jowo.yn.lt
Bagian 30
Kali ini raja burung elang itu terbang ke atas, justru tidak
menuju sarangnya lagi, melainkan terus terbang ke atas.
Betapa terkejutnya Lu Leng, Mungkin dikarenakan tidak
berhasil kembali ke sarangnya, maka raja burung elang itu
akan terbang ke tempat lain mungkin akan terbang sejauh
ribuan mil. Apabila saat ini Lu Leng melepaskan diri dari cakar

1378
raja burung elang itu, dia pasti mati, sebab akan jatuh ke
bawah.
Raja burung elang itu terus terbang ke atas, dan tak lama
sudah berada di atas tebing itu. Lu Leng memandang ke
bawah. seketika wajahnya berseri dan hatinya girang bukan
main. Ternyata di atas tebing itu, terdapat sebuah telaga
alami, Airnya tampak kehijau-hijauan, pertanda telaga itu
amat dalam, sementara raja burung elang itu terus terbang ke
atas, Tanpa banyak pikir lagi, Lu Leng langsung melepaskan
tangannya yang memegang kaki raja burung elang itu, maka
badannya merosot ke bawah dan jatuh ke dalam telaga
tersebut. Berselang sesaat, barulah Lu Leng timbul di
permukaan telaga, Dia menarik nafas dalam-dalam, hatinya
girang sekali.
Dia segera berenang ke tepi, lalu naik ke atas, Setelah itu,
dia memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak, Dia
yakin orang berpakaian hitam itu, tidak tahu bahwa di atas
tebing terdapat sebuah telaga, yang membuat dirinya selamat
dan dapat melepaskan diri dari raja burung elang itu.
Kini Lu Leng justru berada di atas orang berpakaian hitam
itu, Selama dua tiga hari itu, dirinya selalu berada di tempat
terang, sedangkan orang berpakaian hitam berada di tempat
gelap, Tapi kali ini malah terbalik!
Setelah beristirahat sejenak, semangat Lu Leng sudah
pulih. Lalu berjalan ke tepi tebing dan melongok ke bawah,
Dia melihat sarang burung elang, yang jaraknya kira-kira tiga
empat puluh depa, Tam-pak orang berpakaian hitam masih
berada di dalam sarang burung elang, sedang membongkarbongkar
semua ranting yang masih berada di dalam sarang
itu, kelihatannya sedang mencari sesuatu, Kadang-kadang

1379
terdengar suara tawanya. Setelah melongok sejenak, Lu Leng
mulai turun ke bawah.
Tak seberapa lama kemudian, dia sudah semakin dekat
dengan orang berpakaian hitam itu, Dengan hati-hati dia
melesat ke sebatang pohon besar. Setelah itu dia masuk ke
dalam sebuah sarang. Namun sampai sejauh itu orang
berpakaian hitam tidak mengetahui keberadaannya.
Lu Leng beristirahat sejenak di dalam sarang burung elang
itu, Mendadak tercium bau yang amat busuk. Lu Leng cepatcepat
menahan nafas lalu menengok ke sana ke mari. Dia
terbelalak, ternyata melihat mayat wanita buruk rupa dan
lelaki berkaki satu, yang keduanya sudah mulai membusuk.
Lu Leng yakin, bahwa tidak lama lagi orang berpakaian
hitam itu pasti ke sarang tersebut, sebelum membasmi nya,
percuma mencari Panah Bulu Api. Lu Leng membatin. Orang
berpakaian hitam itu berkepandaian amat tinggi, sedangkan
bahunya sudah terluka, entah dapat melawannya atau tidak?
Kalau begitu, harus melancarkan serangan gelap
terhadapnya, Bukankah orang berpakaian hitam itu juga telah
membokongnya dengan senjata rahasia dan lain sebagainya?
Apa salahnya kini balas menyerangnya dengan cara yang
sama?
Setelah mendapat pikiran demikian, Lu Leng segera
mengangkat mayat wanita buruk rupa itu, kemudian
disandarkannya pada dinding sarang, lalu dia bersembunyi di
belakang mayat itu.
Kalau orang berpakaian hitam muncul di sarang tersebut
Lu Leng akan segera mendorong mayat itu ke arahnya. Begitu
melihat mayat wanita buruk rupa menyerangnya, sudah pasti

1380
orang berpakaian hitam akan ketakutan setengah mati Berpikir
sampai di situ, hati Lu Leng menjadi amat gembira sekali. Dia
terus menunggu di belakang mayat itu. Walau mayat itu amat
bau, namun Lu Leng telah menutup pernafasannya.
Berselang beberapa saat terdengar suara langkah di luar
Dugaan Lu Leng tidak meleset orang berpakaian hitam sudah
mendatangi sarang tersebut. Terdengar pula suara orang
berpakaian hitam itu bergumam.
"Kalau di tempat ini aku tidak berhasil menemukan Panah
Bulu Api, berarti selamanya panah Bulu Api tidak akan muncul
dalam rimba persilatan."
Lu Leng tertawa dalam hati, Masih ingin mencari Panah
Bulu Api? sebentar lagi kau akan tahu rasa!. Tak lama
kemudian, terdengar orang berpakaian hitam tertawa lalu
berkata.
"Ternyata kalian berdua juga berada di sini! Kalian berdua
binasa karena terkena senjata rahasiaku yang beracun, namun
bisa sampai di tempat ini, maka kalian berdua harus berterima
kasih kepadaku !"
Usai berkata begitu, dia meloncat ke dalam sarang
tersebut.Saat ini, pandangan Lu Leng justru tertutup oleh
mayat itu, maka dia tetap tidak melihat wajah orang
berpakaian hitam itu. Akan tetapi, Lu Leng merasa kenal akan
suara-nya, namun lupa di mana pernah mendengar suara
orang itu.
Seusai orang itu berkata, Lu Leng mengangkat kedua
belah tangan mayat itu ke atas, setelah itu, dia menirukan
suara bentakan wanita buruk rupa.

1381
"Bangsat kau!"
Orang berpakaian hitam itu pun membentak
"Siapa?"
Orang berpakaian hitam membalikkan badannya, Di saat
bersamaan, Lu Leng justru mendorong mayat itu ke depan
mengarah orang berpakaian hitam. Bersamaan itu, Lu Leng
pun berteriak aneh mengeluarkan suara seram.
"Aku!"
Sekaligus menyerang dengan Kim Kong Ci, mengeluarkan
jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit).
Kejadian yang mendadak itu membuat orang berpakaian
hitam tertegun Namun dia masih sempat mundur sambil
mengibaskan tangannya. Ternyata dia menyerang dengan
senjata rahasia. Ketika menyaksikan senjata rahasia itu, hati
Lu Leng tergerak, namun saat ini dia harus memusatkan
perhatiannya untuk melawan orang berpakaian hitam itu. Lagi
pula dia pun tidak ingat asal-usul senjata rahasia tersebut
Sert Sert Sert!
Ketiga batang senjata rahasia itu menembus mayat wanita
buruk rupa itu, kemudian mayat itu roboh. Di saat bersamaan,
angin jari telunjuk Lu Leng sampai di dada orang berpakaian
hitam itu. Orang berpakaian hitam itu tahu adanya ketidak
beresan, namun sudah terlambat berkelit. Dia hanya bisa
memiringkan badannya sedikit, maka bahunya terkena
serangan itu. Badannya bergoyang-goyang nyaris tak kuat
berdiri, namun cepat-cepat dia mencelat ke belakang.

1382
Lu Leng bersiul panjang.
"Bangsat, tak terduga kan?" katanya.
Dia segera menyerang lagi. Kali ini dia menggunakan jurus
Sam Hoan Toh Goat (Tiga Lingkaran Mengelilingi Bulan).
Orang berpakaian hitam itu sungguh gesit Mendadak
badannya melambung ke atas, kemudian berjungkir balik
keluar dari sarang burung elang itu,
Bum!
Sarang burung elang itu langsung berlobang. Walau sudah
diserang dua kali, namun orang berpakaian hitam masih dapat
meloloskan diri, bahkan siapa dia, Lu Leng masih belum
melihat jelas wajahnya.
Seketika Lu Leng bersiul panjang lagi, sambil melesat ke
luar. Sampai diluar sarang itu, dia tampak tertegun.
Ternyata dia melihat orang berpakaian hitam itu melesat
pergi bagaikan terbang di atas batang-batang pohon, Kalau
kurang berhati-hati, dia pasti jatuh dan nyawanya tidak akan
selamat
Lu Leng amat membencinya, Walau tahu itu bahaya,
masih tetap ditempuhnya. Sebab tidak mau melepaskan orang
berpakaian hitam itu, dia segera menghimpun hawa murni,
lalu melesat ke depan melalui batang-batang pohon
mengejarnya.
Kira-kira beberapa depa, mendadak orang berpakaian
hitam itu berhenti Lu Leng pun ikut berhenti, jarak mereka
satu depa lebih, Ketika Lu Leng baru mau melancarkan

1383
serangan, tiba-tiba orang berpakaian hitam itu membalikkan
badannya. Baru kali ini Lu Leng berkesempatan berhadapan
dengannya. Maka dia batal menyerang, karena ingin melihat
jelas wajahnya. Setelah melihat jelas wajah orang itu, Lu Leng
terbelalak Ternyata orang berpakaian hitam itu Hek Sin Kun.
Kini Lu Leng sudah tahu siapa orang berpakaian hitam itu,
maka lebih tidak berani melancarkan serangan. Ternyata Lu
Leng sudah mendengar dari orang, bahwa Hek Sin Kim dan
Kim Kut Lau adalah ipar Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, saudara
kandung Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua. Mereka semua adalah
anak Mo Liong Seh Sih.
Walau Lu Leng bernyali besar dan berkepandaian tinggi,
namun Lweekangnya masih belum begitu tinggi, maka kini
berhadapan dengan Hek Sin Kun yang amat terkenal itu, dia
menjadi termangu-mangu. Setelah termangu-mangu sejenak,
barulah Lu Leng melihat bahwa mereka berdua berdiri di atas
sebatang pohon, depan belakang diganjel oleh batang pohon
lain, sehingga di tengah-tengah justru kosong. Mereka berdua
saling menatap, kemudian Hek Sin Kun tertawa dingin, dan
berkata.
"Bocah, ternyata kau tidak mampus!"
Mendengar ucapan itu gusarlah Lu Leng dan maju
selangkah Karena gusar, maka tanpa sadar menggunakan
tenaga ketika melangkah, sehingga membuat batang pohon
itu bergerak-gerak, otomatis badan Lu Leng dan Hek Sin Kun
juga bergoyang-goyang, nyaris sama-sama terjatuh.
Lu Leng tertawa dingin, Dia menatap Hek Sin Kun dengan
mata tak berkedip,
"Membokong orang, apakah itu berguna sekali?" katanya.

1384
Hek Sin Kun tertawa aneh.
"Bocah! Kini kita sudah berhadapan silakan melancarkan
serangan!" tantangnya,
Usai berkata, dia lalu mengangkat sebelah tangannya. Lu
Leng memperhatikan telapak tangan Hek Sin Kun, hitam
mengkilap. Lu Leng sudah tahu, bahwa Hek Sin Kun memiliki
ilmu pukulan Hek Sah Ciang yang amat lihay dan dahsyat.
Oleh karena itu, Lu Leng berpikir dalam hati, harus
melancarkan serangan duluan, justru mendadak Hek Sin Kun
tertawa dingin.
"Kau serang duluan, akan cepat sampai di alam baka
menemui keponakan perempuanku itu!" kata-nya.
Suara Hek Sin Kun tidak keras, namun ketika
mendengarnya, Lu Leng justru seperti mendengar geledek di
siang hari bolong. Karena keponakan perempuan Hek Sin Kun,
tentunya Tam Goat Hua, bahkan telah mati pula.
* * * *
Bab 64
Ketika rambut Tam Goat Hua awut-awutan, terus berteriak
dengan hati hancur dan menyerahkan Soat Hun Cu untuk
dikembalikan kepada Tong Hong Pek, lalu melesat pergi, sejak
itu Lu Leng tidak pernah bertemunya lagi,
Mengenai kejadian Lu Leng dengan Tam Goat Hua, walau
bukan kesalahan Lu Leng, karena terpengaruh oleh Pat Liong
Thian Im, namun dalam hati Lu Leng selalu merasa bersalah.

