seraya berkata.
"Kita datang terlambat!"
Betapa terkejutnya Lu Leng, karena mereka bertiga boleh
memasuki makam tersebut, lantaran Mo Liong Seh Sih
mengorbankan nyawanya, seandainya mereka datang
terlambat, bukankah sia-sia pengorbanan Mo Liong Seh Sih?
seketika Lu Leng berdiri termangu-mangu di tempat sepasang
kakinya terasa berat sekali, tak mampu bergerak.
Wajah Toan Bok Ang pun berubah,
"Liat Hwe Cousu, bagaimana kita bisa datang terlambat?"
tanyanya,
Liat Hwe Cousu menunjuk ke dalam peti mati tembaga itu
seraya berkata,
"Kalian lihatlah!"
Toan Bok Ang masih mengira Liat Hwe Cousu menunjuk
mayat yang ada di dalam peti mati tembaga itu.
"Mungkin Panah Bulu Api berada di bawah mayat itu,
Lebih baik kita...."

1588
Sebelum Toan Bok Ang usai berkata, Liat Hwe Cousu
sudah tertawa dingin.
"Kau jangan bermimpi. Lihatlah!"
Toan Bok Ang maju dua langkah lalu melihat ke dalam peti
mati tembaga itu dengan penuh perhatian Peti mati tembaga
itu amat besar, Di sisi mayat terdapat tujuh lekukan, jelas ada
barang yang amat berat ditaruh di situ sehingga berbekas.
Begitu melihat lekukan-lekukan itu, Toan Bok Ang segera
dapat menduga, pasti bekas ketujuh batang Panah Bulu Api,
yang kini telah hilang entah ke mana.
Panah Bulu Api merupakan benda pusaka dalam rimba
persilatan maka tidak mungkin akan terbang dengan
sendirinya.
Pasti ada orang memasuki makam Nyonya Mo Liong Seh
Sih, mencuri ketujuh batang Panah Bulu Api tersebut.
Toan Bok Ang menoleh untuk memandang Lu Leng.
Dilihatnya pemuda itu masih berdiri mematung seperti
kehilangan sukma.
Gadis itu tahu bahwa saat ini batin Lu Leng mengalami
pukulan berat Bukan hanya karena dia tidak dapat
memperoleh Panah Bulu Api, tapi juga karena amat berduka
atas kematian Mo Liong Seh Sih.
Perlahan-lahan Toan Bok Ang mendekatinya, kemudian
berkata dengan suara rendah.
"Lu Siauhiap, Panah Bulu Api telah dicuri orang."

1589
Lu Leng tidak menyahut, namun mendadak berteriakteriak.
“Tidak! itu tidak mungkin!"
Toan Bok Ang menghela nafas panjang.
"Lu Siauhiap, Panah Bulu Api akan lahir dalam rimba
persilatan, tentunya akan dapat dicari jejaknya, maka kau
jangan putus asa!" katanya.
Lu Leng memandang Toan Bok Ang dengan tertegun,
kemudian air matanya meleleh. Ternyata dia teringat akan
kematian Mo Liong Seh Sih.
Sedangkan Liat Hwe Cousu berjalan ke sana ke mari,
kelihatannya sedang menyelidiki sesuatu, setelah itu, dia
memungut ujung baju yang telah hancur itu dengan hati-hati
sekali.
Kini mereka bertiga sudah tahu bahwa Panah Bulu Api
telah dicuri orang, namun tidak tahu kapan dicuri, Hal itu
memang sulit dimengerti.
Ujung baju yang terjepit di lempengan itu jelas baju orang
yang mencuri Panah Bulu Api, sedangkan bunyi "Trang" yang
mereka dengar, tentunya karena makam itu pernah dibuka
orang, maka tiada senjata rahasia menyerang keluar
Toan Bok Ang melihat badan Lu Leng bergoyang-goyang
seakan mau jatuh. Gadis itu tahu bahwa hati Lu Leng amat
berduka. Maka dia cepat-cepat memapahnya agar tidak jatuh.
Di saat itulah, mendadak Liat Hwe Cousu berseru girang,
Toan Bok Ang mengerutkan kening, panah Bulu Api telah

1590
hilang dicuri orang, tapi Liat Hwe Cousu kok masih berseru
girang?
Gadis itu segera memandang Liat Hwe Cousu. Di lihatnya
ketua Hwa San Pai itu masih menundukkan kepala meneliti
ujung baju yang dipungutnya tadi.
Tak lama Liat Hwe Cousu berseru girang lagi, lalu
menyimpan ujung baju itu ke dalam jubahnya dengan hatihati
sekali dan wajahnya tampak berseri-seri.
Menyaksikan tingkah ketua Hwa San Pai itu Toan Bok Ang
tergerak hati nya.
"Liat Hwe Cousu, apakah kau sudah mengetahui siapa
yang memasuki makam ini berdasarkan potongan ujung baju
itu?"
Berdasarkan potongan ujung baju untuk mengetahui siapa
pencuri panah Bulu Api itu, sesungguhnya merupakan hal
yang amat sulit.
Tapi Liat Hwe Cousu malah tampak begitu girang, maka
membuat Toan Bok Ang terheran-heran dan tidak habis pikir
Liat Hwe Cousu tidak menyahut, hanya tertawa gelak,
Kemudian mendadak badannya bergerak dan langsung
melesat keluar melalui lobang itu.
Saat ini, Lu Leng amat berduka atas kematian Mo Liong
Seh Sih, maka sama sekali tidak memperhatikan gerak-gerik
Liat Hwe Cousu.
* * * *

1591
Bab 74
Lain halnya dengan Toan Bok Ang. Ketika melihat Liat Hwe
Cousu mendadak melesat keluar, gadis itu segera tahu adanya
gelagat ketidakberesan, Apalagi melihat Liat Hwe Cousu
menoleh ke arah mereka sambil tersenyum, Dalam hatinya
sudah menduga bahwa ketua Hwa San Pai itu mempunyai niat
tidak baik, Maka dia segera menarik Lu Leng seraya berkata.
"Mari kita cepat keluar!"
Lu Leng yang ditarik, kelihatannya masih tidak mau
meninggalkan kuburan itu,
"Mengapa?"
Toan Bok Ang melihat Liat Hwe Cousu sudah hampir
menerobos keluar melalui lobang itu, maka guguplah hatinya,
“Cepat! Cepat!"
Mereka berdua mencelat ke atas, namun Liat Hwe Cousu
sudah keluar dari lobang itu.
Toan Bok Ang terkejut bukan main dan langsung
berteriak-teriak sekeras-kerasnya.
"Liat Hwe Cousu, kalau kau berniat jahat, Thian (Tuhan)
pasti menghukummu!"
Di saat bersamaan terdengar suara "Blam"
menggoncangkan kuburan itu dan memekakkan telinga Toan

1592
Bok Ang serta Lu Leng, sehingga membuat badan mereka
merosot ke bawah.
Ternyata Liat Hwe Cousu menutup lobang itu dengan
lempengan besi yang amat berat itu, maka menimbulkan
suara "Blam"!
Dapat dibayangkan betapa terperanjatnya Toan Bok Ang
dan Lu Leng, akhirnya badan mereka merosot kembali ke
bawah.
Mereka berdua berdiri tertegun. Kemudian Toan Bok Ang
mendekap di dada Lu Leng, dan isak tangisnya pun meledak.
Padahal Lu Leng ingin mengelak, tapi terlambat sehingga
wajahnya menjadi memerah saking jengah-nya.
Toan Bok Ang mendongakkan kepala memandang Lu
Leng, Walau air matanya meleleh, namun wajahnya tampak
gembira
"Lu Siauhiap, tak disangka... kita akan mati bersama di
dalam kuburan ini!"
Ucapan gadis itu penuh mengandung cinta kasih yang
amat mendalam, Walau hatinya berduka karena akan mati di
dalam kuburan itu, namun merasa puas karena akan mati
bersama Lu Leng,
Sebaliknya bagi Lu Leng, ucapan itu bagaikan jarum
menusuk ke dalam hati nya. Sebab dia teringat akan dendam
kedua orangtuanya, juga teringat akan kematian Mo Liong Seh
Sih bagaimana dapat terwujud semua itu?

1593
Mendadak Lu Leng mendorong, sehingga Toan Bok Ang
terdorong mundur beberapa langkah. Lalu dia mendongakkan
kepala dan berteriak-teriak.
"Liat Hwe Cousu! Bagus, bagus sekali...!"
Saking kesalnya, Lu Leng tidak tahu harus bagaimana
mencaci Liat Hwe Cousu yang amat licik itu,
Akhirnya dia jatuh terduduk di sisi peti mati tembaga, lalu
menghela nafas panjang, wajahnya tampak lesu, tak
bersemangat sama sekali.
"Nona Toan, sesungguhnya Liat Hwe Cousu tidak perlu
mencelakai kita dengan cara demikian Tapi,., kenapa dia
mencelakai kita?"
Setelah terdorong mundur oleh Lu Leng, hati Toan Bok
Ang amat berduka sekali dan dia terus berdiri terpaku di
tempat
Ketika mendengar pertanyaan Lu Leng, barulah dia
menyahut.
"Dilihat dari ketika dia melesat keluar, sepertinya dia
sudah tahu siapa pencuri Panah Bulu Api."
Lu Leng tertegun lalu mendongakkan kepala memandang
Toan Bok Ang.
"Oh, ya?"
Toan Bok Ang melangkah perlahan mendekati

1594
Lu Leng, kemudian berkata dengan perlahan
"Menurutku memang begitu, Saat itu hatimu sedang
berduka, maka tidak memperhatikan gerak-gerik Liat Hwe
Cousu, Dia membolak-balik potongan ujung baju itu,
kemudian berseru girang dan melesat keluar.
Lu Leng menghela nafas.
"Kalau begitu, kita berdua justru merupakan duri dalam
matanya. Dia tahu jejak Panah Bulu Api itu. Apabila kita masih
hidup, tentunya kita akan menyiarkan berita itu. seandainya
kita mati, bukankah dia seorang diri akan memperoleh Panah
Bulu Api itu? Dia berkepandaian amat tinggi, lagipula
berkedudukan tinggi dalam rimba persilatan. Siapa akan tahu
dia berhati begitu licik dan rendah?"
Toan Bok Ang juga menghela nafas panjang.
"Aaaah! Seh Locianpwee menganggapnya sebagai orang
gagah, maka tidak menyangka dia akan berbuat begitu.
Lu Leng menundukkan kepala, Toan Bok Ang maju
selangkah lagi seraya berkata dengan lembut sekali.
"Lu Siauhiap, kau jangan terlampau berduka!"
Lu Leng mendongakkan kepala.
"Bagaimana aku tidak berduka?"
Toan Bok Ang menyeka air matanya, kemudian
memandang Lu Leng sambil tersenyum.

1595
"Lu Siauhiap, kau tidak perlu berduka! Liat Hwe Cousu
mencelakai kita, itu hanya demi nama saja, setelah dia
memperoleh panah Bulu Api, tentunya akan pergi menghadapi
Liok Ci Khim Mo. Walau kita harus mati di sini, juga tidak akan
merasa penasaran, kan?"
Lu Leng tersenyum getir
"Kalau memang begitu, tentunya aku tidak akan mati
penasaran."
Toan Bok Ang menggenggam tangan Lu Leng,
"Lu Siauhiap, lempengan besi itu di atas dan amat berat
Kita berada di bawah, tentunya tidak dapat mengangkatnya,
Hidup dan mati sudah ditakdirkan maka kita tidak perlu
bermuram durja, Alangkah baiknya kita bergembira sebelum
mati, mau tunggu apa lagi?"
Ketika berkata demikian, wajah Toan Bok Ang tampak
memerah. Lu Leng berpikir, memang ada benarnya apa yang
dikatakan gadis itu, Tapi seandainya dirinya bersama Tam
Goat Hua, sudah pasti tidak akan mati penasaran di dalam
kuburan tersebut Namun kini Tam Goat Hua entah berada di
mana, sedangkan dirinya justru bersama Toan Bok Ang
terkurung di dalam kuburan itu, Setelah berpikir sejenak,
akhirnya Lu Leng menarik nafas panjang,
"Nona Toan, aku sungguh sulit melaksanakannya."
Toan Bok Ang mendongakkan kepala, lalu berkata dengan
suara rendah.
"Lu Siauhiap, walau aku tidak mau mati, namun sebelum
mati bisa bersamamu, aku... aku sudah merasa puas sekali,

1596
Kau... kau tidak mau, apakah kau sama sekali tidak tahu
perasaanku?"
Lu Leng menghela nafas.
"Nona Toan, aku tahu bagaimana perasaanmu...."
Toan Bok Ang menggenggam tangannya erat-erat
"Kalau begitu, kau... tidak mencintaiku?"
Lu Leng memandang Toan Bok Ang, lama sekali barulah
berkata.
"Nona Toan, hari itu apa yang terjadi di Cing Yun Ling, kau
pun hadir di situ. Bagaimana isi hatiku, tentunya kau sudah
tahu."
Mendengar itu, air mata Toan Bok Ang langsung meleleh.
"Lu Siauhiap, aku memang tahu kau mencintai Nona Tam.
Aku pun pernah memperingatkan diriku sendiri hingga
beratus-ratus kali, jangan mencintai-mu. Tapi... justru amat
mencintaimu. Lagipula Nona Tam... tidak akan mencintaimu.
Ketika kita ditaruh di satu ranjang, aku... aaah! Kenapa kau
begini terhadapku?"
Lu Leng menghela nafas panjang lagi.
"Nona Toan, aku... aku tidak seharusnya...."
"Lu Siauhiap, aku tidak menyalahkanmu."

1597
"Nona Toan, aku... ketika aku siuman, aku tidak tahu
bahwa kau yang ada di dekatku, melainkan aku mengira Nona
Tam."
"Hah?" Wajah Toan Bok Ang berubah pucat pias,
kemudian termundur-mundur beberapa langkah dengan bibir
bergemetar. "Kalau begitu, aku... aku selama ini bertepuk
sebelah tangan?"
Lu Leng tidak tahu harus bagaimana menghibur gadis itu.
"Nona Toan, aku... aku.,." katanya gagap.
Toan Bok Ang menggoyang-goyangkan sepasang
tangannya Air matanya berderai-derai, lalu membalikan
badannya.
"Lu Siauhiap, kenapa hatimu begitu tegar katanya terisakisak.
Lu Leng tidak menyahut
"Kita berdua sudah pasti tidak bisa keluar dari kuburan ini
dan akan mati bersama di sini. Kalau hari itu kau monganggap
diriku Nona Tam, tidak seharusnya kau berterus terang
sekarang, sehingga membuat hatiku menjadi hancur lebur.
sebelum mati aku ingin bergembira, tapi justru tidak bisa!"
Sesungguhnya entah berapa kali Lu Leng ingin berterus
terang kepada gadis itu, namun tiada kesempatan Kali ini ada
kesempatan, sebaliknya malah melukai hati gadis itu.
Dia tertegun, kemudian mendongakkan kepala
memandang ke atas dan mendadak melesat ke atas sambil

1598
melancarkan sebuah pukulan ke arah lempengan besi yang
menutupi lobang itu,
Blam!
Begitu keras pukulannya, sehingga tangan Lu Leng terasa
sakit sekali Namun lempengan besi itu tidak bergerak sama
sekali. Ketika mendengar suara itu, Toan Bok Ang
mendongakkan kepala memandang ke atas. Kebetulan badan
Lu Leng sedang merosot ke bawah, sehingga matanya beradu
dengan mata Toan Bok Ang. Mata gadis itu tampak begitu
sayu, membuat hati Lu Leng terasa tertusuk dan sekilas
timbullah suatu pikiran dalam benaknya
Kini mereka berdua terkurung di dalam kuburan di tempat
yang amat sepL Waiau dia terus memukul lempengan besi itu,
bagaimana mungkin ada orang mendengarnya. Lu Leng dan
Toan Bok Ang akan mati di dalam kuburan, itu memang nyata,
lalu kenapa harus membuat hati gadis itu menjadi sedih ?
Oleh karena itu, Lu Leng mengambil suatu keputusan dan
setelah sepasang kakinya menginjak lantai, dia segera berkata
"Nona Toan, ketika itu aku memang begitu, apakah kau
menghendaki orang yang kau cintai mendustaimu?"
Toan Bok Ang tersenyum getir,
“Tiap gadis yang di dunia, tentu tidak mau orang yang
dicintainya mendustai dirinya." sahutnya,
"ltu memang benar Lalu kenapa aku berterus terang, tapi
kau malah bilang hatiku begitu tega?" tanya Lu Leng,
"Lu Siauhiap, jelas kau tidak mencintaiku, kenapa kau
tidak mau membuat hatiku gembira sedikit? Hatimu

1599
memang..." sahut Toan Bok Ang sambil menggelenggelengkan
kepala,
Karena tahu sudah tidak bisa keluar dari kuburan itu,
maka Lu Leng mengambil suatu keputusan, agar Toan Bok
Ang tidak mati penasaran. Maka seusai gadis itu berkata, Lu
Leng tersenyum seraya berkata,
"Nona Toan, siapa bilang aku tidak mencintaimu?"
Badan gadis itu tergetar, kelihatannya seperti tidak
percaya akan pendengarannya. Apa yang diucapkan Lu Leng
barusan, merupakan ucapan yang amat manis dan indah. Dia
tertegun dan air matanya berderai-derai. itu bukan air mata
duka, melainkan air mata yang penuh kegembiraan. Lama
sekali, barulah dia bertanya dengan suara yang amat lembut
"Kalau begitu, kau... kau juga mencintaiku ?"
Lu Leng memejamkan mata, Di pelupuk matanya justru
muncul bayangan Tam Goat Hua, bahkan sepertinya Tam
Goat Hua bertanya kepadanya," Apakah kau mencintai Toan
Bok Ang?"
Dalam hatinya menjawab dengan cepat sekali, yakni
"Tidak!"
Akan tetapi, di mulutnya justru menjawab
"Ya."
Toan Bok Ang segera maju dua langkah,
"Lu Siauhiap, kalau begitu, kau rela mendampingiku
seumur hidup?"

1600
Lu Leng memandang ke sekeliling kuburan, yang
dimaksudkan seumur hidup tentunya hanya sembilan, sepuluh
hari saja. Apa salahnya menjawab "Rela" agar tidak
mengecewakan hati gadis itu. Oleh karena itu, dia menyahut
"Rela!"
Betapa gembiranya Toan Bok Ang, Dia langsung
mendekap di dada Lu Leng dan Lu Leng segera memegang
bahunya. Toan Bok Ang mendongakkan kepala untuk
memandangnya seraya bertanya.
"Kau... tidak sekedar mengbiburku?H
Lu Leng berpikir sejenak, kemudian menggelengkan
kepala,
"Untuk apa aku membohongimu?"
Toan Bok Ang masih kurang percaya, maka bertanya lagi.
"Kalau begitu, kau tidak akan mencintai Nona Tam?"
Begitu Tam Goat Hua diungkit, hati Lu Leng terasa seperti
ditusuk,
"Apa gunanya aku mencintainya lagi? sedangkan dia... dia
amat membenciku."
Kali ini Lu Leng menyahut dengan sejujumya. Mendengar
ucapan itu, wajah Toan Bok Ang langsung berseri
"Kini aku adalah gadis yang paling berbahagia di dunia."
katanya,

1601
Lu Leng tersenyum.
"Kau dan aku akan mati di sini, kenapa kau masih merasa
bahagia?"
"Asal bersamamu, aku pasti merasa bahagia, Tahukah
kau, ketika aku melihatmu di Cing Yun Ling gunung Go Bi San,
hatiku terus berdebar-debar lho!" sahut Toan Bok Ang
sungguh-sungguh,
Lu Leng memandangnya seraya berkata,
"Aku sama sekali tidak tahu, aku memang bodoh."
Toan Bok Ang tertawa cekikikan dan mulai menari di
hadapan Lu Leng, Begitu gemulai dan indah tariannya,
wajahnya tersenyum-senyum, pertanda hatinya gembira
sekali.
Lu Leng menatapnya sejenak, lalu berkata,
"Nona Toan.,.-"
Toan Bok Ang cepat-cepat menghampirinya lalu menutup
mulut Lu Leng dengan tangannya seraya berkata,
"Aku melarangmu memanggilku demikian."
"Kalau begitu, aku harus memanggilmu apa?"
"Berapa usiamu tahun ini?" Gadis itu balik bertanya,
"Delapan belas tahun," jawab Lu Leng,

1602
Toan Bok Ang tertawa kecil,
"Aku lebih tua dua tahun, kau harus panggilku apa?"
"Kakak Ang," sahut Lu Leng dengan suara rendah.
Wajah Toan Bok Ang tampak kemerah-merahan.
"lni baru benar " katanya,
Lu Leng melihat gadis itu begitu gembira, hatinya pun
terhibur.
"Kakak Ang, mari kita tutup kembali peti mati tembaga itu,
barulah kita bercakap-cakap.
Toan Bok Ang mengangguk.
"Betul. Panah Bulu Api sudah tidak ada, kita tidak boleh
membiarkan mayat Nyonya Mo Liong Seh Sih terus terhembus
angin."
Lu Leng dan Toan Bok Ang mengangkat tutup peti mati
tembaga itu untuk diterapkan pada petinya, Namun tiba-tiba
Toan Bok Ang melihat suatu benda di dalam peti mati
tembaga itu.
"Adik Leng, tunggu!" serunya.
Lu Leng tercengang mendengar seruan gadis itu,
"Tunggu apalagi?"

1603
Toan Bok Ang menyahut sambil memandang ke dalam peti
mati tembaga itu,
"Lihatlah! Mayat Nyonya Mo Liong Seh Sih sepertinya
menindih sesuatu."
Lu Leng memandang ke dalam peti mati tembaga itu,
Dilihatnya di dekat kaki mayat ada sesuatu yang menonjol ke
atas. Menyaksikan itu, hati Lu Leng bergerak, dan dia segera
berkata.
"Kita lihat dulu ada apa di bawah kaki mayat itu."
Toan Bok Ang mengangguk Lalu mereka berdua menaruh
tutup peti mati tembaga itu ke bawah, setelah itu Lu Leng
menyingkap ujung gaun Nyonya Mo Liong Seh Sih. Ternyata di
situ terdapat dua buah benda berbentuk bulat, juga terbuat
dari tembaga.
Menyaksikan kedua benda itu, Lu Leng menjadi kecewa.
"ltu pasti alat yang menggerakkan senjata rahasia."
katanya.
Toan Bok Ang malah menggelengkan kepala.
"Tidak benar. Alat yang menggerakkan senjata rahasia
berada di dinding."
Toan Bok Ang menunjuk ke arah dinding, Memang di
dinding itu terdapat banyak lobang yang sepertinya
menyimpan senjata rahasia. Lalu apa gunanya kedua benda
bulat itu? Lu Leng terus berpikir, kemudian menjulurkan
tangan nya untuk mengambil kedua benda itu, namun tak
terangkat Lu Leng mengerutkan kening, lalu memutar kedua

1604
benda itu ke kiri dan ke kanan. Benda itu bergerak, dan dalam
waktu bersamaan terdengar suara "Kreek", peti mati tembaga
itu tergeser ke samping.
Lu Leng dan Toan Bok Ang memandang ke tempat itu,
Mereka melihat sebuah lobang yang amat gelap, Toan Bok
Ang segera mengeluarkan senjata Sian Tian Sin So pemberian
Mo Liong Seh Sih, lalu di lempar ke atas dan senjata itu
memancarkan cahaya putih.
Mereka berdua segera memandang ke dalam lobang itu,
Tampak sebuah ruang batu dan sebuah peti mati tembaga
pula, Ruang bata itu mirip ruang tempat mereka berada,
hanya saja di sisi peti mati tembaga itu terdapat sosok
kerangka manusia, namun pakaiannya masih utuh.
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandang, Tempat ini
adalah makam Nyonya Mo Liong Seh Sih, tapi kenapa muncul
dua buah peti mati tembaga? Siapa pula yang berada di dalam
peti mati tembaga yang satu itu?
Mereka berdua terheran-heran. Mendadak hati Toan Bok
Ang tergerak dan seketika juga dia membalikkan badannya,
sekaligus menjulurkan tangannya menyentil wajah Nyonya Mo
liong Seh Sih.
"Jangan merusak wajah Nyonya Mo Liong Seh Sih!" seru
Lu Leng.
Namun telunjuk Toan Bok Ang telah menyentil muka Mo
Liong Seh Sih. Terdengar suara "Taak", seperti menyentil
sebuah kayu.
Seketika dalam hati mereka sudah mengerti dan serentak
berseru girang,

1605
"Peti mati tembaga yang di bawah itu, baru benar berisi
mayat Nyonya Mo Liong Seh Sih, Adapun peti mati tembaga
ini hanya berisi sebuah patung kayu." kata Toan Bok Ang.
"Tidak salah. panah Bulu Api juga pasti berada di dalam
peti mati tembaga yang itu." sahut Lu Leng.
Ketika mulai berbicara, wajah Lu Leng tampak berseri
namun usai berbicara, wajahnya malah berubah muram,
kemudian dia menghela nafas panjang.
Tentunya membuat Toan Bok Ang terheran-heran.
"Adik Leng, Panah Bulu Api belum dicuri orang,
seharusnya kau bergembira, tapi kenapa malah bermuram
durja?"
Lu Leng menghela nafas lagi.
"Saat ini, aku justru berharap Panah Bulu Api itu dicuri
orang, dan Liat Hwe Cousu mengetahui jejaknya, Sama sekali
tidak berharap Panah Bulu Api itu masih berada di dalam
makam ini."
Sepasang bola mata Toan Bok Ang berputar sejenak, lalu
dia manggut-manggut seraya berkata.
"Aku mengerti, Adik Leng, Kalau Panah Bulu Api masih
berada di dalam makam ini, tentu akan seperti kita tidak bisa
keluar untuk menghadapi Liok Ci Khim Mo. Ya, kan?"
Lu Leng mengangguk.
"Tidak salah."

1606
"Adik Leng, apakah benar kita tidak bisa keluar dari
makam ini?" tanya Toan Bok Ang.
Pertanyaan tersebut membuat hati Lu Leng tergerak dan
membatin "Benar! Apakah kita tidak bisa keluar? Oh, Lu Leng!
Apakah kau tidak akan mati penasaran di dalam makam ini?"
Setelah membatin, mendadak sepasang matanya
menyorotkan sinar tajam dan penuh percaya diri.
"Mari kita ke bawah melihat-lihat dulu!" sahutnya.
Lu Leng dan Toan Bok Ang segera meloncat ke bawah
melalui lobang itu, Tidak salah, itu memang ruang batu,
Mereka lalu mendekati sosok kerangka manusia itu, Tampak di
bagian tengkorak kepalanya tertembus tiga batang paku
panjang berwarna hitam mengkilap.
Pakaian yang melekat di kerangka itu amat mewah,
berwarna hitam dan merupakan jubah panjang, Di sisi tulang
lengan terdapat sebuah golok yang sudah karatan.
Lu Leng memeriksa pakaian itu, masih utuh, begitu pula
ujung baju itu, Setelah memeriksa pakaian tersebut, barulah
Lu Leng dan Toan Bok Ang membuka tutup peti mati tembaga
itu, lalu memandang ke dalam dengan penuh harapan, Akan
tetapi, setelah memandang ke dalam, wajah mereka berdua
tampak kecewa.
Di dalam peti mati tembaga itu berisi sosok mayat wanita
tua berambut keperak-perakan, persis seperti patung orang
yang ada di dalam peti mati tembaga di ruang atas.
Di sisi mayat itu hanya terdapat bekas Panah Bulu Api, dan
secarik kertas berisi tulisan yang berbunyi demikian.

1607
Seh tua! Seh tua! Dulu kau menghina diriku, kini aku balas
menghina dirimu, Aku mengambil tujuh batang Panah Bulu
Api. Kalau kau merasa tidak senang, kita boleh berduel!
“ada surat itu tidak tertera nama penulisnya, Setelah
membaca, Lu Leng tertegun dan membatin, "Sepertinya aku
mengenali gaya tulisan ini."
Akan tetapi, dia tidak ingat di mana dirinya pernah melihat
gaya tulisan tersebut,
Ketika melihat Lu Leng terus mengerutkan kening, Toan
Bok Ang bertanya dengan lembut.
"Adik Leng, kau sedang memikirkan apa?"
"Aku merasa kenal akan gaya tulisan ini," sahut Lu Leng.
Toan Bok Ang menunjuk kerangka itu.
"Kertas itu pasti peninggalan orang itu." Katanya.
Lu Leng menggelengkan kepala.
"Menurutku bukan, Orang itu memang sengaja ke mari
membongkar kuburan, sedangkan pencuri Panah Bulu Api,
justru tidak sengaja menerobos ke dalam makam ini.
Tulisannya memberitahukan bahwa dulu dia pernah di
pecundang oleh Seh Locian-pwee, maka mengajak Seh
Locianpwee berduel Akan tetapi, Seh Locianpwee berkelana ke
berbagai tempat, sama sekali tidak tahu akan kejadian
tersebut,"
Toan Bok Ang manggut-manggut.

1608
"Memang tidak salah apa yang kau katakan, tapi... kok kau
mengenali gaya tulisan itu?"
Lu Leng mengerutkan kening.
"Aku pun merasa heran. Kalau orang yang kukenali
bagaimana mungkin aku tidak tahu dia memiliki Panah Bulu
Api? Heran! Kok aku mengenali gaya tulisan itu?"
Toan Bok Ang tersenyum
"Adik Leng, kini kau tidak usah memikirkan itu. Yang
penting kita harus berupaya agar bisa keluar dari makam ini,
setelah itu barulah kau memikirkannya lagi."
Lu Leng mengangguk
Makam itu terdapat dua ruangan, jalan keluar satusatunya
hanya melalui lobang yang telah ditutup dengan
lempengan besi. Lalu bagaimana cara kita keluar?
Toan Bok Ang tahu apa yang sedang Lu Leng pikirkan,
maka segera berkata,
"Adik Leng, tadi kupikir kita memang tidak bisa keluar,
namun kini setelah kupikirkan kembali, yakin ada jalannya."
"Jalan apa?" tanya Lu Leng,
Toan Bok Ang menjawab
"Jalan yang kupikirkan itu, mau tidak mau harus
mengganggu mayat Nyonya Mo Liong Seh Sih. Dari dasar ke
atas lobang tertutup itu hanya dua depaan, sedangkan

1609
panjang peti mati tembaga satu depa lebih. Kalau disambung
bisa mencapai dua depa lebih, Asal kita dapat mendorong
lempengan besi itu sampai terbuka sedikit, tentu kita punya
akal untuk keluar,"
Lu Leng memandang peti mati tembaga itu. Dirasanya,
apa yang dikatakan Toan Bok Ang itu masuk di akal, Walau
sulit dilaksanakan namun masih bisa dicoba,
Maka, dia manggut-manggut, lalu bersama Toan Bok Ang
segera berlutut di hadapan peti mati tembaga itu.
"Nyonya tua Mo Liong Seh Sih, kami berdua terpaksa
harus mengganggu ketenanganmu harap memaafkan kami!"
ucap mereka serentak
Usai berdoa, mereka berdua mengangkat mayat Nyonya
Mo Liong Seh Sih lalu ditaruh ke bawah. Berat peti mati
tembaga itu mencapai dua tiga ribu kati, Maka mereka tidak
tahu bagaimana cara menaikkannya ke ruang atas.
Setelah berpikir sejenak, mendadak Lu Leng mengangkat
peti mati tembaga itu seorang diri seraya berseru,
"Kakak Ang, cepat minggir dikit!"
Toan Bok Ang segera minggir Dilihatnya wajah Lu Leng
memerah karena terlampau mengerahkan tenaga,
"Hati-hati, Adik Leng!" serunya,
Lu Leng membentak keras, kemudian melemparkan peti
mati tembaga itu ke atas melalui lobang yang di atas, peti
mati tembaga itu meluncur ke atas lalu terdengar suara hirukpikuk
di atas,

1610
Lu Leng menarik nafas lega, karena telah berhasil
melemparkan peti mati tembaga itu ke ruang atas.
Wajahnya sudah berubah seperti biasa, Toan Bok Ang
memandangnya seraya berkata,
"Adik Leng, tenagamu sungguh besar!"
"ltu dikarenakan aku makan Cit Sek Ling Che, sehingga
Lweekangku bertambah tinggi." sahut Lu Leng,
Toan Bok Ang manggut-manggut, lalu mereka berdua
mencelat ke atas melalui lobang itu.
Sampai di ruang atas, tampak peti mati tembaga itu
menindih peti mati tembaga yang ada di ruang atas,
Lu Leng dan Toan Bok Ang menurunkan peti mati tembaga
itu, lalu menggeserkan peti mati tembaga yang di ruang atas,
Tapi peti mati tembaga tersebut jauh lebih berat dari yang
satu itu, Kalau peti mati tembaga yang di ruangan bawah
seberat itu, Lu Leng pasti tidak mampu melemparkannya ke
atas,
Mereka berdua terheran-heran, karena kedua peti mati
tembaga itu sama besar dan bentuknya pun sama tapi yang
satu itu jauh lebih berat
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandang.
"Mungkinkah patung orang itu amat berat?" katanya. Lalu
segera mengangkat patung orang yang ada di dalam peti mati
tembaga, Ternyata patung orang itu tidak begitu berat
sehingga membuat gadis itu menjadi terheran-heran.

1611
Lu Leng mengerutkan kening terus berpikir, lama sekali
barulah membuka mulut
"Kakak Ang, cobalah kau cari akal agar kita bisa keluar dari
makam ini?"
Toan Bok Ang mengerutkan kening, setelah itu
mengangguk
"Baik, Terlebih dahulu kita harus mendirikan peti mati
tembaga itu."
Lu Leng mengangguk lalu mereka berdua berupaya
mengangkat peti mati tembaga itu agar berdiri
Ketika hampir berdiri, peti mati tembaga itu bergoyanggoyang.
"Cepat menyingkir!" seru Lu Leng.
Dia cepat-cepat menarik Toan Bok Ang meloncat ke sudut
Terdengar suara hiruk-pikuk memekakkan telinga, ternyata
peti mati tembaga itu roboh, seandainya mereka berdua
terlambat menyingkir tulang-tulang mereka pasti remuk
tertimpa peti mati tembaga itu,
Lu Leng menarik nafas dalam-dalam lalu memandang
Toan Bok Ang seraya berkata sambil menggeleng-gelengkan
kepala,
"Kakak Ang, cara ini tidak bisa dilaksanakan"
Toan Bok Ang memandang peti mati tembaga yang roboh
itu, kemudian mendekati dan melongokkan kepalanya ke
dalam.

1612
"Adik Leng, cepat kemari lihat!" panggilnya sambil
menoleh ke arah Lu Leng.
Lu Leng cepat-cepat ke sana, lalu melongokkan kepalanya
juga ke dalam peti mati tembaga itu. Ternyata di dalamnya
terdapat dua cekungan.
"Adik Leng, ternyata dinding peti itu berongga, maka lebih
ringan, Seh Locianpwee tidak memberitahukan tentang itu,
pasti ada sebabnya." kata Toan Bok Ang sambil menunjuk peti
mati tembaga yang lebih ringan.
Lu Leng segera merogohkan tangan ke dalam bajunya
untuk mengeluarkan golok pusakanya,
Trang!
Lu Leng membacok dinding peti mati tembaga yang ringan
itu. Memang benar dinding peti mati tembaga itu berongga
dan kelihatan ada sesuatu di dalamnya.
“Ternyata di dalamnya ada barang!" seru Toan Bok Ang
dengan girang.
Lu Leng tersenyum getir
"Kakak Ang, apa pun yang tersimpan di dalam, percuma
juga kita memperolehnya."
"Sulit dikatakan, Adik Leng, Aku lihat kau bukan orang
yang pendek umur Kita berdua senasib, Kau tidak pendek
umur, begitu pula aku, bukan?"
Lu Leng tersenyum ketika mendengar ucapan gadis itu.

1613
"Kalau begitu, keluarkan saja barang yang di dalam itu!"
Toan Bok Ang mengangguk lalu segera merogohkan
tangannya ke dalam rongga dinding peti mati tembaga itu, Dia
mengeluarkan gulungan kertas, sepertinya sebuah lukisan.
Kertas itu langsung dipaparkannya, Ternyata memang
sebuah lukisan. panjangnya mencapai dua depaan,
gemerlapan entah dibikin dari bahan apa.
* * * *
Bab 75
Bukan lukisan pemandangan, juga bukan lukisan binatang,
melainkan merupakan garis-garis yang tidak karuan Lurus,
bengkok, berbentuk bulat, segi tiga, segi empat dan
menyerupai bentuk manusia tanpa kepala atau tiada kaki
tangannya, justru amat menyeramkan lukisan-lukisan
tersebut.
Lama sekali Lu Leng dan Toan Bok Ang memperhatikan
lukisan-lukisan itu, namun mereka berdua sama sekali tidak
mengerti akan maksudnya.
"Sungguh mengherankan Seh Locianpwee menyimpan
lukisan ini di rongga peti mati tembaga, itu dikarenakan apa?"
ujar Toan Bok Ang,
Lu Leng tersenyum getir
"Selain Seh Locianpwee, orang lain pasti tidak
mengetahuinya!"