1385
Ketika di gunung Go Bi San, Lu Leng melihat tulisan Tong
Hong Pek di atas batu, bahwa hatinya telah beku, sedangkan
hati Tam Goat Hua hancur lebur, mungkin akan bunuh diri
atau hidup menyendiri di suatu tempat.
Namun biar bagaimanapun dalam hati Lu Leng masih
terdapat sedikit harapan, berharap Tam Goat Hua adalah
gadis yang berhati tabah dan berpikiran panjang, punya
keberanian untuk melanjutkan hidupnya.
Selama Lu Leng mencari Panah Bulu Api, dia tetap
merindukan Tam Goat Hua setiap saat. Akan tetapi, kini dari
mulut Hek Sin Kun, justru memperoleh kabar berita yang amat
menakutkan. Sekujur badan Lu Leng bergemetar, kemudian
bertanya terputus-putus.
"Kau bilang . Kakak Goat...."
Sebelum Lu Leng usai bertanya, mendadak Hek Sin Kun
tertawa panjang, lalu berkata.
"Kau boleh ke alam baka mencarinya!"
Di saat bersamaan, Hek Sin Kun melancarkan serangan
terhadap Lu Leng. Tadi Hek Sin Kun menyuruh Lu Leng
melancarkan serangan duluan, namun kini justru dia yang
menyerang duluan, bahkan di saat Lu Leng mengalami
pukulan batin. Lagipula pukulan itu menggunakan delapan
bagian tenaga, maka dapat dibayangkan betapa dahsyatnya
pukulan tersebut
Perlu diketahui, ilmu Hek Sah Ciang yang dilatih Hek Sin
Kun telah mencapai tingkat ke delapan, Kini dia menyerang Lu
Leng dengan delapan bagian tenaganya sudah pasti amat
dahsyat sekali. Lu Leng merasa serangkum angin yang amat

1386
dingin menyerang ke arahnya, itu membuatnya tersentak
sadar, bahwa Hek Sin Kun berdusta.
Hek Sin Kun mengatakan begitu, tidak lain hanya ingin
memecahkan perhatian Lu Leng, lalu menyerangnya secara
mendadak. Walau Lu Leng telah sadar akan hal itu, tapi sudah
terlambat Meskipun demikian, hawa murni yang di dalam
tubuhnya otomatis melakukan perlawanan Terdengar suara
"Bum", seandainya Lu Leng memiliki Lweekang tinggi, sudah
pasti pukulan Hek Sah Ciang itu tak berarti baginya.
Akan tetapi, Lweekang Lu Leng masih belum mencapai ke
tingkat itu, maka badannya masih tidak kuat menahan
pukulan tersebut. Kalau di tanah datar, Lu Leng masih bisa
mundur Tapi kini dia justru berdiri di atas batang pohon,
sehingga badannya menjadi sempoyongan dan akhirnya jatuh
ke bawah.
Di saat itu, Lu Leng masih sempat meraih batang pohon
itu, tapi bagaimana mungkin Hek Sin Kun membiarkannya?
Dia langsung mengayunkan tangannya, sebatang jarum hitam
meluncur seketika laksana kilat ke arah tangan Lu Leng yang
memegang pinggiran batang pohon tersebut. Kalau Lu Leng
tidak melepaskan tangannya itu, pasti terserang oleh senjata
rahasia tersebut. Tapi seandainya melepaskan tangannya itu,
sudah pasti Lu Leng akan jatuh ke bawah, dan akan mati
dengan tulang hancur.
Di saat bersamaan Lu Leng mendengar suara tawa Hek
Sin Kun, justru bersamaan itu, Lu Leng telah mengambil suatu
keputusan. Lu Leng membiarkan tangannya tetap memegang
pinggiran batang pohon tersebut Terdengar suara "Plak",
senjata rahasia itu menembus permukaan telapak tangannya,
Betapa sakitnya, bahkan darah segar pun mengucur seketika.

1387
Lu Leng tahu, kemungkinan besar senjata rahasia itu telah
melukai urat di permukaan telapak tangannya, sehingga akan
menyebabkan kecacatan di tangannya. Namun dengan tangan
kiri itu menyelamatkan nyawanya berikut kesempatan
membalas dendam, itu amat berharga sekali. Karena
tangannya itu tertancap oleh senjata rahasia, maka badannya
tidak akan terjatuh ke bawah.
Di saat itu sudah tiada waktu bagi Lu Leng untuk melihat
luka di tangannya tersebut, sebab dia sudah melancarkan
serangan, mengeluarkan jurus Bwe Hua Ngo Cut (Bunga Bwe
Memekar Lima Kali), jurus kelima dari ilmu Kim Kong Sin Ci,
bahkan menggunakan tenaga sepenuhnya.
Sementara Hek Sin Kun amat girang, karena senjata
rahasianya berhasil melukai tangan Lu Leng, dia justru tidak
menyangka, Lu Leng akan balas menyerangnya secara
mendadak, ilmu Kim Kong Sin Ci merupakan ilmu yang amat
keras, Tempo hari di Cing Yun Ling gunung Go Bi San, si Nabi
Setan-Seng Ling masih terluka oleh ilmu tersebut.
Saat ini, Lu Leng menyerangnya dengan sepenuh tenaga.
Terasa serangkum tenaga yang amat dahsyat mengarah
dadanya. Ketika Hek Sin Kun baru mau menangkis, dadanya
sudah terkena serangan itu. Hek Sin Kun menjerit dan
terhuyung-huyung ke belakang dua tiga langkah. Mulutnya
mengeluarkan darah, pertanda dia telah terluka dalam.
Namun Hek Sin Kun sudah berpengalaman Di saat
terhuyung-huyung dia tidak gugup, maka masih tetap berdiri
di atas batang pohon itu. Lu Leng melihat jurus serangannya
berhasil melukai lawan, tapi tidak berhasil menjatuhkannya,
Ketika dia masih mau melancarkan serangan, Hek Sin Kun
sudah meloncat ke batang pohon lain.

1388
Lu Leng menahan sakit pada telapak tangannya,
Mendadak dia mengangkat tangan kirinya, Dapat dibayangkan
betapa sakitnya, sehingga membuatnya nyaris pingsan.
Namun dia masih dapat bertahan, kemudian naik ke atas,
Di saat bersamaan, terdengar Hek Sin Kun yang tertawa
terkekeh-kekeh.
"He he he! Bangsat kecil! Kau masih berani bertingkah!"
Tiba-tiba dia menendang batang pohon yang mengganjel
batang pohon lain, tempat Lu Leng berdiri di atasnya, Maka
batang pohon itu miring ke bawah, Lu Leng segera memegang
batang pohon itu dengan tangan kanannya, tapi dia tetap
jatuh ke bawah, Lu Leng segera memegang batang pohon itu
dengan tangan kanannya, tapi dia tetap jatuh ke bawah
bersama batang pohon tersebut.
Terdengar suara angin menderu-deru lewat telinganya,
kemudian terdengar pula suara tawa Hek Sin Kun yang
terkekeh-kekeh, sekejap badannya sudah merosot tiga empat
puluh depa. Akan tetapi, memang nyawa Lu Leng masih
panjang, Mendadak terdengar suara "Bum", ternyata batang
pohon itu menyangkut di sebuah batu yang menonjol di
dinding tebing.
Lu Leng cepat-cepat meloncat ke batu itu, dan berhasil
Begitu kakinya menginjak batu, legalah hatinya, sedangkan
batang pohon itu berguling, lalu meluncur ke bawah lagi, Di
saat bersamaan, Lu Leng mengeluarkan ilmu pemberat tubuh
agar tidak terjatuh.
Lu Leng berdiri di situ seperti kehilangan sukma, Sayupsayup
terdengar suara tawa Hek Sin Kun. Lu Leng
mendongakkan kepala, Dilihatnya Hek Sin Kun berdiri di atas

1389
batang pohon lain, sedang mendongakkan kepala sambil
tertawa gelak. Namun sepertinya dia tidak tahu akan kejadian
di bawah.
Lu Leng memandang ke bawah, di sana gelap tak terlihat
apa pun, Batang pohon yang jatuh tadi juga tidak tampak
sama sekali. Berada di batu itu, Lu Leng tahu, bahwa dirinya
naik tidak bisa turun pun sangat sulit, namun dia tidak bisa
terus berdiam diri di situ. Lu Leng menyobek ujung bajunya,
kemudian dibalutkan pada tangannya yang terluka itu, lalu dia
duduk beristirahat.
Tak seberapa lama, suara tawa Hek Sin Kun sudah tidak
terdengar lagi, Ternyata dia naik ke atas tebing dan tak lama
sudah tidak kelihatan. Lu Leng tahu bahwa sementara ini
dirinya memang tiada bahaya maka dia menghela nafas
panjang, Di saat dia ingin bangkit berdiri mendadak terdengar
suara Hek Sin Kun di atas tebing.
Dari jarak sejauh itu Lu Leng bisa mendengar suara Hek
Sin Kun, bukankah aneh sekali? sesungguhnya tidak aneh,
sebab suara Hek Sin Kun terbawa oleh angin, sedangkan
pendengaran Lu Leng amat tajam, maka dapat
mendengarnya.
Suara Hek Sin Kun membuat Lu Leng tertegun, karena
Hek Sin Kun seperti sedang berbicara dengan seseorang, Dia
mengatakan bahwa Panah Bulu Api tidak berada di tempat ini,
sebab tidak menemukan.
Setelah itu, dia menasihati orang itu agar pulang menemui
ibunya, Mendengar sampai di situ, Lu Leng bertambah
bingung, kemudian mendengarkan dengan penuh perhatian.

1390
"Kakakmu... Kitab iblis itu seharusnya diberikan kepada
kami. Ayah dan ibumu melihatmu... pasti mau
menyerahkan...."
Orang lain yang mendengar pembicaraan itu, sudah pasti
akan tercengang dan bingung, begitu pula Lu Leng, Namun
hatinya tergetar keras, maka segera bertanya pada diri
sendiri, sebelumnya Hek Sin Kun sedang berbicara dengan
siapa?
Tak seberapa lama, dalam hatinya sudah terdapat sebuah
jawaban, namun jawaban itu membuat dirinya sendiri tidak
berani percaya.
Walau itu merupakan hal yang tidak mungkin, tapi setelah
Lu Leng berpikir secara teliti, justru merasa tidak akan keliru
dugaannya, Saat ini, suara Hek Sin Kun sudah tidak terdengar
lagi, juga tidak terdengar suara orang kedua itu, kini hanya
terdengar suara angin gunung.
Lu Leng berpikir lagi, tetap menemukan jawaban yang
sama seperti tadi, yaitu Hek Sin Kun berbicara dengan Tam
Goat Hua atau Tam Ek Hui, kemungkinan besar dengan Tam
Goat Hua.
Sebab Hek Sin Kun menyinggung tentang "Kitab iblis" dan
"Kakek", sedangkan kepandaian Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua
berasal dari Kitab iblis peninggalan Mo Liong Seh Sih, lagipula
Seh Cing Hua memang putrinya.
Lu Leng yakin Hek Sin Kun berbicara dengan Goat Hua,
bukan dengan Tam Ek Hui, itu berdasarkan nada pembicaraan
Hek Sin Kun.

1391
Hek Sin Kun bilang kalau Seh Cing Hua melihat, pasti akan
menyerahkan Kitab iblis itu, tentunya setelah melihat, Seh
Cing Hua pasti girang bukan main baru mau menyerahkan
Kitab iblis tersebut.
Hanya Tam Goat Hua yang akan membuat Tok Ciu Lo Sat-
Seh Cing Hua girang bukan main, tidak mungkin Tam Ek Hui.
Setelah berpikir bolak-balik, hati Lu Leng berdebar-debar
tidak karuan. Tanpa menghiraukan Hek Sin Kun mendengar
atau tidak, dia langsung berteriak-teriak sekeras-kerasnya.
"Kakak Goat! Kakak Goat!" Akan tetapi, tiada sahutan dari
atas, Lu Leng tidak putus asa. Dia terus berteriak, namun
tetap tiada sahutan. Dia masih terus-menerus berteriak hingga
hari mulai gelap, barulah dia berhenti berteriak dan merasa
putus asa, kemudian menghela nafas panjang. Namun dia
telah mengambil keputusan untuk naik ke atas, guna melihat
keadaan di atas,
Akan tetapi, tebing itu amat licin, bagaimana mungkin dia
naik ke atas? itu merupakan hal yang tak mungkin sama
sekali. Lagipula kini sudah gelap, kalau kurang berhati hati
pasti akan jatuh ke bawah dengan tulang hancur Berselang
beberapa saat, barulah tampak bulan bergantung di langit,
menerangi tempat itu, sedangkan Lu Leng sudah bertekad
untuk menempuh bahaya naik ke atas, akan tetapi telapak
tangan kirinya terasa sakit sekali ketika baru mengeluarkan
tenaga memegang ujung batu.
Kalau ingin mengandal pada tangan kanannya itu tidak
mungkin sama sekali. Lu Leng tertegun, akhirnya duduk untuk
beristirahat tapi justru malah tertidur karena saking lelah nya.
Ketika dia terjaga dari tidurnya, hari sudah terang.

1392
Dia mulai memperhatikan tempat di sekitarnya, Meskipun
naik ke atas tidak mungkin, namun turun ke bawah, asal
berhati-hati dengan sebelah tangan pun masih bisa.
Kalau menempuh bahaya naik ke atas, belum tentu Hek
Sin Kun masih berada di sana, maka akhirnya dia mengambil
keputusan untuk turun ke bawah. Lu Leng mulai merayap ke
bawah dengan hati-hati sekali. Hingga tengah hari, dia sudah
merosot ke bawah seratus depa lebih,
Di saat itulah dia mendengar suara seperti air mendidih
Dia tercengang, dan segera memandang ke bawah, namun
tidak tampak apa pun, Dia mulai merosot ke bawah lagi,
Berselang beberapa saat, suara itu terdengar makin jelas,
Kebetulan Lu Leng berada di atas sebuah batu yang menonjol
keluar dari tebing, Dia memandang ke bawah dan seketika
juga terbelalak dan amat terkejut sekali. Ternyata di bawah
sana terdapat sebuah telaga.
Di dalam telaga itu bukan air, melainkan semacam lumpur
yang amat panas, mengepulkan asap dan menimbulkan
gelembung-gelembung seperti air mendidih. Jarak Lu Leng
dengan telaga itu hanya belasan depa, maka suara gelembung
itu terdengar jelas dan amat menggetarkan jantung.
Menyaksikan itu, Lu Leng jadi tertegun, Dia sudah
menempuh bahaya turun ke bawah, tapi kini justru terhalang
oleh telaga itu. Kalau telaga air, dia masih bisa meloncat ke
dalamnya, Namun itu merupakan telaga lumpur yang
mendidih seandainya terjatuh ke dalam, apakah masih bisa
hidup? sungguh membuat Lu Leng pun jadi gugup dan panik.
Di saat dia termangu-mangu, justru muncul lagi kejadian
aneh. Ternyata dia mendengar suara tawa seorang gadis di
tempat jauh, tapi makin lama makin dekat. Lu Leng tertegun,

1393
Dia sama sekali tidak menduga, bahwa di tempat itu masih
ada suara orang. Lu Leng segera memandang ke arah suara
tawa itu. Di sekeliling telaga itu terdapat tebing yang amat
tinggi, namun di dinding tebing terdapat beberapa buah goa
yang cukup besar
Suara tawa anak gadis berasal dari sebuah goa di sebelah
timur Lu Leng terheran-heran. Dia tak berani bergerak namun
terus mengintip. Tak seberapa lama kemudian, terdengar
suara
"Phak Phak", kemudian terlihat sebuah sampan aneh
muncul dari goa itu. Bentuk sampan itu empat persegi
panjang, kira-kira hampir dua depa panjangnya, meluncur
perlahan di permukaan telaga lumpur itu.
Lu Leng membelalakkan matanya, agar dapat melihat lebih
jelas, Tampak dua anak gadis berdiri di dalam sampan,
masing-masing memegang sebuah pengayuh yang amat
panjang, Lu Leng tidak dapat melihat wajah mereka, namun
pakaian mereka amat aneh, warna warni entah dibikin dari
bahan apa.
Tak lama sampan aneh itu sudah berada di tengah-tengah
telaga lumpur Kedua gadis itu berhenti mengayuh, kemudian
mengeluarkan sebuah pancingan yang amat panjang, Tali
pancingan itu sebesar ibu jari dan kailnya pun amat besar
sekali.
Semakin lama, Lu Leng semakin merasa heran, sehingga
mulutnya ternganga lebar. Tampak kedua gadis itu mengambil
umpan. Temyata umpan itu sepotong daging sapi yang amat
besar, lalu dikaitkan pada kail pancingan itu, sekaligus
ditempar ke telaga lumpur dan langsung tenggelam.

1394
Kedua gadis itu duduk, kemudian yang lebih muda
berkata.
"Kakak, beberapa hari ini ada orang terus-menerus ke
mari, Bukankah aneh sekali?"
"Biar saja mereka ke mari Tapi di antara mereka tiada
seorang pun dapat memecahkan formasi peninggalan majikan
kita, Apakah masih kurang banyak tengkorak-tengkorak yang
ada di dalam formasi itu?" Gadis yang lebih muda
menggeleng-gelengkan kepala.
"Kakak, menurutku itu tidak mungkin. Kemarin orang
berpakaian hitam dan gadis itu memasuki formasi.
Kelihatannya mereka mengerti tentang formasi itu lho!"
katanya.
Mendengar sampai di situ, hati Lu Leng berdebar-debar
keras. Kemudian terdengar gadis yang lebih tua menyahut
"Itu tidak mungkin, Kalau mereka mengerti tentang
formasi itu, sudah pasti mereka berdua menerobos keluar
Bagaimana mungkin masih terkurung di dalam formasi itu?"
Dia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan "Kelihatannya
orang berpakaian hitam mengerti sedikit, tapi gadis itu tidak
mengerti sama sekali."
"Kakak, yang paling kasihan adalah gadis itu, Tiga hari lalu
dia memasuki formasi itu."
Lu Leng tercengang, sebab pembicaraan mereka
menyangkut dua anak gadis, pertama kali dia mendengar
"orang berpakaian hitam dan gadis itu", sekarang malah
muncul gadis lain dalam pembicaraan kedua gadis itu, Siapa

1395
gadis tersebut? Karena tidak kenal kedua gadis itu, maka Lu
Leng tidak berani sembarangan bergerak.
Gadis yang lebih tua menghela nafas panjang, lalu berkata
lagi.
" Aku kasihan padanya dan merasa cocok dengannya.
Sudah lama hanya kita berdua, alangkah baiknya dia
menemani kita!"
"Kakak, bagaimana kalau kita memasuki formasi itu
menolongnya keluar?"
"Apa katamu? Kau berani tidak mendengar pesan dari
majikan?"
Gadis yang lebih muda tampak terkejut. seketika dia diam
tak berani bersuara lagi, Berselang sesaat, barulah dia
membuka mulut
"Kakak, gadis itu datang bersama seseorang yang rupanya
mirip setan. Ketika baru datang, gadis itu kelihatan dikuasai
oleh orang itu, namun hari pertama setelah memasuki formasi
itu, orang itu justru mati di tangan gadis tersebut. Kakak,
menurutmu mereka berdua punya hubungan apa?"
"Entahlah!.... Cepat! Cepat! Tali pancingan sudah
bergerak-gerak!". Kedua gadis itu segera mengangkat
pancingan tersebut
Di kail pancingan itu telah bertambah suatu benda yang
penuh lumpur, lalu jatuh ke dalam sampan, Namun tidak
terlihat jelas oleh Lu Leng benda apa itu.

1396
Salah satu gadis itu segera mengayunkan tangan-nya,
kemudian terdengar suara "Plak" ternyata sebuah paku besar
yang panjangnya hampir setengah depa, memaku benda itu
pada dasar sampan.
Barulah kedua gadis itu menarik nafas lega, kemudian
saling memandang dan lalu tertawa.
"Kakak, apakah kau melihat gadis yang datang bersama
orang berpakaian hitam itu, kelihatannya agak aneh?"
"Jangan omong kosong lagi!"
"Aku tidak omong kosong, sepasang mata gadis itu agak
mirip nyonya majikan. sedangkan orang berpakaian hitam itu,
begitu memasuki formasi langsung berjalan ke kanan tujuh
langkah, ke kiri tujuh langkah, Kalau dia tidak mengerti
formasi peninggalan majikan, aku tidak percaya sama sekali."
Saat ini, walau Lu Leng tidak tahu asal-usul kedua gadis
itu, namun berdasarkan pembicaraan mereka, dapat diketahui
bahwa mereka berdua adalah pelayan seorang tokoh tua
rimba persilatan, sedangkan tokoh tua tersebut sudah tiada di
dunia.
Tempat tinggal tokoh tua itu dilengkapi dengan semacam
formasi, agar orang lain tidak bisa memasuki tempat
tinggalnya, itu hanya merupakan dugaan Lu Leng, setelah itu
dia mengintip lagi, Tampak yang lebih tua tertegun, lama
sekali baru berkata.
"Benar juga katamu, Dulu majikan pernah bilang, yang
dapat memecahkan formasinya, sudah pasti seorang wanita,
Tapi, bagaimana orang berpakaian hitam itu mengerti formasi
peninggalan majikan kita?"

1397
Gadis yang lebih muda tertawa.
"Kau tanya aku, akupun tidak tahu, Gadis itu terkurung di
dalam formasi sudah beberapa hari, aku khawatir dia akan
mati kelaparan, maka bagaimana kita....
Gadis yang lebih tua langsung membentak.
"Majikan telah berpesan ketika masih hidup, kita tidak
boleh melanggar pesan itu. Sudahlah! Kau jangan omong
kosong lagi!" Dia berhenti sejenak kemudian menghela nafas
panjang dan melanjutkan
"Gadis itu sungguh kasihan Lagipula kadang-kadang
bergumam sendiri, memanggil "Lu siauhiap", kedengarannya
Lu siauhiap itu adalah jantung hatinya, Kalau dia mati, Lu
siauhiap itu pasti berduka sekali."
Lu Leng yang sedang mendengar itu, semula tidak begitu
memperhatikan gadis yang terkurung di dalam formasi itu,
hanya mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai
orang berpakaian hitam dan gadis yang bersamanya itu,
Akan tetapi. kini mendengar gadis yang terkurung . di
dalam formasi bergumam memanggil Lu Siauhiap, itu
membuat Lu Leng menjadi tertegun. Apakah gadis tersebut
adalah Tam Goat Hua?
Oleh karena itu, tanpa sadar Lu Leng berseru sekeraskerasnya.
"Hei! Siapa kalian berdua?"

1398
Suara seruan Lu Leng amat mengejutkan kedua gadis itu,
maka mereka berdua segera mendongakkan kepala, Di saat
bersamaan, Lu Leng meloncat turun ke arah sampan itu.
Kedua gadis itu bertambah terkejut, dan langsung
mengayunkan pancingan ke arah Lu Leng,
Badan Lu Leng masih berada di udara, lagipula tangan
kirinya telah terluka. sesungguhnya tidak sulit baginya
mengelak, Tapi sasarannya adalah sampan itu, kalau dia
mengelak, otomatis badannya akan jatuh ke dalam telaga
lumpur.
Karena itu, tanpa banyak pikir lagi, dia langsung
menjulurkan tangan kanannya untuk menepuk kail pancingan
yang mengarahnya,
Plak!
Kail pancingan itu terpental justru melingkar galah
pancingan tersebut, sedangkan badan Lu Leng terus merosot
ke bawah ke arah sampan itu,
Akan tetapi, mendadak kedua gadis itu membentak sambil
menyentakkan galah pancingan, sehingga talinya melilit badan
Lu Leng.
Bukan main terkejutnya Lu Leng, Dia cepat-cepat
menjulurkan tangannya untuk memutuskan tali pancingan,
namun tali pancingan itu amat kuat, tidak dapat diputuskan
Maka badan Lu Leng merosot lagi ke bawah, justru ke arah
telaga lumpur itu!

1399
* * * *
Bab 65
Di saat dirinya hampir jatuh ke telaga lumpur, mendadak
Lu Leng memegang tali pancingan itu, lalu menyentakkannya
sekuat-kuatnya, Maka badannya melayang ke arah sampan
dan jatuh di dalamnya.
Dia menarik nafas lega, namun kedua gadis itu langsung
melilitnya dengan tali pancingan, sehingga badan Lu Leng tak
dapat bergerak sama sekali.
Kedua gadis itu tertawa cekikikan, sedangkan Lu Leng
amat gusar Tapi dia tahu bahwa kedua gadis itu tidak pernah
bertemu orang luar, maka bersikap demikian terhadapnya.
Setelah berpikir demikian, kegusaran Lu Leng menjadi
reda.
"Aku tidak berniat jahat." katanya,
Ketika berkata, Lu Leng mengerahkan Lweekang,
maksudnya untuk memutuskan tali pancingan, Tapi tali
pancingan itu tidak putus, sebaliknya malah tangannya terasa
sakit sekali, karena tali pancingan masuk ke dalam dagingnya,
Kini Lu Leng baru tahu, bahwa itu bukan tali
sembarangan, maka dia mendongakkan kepala seraya
berkata,
"Aku sama sekali tidak berniat jahat, tolong lepaskan
diriku!"
Kedua gadis itu saling memandang,

1400
"Di tempat ini tidak pernah ada orang lain, kau siapa?
Kami tidak mengenalmu, bagaimana bisa tahu kau orang baik
atau jahat? sekarang kau sudah tertangkap, akan kami bawa
pulang dulu." kata gadis yang lebih tua.
Melihat mereka berdua amat tak tahu aturan, gusarlah Lu
Leng.
"Sesungguhnya aku tidak takut pada kalian berdua, hanya
ingin tahu tentang seseorang dari kalian! Kalau kalian tidak
mau melepaskan diriku, aku pun tidak akan bertindak sungkan
lagi!" bentaknya.
Usai membentak, Lu Leng menggerak-gerakkan kedua
belah tangannya yang terlilit tali pancingan, maka dia tidak
bisa melancarkan serangan.
Akan tetapi, galah pancingan yang ikut melekat pada
badannya, mendadak bergerak cepat menyerang kedua gadis
itu. Kedua gadis itu tampak tertegun. justru di saat
bersamaan, galah pancingan itu telah menghantam mereka.
"Aduuh!" jerit kedua gadis itu.
Mereka segera menangkap galah pancingan itu, kemudian
yang satu meloncat ke depan, yang lain meloncat ke
belakang, sedangkan Lu Leng jadi di tengah-tengah.
Lu Leng tahu bahwa gerakan mereka amat cepat, tapi ilmu
silat mereka masih di bawahnya, Namun karena badannya
terlilit oleh tali pancingan, maka tidak bisa berbuat apa-apa.
Saat ini, dia tidak tahu bahwa kedua gadis itu mau berbuat
apa, namun dia tetap membentak.

1401
"Kalian masih tidak mau melepaskan diriku? Kalau aku
berniat jahat, tadi kalian berdua pasti sudah terpental ke
telaga lumpur!"
Kedua gadis itu meludah.
"Phui! jangan sok! Lihatlah kelihayan kami!"
Gadis yang lebih muda berkata lagi,
"Kakak, biar dia lihat dulu permainan kita, agar hatinya
terkejut!"
Gadis yang tua manggut-manggut.
"Betul!"
Lu Leng sudah tahu akan adanya ketidak beresan, jelas
kedua gadis itu akan menenggelamkannya ke dalam telaga
lumpur. Oleh karena itu, dia segera mengerahkan Lwee-kang.
Namun membuat sekujur badannya terasa sakit sekali
Guguplah Lu Leng dan merasa menyesal sekali,
seharusnya tadi ketika dia di atas batu bicara jelas dulu
dengan mereka, jangan langsung meloncat ke sampan itu.
Mendadak kedua gadis itu memandangnya, kemudian
tertawa cekikikan Mereka berwajah agak buruk, namun
kelihatan tidak jahat Mereka berdua tertawa cekikikan hanya
dikarenakan ingin mengadakan suatu permainan yang
menggelikan hati, karena itu, hati Lu Leng agak lega.
Kedua gadis itu menggeserkan badan sedikit, kemudian
mengambil sebuah tong air.