1614
"ltu belum tentu, Coba rogoh lagi, mungkin masih ada
barang lain di dalamnya!" kata Toan Bok Ang.
Lu Leng cuma tersenyum getir Toan Bok Ang menatapnya
sejenak, kemudian mulai merogoh ke dalam lagi, namun tidak
menemukan apa pun.
"Sudahlah! Tidak usah mencari lagi! Siapa pun tidak akan
mengerti tentang lukisan ini, lebih baik disimpan saja!"
katanya.
Toan Bok Ang mengangguk Dia segera menggulung
kembali lukisan tersehut, lalu diselipkan di pinggangnya,
sedangkan Lu Leng terus berupaya mendorong peti mati
tembaga itu agar berdiri, namun tidak berhasil juga.
Toan Bok Ang merasa tidak tega menyaksikan nya.
"Adik Leng, kau beristirahatlah dulu!" katanya,
Lu Leng berhenti, lalu memandang Toan Bok Ang.
"Kita berada di dalam makam ini, kian lama ajal kian
mendekat Di sini tiada makanan. Kalau kita terus beristirahat
akan semakin lemah."
Apa yang dikatakan Lu Leng memang benar, pikir gadis
itu. Maka dia menghela nafas panjang seraya berkata.
"Apakah aku boleh bantu?"
Lu Leng berpikir sejenak, setelah itu baru menyahut

1615
" Kalau ada tali, aku akan berdiri di atas peti mati tembaga
yang satu itu, kemudian menarik ke atas peti mati tembaga
yang lain. Apabila kedua peti mati tembaga itu tersambung,
maka tidak begitu sulit mendorong lempengan besi penutup
lobang itu."
"Tapi ke mana mencari tali itu?" sahut Toan Bok Ang.
Berkata sampai di situ, mendadak wajahnya tampak
kemerah-merahan.
"Kecuali... kecuali.,." sambungnya,
Mendadak gadis itu mendekap di dada Lu Leng dan
tawanya pun meledak,
Lu Leng terheran-heran.
"Kakak Ang, apa yang kau tertawakan?"
Toan Bok Ang mendongakkan kepala, wajahnya masih
tampak kemerah-merahan.
"Hanya ada satu cara kita mendapatkan tali, yaitu dari
pakaian kita."
Mendadak itu, Lu Leng menjadi tertegun.
itu memang cara terbaik, namun bagaimana mungkin
mereka berdua membuka pakaian masing-masing?
Ketika Lu Leng ingin menolak, Toan Bok Ang sudah
berkata lagi.

1616
"Adik Leng, sesungguhnya tidak apa-apa."
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala,
"ltu mana boleh?"
"Adik Leng, tadi kau berjanji akan mendampingiku seumur
hidup, maka kita sudah seperti suami istri...."
Berkata sampai di situ, Toan Bok Ang tampak tersipu,
namun dalam hatinya justru berbunga-bunga,
"Maka... harus takut apa?" lanjutnya.
Sebaliknya hati Lu Leng malah berdebar-debar tegang
tidak karuan, sebab tadi dia mengabulkan begitu, hanya
karena yakin mereka tidak bisa keluar dari makam itu, jadi
tidak mau membuat hati gadis itu berduka.
Akan tetapi, setelah menemukan kedua buah peti mati
tembaga, urusan pun menjadi lain, sebab masih ada jalan
untuk meloloskan diri dari makam itu,
Kalau tadi menemukan kedua buah peti mati tembaga,
tentunya dia tidak akan berkata begitu kepada Toan Bok Ang.
Kini dia tidak tahu harus menyesal atau menjelaskannya,
sehingga menjadi diam saja.
Melihat Lu Leng diam, Toan Bok Ang segera berkata
dengan lembut
"Adik Leng, itu benar bukan?"

1617
Lu Leng terus berpikir, sehingga terjadi pertentangan di
dalam hatinya.
"Memang tidak salah katamu, tapi... peti mati tembaga
begitu berat, bagaimana mungkin bisa ditarik ke atas dengan
tali yang dibikin dari pakaian?"
Toan Bok Ang tertegun.
"Kalau begitu, kita pasti akan mati di sini?"
Lu Leng tertawa.
"Kakak Ang, tadi kau bilang, dirimu paling bahagia di
dunia, tapi kenapa kini malah ingin cepat-cepat meninggalkan
makam ini?"
"Sungguh waktu yang singkat kalau kita hidup di dalam
makam ini, Aku... ingin bersamamu puluhan tahun lamanya."
sahut Toan Bok Ang sambil tersenyum
Bukan main terkejutnya hati Lu Leng, Gara-gara Liat Hwe
Cousu, akhirnya harus menanamkan suatu cinta yang sulit
diuraikan
Apabila tidak bisa keluar, itu memang tidak jadi masalah.
Tapi kalau bisa keluar dari makam itu, tentunya akan
menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan. Entah harus
bagaimana menjernihkannya?
Lu Leng tertegun, lama sekali barulah membungkukkan
badannya Maksudnya ingin mengangkat peti mati tembaga itu
agar berdiri.
"Bagaimana kubantumu?" tanya Toan Bok Ang.

1618
"Mungkin percuma," sahut Lu Leng,
Di saat Lu Leng baru mau mengangkat peti mati tembaga
itu, kebetulan melihat lukisan yang menyelip di pinggang Toan
Bok Ang, seketika hatinya tergerak dan timbul suatu ide dalam
hatinya.
"Kakak Ang, aku sudah menemukan tali!"
Toan Bok Ang girang bukan main,
"Di mana?"
Lu Leng menjulurkan tangannya untuk menyambar
gulungan lukisan yang di pinggang gadis itu.
"Lukisan ini panjangnya hampir dua depa, lagipula amat
kuat Kalau dibikin tali, pasti dapat menarik peti mati tembaga
itu."
"Kalau begitu, bukankah lukisan ini akan rusak?" tanya
gadis itu.
Lu Leng tertawa. "Dasar gadis bodoh! Apa gunanya lukisan
itu? Yang penting kita harus keluar dari makam ini!" Toan Bok
Ang melotot "Lain kali kau tidak boleh memanggilku gadis
bodoh lagi!"
Menyaksikan sikap gadis itu, Lu Leng tertawa terbahakbahak
saking gelinya,
"Ha ha ha! Gadis bodoh! Gadis bodoh...."

1619
Toan Bok Ang langsung menghujaninya dengan pukulan
yang tak bertenaga seraya berteriak-teriak.
"Jangan memanggilku begitu! jangan memanggilku
begitu!"
Mendadak Lu Leng tersentak sadar, kenapa dirinya mau
bergurau mesra dengan gadis itu?
Kemudian Lu Leng diam sambil memandang Toan Bok
Ang. Wajah gadis itu kemerah-merahan menambah
kecantikannya Kalau dia belum berhubungan intira dengan
Tam Goat Hua, pasti merasa puas mempunyai istri secantik
itu.
Karena memikirkan itu, akhirnya Lu Leng menghela nafas
panjang,
"Kenapa kau menghela nafas panjang lagi?" tanya Toan
Bok Ang terbelalak.
"Aku sedang berfikir, seandainya aku bisa memperistrimu
sungguh merasa puas, tapi..." sahut Lu Leng,
Dia tidak menyadari bahwa dirinya kelepasan berbicara,
"Jangan dilanjutkan!" potong Toan Bok Ang.
Lu Leng tersentak sadar dan berseru dalam hati "Celaka",
wajahnya langsung memerah dan tidak tahu harus berkata
apalagi.
Toan Bok Ang tersenyum dan menatapnya lembut

1620
"Adik Leng, aku pikir lukisan ini pasti amat penting, Kalau
tidak, bagaimana mungkin Seh Lo-cianpwee menyimpannya di
dalam lapisan peti mati tembaga itu? Maka kau harus hati-haii
memotongnya!" pesannya.
Lu Leng mengangguk dan mulai memotong lukisan itu
menjadi empat potong. Kemudian mereka berdua membuat
seutas tali dengan keempat potong lukisan itu dan akhirnya
berhasil juga,
Lu Leng membacok pinggiran peti mati tembaga itu, lalu
mengikatkan ujung tali istimewa tersebut di bekas bacokan.
Setelah itu dia meloncat ke atas peti mati tembaga yang lain,
sekaligus menarik tali istimewa itu,
Krek! Krek!
Dugaan Lu Leng memang tidak meleset, lukisan itu amat
kuat Walau peti mati tembaga itu amat berat, namun tali
istimewa itu tidak putus ketika ditariknya,
Berselang beberapa saat, barulah Lu Leng berhasil
menarik peti mati tembaga itu ke atas, Namun dia sudah lelah
sekali. Kedua peti mati tembaga itu menyambung menjadi
satu, tapi jarak sampai lobang masih setengah depa,
Toan Bok Ang melihat sekujur badan Lu Leng berkeringat.
Maka dia segera mendekatinya lalu menyeka keringat Lu Leng
dengan ujung bajunya.
"Kau beristirahatlah dulu, biar aku yang mencobanya !"
"Kakak Ang, kau jangan mencobanya, Sebab jarak sampai
lobang masih setengah depa, maka harus membungkukkan
badan, Kalau terlampau menggunakan tenaga, tulang

1621
pinggangmu pasti patah, maka kau jangan mencobanya."
sahut Lu Leng,
Wajah Toan Bok Ang langsung muram.
"Kalau begitu, kau pun jangan mencobanya."
Lu Leng segera duduk bersila di lantai
"Tenagaku lebih besar darimu, tentunya aku harus
mencobanya." sahutnya,
Lu Leng memejamkan matanya, mulai mengerahkan hawa
murni
" Ujung peti mati tembaga itu bisa muat dua orang,
sebentar aku akan ke atas bersamamu" kata Toan Bok Ang.
Lu Leng mengangguk
Berselang beberapa saat kemudian, mendadak Lu Leng
bangkit dari duduknya seraya berseru.
"Kakak Ang, naik.,.!"
Akan tetapi, Lu Leng langsung diam, Ternyata dia tidak
melihat Toan Bok Ang berada di ruang batu itu.
Betapa terkejutnya Lu Leng. Dia menengok ke sana kemari
namun tetap tidak tampak bayangan gadis itu. Ke mana Toan
Bok Ang? Mungkinkah dia bersembunyi untuk menakut-nakuti
Lu Leng?

1622
Oleh karena itu, Lu Leng menahan tawanya, Dia
mendekati lobang yang menuju ke ruang bawah, lalu
melongok ke bawah, Namun di sana hanya tampak mayat
Nyonya Mo Liong Seh Sih dan sosok kerangka itu, tidak
tampak bayangan Toan Bok Ang.
Dia tertegun, kemudian tertawa karena menduga gadis itu
bersembunyi di dalam peti mati tembaga, Dia berjalan ke
depan untuk melihat-lihat dan seketika mulutnya ternganga
lebar.
Ternyata Toan Bok Ang tidak bersembunyi di situ, dan
kedua peti mati tembaga itu tetap kosong.
Hal itu membuat Lu Leng bercuriga, Sejak Mo Liong Seh
Sih bunuh diri hingga dirinya terkurung di dalam makam itu,
sepertinya bagaikan sebuah mimpi buruk, Apakah semua itu
hanya merupakan khayalan belaka ?
Kalau tidak, lalu Toan Bok Ang, menghilang ke mana? Lu
Leng menggigit jarinya, tapi masih terasa sakit itu pertanda
dia bukan sedang dalam keadaan bermimpi.
Lalu dia berteriak-teriak memanggil Toan Bok Ang, namun
tiada sahutan sama sekali
Di dalam makam itu hanya terdapat dua buah ruang batu,
bagaimana mungkin Toan Bok Ang menghilang begitu saja?
Lu Leng berusaha mengingat kembali. Ketika dia baru
mulai mengerahkan hawa murni, masih mendengar Toan Bok
Ang bersenandung, kemudian berjalan mondar-mandir,
setelah itu Lu Leng memusatkan pikirannya, maka tidak
mendengar suara gadis itu,

1623
Bagaimana mungkin dalam waktu sekejap, Toan Bok Ang
menghilang bagaikan usap? Mungkin... di saat Lu Leng sedang
mengerahkan hawa murni, Toan Bok Ang menemukan jalan
rahasia, maka gadis itu berjalan keluar melalui jalan rahasia
tersebut
Akan tetapi, Lu Leng merasa heran. Kalau Toan Bok Ang
menemukan jalan rahasia, kenapa dia tidak berseru girang?
Lagipula tidak mengajaknya?
Lu Leng terus berpikir, akhirnya dia yakin bahwa Toan Bok
Ang telah menemukan jalan rahasia, Kalau tidak, bagaimana
mungkin dia menghilang begitu saja?
Oleh karena itu, Lu Leng mulai mengetuk dinding-dinding
di sekitarnya, Namun bersuara padat, tidak ada yang bersuara
kosong,
Bagian 36
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala. Men-dadak dia
terbelalak, ternyata tali yang dibikin dari lukisan itu pun telah
hilang, itu membuat Lu Leng semakin yakin, bahwa Toan Bok
Ang telah menemukan jalan rahasia, Oleh karena itu, dia pun
terus memeriksa keadaan ruang atas dan ruang bawah.
Namun dia sama sekali tidak menemukan jalan rahasia
yang dimaksud, sehingga hatinya merasa kecewa sekali.
Mungkinkah Toan Bok Ang berhasil mendorong lempengan
besi penutup lobang yang di atas itu? Tentunya tidak
mungkin. pusing Lu Leng memikirkan itu, setelah berpikir

1624
bolak-balik, akhirnya dia mengambil keputusan untuk keluar
dari makam itu,
Lu Leng mencelat ke atas peti mati tembaga yang kedua,
Setelah berdiri di situ, dia menjulurkan sepasang tangannya ke
atas menempel di lempengan besi tersebut
Dia mengerahkan Lweekang mendorong ke atas, lalu
terdengar suara "Krek", Ternyata lempengan besi itu
terdorong ke atas sedikit Betapa girangnya Lu Leng. Lalu dia
kertak gigi mengerahkan Lweekang lagi sambil mendorong,
Krek! Krek!
Matanya terasa berkunang-kunang, Mendadak dia
membentak keras sambil mendorong sekuat te-naganya,
Terdengar suara yang memekakkan telinga, namun di saat
bersamaan mulut Lu Leng menyembur darah segar.
Sedangkan peti mati tembaga yang diinjaknya mulai
bergoyang, Lu Leng tahu bahwa kalau saat ini dirinya terjatuh
ke bawah, pasti akan mati tertindih peti mati tembaga itu,
Maka, dia segera menjulurkan tangannya ke atas untuk
meraih pinggiran lobang lalu merangkak keluar melalui lobang
tersebut
Setelah berada di atas, mendadak matanya menjadi gelap
dan akhirnya dia terkulai pingsan.
Entah berapa lama kemudian, barulah dia siunv an.
Perlahan-Iahan dia membuka matanya, Tampak bintangbintang
bergemerlapan di langit Ternyata hari sudah malam,
Lu Leng merasa sekujur badannya sakit sekali. pakaiannya
penuh noda darah. Dia tidak tahu sudah berapa lama dirinya

1625
pingsan di tempat itu yang paling berat baginya adalah
menahan rasa haus, Namun badannya terasa begitu sakit
maka bagaimana mungkin dia merangkak ke bawah untuk
mencari air? Dia menghela nafas panjang. Lempengan besi itu
begitu berat Dia mendorong hingga terluka dalam, tentunya
tidak mungkin Toao Bok Ang akan berhasil mendorong
lempengan besi itu ke atas.
Kini dirinya sudah berada di atas. Dia berhasil meloloskan
diri dari makam itu, Namun Toan Bok Ang menghilang ke
mana, dia masih tidak mengerti
Perlahan-lahan Lu Leng bangun duduk, Tiba-tiba dia
terbelalak, seakan melihat sesuatu yang aneh di sisinya,
bahkan dia tidak percaya akan penglihatannya sendiri
Dia segera mengucek-ngucek matanya, kemudian melihat
lagi Ternyata di sisinya terdapat sebuah keranjang berisi
berbagai macam buah-buahan. Dia memang sedang haus dan
lapar, maka langsung disantapnya buah-buahan itu dengan
lahap sekali.
Setelah menyantap belasan buah-buahan itu, rasa haus
dan laparnya hilang seketika, bahkan semangatnya mulai
timbul
Dia bangkit berdiri sambil menengok ke sana ke mari tapi
tidak tampak seorang pun di sekitarnya.
Lu Leng tercengang, kemudian berseru-seru.
"Entah sobat dari mana yang menyediakan buah-buahan
untukku, aku sungguh berterima kasih! Harap sobat
memunculkan diri!"

1626
Walau Lu Leng berseru berulang-ulang, namun tiada
sahutan sama sekali,
Lu Leng semakin tercengang, Dia berjalan ke sana ke mari
namun keadaan di sekelilingnya tetap sunyi sepi tidak ada
orang kecuali dirinya.
Lu Leng duduk bersila menghimpun hawa murni untuk
mengobati hika dalamnya Entah berapa lama kemudian,
barulah dia membuka matanya dan luka dalamnya sudah
hampir sembuh, hari pun sudah mulai terang,
Ketika dia membuka matanya, hidungnya mengendus
aroma daging yang amat harum, nyaris membuat air liurnya
menetes!
Ternyata di hadapannya terdapat sepotong paha rusa
panggang, masih mengepulkan asap, Lu Leng menduga yang
mengantar paha rusa panggang itu adalah orang yang
mengantar buah-buahan untuknya sema!am,
Tanpa sungkan-sungkan lagi, langsung disanv barnya
paha rusa panggang itu, lalu disantapnya dengan lahap sekali
sungguh lezat dan wangi paha rusa panggang itu, Namun
tiba-tiba dia berhenti menyantapnya.
Ternyata matanya melihat sebaris tulisan di atas batu yang
di hadapannya Tulisan itu berbunyi demikian.
Orang yang amat kau cintai, ada kesulitan di telaga Tong
Ting, Cepat pergilah kau menolongnya!
Setelah membaca tulisan itu Lu Leng tertegun, kemudian
berseru beberapa kali dan mencari ke sana ke mari Namun
tetap tiada sahutan,

1627
Oleh karena itu, dia cepat-cepat menghabiskan
makanannya, karena yakin orang yang meninggalkan tulisan
itu, pasti tokoh tingkatan tua yang mengenali dirinya. Yang
dimaksudkan orang yang ada kesulitan di telaga Tong Ting,
tentunya Tam Goat Hua.
Hanya saja Lu Leng tidak tahu bahwa Tam Goat Hua
berada di telaga Tong Ting, orang itu justru mengetahuinya.
Letak telaga Tong Ting amat jauh dari tempat itu, yakni
beberapa laksa mil, lalu bagaimana orang itu memperoleh
berita tentang itu?
Lu Leng terus berpikir, mungkin ketika Tam Goat Hua mau
berangkat ke telaga Tong Ting, berjumpa orang itu di sekitar
tempat ini. Karena tahu Tam Goat Hua akan mengalami
kesulitan di telaga Tong Ting, maka orang yang
berkepandaian tinggi itu meninggalkan tulisan untuknya, agar
cepat-cepat menyusul Tam Goat Hua.
Lu Leng merasa masuk akal apa yang dipikirkannya, maka
segera meninggalkan tempat itu dengan hati-hati sekali.
Hampir seharian, barulah Lu Leng keluar dari gunung Tang
Ku Sai. padahal luka dalamnya belum pulih. Akhirnya dia
beristirahat untuk mengobati luka dalamnya,
Hari berikutnya, luka dalam yang dideritanya sudah pulih,
dan itu membuatnya terperangah, karena tidak menyangka
kalau luka dalamnya bisa pulih begitu cepat Namun kemudian
dia menyadari bahwa itu disebabkan oleh Cit Sek Ling Che
yang dimakannya.
Lu Leng segera melanjutkan perjalanan ke arah timur
Sampai di suatu perkampungan dia membeli seekor kuda, lalu

1628
melanjutkan perjalanan siang malam dengan menunggang
kuda.
Belasan hari kemudian, barulah dia memasuki wilayah See
Coan, yaitu wilayah aliran sungai Tiang Kang (Cang Ciang), Di
situ dia mulai melanjutkan perjalanan air.
Karena mengikuti arus, perjalanannya kali ini amat cepat
Lu Leng berdiri di atas perahu, Dilihatnya begitu banyak
perahu sedang berlayar di sungai itu.
Setelah berdiri sejenak, Lu Leng lalu masuk ke dalam
perahu untuk benstirahat, dan saking lelahnya dia langsung
pulas,
Berselang beberapa saat, dia mendusin Walau dia berada
di dalam perahu, namun matanya dapat memandang keluar,
sebab di dalam perahu terdapat sebuah jendela kecil
Kebetulan perahu yang ditumpanginya melewati sebuah
perahu besar, Lu Leng melihat dua orang berdiri di haluan
perahu besar itu,
Kedua orang itu berbadan pendek kecil air muka mereka
tampak serius. Begitu lihat, Lu Leng segera tahu bahwa
mereka berdua kaum rimba persilatan Salah seorang
memegang golok bergerigi, yang satu lagi menggenggam
sebuah gelang tembaga, sebetulnya Lu Leng tidak mau usil
mencampuri urusan orang lain, tapi mendadak salah seorang
itu tertawa dingin seraya berkata,
"Orang marga Tam, apakah kau masih mau bersembunyi?"
Begitu mendengar ucapan itu, tersentaklah hati Lu Leng,
Dia segera menyuruh tukang perahu yang ditumpanginya agar

1629
memperlambat laju perahunya Setelah itu, dia ke depan
perahu lalu berdiri di situ,
Di saat bersamaan, terdengar suara "Ser Ser" dan tampak
dua buah senjata rahasia meluncur secepat kilat ke arah
kedua orang itu.
Kedua orang itu bersiul aneh sambil berkelit dan serentak
membentak dengan suara keras,
"Orang marga Tam, kalau kau tidak mau menyerah,
sebentar lagi Kim Toa Ya (Tuan besar Kim) ke mari, nyawamu
pasti melayang!"
Di dalam perahu besar itu terdengar suara batuk beberapa
kali, menyusul terdengar suara cacian
"Apa itu Kim Toa Ya! Kalau kalian tidak mau pergi, aku
tidak akan berlaku sungkan terhadap kalian!"
Suara cacian itu tidak bertenaga kemudian terbatuk-batuk
beberapa kali lagi
Begitu mendengar suara itu, Lu Leng tahu bahwa orang itu
pasti terluka parah atau dalam keadaan sakit berat
Akan tetapi, Lu Leng merasa mengenali suara itu, maka
cepat-cepat berpesan kepada tukang perahu agar
menunggunya di depan. Setelah itu, dia langsung meloncat ke
perahu besar itu, lalu berdiri di haluan, Kini kepandaian Lu
Leng sudah tinggi sekali, Kehadirannya di perahu besar itu
tidak diketahui siapa pun, sebab gerakannya amat cepat
Lu Leng menggeserkan badannya ke arah jendela perahu
lalu memandang ke dalam. Interior di dalam perahu besar itu

1630
amat sederhana. Di sana hanya terdapat dua buah ranjang
kayu,
Tampak seorang gadis terbaring di atas salah satu ranjang
kayu itu, Badannya tertutup selimut dan dalam posisi
membelakangi Lu Leng. Di ranjang yang satunya lagi duduk
seorang pemuda berpakaian seperti sasterawan,
Siapa pemuda itu? Tidak lain adalah Tam Ek Hui.
Lu Leng sama sekali tidak menduga kalau dirinya akan
berjumpa Tam Ek Hui di perahu besar itu. Maka, dia terkejut
dan merasa heran, sebab pemuda itu adalah putra Cit San Sin
Kun-Tam Sen, yang kepandaiannya lebih tinggi dari Tam Goat
Hua. sedangkan beberapa orang yang di atas perahu besar
itu, kelihatannya berkepandaian biasa, namun kenapa Tam Ek
Hui tidak berani keluar menghadapi mereka?
Lu Leng memperhatikan Tam Ek Hui. Kelihatannya
pemuda itu menderita luka dalam yang belum sembuh.
Bagaimana pemuda itu mengalami luka parah? Di saat Lu
Leng sedang berpikir, mendadak berkelebat dua sosok
bayangan ke dalam. Ternyata kedua orang pendek kecil yang
berdiri di haluan perahu besar tadi. Begitu melihat ada orang
menerjang ke dalam, Tam Ek Hui yang duduk di atas ranjang
langsung menyerang dengan senjata rahasia. Namun sayang
sekali, luncuran senjata rahasia itu tak bertenaga, Kedua
orang itu mengayunkan senjata masing-masing dan berhasil
merontokkan senjata rahasia itu.
Kedua orang itu tertawa puas, sementara gadis yang
berbaring itu, mendadak membalikkan badannya. Lu Leng
segera memandang ke arah gadis itu dan seketika tertegun,

1631
Gadis itu tampak kurus dan sepasang matanya redup tak
bercahaya, Namun Lu Leng mengenalinya, yang tidak lain
adalah Han Giok Shia.
Lu Leng tidak habis pikir, bagaimana mereka berdua
berada di dalam perahu besar itu dan dalam keadaan
mengenaskan?
Kedua orang itu mulai mendekati Tam Ek Hui dan Han
Giok Shia, sedangkan Tam Ek Hui dan Han Giok Shia kelihatan
tak berdaya sama sekali,
Lu Leng tahu bahwa saat ini dirinya tidak boleh tinggal
diam, Maka dia segera mendorong daun jendela, sekaligus
melesat ke dalam, pandangan kedua orang itu menjadi kabur
dan tahu-tahu di dalam ruangan itu sudah bertambah satu
orang lagi.
Kemunculan Lu Leng yang mendadak, membuat kedua
orang itu tertegun, kemudian membentak dengan serentak
"Siapa kau?"
Saat ini, Lu Leng berdiri membelakangi Tam Ek Hui dan
Han Giok Shia, maka mereka berdua tidak tahu yang muncul
itu Lu Leng,
Terdengar Tam Ek Hui berkata dengan suara lemah.
"Sobat, memang gampang memukul mundur kedua orang
itu, tapi di belakang mereka justru terdapat dekingan yang
amat kuat Maka, tidak perlu demi kami yang sudah sekarat ini
kau menanamkan permusuhan dengan mereka."

1632
Apa yang diucapkan Tam Ek Hui, sungguh membuat hati
Lu Leng merasa berduka sekali, Maka tanpa menghiraukan
Tam Ek Hui, dia langsung melancarkan sebuah pukulan ke
arah kedua orang itu.
Kedua orang itu segera menangkis dengan senjata
masing-masing. Lu Leng mendengus, tidak berkelit namun
malah maju selangkah Kemudian terdengar suara "Ser"
ternyata dia telah mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu
jari Mengejutkan Langit),
Senjata kedua orang itu terpental Lu Leng segera
mengayunkan kaki menendang mereka. Sungguh cepat
gerakannya!
Kedua orang itu terpental kemudian terdengar suara "Plum
Plum". Ternyata tubuh mereka berdua sudah jatuh ke dalam
sungai,
Setelah itu, barulah Lu Leng membalikkan badannya,
seketika Han Giok Shia dan Tam Ek Hui berseru kaget dengan
suara lemah,
"Kau!"
Lu Leng segera maju selangkah dan berkata,
"Saudara Tam, Nona Han! Kenapa kalian?"
Bibir Han Giok Shia bergerak, tapi tidak mengeluarkan
suara, sedangkan Tam Ek Hui menghela nafas panjang.
"Aaah! Panjang sekali kalau dituturkan Adik Leng, Kedua
orang itu telah kau hajar, sebentar lagi Kim Kut Lau pasti ke
mari."

1633
Tadi Lu Leng memang mendengar salah seorang yang
berdiri di haluan perahu menyebut "Kim Lo Ya", ternyata yang
dimaksudkan adalah Kim Kut Lau.
Lu Leng tersenyum
"Saudara Tam, legakanlah hatimu! Kalaupun dia ke mari,
apa yang harus ditakuti? Luka yang diderita Nona Han
kelihatannya lebih parah dari lukamu, sebetulnya apa yang
telah terjadi?"
Mendadak wajah Tam Ek Hui tampak memerah pertanda
amat emosi.
"ltu dikarenakan Pat Liong Thian Im." sahutnya,
Bukan main terkejutnya Lu Leng.
"Kalian bertemu lagi Liok Ci Khim Mo?" tanya-nya.
"Itu terjadi setengah bulan yang lalu.,." sahut Tam Ek Hui.
Karena banyak bicara nafasnya menjadi semakin
memburu.
Lu Leng maju ke hadapannya lalu menjulurkan tangannya
untuk memegang dada Tam Ek Hui, Dia tahu bahwa luka
dalam yang diderita Tam Ek Hui parah sekali
Oleh karena itu, Lu Leng segera mengerahkan hawa
murninya untuk mengobatinya. Walau harus kehilangan sedikit
tenaga murninya, Lu Leng sama sekali tidak memikirkan itu.
Tam Ek Hui memejamkan matanya,

1634
"Saudara Lu, lebih baik,., kau mengobati Nona Han dulu!"
katanya lemah.
Lu Leng memang tahu bahwa luka dalam yang diderita
Han Giok Shia lebih parah dari Tam Ek Hui, seharusnya
mengobatinya dulu, Namun Lu Leng merasa tidak enak harus
bersentuhan dengan gadis itu, lagipula Lweekang yang dimiliki
Han Giok Shia berlawanan dengan Lweekangnya.
Han Giok Shia memiliki Thai Im Ciang Hoat yang
mengandung tenaga lunak, sedangkan Lu Leng memiliki Kim
Kong Sin Ci yang mengandung tenaga keras, maka akan
berlawanan sehingga akan berakibat fatal.
Karena itu, dia turun tangan mengobati Tam Ek Hui dulu,
Ketika dia baru mau menjelaskan mendadak suara "Plak" di
belakangnya.
Bukan main terkejutnya Lu Leng, sebab saat ini dia sedang
mencurahkan perhatiannya mengobati Tam Ek Hui dengan
hawa murninya.
Akan tetapi, suara itu amat mencurigakan, maka mau
tidak mau dia harus menoleh ke belakang.
Ternyata dinding ruang itu telah berlobang, sedangkan
Han Giok Shia sudah tidak kelihatan di ranjang.
Betapa terkejutnya Lu Leng. Dia tahu bahwa gadis itu
telah diculik, sedangkan gerakan si penculik begitu cepat,
mungkin tidak akan berhasil mengejarnya.
Kalau saat ini Tam Ek Hui tahu tentang itu pasti celaka,
Sebab Lu Leng sedang menyalurkan hawa murninya ke dalam
tubuhnya untuk mengobatinya. Apabila pemuda itu gugup dan

1635
panik, pasti akan tersesat sehingga menjadi cacat seumur
hidup,
* * * *
Bab 76
Lu Leng memandang Tam Ek Hui. pemuda itu masih
memejamkan matanya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi
Oleh karena itu Lu Leng cepat-cepat berkata, "Saudara
Tam, legakanlah hatimu! Mengenai luka dalam yang diderita
Nona Han, aku punya cara lain untuk mengobatinya,
tenangkanlah hatimu!" Setelah mendengar apa yang dikatakan
Lu Leng, wajah Tam Ek Hui tampak mulai tenang.
"Suara apa tadi?" tanyanya,
"Suara dari perahu lain, entah suara apa," sahut Lu Leng,
Tam Ek Hui manggut-manggut, tidak banyak bertanya
lagu Maka, diam-diam Lu Leng menarik nafas lega,
Walau Han Giok Shia telah diculik orang dan tidak tahu
bagaimana keadaannya namun saat ini Tam Ek Hui tidak akan
mengalami bahaya
Lu Leng pun tidak mau memikirkan itu, karena dia harus
memusatkan perhatiannya untuk mengobati Tam Ek Hui
Berselang beberapa saat, wajah Tam Ek Hui mulai tampak
kemerah-merahan, justru di saat itulah terdengar suara tawa
dingin di luar, kemudian terdengar pula suara parau.

1636
"Ek Hui, aku adalah famili dekatmu, tapi kau malah
bersekongkol dengan orang luar memusuhiku!" Tam Ek Hui
membuka matanya seraya berbisik.
"Saudara Lu, luka dalamku telah sembuh dua bagian,
cepatlah kau pergi menghadapi Kim Kut Lau.
Lu Leng manggut-manggut, lalu menarik kembali
sepasang telapak tangannya yang menempel di dada Tam Ek
Hui. Kebetulan pemuda itu menoleh ke ranjang Han Giok Shia,
Karena ranjang itu kosong, maka Tam Ek Hui tertegun sambil
mengeluarkan suara ,Hah...
Lu Leng tahu bahwa luka dalam yang diderita Tam Ek Hui
baru sembuh dua bagian, Apabila pemuda itu tahu Han Giok
Shia diculik orang, maka luka dalamnya pasti akan bertambah
parah,
Oleh karena itu, Lu Leng segera berkata,
"Saudara Tam, legakanlah hatimu, Nona Han dibawa pergi
oleh seorang tokoh tua rimba persilatan untuk diobati luka
dalamnya."
Tam Ek Hui kurang percaya.
"Siapa tokoh tua itu?" tanyanya dengan gugup,
Apa boleh buat! Lu Leng terpaksa harus terus berdusta,
"Tokoh tua itu menyuruhku menutup mulut Saudara Tam,
pokoknya kau tenang saja!"
Biar bagaimanapun Tam Ek Hui tetap tidak begitu percaya,
sepasang matanya menatap Lu Leng dalam-dalam. Maka

1637
timbul rasa tidak enak dalam hati Lu Leng, sebab selama ini
dia tidak pernah berdusta,
seandainya Tam Ek Hui terus menatapnya mungkin Lu
Leng akan memperlihatkan sikap dusta-nya.
Namun di saat bersamaan, terdengar suara tawa panjang
di luar, sehingga Tam Ek Hui mengalihkan pandangannya, dan
itu membuat Lu Leng berlega hati.
"Ha ha haaa! Ek Hui, apakah kau akan merasa aman terus
bersembunyi di dalam perahu?"
Lu Leng segera berbisik
"Saudara Tam, kau tetaplah di sini, biar aku yang
menghadapinya!" sebelum Tam Ek Hui menyahut Lu Leng
sudah bergerak melesat ke haluan perahu.
Tampak Kim Kut Lau berdiri di situ dengan tangannya
memegang sebuah kipas sambil tersenyum-senyum
Ketika melihat yang muncul itu adalah Lu Leng, dia
tertegun dengan mau terbelalak
"Saudara Tam tidak sudi bertemu, kau mau bilang apa?"
bentak Lu Leng.
Kim Kut Lau tahu bahwa kepandaian Lu Leng sudah tinggi,
bahkan mampu melukai si Nabi Setan di Cing Yun Ling, Go Bi
San.
Namun dia tidak tahu bahwa Lu Leng telah makan Ling
Che tujuh warna di istana Iblis, sehingga Lweekangnya
bertambah tinggi,

1638
Walau Kim Kut Lau tahu bahwa Lu Leng mampu melukai si
Setan-Seng Ling, tapi tetap meremehkannya.
Dia menatap Lu Leng dengan kening berkerut kemudian
tertawa panjang.
"Ha ha haaa! Bocah, aku dan Ek Hui adalah famili dekat!
Kami ingin membicarakan sesuatu, sedangkan kau orang luar,
lebih baik minggir saja!"
Ketika Lu Leng baru mau menyahut sudah terdengar suara
Tam Ek Hui dari dalam perahu.
"Saudara Lu, tidak usah banyak bicara dengan orang
semacam itu! Lebih baik cepat hajar dia!"
Begitu mendengar perkataan itu, wajah Kim Kut Lau
langsung berubah tak sedap dilihat
"Ek Hui, apakah kau ingin cari penyakit?"
Karena Tam Ek Hui menyuruh Lu Leng cepat turun tangan,
maka Lu Leng tidak tinggal diam.
Ketika Kim Kut Lau baru usai berkata, Lu Leng sudah maju
selangkah, sekaligus menggerakkan jari tangannya dengan
jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang puncak Menembus
Awan) menyerang Kim Kut Lau.
Kim Kut Lau tahu akan kelihayan Kim Kong Sin Ci, maka
bagaimana mungkin berani menyambut serangan itu?
Begitu merasa angin telunjuk mengarahnya, dia langsung
berkelit ke sisi Lu teng, sekaligus menyerangnya dengan kipas
mengarah jalan darah Tay Pai Hiat di pinggang Lu Leng.

1639
Ketika melihat Kim Kut Lau berkelit, Lu Leng segera
merubah jumsnya dengan jurus Gap Bin Li Cing (Menggali
Sepuluh Arah), padahal Kim Kut Lau amat girang dalam hati,
karena kipasnya sudah hampir menotok jalan darah Tay Pai
Hiat itu, Tapi mendadak dia merasakan adanya tenaga yang
amat dahsyat menindih kepa!anya.
Bukan main terkejutnya Kim Kut Lau. Dia segera
memandang ke atas, tapi justru pandangannya malah menjadi
kabur, karena melihat begitu banyak bayangan jari
mengurung sekujur badannya, Maka, dia mengbentikan
serangannya lalu mengangkat kipasnya ke atas untuk
menangkis serangan yang dilancarkan Lu Leng.
Plak!
Kipas itu patah menjadi dua dan terbang melayang ke
atas. Kim Kut Lau bertambah terkejut Kalau tidak cepat-cepat
mundur, dirinya pasti celaka,
Kim Kut Lau memang berkepandaian tinggi. Dia masih
berhasil berkelit dengan cara mencelat ke belakang. Namun
belum sampai badannya berdiri tegak, Lu Leng menyusulkan
serangannya dengan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari
Mengejutkan Langit), menggunakan delapan bagian
tenaganya,
Akan tetapi, tiba-tiba Lu Leng teringat akan suatu hal,
Ketika dia makan Cit Sek Ling Che, di dalam kotak giok
terukir beberapa baris tulisan, merupakan pesan baginya.
Pada waktu itu, Lu Leng tidak tahu siapa pemilik Ling Che
tujuh warna itu, pesan tersebut agar Lu Leng tidak mencelakai
putra pemilik Cit Sek Ling Che. Karena tidak tahu siapa pemilik

1640
itu, maka dia pun tidak begitu menaruh perhatian akan pesan
tersebut
Setelah itu, barulah dia tahu pemiliknya adalah Mo Liong
Seh Sih. sedangkan Kim Kut Lau adalah putra Mo Liong Seh
Sih. Kalau dia turun tangan jahat terhadap Kim Kut Lau,
bukankah dia akan berdosa terhadap Mo Liong Seh Sih?
Teringat akan hal tersebut dia segera menarik kembali
sebagian besar Lweekangnya, padahal di saat itu, Kim Kut Lau
sudah pasrah, namun kemudian terheran-heran, karena
tenaga serangan itu tidak begitu dahsyat lagi
Oleh karena itu, dia cepat-cepat mundur sambil
melancarkan sebuah pukulan untuk menangkis serangan Lu
Leng,
Walau demikian, badannya tetap bergoyang-go-yang
hampir terjatuh ke dalam sungai.
Lu Leng tidak menyerangnya lagi, hanya membentak
"Aku telah mengampunimu, apakah kau masih tidak tahu
diri?"
Wajah Kim Kut Lau merah padam, Sejak dia berkecimpung
dalam rimba persilatan, bagi yang tahu asal usulnya, pasti
memandang muka Mo liong Seh Sih mengalah padanya, Bagi
yang tidak tahu, dia pun dapat merobohkan mereka dengan
kepandaiannya yang amat tinggi itu,
Akan tetapi kini menghadapi Lu Leng yang masih begitu
muda, dia justru tak mampu. itu membuatnya amat penasaran
dan penuh rasa dendam, sepasang matanya menyorot garang

1641
menatap Lu Leng, Walau dia tahu bahwa Lu Leng bukan
lawannya tapi merasa tidak rela meninggalkan perahu itu.
"Hmm!" Lu Leng mendengus dingin ketika melihatnya
tidak mau pergi "Kim Kut Lau, kalau aku tidak kagum dan
salut terhadap ayahmu, seranganku tadi pasti sudah
melukaimu! Kalau kau masih tidak mau pergi boleh coba
menyambut seranganku lagi!"
Usai berkata, Lu Leng melancarkan serangan
mengeluarkan jurus Sam Hoan Toh Goat (Tiga lingkaran
Mengelilingi Bulan).
Lu Leng melancarkan serangan tersebut sama sekali tidak
berniat melukainya namun menggunakan tenaga sepenuhnya,
Betapa terkejutnya Kim Kut Lau, dan mana berani
menyambut serangan itu? Dia langsung bersiul panjang sambil
mencelat ke belakang beberapa depa, kebetulan jatuh di
sebuah perahu kecil, kemudian melesat ke daratan, Tanpa
menoleh lagi dia langsung kabur dan dalam sekejap sudah
tidak kelihatan bayangannya
Ternyata serangan yang dilancarkan Lu Leng tadi memang
hanya untuk menakut-nakuti Kim Kut Lau, agar dia kabur
Teringat akan Mo liong Seh Sih dan kedua putranya, Lu Leng
mengge1eng-gelengkan kepala sambil menghela nafas
panjang. Mo Liong Seh Sih begitu gagah dan berhati mulia,
sedangkan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau begitu licik serta
jahat, sungguh berbeda dengan sifat ayah mereka!
Lu Leng kembali masuk ke perahu dan seketika terbelalak
saking terkejutnya,

1642
Ketika dia bergebrak dengan Kim Kut Lau, masih
mendengar suara Tam Ek Hui dari dalam perahu itu.
sedangkan dia hanya bergebrak empat jurus, berarti dalam
waktu ytiagwmat singkat Namun kini di dalam perahu itu telah
kosong.
Tam Ek Hui yang duduk di atas ranjang sudah tidak
kelihatan Lu Leng tahu bahwa Tam Ek Hui hilang mendadak,
tentunya diculik oleh orang yang tadi menculik Han Giok Shia.
Lu Leng merasa heran, sebab luka dalam yang diderita
Tam Ek Hui, sudah sembuh dua bagian. Kalaupun musuh
muncul, seharusnya dia bisa berteriak minta tolong.Bagaimana
mungkin diam saja membiarkan dirinya diculik begitu saja?
Apakah si penculik berkepandaian amat tinggi?
Lu Leng berdiri termangu-mangu. Mendadak dia
mendekati ranjang Tam Ek Hui, ternyata dia melihat sepucuk
surat di ranjang itu. Cepat-cepat disambarnya surat itu, lalu
segera dibacanya. Surat itu berbunyi demikian.
Tam dan Han tidak apa-apa, Cepat berangkatlah kau ke
telaga Tong Ting.
Gaya tulisan itu sama seperti gaya tulisan yang
memesannya berangkat ke telaga Tong Ting, ketika dia
berada di gunung Tang Ku Sat --- setelah membaca surat itu,
Lu Leng tertegun padahal tadi dia berdusta kepada Tam Ek
Hui bahwa Han Giok Shia ditolong oleh seorang tokoh tua
dalam rimba persilatan kini kelihatannya memang benar
Orang itu pernah menjaganya di saat mengobati luka
dalamnya, sudah pasti orang itu bukan penjahat.

1643
Akan tetapi, Lu Leng justru merasa bingung, siapa orang
itu dan kenapa bertindak begitu misterius?
Lu Leng berpikir sejenak, kemudian berjalan keluar dan
langsung melesat ke daratan. Dia berusaha mengejar perahu
yang ditumpanginya tadi, tapi mendadak terdengar suara
dentingan-dentingan nyaring di dalam rimba.
Begitu mendengar suara itu, Lu Leng segera tahu bahwa
itu suara Pat Liong Khim.
Lu Leng segera berhenti, kemudian melesat ke belakang
sebuah pohon untuk mengintip. Tampak dua orang berada di
dalam rimba itu, namun tidak jelas siapa mereka.
Lu Leng segera menahan nafas, Kemudian terdengar salah
seorang dari mereka berkata,
"Ayah, aku tidak mau belajar."
Begitu mendengar suara itu, tersentaklah hati Lu Leng,
sebab dia mengenali suara itu, tidak lain suara si Budak Setan-
Oey Sim Tit.
Kemudian terdengar pula suara bentakan gusar.
"Omong kosong! Pat Liong Thian Im menggemparkan
kolong langit, kenapa kau tidak mau belajar? ilmu Ginkangmu
sangat tinggi maka kalau kau berhasil mempelajari Pat Liong
Thian Im, di kolong langit ini tidak akan ada yang
menandingimu."
Lu Leng sudah menduga, yang membentak itu adalah Liok
Ci Khim Mo yakni ayah Oey Sim Tit.

1644
Terdengar Oey Sim Tit menyahut
"Ayah, Pat Liong Thian Im memang merupakan ilmu yang
amat hebat, tapi Ayah selalu membunuh orang, Tidak sampai
setahun yang mati di bawah Pat Liong Thian Im sudah ratusan
jago tangguh dalam rimba persilatan Aku... aku sungguh tidak
ingin belajar!"
Ketika Oey Sim Tit berkata di situ, Lu Leng pun mendengar
suara "Plak", Mungkin saking gusarnya Liok Ci Khim Mo
menampar putranya itu dan membentak
"Dasar tak berguna!"
"Aku... aku.,." sahut Oey Sim Tit tersendat-sendat
Lu Leng memberanikan diri maju dua langkah, lalu
mengintip lagi. Ternyata Liok Ci Khim Mo dan Oey Sim Tit
duduk berhadapan harpa Pat Liong Khim berada di pangkuan
Oey Sim Tit.
Berdasarkan percakapan mereka tadi, Lu Leng tahu bahwa
Oey Sim Tit belum berhasil mempelajari Pat Liong Thian Im.
sedangkan harpa Pat Liong Khim berada di pangkuan Oey Sim
Tit Kalau dia berani turun tangan merebut harpa Pat Liong
Khim itu, kemungkinan besar akan berhasil, maka tidak perlu
pergi mencari Panah Bulu Api lagi.
Berpikir sampai begitu, tanpa ayal lagi Lu Leng langsung
melesat ke arah mereka berdua, sekaligus melancarkan Kim
Kong Sin Ci. Tangan kanan mengeluarkan jurus Hong Mong
Coh Khai (Turun Hujan Gerimis) dan tangan kiri mengeluarkan
jurus Thian Te Kun Tun (Langit Bumi Kacau Balau), Kedua
jurus tersebut dikeluarkan dengan serentak, itu adalah jurus
kesebelas dan dua belas dari ilmu Kim Kong Sin Ci, yang

1645
paling dahsyat dan lihay. Sejak berhasil menguasai ilmu
tersebut Lu Leng belum pernah mengeluarkan jurus-jurus itu,
Saat ini menyangkut keselamatan rimba persilatan maka
Lu Leng langsung mengeluarkan kedua jurus itu.
Walau jarak mereka lima enam depa, namun begitu badan
Lu Leng melesat keluar, hanya berjarak sekitarnya tiga depa.
Kelihatannya Lu Leng akan berhasil merebut Pat Liong
Khim itu. Namun di saat bersamaan terdengar Oey Sim Tit
berseru kaget dan begitu badannya bergerak tahu-tahu sudah
berada di sisi ayahnya.
Sedangkan Liok Ci Khim Mo segera menyambar harpa Pat
Liong Khim, akan tetapi angin serangan Lu Leng telah
menerjang ke arah mereka, membuat Oey Sim Tit terpental
jatuh. Liok Ci Khim Mo juga terpental namun tidak jatuh,
bahkan jari tangannya masih sempat memetik tali senar harpa
Pat Liong Khim.
Seketika terdengar suara harpa yang amat dahsyat
menggoncangkan sukma, juga bagaikan laksaan kuda sedang
berpacu.
Hati Lu Leng tergoncang keras, sepertinya terhantam oleh
puluhan buah palu yang beratnya ratusan kati sehingga
membuyarkan tenaga Kim Kong Sin Ci
Lu Leng bersiul panjang. serangan yang dilancarkannya
tidak berhasil, itu berarti tiada harapan lagi.
Kalau tidak cepat-cepat meloloskan diri, mungkin hari ini
dia akan mati di tempat tersebut seandainya dia mati, lalu
siapa yang akan berangkat ke telaga Tong Ting menolong

1646
orang? Oleh karena itu, dia segera mencelat ke belakang tiga
depa,
Walau Lu Leng berhasil mencelat ke belakang, namun
matanya berkunang-kunang dan merasa tanah yang
diinjaknya berputar-putar. Dia memaksakan diri untuk lari,
namun baru lima depaan, sekujur badannya terasa tak
bertenaga sama sekali akhirnya terkulai Di saat itulah
mendadak dia teringat akan perkataan salah seorang Coan
liong Liok Couw, bahwa dia pernah menghadapi Pat Liong
Thian Im, untung dia terjun ke dalam sungai maka terhindar
dari petaka.
Saat ini, kebetulan Lu Leng berada di pinggir sungai Maka
begitu teringat akan hal itu, dia langsug berupaya untuk
berguling ke arah sungai Dia berhasil masuk ke sungai lalu
menenggelamkan diri, Semula dia masih mendengar suara
harpa itu, namun setelah tenggelam kira-kira dua depa, dia
tak mendengar suara apa pun.
Hati Lu Leng masih berdebar-debar. Kemudian dia segera
menahan nafas, tentunya tidak berani muncul di permukaan
Setelah itu, barulah dia mulai berenang di dasar sungai
Setelah merasa cukup lama berenang, dia muncul di
permukaan
Saat ini, hari sudah mulai sore, Setelah muncul di
permukaan sungai barulah dia tahu bahwa dirinya berada di
tengah-tengah sungai. Tampak dua tiga buah perahu layar,
burung-burung beterbangan, tapi tidak tampak ada orang
mengejarnya.
Barulah Lu Leng menarik nafas lega, Dia berenang ke
pinggir kemudian naik ke atas dan beristirahat di situ.

1647
Teringat akan kejadian tadi, hatinya berdebar-debar lagi
Tadi dia menempuh bahaya, namun tidak berhasil merebut
harpa Pat liong Khim, sungguh kehilangan kesempatan itu.
Liok Ci Khim Mo dan putranya memang terdapat sifat dan
watak yang berbeda, tapi mereka berdua tak pernah berpisah.
Di mana ada Liok Ci Khim Mo, di situ pasti ada Oey Sim Tit. Di
mana ada Oey Sim Tit, di situ pasti ada Liok Ci Khim Mo.
kalaupun berhasil mencari panah Bulu Api, lalu bagaimana
mendekati Oey Sim Tit untuk mencuri Panah Bulu Api itu?
Berpikir sampai di situ, hati Lu Leng menjadi risau, Dia
mendongakkan kepala seraya menghela nafas panjang,
setelah itu memandang permukaan sungai sambil
bergumam."Oh, Thian (Tuhan)! Betulkah tiada jalan untuk
menyelamatkan rimba persilatan dari malapetaka itu?"
Lu Leng tahu, sejak kejadian di gunung Go Bi San, semua
partai besar dan kaum rimba persilatan lainnya sudah pergi
bersembunyi menghindari Liok Ci Khim Mo.
Tapi berdasarkan apa yang dikatakan Oey Sim Tit ketika
Lu Leng berangkat ke gunung Tang Ku Sat, sudah ratusan
kaum rimba persilatan mati di bawah Pat Liong Thian Im.
Kalau terus begitu, kaum rimba persilatan golongan lurus pasti
akan habis,
Lu Leng duduk tercenung di pinggir sungai. Setelah
pakaiannya agak kering, barulah dia pergi mengejar perahu
yang ditumpanginya tadi,
Setelah larut malam, barulah dia berhasil mengejar perahu
tersebut Dia berteriak-teriak memanggil tukang perahu, dan
perahu itu segera meluncur ke pinggir Lu Leng meloncat ke

1648
dalam perahu, ternyata perahu itu sudah bertambah dua
orang,
Ketika Lu Leng mau menegur si tukang perahu, kedua
orang itu justru bangkit berdiri Lu Leng melihat salah seorang
dari mereka hanya berlengan satu, sedangkan yang satu lagi
tidak punya sepasang kaki, Ternyata mereka berdua adalah
orang cacat, namun sikap mereka masih tampak berwibawa,
sebelum Lu Leng membuka mulut, kedua orang itu sudah
berkata,
"Saudara kecil, apakah kau yang menyewa perahu ini?"
Lu Leng mengangguk
"Betul. Siapa Anda berdua?"
Kedua orang itu menghela nafas panjang, lalu orang
berlengan satu menyahut
"Namaku Pik Giok Sen, yang ini adalah ketua Tiam Cong
Pai, bernama Sih Liok Khie."
Sih Liok Khie tersenyum getir sambil berkata,
"Sepasang kakiku telah putus, maka aku merasa malu
mengaku sebagai ketua Tiam Cong Pai. Kami berdua dicelakai
lagi oleh Liok Ci Khim Mo, maka terpaksa bersembunyi di
dalam perahu ini, Harap saudara kecil memaafkan
kelancangan kami!"
Ketika mendengar orang berkaki buntung itu mengaku Sih
Liok Khie, ketua Tiam Cong Pai, Lu Leng langsung
menjatuhkan diri berlutut

1649
“Ternyata Susiok (Paman guru), aku... aku Lu Leng!"
Berkata sampai di situ, Lu Leng teringat pula akan
kematian kedua orangtuanya, maka tak tertahan lagi air
matanya lalu mete1eh.
Begitu melihat pemuda itu berlutut sambil memanggil
"Susiok", seketika juga Sih Liok Khie terbelalak Setelah Lu
Leng menyebut namanya, barulah dia tahu pemuda yang
berlutut di hadapannya adalah putra Sebun It Nio, kakak
seperguruannya.
Sih Liok Khie memperhatikan wajah Lu Leng, memang
agak mirip wajah Sebun It Nio, keras hati dan percaya diri
seperti ibunya.
Sebun It Nio lebih awal tiga tahun masuk ke Tiam Cong
Pai dari Sih Liok Khie. Ketika masih muda, Sih Liok Khie juga
pernah mencintai Sebun It Nio secara diam-diam, namun
Sebun It Nio sama sekali tidak mengacuhkannya, Sih Liok Khie
tidak tersinggung masih tetap baik terhadap kakak
seperguruannya itu. padahal kedudukannya sebagai ketua,
harus diserahkan kepada Sebun It Nio, tapi ketika itu guru
Sebun It Nio amat gusar akan perjodohan muridnya itu,
Untung Sih Liok Khie bermohon kepada guru itu, maka Sebun
It Nio tidak diusir dari pintu perguruan.
Saat ini, begitu melihat Lu Leng, Sih Liok Khie langsung
teringat akan Sebun It Nio, dan timbul pula rasa duka dalam
hati. Lama sekali Sih Liok Khie tertegun sambil memandang Lu
Leng, kemudian berkata.
"Anak Leng, ternyata yang menyewa perahu ini adalah
kau. ini sungguh di luar dugaan sama sekali!"

1650
"Paman guru juga bertemu Liok Ci Khim Mo?" tanya Lu
Leog.
Sih Liok Khie manggut-manggut
"Ya, aku bertemu dia kedua kalinya Pertama kali di
gunung Bu Yi San, entah berapa banyak kaum rimba
persilatan terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im, termasuk
ayahmu juga mati di bawah pengaruh suara harpa itu, hingga
kini tak terasa sudah empat tahun berlalu."
Lu Leng manggut-manggut diam, dan air matanya terus
berderai-derai.
Sih Liok Khie menghela nafas panjang lalu penuturannya.
"Saat itu aku selamat namun sepasang kakiku kutung,
Setelah kembali ke gunung Tiam Cong San, aku terus berlatih
selama tiga tahun, Aku kira sudah waktunya membalas
dendam. Tapi tidak tahunya, ketika kami baru turun gunung,
terdengar berita tentang kejadian di Cing Yun Ling gunung Go
Bi San,
Coba pikir, Giok Bin Sin Kun dan Sui Cing siansu pun pergi
menghindari Liok Ci Khim Mo, bagaimana kami mampu
menghadapinya? Bukankah akan mencari rnati? Karena itu,
kami menetap di sekitar sungai Tiang Kang, sedangkan Liok Ci
Khim Mo mengumpulkan kaum rimba persilatan golongan
hitam dan mendirikan sebuah istana Bu Lim Ci Cun Ceh Kiong
(istana penguasa Rimba Persilatan) di sebuah gunung,
Aaaah.,.!"
Dalam setahun ini, Lu Leng berada di gunung Tang Ku Sat
untuk mencari Panah Bulu Api. Maka, bagaimana tindakKANG
ZUSI WEBSITE http://cerita-silat.co.cc/
1651
tanduk Liok Ci Khim Mo setahun terakhir ini, dia sama sekali
tidak mengetahuinya,
Kini mendengar Sih Liok Khie mengatakan begitu,
tentunya dia amat terkejut
"Bulim Ci Cun?"
Sih Liok Khie manggut-manggut Kemudian dengan wajah
penuh diliputi rasa dendam dia menyahut
"Tidak salah, dia telah menyebut dirinya sebagai Bu Lim Ci
Cun, Para anak buahnya yang terdiri dari golongan hitam,
terus mencari jejak partai-partai besar yang bersembunyi
Kalau sudah tahu jejak mereka, para anak buah itu pun
melapor kepada Liok Ci Khim Mo. Setelah itu muncul
mendadak memaksa kaum rimba persilatan golongan lurus itu,
harus tunduk pada perintahnya Kalau tidak, harpa Pat Liong
Khim pasti berbunyi...."
Berkata sampai di situ, Sih Liok Khie menghela nafas
panjang, kemudian melanjutkan.
"Setahuku, dalam setahun terakhir ini, Yu Lao Pun ketua
Tai Ci Bun telah meninggal sedangkan Hui Yan Bun hanya
tinggal si Walet Hijau-Yok Kun Sih seorang, namun entah
menghilang ke mana, Begitu pula Liat Hwe Cousu, ketua Hwa
San Pai juga kehilangan jejak...."
Ketika mendengar sampai di situ, mendadak sepasang
mata Lu Leng tampak berapi-api,
Sih Liok Khie berhenti sejenak, lalu melanjutkan. "Bu Tong
Pai tersisa satu orang, yakni Sen Hong Kiam Khek. Kemarin

1652
Liok Ci Khim Mo berhasil menemukan tempat persembunyian
kami, maka Tiam Cong Pai hanya tinggal aku seorang,"
Lu Leng tertegun, lama sekali baru bertanya, "Lalu
bagaimana Cit Sat Sin Kun dan guruku?" "ltu aku tidak tahu,"
sahut Sih Liok Khie. "Liok Ci Khim Mo pernah ke pulau Hwe
Ciauw To, tapi tidak berhasil mencari Cit Sat Sin Kun suami
istri. seperti gurumu, mereka berdua pun kehilangan jejak.
Adapun mengenai para padri Go Bi Pai, aaah,., sungguh
kasihan sekali!" sela Pik Giok Sen.
"Bagaimana?" tanya Lu Leng.
Sih Liok Khie memberitahukan.
"Sungguh kasihan Sui Cing siansu! Beliau ingin
menyadarkan Liok Ci Khim Mo dengan ajaran-ajaran Sang
Buddha, membawa dua belas padri berkepandaian tinggi dan
ratusan padri lainnya ke istana Ci Cun Kiong di gunung Tiong
Tiau San, namun Liok Ci Khim Mo justru menggunakan Pian
Liong Thian Im membinasakan mereka semua."
Betapa terkejutnya Lu Leng. Mendadak dia memukul meja
sambil berteriak sekeras-kerasnya,
"Apakah tiada seorang pun dapat membasmi penjahat
itu?"
Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie menghela nafas panjang,
memandang permukaan sungai dengan wajah murung, Lu
Leng tahu tiada gunanya gusar, namun dalam hati masih tetap
amat emosi.
"Biar bagaimanapun aku harus mencari Panah Bulu Api!"
teriaknya,

1653
"Apa gunanya kalau berhasil mencari Panah Bulu Api?"
tanya Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie serentak.
Lu Leng segera menutur tentang semua itu. Kedua orang
itu amat berduka ketika mendengar penuturan Lu Leng
tentang pengorbanan Mo liong Seh Sih..
Pik Giok Sen menghela nafas panjang,
"Banyak kaum golongan hitam yang kukenal sebulan yang
lalu aku bertemu salah seorang, katanya tahun ini Cit Gwee
Cap Ngo (Tanggal Lima Belas Bulan Tujuh), Liok Ci Khim Mo
akan menyelenggarakan pertemuan besar-besaran di istana Ci
Cun Kiong, Kemungkinan besar dia bertujuan memancing
keluar Tong Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua."
Lu Leng menghitung, Cit Gwee Cap Ngo hanya tinggal
sebulan lebih.
"Kecuali guruku tidak tahu, kalau tahu beliau pasti ke sana
mencari kesempatan" katanya,
"Maaf Saudara kecil, kepandaian gurumu memang tinggi
sekali Tapi kalau dia ke sana, mungkin hanya cari mati saja,"
kata Pik Giok Sen.
Lu Leng tahu Pik Giok Sen berkata sesung-guhnya, sebab
dia pun telah mengalami itu, kalau tidak kebetulan berada di
pinggir sungai, dia pasti sudah binasa di bawah Pat Liong
Thian Im.
Lu Leng pun teringat pada Liat Hwe Cousu, Selama dua
puluhan tahun, ketua Hwa San Pai itu tidak pernah
melepaskan jubah merahnya, namun setelah kejadian Cing
Yun Ling, dia pun melepaskan jubah merahnya,

1654
"Seandainya kita menyamar, mungkin Liok Ci Khim Mo
tidak akan mengenali kita." kata Lu Leng,
Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie hanya saling memandang
dengan kening berkerut pertanda tidak setuju akan usul Lu
Leng.
Lu Leng pun diam, namun dalam hati sudah mengambil
suatu keputusan, bahwa setelah beres urusan di telaga Tong
Ting, dia pasti akan berangkat ke istana Ci Cun Kiong di
gunung Tiong Tiau San.
Sementara perahu itu terus melaju dan hampir tiba di
telaga Tong Ting.
Lu Leng segera bertanya kepada tukang perahu, masih
berapa jauh akan tiba di telaga tersebut? Tukang perahu
memberitahukan hanya tujuh delapan mil lagi. Lu Leng
berpamit kepada Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie, kemudian
mendarat dan langsung menuju telaga Tong Ting,
Ketika Lu Leng meninggalkan perahu itu, sang mentari
sedang mulai memancarkan cahayanya, setelah hari agak
siang, dia sudah tiba di pinggir telaga tersebut, lalu berdiam
termangu-mangu,
* * * *
Bab 77
Orang yang meninggalkan pesan itu, hanya
memberitahukan bahwa orang yang dicintai Lu Leng,
mengalami kesulitan di telaga Tong Ting, tapi tidak
menjelaskan tepatnya di sebelah mana, Luas telaga Tong Ting
hampir ratusan mil, kalau mencari harus menyita banyak

1655
waktu, lagipula begitu banyak pulau-pulau kecil di telaga
tersebut, bagaimana mungkin mencarinya?
Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia mengambil
keputusan untuk mengitari telaga itu. Ketika mulai mengitari
telaga tersebut Lu Leng bertemu penduduk setempat Dia
berpura-pura menanyakan jalan sambil mengamati tempat itu.
Akan tetapi, hingga tengah hari, dia belum memperoleh
hasil apa-apa. Sang matahari berada di atas kepalanya,
sehingga membuat Lu Leng merasa haus, lalu berhenti di
pinggir sebuah desa kecil. Di desa kecil itu hanya terdapat tiga
puluhan rumah. Di luar desa tampak begitu banyak jala yang
dijemur, Kelihatannya para penduduk desa itu terdiri dari
nelayan.
Di pinggir mulut desa itu terdapat sebuah sungai kecil
yang airnya mengalir tenang. Terlihat sebuah kedai teh di
bawah sebuah pohon dan beberapa orangtua sedang minum
teh di situ, Lu Leng mendekati kedai teh itu, kemudian
mengeluarkan setael uang perak. Kapan pemilik kedai teh
pernah melihat uang perak yang bergemerlapan itu?
Setelah Lu Leng duduk, pemilik kedai itu segera
menyajikan teh istimewa dan beberapa potong semangka,
Kemudian dia pun menggoreng burung dara, Lu Leng mulai
bersantap sambil memandang sungai kecil itu. Begitu tenang
dan damai, sehingga membuatnya menjadi berpikir. Untuk apa
orang saling membunuh demi nama dan kekuasaan? Itu
sungguh tak berarti sama sekali! Bukankah lebih baik hidup
tenang dan damai di desa kecil seperti ini? Kalau dirinya tidak
memikul dendam kedua orangtuanya, Lu Leng merasa rela
hidup selamanya di desa kecil tersebut.

1656
Di saat Lu Leng sedang berpikir terdengar suara perahu
berlabuh, Lu Leng mendongakkan kepala, tampak seorang
nelayan menghampiri kedai teh, kemudian berhenti di
hadapan Lu Leng, Setelah memperhatikan wajah Lu Leng
sejenak, nelayan itu pun berseri.
"Maaf, Tuan muda bermarga Lu?"
Seketika itu terkejut lah Lu Leng,
Sebab namanya tidak begitu terkenal. Kalaupun terkenal
tentunya kaum rimba persilatan yang mengetahuinya. Lalu
bagaimana mungkin seorang nelayan mengetahui namanya?
Nelayan itu tertawa.
" Semalam aku bermimpi mendapat ikan besar, itu
pertanda rejeki. Ternyata benar, hari ini begitu keluar rumah,
aku berjumpa tuan penolong, Dia hanya menyuruhku
mengantar sepucuk surat, tapi memberi ku hadiah sepuluh
tael perak, Semula aku mengira amat sulit menemukan orang
yang harus menerima surat ini, tidak tahunya hanya dalam
setengah hari aku sudah bertemu Tuan muda Lu."
"Paman, apakah surat itu ditujukan kepadaku?" tanya Lu
Leng,
"Betul," sahut nelayan itu sambil mengangguk, lalu
mengeluarkan sepucuk surat dari dalam baju nya. ini
suratnya," lanjutnya.
Lu Leng menerima surat tersebut, lalu mengeluarkan
isinya untuk dibaca, Begitu melihat tulisan surat itu Lu Leng
langsung mengenalinya

1657
Orang yang paling kau cintai berada di pulau Huang Yap,
dalam kesulitan besar di tengah telaga, cepatlah kau pergi ke
sana, nelayan setempat akan menunjukkan jalan!
Usai membaca, ketika Lu Leng baru mau bertanya kepada
nelayan itu, tiba-tiba terdengar suara perahu, Lu Leng segera
menoleh dan terkejut bukan main. Tampak sebuah perahu
sedang melaju mengikuti arus dan empat orang berdiri di
perahu itu. Yang berdiri di paling depan berbadan tinggi besar,
membawa sebuah harpa kuno, tidak lain adalah Liok Ci Khim
Mo. Lu Leng cepat-cepat menyambar baju rumput salah
seorang nelayan yang di sisinya, lalu memakainya seraya
berkata,
"Kalian semua jangan bersuara! setelah keempat orang itu
berlalu, aku pasti memberi kalian imbalan."
Perahu itu berlabuh, Kemudian Liok Ci Khim Mo dan tiga
orang lainnya mendarat Lu Leng duduk membelakangi mereka
dengan menundukkan kepala sambil bersantap. Suara langkah
semakin mendekat, lalu terdengar salah seorang dari mereka
berkata,
"Kami sudah menyelidiki sejelas-jelasnya, nenek tua itu
berada di tengah telaga, Kemarin aku melihat dia membawa
seorang gadis, dalam keadaan gusar melewati tempat ini, Asal
kita berhasil menemukannya dalam rimba persilatan sudah
tiada lagi Hui Yan Bun."
Liok Ci Khim Mo menyahut dingin,
"Baik."
Setelah itu, terdengar suara orang memesan teh, Lu Leng
menahan nafas dan membatin, dua orang itu pasti dari

1658
golongan hitam yang bertugas menyelidiki ketua Hui Yan Bun.
Ternyata Yok Kun Sih tinggal di tengah telaga, Mereka bertiga
mengajak Liok Ci Khim Mo untuk membinasakannya,
Mendadak terdengar suara Oey Sim Tit,
"Ayah, nama Yok Kun Sih amat baik dalam rimba
persilatan kenapa kita harus mencelakainya?"
Liok Ci Khim Mo gusar sekali dan langsung membanting
cangkir yang dipegangnya ke tanah.
Prang! Cangkir itu hancur berkeping-keping.
Setelah itu, Liok Ci Khim Mo berkata dengan suara
lantang,
"Yang menurut hidup, yang melawan mati! Aku tidak
peduli nama baik segala!"
Kedua orang itu segera menyahut
"Betul! Betul! Kalau tidak, bagaimana bisa jadi Bu Lim Ci
Cun? Sejak dulu hingga kini, siapa yang berani menyebut
dirinya demikian?"
Liok Ci Khim Mo tertawa puas, sedangkan Oey Sim Tit
malah menghela nafas panjang. Bagaimana Lu Leng? Saat ini
perasaannya tegang sekali, Karena apabila Liok Ci Khim Mo
tahu akan keberadaannya, dia pasti celaka,
Waktu sesaat itu dirasanya lama sekali. Berselang sesaat,
Liok Ci Khim Mo dan lainnya kembali ke perahu, dan kemudian
perahu itu melaju, setelah tidak mendengar suara perahu itu,

1659
barulah Lu Leng mendongakkan kepala memandang ke arah
telaga, Perahu itu telah lenyap ditelan kabut
"Paman tahu di tengah telaga terdapat sebuah pulau
Huang Yap To?" tanyanya
Nelayan itu tertawa,
"Hidupku memang di telaga, tentunya tahu pulau itu."
Lu Leng manggut-manggut
"Baik, kalau begitu harap Paman mengantarku ke pulau
itu, pasti kuberikan hadiah!"
Nelayan itu mengangguk.
"Baiklah!"
Lu Leng bangkit berdiri, kemudian memberikan uang
kepada beberapa nelayan yang ada di situ masing-masing
setael perak, dan para nelayan itu menerimanya dengan
girang. Nelayan itu membawa Lu Leng ke perahu dan begitu
berada di perahu tersebut, Lu Leng berpesan.
"Kita harus menjauhi perahu tadi, jangan sampai mereka
melihat krta!"
Nelayan itu tampak serba salah.
"ltu justru sulit, sebab di permukaan telaga walau berjarak
sembilan atau sepuluh mil, namun pasti kelihatan Kalau Tuan
muda takut dikenali orang, kenapa tidak mau ganti pakaian?"

1660
Lu Leng girang bukan main dan langsung manggutmanggut.
"Betul! Betul!"
Nelayan itu membuka sebuah peti kayu untuk
mengeluarkan satu stel pakaian kasar lalu diberikan kepada Lu
Leng. Setelah menerima pakaian kasar itu, Lu Leng segera
menyalinnya, bahkan juga memakai topi rumput sehingga
mirip seorang nelayan. Tak seberapa lama, perahu itu sudah
berada di tengah telaga, Lu Leng melihat perahu Liok Ci Khim
Mo jauh di depan.
"Paman, siapa yang menitipkan surat itu kepadamu ?"
tanyanya,
Nelayan itu tertawa,
"Sungguh mirip bidadari yang baru turun dari kahyangan."
Lu Leng tertegun. Selama ini dia menganggap bahwa
orang yang meninggalkan pesan itu adalah seorang tokoh tua
rimba persilatan bahkan yakin pula kalau bukan Tong Hong
Pek pasti Tam Sen.
Akan tetapi, kini menurut kata nelayan itu, justru seorang
gadis yang cantik jelita, Kalau tidak, bagaimana mungkin
nelayan itu bilang sungguh mirip bidadari yang baru turun dari
kahyangan?
Setelah berpikir sejenak, Lu Leng bertanya lagi,
"Paman, bagaimana rupa gadis itu?"

1661
"sepasang mata gadis itu amat indah dan bening,
wajahnya agak bulat dan berbadan sedang, Hanya saja
sungguh mengherankan ketika berbicara denganku,
kelihatannya seperti mengucurkan air mata, Dia bilang, kalau
aku mencari di sekitar telaga, pasti akan menemuimu,
kemudian dia menghadiahkan sepuluh tael perak kepadaku."
Ketika mendengar nelayan memberitahukan tentang rupa
gadis itu, Lu Leng semakin tercengang. Karena berdasarkan
apa yang dikatakannya itu, gadis tersebut justru Tam Goat
Hua.
Akan tetapi, itu bagaimana mungkin? Orang yang amat
dicintainya, mengalami kesulitan di telaga Tong Ting, Orang
yang amat dicintainya, sudah pasti Tam Goat Hua, tidak
mungkin gadis lain, Lu Leng berpikir lagi, mungkin nelayan itu
telah lamur, maka salah melihat!
Namun, persoalannya justru siapa gadis yang menulis
surat itu? Lu Leng termangu-mangu, Berselang beberapa saat,
perahu itu sudah mendekati dua buah pulau. Salah satu di
antaranya penuh dedaunan kuning, yang satu lagi tampak
menghijau, Lu Leng melihat perahu yang ditumpangi Liok Ci
Khim Mo menuju pulau hijau itu, Pulau yang penuh dedaunan
kuning, tentunya adalah pulau Huang Yap (Pulau Daun
Kuning),
Tak seberapa lama, perahu yang ditumpangi Lu Leng pun
sudah sampai di pulau tersebut, Ternyata semua pohon di
pulau itu berdaun kuning, maka tidak mengherankan kalau
pulau itu dinamakan Pulau Daun Kuning,
Lu Leng menaruh lima tael perak di perahu, kemudian
mendadak melesat ke pulau tersebut, Nelayan itu ingin

1662
mengucapkan terima kasih, namun Lu Leng sudah melesat
pergi.
Sebagian pulau itu agak datar, namun sebagian lagi penuh
batu curam yang amat bahaya, tampak pula beberapa buah
bukit. Sampai di kaki bukit, Lu Leng masih tidak melihat ada
orang di situ, Lalu dia mendongakkan kepala, mendadak
terlihat sesosok bayangan berkelebat di pinggang bukit itu,
Sungguh cepat gerakan sosok bayangan tersebut, sekejap
sudah tidak tampak lagi. Melihat ada orang di sana, Lu Leng
segera melesat ke sana, tak lama kemudian sudah sampai di
tempat itu, Ketika baru mau mencari, justru terdengar suara
seorang gadis.
Bagian 37
"Aku cinta dia! Aku cinta dia! Guru, biar Guru menghukum
ku, aku tetap mencintainya! Walau Guru membunuhku, aku
juga mencintainya!"
Begitu mendengar suara gadis itu, tercenganglah Lu Leng.
Sebab dia mengenali suara gadis itu, tidak lain adalah Toan
Bok Ang yang menghilang di dalam makam Nyonya Mo Liong
Seh Sih. Suara itu berasal dari sebuah goa, Lu Leng segera
menghampiri goa itu, Gelap gulita di dalamnya, tak tampak
apa pun. Kemudian terdengar suara tawa dingin seorang
wanita tua, ternyata Yok Kun Sih yaitu ketua Hui Yan Bun.
"Bocah itu kemungkinan besar sudah binasa, kau masih
mencintainya?"
Toan Bok Ang tertawa.