1402
Setelah itu, mereka menyiram ke depan, namun bukan ke
arah Lu Leng, melainkan ke arah makhluk yang terpantek di
dasar sampan yang penuh lumpur itu,
Begitu tersiram air, makhluk itu menjadi bersih, Lu Leng
memandang ke sana, tampak makhluk itu bercahaya dan
seketika juga sekujur badan Lu Leng menjadi dingin.
Ternyata yang terpantek di dasar sampan itu merupakan
makhluk aneh, Sisik-sisik di punggungnya memancarkan
cahaya, kelihatan indah sekali,
Menyaksikan makhluk aneh itu, Lu Leng segera bertanya,
"Itu makhluk apa?"
Gadis yang agak muda tertawa, kemudian menyahut.
"Makhluk itu hanya terdapat di telaga lumpur ini, kami pun
tidak tahu makhluk apa itu, Tapi tahu dagingnya amat enak
dan harum, kalau dimakan bisa menambah tenaga, Kami
makan dia, dan dia pun sering makan orang, Banyak sekali
makhluk itu di dalam telaga lumpur ini."
Nada suara gadis itu, kedengarannya akan menjadikan
dirinya sebagai umpan, maka betapa terkejutnya Lu Leng.
"Kalian mau apa?" tanyanya,
Gadis yang muda menyahut
"Bukankah tadi kau bilang mau menjatuhkan kami ke
dalam telaga lumpur ? Nah! Kini kami yang akan
menenggelamkan kau ke telaga lumpur!"

1403
Lu Leng mengerutkan kening,
"Aku tidak kenal kalian, kenapa kalian tega berbuat
demikian?"
Kedua gadis itu tertawa, kemudian mendadak mengangkat
galah pancingan.
Tapi Lu Leng memang sudah siap sebelumnya, Dia
langsung mengerahkan ilmu pemberat badan, sehingga kedua
gadis itu tidak kuat mengangkat galah pancingan itu.
Gadis yang lebih tua mengeluarkan suara "lh" lalu berkata,
"Tak disangka, kau memiliki kepandaian juga!"
Kedua gadis itu mundur selangkah. justru membuat lilitan
itu bertambah kencang membuat Lu Leng kesakitan, maka
tidak dapat mengerahkan ilmu pemberat badan lagi,
Mendadak Lu Leng merasa badannya terangkat ke atas.
Setelah itu, perlahan-lahan tergeser ke pinggir sampan
mengarah telaga lumpur itu, lalu turun per-lahan-lahan.
Betapa terkejutnya Lu Leng, dia amat gugup dan gusar
sehingga berteriak-teriak.
"Kalian berbuat kejahatan apakah tidak takut disambar
petir?"
Kedua gadis itu menyahut serentak sambil tertawa.
"Tidak takut!"

1404
Mereka berdua menurunkan lagi galah pancingan hingga
badan Lu Leng hampir menyentuh lumpur telaga.
Tiba-tiba dari lumpur itu muncul seekor makhluk aneh.
sepasang japitnya menyambar Lu Leng.
Saat ini, Lu Leng sudah tidak bisa mengadakan
perlawanan Dia hanya pasrah sambil memejamkan mata dan
membatin tidak mati di tangan Hek Sin Kun, kini malah akan
mati di tangan kedua gadis itu.
Akan tetapi, mendadak badannya terangkat ke atas, Lu
Leng segera membuka mata. Tampak kedua gadis itu tertawa
geli. Ternyata mereka hanya ingin menakutinya, maka hati Lu
Leng menjadi lega.
Dia memandang kedua gadis itu, kebetulan kedua gadis
itu pun sedang memandangnya, salah satu gadis itu berkata.
"Bagaimana? Apakah kau masih berani omong sok di
depan kami?" kata gadis yang tua.
Lu Leng diam saja, justru amat mengherankan ternyata
usia kedua gadis itu sudah empat puluhan tapi suara maupun
gerak-gerik mereka persis seperti anak gadis, itu membuat Lu
Leng merasa gusar tapi juga merasa geli.
Majikan mereka pasti berpesan kepada mereka, tidak
boleh mencelakai orang lain, maka mereka berdua hanya
menakuti saja, Oleh karena itu, timbul suatu akal dalam hati
Lu Leng.
Seketika juga Lu Leng berkata sungguh-sungguh, bahkan
dengan suara dalam pula.

1405
"Kalian berdua jangan bergurau lagi, cepat tarik aku ke
atas! Apakah kalian berdua tidak takut melanggar pesan
majikan kalian itu?"
Begitu mendengar ucapan Lu Leng, kedua wanita itu
tampak terkejut, kemudian saling memandang dengan mulut
membungkam.
Lu Leng bergirang hati karena ucapannya amat jitu
terhadap kedua wanita itu,
"Terus terang, kepandaianku jauh lebih tinggi dari kalian
berdua, hanya saja aku kurang hati-hati, maka terjerat oleh
tali pancingan Kalian tidak berniat mencelakaiku Kalau
sebentar lagi aku terlepas dari tali pancingan, aku betul-betul
akan melempar kalian ke dalam telaga lumpur ini, biar
dimangsa oleh makhluk aneh itu."
Lu Leng sudah tahu bahwa kedua wanita itu agak tolol,
maka harus menggunakan kata-kata yang bernada
mengancam.
Tidak salah. Wajah kedua wanita itu langsung berubah
ketakutan.
"Kalau kami melepaskanmu, kau tidak akan menyalahkan
kami kan?" tanya wanita yang lebih muda.
"Tentu tidak," sahut Lu Leng.
Kedua wanita itu menarik nafas lega, lalu menarik Lu Leng
ke atas, sekaligus ditaruh ke dalam sampan.
Ketika Lu Leng baru berdiri, tampak dua sosok bayangan
berkelebat dan tak lama tali pancingan itu sudah terlepas.

1406
Lu Leng segera merentangkan kedua tangannya agar rasa
kakunya hilang, justru di saat itulah dia melihat kedua wanita
itu sedang berbicara.
"Dia tidak memasuki formasi itu harus kita apakan dia?"
tanya wanita yang lebih muda.
"Majikan tidak berpesan kita harus bagaimana?"
Wanita yang lebih tua balik bertanya.
Mendengar percakapan itu, Lu Leng tertawa dalam hati,
Majikan mereka pasti tahu kedua wanita itu agak tolol,
sehingga apa-apa harus berpesan.
Walau mereka berdua agak tolol, tapi berhati baik, tidak
mau sembarangan mencelakai orang lain.
Lu Leng tidak ingin mempermainkan mereka, melainkan
bertanya sungguh-sungguh,
"Bolehkah aku tahu nama besar majikan kalian?"
Kedua wanita itu menggelengkan kepala, kemudian wanita
yang lebih tua berkata,
"Majikan kami berpesan, tidak boleh memberitahukan
kepada siapa pun."
"Di mana majikan kalian sekarang?"
"Dia meninggalkan tempat ini sudah sembilan belas
tahun," sahut wanita yang lebih muda.

1407
"Bukan sembilan belas tahun, tapi delapan belas tahun,"
sambung wanita yang lebih tua.
"Aku bilang sembilan belas tahun!" bentak wanita yang
lebih muda.
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala dan berkata,
"Sudahlah! jangan ribut! Kalian bawa aku ke tempat
tinggal kalian, aku ingin melihat siapa yang terkurung di dalam
formasi itu, apakah dia yang kucari itu!"
Kedua wanita itu tertegun
"Ini...."
"Kalian berdua boleh berlega hati, Majikan kalian tidak
berpesan, harus diapakan kalau ada orang datang dari dinding
tebing. Ya, kan?" kata Lu Leng,
"Betul!" sahut mereka serentak
"Nah! itu tidak salah! cepatlah bawa aku ke sana, jangan
membuang waktu di sini!" kata Lu Leng.
Ucapan Lu Leng barusan memang agak membingungkan,
sehingga membuat kedua wanita itu menjadi tertegun,
akhirnya mereka berdua manggut-manggut.
"Betul, untung kau menyadarkan kami."
Lu Leng tertawa dalam hati. sedangkan kedua wanita itu
sudah mulai mengayuh sampan menuju goa.

1408
Tak seberapa lama, sampan itu sudah memasuki goa
tersebut dan jalannya mulai laju.
Lu Leng menundukkan kepala untuk melihat. Ternyata di
bawah adalah air yang amat jernih. itu sungguh
mengherankan Lu Leng, memang merupakan keajaiban alam,
kemudian dia mendongakkan kepala, Tampak batu-batu di
langit-langit goa bergemerlapan, bahkan amat aneh pula
bentuknya. Dari batu-batu itu air menetes turun bagaikan
hujan rintik-rintik. Sungguh merupakan tempat yang amat
mengesankan!
Berselang beberapa saat, sampan itu sudah meluncur
keluar dari goa. Ketika memandang ke depan, terbelalaklah Lu
Leng,
Ternyata di depan matanya terbentang sebuah telaga
yang amat luas, dikelilingi tebing yang amat tinggi permukaan
telaga itu bagaikan cermin. sungguh indah pemandangan di
tempat itu.
Setelah sampan berada di telaga tersebut, kedua gadis itu
bertambah cepat mengayuhnya,
Berselang beberapa saat, sampan ku sudah menepi. Lu
Leng memperhatikan tempat itu, dan seketika tertegun,
Ternyata dia melihat sebuah bangunan yang amat indah,
Bangunan itu mirip sebuah istana, semuanya terdiri dari batu
warna merah muda, maka tampak tegar dan megah sekali.
Lu Leng tahu, majikan istana itu pasti seorang tokoh aneh
yang sudah tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi,
sayang sekali tidak tahu namanya.

1409
Setelah sampan itu menepi, kedua wanita tersebut
meloncat ke darat Lu Leng mengikuti mereka dari belakang.
Tak seberapa lama, mereka sudah sampai di undakan
tangga batu, Kedua wanita itu berjalan ke atas. Lu Leng tetap
mengikuti dari belakang sambil memperhatikan tempat
tersebut, namun tidak melihat formasi yang dikatakan kedua
wanita itu. Dia ingin tahu, gadis yang disebut itu apakah Tam
Goat Hua?
Berselang sesaat mereka sudah sampai di depan istana,
Kedua wanita itu berhenti, kemudian yang lebih muda
membalikkan badan seraya berkata,
"Sudah sampai!"
Lu Leng tertegun
"Sudah sampai? Di mana formasi itu? Cepat bawa aku ke
sana!"
Kedua gadis itu menyahut
"Tidak bisa! Majikan pernah berpesan begitu."
Sebetulnya Lu Leng mau turun tangan membengkuk
mereka, Namun setelah berpikir sejenak, dibatalkannya niat
itu. Dia menyadari bahwa sebelah tangannya telah terluka,
maka kecil kemungkinannya untuk bisa membekuk mereka.
Oleh karena itu, Lu Leng tetap bersabar, kemudian
mengalihkan pembicaraan.
"Wah! Sungguh indah istana ini! Bolehkah kalian
membawaku ke dalam melihat-lihat?"

1410
Kedua wanita itu mengangguk.
"Baik, tapi kau tidak boleh keluyuran sembarangan !"
Lu Leng segera manggut-manggut. Kedua wanita itu
segera mendorong daun pintu istana, lalu berjalan ke dalam
dan diikuti Lu Leng dari belakang. Di situ terdapat sebuah
ruang yang amat besar.
Dekorasi ruangan itu amat indah menakjubkan, Di manamana
bergemerlapan batu permata, sehingga menyilaukan
mata, Barang-barang yang ada di dalamnya sangat berharga.
Ayah Lu Leng, semasa hidupnya juga amat suka
mengumpulkan barang-barang berharga. Semua barangbarang
berharga miliknya disimpan di dalam gudang batu.
Pada waktu itu, Lu Leng masih kecil, namun pernah
menyaksikannya, Namun kalau dibandingkan dengan barangbarang
yang ada di ruang besar itu belum seberapanya.
Maka tidak mengherankan kalau Lu Leng tertegun ketika
melihat barang-barang itu.
Tiba-tiba wanita yang lebih tua berkata.
"Heran! Barang-barang itu cuma memancarkan cahaya,
tapi siapa pun menyaksikannya pasti merasa suka sih?"
"Memang mengherankan! Hari itu kita mengambil
beberapa buah barang yang di sini, kita berikan kepada
seseorang, orang itu justru menyembah-nyembah kita dan
mengucapkan terimakasih!" sambung wanita yang lebih muda.

1411
"Kau masih berani omong? Kalau majikan pulang dan
tahu, kita pasti dihukum!"
Mendengar percakapan kedua wanita itu hati Lu Leng
tertarik.
"Kalian memberikan apa kepada orang itu?" tanyanya.
Kedua wanita itu berpikir sejenak, lalu menjawab.
"Sebuah batu hijau dan sebuah batu merah berbentuk
seperti singa, serta seekor naga kuning dan... sebuah barang
berbentuk bulat yang memancarkan cahaya."
Ke empat macam barang itu amat berharga, tapi di mulut
mereka berdua justru merupakan barang yang tak berharga
sama sekali.
Ketika mendengar itu, di rongga dada Lu Leng langsung
menyala api kegusarannya, dan wajahnya tampak berubah.
Lu Leng masih ingat, tiga tahun lalu seseorang mengaku
bernama Ki Hok menitip sebuah kotak kayu kepada ayahnya,
sebagai imbalannya adalah keempat barang berharga itu.
Karena menerima keempat barang berharga itu, akhirnya
keluarga Thian Hou Lu Sin Kong menjadi hancur berantakan,
bahkan kemudian muncul pula Uok Ci Khim Mo menimbulkan
petaka dalam rimba persilatan.
Teringat akan semua itu, Lu Leng langsung membentak
"Bagaimana rupa orang itu?"

1412
Suara bentakan Lu Leng membuat kedua wanita itu
tertegun dan kemudian juga balas membentak.
"Jangan sok, siapa takut bentakan mu ?"
Lu Leng segera maju selangkah, tangan kanannya
diangkat siap melancarkan serangan.
Kedua wanita itu berteriak-teriak aneh.
"Bocah ini bukan orang baik!"
Mereka berdua lalu mencelat mundur
Lu Leng menatap mereka. Mendadak dia teringat bahwa
kedua wanita itu tiada sangkut pautnya dengan urusan itu,
Kemungkinan besar setelah Liok Ci Khim Mo memperoleh Pat
Liong Thian Im, kebetulan lewat di tempat ini dan bertemu
dengan kedua wanita tersebut, maka kedua wanita itu
memberinya keempat macam barang berharga itu.
Kedua wanita itu sering bermain di luar, jangan-jangan ke
tujuh batang Panah Bulu Api telah diambil mereka. Pikir Lu
Leng,
Kemudian Lu Leng mau membuka mulut ingin bertanya,
namun wanita yang lebih muda sudah berseru.
"Kurung dia di ruang besar ini! Tapi kita jangan
membunuhnya jadi tidak melanggar pesan majikan!"
Yang lebih tua segera menyahut.
"Betul!"

1413
Lu Leng tertegun. Di saat bersamaan terdengar suara "Ser
Ser", ternyata kedua wanita itu telah menyerangnya dengan
tali pancingan.
Tadi Lu Leng pernah merasakan keliyahan tali pancingan
itu. Tentunya dia tahu bahwa kedua wanita itu bertenaga
amat besar, tapi ilmu silat mereka tidak begitu tinggi.
Akan tetapi, tali pancingan itu amat lihay dan sulit
ditangkis, sepasang kail sudah menyambar ke arah Lu Leng.
Lu Leng cepat-cepat mencelat ke belakang sehingga serangan
itu mengenai tempat kosong.
Kedua wanita itu berteriak aneh dan menyerang lagi.
Di saat bersamaan mendadak Lu Leng membentak.
"Berhenti!"
"Kami tidak akan membunuhmu, hanya akan
mengurungmu biar kau mati sendiri !" sahut kedua wanita itu.
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalian berdua bukan tandinganku, jangan bermimpi!"
Kedua wanita itu mendengus dingin talu mulai menyerang
Lu Leng lagi, Apa boleh buat Lu Leng terpaksa berkelit ke sana
ke mari.
Tak terasa pertarungan mereka telah melewati enam belas
jurus, namun kedua wanita itu masih terus-menerus
menyerangnya dengan sengit

1414
Melihat mereka berdua tidak mau berhenti, Lu Leng
menjadi gusar, dan seketika membentak bagaikan suara
geledek.
"Hanya karena memandang muka majikan kalian, maka
aku tidak mau turun tangan! Tapi kalau kalian masih tidak
mau berhenti, jangan menyalahkan diriku!"
Tangan kanan Lu Leng langsung bergerak, ternyata dia
telah mengeluarkan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang
Puncak Menembus Awan) ke arah kedua wanita itu, dan
seketika terdengar suara menderu-deru.
Kedua wanita itu kelihatan seperti tidak tahu akan
kelihayan serangan Lu Leng ketika melihat Lu Leng
menggerakkan kedua jari tangannya, mereka berdua tertawa
geli dan berhenti.
Itu adalah ilmu Kim Kong Sin Ci yang amat lihay dan
cepat, Di saat mereka berdua tertawa geli, angin serangan itu
sudah sampai di bahu mereka.
Lu Leng masih berbelas kasihan pada mereka, Maka ketika
menyerang, dia hanya menggunakan empat bagian
tenaganya, dan serangannya hanya di arahkan ke bahu
mereka.
"Hah?" Kedua wanita itu menjerit kaget, kemudian
terpental dan jatuh terlentang,
Lu Leng segera melesat ke sana dan langsung mengikat
mereka dengan tali pancingan. Wajah kedua wanita itu
tampak tercengang, seakan merasa heran kenapa mereka
berdua bisa jatuh mendadak!

1415
Lu Leng tertawa seraya bertanya.
"Kalian berdua tunduk padaku?"
Kedua wanita itu terperangah,
"Kau bisa ilmu siluman?"
Lu Leng langsung membentak
"Jangan omong yang bukan-bukan!"
"Kalau kau tidak bisa ilmu siluman, bagaimana mungkin
kedua jari tanganmu dapat merobohkan kami?"
"ltu adalah ilmu tingkat tinggi, tentunya kalian berdua
tidak tahu dan tidak mengerti!" kata Lu Leng sambil
mengerutkan kening.
Usai berkata begitu, Lu Leng langsung menunjuk sebuah
teko yang berada di situ. Terdengar suara "Bum", teko itu
hancur berantakan
"Kalian berdua sudah lihat, kalau aku tadi berniat jahat
terhadap kalian, nyawa kalian pasti sudah melayang!"
Kedua wanita itu terkejut, sehingga tidak bisa
mengucapkan apa-apa.
"Kalian sudah tahu akan kelihayanku, tapi masih tidak mau
membawaku pergi melihat gadis yang terkurung di dalam
formasi itu?"

1416
Kedua wanita itu saling memandangi lalu mendadak
menangis gerung-gerungan.
Lu Leng terbelalak menyaksikannya. "Kenapa kalian
menangis?" tanyanya, Kedua wanita itu menyahut dengan air
mata bercucuran.
Bagian 31
"Kami tidak kuat melawanmu tapi juga tidak berani
melanggar pesan majikan."
Lu Leng melihat kedua wanita itu berhati jujur dan amat
setia kepada sang majikan, akhirnya dia menghela nafas
panjang.
"Kalau begitu, kalian berdua tidak usah mempedulikanku,
biar aku pergi mencari sendiri, maka kalian berdua tidak
melanggar pesan majikan kalian. Bukankah itu baik sekali?"
Mendengar kata-kata Lu Leng itu, mereka langsung
berhenti menangis, lalu tertawa seraya berkata.
"Baik! Baik sekali! Hei! Maukah kau makan daging makhluk
itu?"
Begitu teringat akan bentuk makhluk aneh itu, seketika
perut Lu Leng merasa mual.
"Tidak mau, tidak mau! Tapi perutku sudah lapar, tolong
ambilkan makanan lain untukku!"

1417
Kedua wanita itu mengangguk, lalu segera berjalan pergi
setelah Lu Leng membuka tali pancingan yang mengikat
mereka.
Tak seberapa lama kemudian, mereka berdua sudah
kembali dengan membawa berbagai macam buah-buahan,
dua ekor ikan besar dan semangkok nasi yang masih
mengepulkan asap.
Tanpa sungkan-sungkan lagi, Lu Leng langsung bersantap
dengan lahapnya hingga kenyang.
Kedua wanita itu berdiri di hadapan Lu Leng dengan sikap
hormat Seusai Lu Leng makan, mereka berdua cepat-cepat
membereskan semua itu.
Setelah kenyang, Lu Leng justru merasa telapak
tangannya sakit sekali, dan lima jari tangannya tidak bisa
bergerak, seketika dia berpikir, majikan istana ini bukan orang
biasa, pasti menyimpan berbagai macam obat, maka dia
segera berkata.
"Tanganku terluka, apakah kalian berdua punya obat?"
Kedua wanita itu saling memandang sejenak.
"Ada, Luka di tanganmu amat parah? Coba kami lihat!"
kata wanita yang lebih tua.
Lu Leng membuka pembalut telapak tangannya Dia
menahan rasa sakit sambil memperlihatkan lukanya kepada
kedua wanita itu,

1418
Saat ini Lu Leng merasa heran karena luka di telapak
tangannya masih begitu sakit, Padahal sudah lewat sekian
lama, seharusnya sudah tidak terasa sakit lagi.
Akan tetapi, kini rasa sakitnya bukannya berkurang,
malahan bertambah.
Ketika membuka pembalut itu, Lu Leng amat berhati-hati
sekali. Begitu pembalut itu terbuka, langsung tercium bau
busuk.
"Haaah!" seru kedua wanita itu lalu memandang telapak
tangan Lu Leng.
Lu Leng pun terbelalak bahkan tampak terkejut sekali
Ternyata telapak tangannya sudah berlobang, Daging di
pinggiran lobang itu sudah mulai membusuk dan
mengeluarkan darah berwarna ungu.
"Aneh! Luka itu seperti terkena racun Siau Goan San!" kata
wanita yang lebih muda.
"Betul, Telapak tangannya terluka oleh senjata rahasia
berupa jarum beracun." sahut wanita yang lebih tua.
Ketika mendengar perkataan kedua wanita itu, Lu Leng
tertegun dan membungkam seketika.
Karena kedua wanita itu kelihatannya tidak pernah
berkecimpung dalam rimba persilatan Lagipula tutur bahasa
maupun gerak-gerik mereka berdua, tampak agak ketololtololan,
jelas bukan wanita pintar Akan tetapi, ketika melihat
luka di telapak tangan Lu Leng, mereka berdua justru tahu

1419
senjata apa yang melukai telapak tangannya dan tahu pula
racun apa itu!
Setelah tertegun hatinya menduga bahwa mereka berdua
adalah komplotan Hek Sin Kun, hanya berpura tolol untuk
menipunya.
Karena menduga begitu, wajah Lu Leng langsung
berubah, Dia mendadak bangkit berdiri seraya membentak
"Bagaimana kalian bisa tahu itu?"
Wajah kedua wanita itu tampak biasa, Kemudian yang
lebih tua menyahut.
"Jarum beracun itu adalah senjata peninggalan majikan
kami yang kami gunakan untuk membunuh sapi hutan, Maka
ketika melihat luka di tanganmu, tentunya kami tahu. Kalau
bukan terkena racun Siau Goan San, apakah terkena racun
lain?"
Sementara Lu Leng terus memperhatikan mereka berdua,
namun tidak tampak sikap yang dibuat-buat. Mereka berdua
kelihatan wajar-wajar saja.
Namun kecurigaan Lu Leng tidak sirna begitu saja, karena
kaum rimba persilatan tahu bahwa jarum beracun itu
merupakan senjata rahasia andalan Hek Sin Kun dan tidak
pernah terdengar tokoh lain menggunakan senjata rahasia
tersebut.
Oleh karena itu, Lu Leng segera bertanya.
"La!u siapa majikan kalian? Cepat bilang!"

1420
* * * *
Bab 66
Kedua wanita itu saling memandangi lama sekali barulah
yang lebih muda menyahut.
"Tidak bisa bilang, Majikan kami pernah berpesan setelah
dia pergi, kalau ada orang ke mari, pasti adalah majikan muda
atau nona. Kau ke mari melalui tebing belakang, sudah bagus
kami mau mengajakmu ke mari Kenapa kau masih mendesak
kami untuk memberitahukan tentang majikan kami?"
Lu Leng menghela nafas panjang, kemudian menaruh
tangannya di atas meja batu.
"Kalian tahu tentang racun ini, tentunya punya" obat
penawarnya kan?" tanyanya,
Kedua wanita itu tertawa.
"Tentu punya, Kau tunggu sebentar." sahut wanita yang
lebih muda.
Kedua wanita itu berlari ke dalam sambil tertawa-tawa.
sedangkan Lu Leng tidak habis pikir dan terheran-heran,
kenapa kedua wanita itu kelihatan tidak berniat jahat terhadap
dirinya, malah sebaliknya tampak gembira sekali
Lu Leng menengok ke sana ke mari, Dia ingin menemukan
sesuatu untuk dapat mengetahui identitas sang majikan,
tetapi sama sekali tidak melihat sesuatu yang diinginkannya.