1663
"Biar bagaimanapun dia, aku tetap mencintainya! Guru,
cepatlah turun tangan membunuhku!"
" Padahal sesungguhnya, kau adalah murid murtad yang
tidak akan terlepas dari hukumanku! Tapi kini para murid Hui
Yan Bun sudah binasa semua, Kalau aku tidak menyingkir ke
daerah See Hek (Bagian Barat Luar Tionggoan), dan tanpa
sengaja bertemu denganmu, Hui Yan Bun hanya tersisa aku
seorang, maka aku mengampunimu. Apakah kau tidak rela?"
“Aku hanya bermohon dapat berjumpa dia di alam baka!"
"Binatang! Ketika kau berguru kepadaku, pernah
bersumpah apa?"
"Aku tahu setelah masuk Hui Yan Bun, selamanya tidak
boleh membicarakan soal cinta, Tapi... aku justru jatuh cinta
kepadanya, Guru, Aku rela mati, apakah tidak boleh?" sahut
Toan Bok Ang,
Lu Leng yang berada di luar goa amat terharu ketika
mendengar itu. Walau percakapan mereka berdua tidak
menyinggung nama Lu Leng, namun pemuda itu tahu, yang
dimaksudkan "Dia" adalah dirinya. Teringat akan Liok Ci Khim
Mo yang ke pulau Hijau, kalau tidak menemukan Yok Kun Sih,
mereka pasti ke mari, itu berarti sewaktu-waktu Liok Ci Khim
Mo akan muncul di pulau ini. Berpikir sampai di situ, Lu Leng
langsung memasuki goa tersebut seketika terdengar suara
bentakan Yok Kun Sih.
"Siapa?"
"Aku murid Go Bi Pai, bernama Lu Leng!"

1664
Terdengar Toan Bok Ang berseru girang, sedangkan Yok
Kun Sih menggeram, setelah menikung, goa itu tampak
terang. Temyata di dinding goa dipasang dua buah lampu
minyak, Toan Bok Ang dirantai, Yok Kun Sih berdiri di
hadapannya.
Air mata gadis itu bercucuran bukan berduka, melainkan
saking gembiranya. Begitu Lu Leng muncul, Toan Bok Ang
berseru,
"Adik Leng, apakah kita sudah tidak berada di dunia?"
"Kakak Ang, panjang sekali kalau dituturkan. Kita harus
segera meninggalkan tempat ini."
Mereka berdua bercakap-cakap, membuat hati Yok Kun
Sih yang telah terbakar itu seakan tersiram minyak.
Apa lagi ketika Lu Leng bilang "Kita harus segera
meninggalkan tempat ini", sesungguhnya termasuk Yok Kun
Sih. Namun Yok Kun Sih justru salah mengerti. Dia mengira Lu
Leng ingin mengajak Toan Bok Ang pergi, dan itu
membuatnya menjadi semakin gusar Kalau Hui Yan Bun tidak
mengalami petaka, Toan Bok Ang pasti sudah binasa
dipukulnya,
Saat ini, begitu mendengar Lu Leng berkata demikian,
seperti menganggapnya tidak berada di situ, Dapat
dibayangkan betapa gusarnya Yok Kun Sih. Badannya
langsung bergerak, sekaligus mengeluarkan jurus Lau Yan
Hun Hui (Burung Walet Berterbangan) menyerang Lu Leng.
Padahal Lu Leng bermaksud baik, ingin memberitahukan
tentang Liok Ci Khim Mo, namun Yok Kun Sih tanpa bertanya,
langsung menyerangnya dengan dahsyat. Untung kepandaian

1665
Lu Leng sudah maju pesat, kalau tidak, pasti akan celaka di
tangan ketua Hui Yan Bun itu.
Lu Leng ingin berkelit, namun terlambat Dia terpaksa
menyambut serangan itu dengan jari telunjuknya,
mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan
Langit).
Seketika tenaga telunjuk dan pukulan beradu, Terdengar
suara benturan dahsyat memekakkan telinga, bahkan juga
menggoncangkan dinding-dinding goa. Lu Leng merasa
tenaga pukulan itu amat kuat, sehingga mundur satu langkah,
Dalam keadaan gusar, Yok Kun Sih menyerang dengan
sepenuh tenaga, namun Lu Leng yang masih begitu muda
mampu menangkis serangannya. itu membuat Yok Kun Sih
terkejut dan bertambah gusar.
"Bocah! Ternyata kepandaianmu cukup tinggi, pantas
berani bertingkah di hadapanku!"
Badannya bergerak lagi, begitu pula sepasang tangannya,
tahu-tahu sudah menyerang dengan dua jurus. Kali ini Lu
Leng sudah siap, maka begitu melihat Yok Kun Sih
menyerang, dia cepat-cepat berkelit sambil berseru.
"Cianpwee berhenti, aku mau bicara!"
Yok Kun Sih berhenti menyerang, lalu menatap Lu Leng
seraya berkata dingin.
"Kau telah merayu murid Hui Yan Bun, masih mau bicara
apa?"
Lu Leng menghela nafas panjang.

1666
"Urusan itu agak berliku-liku, harap Cianpwee jangan
bertanya dulu, Sebab kini Liok Ci Khim Mo sudah berada di
pulau Hijau, mungkin sebentar lagi akan ke mari."
Ketika Yok Kun Sih mendengar itu, tampak terkejut dan
wajahnya langsung berubah. Namun di dalam hatinya masih
kurang percaya.
"Bocah busuk, apakah kau ingin menggunakan nama Liok
Ci Khim Mo untuk menakuti ku ?"
Saking gugupnya, sehingga tanpa sadar Lu Leng
membanting kaki.
"Cianpwee, kalau tidak pergi sekarang, pasti celaka!"
Saat ini Yok Kun Sih amat terkejut, dan mau tidak mau
harus percaya. Dia segera menghampiri Toan Bok Ang untuk
melepaskan rantai yang membelenggunya seraya berkata
"Kalau begitu, mari kita segera pergi!"
"Adik Leng, kau cepat ke mari!" kata Toan Bok Ang.
"Siapa mau pergi bersamanya?" bentak Yok Kun Sih.
"Cianpwee, apakah Nona Tam, putri Cit Sat Sin Kun juga
berada di pulau ini?"
Yok Kun Sih diam saja, setelah menarik Toan Bok Ang
sampai di mulut goa, dia baru menoleh ke belakang seraya
menyahut

1667
"Omong kosong! Di pulau Huang Yap ini hanya ada aku
dan Bok Ang berdua!"
Mendengar itu, Lu Leng menjadi tertegun. Dia tahu
bagaimana sifat Yok Kun Sih, meskipun membencinya, tapi
tidak mungkin membohonginya, sudah pasti hanya mereka
berdua di pulau ini.
Kalau begitu, di mana Tam Goat Hua mengalami kesulitan
besar? Lu Leng terus berpikir, Toan Bok Ang dibelenggu
dengan rantai, bahkan nyaris dibunuh gurunya, bukankah itu
kesulitan besar? sedangkan pesan itu hanya mengatakan
orang yang paling dicintainya. Apakah Toan Bok Ang
merupakan gadis yang paling dicintainya?
Berpikir sampai di sini, Lu Leng lalu tertegun lagi,
Mendadak dia teringat akan apa yang dikatakannya di dalam
makam Nyonya Mo Liong Seh Sih kepada Toan Bok Ang.
seketika dia paham sebagian besar, akhirnya menghela nafas
panjang.
Pada waktu itu, Lu Leng berpikir sudah tiada harapan
untuk bisa meloloskan diri dari makam Nyonya Mo liong Seh
Sih. Agar Toan Bok Ang tidak merasa kecewa, maka dia
mengeluarkan kata-kata yang penuh mengandung cinta.
Sesungguhnya, orang yang paling dicintainya tidak lain
adalah Tam Goat Hua, Saat ini Lu Leng sudah dapat menduga,
ketika Yok Kun Sih membawa Toan Bok Ang meninggalkan
gunung Tang Ku Sat, pasti berjumpa Tam Goat Hua. Lantaran
Toan Bok Ang amat mencintainya membuat Tam Goat Hua
yakin bahwa Toan Bok Ang pasti dihukum gurunya begitu tiba
di telaga Tong Ting, Karena itu, Tam Goat Hua meninggalkan
pesan kepadanya agar ke telaga Tong Ting
menyelamatkannya.

1668
Lalu siapa pula, yang menolong Han Giok Shia dan Tam Ek
Hui di sungai Tiang Kang? Tentunya Tam Goat Hua juga. Apa
yang dikatakan nelayan itu memang tidak salah, Yang menitip
surat pada nelayan itu pasti Tam Goat Hua. Saat ini, Lu Leng
menganalisakan itu berdasarkan apa yang telah terjadi,
namun masih ada beberapa hal yang membuatnya tidak habis
pikir. Namun dia yakin akan satu hal, yakni Tam Goat Hua
berada di sekitar telaga Tong Ting.
Begitu berpikir sampai di situ, dia segera melesat ke luar
Karena tadi berpikir cukup lama di dalam goa, maka setibanya
di luar goa, sudah tidak tampak bayangan Yok Kun Sih dan
Toan Bok Ang.
Lu Leng berseru beberapa kali, tapi tidak terdengar suara
sahutan. Maka dia yakin bahwa Yok Kun Sih pasti telah
menotok jalan darah gadis itu agar tidak bisa bersuara,
Sudah cukup lama Lu Leng berada di pulau Huang Yap,
tapi Yok Kun Sih dan Toan Bok Ang belum juga kelihatan Dia
seorang diri berada di pulau itu, sedangkan Liok Ci Khim Mo
pasti ke mari, maka kalau bertemu dirinya pasti celaka! Oleh
karena itu, dia cepat-cepat menuruni bukit Akan tetapi, baru
saja dia melesat beberapa depa, tampak Liok Ci Khim Mo dan
lainnya sedang mendarat di pulau itu,
Betapa terkejutnya Lu Leng, Dia langsung berhenti sambil
berpikir Kalau turun melalui jalan tadi, pasti akan bertemu Liok
Ci Khim Mo. Sedangkan kalau bersembunyi disitu, rasanya
juga tidak akan aman, jalan satu-satunya dia harus kabur
melalui belakang bukit, mungkin masih dapat meloloskan diri.
Lu Leng segera berputar ke belakang bukit, lalu turun dan
tak lama dia sudah berada di kaki bukit, Akan tetapi, baru saja
dia berhenti, matanya melihat dua orang tak jauh dari situ

1669
sedang berpaling ke arahnya. Kedua orang itu adalah orangorang
yang bersama Liok Ci Khim Mo. Mereka duduk
berhadap-hadapan. Betapa terkejutnya Lu Leng, Dia tahu
bahwa kedua orang itu berpencar dengan Liok Ci Khim Mo
untuk mencari Yok Kun Sih. Kini kedua orang itu sudah tahu
akan keberadaannya di situ, maka Liok Ci Khim Mo pasti akan
ke mari pula.
Lu Leng tidak menunggu mereka berdua bersuara,
langsung menerjang ke arah mereka. Dia mengerahkan ilmu
Kim Kong Sin Ci, mengeluarkan jurus Siang Hong Cak Yun
(Sepasang puncak Menembus Awfen) untuk menyerang
mereka. Salah seorang langsung terkulai, yang satu lagi
terpental ke belakang lalu jatuh tapi masih sempat berteriak
aneh.
Begitu mendengar teriakan aneh orang itu, Lu Leng
terkejut Sebab orang itu telah terkena ilmu Kim Kong Sin Ci,
namun masih mampu berteriak aneh, pertanda kepandaiannya
tidak rendah. Pulau Huang Yap tidak begitu besar, sudah tentu
Liok Ci Khim Mo akan mendengar suara teriakan aneh itu dan
pasti segera menyusul ke situ, Lalu bagaimana Lu Leng
meloloskan diri?
Lu Leng menjadi gugup, Maka seketika juga dia
menyerang lagi Orang itu terpental beberapa depa dan
langsung tewas tanpa mengeluarkan suara, Di saat
bersamaan, tampak sosok bayangan berkelebat ke tempat itu.
Bukan main cepatnya gerakan orang itu sehingga dalam
sekejap sudah berada di hadapan Lu Leng.
Lu Leng tertegun karena yang berdiri di hadapannya justru
Oey Sim Tit, yang memiliki ilmu Ginkang yang amat tinggi.

1670
Begitu melihat Oey Sim Tit, seketika hati Lu Leng menjadi
dingin, Walau kepandaiannya jauh di atas Oey Sim Tit, tapi
ilmu Ginkangnya amat tinggi. Kini Oey Sim Tit telah melihat Lu
Leng, bagaimana mungkin Lu Leng dapat meloloskan diri?
Apa boleh buat! Lu Leng terpaksa harus turun tangan lebih
dulu melukai Oey Sim Tit, Mendadak Oey Sim Tit berkata
dengan suara rendah.
"Saudara Lu, ternyata kau! Kenapa kau masih belum mau
kabur?"
Lu Leng tertegun mendengar pertanyaan itu. Kini dia baru
ingat, meskipun Oey Sim Tit adalah putra Liok Ci Khim Mo,
namun berhati baik, tidak seperti ayahnya Lu Leng
mendongakkan kepala memandangnya, tampak wajah Oey
Sim Tit amat gugup dan panik.
"Cepat! Cepat bersembunyi! sebentar lagi ayahku pasti ke
mari!"
Begitu melihat wajahnya, Lu Leng tahu bahwa Oey Sim Tit
tidak menghendakinya binasa di bawah Pat Liong Thian 1m.
" Saudara Oey, aku tidak akan melupakan budi baikmu!"
"Cepat kabur! Kalau tidak akan terlambat!" sahut Oey Sim
Tit.
Lu Leng tidak membuang-buang waktu lagi, langsung
melesat pergi, sebelum menikung, Lu Leng memandang ke
belakang, tampak Oey Sim Tit menunjuk ke depan, kemudian
terdengar suara Liok Ci Khim Mo.
"Ada urusan apa?"

1671
Lu Leng tahu bahwa sebentar lagi Liok Ci Khim Mo akan
sampai di tempat itu. Tapi dia sudah tidak keburu menikung,
karena itu segera bersembunyi di rumput ilalang yang lebat
Di saat Lu Leng bersembunyi Liok Ci Khim Mo sudah
sampai di tempat itu. Begitu melihat mayat kedua orang
tersebut, seketika kegusarannya memuncak
"Di mana musuh itu?" tanya kepada Oey Sim Tit
"Ketika aku sampai di sini, orang itu... sudah kabur." sahut
Oey Sim Tit,
Lu Leng yang bersembunyi di rumput alang-alang, diamdiam
menarik nafas lega, sedangkan Liok Ci Khim Mo
langsung melesat ke sana ke mari, lalu kembali ke tempat
semula dengan wajah gusar.
"Ayah, orang itu sudah kabur, mari cepat kita tinggalkan
pulau ini!"
Liok Ci Khim Mo melotot kemudian membentak
"Kenapa kau begitu terburu-buru?"
Oey Sim Tit langsung diam, Liok Ci Khim Mo tetap berdiri
di tempat kelihatannya tiada minat untuk pergi dalam waktu
singkat. Lu Leng merasa tegang dan panik sekali Sebab kalau
Liok Ci Khim Mo ingin mencari, tentunya akan
menemukannya, Dalam hati Lu Leng berharap Liok Ci Khim
Mo cepat-cepat meninggalkan tempat itu, namun Liok Ci Khim
Mo malah duduk di atas sebuah batu seraya berkata,
"Sim Tit, kini dalam rimba persilatan memang banyak
orang menyanjung diriku, namun kita berdua adalah ayah dan

1672
anak. Selanjutnya kau harus menuruti perkataanku jangan
membuatku gusar."
Oey Sim Tit langsung mendekap di dada Liok Ci Khim Mo.
"Ayah, aku... aku pasti menuruti perkataanmu." Katanya.
Liok Ci Khim Mo manggut-manggut "Satu bulan lagi istana
Ci Cun Kiong di gunung Tiong Tiau San akan usai dibangun.
Gelar Ci Cun selama ratusan tahun, tiada seorang pun yang
berani menggunakannya, Tapi kita berdua, justru akan
menikmati gelar tersebut !"
Oey Sim Tit manggut-manggut
"Mulai hari ini, kalau kau masih tidak mau mempelajari Pat
Liong Thian Im, ayah pasti amat kecewa dan sia-sialah semua
harapanku."
Oey Sim Tit menundukkan kepala.
"Kalau begitu, aku pasti belajar dengan tekun."
Wajah Liok Ci Khim Mo langsung berseru Dia menepuk
bahu Oey Sim Tit sambil bangkit berdiri
Kelihatannya mereka sudah mau meninggalkan tempat itu,
Maka, diam-diam Lu Leng menarik nafas lega. Akan tetapi, di
saat bersamaan mendadak terdengar suara mendesis di
rumput alang-alang itu. Lu Leng yakin Liok Ci Khim Mo tidak
akan mendengar suara itu, Namun dia sendiri tertegun sambil
menoleh, ternyata tampak seekor ular sedang merayap.
Betapa tegangnya hati Lu Leng, sebab ular itu merayap ke
arahnya. Padahal tidak sulit baginya menghadapi ular tersebut

1673
Tapi saat ini, Liok Ci Khim Mo berada tak jauh dari situ, Asal
dia bergerak sedikit Liok Ci Khim Mo pasti mendengarnya.
Lu Leng tak berani bergerak sama sekali. sepasang
matanya terus menatap ular itu, kelihatannya ular berbisa.
Walau ular merayap lamban, tapi tak lama kemudian
sudah berada di hadapannya, Ular itu berwarna abu-abu.
Begitu sampai di hadapannya langsung tercium bau amis yang
amat menusuk hidung. Setelah berada di hadapan Lu Leng,
ular berbisa itu mendongakkan kepala, lalu mendadak
meluncur ke muka Lu Leng.
Apa boleh buat! Lu Leng terpaksa menggerakkan kedua
jari tengahnya untuk menangkap ular itu. Memang Lu Leng
berhasil menangkapnya, tapi tiba-tiba ekor ular itu mengibas
ke arah bahunya.
* * * *
Bab 78
Kini Lu Leng baru melihat jelas, ternyata ular berbisa itu
bersisik abu-abu yang dapat memekar sehingga terasa tajam
sekali. Bahu Lu Leng tersambar ekor ular itu dan tertusuk
sisik-sisiknya yang tajam, maka terasa sakit sekali, sehingga
membuatnya nyaris menjerit
"Kebetulan Lu Leng mendongakkan kepala, Dilihatnya Liok
Ci Khim Mo dan Oey Sim Tit membalikkan badan lalu berjalan
pergi. Kalau di saat ini dia bersuara, pasti celaka.
Oleh karena itu, dia berkertak gigi menahan rasa sakitnya
agar tidak mengeluarkan suara, sekaligus mengerahkan hawa
murninya untuk melawan rasa sakit itu, sungguh sulit

1674
menunggu Liok Ci Khim Mo meninggalkan tempat itu, sebab
dia berjalan begitu lamban. Tak seberapa lama, barulah dia
menikung.
Lu Leng mengeluh perlahan. Kemudian dipegangnya ekor
ular itu dengan tangan kirinya lalu ditariknya dengan sekuat
tenaga, Ular itu putus menjadi dua potong dan darahnya yang
berbau amis pun mengucur deras.
Lu Leng cepat-cepat meloncat ke belakang agar badannya
tidak terkena percikan darah, lalu menengok bahunya,
Tampak beberapa lobang, dan darah di bahunya pun telah
menghilang.
Separuh badannya merasa ngilu, Lu Leng tahu bahwa ular
itu amat berbisa. Maka, dia cepat-cepat menotok jalan
darahnya di bagian dada agar bisa ular itu tidak menjalar ke
jantung,
Setelah itu, dia mengeluarkan Soat Hun Cu, lalu digosokgosokkannya
pada bekas luka di bahunya, Soat Hun Cu
memang dapat menghisap racun apa pun, dan Lu Leng telah
menyaksikan itu. Akan tetapi kali ini, setelah digosok-gosokkan
pada bahunya, Soat Hun Cu itu berubah warnanya menjadi
abu-abu.
Lu Leng terkejut sebab ketika melihat bekas luka di
bahunya, masih agak kehitam-hitaman, Dapat dibayangkan
betapa dahsyatnya bisa ular itu. Lama sekali warna Soat Hun
Cu itu baru berubah menjadi putih kembali Ketika Lu Leng
baru mau menggosokkannya lagi, mendadak terdengar suara
di belakangnya,
"Bocah, kalau terus begitu, nyawamu sulit diselamatkan."

1675
Lu Leng menoleh, Ternyata yang berkata itu Yok Kun Sih.
Lengannya mengapit Toan Bok Ang yang telah ditotok jalan
darah gagunya, maka tidak mampu bersuara,
Lu Leng tahu, bahwa kalau terus-menerus menggosok, itu
membutuhkan waktu, mungkin bisa ular itu akan menjalar ke
jantungnya. Setelah mendengar perkataan Yok Kun Sih, Lu
Leng segera bertanya.
"Cianpwee ada petunjuk apa?"
Yok Kun Sih menunjuk bangkai ular berbisa itu, lalu
manyahut,
"ltu adalah ular aneh yang amat berbisa, Siapa pun tidak
tahu ular berbisa apa itu, Kecuali kau tidak menghendaki Soat
Hun Cu lagi, barulah nyawamu dapat diselamatkan"
Lu Leng terkejut dan tidak mengerti.
"Kalau tiada Soat Hun Cu, lalu bagaimana cara menghisap
bisa ular itu?"
Yok Kun Sih menyahut dengan dingin.
"Walau Soat Hun Cu merupakan benda pusaka, namun
sudah begitu dalam kau terkena bisa ular itu. Maka, kecuali
hanya dengan sekali tarik nafas agar semua bisa ular itu
terhisap keluar, barulah kau selamat Akan tetapi, Soat Hun Cu
itu akan berubah hitam, sekaligus kehilangan kegunaannya,
Oleh karena itu, harus ditaruh ke tempatnya di gunung salju,
dan membutuhkan waktu seratus tahun, barulah dapat
berfungsi seperti semula."
Lu Leng tertegun mendengar penuturan itu.

1676
Perlu di ketahui, tidak gampang bagi Giok Bin Sin Kun
memperoleh Soat Hun Cu itu, Hampir dua puluh tahun dia
berada di gunung salju, barulah memperoleh Soat Hun Cu
tersebut, justru karena itu, Lu Leng tidak menghendaki Soat
Hun Cu itu berubah menjadi benda yang tiada manfaatnya.
Lagi pula, Soat Hun Cu itu mengikat perjodohan Giok Bin
Sin Kun-Tong Hong Pek dengan Tam Goat Hua yang akhirnya
berantakan Maka Lu Leng merasa benda tersebut amat
penting, itu membuatnya menjadi ragu menggunakan cara m
Yok Kun Sih, Maka, wanita tua itu lalu berkata dengan dingin
"Bocah, karena memperoleh beritamu, bahwa Liok Ci Khim
Mo akan ke mari maka aku memberi petunjuk untukmu.
Sebab selama ini aku tidak mau berhutang budi kepada siapa
pun, maka aku memberitahukan cara itu, sama juga telah
membalas budimu itu. Tapi apabila kau selamat lalu masih
mendekati Bok Ang, aku pasti tidak akan mengampunimu."
Usai berkata, Yok Kun Sih melesat pergi sambil mengapit
Toan Bok Ang di bawah ketiaknya dan tak lama sudah lenyap
dari pandangan Lu Leng. Tadi walau Toan Bok Ang tidak
mampu bersuara, namun terus menatap Lu Leng dengan
penuh cinta kasih yang amat dalam.
Lu Leng amat menyesali sebab tidak seharusnya hari itu
dia mengucapkan kata-kata yang mengandung cinta di dalam
makam Nyonya Mo Liong Seh Sih. Kini hanya ada satu jalan,
menuruti perkataan Yok Kun Sih, tidak mendekati Toan Bok
Ang lagi,
Bagi Lu Leng, mendekati Toan Bok Ang atau tidak, sama
sekali tidak penting, Namun tentunya gadis itu tidak akan
takut terhadap ancaman gurunya, lalu bagaimana cara
menghadapinya?

1677
Lu Leng menghela nafas panjang, Kemudian dia mulai
menggosok-gosokkan Soat Hun Cu di bahunya lagi sambil
menahan rasa sakit Berselang beberapa saat, lukanya mulai
mengalirkan darah merah, sedangkan Soat Hun Cu itu telah
berubah menjadi hitam tak bercahaya sama sekali.
Itu pertanda benda tersebut telah kehilangan khasiatnya,
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala sambil menyimpan
Soat Hun Cu ke dalam bajunya lalu meninggalkan tempat itu.
Sampai di kaki bukit, dia tidak melihat Liok Ci Khim Mo
maupun Yok Kun Sih.
Lu Leng segera menebang beberapa batang pohon,
kemudian diikat menjadi satu menyerupai sebuah rakit setelah
itu dia pun membuat sebuah pengayuh, Dengan rakit itulah
akhirnya dia sampai di daratan.
Setelah berada di daratan, dia berpikir bahwa tujuannya
kali ini adalah mencari Tam Goat Hua. Maka dia kembali ke
desa kecil itu dengan maksud menemui nelayan yang
membawa surat untuknya itu. Ketika dia baru berjalan belasan
depa, mendadak terdengar suara orang di rumput alang-alang
yang amat lebat
"Saudara Lu! saudara Lu!"
Lu Leng segera menoleh, Dilihatnya seseorang
menjulurkan kepalanya dari rumput alang-a!ang. wajah orang
itu buruk sekali, ternyata Oey Sim Tit. Lu Leng terkejut Tapi
Oey Sim Tit segera menggoyang-goyangkan tangannya
"Jangan takut, Saudara Lu! Ayahku tidak berada di sekitar
sini, Aku ingin bicara sebentar denganmu."

1678
Lu Leng berpikir Kalau tadi tidak ada Oey Sim Tit, mungkin
dirinya sudah celaka di tangan Liok Ci Khira Mo. Maka Lu Leng
yakin Oey Sim Tit berhati bajik,
Dia segera menghampirinya, lalu berkata sambil menghela
nafas panjang,
"Kau putra Bu Lim Ci Cun, tapi kenapa masih ingin bicara
denganku?"
Wajah Oey Sim Tit tampak murung sekali,
"Saudara Lu, kenapa kau berkata begitu?"
Lu Leng merasa bersalah karena ucapannya tadi memang
agak tajam.
"Saudara Oey, maafkan aku!" ucapnya.
Oey Sim Tit manggut-manggut.
"Aku tahu, kaum rimba persilatan golongan lurus amat
membenci kami ayah dan anak. Namun.,, siapa tahu akan
penderitaan batinku?"
Lu Leng menggenggam tangannya erat-erat,
"Saudara Oey, aku tahu akan penderitaan batinmu."
Oey Sim Tit menghela nafas panjang, lalu mendongakkan
kepala memandang ke langit
"Selain kau, masih ada Nona Tam yang tahu isi hatiku."

1679
Ketika Oey Sim Tit menyinggung Tam Goat Hua, hati Lu
Leng menjadi berduka sekali. Mereka berdua membungkam
sejenak, kemudian Oey Sim Tit berkata,
"Saudara Lu, dalam hatiku amat mencintai ayahku. Tapi,.,
aku membenci semua perbuatannya. saudara Lu, batinku
sungguh menderita sekali!"
Tiba-tiba hati Lu Leng tergerak Ternyata dia ingin
memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta Busur Api
kepada Oey Sim Tit, namun entah diberikan atau tidak?
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Lu Leng berkata,
"Saudara Oey, aku ingin meminjam sesuatu kepadamu."
"Kau mau pinjam apa, katakanlah!"
"Saudara Oey, bolehkah aku meminjam Busur Apimu?"
Wajah Oey Sim Tit langsung berubah, badannya bergerak,
bergeser dua depa dari hadapan Lu Leng.
Lu Leng terus menatapnya, Tampak Oey Sim Tit
menggoyang-goyangkan sepasang tangannya,
"lni justru tidak bisa!"
"Mengapa?" tanya Lu Leng,
"Busur Api itu dapat membunuh ayahku, aku... bagaimana
mungkin kupinjamkan kepada orang lain?"

1680
"Saudara Oey, ayahmu begitu jahat dan sering membunuh
orang, Kenapa kau masih membelanya?" kata Lu Leng dengan
suara dalam.
Oey Sim Tit menghela nafas,
"Saudara Lu, biar bagaimanapun dia tetap ayahku!"
sahutnya,
Lu Leng tahu bahwa Oey Sim Tit berhati lurus, tapi amat
lemah, ditambah sejak kecil dia kehilangan orang tua. Kini dia
telah berkumpul kembali dengan ayahnya, maka dia tidak
akan melakukan sesuatu yang mencelakai ayahnya,
Lu Lengs menghela nafas panjang, kemudian menggelenggelengkan
kepala,
"Aku tahu perasaanmu. Terimakasih atas pertolonganmu
tadi, sampai jumpa!"
"Saudara Lu, aku masih punya kata-kata yang akan
kusampaikan kepadamu!"
"Perkataan apa?"
Mendadak wajah Oey Sim Tit berubah agak kemerahmerahan.
"Apakah Saudara Lu tahu, kini Nona Tam berada di
mana?"
Lu Leng tercengang, kenapa wajahnya tampak kemerahmerahan
ketika bertanya demikian?

1681
"Aku tidak tahu." sahutnya,
"Harap saudara Lu melegakan hati! Kalau aku tahu jejak
Nona Tam, aku pasti tidak akan memberitahukan kepada
ayahku, beritahukanlah!" kata Oey Sim Tit.
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala,
"Aku memang tidak tahu, Bahkan aku pun sedang
mencarinya Bagaimana aku memberitahukan kepadamu ?"
Wajah Oey Sim Tit tampak murung.
"Saudara Lu, ayahku memang jahat. Aku tidak bisa
mencegahnya namun dalam setahun ini, aku telah banyak
menyelamatkan orang, seperti halnya Saudara Tam dan Nona
Han. Mereka berdua berjumpa ayahku, tapi di saat genting,
aku mencegah ayahku turun tangan berat terhadap mereka,
maka mereka berdua tidak binasa, Kalau Saudara Lu bertemu
Nona Tam, tolong beritahukan kepadanya bahwa aku.,., tidak
pernah berbuat jahat."
Lu Leng manggut-manggut.
"Baik. Kalau aku berjumpa dia, pasti kuberitahukan.
Oey Sim Tit menghela nafas beberapa kali,
"Saudara Lu, lebih baik kau bersembunyi hingga malam,
baru meninggalkan tempat ini, agar tidak bertemu ayahku,"
Usai berkata begitu, Oey Sim Tit pun melesat pergi.
sungguh hebat ilmu Ginkangnya! Dalam sekejap dia sudah
hilang dari pandangan Lu Leng,

1682
Lu Leng tahu bahwa Oey Sim Tit berhati bajik, Barusan dia
memperingatkan Lu Leng bersembunyi hingga malam,
tentunya punya alasan kuat Walau dia ingin cepat-cepat
mencari Tam Goat Hua, namun tetap tidak berani berlaku
gegabah, Maka dia bersembunyi hingga malam, barulah
memasuki desa kecil itu untuk mencari nelayan yang
membawa surat Tam Goat Hua. Dia berhasil mencari nelayan
itu. setelah bertanya Tam Goat Hua pergi ke mana, Lu Leng
segera mengejar. Namun, sudah mengejar beberapa hari, dia
sama sekali tidak menemukan jejak gadis itu.
Lu Leng ingat dirinya ketika berada di gunung Tang Ku
Sat, berjumpa Tam Goat Hua, gadis itu lalu pergi, membuat
hatinya berduka sekali. Namun Lu Leng pun ingat, setelah
keluar dari makam Nyonya Mo Liong Seh Sih, kemungkinan
besar Tam Goat Hua terus mengikuti di belakangnya Apakah
gadis itu sudah tidak mencintai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong
Pek, sebaliknya malah mulai mencintai dirinya?
Berpikir sampai di situ, hati Lu Leng merasa gembira
sekali. Tak terasa sudah sebulan dia terus mencari Tam Goat
Hua, namun tiada hasilnya juga tidak berjumpa Liok Ci Khim
Mo.
Hari itu, dia memasuki wilayah Shantung, Dia menghitunghitung
waktu, hanya tinggal belasan hari sudah Cit Gwee Cap
Go. Kini dia berangkat ke gunung Tiong Tiau San, kebetulan
membutuhkan waktu belasan hari pula, Oleh karena itu, dia
mengambil keputusan untuk berangkat ke gunung itu. Walau
harus menempuh bahaya, tapi itu merupakan suatu
kesempatan setelah mengambil keputusan tersebut dia lalu
berjalan ke arah barat,
Malam itu, di sebuah penginapan kecil, Lu Leng menukar
pakaiannya dengan pakaian seorang pengemis. setelah itu dia

1683
membeli sedikit bahan untuk merias wajahnya agar berubah
tidak karuan, bahkan juga memakai kumis palsu dan
membawa sebatang tongkat bambu.
Setelah mengaca, dia tertawa sendiri karena nyaris tidak
mengenali dirinya sendiri Mungkin Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek, gurunya juga tidak akan mengenalinya, setelah
menyamar sebagai pengemis, malam itu juga Lu Leng
berangkat ke gunung Tiong Tiau San. Di sepanjang jalan
tampak begitu banyak kaum rimba persilatan golongan hitam
menuju gunung itu, Lu Leng tahu bahwa gurunya dan Cit Sat
Sin Kun suami istri yang selama ini tiada kabar beritanya pasti
bersembunyi di suatu tempat untuk mempelajari suatu ilmu
silat lihay, guna menghadapi Uok Ci Khim Mo. Maka dalam
pertemuan kali ini di gunung Tiong Tiau San, mereka pasti
tidak ketinggalan
Karena itu, sepanjang jalan Lu Leng terus mengamati
setiap orang, barangkali bertemu orang sendiri.
Namun dalam perjalanan itu, Lu Leng sama sekali tidak
menemukannya Hari itu setelah dia melewati sebuah jalan
besar, tampak sebuah jalan lain yang amat besar dan masih
baru, menuju gunung Tiong Tiau San,
Lu Leng mengikuti semua orang melalui jalan besar itu,
Tak seberapa kemudian semua orang itu berhenti lalu
berkumpul menjadi satu dan tak bergerak lagi
Lu Leng tercengang, lalu memandang ke depan. Temyata
di sana terdapat sebuah pintu masuk mirip sebuah gapura,
dan tampak empat orang berdandan sebagai pelayan rumah
menjaga di situ,

1684
Walau keempat orang itu berdandan sebagai pelayan
rumah, tapi sepasang mata mereka menyorot tajam. Siapa
yang melihat pasti tahu bahwa mereka berempat memiliki
Lweekang tinggi. Siapa yang melewati pintu gapura itu, harus
memberitahukan nama masing-masing,
Lu Leng yang berdiri di situ, mendengar belasan orang
memberitahukan nama masing-masing. Memang benar
mereka berasal dari golongan hitam,
Perlahan-lahan Lu Leng berjalan ke pintu gapura, Begitu
sampai di pintu itu, sebelum keempat orang itu bertanya, Lu
Leng sudah berseru lantang,
"Lam Cong Ok Kay (Pengemis Jahat) Kim Hong Cu (Si Gua
Kim) datang memberi selamat!"
Lu Leng menyebut nama itu bukan tiada dasarnya. Karena
dia lahir di kota Lam Cong, maka tahu bahwa seorang
pengemis yang amat jahat dan sadis di kota tersebut bernama
Kim Hong Cu. Lu Leng pernah melihatnya beberapa kali, maka
dia mencatut nama itu.
Keempat penjaga itu mengamati Lu Leng dengan sorotan
tajam Ketika baru mau mengibaskan tangannya agar Lu Leng
masuk, mendadak terdengar suara "lh" dari gerombolan orang
yang belum masuk. Lu Leng menoleh ke belakang dan
seketika menarik nafas dingin. Sudah sekian tahun dia
meninggalkan kota Lam Cong, namun bagaimana rupa Kim
Hong Cu, dia masih mengenalinya. Kini yang mengeluarkan
suara "lh" itu ternyata si pengemis jahat Kim Hong Cu.
Si pengemis Jahat itu menghampiri Lu Leng, Jelas dia
sudah mendengar Lu Leng menyebut namanya. Namun dalam

1685
hati Lu Leng telah muncul suatu ide, begitu si Pengemis Jahat
sudah dekat, dia akan turun tangan membunuhnya,
Saat ini, keempat penjaga itu sudah mulai curiga.
"Kim Hong Cu, mau apa sobat itu?" tanya salah seorang
dari mereka kepada Lu Leng,
Lu Leng berusaha menenangkan perasaannya
"Aku tidak tahu."
Ketika Lam Cong Ok Kay Kim Hong Cu hampir mendekati
Lu Leng, mendadak wajahnya berubah lalu menjerit aneh,
tahu-tahu sudah jatuh telentang, mulutnya mengeluarkan
darah dan binasa seketika. Perubahan itu sungguh di luar
dugaan semua orang, termasuk Lu Leng, dia pun jadi
melongo.
Dua penjaga langsung melesat ke arah Kim Hong Cu,
kemudian mengangkat tubuhnya, Ternyata di keningnya
melekat sebuah batu kecil sampai menembus jalan darah Sin
Teng Hiat di kening itu. Maka tidak mengherankan kalau Kim
Hong Cu binasa seketika.
Tapi sungguh mengherankan tiada seorang pun tahu dari
mana datangnya batu kecil itu. Kedua penjaga itu mendengus
dingin, lalu melemparkan mayat Kim Hong Cu ke samping,
setelah itu mereka membalikkan badannya sambil menatap Lu
Leng dengan tajam sekali.
Lu Leng bergirang dalam hati karena orang yang turun
tangan menolongnya pasti orang sendiri. Agar keempat
penjaga itu tidak bercuriga, dia segera berteriak-teriak.

1686
" Siapa berani mengacau di sini? Cepat bayar nyawa adik
seperguruanku! Cepaaat!"
Kedua penjaga itu sebetulnya ingin mengajukan beberapa
pertanyaan Namun karena mendengar Lu Leng berteriakteriak
begitu, mereka tidak jadi bertanya. Ternyata orang yang
binasa terserang senjata rahasia itu adalah adik seperguruan
Anda!" kata salah seorang dari kedua penjaga itu.
Lu Leng manggut-manggut
"Tidak salah!"
"Anda boleh berlega hati, orang yang membunuh adik
seperguruan Anda itu, tidak mungkin dapat meloloskan diri."
"Kalau begitu, aku harap Anda berempat sudi
membantuku mencari pembunuh itu!"
Usai berkata, Lu Leng melangkah lebar memasuki pintu
gapura sambil membatin, kalau tidak ada orang turun tangan
membunuh Kim Hong Cu, tentu akan muncul kerepotan.
Berdasarkan batu kecil itu, sudah jelas Kim Hong Cu
disambit oleh orang yang memiliki Lweekang yang amat
tinggi. Kalau bukan gurunya, pasti Cit Sat Sin Kun-Tara Sen.
Oleh karena itu, setelah memasuki pintu gapura, dia
berjalan lamban, dengan harapan ada orang mengejarnya
untuk tegur sapa,
Akan tetapi, walau dia telah berjalan tujuh delapan mil,
belum ada orang menegurnya, maka dia menjadi kecewa.

1687
Tak seberapa larna kemudian Lu Leng tiba di mulut
sebuah lembah, juga ada penjaga di situ,
Lu Leng tetap menggunakan nama Lam Cong Ok Kay-Kim
Hong Cu untuk memasuki lembah itu, Ketika melewati lembah
itu, Lu Leng mendongakkan kepala dan seketika berseru
kaget.
"Haaah...?"
Tempat itu merupakan sebidang tanah kosong yang amat
luas, terletak di antara gunung Thai Hang San dan
pegunungan Hwa San.
Tapi kini di tanah kosong itu telah berdiri sebuah istana
yang amat indah dan megah, Tembok luarnya dibikin dari
semacam batu, yang bergemerlapan bila tertimpa cahaya
matahari, bahkan amat menyilaukan mata, Di atas pintu istana
terdapat sebuah papan naman "Bu Lim Ci Cun Ceh Kiong"
(istana penguasa Rimba Persilatan),
Pintu utama istana itu tertutup rapat, namun terdapat
beberapa buah pintu samping, Banyak orang keluar masuk
melalui pintu samping itu.
Lu Leng masuk melalui pintu samping. Langsung ada
orang menyambutnya sekaligus mengantarnya pergi
beristirahat. Lu Leng mengamati istana itu, istana itu mewah
dan terdapat entah berapa banyak kamar. Liok Ci Khim Mo
membangun istana tersebut, entah menggunakan berapa
banyak tenaga orang,
Lu Leng tiba di istana Ci Cun Kiong pada Cit Gwee Cap Go
siang hari, setelah beristirahat di dalam kamar, kemudian dia
pergi melihat-lihat istana itu.

1688
Tampak setiap pintu pasti ada penjaganya, Liok Ci Khim
Mo berada di mana, tiada seorang pun tahu, Malam harinya,
dia kembali ke kamar sambil berpikir berdasarkan keadaan di
situ, Lu Leng merasa sia-sia mendatangi tempat itu.
Dia membaringkan dirinya ke atas ranjang, tapi tidak bisa
pulas, Ketika larut malam, mendadak terdengar suara "Krek"
Lu Leng terkejut, lalu bangun duduk.
Ternyata pintu kamar terbuka dan tampak sosok bayangan
berkelebat ke dalam,
"Siapa kau?" tanya Lu Leng dengan tertegun
"Anak Leng jangan berisik!"
Begitu mendengar suara itu, Lu Leng langsung
menubruknya seraya berseru per!ahan.
"Guru!"
Ternyata orang itu adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong
Pek, yang wajahnya pun telah dirias hingga tampak tidak
karuan,
Mereka berdua saling memeluk, berselang sesaat barulah
melepaskan pelukan masing-masing.
"Anak Leng, kau terlampau ceroboh! Kim Hong Cu berada
dalam rombongan itu kenapa kau menggunakan namanya?"
"Pada waktu itu aku tidak berpikir sampai ke situ, Guru ke
mari seorang diri?"

1689
"Tidak, Cit Sat Sin Kun suami istri juga sudah ke mari."
Betapa girangnya Lu Leng,
"Guru, apakah kalian bertiga sudah punya cara untuk
menghadapi Liok Ci Khim Mo?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menggeleng-gelengkan
kepala,
"Tidak ada. Anak Leng, larut malam begini aku ke mari,
justru ingin memperingatkanmu, jangan bertindak gegabah!"
Lu Leng menghela nafas panjang,
"Oh ya! Tahukah Guru tentang Busur Api dan Panah Bulu
Api yang dapat menundukkan Pat Liong Thian Im?"
Sesungguhnya sejak Giok Bin Sin Kun meninggalkan
gunung Go Bi San, setahun yang lalu hatinya sudah beku dan
tiada gairah hidup, bahkan juga sudah tidak percaya diri lagi
Untung Cit Sat Sin Kun suami istri terus menasihatinya, maka
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek terbangun semangat
hidupnya. sedangkan Cit Sat Sin Kun suami istri tidak pernah
pulang ke pulau Hwe Ciau To, melainkan tinggal di gunung Go
Ci San (Gunung Lima Jari) di pulau laut selatan,
"Dua bulan lalu, Cit Sat Sin Kun pergi ke daratan, barulah
tahu tentang pertemuan yang akan diselenggarakan di
gunung Tiong Tiau San.
Mereka bertiga segera berunding, akhirnya mengambil
keputusan untuk menghadiri pertemuan tersebut dengaa cara
menyamar Mengenai apa yang dialami Lu Leng di gunung

1690
Tang Ku Sat, tentunya mereka bertiga tidak mengetahuinya,
maka Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera menyahut
"Tidak tahu, cepatlah beritahukan!"
Lu Leng menutur tentang apa yang didengarnya dari Liok
Ci Khim Mo, juga menutur apa yang dialaminya di gunung
Tang Ku Sat,
Ketika Lu Leng usai menutur, hari sudah mulai terang,
"Sungguh sayang sekali Panah Bulu Api itu telah dicuri
orang! Liat Hwe Cousu tahu siapa pencurinya?" tanya Giok Bin
Sin Kun Tong Hong Pek.
"Aku belum bertemu dengannya, Kelihatannya ketika itu
sepertinya dia tahu siapa pencurinya."
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berpikir
"Heran!"
"Apa yang heran? Apakah cara Toan Bok Ang bisa keluar
dari makam Nyonya Mo Liong Seh Sih?" tanya Lu Leng,
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menggelengkan kepala,
"Bukan, yang kuherankan yaitu ketika kami meninggalkan
pulau Lam Hai To, pernah melihat Liat Hwe Cousu menuju
arah selatan, Ketika itu kami telah menyamar, maka dia tidak
mengenali kami, mau apa dia ke Lam Hai?"
Lu Leng diam saja, Dia tidak mengerti kenapa mendadak
Giok Bin Sin Kun menyinggung tentang itu.

1691
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berpikir lagi,
"Anak Leng, kini kau sudah tahu cara menghadapi Liok Ci
Khim Mo, yaitu harus berupaya mencari Panah Bulu Api. Maka,
kau tidak boleh bertindak ceroboh di sini, Kau menyamar
sebagai Kim Hong Cu, sedangkan kami bertiga menyamar
sebagai Lam Hai Sam Sat (Tiga Algojo Dari Lam Hai), kau
jangan salah memanggil kami!"
Lu Leng manggut-manggut, dan Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek segera melesat pergi, Tak lama ada orang
mengantar sarapan pagi seraya memberitahukan,
“Sebentar lagi lonceng di aula besar akan berbunyi kalian
semua harus berkumpul di aula besar itu!"
Lu Leng manggut-manggut, setelah sarapan pagi, dia
duduk menunggu di dalam kamar Berselang beberapa saat,
terdengar suara lonceng berbunyi "Tang Tang" dua kali, Lu
Leng membuka pintu kamar sambil melongok keluar Tampak
semua orang meninggalkan kamar menuju aula besar itu.
Lu Leng pun mengikuti mereka, Tak seberapa lama,
tampak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mendekati nya.
Tampak dua orang berada di sisinya yaitu Cit Sat Sin Kun
yang menyamar sebagai lelaki buta, dan Tok Ciu Lo Sat-Seh
Cing Hua memakai kedok kulit manusia, sehingga wajahnya
kelihatan pucat pias,
Mereka berempat terus berjalan, kemudian Seh Cing Hua
mendekati Lu Leng,
"Anak Leng, kau bilang pernah berjumpa Goat Hua di
gunung Tang Ku Sat?" tanyanya dengan suara rendah.

1692
Lu Leng mengangguk.
"Ya. Bahkan dia pun terus mengikutiku sampai di telaga
Tong Ting, hanya secara sembunyi-sembunyi. Mungkin dia
masih berduka."
"Kau tahu apa? Dia begitu menaruh perhatian padamu,
tentunya terkesan baik dalam hatinya! Kalau dia memunculkan
diri, kau harus menasihatinya, kalian berdua pasti akan akur
kembali!" bentak Seh Cing Hua.
Lu Leng menghela nafas panjang.
"Bibi Tam, Kakak Goat memang amat baik terhadapku,
namun yang dia cintai adalah guruku."
Seh Cing Hua diam, sebab mereka berempat bersama
orang lain sudah sampai di depan pintu aula besar itu.
Lu Leng terbelalak karena ketika memandang ke dalam,
aula itu amat besar dan puluhan pilar yang dibikin dari batu
berdiri tegar di situ, Semua kursi meja dibikin dari batu pula.
Besarnya aula itu dapat memuat tujuh delapan ratus orang
lebih,
Saat ini, aula besar itu hanya terisi separuh, Mereka
berempat memilih sebuah meja, lalu duduk di situ,
"Cukup terpandang juga binatang itu." bisik Giok Bin Sin
Kun.
"Belum tentu dia cukup terpandang, melainkan ilmu
silatnya tidak begitu tinggi, maka takut orang mendekatinya
sahut Cit Sat Sin Kun-Tam Sen perlahan,

1693
Ternyata di aula besar itu terdapat sebuah panggung yang
tingginya hampir lima depa, sedangkan tinggi aula besar itu
enam depa lebih, Di atas panggung itu terdapat dua buah
kursi batu yang amat indah.
Berselang beberapa saat, setelah tiada lagi tamu yang
datang mendadak terdengar lonceng berbunyi "Tang Tang"
dua kali, lalu hening tak terdengar suara apa pun. Sebelum
suara lonceng itu lenyap, terdengar pula suara Ting Ting" dua
kali di atas panggung, ternyata suara harpa yang membetot
sukma semua orang.
Begitu suara harpa itu berhenti, suasana di dalam aula
besar itu bertambah hening, hanya terdengar suara desah
nafas.
Semua orang memandang ke atas panggung, Tampak tiga
orang di sana, Entah kapan dan dari mana munculnya ketiga
orang tersebut Dua orang duduk dan seorang berdiri di
samping. Wajah kedua orang itu amat buruk, namun
keduanya agak mirip.
Di pangkuan orang yang berusia lebih tua terdapat sebuah
harpa kuno. Dia adalah Liok Ci Khim Mo, yang menyebut
dirinya sebagai Bu Lim Ci Cun. Yang duduk di sampingnya
adalah Oey Sim Tit, putranya,
Orang yang berdiri itu berbadan tinggi besar, memakai
jubah hitam. Ketika melihat orang itu, Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek berkata dengan suara rendah.
"Dia si Kaki Tunggal, perampok besar yang amat terkenal
di wilayah Hiap Kan."

1694
"Guru, cara bagaimana Liok Ci Khim Mo naik ke panggung
itu?" tanya Lu Leng,
"Apa yang harus diherankan? Tentunya di bawah
panggung itu terdapat jalan rahasia ke atas, Dia berada di
atas panggung, ingin menghadapinya juga tiada caranya."
"Dia justru tidak berpikir, kalau ada orang di atas atap, dia
pasti celaka." kata Seh Cing Hua sambil tertawa ringan.
"Aku duga dia telah memikirkan itu. Lihatlah langit-langit
di atasnya, kau akan mengetahuinya!" kata Cit Sat Sin Kun-
Tam Sen dengan suara rendah.
Seh Cing Hua mendongakkan kepala. Ternyata langitlangit
di atas kepala Liok Ci Khim Mo, berbentuk bulat yang
agak kehitam-hitaman, kelihatannya dibikin dari semacam
besi.
Saat ini, suasana di dalam aula besar itu amat hening.
Mereka berempat bercakap-cakap dengan suara rendah,
namun membuat cukup banyak orang memandang ke arah
mereka,
* * * *
Bab 79
Cit Sat Sin Kun Tam Sen segera memberi isyaral, yang lain
langsung berhenti bercakap-cakap.
Mendadak terdengar si Kaki Tunggal berkata lantang di
atas panggung dan tampak dadanya terangkat sedikit

1695
"Liok Ci Khim Mo memiliki ilmu Pat Liong Thian Im yang
maha dahsyat, maka kaum rimba persilatan di kolong langit,
yang menurut pasti hidup, yang melawan pasti mati! para
kaum rimba persilatan yang hadir di sini, kalau tiada pendapat
lain, harus segera berlutut!"
Seusai si Kaki Tunggal berkata demikian, terdengar suara
sorak-sorai yang riuh gemuruh di dalam aula besar itu.
Kali ini semua yang hadir di dalam istana Ci Cun Kiong,
boleh dikatakan terdiri dari golongan hilam, yang sehariharinya
hanya melakukan kejahatan. Kini mereka punya
dekingan yang begitu kuat, dan itu memang yang mereka
harapkan agar bisa memusuhi kaum rimba persilatan golongan
lurus!
Oleh karena itu, mereka semua segera bangkit berdiri,
kemudian berlutut menghadap ke panggung, sedangkan saat
ini, air muka Tong Hong Pek, Tam Sen. suami istri dan Lu
Leng telah berubah. Mereka ikut hadir, hanya ingin tahu
bagaimana keadaan istana Ci Cun Kiong, Sebelum yakin dapat
menghadapi Liok Ci Khim Mo, mereka berempat tidak akan
bertindak sembarangan Namun mereka berempat sama sekali
tidak menduga bahwa begitu Liok Ci Khim Mo muncul
langsung macam-macam,
Jangankan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Cit Sat
Sin Kun-Tam Sen suami istri yang berkepandaian begitu tinggi,
sedangkan Lu Leng pun tidak sudi berlutut di hadapan musuh
besarnya itu. Oleh karena itu, ketika semua orang berlutut,
mereka berempat masih tetap duduk tak bergerak sedikit pun.
Terdengar si Kaki Tunggal membentak gusar,
"Kenapa kalian tidak berlutut?"

1696
Di saat si Kaki Tunggal sedang membentak, Tong Hong
Pek menulis di atas meja dengan teh berbunyi "Terjang
Keluar", seketika Seh Cing Hua bangkit berdiri seraya
menyahut
"Kami ingin bicara sebentar!"
"Kalau ingin bicara juga harus berlutut!" bentak si Kaki
Tunggal.
"Baik!" sahut Cit Sat Sin Kun-Tam Seng.
Tiba-tiba dia bergerak cepat menyambar dua orang yang
duduk di meja sebelah, lalu dilemparkannya ke panggung
sehingga menimbulkan suara menderu-deru. Di saat
bersamaan, Giok Bin Sin Kun memukul salah sebuah pilar di
aula itu,
Bum!
Pilar itu langsung roboh dan seketika suasana di dalam
aula besar itu menjadi kacau balau, Mereka berempat pun
segera menerjang keluar, yang menghadang pasti mati,
Namun ketika mereka berempat baru menerjang dua tiga
depa, Liok Ci Khim Mo yang berada di atas panggung tertawa
aneh,
"He he he! Bagi yang tunduk kepadaku, cukup menahan
nafas dan tidak memikirkan urusan lain, pasti tidak akan
terjadi apa-apa!"
Usai dia berkata, harpa Pat Liong Khimnya mulai berbunyi
begitu nyaring bunyinya membuat hati semua orang tergetar
keras. Walau begitu banyak kaum rimba persilatan golongan

1697
hitam berada di dalam aula besar itu, hanya terdapat
beberapa tokoh tua golongan hitam yang berkepandaian
tinggi, Yang lain masih tidak dapat dibandingkan dengan
kepandaian Lu Leng, Namun ketika harpa Pat Liong Khim
berbunyi mereka tahu asal tunduk kepada Liok Ci Khim Mo
sambil menahan nafas, pasti tidak akan celaka,
Akan tetapi, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berempat,
justru berbeda dengan mereka. Ketika harpa Pat Liong Khim
mulai berbunyi, jantung mereka terasa terpukul oleh sesuatu
yang amat berat. Padahal mereka berempat sedang
menerjang keluar, Namun setelah harpa Pat Liong Khim mulai
bunyi, terjangan mereka menjadi lamban,
Tong Hong Pek yang berada di paling depan, masih
mengerahkan Lweekang untuk memukul beberapa orang yang
menghadang, justru membuat matanya berkunang-kunang,
Semula harpa Pat Liong Khim berbunyi cepat dengan nada
tinggi, kemudian berubah menjadi lamban tapi amat nyaring.
Siapa yang mendengarnya, pasti merasa nyaman sekali,
bahkan akan melupakan hal-hal yang merisaukan hati, dan
juga menjadi lemas tak bertenaga.
Lu Leng merasa dirinya bersama Tam Goat Hua berada di
pinggir sungai, saling mencurahkan isi hati dan memadu cinta,
Walau tahu bahwa itu hanya khayalan karena terpengaruh
oleh suara harpa, namun Lu Leng tak berdaya melawan
pengaruh Pat Liong Thian Im itu. Badannya bergoyanggoyang,
kemudian terkulai
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen yang ada di sampingnya juga
hampir terpengaruh namun dia sudah melatih diri puluhan
tahun maka masih bisa bertahan agak lama, Ketika melihat Lu
Leng terku!ai, dia segera menahan nya.

1698
Pada saat bersamaan, diapun mengerahkan hawa murni
seraya berseru lantang,
"Cepat terjang, terlambat pasti celaka!"
Begitu mendengar suara seruan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen,
Lu Leng tersentak sadar, lalu memaksakan diri untuk
menerjang ke luar, namun tak berdaya sama sekali. Giok Bin
Sin Kun-Tong Hong Pek cepat-cepat menyambar tangannya,
sekaligus menariknya keluar aula, dan berhasil.
Namun dia cukup menguras tenaga sehingga membuat
perhatiannya menjadi pecah, maka sulit baginya melawan Pat
Liong Thian Im. Seketika dia tidak mendengar suara harpa
lagi, pemandangan di depan matanya berubah.
Akan tetapi, dalam hatinya masih terdapat sedikit
kesadaran Dia tahu bahaya sedang mengancam dirinya.
Namun dalam sekejap kesadaran itu telah hilang lagi, Di
depan matanya muncul pemandangan khayalan Dia melihat
Tam Goat Hua duduk di pinggir ranjang, memandangnya
dengan penuh cinta kasth, Tong Hong Pek tersenyumsenyum,
seakan di dunia telah tiada urusan yang harus
dirisaukan lagi, sementara Tam Sen suami istri masih
berupaya menerjang keluar, Ketika melihat Tong Hong Pek
berhasil menarik Lu Leng keluar, mereka berdua berlega hati,
Tapi sekejap wajah Tong Hong Pek berubah berseri-seri,
Maka mereka berdua sudah tahu adanya gelagat tidak beres.
"Saudara Tong Hong! Saudara Tong Hong!" bentak
mereka.
Namun Tong Hong Pek sudah tidak dapat mendengar
suara bentakan mereka, Badannya sempoyongan kemudian

1699
terkulai ke bawah. Begitu melihat Tong Hong Pek terkulai,
terkejutlah Tam Sen dan Seh Cing Hua,
Padahal di saat bersamaan, mereka berdua pun sedang
melawan Thian Liong Pat Im, Berhasil menerjang keluar atau
tidak masih belum tahu, tapi kini justru mulai terpengaruh
pula,
Mereka berdua saling memandang, kemudian tersenyumsenyum,
sepertinya teringat akan masa lalu, hari-hari yang
penuh keindahan, tak lama badan mereka pun sempoyongan
dan akhirnya terkulai
Di antara mereka berempat, sesungguhnya Lu Leng yang
paling payah. Namun dia tertarik oleh Tong Hong Pek, hingga
paling dahulu keluar dari aula besar itu, maka suara harpa pun
menjadi agak lemah, karena itu kesadarannya juga agak
normal kembali
Akan tetapi, bersamaan itu tampak empat orang
menerjang ke arahnya, Tanpa banyak pikir lagi Lu Leng
langsung menyerang mereka dengan ilmu Kim Kong Sin Ci.
Keempat orang itu menjerit, lalu roboh. Saat ini, Lu Leng tidak
tahu Tong Hong Pek bertiga dalam bahaya, Dia sendiri masih
bingung, bagaimana caranya bisa keluar.
Dia hanya ingat mendengar suara bentakan Cit Sat Sin
Kun-Tam Sen, kemudian menerjang keluar. Karena mengira
begitu, dia pun yakin Tong Hong Pek bertiga dapat menerjang
keluar pula. Karena iiu, setelah keempat orang itu roboh, dia
pun melesat pergi.
Untung dia tidak tahu keadaan Tong Hong Pek, Tam Sen
dan Seh Cing Hua. Kalau tahu, bagaimana mungkin dia akan
melesat pergi?

1700
Setelah Tong Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua roboh
tak sadarkan diri, suara harpa mulai merendah dan terdengar
Liok Ci Khim Mo membentak
"Yang satu itu telah kabur, siapa mau mengejarnya?"
Seketika juga terdengar suara sahutan.
"Kami bersedia mengejarnya!"
Liok Ci Khim Mo mengibaskan tangannya.
"Cepat pergi cepat pulang!"
Liok Ci Khim Mo terus memetik senar harpanya, dan makin
lama suaranya semakin rendah,
Oey Sim Tit yang duduk di sisi sampingnya tahu jelas
bahwa suara harpa tersebut, dari nada tinggi berubah rendah,
kemudian akan berubah meninggi, maka siapa yang telah
terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im, pasti akan muntah
darah dan binasa,
Tong Hong Pek bertiga telah menyamar Oey Sim Tit tidak
mengenali mereka, namun berpikir, mereka bertiga berani
menyelinap ke dalam istana Ci Cun Kiong, bahkan tidak mau
beriutut, tentunya bukan orang biasa,
"Ayah berhenti dulu, lihat siapa mereka bertiga!" katanya.
Bagian 38
Begitu mendengar perkataan Oey Sim Tit, Liok Ci Khim Mo
segera berpesan beberapa patah kata kepada si Kaki Tunggal.

1701
Si Kaki Tunggal langsung menghentakkan kakinya.
seketika di depannya muncul sebuah lobang berbentuk bulat,
lalu dia segera meloncat ke dalamnya.
Tak lama dia sudah muncul dari sebuah pintu rahasia di
dinding aula besar itu, berjalan ke hadapan Tong Hong Pek
bertiga, kemudian mengangkat mereka ke kursi batu.
Walau si Kaki Tunggal berkepandaian tinggi, namun masih
tidak dapat dibandingkan dengan Tong Hong Pek, Tam Sen
maupun Seh Cing Hua. Kalau mereka bertiga tidak
terpengaruh oleh Pat liong Thian Im hingga tak sadarkan diri,
salah seorang di antara mereka menjulurkan tangan, si Kaki
Tunggal itu pasti binasa,
Setelah menaruh ketiga orang itu di kursi batu, si Kaki
Tunggal lalu mengeluarkan sebilah belati. Gerakannya cepat
sekali, sehingga tahu-tahu tulang Pipe (Tulang Di Bagian
Punggung) mereka bertiga telah berlubang, Setelah itu, dia
mengambil seutas tali urat sampai untuk mengikat mereka
dengan cara memasukkan tali itu di lobang tulang Pipe
mereka, Kemudian dibawanya mereka ke sebuah pilar yang
paling besar lalu diikat di situ, serta wajah mereka yang dinas
tidak karuan itu dibersihkannya sampai bersih, seketika
tampak wajah asli mereka, sebagian besar orang-orang yang
berada di aula besar itu mengenali mereka bertiga, sehingga
membuat orang-orang itu menjadi tertegun
Sama sekali tidak terduga, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong
Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing
Hua, yang amat terkenal itu masih roboh di bawah Pat Liong
Thian Im.
Semua orang terkejut dan merasa girang sekali, Mendadak
mereka semua bersorak-sorai, kemudian berlutut lagi

1702
menghadap panggung. Liok Ci Khim Mo sendiri pun tidak
menyangka, kalau mereka bertiga justru mengantar diri ke
dalam istananya padahal dalam setahun ini, dia terus mencari
mereka bertiga, namun tidak berhasil
Empat tahun yang lalu, di gunung Bu Yi San, Liok Ci Khim
Mo pernah dilukai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, sehingga
menyebabkan nya harus mengobati lukanya sampai tiga tahun
lamanya,
Oleh karena itu, dia amat mendendam terhadap Tong
Hong Pek. Maka kini ketika melihat Tong Hong Pek berada di
situ, bukan main girangnya,
Mendadak Liok Ci Khim Mo bangkit berdiri, lalu
mengangkat kedua belah tangannya,
"Diam semua!"
Seketika semua orang diam, sehingga suasana di aula
besar itu berubah menjadi hening sekali,
Setelah bangkit berdiri, Liok Ci Khim Mo tidak memetik tali
senar harpa Pat liong Khim lagi: Oleh karena itu, ketiga orang
itu mulai tersadar.
Begitu menyaksikan keadaan di sekitarnya mereka bertiga
sudah tahu apa yang telah terjadi. Mereka bertiga gusar sekali
dan langsung menggeram sambil mengerahkan tenaga,
Mereka bertiga memiliki Lweekang yang amat tinggi, maka
geraman mereka bertiga dahsyat sekali, sehingga menggetar
aula besar, dan orang-orang yang berdiri di dekat mereka
langsung sempoyongan dengan mulut mengeluarkan darah.

1703
Begitu pula si Kaki Tunggal, dia pun tidak tahan akan
suara geraman mereka bertiga,
"Uaaakh!" Darah segar tersembur dari mulutnya, lalu dia
roboh telentang di lantai
Ketika melihat si Kaki Tunggal roboh, Giok Bin Sin Kun
segera meludah ke arahnya,
"Phui!"
Ludah itu menghantam jalan darah Pek Hwe Hiat di kening
si Kaki Tunggal sehingga tanpa bersuara lagi nyawanya
langsung melayang.
Kalau si Kaki Tunggal mengikat mereka pada pilar biasa,
ketika mereka bertiga mengerahkan tenaga, pasti tercabut
pilar tersebut
Akan tetapi, si Kaki Tunggal justru mengikat mereka pada
pilar yang amat besar, maka walau mereka bertiga
mengerahkan tenaga, pilar besar itu tak bergeming sama
sekali.
Walau mereka bertiga telah diikat pada pilar besar dan
tampak tak berdaya sama sekali, tapi justru masih mampu
membinasakan si Kaki Tunggal. Tentunya hal itu amat
mengejutkan semua orang, seketika semua orang menjadi
kacau balau, berebut muodur menghindari mereka bertiga,
Liok Ci Khim Mo membentak agar mereka diam, namun siasia.
Mendadak Giok Bin Sin Kun bersiul panjang, kemudian
mengerahkan tenaga lagi, Terdengar suara "Krek Krek", tali
urat sapi terus berbunyi. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen juga bersiul

1704
aneh, sekaligus mengerahkan tenaga, begitu pula Seh Cing
Hua, tertawa aneh sambil mengerahkan tenaga, sehingga
terdengar suara "Krek Krek Krek"!
Liok Ci Khim Mo yang menyaksikan itu terkejut bukan
main, Kalau mereka bertiga terlepas, entah berapa banyak
anak buahnya akan menjadi korban, Oleh karena itu, dia
segera memetik tali senar harpa Pat Liong Khim.
Begitu mendengar suara harpa itu, Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tok Ciu Lo Sat-Seh
Cing Hua saling memandangi kemudian menghela nafas
panjang.
Mereka bertiga memandang ke atas panggung dengan
mata berapi-api, namun setelah itu, wajah mereka bertiga
mulai tersenyura-senyum, pertanda mereka bertiga mulai
terpengaruh Pat Liong Thian Im, sementara itu, Lu Leng yang
berhasil meloloskan diri, terus melesat pergi laksana kilat
Ketika sampai di mulut lembah, sebelum para penjaga di situ
membuka mulut, Lu Leng sudah menyerang mereka dengan
ilmu Kim Kong Sin Ci. Para penjaga itu menjerit dan roboh
seketika,
Lu Leng terus melesat pergi melalui jalan besar, "tak lama
sudah sampai di pintu gapura. Empat penjaga di situ tertegun
ketika melihat ada orang berkelebat ke pintu gapura, justru di
saat bersamaan, terdengar pula suara seruan di belakang Lu
Leng,
"Jangan melepaskannya!"
Lu Leng tidak menoleh untuk melihat siapa yang
mengejarnya tapi terus melesat ke depan.

1705
"Berhenti!" bentak salah seorang penjaga di pintu gapura
itu,
Akan tetapi, Lu Leng telah menyerangnya dengan jurus It
Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit). Penglihatan
penjaga itu menjadi kabur, begitu pula seorang penjaga
lainnya yang berdiri di situ. Mereka merasa ada serangkum
tenaga yang amat dahsyat menerjang ke arah mereka, namun
mau berkelit sudah terlambat Terdengar suara jeritan yang
menyayat hati, ternyata kedua penjaga itu terpental dan
nyawa mereka melayang seketika.
Di saat bersamaan, kedua penjaga lainnya menyerangnya
dari belakang, Lu Leng segera membalikkan badannya
sekaligus mengeluarkan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang
puncak Menembus Awan), Terdengar suara "Sret Sret".
Kedua penjaga itu menjerit sambil terhuyung-huyung,
kemudian roboh. Ternyata mereka berdua telah terluka parah,
Ketika Lu Leng baru mau melesat pergi, mendadak merasa
ada angin berdesir di sisinya, lalu tampak sosok bayangan
melesat cepat sekali ke hadapannya,
Lu Leng tertegun Semula dia mengira orang itu adalah
Tong Hong Pek bertiga,
Namun setelah berada di hadapannya, orang itu langsung
melancarkan sebuah pukulan menyerangnya dan pukulannya
amat aneh,
Lu Leng terkejut lalu segera menangkis dengan jurus It Ci
Keng Thian (Satu jari Mengejutkan Langit), Orang itu mencelat
ke belakang, Di saat bersamaan Lu Leng merasa ada
serangkum angin pukulan yang amat dahsyat di belakangnya,

1706
Badan Lu Leng berkelebat menghindar
"Masih tidak mau berlutut menyerahkan diri?" bentak
orang itu, setelah Lu Leng berdiri tegak, barulah melihat jelas
bahwa di hadapannya berdiri dua orang berbadan sedang,
namun sepasang matanya menyorot tajam, pertanda memiliki
Lweekang yang amat tinggi.
"Siapa kalian?" bentaknya.
Kedua orang itu bersiul panjang, kemudian menyahut
See Kun Lun (Kun Lun Barat) Oe Ti Siang Khie (Sepasang
Orang Aneh bermarga 0e). Kau tidak pernah mendengamya?"
Lu Leng tertawa gelak,
"Ha ha ha! Memang pernah dengar! Kabarnya kalian
berdua amat benih, namun sungguh di luar dugaan, kini kalian
berdua menjadi kotor dan tak tahu malu! sebentar lagi guruku
akan tiba di sini, maka lebih baik kalian berdua cepat-cepat
meninggalkan tempat ini! Kalau tidak, kalian berdua pasti
binasa!"
Oe Ti Siang Khie tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Kau jangan bermimpi! Mereka bertiga sudah
terpengaruh Pat Liong Thian Im hingga tak sadarkan diri,
bahkan kemungkinan besar sudah pesiar ke alam baka!"
Betapa terkejutnya Lu Leng mendengar ucapan itu. Dia
segera menoleh ke belakang, jalan besar itu sunyi sepi tanpa
bayangan seorang pun, seandainya Tong Hong Pek bertiga
berhasil meloloskan diri, tentunya sudah menyusul ke mari

1707
Saat ini tidak tampak bayangan mereka bertiga, sudah pasti
kedua orang itu tidak berdusta.
Berpikir sampai di situ, kebencian Lu Leng memuncak, dan
dia langsung mengeluarkan golok pusakanya Su Yang To.
"Masih tidak mau tunduk?" bentak Oe Lo Toa.
Begitu mendengar suara bentakan itu, tanpa ayal lagi Lu
Leng segera menyerang. Di saat bersamaan, Oe Lo Toa juga
mengeluarkan sebatang tongkat pendek, untuk menyerang
dengan jurus Sian Jin Ci Lu (Dewa Menunjuk Jalan), mengarah
ke bagian dada Lu Leng, sedangkan di saat itu, Lu Leng pun
telah menggerakkan golok pusakanya, dengan jurus Go Hou
Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam Domba), ke arah lengan Oe
Lo Toa.
Betapa terkejutnya Oe Lo Toa. Dia cepat-cepat menarik
serangannya Ternyata Lu Leng menggunakan Thian Liong
Sam Sek (Tiga jurus Harimau Langit), ilmu warisan ayahnya.
Akan tetapi, Oe Lo Toa juga berkepandaian tinggi, dia
berhasil mengelak serangan itu. Namun Lu Leng bergerak
cepat, maju selangkah sambil menyerang dengan jurus Nuh
Hou Eng Cit (Harimau Marah Meloncat) dan jurus Wah Hou
Seh Seng (Harimau Mendekam).
Kini Lweekang Lu Leng sudah tinggi, maka kedahsyatan
kedua jurus itu tidak di bawah Lu Sin Kong almarhum ayah Lu
Leng. Lagi pula Lu Leng menggunakan golok pusaka, maka
kedua serangannya itu bertambah dahsyat
Oe Lo Toa juga tahu akan kedahsyatan serangan-serangan
itu, Dia cepat-cepat mengangkat senjatanya, sekaligus
mencelat ke belakang, namun terlambat. Terdengar suara

1708
dentingan nyaring, ternyata senjatanya telah kutung,
sedangkan golok pusaka Su Yang To terus menyerang bahu
Oe Lo Toa, Tiba-tiba terdengar suara jeritan, ternyata bahu
Oe Lo Toa telah putus tersabet golok pusaka Su Yang To itu.
Dalam tiga jurus, Oe Lo Toa sudah ter!uka, maka dia
segera mundur beberapa langkah. Di saat Lu Leng ingin
mengejarnya mendadak terdengar angin serangan di
belakangnya, ternyata sebatang tongkat trisula meluncur ke
arah punggung-nya.
Lu Leng cepat-cepat maju selangkah, kemudian mendadak
membalikkan badannya sambil menangkis dengan jurus Hou
Cong Liat Hong (Harimau Menerjang Bagaikan Angin
Kencang). Ketika melihat Oe Lo Toa terluka, Oe Lo Ji langsung
menyerang punggung Lu Leng menggunakan senjatanya, itu
merupakan senjata aneh, yang dibikin dari semacam kulit ular
Senjata itu kebal terhadap berbagai macam senjata tajam, lagi
pula terdiri dari tiga ruas,
Lu Leng tidak tahu akan keanehan senjata itu, maka
langsung menangkis dengan jurus tersebut, maksudnya ingin
mengutungkan senjata tersebut. Akan tetapi, kulit ular itu
tahan bacokan, malah sebaliknya Lu Leng merasa golok
pusakanya terpental sedikit, dan ujungnya membelok
menghantam lengannya.
Plak!
Lengannya terasa sakit sekali, sehingga golok itu terlepas
dari tangannya. Perlu diketahui, kepandaian Oe Lo Ji lebih
tinggi dari Oe Lo Toa, begitu pula Lweekangnya. Karena, Lu
Leng tidak tahu akan keanehan senjata itu, maka dia tidak
menduga ujung goloknya dapat bergerak ke sana ke mari,
kemudian membelok menghantam lengannya

1709
Betapa terkejutnya Lu Leng, sebab di saat bersamaan
ujung senjata Oe Lo Ji sudah meluncur ke arah dadanya. Apa
boleh buat! Lu Leng terpaksa mencengkeram ujung senjata
itu, kemudian mendadak disen-takkannya sekuat tenaga, Akan
tetapi, Oe Lo Ji justru tak bergeming sama sekali, Ternyata dia
telah mengerahkan ilmu memberatkan badan.
Lu Leng mendongakkan kepala, tangan kirinya langsung
menyerang. itulah jurus It Ci Keng Thian (Satu jari
Mengejutkan Langit), Oe Lo Ji ingin melepaskan senjatanya
untuk berkelit, namun sudah terlambat, karena angin
serangan itu telah menghantam dadanya, Oe Lo Ji menjerit,
kemudian roboh setelah terhuyung-huyung beberapa langkah,
Lu Leng tidak memberi ampun kepadanya Ke-tika Oe Lo Ji
roboh, dia langsung menendangnya,
"Aaakh.,.!" Oe Lo Ji menjerit lagi, kemudian dari mulutnya
menyembur darah segan
Lu Leng membalikkan badannya, Ketika dia melihat Oe Lo
Toa kabur, kegusarannya semakin bertambah.
"Mau kabur ke mana?" bentaknya sambil menerjang ke
arahnya.
Oe Lo Toa terkejut bukan main. Kemudian terdengar suara
jeritan yang menyayat hati. Ternyata Oe Lo Toa terserang Kim
Kong Sin Ci sehingga binasa seketika!
Setelah membinasakan kedua orang itu, Lu Leng tertegun
lama sekali, baru kemudian memungut golok pusaka Su Yang
Tonya, kemudian mendadak berteriak sekeras-kerasnya, dan
langsung melesat kembali ke istana Ci Cun Kiong.