1421
Lu Leng terus menunggu, tapi kedua wanita itu belum
muncul juga, Tiba-tiba dia teringat akan mutiara Soat Hun Cu,
kenapa tidak dikeluarkan untuk dicoba?
Di saat dia baru mau mengeluarkan Soat Hun Cu,
terdengarlah suara tawa kedua wanita itu. Ternyata mereka
berdua sudah kembali dan wanita yang lebih muda tampak
membawa sebuah kotak giok.
Sampai di hadapan Lu Leng, wanita tersebut segera
menaruh kotak giok itu ke atas meja batu,
"Majikan bilang, barang yang di dalam kotak ini, dapat
memunahkan segala macam racun cobalah kau buka, entah
barang itu dapat dimakan tidak?" katanya.
Yang dapat memunahkan segala macam racun, hanya
Ginseng salju yang ribuan tahun dan Cit Sek Ling Che,
bagaimana mungkin mereka memilikinya? Lu Leng tidak
menyangka, kalau kedua wanita itu pandai membual pula,
Sembari berpikir Lu Leng membuka kotak giok itu, Ketika
baru terbuka sedikit, sudah tercium aroma yang amat wangi.
Begitu mencium aroma tersebut semangat Lu Leng langsung
bertambah sehingga membuatnya mengeluarkan suara "lh"
sambil membuka kotak giok itu, Setelah kotak giok itu
terbuka, seketika juga Lu Leng tertegun.
Ternyata kotak giok itu berisi Ling Che tujuh warna dan itu
sungguh di luar dugaan Lu Leng, sebab Ling Che tersebut
merupakan rumput dewa yang diimpi-impikan setiap kaum
rimba persilatan.
Apabila Ling Che tersebut jatuh ke dalam rimba persilatan
sudah pasti akan menimbulkan banjir darah. Setiap kaum

1422
rimba persilatan akan saling membunuh karena
memperebutkan Cit Sek Ling Che tersebut.
Akan tetapi kedua wanita itu justru menantinya begitu
saja, bahkan diberikan kepada Lu Leng seakan merupakan
obat biasa. Padahai Ling Che tujuh warna itu, selain dapat
memunahkan segala macam racun, juga dapat menambah
Lweekang di atas sepuluh tahun latihan. Maka tidak
mengherankan kalau Lu Leng tertegun seketika sehingga
mulutnya ternganga lebar
Dia tidak berhati tamak, Kalau orang lain pasti sudah
menjulurkan tangannya untuk mengambilnya. Namun Lu Leng
berhati jujur dan gagah, tidak tergiur oleh barang tersebut.
Setelah berpikir sejenak, dia menutup kembali kotak giok
itu,
Kedua wanita itu tampak kecewa sekali
"Bagaimana? Tiada gunanya?" tanya wanita yang lebih
tua.
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala lalu balik bertanya,
"Tahukah kalian berdua, rumput apa itu?"
Kedua wanita itu saling memandang, kemudian
menggeleng kepala.
"Entahlah! Paling juga akar rumput!" sahut wanita yang
lebih tua.
Lu Leng tertawa.

1423
"Rumput ini disebut Cit Sek Ling Che, yakni semacam
rumput dewa yang sulit diketemukan Siapa yang makan
rumput Cit Sek Ling Che, Lweekangnya pasti bertambah.
Kenapa kalian berdua sembarangan memberikan kepada
orang?"
Kedua wanita itu tertegun
"Sesungguhnya kami sudah melupakan rumput ini.
padahal majikan kami sudah berpesan, siapa yang lebih dulu
ke mari, itulah yang harus diberi Majikan kami juga
menjelaskan tentang rumput itu, tapi kami sudah lupa, Kalau
kau bisa membaca majikan kami meninggalkan tulisan di
dalam kotak itu, kau boleh membacanya."
Mendengar itu, Lu Leng tertarik. Dibukanya lagi kotak giok
tersebut kemudian diangkatnya rumput Ling Che tujuh warna
itu, di dasar kotak giok memang terdapat tulisan yang amat
kecil, Lii Leng segera membacanya, "Setelah aku berusia
diatas tujuh puluh, kepandaianku sudah hampir mencapai
kesempurnaan dengan ilmu iblis, tergolong ilmu silat antara
sesat dan lurus, maka kuciptakan ilmu lain...." Membaca
sampai di sini, tanpa sadar Lu Leng berseru.
"Sungguh bermulut besar!"
Usai berseru, Lu Leng membaca lagi. "Tanpa sengaja
kuperoleh Cit Sek Ling Che, yakni semacam rumput dewa."
Kalau aku memakannya Lweekangku pasti akan bertambah
Namun kupikir hampir semalam, dalam hal ilmu silat tiada
batasnya, lagipula usia manusia amat terbatas, percuma aku
makan Cit Sek Ling Che tersebut"
Membaca sampai di sini, Lu Leng manggut, kemudian
melanjutkan membaca, Cit Sek Ling Che kusimpan di dalam

1424
kotak giok, itu agar tidak rusak. Kedua putraku yang tak
berbakti, setelah meninggalkan istana ini, tidak pernah pulang.
Siapa di antara mereka berdua pulang lebih dulu, akan
memperoleh Cit Sek Ling Che ini. Kalau putriku juga tidak juga
datang, maka Cit Sek Ling Che akan kuberikan kepada orang
yang datang duluan, Setelah makan Ling Che ini, Lweekang
pasti maju, jangan mencelakai kedua putraku!"
Di bawah tulisan itu tidak terdapat tanda tangan, kecuali
terukir gambar seekor naga kecil.
Lu Leng segera menutup kembali kotak giok itu, kemudian
langsung berlutut Melihat apa yang dikerjakan Lu Leng kedua
wanita itu terkejut keheranan
"Hei! Apa yang kau perbuat?!" tanya mereka dengan
kening berkerut
Lu Leng tidak menghiraukan mereka. Dia malah
mengangkat kotak giok itu, lalu menyembah tiga kali.
“Terimakasih atas pemberian Locianpwee. Aku...."
Berkata sampai di situ, Lu Leng tertegun karena kalimat
yang terakhirnya ingin menyatakan bahwa Lweekangnya pasti
maju setelah makan Cit Sek Ling Che itu. sehingga kedua
putranya saja tidak dapat melawan. Maka kalau bertemu
kedua putranya tidak akan menjatuhkan tangan jahat
terhadap mereka,
Karena Lu Leng menerima pemberian Cit Sek Ling Che itu,
tentunya dia harus mendengar perkataannya.
Tetapi siapa kedua putra tokoh tua rimba persilatan itu?

1425
Beliau menyebut mereka sebagai anak yang tak berbakti,
berarti kedua putranya sering melakukan kejahatan Berpikir
sampai di sini, Lu Leng jadi ragu menerima pemberian Cit Sek
Ling Che itu.
Namun tokoh tua rimba persilatan itu berniat
memberikannya Jadi tidak salah menerimanya. Bukankah ini
merupakan kesempatan baginya,
Kedua putranya yang tak berbakti itu, kini kemungkinan
besar sudah tiada. Kalau pun masih hidup, belum tentu dia
akan bertemu keduanya, Kenapa harus banyak berpikir?
Setelah berpikir demikian, hati Lu Leng kembali tenang.
"Aku berjanji, apabila bertemu kedua putra Cian-pwee,
tidak akan sembarangan menurunkan tangan kejam terhadap
mereka," ujar Lu Leng kemudian Berjanji di depan kotak itu.
Usai berkata begitu, Lu Leng bangkit berdiri, lalu makan
Cit Sek Ling Che itu.
Kedua wanita di dekatnya tampak tertawa, merasa geli
melihat yang diperbuat pemuda itu, Namun Lu Leng tidak
menggubris mereka. Setelah makan Cit Sek Ling Che dia
segera duduk sambil memejamkan mata.
Lama sekali Lu Leng tidak bergerak Tentu saja ini
mengejutkan kedua wanita tersebut.
"Eh? Apakah itu rumput beracun? Kok setelah
memakannya dia tak bergerak sama sekali seperti mati?"
gumam salah seorang mereka dengan mata menatap Lu Leng
yang sedang memusatkan diri.

1426
"Jangan omong yang bukan-bukan! Bagaimana mungkin
majikan berdusta? Lagipula majikan juga sering duduk tak
bergerak, kau lupa, ya?" sahut yang lain memperingatkan
kawannya.
Saat ini, Lu Leng sudah dalam keadaan kosong, Apabila
ada musuh datang menyerang, sudah pasti dia tidak dapat
melawan, Karena saat ini dia sedang menghimpun hawa murni
agar menyatu dengan Cit Sek Ling Che yang dimakannya,
Karena tidak mengetahui hal yang sebenarnya, kedua wanita
itu tertawa-tawa, merasa lucu, Bahkan mereka anggap tindaktanduk
Lu Leng sebagai permainan anak-anak.
Salah seorang wanita itu mencolok pipinya, yang satu
menjewer telinganya.
Lu Leng tetap diam saja,
Akhirnya kedua wanita itu bosan juga.
"Kakak bagaimana kalau kita pergi melihat gadis yang
terkurung di dalam formasi itu?"
"Baik, tapi kau tidak boleh menolongnya!" Wanita yang
lebih muda itu manggut-manggut Kemudian keduanya segera
beranjak dari ruang besar tersebut Mereka menuju ke sebuah
goa, sampai di goa itu terdapat sebuah lembah, yang hanya
ditumbuhi rerumputan menghampar hijau, Tampak di tengahtengah
lembah terdapat sebidang tanah. Dan di tengah tanah
itu ada jala besar. Keempat penjuru dipagari dengan terali
besi.
Setelah keluar dari goa kedua wanita itu saling memberi
isyarat agar tidak mengeluarkan suara. Di dalam jala besar itu
terdapat semacam formasi, yang menghalangi mulut lembah.

1427
Siapa pun yang memasuki mulut lembah itu, pasti
terperangkap ke dalam formasi tersebut Di dalamnya terdapat
batu-batu berbentuk aneh, golok-golok tajam berdiri tegak di
atas tanah dan berbagai senjata, Bahkan tampak ada pula
banyak tengkorak dan tulang belulang yang berserak tak
karuan,
Saat itu di dalam formasi itu tampak tiga sosok bayangan,
Sesosok bayangan berada di dekat mulut lembah, berlari ke
sana ke mari seperti sedang mencari-cari sesuatu, sedangkan
dua sosok bayangan lain, sudah berada di tengah-tengah
formasi tersebut, memindah-mindahkan batu-batu berbentuk
aneh itu.
Menyaksikan itu, kedua wanita tersebut tertegun Wanita
yang lebih muda berkata dengan suara rendah.
"Kakak, tadi aku bilang kau tidak percayai sekarang
lihatlah sendiri, orang berpakaian hitam dan gadis itu sudah
menerobos setengah formasi Tentu dua hari lagi mereka
memasuki tempat ini!"
"Majikan pernah bilang, dia membuat formasi ini dengan
susah-payah, Kecuali tuan muda dan nona, siapa pun tidak
akan mengerti tentang formasi itu. Apakah orang berpakaian
hitam itu adalah tuan muda?"
Wanita yang lebih muda berpikir, setelah itu berkata.
"Tidak mungkin! Kalau dia tuan muda, pasti sudah
menerobos keluar dari kemarin. Gadis itu... matanya amat
mirip nyonya majikan, jangan-jangan dia adalah nona!"

1428
"Jangan asal berbicara! Ketika nyonya majikan meninggal,
kita masih kecil, bagaimana mungkin nona masih begitu
muda?"
Wanita yang lebih muda itu diam, memandang lagi ke arah
gadis yang berada di mulut lembah.
Setelah berlari-lari sejenak, gadis itu berhenti dengan
wajah lesu, Nafasnya tampak terengah-engah.
"Aaaah! Lu Siauhiap, tak kusangka kita tidak akan
berjumpa lagi! sungguh aku akan mati penasaran jika harus
mati di tempat ini!"
Suara gadis itu menyedihkan membuat kedua wanita tua
ikut bersedih mendengarnya.
"Dia amat rindu pada Lu Siauhiap, Kenapa setan kecil itu
tidak datang bersamanya?"
"Urusan orang, kenapa kau turut campur?"
Walau berkata begitu, tapi air matanya terus meleleh. Hal
itu membuktikan mereka berdua berhati baik dan berperasaan
halus,
Gadis yang terkurung di mulut lembah mendongakkan
kepala, kemudian menghela nafas beberapa kali. Setelah itu
berlari lagi, Namun karena tempat itu cukup luas tampak dia
seperti hanya berputar-putar di sana, Tidak lama dia jatuh
terduduk dan menangis sedih.
Kedua wanita itu tidak tega menyaksikannya, lalu masuk
kembali ke goa.

1429
Hari mulai gelap, pertanda malam hampir turun
meningkup bumi. Namun gadis itu terus menangis.
"Dasar cengeng! Yang terkurung di dalam jebakan ini
bukan kau seorang, untuk apa kau terus menerus menangis?
Gurumu amat terkenal, kalau begitu kau telah
mempermalukan gurumu!" seru seorang yang dikurung di
dalam formasi perangkap dengan suara membentak keras,
Gadis itu langsung berhenti dari tangisnya, Dan tak lama
kemudian terdengar pula suara gadis lain.
"Kau jangan mencacinya, kasihan dia!"
Suara yang parau itu terdengar lagi,
"Kasihan apa? Dia selalu menyebut Lu Siauhiap, Kalau
terdengar oleh gurunya, pasti mampus dipukul !"
Terdengar suara helaan nafas gadis itu, Yang lain diam,
Sesaat suasana jadi hening, Hanya terdengar bunyi-bunyi
jangkrik yang menyambut datangnya hawa malam.
* * * *
Keesokan paginya kedua orang wanita tua keluar lagi dari
dalam goa. Mata mereka tampak membengkak, sepertinya
menangis semalaman. Mereka berdiri di atas sebuah batu
sambil memandang ke depan, Tampak dua orang sedang
berlari, di lembah sana, sedangkan gadis yang di mulut
lembah, masih duduk juga di tanah. Dia berusaha bangkit
berdiri tapi terkulai lagi.