1710
Dalam hati Lu Leng gusar sekali, maka gerakannya
bertambah cepat laksana kilat. Akan tetapi, di saat
bersamaan, terdengar suara seruan di belakangnya yang amat
nyaring.
"Adik Leng, tidak boleh!"
Kemudian tampak sosok bayangan melesat amat cepat
melewati sisinya, lalu menghadang di hadapannya,
Saat ini Lu Leng hanya memikirkan gurunya dan Cit Sat
Sin Kun-Tam Sen suami istri maka hatinya menjadi kacau
balau, sehingga membuatnya tidak mendengar jelas suara
seruan nyaring itu.
Ketika melihat ada orang menghadang di depannya dia
pun langsung mengayunkan golok pusakanya menyerang
dengan jurus Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam
Domba),
Dia menyerang dengan sepenuh tenaga, Maka, dapat
dibayangkan betapa dahsyatnya serangan itu. Lagi pula dia
tidak berhenti jadi menyerang sambil melesat pergi seketika
dia hanya melihat darah muncrat. Orang yang
menghadangnya telah terluka oleh golok pusakanya,
sedangkan dia sama sekali tidak memperhatikan siapa orang
itu, karena dia sendiri terus melesat ke depan,
Pada saat bersamaan, terdengar suara bentakan yang
penuh kegusaran.
"Jahanam! jangan kabur!"
Tampak sosok bayangan menghadang di hadapan Lu
Leng. Dia sama sekali tidak melihat orang itu, Namun begitu

1711
ada orang muncuI, Lu Leng langsung menyerang dengan
jurus Wa Hou Seh Seng (Harimau Mendekam),
Orang yang baru muncul itu, meloncat ke belakang dua
depa, Ketika menyaksikan ilmu Ginkang itu begitu tinggi Lu
Leng tertegun. Barulah dia melihat jelas siapa yang berdiri di
hadapannya ternyata si Walet Hijau-Yok Kun Sih.
Wajah Ketua Hui Yan Bun itu penuh kegusaran bahkan
sepasang matanya berapi-api Lu Leng sangat terkejut
menyaksikannya dan diam-diam menarik nafas dingin.
Sesungguhnya dia tidak takut terhadap Yok Kun Sih,
melainkan teringat akan orang yang dilukainya tadi.
Yang bersama Yok Kun Sih, apakah masih ada orang lain?
Berpikir sampai ke situ, Lu Leng segera menoleh ke
belakang.
"Jahanam! Turun tangan begitu jahat!" bentak Yok Kun
Sih sengit.
Kemudian dia mengeluarkan sebuah cambuk panjang yang
hitam mengkilap, langsung menyerang Lu Leng mengarah
jalan darah Hwa Kai Hiatnya,
Ketika menyaksikan serangan yang amat sengit , dan
dahsyat itu, Lu Leng tahu dia telah menimbulkan petaka tadi
Kalau tidak, bagaimana mungkin Yok Kun Sih menyerangnya
begitu sengit dan dahsyat?
Lu Leng sama sekali tidak berniat melawannya, Maka, dia
hanya menangkis dengan golok pusaka Su Yang To
memecahkan serangan Yok Kun Sih. Yok Kun Sih memang

1712
sudah marah besar, terbukti dia telah mengeluarkan Cambuk
Naga yang tak pernah dipergunakannya selama dua puluh
tahun ini
Mendadak Yok Kun Sih mengeluarkan bentakan keras,
Seiring dengan itu cambuknya bergerak membentuk lingkaran
bundar dan langsung melilit golok pusaka Su Yang To milik Lu
Leng,
Bukan main terkejutnya Lu Leng, menyadari bertarung
dengan cara begitu, merupakan pertarungan mati-matian.
Kenapa Yok Kun Sih begitu gusar? Ketika Lu Leng mau
mencelat mundur, mendadak terdengar suara rintihan yang
amat memelas beberapa kali.
Tentu saja Lu Leng jadi tertegun karena rupanya
mengenali suara itu yang ternyata Toan Bok Ang.
Ll Leng tadi sudah menduga, yang bersama Yok Kun Sih
tak ada orang lain selain Toan Bok Ang. ini berarti, serangan
tadi yang menggunakan jurus Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar
Menerkam Domba), pasti telah melukai gadis itu. Sebab tadi
dia juga sempat melihat adanya darah muncrat padahal gadis
itu berkepandaian tinggi, lagipula memiliki senjata Sian Tian
Sin So. Tidak seharusnya dia terluka parah.
Namun kini setelah mendengar suara rintihannya Lu Leng
segera menyadari kalau gadis itu terluka parah.
Walau dalam hatinya tidak pernah mencintai Toan Bok
Ang, tapi Lu Leng tidak membencinya. Ketika mendengar
suara rintihan itu, jelas dia terkejut bukan main, sedangkan
Yok Kun Sih terus menyerang begitu cepat Di saat La Leng
tertegun, Cambuk Naga telah melilit golok pusaka Su Yang To.
Meskipun golok pusaka Su Yang To amat tajam, tapi Cambuk

1713
Naga juga bukan senjata sembarangan. itulah sebabnya golok
pusaka Su Yang To tidak dapat memutuskannya.
Setelah Cambuk Naga berhasil melilit golok pusaka Su
Yang To, Yok Kun Sih menyentakkan dengan sepenuh tenaga
ke atas.
Lweekang Lu Leng sebenarnya mampu mengatasi tenaga
yang menghentak dari cambuk lawan, Namun karena hati dan
pikirannya sedang kacau memikirkan Toan Bok Ang, membuat
konsentrasinya terpecah Maka seketika golok pusaka Su Yang
To tersentak lepas dari tangannya,
Begitu golok pusaka Su Yang To tersentak ke atas, Lu
Leng jadi terkejut. Cepat-cepat mencelat mundur seraya
memandang ke tempat tadi dia melancarkan serangan
seketika Lu Leng tertegun dan membelalak kaget.
Dia sama sekali tidak percaya apa yang disaksikannya itu.
Suatu kejadian tragis di depan matanya. Tampak Toan Bok
Ang tergeletak di tanah bermandi darah. Rambutnya awutawutan
dengan wajah pucat pias. Napasnya terdengar
memburu seperti hampir putus, Namun yang tak kalah
mengejutkannya, mata Lu Leng sempat melihat lengan yang
telah putus tergeletak di sisi gadis Hu. Luka di bahunya masih
mengucurkan darah segar Dan gadis itu terus mengeluarkan
rintihan Lu Leng sama sekali tidak menduga, serangannya tadi
telah mengutungkan lengan Toan Bok Ang.
Dia berdiri terpaku di tempat Matanya merasa berkunangkunang,
tidak tahu harus berbuat apa.
Saat itulah sebuah serangan dahsyat yang dikerahkan
dengan tenaga dalam tinggi meluncur ke arahnya, Tubuh Lu

1714
Leng pun terpental dengan punggung dirasakan sakit bukan
main.
Dan belum sempat dia bertindak mendadak matanya
membelalak ngeri, ketika dilihatnya sesosok bayangan hitam
tengah meliuk-liuk ke arahnya, Ternyata Yok Kun Sih tengah
menyerangnya lagi dengan Cambuk Naga,
Sesungguhnya Lu Leng masih bisa berkelit, namun setelah
melihat Toan Bok Ang telah kutung lengannya karena
serangan yang tak sengaja itu, hatinya merasa amat menyesal
sekali, Kalau tangannya masih menggenggam golok pusaka Su
Yang To, dia akan membacok lengannya sendiri
Karena itu, ketika Yok Kun Sih menyerangnya lagi, dia
sama sekali tidak berkelit. Si Walet Hyau-Yok Kun Sih dan
Toan Bok Ang, setelah meninggalkan telaga Tong Ting, terus
melakukan perjalanan siang malam. Tujuan mereka ingin
berangkat ke seberang lautan demi menghindari pengejaran
Liok Ci Khim Mo.
Akan tetapi, sebelum tiba di pantai, mereka mendengar
kabar bahwa Liok Ci Khim Mo telah membangun sebuah istana
Bu Lim Ci Cun Ceh Kiong di gunung Tiong Tiau San, Liok Ci
Khim Mo akan menyelenggarakan pertemuan besar-besaran
pada hari Cit Gwee Cap Go, untuk menyiarkan bahwa dirinya
adalah Bu Lim Ci Cun.
Setelah memperoleh kabar berita itu, Yok Kun Sih yakin
pasti ada golongan lurus berangkat ke sana, Tentunya akan
terjadi suatu pertarungan. Karena itu, dia membatalkan
keberangkatan ke seberang lautan, sebaliknya berputar
mengambil jalan yang menuju ke gunung Tiong Tiau San.

1715
Kedua guru dan murid ini justru terlambat selangkah
ketika hampir tiba di tempat tujuan, Ke-betulan di dalam
istana Ci Cun Kiong telah terjadi peristiwa itu, Lu Leng seorang
diri dapat lolos, dan kemudian berjumpa musuh tangguh pu!a,
Ketika melihat Lu Leng bertarung dengan kedua lawannya,
gadis itu segera mengeluarkan senjata Sian Tian Sin So.
Namun Yok Kun Sih yang berdiri di sisinya, segera
menariknya, kemudian membentak dengan suara rendah.
"Kau mau berbuat apa?"
Toan Bok Ang menyahut cemas,
"Guru, lihat keadaannya pasti telah terjadi se-suatu, kita
harus turun tangan membantunya!"
"Tidak boleh!"
* * * *
Bab 80
Hati Toan Bok Ang cemas sekali, namun tidak berani
membangkang terhadap gurunya.
Tak seberapa lama kemudian, Lu Leng berhasil
membinasakan kedua orang itu. Karena sudah tahil Tong
Hong Pek dan Tam Sen suami istri dalam bahaya di aula
istana tersebut maka tanpa banyak berpikir lagi Lu Leng
langsung melesat ke arah istana Ci Cun Kiong dengan pikiran
kacau, sedangkan Toan Bok Ang juga telah mengetahui
bahwa Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Cit San Sin Kun-Tam

1716
Sen dan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua telah terjadi sesuatu di
dalam istana Ci Cun Kiong,
Ketika melihat arah yang dituju Lu Leng justru kembali ke
istana itu, dia amat mencemaskannya. Bukankah itu berarti Lu
Leng hanya akan mengantarkan nyawa kalau lari ke istana itu?
Maka tanpa menghiraukan larangan gurunya dia cepatcepat
meronta melepaskan dhi. secepat kilat melesat ke depan
sambil berseru,
"Adik Leng, jangan masuk!"
Seandainya si Walet Hijau-Yok Kun Sih berkeras hati, tidak
membiarkan Toan Bok Ang melesat pergi, tentunya tidak akan
terjadi peritiwa yang tragis itu, Namun di saat bersamaan, Yok
Kun Sih juga teringat akan kebaikan Lu Leng yang memberi
kabar di telaga Tong Ting, Maka dia tidak tega melihat Lu
Leng pergi mengantar mati ke istana itu, Karena itu, ketika
Toan Bok Ang meroota, dia melepaskan tangannya agar gadis
tersebut dapat melesat pergi.
Toan Bok Ang melesat secepat kilat melewati Lu Leng.
Namun pemuda itu tidak mendengar suara seruannya Karena
pikirannya sedang kacau, dia tidak membedakan musuh atau
kawan, langsung menyerang dengan golok pusaka Su Yang
To.
Kalau Toan Bok Ang tidak keburu berkelip niscaya
badannya akan terpotong jadi dua dan binasa seketika,
Namun malang, meskipun mampu mengelak ujung golok
pusaka Su Yang To berhasil membacok bahunya. Maka
lengannya buntung seketika,

1717
Toan Bok Ang terluka parah, dia langsung terkulai tak
bangun lagi. sedangkan Lu Leng sama sekali tidak tahu yang
dilukainya itu ternyata Toan Bok Ang. Maka dia terus melesat
Sementara itu Yok Kun Sih sudah mengira, begitu
muridnya menampakkan diri, Lu Leng pasti berhenti Ketika
melihat golok pusaka Su Yang To berkelebat barulah dia
menyadari ada yang tak beres. Segera dia melesat keluar
Namun sudah terlambat Toan Bok Ang sudah terkulai
berlumuran darah,
Yok Kun Sih tahu muridnya bermaksud baik mencegah Lu
Leng pergi ke istana itu, Tapi Lu Leng malah salah paham
menurunkan tangan keji kepada muridnya, Dia pun tak
sempat berpikir kalau sebenarnya hati Lu Leng sedang kacau
dan mengira yang muncul anak buah Liok Ci Khim Mo. Maka
terjadilah kesalahpahaman antara mereka. Yok Kun Sih pun
melesat dengan serangan mematikan. Terjadilah pertarungan
sengit tadi.
Kini pertarungan terjadi, tanpa bisa dielakkan lagi. Toan
Bok Ang telah menderita luka parah, dengan lengan buntung,
Lu Leng sendiri mengalami hal yang tak jauh berbeda. Kalau
Lu Leng tidak makan Cit Sek Ling Che, mungkin saat ini tulang
punggungnya sudah hancur, bahkan bisa jadi nyawanya telah
melayang ke alam baka.
Setelah terhantam Cambuk Naga, Lu Leng membalikkan
badannya Cambuk Naga itu mengarah dadanya, sedangkan Lu
Leng tidak berniat berkelit Dia berdiri tak bergerak sama sekali
Ujung Cambuk Naga mendarat telak di dada Lu Leng,

1718
Pemuda itu terpental beberapa depa, kemudian
terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang, akhirnya
roboh di dekat Toan Bok Ang.
Walet Hijau-Yok Kun Sih segera maju, tangannya bergerak
hendak menyerang lagi.
Setelah terhantam punggung dan dada oleh Cambuk
Naga, Lu Leng telah menderita luka parah,
Kini ujung Cambuk Naga itu mengarah ubun-ubunnya.
Kalau terhantam, nyawa Lu Leng pasti melayang.
Namun, mendadak Toan Bok Ang berguling ke arah Lu
Leng, lalu memeluknya erat-erat.
Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, kemudian berkata
setengah meratap.
"Guru, aku... aku mohon Guru jangan... jangan turun
tangan lagi!"
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih terkejut mendengar hal itu.
wajahnya berubah menghijau lalu membentak
"Anak Ang, kau begitu mencintainya, tapi dia telah
sedemikian kejam terhadapmu! Apakah kau masih tidak
menyadari!"
"Guru, aku... aku mohon...!"

1719
Berkata sampai di situ, Toan Bok Ang mengeluh, Lalu
terkulai pingsan di badan Lu Leng,
Menyaksikan itu, hati Lu Leng merasa tersayat Tampak
Yok Kun Sih mendekap tangannya bergerak lalu mengangkat
badan Toan Bok Ang. Dengan cepat dia menotok jalan darah
Hu Keng Hiat, Yun Bun Hiat, dan Tiong Hu Hiat di bahu gadis
itu. Maka sesaat kemudian darah yang mengucur di bahu
Toan Bok Ang pun terhenti
Akan tetapi Yok Kun Sih sudah amat membenci Lu Leng,
Dia menatap Lu Leng dengan mata berapi-api.
"Binatang, kau masih mau bilang apa?" bentaknya penuh
kegeraman.
Lu Leng amat berduka dalam hati mengalami kejadian
yang diluar dugaannya ini
"Tidak ada yang harus kubilang, Yok Cianpwee, silakan
turun tangan!"
Karena begitu gusarnya badan Yok Kun Sih bergemetar.
Ketika mengangkat Cambuk Naga, tangannya pun
bergemetar. sesungguhnya kini Lu Leng sudah terluka berat,
bahkan tak ada niat untuk melawaa seharusnya Yok Kun Sih
tidak boleh sedemikian gusar lagi Ternyata Yok Kun Sih bukan
hanya gusar terhadap Lu Leng, melainkan juga membenci
Toan Bok Ang.
Semua kaum rimba persilatan tahu, para murid Hui Yan
Bun terdiri dari wanita, dimana ketika memasuki perguruan
tersebut harus bersumpah bahwa seumur hidup tidak boleh
menikah. Siapa yang berani melanggar sumpah tersebut,
maka akan menerima hukuman berat

1720
Pendiri Hui Yan Bun, adalah seorang pendekar wanita
yang gagal dalam hal percintaan. Menganggap semua lelaki di
kolong langit tiada seorang pun yang setia, Maka setelah
mendirikan Hui Yan Bun, pendekar wanita itu membuat
sebuah peraturan, yakni semua murid Hui Yang Bun tidak
boleh menikah seumur hidup. sedangkan Toan Bok Ang justru
melanggar peraturan tersebut Maka berdasarkan peraturan
yang berlaku dalam Hui Yan Bun, Toan Bok Ang seharusnya
sudah mati.
Akan tetapi, antara Yok Kun Sih dan Toan Bok Ang,
terdapat hubungan yang amat erat Lagipula semua murid Hui
Yan Bun telah binasa, hanya tersisa kedua guru dan murid ini
Karena itu, Yok Kun Sih merasa tak sampai hati turun tangan
membunuh Toan Bok Ang, Siapa sangka, Toan Bok Ang malah
kehilangan sebelah lengannya oleh golok pusaka Su Yang To.
Tentu saja Yok Kun Sih jadi gusar bukan main.
Tadi dia memang ingin membinasakan Lu Leng, namun
Toan Bok Ang berusaha menyelamatkannya. Kini harus
diceritakan kembali bagaimana me-rcka, guru dan murid ini
berjumpa, dan mengapa Toan Bok Ang menghilang mendadak
di dalam makam Nyonya Mo Liong Seh Sih.
Setelah kejadian di Cing Yun Ling Go Bi San, Yok Kun Sih
berpencar dengan Toan Bok Ang. Apa yang dialami Toan Bok
Ang telah dituturkan di atas. sedangkan si Walet Hijau-Yok
Kun Sih membawa yang lain bersembunyi di suatu tempat
Akan tetapi, akhirnya Liok Ci Khim Mo berhasil mencari
tempat persembunyian mereka, puluhan murid Hui Yan Bun
binasa semua oleh Pat Liong Thian Im. Beruntung si Walet
Hijau-Yok Kun Sih tidak muncul duluan, maka dia berhasil
meloloskan diri

1721
Betapa sedihnya hati Yok Kun Sih, karena Hui Yan Bun
hanya tertinggal dirinya seorang, ingin menuntut balas tapi tak
berdaya, Akhirnya dia mengambil keputusan untuk
menghindar Yok Kun Sih pergi tanpa tempat tujuan, yang
penting dirinya dapat menghindari Liok Ci Khim Mo.
Hari berikutnya, dia mendengar pembicaraan dua orang
kaum rimba persilatan golongan hitam, bahwa Sou Mia Su
Seng Bou putra si Nabi Setan-Seng Ling membawa seorang
gadis menuju ke arah barat. Gadis itu adalah Toan Bok Ang.
Bukan main girangnya hati si Walet Hijau-Yok Kun Sih. Dia
segera memunculkan diri dan menangkap kedua orang itu,
setelah bertanya dan mendapat jawaban tentang arah yang
dituju Seng Bou, dia membunuh kedua orang tersebut lalu
langsung berangkat menuju ke arah barat
Walau Sou Mia Su Seng Bou melakukan perjalanan dengan
rahasia sekali, namun bocor juga. Sedangkan si Walet Hijau-
Yok Kun Sih terus mengejar ke arah barat Akhirnya sampai di
gunung Tang Ku Sat. Namun setelah tiba di gunung itu, dia
justru berjumpa Liat Hwe Cousu,
Begitu melihat si Walet Hijau-Yok Kun Sih, Liat Hwe Cousu
bertanya dengan dingin, . "Yok Kun Sih, mau apa kau di sini?"
Di antara si Walet Hijau-Yok Kun Sih dengan Liat Hwe Cousu
memang tidak ada hubungan baik. Maka ketika Liat Hwe
Cousu bertanya dengan sikap dingin dan angkuh, perasaan si
Walet Hijau-Yok Kun Sih tersinggung dan gusar,
Namun setelah terpikir olehnya bahwa keberadaan Liat
Hwe Cousu di gunung Tang Ku Sat pasti punya suatu sebab
lertentu, siapa tahu dia pun tahu akan jejak Toan Bok Ang,
maka Yok Kun Sih terpaksa bersabar

1722
"Kau melihat muridku bernama Toan Bok Ang?"
Mendengar pertanyaan tersebut Liat Hwe Cousu tampak
tertegun
Liat Hwe Cousu adalah ketua partai Hwa San yang amat
terkenal, namun dia telah mengalami beberapa kali kerugian
menghadapi Lu Leng dan Toan Bok Ang. Maka dia amat
membenci mereka berdua, Lagipula, di dalam makam Nyonya
Mo Liong Seh Sih, berdasarkan potongan ujung lengan baju,
dia sudah dapat menduga siapa pencuri Panah Bulu Api itu,
Dia pikir ingin pergi seorang diri merebut Panah Bulu Api
tersebut agar dapat menghadapi Liok Ci Khim Mo.
Liat Hwe Cousu walau bermusuhan dengan Liok Ci Khim
Mo, namun hatinya terlampau egois! Keadaan rimba persilatan
sedang kacau. Maka siapa yang dapat membasmi Liok Ci Khim
Mo, pasti disanjung dan dihormati segenap kaum rimba
persilatan. Sebab itulah Liat Hwe Cousu bermaksud memburu
sendiri pencuri Panah Bulu Api.
Maka dia sengaja mengurung Lu Leng dan Toan Bok Ang
di dalam makam Nyonya Mo Liong Seh Sih, Kalau mereka
berdua mati, tentang pengorbanan Mo Liong Seh Sih pun tiada
yang tahu, Karena itu, semua jasa pasti berada pada Liat Hwe
Cousu seorang.
Namun si Walet Hijau-Yok Kun Sih tidak menanyakan yang
lain, malah bertanya tentang jejak Toan Bok Ang. Tidak heran
dia tertegun seketika. Tapi setelah berpikir sejenak, barulah
dia sadar bahwa si Walet Hijau-Yok Kun Sih sama sekali tidak
tahu akan kejadian itu. Maka dia segera menyahut dengan
nada dingin pula, Tidak tahu!"

1723
Namun, si Walet Hijau-Yok Kun Sih agaknya sudah melihat
wajah Liat Hwe Cousu berubah. setelah berpikir sejenak baru
menyahut Tidak tahu", menimbulkan kecurigaannya,
"Sungguh tidak tahu atau berpura-pura tidak tahu?"
Liat Hwe Cousu terkejut dalam hati, kemudian menyahut
dengan gusar.
"Tentunya sungguh tidak tahu!"
Yok Kun Sih tertawa dingin,
"Liat Hwe tua, kini rimba persilatan boleh dikatakan telah
dikuasai Liok Ci Khim Mo, partaimu sudah sulit dipertahankan
lagi! Kalau tahu jejak muridku kau lebih baik memberitahukan
saja!"
Ucapan Yok Kun Sih membuat wajah Liat Hwe Cousu
berubah,
"Yok Kun Sih! Kenapa kau begitu cerewet?" Usai berkata,
jubah Liat Hwe Cousu me!erabung. Ternyata Liat Hwe Cousu
sudah menyerang Yok Kun Sih. Betapa geramnya Yok Kun Sih
ketika melihat Liat Hwe Cousu menyerangnya
"Bagus!" bentaknya sambil melesat cepat untuk mengelak
dari serangan itu.
Hal itu membuat serangan Liat Hwe Cousu hanya
mengenai tempat kosong, Tentu saja Liat Hwe Cousu menjadi
bertambah gusar dan berang bukan main. Namun ketika
kedua orangtua itu siap bertarung sengit, tiba-tiba berkelebat
sesosok bayangan ke arah mereka.

1724
Yok Kun Sih dan Liat Hwe Cousu segera menoleh.
Ternyata yang muncul itu adalah seorang gadis, berwajah
cantik tapi tampak murung, Siapa gadis itu?
Gadis itu mendarat dan langsung menjura memberi
hormat kepada si Walet Hijau-Yok Kun Sih.
"Yok Cianpwee, aku ingin bicara sebentar!"
Yok Kun Sih menatap gadis itu dengan rasa penasaran
"Kau mau bicara apa, bicaralah! jangan takut terhadap Liat
Hwe Cousu!"
Mendengar itu, Liat Hwe Cousu langsung mendengus dan
tertawa dingin. sikapnya sungguh angkuh sekali
"Yok Cianpwee, apa yang akan kukatakan amat
bermanfaat bagi Cianpwee!"
Hati si Walet Hijau-Yok Kun Sih tergerak, apakah gadis ini
tahu akan jejak Toan Bok Ang? Lalu ia menatap Liat Hwe
Cousu.
"Liat Hwe tua, lebih baik kau tunggu aku di sini!"
Liat Hwe Cousu membatin, si Walet Hijau-Yok Kun Sih
berkepandaian tinggi Kalau sampai terjadi pertarungan tentu
membutuhkan waktu untuk menga-lahkannya, Setelah berpikir
begitu dia langsung melesat pergi
"Kalau kau tidak mau bertarung sekarang, kita berjumpa
lain kali!" ujarnya sambil melesat

1725
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih memang tidak berniat
bertarung dengan Liat Hwe Cousu, maka tidak mengejarnya,
dia bertanya kepada Tam Goat Hua.
"Nona Tam, kau mau bicara apa denganku?" tanya Yok
Kun Sih kepada gadis itu yang ternyata Tam Goat Hua.
"Apakah Yok Cianpwee sedang mencari Toan Bok Ang?"
Tam Goat Hua malah balik bertanya Mendengar pertanyaan
Tam Goat Hua itu Yok Kun Sih kaget bercampur gembira, Dia
langsung saja mengangguk
"Ya! kau tahu dia berada di mana?"
Tam Goat Hua manggut-manggut
"Aku melihat dia bersama Lu Leng, Liat Hwe Cousu dan
kakek dari ibuku, mereka menuju ke.,.,"
Ketika Tam Goat Hua berkata sampai di situ, air muka Yok
Kun Sih kelihatan berubah.
"Kau bilang apa, kakek dari ibumu?"
Tam Goat Hua mengangguk
"Nona Tam, benarkah Mo Liong Seh Sih masih hidup?"
Tam Goat Hua kembali hanya mengangguk
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih jadi terbelalak seakan tak
percaya sama sekali bahwa Mo Liong Seh Sih masih hidup di
dunia ini.

1726
"Mereka berempat menuju ke mana?"
Tam Goat Hua terdiam untuk beberapa saat lamanya,
Tak jauh dari sini, hanya melewati dua tikungan sudah
sampai di sana." ujar gadis itu kemudian memberitahukan
kepada si Walet Hijau-Yok Kun Sih.
“Terimakasih atas petunjukmu," ujar wanita tua itu dengan
hati diliputi rasa gembira.
Badan Yok Kun Sih bergerak, melesat ke tempat yang
ditunjuk Tam Goat Hua.
Temyata setelah berjumpa Lu Leng, Tam Goat Hua pun
langsung pergi. Namun gadis itu tidak meninggalkan gunung
Tang Ku Sat, melainkan bersembunyi di sekitar istana iblis.
Maka dia jelas melihat Liat Hwe Cousu, Mo Liong Seh Sih, Lu
Leng, dan Toan Bok Ang menuju ke makam Nyonya Mo Liong
Seh Sih, sesungguhnya Tam Goat Hua ingin sekali memanggil
kakeknya itu, tapi kalau memunculkan diri, tentunya akan
bertemu Lu Leng, padahal dia tidak ingin bertemu. Karena itu,
terpaksa dirinya terus bersembunyi
Setelah si Walet Hijau-Yok Kun Sih melesat pergi, Tam
Goat Hua duduk berdiam diri, Dia mendongakkan kepala,
menatap ke langit. Awan putih di langit bergerak perlahan
Dalam hatinya muncul pula berbagai macam kerisauan Tanpa
sadar air matanya mulai meleleh,
Sejak kejadian itu, hampir setiap hari dirinya mengucurkan
air mata, Menangis sedih. Kepergiannya ke gunung Tang Ku
Sat, sebenarnya untuk menghindari semua orang, Tanpa
disangka berjumpa Lu Leng di luar kehendaknya, karena dia
benar-benar tak menginginkannya. Meskipun kalau mengingat

1727
peristiwa itu Lu Leng seharusnya jadi suami baginya, Namun
hatinya justru mencintai Giok Bin Sin Kun-TongHong Pek,
Tam Goat Hua termangu-mangu di situ dengan air mata
bercucuran Hatinya kembali diliputi kegalauan.
"Adik Leng! Adik Leng! Kau jangan mempersalahkanku,
yang bila berjumpa segera menghindar seandainya kau
mencintaiku haruslah kau paham akan isi hatiku!"
Sambil menggumam begitu gadis itu memejamkan
matanya, Hatinya merasa tertusuk-tusuk oleh sembilu.
Berselang beberapa saat dia bangkit berdiri Namun pada
saat itu mendadak terdengar suara bentakan
"Omong kosong, kau mau cari mati?"
Terdengar pula suara Toan Bok Ang yang terisak-isak.
"Guru cuma melepaskan diriku, aku pasti tidak mau hidup.
Guru, aku... aku amat mencintainya."
Mendengar percakapan itu, Tam Goat Hua segera
bersembunyi di belakang sebuah pohon Terdengar pula suara
pukulan Ternyata si Walet Hijau-Yok Kun Sih menampar
muridnya itu,
Toan Bok Ang menangis.
"Guru! Walau akan kau bunuh sekalipun aku tetap
mencintainya dan ingin menikah jadi istrinya!"

1728
Begitu mendengar ucapan itu, wajah si Walet Hijau-Yok
Kun Sih langsung berubah hijau. Hatinya semakin gusar dan
marah. Tentunya Tam Goat Hua juga tahu akan peraturan Hui
Yan Bun. Ketika ingin memunculkan diri untuk menasihati
ketua Hui Yan Bun itu, Toan Bok Ang sudah berkata,
"Guru, aku sungguh mencintai Lu Leng!"
Ketika Toan Bok Ang menyebut nama Lu Leng, Tam Goat
Hua langsung mengurungkan niat untuk keluar
"Kau cuma cinta sepihak saja!" ujar Yok Kun Sih sengit
"Tidak! Tidak! Lu Leng sudah mengatakan bahwa dia amat
mencintaiku. Di dalam makam itu, kami telah berjanji akan
jadi suami istri."
Mendengar itu, Tam Goat Hua jadi tertegun. Dia tahu
jelas, Toan Bok Ang tidak akan membohongi si Walet
HijaurYok Kun Sin itu berarti Lu Leng pernah menyatakan
cinta padanya, dan bersedia memperistrinya pula. Padahal
sesungguhnya, Lu Leng menyatakan begitu karena sudah
tiada harapan meloloskan diri dari makam itu. Maka
menyatakan hal itu agar tidak mengecewakan Toan Bok Ang.
Gadis itu bisa meloloskan diri dari makam karena ditolong
oleh gurunya dengan mengangkat lempengan besi
penutupnya, Pada waktu itu, Lu Leng sedang memusatkan
perhatiannya untuk menghimpun hawa murni. Maka apa yang
terjadi sama sekali tidak diketahuinya, sedangkan Toan Bok
Ang berdiri di bawah lobang yang ditutupi lempengan besL Dia
kaget melihat cahaya menyorot ke dalam, Segera dia
mendongakkan kepala dan melihat gurunya mengangkat
lempengan besi itu, Dan tanpa membuang-buang waktu lagi

1729
dia melompat ke atas, Tak lupa gadis itu pun membawa
lukisan yang telah dibikin jadi seutas tali.
Ketika mengangkat lempengan besi tersebut, Yok Kun Sih
sempat melihat Toan Bok Ang bersama Lu Leng di dalam
makam itu, Hal itu membuatnya gusar bukan main. Maka
setelah Toan Bok Ang keluar, dia pun menutup kembali
lempengan besi itu. Meskipun hati Toan Bok Ang merasa
gembira karena telah berhasil keluar, namun tanpa diberi
kesempatan tangannya langsung dicengkeram oleh gurunya.
"Bagaimana kau dan dia bersama berada di dalam makam
itu?"
Ketika Toan Bok Ang mulai jatuh cinta kepada Lu Leng, dia
sama sekali tidak menyangka peraturan tersebut begitu ketat.,
Setelah jatuh cinta, gadis itu pun tidak peduli akan
peraturan tersebut Lagipula dia tahu Yok Kun Sih amat
menyayanginya. Maka kalau dijelaskan, gurunya pasti akan
maklum.
Akan tetapi, ketika menyaksikan wajah gurunya yang
begitu bengis, Toan Bok Ang terkejut sekali,
"Aku... aku...."
Belum juga Toan Bok Ang menjelaskan Yok Kun Sih sudah
membentak dengan sengit
"Apa pantangan perguruan kita? Ketika memasuki Hui Yan
Buh, kau telah bersumpah berat, apakah kau telah melupakan
itu?"