1430
Kedua wanita itu saling memandang, Yang muda memberi
isyarat, kemudian mereka masuk ke goa langsung menuju ke
istana.
Di ruang besar itu, tampak Lu Leng masih duduk bersila,
wajahnya segar dan luka di tangannya sudah sembuh. Kelima
jari tangannya sudah bisa bergerak seperti biasa.
Sampai di ruang besar itu, kedua wanita memandang Lu
Leng sejenak, kemudian yang muda membanting kaki seraya
berkata.
"Kakak, gadis itu sudah terkurung empat hari,
kelihatannya dia sudah hampir mati, Meski pun majikan
mempersalahkan, aku harus tetap menolongnya keluar dari
perangkap itu!"
"Kau ingin cari mati?" tukas kawannya dengan kening
berkernyit heran.
"Kakak, menolong orang adalah perbuatan baik, Kenapa
malah mau cari mati?"
"Aku tidak peduli, Majikan berpesan begitu, tidak boleh
melepaskan siapa pun yang di dalam jebakan, Kalau yang
masuk itu orang jahat, bagaimana?"
Wanita yang lebih muda tertawa.
"Ha ha! Kalau gadis itu orang jahat, kau penggal
kepalaku!"
Wanita yang lebih tua itu mengernyitkan kening, menatap
kawannya yang ngotot ingin menolong orang dalam
perangkap di lembah sana,

1431
"Kau bilang gadis itu bukan orang jahat?" tanyanya
setengah mendengus.
Wanita yang lebih muda langsung mengangguk
"Tentu!"
"Kalau begitu, kenapa kau tidak pergi menolongnya?"
Wanita yang lebih muda terperangah, seakan tak percaya
jawaban temannya,
"Boleh aku menolongnya?"
"Kita harus pergi menolongnya!" sahut yang satu sambil
mengangguk
Kedua wanita itu tertawa, lalu berlari pergi menuju ke
lembah.
Sementara itu Lu Leng yang masih dalam keadaan duduk
bersila, sama sekali tidak mendengar atau melihat gerak-gerik
kedua wanita itu, Sebab kini hawa murninya sedang berjalan
di bagian Jin Tok, jalan darah yang sangat berbahaya, Kalau
sampai terganggu bisa-bisa tersesat!
Kedua wanita itu sudah sampai di mulut lembah, serentak
mereka berseru dengan suara keras.
"Nona jangan takut! Asalkan kau orang baik, kami akan
menolongmu keluar!"

1432
Kedua wanita itu langsung berusaha masuk ke dalam
perangkap. Namun mendadak terdengar suara bentakan
parau di dalam formasi gerakan itu.
"Toa Sah, Ji Sah! Betulkah itu kalian berdua?"
Betapa kagetnya kedua wanita itu ketika mendengar suara
bentakan. Wajah mereka langsung berubah dan mendadak
pula keduanya langsung berlutut Mereka menyembah tiga kali
dengan wajah seperti ketakutan.
"Siapa kau? Bagaimana bisa mengenal kami?" tanya
mereka dengan menggeragap.
Terdengar suara tawa amat keras yang disusul kemudian
oleh bentakan sengit
"Masih tidak mau menuntun aku keluar dari jebakan ini?"
Kedua wanita itu terkejut lalu berkata dengan tersendatsendat
"Kau... kau adalah..."
"Bagaimana bisa mengenal kalian kalau bukan majikan
kalian? Kenapa kalian berdua masih diam saja? Mau digebuk,
ya?" bentak orang bersuara parau itu.
Toa Sah dan Ji Sah saling memandang, Kemudian bangkit
berdiri dan langsung melesat ke dalam Mereka urungkan niat
semula untuk menolong gadis itu.
Suara parau itu terdengar lagi.

1433
"Cukup menuntun aku seorang keluar, yang lain biarkan
saja!"
Gadis yang bersama orang itu tertawa panjang
menyedihkan setelah itu berkata. "Paman, legakanlah hatimu!
Hatiku telah mati. Kau mau berbuat baik atau jahat terhadap
diriku, itu terserah. Aku tidak akan meninggalkan tempat ini!"
Terdengar suara tawa dingin, Tampak tiga sosok
bayangan melesat keluar dari dalam formasi itu. Kemudian
tampak pula seorang berpakaian hitam mengikuti di belakang
Toa Sah dan Ji Sah. Orang berpakaian hitam melesat lebih
cepat ke hadapan kedua wanita itu, lalu mengayunkan
tangannya. Ternyata dia menampar pipi kedua wanita itu,
Plak! Plak! Keduanya langsung terpekik kaget dan
terpental jatuh ke tanah, Pipi mereka berwarna merah dan
membengkak
Orang berpakaian hitam berdiri tegak. Kini baru terlihat
jelas wajahnya, kurus tak berwarna darah sedikit pun.
sepasang matanya menyorot tajam, sehingga tampak
menakutkan.
Orang berpakaian hitam itu tidak lain adalah Hek Sin Kun!
Toa Sah dan Ji Sah ketika berusia tujuh tahun,
diselamatkan sang majikan. Sejak itu tidak pernah bermain di
tempat yang jauh, maupun bergaul dengan orang lain, Maka
mereka tidak pernah tahu orang berpakaian hitam yang berdiri
di hadapan itu,
Mereka berdua masih ingat, ketika sang majikan mau
meninggalkan istananya pernah berpesan, bahwa siapa pun
yang mengenal Toa Sah dan Sah adalah juga majikan mereka.

1434
Karena itu, walau tadi sudah ditampar begitu keras oleh
Hek Sin Kun, kedua wanita tidak berani menjerit marah,
sedikit pun kecuali hanya suara kaget.
"Dasar tolol! Melihat aku terkurung di dalam perangkap
sehari semalam, kalian tidak mau menuntun keluar. Apa kalian
berdua mau berontak?"
Kedua wanita merangkak bangun dengan kepala tertunduk
lalu menyahut dengan suara rendah.
"Kami tidak tahu siapa Tuan sebenarnya!"
Hek Sin Kun membentak lagi.
"Kini kalian berdua, sudah tahu siapa aku?"
Toa Sah dan Ji Sah saling memandang.
"Tuanku majikan kecil?" tanya Ji Sah.
"Entahlah! Mengapa engkau tidak mengerti cara
memecahkan formasi itu?"
Hek Sin Kun membentak sengit.
"Aku adalah majikan kecil sesungguhnya aku bisa
memecahkan formasi itu, hanya saja sudah lupa!"
Toa Sah dan Ji Sah berdua memberi hormat, kemudian
berdiri dengan kepala tertunduk sementara Hek Sin Kun
menengok ke sana ke mari, lalu bertanya kepada keduanya.
"Di mana istana ayahku?"

1435
Kedua wanita itu menunjuk ke arah goa.
"Melalui goa itu akan sampai di istana!" sahut Toa Sah
memberitahukan.
Hek Sin Kun tertawa dingin.
"Cepat kalian tunjukkan jalan!"
Kedua wanita itu mengangguk Lalu melangkah menuju
goa, Namun Toa Sah membalikkan bagian dan berkata,
"Majikan kecil, kami punya sebuah permintaan!"
"Permintaan apa!"
Ji Sah segera menjawab.
"Gadis yang di mulut lembah sudah terkurung empat hari
empat malam, kami ingin...."
Hek Sin Kun langsung membentak
"Tidak boleh!"
Kedua wanita itu mengucurkan air mata, Kemudian segera
melesat pergi ke dalam goa.
Perlu dijelaskan di sini, istana tempat Lu Leng sedang
duduk bersila adalah milik tokoh aneh rimba persilatan
bernama Mo Liong Seh Sih!
Kepandaian yang dimilikinya di luar aliran lurus dan sesat.
Dia memiliki ilmu kepandaian yang amat aneh, maka
perilakunya pun amat aneh.

1436
Ketika berusia empat puluhan, dia bertekad terus berlatih
ilmu silat Karena itu, mereka suami istri terus berlatih di dalam
istana tersebut bahkan mulai menulis kitab iblis.
Pada waktu itu, kedua putranya sudah berkecimpung di
dalam rimba persilatan Nama mereka berdua cukup terkenal
yaitu Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau.
Seh Cing Hua, putrinya, juga amat terkenal dalam rimba
persilatan.
Mo Liong Seh Sih pernah menyuruh anak-anaknya hidup
menyepi, Namun mereka semua tidak mau, sehingga amat
menggusarkan Mo Liong Seh Sih. Akhirnya membangun
sebuah istana di tempat itu, Kebetulan mereka
menyelamatkan dua anak gadis, yang dibawa ke istana
dijadikan pelayan,
Kedua anak gadis itu adalah Toa Sah dan Ji Sah. Mo Liong
Seh Sih yang menamai mereka demikian.
Beberapa tahun kemudian, Nyonya Mo Liong Seh Sih
meninggal maka Mo Liong Seh Sih seorang diri melanjutkan
menulis Kitab iblis tersebut. Kitab iblis rampung. Ternyata
penulisan kitab tersebut menyita waktu hidupnya selama dua
puluh tahun.
Mo Liong Seh Sih meninggalkan istana dengan membawa
Kitab Iblis, Dia mulai berusaha mencari tahu kabar tentang
kedua putranya. Namun nama kedua putranya amat buruk
dalam rimba persilatan. sedangkan putrinya sudah menikah,
bermukim di pulau Hwe Ciau To. Mo Liong Seh Sih berangkat
ke pulau tersebut Kitab iblis diberikan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing
Hua putrinya.

1437
Padahal Mo Liong Seh Sih bermaksud baik, tidak tahunya
justru membuat rumah tangga putrinya jadi pecah
berantakan.
Setelah meninggalkan pulau Hwe Ciau To, Mo Liong Seh
Sih berangkat ke gunung Thay San menemui kedua putranya,
Kedua putranya mengusulkan agar Mo Liong Seh Sih
mendirikan sebuah partai baru, supaya dapat bersaing dengan
partai lain, sekaligus mengibarkan nama mereka di tengah
rimba persilatan.
Akan tetapi, setelah Mo Liong Seh Sih terus-menerus
menyelami ilmu silat. Semakin tua semakin matang, Namun
bersamaan dengan itu timbul kesadaran dalam hatinya, bahwa
ilmu silat ternyata tak ada batasnya. Semakin digali, semakin
dalam untuk menemukan ilmu-ilmu yang lebih hebat.
Maka ketika kedua putranya mengusulkan begitu, dia
hanya tertawa, Dalam pembicaraan, kedua putranya tahu
tentang Kitab iblis tersebut yang telah diberikan kepada Tok
Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua.
Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tahu, apabila mereka berdua
bisa memperoleh Kitab iblis tersebut, maka dapat menjagoi
rimba persilatan
Namun keduanya juga tahu, tidak gampang mendekati
Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, walau adik mereka sendiri
sedangkan kepandaian Cit Sat Sin Kun-Tam Sen jauh di atas
mereka. Maka Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tidak berani pergi
ke pulau Hwe Ciau To.
Setelah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen bersama anak-anaknya
menetap di Hou Yok, tanpa sengaja Tam Goat Hua bertemu

1438
Kim Kut Lau. Karena gadis itu amat mirip Seh Cing Hua
ibunya, Kim Kut Lau bisa menduga asa!-usulnya.
Karena itu, Kim Kut Lau menangkapnya, dibawa ke Sai
Thian Bok dan dirantai di sana.
Maksud Kim Kut Lau akan menukarkan Tam Goat Hua
dengan Kitab Iblis, Gadis itu berada di tangannya, tentu Cit
Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tok Ciu Lo Sat pasti akan
menyerahkan Kitab iblis kepadanya.
Tapi Kim Kut Lau ternyata tidak tahu, Cit Sat Sin Kun dan
Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua telah berpisah gara-gara Kitab
iblis tersebut.
Lagipula, ketika Tam Goat Hua dirantai di gunung Sai
Thian Bok, kebetulan muncul Lu Sin Kong dan Sebun It Nio.
Mereka melepaskan Tam Goat Hua. (Semua itu telah
diceritakan di atas)
Ketika itu, Mo Liong Seh Sih sama sekali tidak
menghiraukan usul kedua putranya, Hanya dikatakan bahwa
kepandaian mereka sudah cukup untuk menjaga diri, Tapi
kalau tidak tahu diri dan mau bersaing dalam rimba persilatan,
sudah pasti ada yang lebih tangguh. Siapa yang berani
menyatakan dirinya nomor wahid di kolong langit?
Sedangkan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau, kalau tidak tahu
tentang itu, kelak nama mereka berdua pasti hancur Namun
Mo Liong Seh Sih juga menjelaskan. Kelak jika keduanya
mengalami nasib kekalahan yang hingga mereka harus
mendapatkan pertolongan masih ada tempat bagi mereka
untuk berteduh dan berlindung,

1439
Tempat itu tak seorang tokoh sehebat dan setinggi apa
pun ilmunya, yang bisa mencapai ke sana, Kecuali mampu
mengatasi rangkaian perintang yang telah dibuat untuk
menutup tempat itu, Tempat tersebut berada di lembah
gunung Tong Ku Sat.
Bahkan dengan sejelas-jelasnya Mo Liong Seh Sih
menerangkan bagaimana memecahkan rangkaian formasi
perangkap penghalang tempat itu.
Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau cuma mendengar, namun
tidak begitu memperhatikan penjelasan-penjelasan tentang
formasi tersebut.
Karena itu, Mo Liong Seh Sih menambahkan apabila
mereka berdua terkurung dan tidak dapat memecahkan
formasi maka harus berseru memanggil Toa Sah dan Ji Sah.
Kedua wanita itu akan menuntun mereka keluar Namun kalau
kedua wanita itu sudah mati, mereka berdua akan mati di
dalam formasi.
Setelah meninggalkan gunung Thay San, sejak itu Mo
Liong Seh Sih entah menghilang ke mana, tiada jejaknya sama
sekali
Sedangkan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau sama sekali tidak
menaruh hati apa yang dikatakan ayah mereka itu.
Mereka berdua hanya menaruh perhatian terhadap Kitab
Iblis, Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tidak tahu, di dalam istana
Mo Liong Seh Sih, terdapat rumput Cit Sek Ling Che yang jauh
berharga ketimbang Kitab Iblis.
* * * *