1730
"Aku.,, aku tidak lupa, Guru! cepatlah Guru mengeluarkan
Lu Leng dari makam itu!"
Yok Kun Sih mendengus dingin,
"Hm! Kau dengan dia sudah bermesra-mesraan?"
Seandainya Toan Bok Ang menjelaskan bahwa mereka
berdua belum saling mencinta, melainkan hanya karena
dikurung oleh Liat Hwe Cousu di dalam makam, Yok Kun Sih
pasti akan mengangkat lempengan besi lagi untuk
menyelamatkan Lu Leng. Namun pertanyaan yang bernada
tuduhan tadi telah membuat Toan Bok Ang tidak enak.
"Guru, kami berdua... walau saling mencinta, namun
masih tetap menjaga jarak. Sama sekali tidak...."
"Omong kosong!" bentak Yok Kun Sih sengit sekali Mata
tuanya menatap tajam ke arah Toan Bok Ang.
"Guru, aku memang mencintainya," ujar Toan Bok Ang
coba menjelaskan
Air muka Yok Kun Sih berubah hebat, kemudian mendadak
menotok jalan darah Toan Bok Ang. Ditanknya pergi gadis itu
dengan cepat. Toan Bok Ang tak mampu bersuara Setelah
meninggalkan tempat itu, barulah Yok Kun Sih membuka jalan
darahnya kembali
Kini Toan Bok Ang baru tahu, gurunya sama sekali tidak
berniat menyelamatkan Lu Leng, Gadis itu amat mencintai Lu
Leng, bagaimana mungkin dia bisa pergi tanpa bersama Lu
Leng? Karena itu, Toan Bok Ang pun ribut mulut dengan Yok
Kun Sih.

1731
Ketika Tam Goat Hua mendengar bahwa Lu Leng bersedia
memperistri Toan Bok Ang, diam-diam gadis itu menghela
nafas panjang, kemudian mulai berpikir lagi.
Di saat Tam Goat Hua sedang berpikir, terdengar Yok Kun
Sih berkata,
"Kau memang gadis rendah! Sampai di telaga Tong Ting,
aku akan membuat perhitungan denganmu !"
Toan Bok Ang tercengang.
"Mau apa ke telaga Tong Ting?"
Yok Kun Sih menengok ke sana ke mari, kelihatannya
seperti takut orang lain mendengarnya. Kemudian dengan
suara rendah dia berkata kepada muridnya,
"Kini dalam Hui Yan Bun, hanya tersisa kita berdua, Maka
kau harus baik-baik menjaga diri Pulau Huang Yap To adalah
tempat tinggalku, kita kembali ke sana!"
Toan Bok Ang mulai menangis.
"Kalau Guru tidak menyelamatkan Lu Leng, aku tidak mau
ikut Guru ke sana, Mati pun aku tidak mau ikut!"
Dengan wajah membesi Yok Kun Sih membentak keras,
"Gadis rendah, kalau tidak mau, aku harus memaksamu!"
Mendadak Yok Kun Sih mencengkeram lengannya Lalu
cepat ditariknya meninggalkan tempat itu,

1732
Toan Bok Ang menangis meraung-raung ketika ditarik
pergi oleh gurunya, Menyaksikan itu, Tam Goat Hua berduka
sekali Dia termenung di belakang pohon. Dia pun teringat
akan perkataan Toan Bok Ang, sepertinya mengatakan Lu
Leng terkurung di suatu tempat, sulit meloloskan diri.
Teringat akan itu, Tam Goat Hua segera melesat ke
tempat yang pernah dituju Liat Hwe Cousu dan lainnya. Akan
tetapi, ketika tiba di tempat tersebut Lu Leng telah berhasil
meloloskan diri dari ruang batu makam dan pingsan di tempat
itu,
Tam Goat Hua tertegun saat melihat Lu Leng terluka parah
namun tidak membahayakan. Karena itu, dia tetap tidak
memperlihatkan diri, Dia hanya meninggalkan pesan agar Lu
Leng berangkat ke telaga Tong Ting, juga menyediakan buahbuahan
untuk Lu Leng, sebelum akhirnya melesat pergi
meninggalkan tempat itu,
Ketika siuman Lu Leng kaget melihat pesan tersebut Dia
justru menduga Tam Goat Hua yang mengalami kesulitan di
telaga Tong Ting, sebab orang yang paling dicintainya adalah
Tam Goat Hua!
Lu Leng meninggalkan gunung Tang Ku Sat. Tanpa
sepengetahuannya, Tam Goat Hua membuntutinya karena
khawatir akan terjadi sesuatu atas diri Lu Leng,
Ketika sampai di sungai Tiang Kang, Tam Goat Hua
menolong Han Giok Shia dan kakaknya sehingga membuatnya
berpisah dengan Lu Leng,
Akan tetapi, Tam Goat Hua teringat akan telaga Tong Ting
yang begitu luas, Sudah pasti Lu Leng sulit mencari si Walet
Hijau-Yok Kun Sih dan Toan Bok Ang, maka dia menitipkan

1733
sepucuk surat pada seorang nelayan untuk disampaikan
kepada Lu Leng, setelah sampai di pulau Huang Yap To, Toan
Bok Ang terus menerus menangis sehingga karena begitu
gusar, Yok Kun Sih langsung raembe1enggu-nya dengan
rantai besi, Kalau tidak karena Liok Ci Khim Mo akan ke pulau
itu, mungkin Yok kan Sih tidak akan melepaskannya.
Semua kejadian itu telah dituturkan di atas, sementara itu,
saking gusarnya Yok Kun Sih mengayunkan Cambuk Naga lagi
ke arah Lu Leng,
Bersamaan itu mendadak Yok Kun Sih mendengar suara
senjata di belakangnya, kemudian terdengar pula suara
bentakan,
"Nenek peot, ternyata kau berada di sini!" Si Walet Hijau-
Yok Kun Sih tertegun. Dia sudah tahu ada orang
membokongnya, maka cepat-cepat menyentak Cambuk Naga
yang hampir merenggut nyawa Lu Leng, Cambuk itu
disentakkan dengan keras ke belakang, Maka seketika itu pula
terdengar jeritan menyayat orang kesakitan, "Aaaakh.,.!"
Yok Kun Sih membalikkan badannya. Tampak seseorang
berusaha kabur, sementara yang satu lagi telah roboh dengan
mulut mengeluarkan darah,
"Mau kabur ke mana?" bentak Yok Kun Sih sambil
badannya melesat memburu orang itu,
Kedua orang istana Ci Cun Kiong itu sebenarnya hendak
menangkap Lu Leng, Namun tak menyangka bertemu si Walet
Hijau-Yok Kun Sih. Salah seorang langsung membokongnya,
tapi Yok Kun Sih ternyata lebih cepat menyerang dengan
cambuknya,

1734
Satu orang yang berusaha kabur langsung tercengang
ketika melihat Yok Kun Sih tahu-tahu sudah berada di
depannya, Bahkan wanita tua itu langsung melucutkan
cambuknya. Dan,.. Praats! Cambuk itu menghantam kepala
lawan. Tanpa jeritan, orang itu langsung tewas seketika,
Setelah membunuh kedua orang itu, si Walet Hijau-Yok
Kun Sih membalikkan badannya,
"Bocah busuk, mau apa lagi?" bentak perempuan tua itu
dengan tatapan mata tajam ke arah Lu Leng.
Ternyata Lu Leng telah duduk, sedangkan Toan Bok Ang
memeluknya erat-erat seakan tidak mau berpisah dengannya,
Walau Yok Kun Sih membentak begitu keras, namun Lu
Leng dan Toan Bok Ang seperti tidak menghiraukannya.
Yok Kun Sih segera mendekati mereka, Dia melihat air
muka keduanya begitu tenang, tanpa penyesalan sama sekali.
Tentu saja hal itu membuatnya heran. Kemudian didengarnya
suara ucapan Lu Leng,
"Kakak Ang, aku... aku sungguh tidak sengaja !”
* * * *
Bab 81
Toan Bok Ang tersenyum, wajahnya pucat pias tapi
sepasang matanya berbinar-binar,
"Adik Leng, aku sudah menjadi bagian darimu, Kalaupun
kau sengaja, aku... aku tidak akan menyalahkanmu!"

1735
Mendengar ucapan tulus dari mulut Toan Bok Ang, hati Lu
Leng semakin merasa terharu. Kalau saja saat ini gadis itu
memukul dirinya, Lu Leng tidak akan marah, bahkan mungkin
justru merasa senang, Namun nyatanya Toan Bok Ang justru
berkata seperti itu. Dipeluknya erat-erat tubuh Toan Bok Ang
tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Toan Bok Ang menghela nafas panjang, kemudian berkata
dengan lembut
"Adik Leng, jangan terlampau berduka, Asal kau ingat
akan ucapanmu di dalam makam itu, kehilangan sebelah
lengan pun aku tidak merasa sayang!"
"Kakak Ang, aku pasti ingat Pasti ingat selama-lamanya!"
Padahal apa yang diucapkan Lu Leng di dalam makam,
semata-mata hanya agar tidak mengecewakan gadis itu,
Setelah itu, entah berapa kali dia ingin menjelaskan namun
tiada kesempatan
Saat ini, bagaimana mungkin dia menjelaskannya?
Menyaksikan keadaan Toan Bok Ang, dia mengambil
keputusan dalam hati, biar bagaimanapun juga harus
menggembirakan gadis itu,
Toan Bok Ang tersenyum manis lalu memejamkan mata
seraya berkata.
"Adik Leng, itu sudah cukup. Asal begitu sudah cukup!"
Mereka berdua saling memeluk. sementara si Walet Hijau-
Yok Kun Sih mengerutkan kening seraya membentak,
"Anak Ang, kau tidak mendendam padanya?"

1736
Toan Bok Ang menyahut sambil memeluk Lu Leng eraterat.
"Guru, dia orang yang paling kucintai, Bagaimana mungkin
aku mendendam padanya?"
Lu Leng segera menyambung
"Yok Cianpwee, tadi aku sedang memikirkan guru dan
lainnya, sehingga pikiranku jadi kacau, tidak melihat jelas
siapa yang menghadang di depan-ku. Dan tanpa pikir panjang
aku langsung menyerang hingga mencelakai Kakak Ang,
Walau Kakak Ang telah memaafkan namun aku tetap merasa
berdosa dalam hatL Asal dapat menggembirakan hati Kakak
Ang, apapun aku bersedia melakukannya."
Yok Kun Sih tertawa dingin,
"Anak Ang menghendakimu memperistrinya, kau
bersedia?"
Lu Leng menyahut tanpa pikir lagi,
"Tentu bersedia!"
Yok Kun Sih tertawa aneh, lalu berkata,
"Kau memang pemuda yang pandai merayu! Kalau kau
memperistrinya, lalu bagaimana Tam Goat Hua putri Cit Sat
Sin Kun-Tam Sen itu?"
Lu Leng tercengang mendengar ucapan Yok Kun Sih
tentang Tam Goat Hua, cintanya terhadap Tam Goat Hua,
memang tak pernah padam, Walau dia bersedia memperistri
Toan Bok Ang, itu hanya karena merasa berdosa.

1737
Sedangkan Lu Leng dengan Tam Goat Hua, sudah boleh
dikatakan sebagai suami istri, karena mereka berdua telah
melakukan hubungan intim. Kalau dia memperistri Toan Bok
Ang, lalu bagaimana Tam Goat Hua?
Yok Kun Sih tertawa dingin lagi, "Anak Ang, sudah saatnya
kau sadari" Ketika Yok Kun Sih menyinggung Tam Goat Hua,
Toan Bok Ang tertegun Maka Yok Kun Sih berkata begitu ingin
menyadarkan muridnya Toan Bok Ang pun langsung terdiam
bungkam tak mampu menjawab. Seketika suasana jadi
hening. Ketika orang itu sama-sama terdiam.
Berselang beberapa saat, barulah Toan Bok Ang membuka
mulut,
"Adik Leng, kau tidak usah berduka!"
Lu Leng cuma manggut-manggut, Toan Bok Ang
melanjutkan
"Adik Leng, aku begitu mencintaimu, bagaimana mungkin
akan membuatmu berduka?" berkata sampai di situ, air mata
Toan Bok Ang jatuh berderai-derai. "Aku.,, aku pergj!"
Lu Leng terkejut mendengar keputusan Toan Bok Ang.
" Kakak Ang, kau mau ke mana?"
"Aku akan melanglang buana, aku... aku tidak mau
berjumpa kau lagi!" sahut Toan Bok Ang dengan nada sedih.
setelah itu isak tangisnya pun meledak lagi,
"Adik Leng! Dengar, sesungguhnya aku benar-benar tidak
ingin meninggalkanmu!"

1738
Lu Leng menatap ke arah Toan fiok Ang yang masih duduk
di tanah.
"Kakak Ang, kalau kau tidak ingin meninggalkanku kenapa
harus pergi?"
Sebelum Toan Bok Ang menyahut, Yok Kun Sih sudah
menyelak dengan sengit
"Anak Ang, bocah busuk itu tidak mau jadi suamimu!
Apakah kau belum juga mau sadar? Kaum lelaki di kolong
langit semuanya tidak setia. Kalau kau tak mau menyadari
dirimu pasti akan celaka!" Toan Bok Ang menghela nafas
panjang, lalu bangkit berdiri Dengan sempoyongan dia
berjalan menghampiri gurunya.
Bagian 39
Lu Leng juga cepat-cepat bangkit berdiri. "Kakak Ang!"
Saat itu Toan Bok Ang sudah hampir mendekati Yok Kun
Sih, namun ketika mendengar seruan Lu Leng memanggilnya,
dia langsung berhenti. Dibalikkan badannya lalu berlari ke
arah Lu Leng lagi Melibat hal itu Lu Leng segera
merentangkan kedua belah tangannya menyambut Toan Bok
Ang memeluknya erat-erat.
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih mengerutkan kening dan
wajahnya berubah tak sedap dipandang Kemudiao mendadak
bersiul aneh dan berkata.
“Toan Bok Ang, mulai saat ini kau bukan murid Hui Yan
Bun Iagi! Hubungan kita sebagai guru dan murid putus!"

1739
Usai berkata, Yok Kun Sih menggerakkan cambuk Naga
menghantam tanah, meninggalkan bekas panjang dan dalam,
"Guru.,.!" keluh Toan Bok Ang, sedih,
Akan tetapi, si Walet Hijau-Yok Kun Sih telah melesat pergi
laksana kilat Kedukaan dalam hati wanita tua itu sungguh
tidak berbeda dengan yang dirasakan Lu Leng maupun Toan
Bok Ang, Betapa tidak semenjak kecil gadis itu berguru
kepadanya, Hubungan keduanya sudah bagaikan ibu dan
anak, Namun kini harus berpisah lantaran berbeda keinginan
Tadi saat Toan Bok Ang membalikkan badannya kembali
ke arah Lu Leng, Yok Kun Sih sungguh ingin membunuhnya,
Namun dia melihat Toan Bok Ang amat mencintai Lu Leng.
Lagipula kini Toan Bok Ang telah cacat. Hatinya merasa tidak
tega membunuhnya, maka cepat-cepat melesat pergi
meninggalkan tempat itu dengan mata bersimbah air.
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandang tak ada
yang saling mereka ucapkan.
"Kakak Ang, tempat ini amat dekat dengan istana Ci Cun
Kiong. jangan lama-lama kita di sini, lebih baik aku antar kau
ke suatu tempat untuk beristirahat !N
"Adik Leng, sebenarnya kau mau ke mana?"
Wajah Lu Leng tampak gusar, mendadak merasa dadanya
sakit sekali dan....
"Uaaakh!" Tiba-tiba mulutnya menyemburkan darah segar.
Lu Leng memang telah terluka dalam, terhantam Cambuk
Naga, Tapi dia masih terus bertahan, bahkan ingin mengantar

1740
Toan Bok Ang ke tempat yang agak jauh, setelah itu
maksudnya akan pergi dari istana Ci Cun Kiong lagi,
Namun ketika Toan Bok Ang bertanya begitu, barulah dia
ingat akan luka dalamnya, sehingga tak tertahan lagi dan
langsung muntah darah.
"Adik Leng, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek bertiga
berkepandaian amat tinggi, belum tentu mereka akan binasa
di sana. Lebih baik... kau rawat dirimu dulu!"
Usai berkata begitu gadis itu merintih menahan rasa sakit
di bahunya, Melihat hal itu Lu Leng semakin cemas dan
khawatir
"Mari kita meninggalkan tempat ini dulu!" ajaknya kepada
gadis itu.
Toan Bok Ang mengangguk Lu Leng memungut golok
pusaka Su Yang To, kemudian bersama Toan Bok Ang
meninggalkan tempat itu. Mereka berjalan sambil saling
memapah, karena sama-sama sudah terluka parah.
Berjalan kira-kira setengah mil, terdengar suara menderuderu
di belakang raereka, Bukan main terkejutnya hati kedua
rauda-mudi itu. Ketika keduanya menoleh, tampak empat
orang melesat ke arah mereka, Untuk bersembunyi jelas
sudah tidak sempat lagi.
"Bocah busuk itu berada di depan, jangan sampai dia
lolos!" Terdengar teriakan keras dari salah seorang di antara
keempat orang itu.
Sudah tidak keburu bersembunyi Lu Leng dan Toan Bok
Ang terpaksa berhenti, kemudian mereka duduk bersandar

1741
pada sebuah batu, Toan Bok Ang menahan rasa sakit di bahu
sambil mengeluarkan senjata Sian Tian Sin So. Mereka berdua
menarik nafas dalam-dalam, sementara keempat orang itu
sudah sampai di hadapan mereka. Ketika menyaksikan
keadaan Lu Leng dan Toan Bok Ang, keempat orang itu
tertawa gelak,
"Ha ha ha! Bocah busuk itu telah terluka parah!" Salah
seorang menghunus pedangnya kemudian mendadak
menusukkannya ke dada Lu Leng!
Lu Leng memang terluka parah, namun dia masih
memaksa diri mengayunkan golok pusaka Su Yang To
menangkis pedang itu,
Tampaknya keempat orang itu bukan tokoh sembarangan.
Begitu melihat golok Lu Leng segera tahu kalau itu golok
pusaka. Bahkan mereka sempat melihat ayunan golok pusaka
Su Yang To yang tidak begitu bertenaga itu.
Orang itu tertawa, lalu maju selangkah seraya menekan
punggung golok pusaka Su Yang To dengan pedangnya,
Akibatnya golok Lu Leng tertekan ke bawah. ?
Dan sambil tertawa gelak orang itu mendadak
menjulurkan tangannya ke arah lengan Lu Leng, maksudnya
ingin merebut golok pusaka Su Yang To. Melihat orang itu
begitu dekat! Lu Leng tidak menyia-nyiakan kesempatan
tangan kirinya langsung bergerak dengan jurus It Ci Keng
Thian (Satu jari Mengejutkan Langit), menyerang orang itu.
jari telunjuk Lu Leng berhasil menotok jalan darah Hwa Kai
Hiat di bagian dada lawannya,
Walau Lu Leng telah terluka parah, namun ilmu Kim Kong
Sin Ci masih tetap hebat itu terlihat jelas saat orang yang

1742
ditotoknya menjerit lalu roboh. Dan tewas seketika! Kejadian
itu membuat tiga orang lain tertegun Salah seorang
mengeluarkan senjatanya mendekati Lu Leng sambil
membentak
"Kau masih berani membunuh kawanku?" Tadi Lo Leng
terpaksa menyerang orang itu dengan Kim Kong Sin Ci, hingga
telah menguras tenaganya Orang itu mendekatinya dengan
senjata di tangan, bahkan kedua kawannya pun menghunus
senjata masing-masing dan mulai mendekat. Menyaksikan itu,
Lu Leng menghela nafas panjang dalam hati dia membatin.
"Tak disangka setelah Lweekangku bertambah tinggi malah
akan binasa di tangan kaum golongan hitam ini!"
Setelah dekat orang itu mengayunkan senjatanya ke arah
Lu Leng, pemuda itu tahu, dirinya sudah tak bertenaga untuk
menangkis dengan golok pusaka Su Yang To. Dia pasrah.
Namun, ketika baru mau memejamkan mata, mendadak
terdengar suara bentakan Toan Bok Ang. Gadis itu
mengayunkan senjata Sian Tian Sin So, senjata tersebut milik
pendekar Aneh Mo Liong Seh Sih yang dihadiahkan kepada
Toan Bok Ang. seberapa hebat dan anehnya senjata itu tentu
sudah dapat dibayangkan Begitu Toan Bok Ang mengayunkannya,
di depan mata bergemerlapan cahaya putih
bagaikan sambaran kilat
Lelaki itu tertegun Dia sama sekali tidak tahu apa yang
sedang terjadi Yang dapat dirasakannya dadanya sakit bukan
main, Kemudian mendadak saja mulut orang itu
menyemburkan darah segar, lalu roboh dan tak bangkit lagi,
Setelah membunuh lelaki itu dengan Sian Tian Sin So,
Toan Bok Ang menarik kembali senjatanya, Dia benar-benar
telah kehabisan tenaga, sementara dua lelaki lain justru
berjalan selangkah demi selangkah menghampiri mereka,

1743
Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak memandang kedua
musuh itu, melainkan saling memandang,
"Adik Leng, beginipun baik, jadi tiada kerisauan lagi!"
Lu Leng menghela nafas panjang sambil menatap Toan
Bok Ang.
"Aku merasa sakit hati, karena dendam kedua orangtuaku
belum terbalas, Kini malah harus mati di tangan manusiamanusia
rendah ini."
Toan Bok Ang berkata lembut
"Adik Leng, kau tidak usah merasa sakit hati atau berduka
perbuatan jahat pasti ada ganjarannya, Bagaimana mungkin
Uok Ci Khira Mo terus malang melintang begitu? Dendam
kedua orangtuamu, pasti ada yang mewakilimu membalasnya.
Ketika Lu Leng ingin berkata lagi, kedua orang itu sudah
berada di hadapan mereka. Namun ada yang aneh, Lu Leng
tercengang melihat mereka yang sudah berdiri dengan
masing-masing mengangkat senjata siap membacok ke arah
Lu Leng dan Toan Bok Ang.
Toan Bok Ang pun tak kalah terkejutnya melihat kedua
orang itu.
"Adik Leng, ini... ini apa yang telah terjadi?" Ternyata
kedua orang itu berdiri mematung di tempat masing-masing.
Wajah mereka memang geram dan diliputi kemarahan hebat
Namun ternyata keduanya tak mampu bergerak sama sekalL
Seperti patung!

1744
Tak lama kemudian baik Lu Leng maupun Toan Bok Ang
mengetahui kalau kedua orang itu telah terbelenggu jalan
darahnya akibat totokan. Maka menyadari hal itu Lu Leng
segera berseru,
"Orang tangguh mana yang menolong kami, harap
beritahukan namanya!"
Lu Leng berseru beberapa kali, tapi tetap tiada sahutan.
"Adik Leng, jangan menyia-nyiakan kesempatan mari kita
cepat pergi!"
Lu Leng bangkit berdiri Karena ingin memapah Toan Bok
Ang dia nyaris terjatuh. Toan Bok Ang tersenyum
"Adik Leng, kau sungguh baik terhadapku."
Lu Leng menyahut
"Kakak Ang, kan yang amat baik terhadapku Aku telah
mengutungkan sebelah lenganmu, tapi kau sama sekali tidak
mempersalahkanku."
Toan Bok Ang menghela nafas panjang. Kemudian sambil
saling memapah keduanya tertatih-tatih meninggalkan tempat
itu. sebenarnya mereka pun menyadari pasti masih ada orang
dari istana Ci Cun Kiong mengejar mereka, ingin keduanya
secepat mungkin meninggalkan tempat itu. Namun apa daya,
mereka telah sama-sama mengalami luka parah.
Dengan bersusah payah mereka berjalan hampir satu mil,
Mereka melihat lelaki dan seorang wanita berada di depan,

1745
Wajah Lu Leng dan Toan Bok Ang langsung berubah
setelah melihat jelas kedua orang itu. Keduanya merasa
girang bukan main karena kedua orang itu ternyata Tam Ek
Hui dan Han Giok Shia,
Tam Ek Hui dan Han Giok Shia tersentak kaget bukan
main menyaksikan keberadaan Lu Leng dan Toan Bok Ang,
"Apa gerangan yang telah terjadi?"
Lu Leng menghela nafas panjang.
"Sulit dijelaskan dengan sepatah dua patah kata."
Tam Ek Hui langsung bertanya kepada Lu Leng,
"Kau pernah melihat Goat Hua?"
Lu Leng tercengang mendengar pertanyaan Tam Ek Hui
itu,
"Tidak!" sahutnya kemudian.
Tam Ek Hui menghempaskan kaki ke tanah seakan merasa
kesal sekali,
"Goat Hua sungguh keterlaluan! Dia membawa kami pergi
dari sungai Tiang Kang, setelah luka kami sembuh, dia pergi
tanpa pamit. Kami terus mengejarnya kemarin kami melihat
dia menuju ke jalan ini, tapi kami tidak berhasil mengejarnya "
Setelah mendengar apa yang dikatakan Tam Ek Hui, Lu
Leng menduga, tadi yang menotok jalan darah kedua orang
itu, bisa jadi Tam Goat Hua.

1746
"Kalian mau ke mana?" tanya Lu Leng kepada kedua orang
itu,
"Liok Ci Khira Mo menyebut diri sebagai Bu Lim Ci Cun,
kami ingin pergi bertarung dengannya!" Han Giok Shia yang
menyahut dengan geram
Mendengar itu, hati Lu Leng seperti tersayat Mulutnya
tampak mengeluarkan darah lagi,
"Tidak usah,., ke sana!"
"Mengapa?" tanya Han Giok Shia kepada Lu Leng.
"Kita bukan lawannya Bahkan guruku dan Cit Sat Sin Kun
suami istri, saat ini entah masih hidup atau sudah mati," tutur
Lu Leng memperingatkan
Tam Ek Hui terkejut
"Kedua orangtuaku berada di dalam istana Ci Cun Kiong?"
Lu Leng segera menceritakan secara ringkas tentang
dirinya yang menyamar sebagai pengemis, menyelinap ke
dalam istana tersebut Dia bertemu Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, dan Tok Ciu Lo Sat-Seh
Cing Hua. Dia juga menjelaskan tentang Pat Liong Thian Im
dan lain sebagainya.
Sebelum Lu Leng selesai menceritakan, wajah Han Giok
Shia sudah diliputi kegusaran Tam Ek Hui mengucurkan air
mata.

1747
"Biar bagaimanapun kami harus ke sana melihat!" ajak
keduanya hampir bersamaan.
"Maaf, menurutku, sekarang ke sana juga percuma," tukas
Toan Bok Ang.
Han Giok Shia yang memiliki sifat keras, langsung
berteriak.
"Apakah harus menyudahi begitu saja?"
Toan Bok Ang menghela nafas panjang,
"Kalau sekarang ke sana, tentunya hanya mengantarkan
nyawa, Lebih baik tunggu hari gelap dulu, baru kita pergi
melihat keadaan di sana."
Tam Ek Hui berpikir, memang masuk akal apa yang
dikatakan Toan Bok Ang. Namun kedua orangtuanya dalam
bahaya, bagaimana mungkin menunggu sampai hari gelap
untuk menolongnya?
Han Giok Shia lebih tidak sabaran. Mereka berdua saling
memandang, tanpa mengucapkan apa-pun. sepertinya
keduanya tahu maksud hati masing-masing, Maka mereka
serentak bersiul panjang dan langsung bergerak cepat Han
Giok Shia membopong Toan Bok Ang, sedang Tam Ek Hui
membopong Lu Leng, Keduanya melesat meninggalkan
tempat itu.
Tak seberapa lama mereka sudah menempuh dua puluh
mil lebih. Ternyata mereka membawa Toan Bok Ang dan Lu
Leng menuju sebuah goa. Toan Bok Ang yang terluka
bahunya segera diletakkan untuk diobati

1748
" Kalian berdua tidak mau dengar nasihatku? Kalian akan
menyesal!" ujar Toan Bok Ang yang melihat Tam Ek Hui dan
Han Giok Shia bekerja dengan terburu-buru sekali.
"Walau sangat berbahaya, kami tetap harus
menempuhnya!" ujar Tam Ek Hui.
Sementara itu Lu Leng tak mampu berkata apa-apa.
Hatinya merasa berduka mengetahui kedua orang yang
tengah menolongnya ini akan tetap pergi. Padahal jelas itu
hanya mencari mati saja,
Mendadak saja Tam Ek Hui dan Han Giok Shia berkelebat
menuju mulut goa.
"Adik Leng, Nona Toan! Kalian berdua baik-baik merawat
luka di sini. Kalau hingga malam hari kami tidak kembali ke
sini, berarti... selamanya tidak akan kembali lagi!" ujar Tam Ek
Hui, membalikkan badan memandang ke arah Lu Leng dan
Toan Bok Ang.
Lu Leng dan Toan Bok Ang mengucurkan air mata.
sementara Tam Ek Hui dan Han Giok Shia tak ingin
membuang waktu, langsung melesat pergi.
Lu Leng dan Toan Bok Ang duduk tertegun, perasaan
mereka tercekam. Goa itu tidak begitu dalam, mereka berdua
dapat melihat keluar yang masih tampak terang, Keduanya
terus menunggu dengan hati berdebar-debar tegang,
Tak seberapa lama, hari pun sudah mulai gelap. Lu Leng
dan Toan Bok Ang tetap tidak mengeluarkan suara, Mereka
berdua menipu diri sendiri meyakini bahwa di luar belum
gelap, Tam Ek Hui dan Han Giok Shia pasti akan kembali!

1749
Padahal sebenarnya di luar sudah gelap, Malam telah turun
dengan hawa dingin dan kegelapan
Toan Bok Ang tak dapat menahan lagi, dengan sedih ia
menangis,
"Mereka berdua pasti sudah celaka," ujarnya dengan
terisak-isak,
Wajah Lu Leng murung sekali, diam tak mengeluarkan
suara. Toan Bok Ang menggeserkan badan mendekatinya
kemudian memeluknya dengan lengan kiri, Lu Leng juga
memeluknya erat-erat. Air mata mereka bercucuran, tak
mampu mengucapkan apapun.
"Kakak Ang, bagaimana luka di bahumu?"
Toan Bok Ang tersenyum getir "Sudah tidak begitu sakit,
hanya saja sekujur badan tak bertenaga."
Lu Leng menghela nafas panjang,
"Aaakh! Kesalahanku telah membuatmu cacat seumur
hidup."
Toan Bok Ang tersenyum
"Adik Leng, jangan berkata begitu lagi, Aku sama sekali
tidak mempersalahkanmu."
Lu Leng menarik nafas dalam-dalam.
"Kakak Ang, mudah-mudahan kita bisa sembuh dalam
waktu singkat!"

1750
Toan Bok Ang manggut-manggut
"Ya, mudah-mudahan. Tapi setelah luka kita sembuh, kau
mau apa?"
"Biar bagaimanapun, aku harus pergi ke istana Ci Cun
Kiong, menyelidiki keadaan mereka!"
Toan Bok Ang manggut-manggut lagi,
Tidak salah, namun kau harus berjanji padaku, jangan
menimbulkan urusan lagi!"
Lu Leng mengangguk
"Oh ya, guruku bilang, tak lama setelah mendarat di Lam
Hai, sempat bertemu Liat Hwe Cousu, Aku pikir Liat Hwe
Cousu sudah tahu siapa pencuri Panah Bulu Api, maka kita
harus ke Lam Hai juga,"
"Adik Leng, aku ikut."
Lu Leng mengangguk
"ltu sudah pasti!"
"Adik Leng, kau berkata jujur padaku, sebetulnya kau
mencintaiku tidak?"
"ltu sudah tentu," sahut Lu Leng sambil tersenyum,
Toan Bok Ang menghela nafas panjang.

1751
"Adik Leng, aku tahu... sesungguhnya kau amat mencintai
Nona Tam,"
Lu Leng adalah pemuda jujur. Maka mendengar ucapan
Toan Bok Ang itu dia tak mampu menjawabnya
Toan Bok Ang menghela nafas panjang lagi,
"Adik Leng, aku sama sekali tidak cemburu."
Lu Leng menggenggam tangan gadis itu erat-erat,
"Kakak Ang, Nona Tam telah ternoda olehku, Dia sama
sekali tidak mencintai ku."
Mendadak Toan Bok Ang tersenyum.
"Sudahlah! jangan membicarakannya lagi!"
Hari sudah semakin malara, Di dalam goa gelap gulita tak
tampak apa pun. Saat itu Lu Leng mulai menghimpun hawa
murni untuk mengobati luka dalamnya. Mendadak tampak
sosok bayangan berkelebat di depan goa, kemudian terdengar
pula suara langkah.
Itu membuat Lu Leng dan Toan Bok Ang terkejut sekali
Walau luka mereka sudah sembuh sebagian, namun kalau
musuh tangguh muncul, tentu akan kesulitan mengadakan
perlawanan. Lu Leng dan Toan Bok Ang segera menahan
nafas, agar tidak diketahui orang yang baru datang itu.
Suara langkah itu amat ringan sekali, Tak lama sudah
terdengar memasuki goa. Lu Leng dan Toan Bok Ang duduk
berdampingan, Keduanya berusaha melihat rupa orang itu,
namun amat gelap sehingga tidak dapat melihatnya,

1752
Lu Leng dan Toan Bok Ang merasa orang yang memasuki
goa semakin mendekat, bahkan menuju ke arah mereka,
padahal dalam hati, mereka berharap orang itu tidak
mengetahui keberadaan mereka di situ,
Keduanya sama sekali tidak berani bergerak Mereka tentu
khawatir kalau orang yang datang akan mengetahui
keberadaan mereka di situ. Lu Leng dan Toan Bok Ang merasa
orang itu berhenti kira-kira satu depa di hadapan mereka,
tetapi berdiam tak bergerak.
Hening sekali di dalam goa. Toan Bok Ang berpikir, kalau
orang itu musuh, tentunya sudah turun tangan, Apakah yang
datang ini termasuk kawan? Tapi kalau kawan kenapa tidak
bersuara menyapa?
Berpikir sampai di sini, ketika Toan Bok Ang baru mau
bersuara, mendadak terdengar suara helaan nafas panjang.
Walau amat perlahan dan rendah, terdengar jelas hingga
membuat Lu Leng dan Toan Bok Ang tertegun
"Siapa kau?" tanya Lu Leng dan Toan Bok Ang hampir
bersamaan
Namun belum sempat mendengar jawaban, tahu-tahu
mereka terkejut mendengar suara langkah yang melesat
keluar meninggalkan goa itu.
Sungguh misterius kedatangan dan kepergian orang itu,
hanya meninggalkan suara helaan nafas saja.
Lama sekali barulah Toan Bok Ang bersuara,
"Adik Leng, dia sudah pergi!"

1753
"Ya! Entah siapa orang itu?"
Toan Bok Ang menarik nafas lega,
"Entahlah! Adik Leng, apakah Tam Ek Hui dan Han Giok
Shia?"
"Bagaimana mungkin mereka?"
Waktu sudah larut raalam, tapi Tam Ek Hui dan Han Giok
Shia belum kembali. siapa pun dapat menduga, mereka pasti
sudah celaka di istana Ci Cun Kiong, perasaan Toan Bok Ang
tercekam, gadis itu mendekap di dada Lu Leng.
Lu Leng dan Toan Bok Ang terus menunggu hingga hari
mulai pagi, sebelum hari mulai terang, Lu Leng dan Toan Bok
Ang masih punya sedikit harapan. Namun setelah hari mulai
terang, harapan itu pun sirna. Mereka tidak bisa berharap
akan keselamatan Tam Ek Hui dan Han Giok Shia,
Mereka berdua bangkit berdiri ketika sinar mentari pagi
menyorot ke dalam goa. Lu Leng berjalan keluar, Tapi baru
beberapa langkah, Toan Bok Ang sudah berseru.
"Adik Leng, luka kita belum sembuh. jangan keluar dulu!"
"Aku ingin melihat-lihat di luar," ujar Lu Leng sambil
menoleh ke arah Toan Bok Ang.
Toan Bok Ang segera mengikutinya. Sebelum sampai di
mulut goa, mendadak mereka tersentak dengan mata
membelalak.

1754
Ternyata dekat mulut goa terdapat sebuah kotak giok di
atas tanah, Di sisi kotak giok terdapat tulisan berbunyi "Cepat
Lari!"
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandang,
"Pasti orang misterius semalam!" ujar gadis itu.
Lu Leng merasa dadanya sakit Dia berdiri mematung di
tempat, Toan Bok Ang tercengang melihatnya.
"Kenapa kau?"
Lu Leng tidak mendengar pertanyaan Toan Bok Ang, dia
tetap berdiri mematung, namun air matanya sudah meleleh
Toan Bok Ang perlahan-lahan mendekatinya lalu bertanya
dengan lembut
"Adik Leng, mengapa kau berduka lagi?"
Lu Leng menundukkan kepala, kemudian memandang
gadis itu. Walau telah kehilangan sebelah lengan, gadis itu
masih tampak cantik dan patut dikasihani. Lama sekali Lu
Leng memandangnya, setelah itu perlahan-lahan mencium
keningnya pu!a.
"Aku... aku tidak berduka!"
Usai berkata, Lu Leng menoleh ke tempat lain, tidak berani
beradu pandang lagi dengan Toan Bok Ang yang
memandangnya dengan penuh cinta kasih, Sebab, barusan Lu
Leng telah berbohong, Sesungguhnya hatinya amat berduka,

1755
Ketika melihat kotak giok dan tulisan itu, Lu Leng langsung
teringat akan seseorang. Orang itu adalah Tam Goat Hua yang
amat dicintainya. Akan tetapi, di saat bersamaan, dia pun
ingat dirinya telah mengurungkan lengan Toan Bok Ang, juga
telah mengabulkannya, seumur hidup harus menggembirakan
dan membahagiakan gadis itu.
Berpikir sampai di situ, hatinya jadi kacau dan amat
berduka, sehingga tak tertahan lagi air matanya meleleh.
Toan Bok Ang tidak tahu bagaimana isi hati Lu Leng,
Walau lengannya telah kutung oleh pemuda itu, namun dalam
hatinya sama sekali tidak menyalahkan Lu Leng, Asal Lu Leng
mencintainya, dia sudah merasa bahagia sekali,
Karena itu, Toan Bok Ang mengira Lu Leng sedang
memikirkan Tong Hong Pek dan lainnya,
"Adik Leng, kau sendiri pun harus menjaga diri baik-baik.
Kini orang yang mengetahui rahasia Panah Bulu Api tidak
begitu banyak, Kalau kau tidak mempedulikan dirimu sendiri,
itu amat menguntungkan Liok Ci Khim Mo."
Perlahan-Iahan Lu Leng menoleh pada gadis itu,
"Kakak Ang, benar katamu."
Dengan ujung baju Toan Bok Ang menghapus air mata di
pipi Lu Leng. Kemudian dia memandangi kotak giok itu,
"Adik Leng, mungkin kotak giok itu ditinggalkan tokoh tua
rimba persilatan. Bagaimana kalau kita lihat apa isi nya ?"
Lu Leng mengangguk

1756
"Baik, kau buka saja!"
* * * *
Bab 82
Toan Bok Ang maju beberapa langkah, membungkukkan
badan mengambil kotak giok itu, lalu dibukanya, Lu Leng
mendekatinya, mereka berdua melihat isi kotak giok itu.
Keduanya sama tercengang ketika melihat di dalam kotak giok
itu berisi empat butir obat. Harum sekali obat tersebut. Di sisi
kotak giok terukir beberapa huruf, Tok Liong Cai Sen TarT
(Obat Mujarab Naga Beracun), Keduanya pun kaget membaca
tulisan itu.
Mereka berdua murid perguruan terkenal, tentunya amat
berpengetahuan pula, Maka mereka tahu obat tersebut
merupakan pusaka golongan sesat, yang berasal dari Tok
Liong Pai (partai Naga Beracun), di daerah Miau,
Konon di puncak Tok Liong Hong, terdapat sebuah goa
yang dihuni seekor naga beracun. Setiap empat puluh
sembilan tahun naga beracun itu muncul sekali, Maka pihak
Tok Liong Pai mengambil air liur naga beracun dengan kotak
giok, Ditambah beberapa macam bahan obat, menjadi suatu
ramuan obat mujarab Tok Liong Cai Sen Tan.
Lu Leng dan Toan Bok Ang juga membaca huruf-huruf
yang terukir di atas kotak giok itu. Tulisan itu berbunyi "Kami
mengucapkan selamat kepada Liok Ci Khim Mo, hormat dari
Tok Liong Pai"
Kini Lu Leng dan Toan Bok Ang tahu bahwa obat Tok
Liong Cai Sen Tan merupakan kado dari Tok Liong Pai untuk
Liok Ci Khim Mo. Liok Ci Khim Mo membangun istana Ci Cun

1757
Kiong di gunung Tiong Tiau San, sekaligus menyebut dirinya
Bu Lim Ci Cun, Tentunya banyak golongan sesat yang pergi ke
sana memberi selamat dan menghadiahkan berbagai macam
kado, termasuk Tok Liong Pai.
Toan Bok Ang dan Lu Leng tidak mengerti, bagaimana
kado untuk Liok Ci Khim Mo bisa muncul di situ? Semula Lu
Leng mengira yang menaruh kotak giok dan meninggalkan
tulisan itu adalah Tara Goat Hua. Namun setelah melihat obat
mujarab Tok Liong Cai Sen Tan, barulah dia tahu dugaannya
meleset
Tentunya orang yang membawa kotak giok ini telah
mencurinya dari istana Ci Cun Kiong. Walau kepandaian Tam
Goat Hua amat tinggi, namun tidak mungkin gadis itu dapat
keluar masuk istana Ci Cun Kiong tersebut. Kalau begitu, siapa
yang mengantar kotak giok dan meninggalkan tulisan itu?
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandang. "Siapa
kira-kira orang yang datang semalam?" Hati Lu Leng sedang
kacau, Maka mendengar pertanyaan itu, dia menyahut
sekenanya saja,
"Tidak usah pedu!i siapa dia. Obat mujarab Tok Liong Cai
Sen Tan berjumlah empat butir Kita masing-masing makan
dua butir, tidak sampai matahari terbenam, luka kita pasti
sudah pulih."
Wajah Toan Bok Ang berseri, tapi kemudian berubah
murung lagi.
"Setelah makan obat mujarab Tok Liong Cai Sen Tan, kita
bisa pulih sebelum matahari terbenam, itu memang baik
sekali, Narmun... kau pasti akan pergi ke istana Ci Cun Kiong.

1758
Terus terang, aku lebih senang kita tetap berada di dalam goa
ini."
Toan Bok Ang berkata dengan memelas, membuat hati Lu
Leng jadi sedih,
"Kakak Ang, jangan cemas dan berduka, kalau aku pergi
ke sana, tidak akan menimbulkan masalah." "Kalau kau tidak
ke sana, bukankah lebih aman?" Lu Leng menghela nafas
panjang. "Guru dan Cit Sat Sin Kun suami istri, Tam Ek Hui
dan Nona Han, semua telah pergi ke sana, Kita sama sekali
tidak tahu bagaimana nasib mereka. Aku harus pergi
menyelidiki keadaan mereka!" Toan Bok Ang mengerutkan
kening. "Adik Leng, aku khawatir... sampai waktunya kau pasti
menimbulkan masalah."
Lu Leng sendiri pun tidak berani memastikan setiba di
istana Ci Cun Kiong, akan melakukan apa. Karena itu dia diam
saja,
Toan Bok Ang menghela nafas panjang sambil
memandangnya,
"Adik Leng, kau berkeras mau ke sana, tentunya aku tidak
akan melarangmu!" Lu Leng tersenyum getir "Kakak Ang, kau
tahu perasaanku" Mereka lalu makan obat mujarab Tok Liong
Cai Sen Tan, masing-masing dua butir, Kemudian keduanya
duduk bersila menghimpun hawa murni
Berselang beberapa saat, luka di bahu Toan Bok Ang
sudah tidak dirasa sakit lagi, hingga ketika hari mulai senja,
mereka berdua sudah pu1ih.

1759
Toan Bok Ang bangkit berdiri, dia mengayun-ayunkan
senjata Sian Tian Sin So beberapa kali dengan sebelah
tangannya. Mulutnya menyunggingkan senyum.
"Adik Leng, rasanya badanku lebih ringan!" Lu Leng tahu,
Toan Bok Ang berkata begitu agar dia tidak membuatnya
cemas. Bagaimana mungkin seorang yang telah cacat dapat
bergerak gesit dan badan jadi ringan?
Lu Leng terharu mendengarnya, bahkan membuatnya tak
mampu mengucapkan apa pun. Toan Bok Ang tersenyum
sedih. "Adik Leng, aku berkata sesungguhnya."
"Kakak Ang, kau... kau...." Tak mampu Lu Leng
melanjutkan Matanya bersimbah air, tak mampu menahan
rasa haru di hatinya,
Toan Bok Ang segera mendekatinya.
"Adik Leng, asal kau tetap bersamaku, aku merasa rela
sekalipun harus kehilangan kedua belah lenganku !"
Lu Leng membelai-belai rambut gadis itu dengan hati
semakin haru.
"Kakak Ang, aku ingin kau menungguku di sini saja,"
Toan Bok Ang kelihatan sudah tahu Lu Leng akan berkata
begitu, maka segera menyahut tanpa berpikir Iagi.
"Tidak!"
Lu Leng tampak terkejut mendengar sahutan gadis itu.

1760
"Kakak Ang, kau dengar perkataanku...." Toan Bok Ang
menjulurkan tangannya, menutup mulut Lu Leng seraya
berkata dengan tegas. "Biar kau katakan apa, aku tetap ikut
kau!" Lu Leng menggenggam tangan gadis itu, berkata
dengan lembut
"Kakak Ang, kalau kita berdua sampai mengalami hal yang
tak kita kehendaki siapa yang mencari Panah Bulu Api?"
"Aku pergi denganmu Kalau sampai terjadi hal yang gawat
aku kan dapat menyadarkanmu agar tidak bertindak ceroboh.
Adik Leng, kau tidak usah banyak bicara lagi, Kalau aku tidak
ikut, aku akan jadi gila menunggumu di sini!"
Lu Leng jadi tertegun. Dia mulai berpikir keras bagaimana
harus membuat Toan Bok Ang tidak ikut dengannya
"Begitu juga baik, tapi kau harus mengabulkan satu
permintaanku!" ujarnya kemudian menatap ke arah Toan Bok
Ang.
"Permintaan apa?"
"Seandainya terjadi sesuatu di istana Ci Cun Kiong, kau
harus berupaya meloloskan diri."
"Tidak, biar bagaimanapun kau yang harus berupaya
meloloskan diri."
Lu Leng berkata dengan gugup.
"Kakak Ang, kalau kau mencintaiku kau harus menuruti
perkataanku"
Toan Bok Ang menaruh kepalanya di bahu Lu Leng,

1761
"Tidak, Adik Leng! Kau sudah bilang seumur hidup akan
menggembirakan dan membahagiakanku. Tanpa kau,
bagaimana mungkin aku akan gembira dan bahagia?"
Lu Leng berkata sambil menghempaskan kaki.
"Kita ke istana Ci Cun Kiong, memang berbahaya tapi
belum tentu akan terjadi sesuatu, kau kok tidak mau
mengabulkan permintaanku?"
Toan Bok Ang menggeleng-gelengkan kepala,
"Kau menghendakiku berbuat apa, aku pasti mengabulkan
hanya yang satu ini jangan disinggung lagi.
Lu Leng menghela nafas, dia tidak banyak bicara lagi
sementara hari sudah mulai malam. Mereka berdua
memandang keluar. Tidak tampak seorang pun berada di luar
goa, namun mereka berdua tetap menunggu dengan sabar,
setelah hari sudah malam, keduanya mulai mengendap-endap
meninggalkan goa itu.
Begitu berada di luar goa, mereka langsung mengerahkan
ilmu Ginkang melesat Tak seberapa lama sudah sampai di
pintu gapura. Lu Leng dan Toan Bok Ang bersembunyi di
belakang pohon, kemudian mengintip ke arah gapura istana
itu. Ternyata mulai dari pintu gapura, setiap setengah rail
dipasang sebuah lentera merah.
Lentera merah itu bergantung di batang bambu yang
cukup tinggi Dan tampaknya tidak jauh dari setiap lentera
terdapat penjaganya. para penjaga itu setiap kali
menggoyang-goyangkan lenteranya, sebagai pertanda bahwa
di situ sang penjaga masih ada. ini merupakan kode isyarat
bagi penjaga yang lainnya, Kalau lentera merah itu tidak

1762
bergoyang, berarti telah terjadi sesuatu bagi penjaganya,
sesungguhnya bagi Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak begitu
sulit menyelinap ke dalam istana Ci Cun Kiong, sebab mereka
berdua berkepandaian tinggi.
Namun melihat ketatnya penjagaan itu, apabila ingin
menyelinap ke istana Ci Cun Kiong, mau tidak mau harus
membunuh para penjaga, seandainya para penjaga tahu akan
kehadiran mereka berdua, Liok Ci Khim Mo pasti muncul
Cukup lama mereka melakukan pengintaian dengan hatihati.
"Adik Leng, lebih baik kita jangan pergi menempuh bahaya
ini."
"Kita sudah kemari, bagaimana mungkin batal di tengah
jalan?"
"Lihatlah! Begitu ketat Liok Ci Khim Mo mengatur
penjagaan itu, bagaimana mungkin kita menyelinap ke sana?"
"Kita masuk dari samping pintu gapura," usul Lu Leng
sambil mengawasi ke arah samping,
Toan Bok Ang akhirnya menyetujui juga. Banyak bicarapun
tak ada gunanya, karena Lu Leng tak menghiraukannya.
Keduanya melangkah hati-hati, Tampak ada empat orang
menjaga di pintu gapura, Dalam kegelapan, tak dapat melihat
jelas wajah mereka satu persatu.
Lu Leng dan Toan Bok Ang bersembunyi lagi di tempat
gelap. Dan saat keempat penjaga itu lengah, mereka berdua
maju lagi dua depa dan langsung bersembunyi di belakang
batu,

1763
Keempat penjaga itu sama sekali tidak tahu akan
keberadaan mereka di belakang batu. Lu Leng dan Toan Bok
Ang saling memberi isyarat, lalu mendadak saja mereka
mencelat ke atas dengan cepat setelah bersalto beberapa kali
mereka memasuki gapura dan mendarat dengan ringan di
dalam.
Keduanya sempat menoleh ke arah keempat penjaga
pintu, Tampaknya mereka tidak ada yang tahu kedatangan Lu
Leng dan Toan Bok Ang.
Namun, mendadak lentera merah yang di pintu gapura
bergoyang dua kali, Keempat penjaga pun menggoyangkan
lentera merah dua kali, disusul kemudian oleh goyangan
lentera merah lain dan seterusnya.
Meny aksi kan itu, Lu Leng mengerutkan kening,
sebenarnya mudah baginya turun tangan terhadap keempat
penjaga itu. Namun kalau tiada orang menggoyangkan lentera
merah itu, jejak mereka pasti ketahuan.
Lama sekali Lu Leng dan Toan Bok Ang bersembunyi di
tempat gelap, tak terpikirkan harus menggunakan cara apa,
agar dapat melewati penjaga itu,
Mendadak Toan Bok Ang berbisik di telinga Lu Leng.
"Adik Leng, aku punya akal."
"Akal apa? Beritahukanlah!" tanya Lu Leng dengan suara
berbisik pula,
"Setiap lentera merah pasti ada penjaga, kita bunuh tiga
penjaga sisakan satu.,,."

1764
Lu Leng tersenyum getir
"ltu apa gunanya?"
"Kau dengarkan dulu! Para penjaga itu terdiri dari
golongan hitam, tentunya takut mati. Yang satu itu jika
melihat kita turun tangan langsung membunuh yang lain, pasti
ketakutan setengah mati, Kita menotok jalan darah,
memberitahukannya bahwa itu merupakan ilmu totokan
istimewa. Kalau dalam waktu tiga jam tidak dibebaskan maka
akan menderita selama tujuh hari tujuh malam, lalu binasa
secara mengenaskan. Aku yakin dia percaya!"
Lu Leng berpikir, merasa akal itu agak kurang baik, tapi
masih boleh dicoba, Karena itu, dia pun manggut-manggut.
Perlahan-lahan mereka berdua mendekati para penjaga
gapura,
Langkah mereka amat ringan tak mengeluarkan suara
sedikit pun. jarak keduanya sudah sangat dekat, tapi keempat
penjaga itu sama sekali tidak tahu akan kehadiran mereka,
Dan ketika berjarak dua tiga depa, mendadak Lu Leng
memunculkan diri,
Keempat penjaga pintu itu tersentak kaget Namun belum
juga sempat bersuara, Lu Leng telah menyerang dengan jurus
Siang Hong Cak Yun (Sepasang Puncak Menembus Awan),
Dua penjaga langsung roboh binasa, Setelah itu Lu Leng
mengayunkan golok pusaka Su Yang To. sekejap saja satu
penjaga telah terbabat dan belah dua oleh golok pusaka itu,
Satu orang penjaga lagi jadi ketakutan setengah mati, Dia
melangkah mundur dengan wajah pucat pasi. Dan belum
sempat orang itu kabur, Toan Bok Ang telah menotok jalan

1765
darah Tay Pay Hiat-nya yang membuat sekujur tubuhnya
berkesemutan,
"Kini kau telah tertotok oleh ilmu totokan istimewa kami,
Selain kami tiada orang yang mampu membebaskan totokan
itu. Dalam waktu tiga jam, kau pasti akan binasa secara
mengenaskan Kalau kau ingin hidup, harus tetap berdiri di sini
menggoyangkan lentera merah itu. Dalam waktu tiga jam, aku
pasti kembali ke sini membebaskan totokan itu!" Dengan
ketakutan sekali penjaga itu hanya bisa manggut-manggut
Melihat hal itu Toan Bok Ang segera mengajak Lu Leng untuk
meneruskan langkahnya
"Adik Leng, mari kita lanjutkan!"
Mereka berdua langsung melesat tanpa menoleh. Kira-kira
belasan depa kemudian, Lu Leng dan Toan Bok Ang
menengok ke belakang, Tampak lentera merah yang pertama
sudah bergoyang, seketika hati Lu Leng dan Toan Bok Ang
berdebar-debar legang, sebab kalau lentera merah kedua
tidak bergoyang, maka semua penjaga akan tahu, pasti telah
terjadi sesuatu.
Mereka terpaksa menunggu sambil menahan na-fas.
Dengan memasang mata tajam keduanya menatap lentera
merah yang kedua, Sesaat kemudian lentera merah yang
kedua pun bergoyang, Melihat hal itu keduanya menarik nafas
lega,
"Kakak Ang, ternyata penjaga itu takut mati, akalmu patut
dipuji!"
Toan Bok Ang menatap ke depan dengan kening berkerut
tajam

1766
"Ya, tapi kalau bertemu seseorang yang tidak takut mati,
kita bisa celaka !"
"Mari kita jalan! Kalau tidak terpaksa jangan
mempergunakan cara itu."
Toan Bok Ang mengangguk mereka berdua lalu mulai
melangkah, Mereka berdua berhasil melewati penjagaan
lentera merah ketiga, Ketika sampai di tempat lentera
keenam, mulai sulit melewatinya, sebab di kedua sisi
merupakan tebing. Apa boleh buat, Lu Leng terpaksa
membunuh tiga penjaga lagi, kemudian menotok jalan darah
yang seorang serta mengancamnya, Wajah penjaga itu pucat
pias mendengarnya tetapi menganggukkan kepala.
Setelah melewati lentera merah yang keenam, tampaklah
sekarang istana Ci Cun Kiong, Maka keduanya langsung
melesat Tak lama kemudian keduanya telah berada di sekitar
istana, suasana tampak gelap dan sepi sekali,
Perlahan dan dengan hati-hati sekali mereka mendekati
tembok, Kemudian mendadak keduanya melompat ke atas
melewati tembok memasuki istana itu.
Di dalam tembok ternyata ada pelataran tanah kosong,
Melewati pelataran kosong itu barulah mereka bertemu ruang
besar istana Ci Cun Kiong, Lu Leng pernah datang ke tempat
itu sekali, maka sudah paham benar tempat itu.
Lu Leng melesat ke sisi ruang besar Lalu memasang
pendengaran dengan penuh perhatian Na-mun tak juga ada
suara. Maka kemudian kedua muda-mudi itu memasuki ruang
besar hingga ke belakang,

1767
Ketika baru mau mulai memeriksa tempat itu, mendadak
tampak dua sosok bayangan berkelebat ke arah mereka. Lu
Leng dan Toan Bok Ang segera bersembunyi Gerakan kedua
sosok bayangan itu amat cepat hingga sekejap sudah
melewati mereka,
Toan Bok Ang segera menggerakkan senjata Sian Tian Sin
So ke arah punggung salah seorang itu, bergemerlapan
senjata Sian Tian Sin So menembus punggung orang itu.
Tanpa menjerit orang itu roboh binasa!
Yang satu ingin melarikan diri, namun Lu Leng bergerak
cepat menyerangnya dengan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari
Mengejutkan Langit),
Tampaknya yang satu ini berkepandaian cukup tinggi.
Cepat sekali berkelit sambil balas menyerang dengan sebuah
pukulan. Akan tetapi, Kim Kong Sin Ci merupakan ilmu yang
amat hebat, lagipula Lu Leng menggunakan tujuh bagian
tenaganya, Tak mungkin orang itu mampu mengatasinya,
Ketika tubuh itu sempoyongan terkena serangannya Lu Leng
cepat-cepat menyerang lagi. Maka orang itu langsung
menjerit-jerit aneh.
Begitu mendengar orang itu berteriak aneh, Lu Leng dan
Toan Bok Ang amat terkejut! Mereka berdua saling
memandangi kemudian mendadak Lu Leng menotok jalan
darah orang itu, Tapi di saat bersamaan, mendadak terdengar
suara bentakan dari empat penjuru.
"Kakak Ang, mari kita bersembunyi di atas tiang yang
melintang di langit-langit ruang ini!"
Toan Bok Ang tanpa membuang waktu langsung mencelat
ke atas mengikuti Lu Leng. Keduanya bersembunyi di tiang

1768
yang melintang di langit-langit ruangan. Kebetulan berada di
balik sebuah papan, bertulis "Bu Lim Ci Cun Ceh Kiong"
sehingga tak terlihat dari bawah. Sesaat kemudian muncul
belasan orang, semuanya membawa obor Ketika melihat dua
sosok mayat di lantai, mereka terkejut.
"Cepat lapor kepada Liok Ci Khim Mo, ada musuh
menyelinap di dalam istana!" seru salah seorang di antara
mereka.
Lu Leng dan Toan Bok Ang bersembunyi di balik papan itu,
Keduanya merasa tegang sekali. Namun semua orang yang
membawa obor itu tidak menemukan mereka,
Namun begitu keduanya menyadari apabila Liok Ci Khim
Mo muncul, jangan harap bisa selamat! Satu-satunya jalan
bagi mereka cepat-cepat meninggalkan tempat itu. Keduanya
tampak saling memberi isyarat, lalu membongkar kaca yang di
atas kepala mereka, setelah itu sama-sama merayap ke
sebelah melalui lobang itu, kemudian menutupnya kembali.
Ternyata mereka sampai di sebuah aula besar, maka
serentak melayang turun, Mereka berdua memang berhasil
meloloskan diri dari bahaya, Namun suasana sangat gelap di
dalam aula besar itu. SuIit mencari tempat untuk
bersembunyi. Mereka berdua terus berjalan berdampingan
Tanpa diduga sudah berada di sisi panggung batu.
Ketika berada di sisi panggung batu, hati Lu Leng pun
tergerak, Dia ingat hari itu, mendadak Liok Ci Khim Mo dan
putranya muncul di atas panggung batu, Tentunya di tempat
ini terdapat jalan rahasia. Di saat Lu Leng sedang berpikir,
mendadak di dalam panggung batu terdengar suara langkah,
Lu Leng segera menarik Toan Bok Ang bersembunyi di tempat
yang gelap di samping panggung batu. Berselang sesaat,

1769
terdengar suara "Plak" dan suasana terang seketika. Tampak
dua orang membawa obor muncul di situ,
"Ci Cun sudah tahu ada orang menyelinap ke mari, harap
kalian tetap berjaga di tempat, tidak usah panik!" seru salah
seorang dengan tiba-tiba, membuat cemas hati Lu Leng,
Kedua orang itu sama sekali tidak tahu Lu Leng dan Toan
Bok Ang berada di situ, Begitu melihat kedua orang itu
berjalan pergi, Lu Leng dan Toan Bok Ang segera masuk ke
tempat kedua orang itu tadi keluar. Ternyata ruangan dalam
panggung batu itu kosong, Tampak sebuah undakan batu
menuju ke atas. Hari itu Lu Leng sudah melihat, di atas
panggung batu dipasang lempengan besi berbentuk bundar
guna menjaga jika ada serangan dari atas,
Selain undakan batu yang menuju ke atas, juga terdapat
sebuah terowongan rahasia, menembus ke dalam istana Ci
Cun Kiong yang amat rahasia. Lu Leng dan Toan Bok Ang
saling memandang, lalu berjalan ke dalam melewati
terowongan, semakin ke dalam semakin sunyi tidak terdengar
suara apa pun, Berselang sesaat, mereka mendengar sayupsayup
suara petikan harpa. Tentunya itu suara Pat Liong Thian
Im yang dimainkan Liok Ci Khim Mo. Karena Lu Leng dan
Toan Bok Ang berada di dalam terowongan bawah tanah,
maka Pat Liong Thian Im kedengaran amat lirih. Walau tetap
membuat sukma mereka seperti terbetot, namun tidak akan
terluka.
Kedua muda-mudi itu terus berjalan dengan hati-hati,
Setelah melewati puluhan depa, tampak ada tiga jalan di
depan. Di setiap mulut jalan itu terdapat seorang penjaga
dengan senjata tajam di tangan. Ketika melihat ada penjaga
Lu Leng dan Toan Bok Ang ingin bersembunyi tapi sudah
terlambat karena ketiga penjaga itu telah melihat mereka.

1770
"Siapa?" bentak mereka, Lu Leng tahu sudah tidak bisa
bersembunyi lagi, maka dia tetap melangkah ke depan, Lalu
dia menyahut dengan tenang,
"Aku!"
Salah seorang menghampirinya dengan pedang terhunus,
Matanya tajam menatap Lu Leng. "Siapa kau?"
Lu Leng langsung menyerang orang itu dengan golok
pusaka Su Yang To.
"Aku adalah aku!" sahutnya sambil tetap me-nyerang,
Maka hanya sekali terdengar dentangan suara pedang
saling beradu. pedang orang itu patah. sekejap kemudian
lehernya telah putus tersambar golok pusaka milik Lu Leng.
Dua penjaga lainnya tertegun. Toan Bok Ang tidak
menyia-nyiakan kesempatan itu, langsung mengayunkan Sian
Tian Sin So menyerang salah seorang.
"Aaaakh!" Orang itu menjerit dan roboh seketika,
Yang satu lagi langsung menyerang Lu Leng dengan
senjata rahasia, Dengan cepat Lu Leng menangkis
menggunakan Kim Kong Sin Ci jurus Sam Hoan Toh Goat
(Tiga Lingkaran Mengelilingi Bulan), Maka terpukul balik ketiga
senjata rahasia itu, menembus dada pemiliknya hingga tewas
seketika.
Lu Leng membalikkan badannya. Melihat Toan Bok Ang
telah berhasil merobohkan orang itu, Lu Leng mendekati nya.
Ternyata orang itu belum mati Maka Lu Leng cepat
mencengkeram bahunya seraya berkata dengan suara dalam.

1771
"Jangan gugup!"
Orang itu menengok ke sana ke mari kemudian tertawa
dingin,
"Kalian berdua, jangan harap dapat meloloskan diri!"
ancamnya dengan mata melotot
Lu Leng mendengus,
"Hm! Kalaupun kami tidak dapat meloloskan diri kau pasti
tidak dapat hidup!"
Sekujur badan orang itu bergemetar.
"Aku bertanya padamu, apakah Giok Bin Sin Kun dan Cit
Sat Sin Kun suami istri sudah celaka?"
Orang itu tampak terperangah, lalu tertawa gelak. Dengan
gusar sekali Lu Leng melancarkan sebuah pukulan, seketika
orang itu tewas tanpa terdengar jeritannya,
"Adik Leng, bagaimana kita sekarang?"
Lu Leng berkertak gigi kemudian mengerutkan kening. Dia
tampak begitu geram.
"Kenapa orang itu begitu mendengar aku menanyakan
guruku dan Cit Sat Sin Kun suami istri, langsung tertawa
gelak?"
"Aku pun merasa heran, mungkin mereka bertiga masih
hidup."

1772
"Mudah-mudahan begitu. sekarang kita menggeserkan
mayat-mayat itu ke samping."
Mereka berdua lalu menarik ketiga sosok mayat itu ke
samping.
"Kita menuju jalan yang di tengah saja!"
Toan Bok Ang berbisik
"Adik Leng, kita harus berupaya mencari jalan keluar!"
Lu Leng manggut-manggut, lalu melangkah ke jalan yang
di tengah, Toan Bok Ang segera mengikutinya, Ternyata jalan
itu cuma beberapa depa, Tak jauh dari situ sudah terlihat
ujungnya. Lu Leng tertegun. Kenapa jalan ini sedemikian
pendek? Dia menjulurkan tangannya mendorong, terdengar
suara "Krek", Ternyata dia mendorong sebuah pintu rahasia
hingga terbuka, Terasa ada angin berhembus ke dalam. Saat
mereka hendak melesat, terdengar suara orang berteriakteriak.
Ternyata tak jauh dari ujung lorong itu ada sebuah
taman. Maka Lu Leng segera menyadari cepat atau lambat
jejak mereka pasti ketahuan.
Lu Leng mengamati tempat itu, kemudian menarik Toan
Bok Ang ke samping sebuah gunung-gunungan, Tinggi
gunung-gunungan itu hampir empat depa, Lu Leng menyuruh
gadis itu menunggu di bawah. Dia mencelat ke atas gununggunungan
untuk bisa memandang ke seke1i1ing. seketika itu
dia menarik nafas dingin. Ternyata dia melihat begitu banyak
orang membawa obor mencari mereka. Lu Leng cepat-cepat
meloncat turun.
"Bagaimana?" tanya Toan Bok Ang yang langsung
mendekatinya.

1773
Lu Leng menghela nafas panjang.
"Kakak Ang, aku suruh kau jangan ikut, kau malah mau
ikut! Kini...."
Toan Bok Ang tersenyum sedih, "Apakah kita tidak dapat
meloloskan diri?" "ltu belum tentu, hanya saja.,, agak tipis
harapan bisa meloloskan diri, Tadi aku melihat banyak orang
membawa obor mendekati tempat ini, Kemanapun kita kabur,
pasti akan ketahuan."
"Kalaupun jejak kita ketahuan, belum tentu kita tidak
dapat menerjang keluar, kenapa harus putus asa?"
Lu Leng tahu, ilmu Ginkang Liok Ci Khim Mo tidak begitu
tinggi, belum tentu dapat mengejar mereka, lalu kenapa yakin
tidak dapat meloloskan diri? Berpikir sampai di situ, Lu Leng
menggenggam tangan Toan Bok Ang erat-erat,
"Benar katamu."
Ketika mereka berdua hendak menerjang keluar,
mendadak terdengar suara di belakang gunung-gunungan itu.
"Jangan sembarangan menerjang keluar!"
Lu Leng dan Toan Bok Ang terkejut melihat sesosok
bayangan yang tiba-tiba berkelebat keluar, Meskipun tidak
melihat jelas siapa sosok bayangan itu, Lu Leng langsung
menyerang dengan jari telunjuknya. Namun gerakan orang itu
sungguh cepat, bagaikan segulung asap menghindari
serangan yang dilancarkan Lu Leng sambil berseru dengan
keras.
"Saudara Lu, aku!"

1774
Lu Leng tersentak kaget ketika mengetahui kalau sosok
bayangan itu ternyata Oey Sim Tit, putra kesayangan Liok Ci
Khim Mo.
"Kalau kau kenapa?" tanya Lu Leng dengan rasa
penasaran.
"Perbolehkanlah aku mendekatimu, aku akan
menjelaskannya!"
Lu Leng manggut-manggut "Baiklah!"
"Adik Leng, siapa dia?" tanya Toan Bok Ang merasa heran,
Lu Leng menyahut dengan suara rendah. "Dia adalah
putra Liok Ci Khim Mo!" Bukan main terkejutnya Toan Bok Ang
mendengar hal itu. Ketika dia hendak bertanya lagi Oey Sim
Tit sudah berada di hadapan mereka, Dia tampak gugup dan
panik.
"Aaah! Kenapa kalian tidak mau pergi? Malah ke mari
lagi?"
"Saudara Oey, apakah kau yang menghadiahkan keempat
butir obat mujarab Tok Liong Cai Sen Tan?"
Oey Sim Tit menganggukkan kepala,
"Kalau kalian mendengar nasihatku, tentunya tidak akan
menimbulkan kerepotan!"
Lu Leng maju selangkah mendekati Oey Sim Tit

1775
"Saudara Oey, kami berdua tidak akan melupakan budi
baikmu. Tapi bagaimana kau tahu kami bersembunyi di dalam
goa itu?"
Oey Sim Tit tampak gugup untuk menjawab pertanyaan Lu
Leng.
"Apakah Tam Ek Hui dan Nona Han yang memberitahukan
padamu?" desak Lu Leng karena tak sabaran dengan jawaban
Oey Sim Tit
Oey Sim Tit manggut-manggut
"Kini mereka berada di mana?"
Ketika Oey Sim Tit baru mau menjawab, mendadak
terdengar suara orang di dalam terowongan rahasia itu. Wajah
Oey Sim Tit langsung berubah.
"Kalian berdua cepat ikut aku!"
Lu Leng tahu keadaan sudah gawat sekali Maka tanpa
banyak bertanya lagi langsung menarik Toan Bok Ang
mengikuti Oey Sim Tit, Tak lama mereka sudah sampai di
sebuah tempat peristirahatan, Oey Sim Tit mengangkat batu
penutup sebuah lobang,
"Kalian berdua, bersembunyi dulu di dalam 1o-bang itu!"
* * * *

1776
Bab 83
Toan Bok Ang penuh tanda tanya di dalam hati. Namun Lu
Leng sudah menariknya ke dalam lobang yang dalamnya
sekitar lima depa. setelah bersembunyi di dalam lobang itu,
mereka berdua tidak berani bergerak
"Adik Leng, kenapa putra Liok Ci Khim Mo itu sudi
membantu kita?"
"Hari itu di Cing Yun Ling Go Bi San, kalau dia tidak
merebut Pat Liong Khim dari tangan ayahnya, mungkin para
jago tangguh sudah binasa semua!"
"Tak disangka mereka ayah dan anak, berbeda sama
sekali!"
Ketika mereka bercakap-cakap dengan suara rendah,
terdengar suara langkah yang tergesa-gesa, Keduanya
menghentikan percakapan itu, Dan sesaat kemudian terdengar
seseorang bertanya,
“Tuan Muda berada di sini, apakah melihat ada orang
keluar dari terowongan bawah tanah ?"
Yang ditanya ternyata Oey Sim Tit. putra Liok Ci Khim Mo
ini menggelengkan kepala,
"Tidak, kalau ada orang ke mari, aku pasti melihatnya!"
"Tapi mereka memang telah memasuki terowongan bawah
tanah, selain tempat ini, tiada tempat lain yang dapat dilalui!"
ujar orang itu seolah tak mempercayai kata-kata Oey Sim Tit.
Oey Sim Tit mengerutkan kening seraya berkata.

1777
"Kalau begitu, mungkin mereka telah kabur melewati
belakangku maka aku tidak mengetahuinya!"
"Ayahmu amat gusar karena tidak dapat menangkap
kedua orang itu, Terdengar suara seorang lelaki dan seorang
wanita, apakah benar Tuan Muda tidak melihat mereka?"
Oey Sim Tit menyahut agak tergagap, karena dia memang
tidak biasa berbohong.
"Tidak melihat !"
Orang itu melangkah pergi, Lu Leng dan Toan Bok Ang
yang bersembunyi di dalam lobang menarik nafas lega, Akan
tetapi, mendadak terdengar suara dentingan nyaring sekali,
Hati Lu Leng dan Toan Bok Ang seakan ter-guncang hebat
Namun buru-buru mereka berusaha menenangkannya. Sesaat
kemudian terdengar pula suara Liok Ci Khim Mo yang penuh
kegusaran
"Lelaki dan perempuan itu, selain tempat ini tiada tempat
lain untuk kabur! Kau pasti melihat mereka, tapi tidak mau
memberitahukan! Ya, kan?"
Begitu mendengar suara Liok Ci Khim Mo, hati Lu Leng
dan Toan Bok Ang tegang bukan main, karena tidak bisa
keluar dan tidak bisa bersembunyi di tempat lain, Mereka
berdua betul-betul tegang dan panik,
"Ayah, aku... aku sungguh tidak melihat mereka," ujar Oey
Sim Tit menggeragap,
Liok Ci Khim Mo mendengus.

1778
"Hm! Binatang! Urusan besar ayahmu, cepat atau lambat
pasti berantakan di tanganmu!"
Oey Sim Tit seg(tffc berlutut seraya berkata,
"Ayah! Kenapa Ayah berkata begitu?"
"Di mana lelaki dan perempuan tadi! Cepat beritahukan!"
Hati Lu Leng dan Toan Bok Ang berdebar-debar tegang
sekali
"Aku... aku sungguh tidak tahu!" ujar Oey Sim Tit lagi coba
meyakinkan ayahnya, Liok Ci Khim Mo tertawa dingin, "Bagus!
Kau tidak tahu ya sudahlah! Namun kelima orang yang di
dalam penjara, nyawa mereka akan kuhabisi malam ini!"
Oey Sim Tit berkata gugup, "Bukankah Ayah bilang,
tunggu sampai Pek Gwee Cap Go (Tanggal lima belas bulan
delapan), mereka berlima akan dijadikan tumbal?" Liok Ci
Khim Mo tertawa dingin lagi, "Tidak salah ayah memang
pernah mengatakan begitu, Namun, tidak sampai Pek Gwee
Cap Go kau akan melepaskan mereka berlima!"

TEKS