1440
Bab 67
Waktu berputar Kehidupan rimba persilatan semakin
gempar dengan munculnya tokoh sesat Liok Ci Khim Mo, Para
tokoh persilatan menyembunyikan diri, Pada saat itulah Hek
Sin Kun baru teringat akan pesan ayahnya, Maka dari
berangkat ke gunung Tang Ku Sat.
Seperti Lu Leng, dia pun mendengar pembicaraan wanita
buruk rupa dengan Huang Yen mengenai Panah Bulu Api yang
dapat melawan Pat Liong Thian Im. Hal itu pula yang dapat
membuatnya bertarung melawan Lu Leng.
Orang berpakaian hitam itu adalah Hek Sin Kun. Gadis
yang bersamanya mengeluarkan tawa panjang yang
menyedihkan ternyata Tam Goat Hua.
Setelah menerjang keluar dari ruang itu, waktu itu, dia
telah kehilangan jejak, lalu bagaimana bisa bersama Hek Sin
Kun? Ternyata telah terjadi hal-hal yang berliku-liku.
Ketika itu, hati Tam Goat Hua telah hampa, tidak tahu
baiknya harus memikirkan apa.
Pikirannya kacau balau, tak mampu memikirkan nasib
malang yang telah menimpa diri nya. padahal sesungguhnya,
seorang gadis mencintai seorang lelaki yang layak menjadi
ayahnya memang kelihatan tidak masuk akal.
Namun benarkah tidak masuk akal, sebab cinta
merupakan sesuatu yang tidak masuk akal, Cinta memang
aneh, Suatu yang kadang sulit dipikir dengan akal sehat.
Tam Goat Hua mencintai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.
Ketika pertama kali mencurahkan perasaan hatinya itu, Tong

1441
Hong Pek menganggapnya masih berpikiran seperti anakanak,
maka dia cuma tertawa.
Namun tidak lama, Tong Hong Pek tahu Tam Goat Hua
tidak main-main, melainkan sungguh-sungguh mencintainya
Tentu saja Tong Hong Pek tidak kuasa menolak cintanya itu.
Dalam keadaan begitu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek
tahu jelas, apabila dia memperistri Tam Goat Hua, tentu tidak
akan terluput dari pergunjingan kaum rimba persilatan.
Namun dia tidak menghiraukan itu, Tak ada salahnya
memperistri Tam Goat Hua!
Kaum rimba persilatan memang tak menduga hal itu.
Namun mereka hanya berani mempergunjingkannya secara
diam-diam, dan ketika menjelang pernikahan, Tong Hong Pek
dengan Tam Goat Hua gembira sekali.
Akan tetapi mendadak saja terjadi hal yang tak didugaduga,
Saat itu Tam Goat Hua dan Lu Leng terpengaruh oleh
Pat Liong Thian Im, sehingga menyebabkan mereka berdua
melakukan hubungan intim seperti suami istri.
Tam Goat Hua merasa sangat malu, pedih dan merasa
bersalah terhadap Tong Hong Pek. Dia tahu, kejadian itu
bukan kesalahan Lu Leng! Namun anehnya dia benar-benar
jadi sangat benci terhadap Lu Leng, dan bahkan membenci
semua orang,
Ketika Pat Liong Thian Im berhenti, dia langsung
menampar Lu Leng dua kali dengan sengit sekali. Padahal di
saat itu, hati Lu Leng pun sangat berduka dan penuh
penyesalan.

1442
Walau dia amat mencintainya tapi ketika tahu Tam Goat
Hua mencintai Tong Hong Pek, Lu Leng menahan rasa sakit
dalam hati, mengundurkan diri.
Setelah itu, Tam Goat Hua pun meninggalkan ruang besar,
dia terus melesat pergi bagaikan panah terlepas dari busur
Ketika hari mulai terang, dia terkulai jatuh di tanah. Dia
masih ingin bangkit berdiri, namun sudah tiada tenaga sama
sekali, tak kuat berdiri lagi.
Tam Goat Hua tergeletak di tanah dengan nafas terengahengah,
Dia menangis.
Ternyata dia berada di tengah-tengah gunung Go Bi San.
Tak seorang pun dijumpai di sana, yang ada hanya monyet
yang tak terhitung banyaknya, Monyet-monyet itu
mengelilinginya seperti amat bersimpati padanya.
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menemukan pakaian Tam
Goat Hua yang berwarna merah itu. Ternyata ketika Tam Goat
Hua terus berlari, pakaiannya menyangkut di dahan pohon,
sehingga terlepas, Akhirnya tertiup angin jatuh dekat jurang.
Maka Tong Hong Pek mengira Tam Goat Hua telah bunuh diri
ke dalam jurang.
Ketika itu, Tam Goat Hua menangis entah berapa lama,
akhirnya yang mengucur sudah bukan air mata, melainkan
darah.
Dia tertawa gelak, kemudian berhenti menangis karena
sudah mengambil keputusan untuk mati di tempat itu.
Beberapa tahun kemudian, kalau ada orang menemukan
nya, dia pasti sudah menjadi sosok tengkorak, Siapa akan

1443
tahu, sosok tengkorak itu adalah Tam Goat Hua, yang pernah
menikmati percintaan tapi juga hancur oleh percintaan pula?
Ketika berpikir untuk mati, hati Tam Goat Hua justru
merasa tenang, Tangisnya berhenti periahan-lahan.
Saat itu sudah tengah hari, sinar matahari menyorot
wajahnya, Tercermin kedukaannya yang amat dalam. Dia
ingin bangkit berdiri, namun tiada berdaya.
Terpaksa diam. Hatinya terus bermohon agar ajal lekas
tiba, ingin dia mengakhiri hidupnya dalam usia muda.
Tak seberapa lama, mendadak mendengar suara monyetmonyet
itu berbunyi terus menerus, sehingga jadi berisik
sekali.
Tam Goat Hua menoleh, seketika juga monyet-monyet itu
diam, tak berani berbunyi lagi.
Saat itu dia merasa heran, semua monyet itu menjatuhkan
diri berlutut ke arah Tam Goat Hua.
Gadis itu menghela nafas panjang dan bertanya dalam
hati, apakah monyet-monyet itu tahu aku sudah mau mati,
maka dengan cara berlutut mengantarnya? Tam Goat Hua
tersenyum getir, kemudian menyebut nama Tong Hong Pek
dalam hati. Ketika mau memejamkan mata, tiba-tiba di
hadapannya bertambah dua sosok bayangan.
Tertegun Tam Goat Hua, kenapa di saat mau mati masih
tidak bisa tenang, harus mengalami suatu gangguan lagi?
Karena sudah berkeputusan untuk mati, Tam Goat Hua
malas mendongakkan kepala melihat siapa kedua orang itu.

1444
Dia hanya memandang kedua sosok bayangan tergambar di
tanah.
Begitu memandang hatinya amat terkejut, karena
sepasang lengan mereka amat panjang, hampir menyentuh
tanah.
Tam Goat Hua memandang dengan penuh perhatian,
sepertinya itu bukan manusia.
Akhirnya Tam Goat Hua pun mendongakkan kepala,
Ternyata dua ekor monyet tua berdiri di sisinya.
Kedua monyet tua berbulu keperak-perakan itu entah
sudah berapa lama hidup di dalam rimba ini.
Kedua ekor monyet tua memandang Tam Goat Hua, Ketika
gadis itu mendongakkan kepala, langsung mengeluarkan
suara, seakan mengatakan sesuatu Tapi bagaimana mungkin
Tam Goat Hua mengerti?
Setelah mengeluarkan suara, kedua ekor monyet tua itu
melesat pergi bagaikan kilat.
Tam Goat Hua tersenyum getir, Dia merasa makin lama
makin lemah, sepertinya ajal sudah mendekat.
Dipejamkan matanya menunggu ajal datang menjemput.
Akan tetapi, saat dia merasa sukmanya mulai melayang,
mendadak terdengar suara parau seperti keluar dari mulut
orangtua.
"Gadis kecil, jangan mati! Cepat buka matamu melihat
cahaya mentari!"

1445
Suara itu kedengaran lamban dan lirih. Namun setelah
mendengar suara itu, dia sama sekali tidak berani
membangkang.
Karena itu, Tam Goat Hua membuka matanya. Cahaya
mentari menyorot kan ke arah matanya. Terasa perih sekali,
namun juga membuatnya merasa masih hidup di dunia!
Tam Goat Hua melihat kedua ekor monyet tua berdiri di
hadapannya. Tampak pula seorang yang sudah tua sekali
berdiri di tengah-tengah kedua ekor monyet tua itu.
Sekujur badan orangtua itu berwarna seperti besi,
memancarkan cahaya bergemerlapan. Kerutan di keningnya
tidak begitu banyak, sulit mengetahui usianya.
Namun Tam Goat Hua sama sekali tidak ingin tahu siapa
orangtua tersebut. Dia hanya tersenyum getir ke arah
orangtua itu, kemudian berkata dengan suara yang amat
lemah.
"Kakek Tua, kau hidup begitu lama, tentu sudah
mengalami banyak sekali penderitaan Aku,., sudah tidak akan
mengalami penderitaan apa pun lagi!"
Wajah orangtua itu tampak berubah, namun sepasang
matanya menyorot tajam memancarkan cahaya, Cahaya
matanya membuat hati Tam Goat Hua tergetar. seketika itu
pula terdengar suara bentakan si orangtua bagaikan geledek.
"Omong kosong! Manusia hidup selalu tidak terlepas dari
penderitaan Tetapi apakah tiada kebahagiaan sama sekali?
Tidak bisa sembarangan menginginkan mati!"

1446
Mendengar perkataan orangtua itu, Tam Goat Hua
tertawa.
"Bahagia? Aku... aku memang pernah merasakan
kebahagiaan Tapi... mulai sekarang sudah tidak ada lagi!"
Orangtua itu tertawa gelak.
"Gadis kecil, jangan omong kosong lagi! Kau ingin mati.
Tapi jangan harap aku memperbolehkan kau mati!"
Gadis itu tercenung, Harus kah aku memperpanjang masa
penderitaan yang menyakitkan itu? Fikir Tam Goat Hua.
Kemudian dengan tatapan mata kosong dia memandang
orangtua itu. sepertinya bermohon padanya jangan
mempedulikannya, agar dia bisa mati dengan tenang tanpa
gangguan.
Orangtua itu mundur selangkah, kemudian mengibasngibaskan
tangannya ke arah kedua ekor monyet tua di
sampingnya.
Kedua ekor monyet tua itu mengeluarkan siulan panjang,
Mendadak saja mereka menerjang ke arah Tam Goat Hua.
Yang satu memegang kepala, yang lain memegang kaki,
Tahu-tahu gadis itu sudah diangkat.
Orangtua itu mengayunkan kakinya, kelihatan lamban tapi
cepat bagaikan kilat. Kedua ekor monyet tua yang
mengangkat Tam Goat Hua juga melesat pergi membawanya,
Terdengar suara yang menderu-deru melewati telinga gadis
itu, pepohonan yang berada di sana tampak bergerak ke
belakang dengan cepat sekali.

1447
Walau kedua ekor monyet tua melesat begitu cepat, tapi
tetap tidak bisa menyusul orangtua itu,
Kini Tam Goat Hua baru tahu, orangtua itu pasti tokoh tua
rimba persilatan yang hidup menyendiri di tempat itu, Namun
tidak tahu siapa dia.
Tak seberapa lama kemudian, orangtua dan kedua ekor
monyet tua yang membawa Tam Goat Hua memasuki sebuah
lembah. Tam Goat Hua memandang lembah itu. Tidak begitu
luas, tapi di tengah-tengah terdapat dua buah gubuk, Ada tiga
buah batu besar teronggok di samping gubuk-gubuk itu.
Seperti batu biasa, namun ketika Tam Goat Hua
memandangnya dengan penuh perhatian. Dia terkejut
menyaksikan cekungan pada ketiga batu itu, sebab cekungan
itu ternyata bekas punggung orang! Ya, bekas punggung
manusia, Tiga orang manusia yang berbeda telah pernah
bersandar di batu itu.
Sejak bersama Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek,
pengetahuan Tam Goat Hua bertambah luas, Ketika melihat
bekas-bekas punggung di batu-batu itu, terkejutlah dia,
Apakah benar ketiga orang duduk bersandar di situ hingga
meninggalkan bekas punggungnya?
Kalau benar, dapat dibayangkan betapa tingginya
Lweekang mereka bertiga. Tam Goat Hua cuma memandang
sejenak, sebab kemudian sudah dibawa ke dalam gubuk.
Orangtua itu memberi isyarat pada kedua ekor monyet
tua. Segera kedua ekor monyet tua menaruh Tam Goat Hua
ke atas ranjang bambu.

1448
Setelah itu, orangtua tersebut menghampiri ranjang
bambu sambil memandang Tam Goat Hua sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Gadis kecil, kau memandang hambar terhadap urusan,
jangan terlampau dipikirkan!"
Tam Goat Hua tertegun mendengar ucapan si kakek tua.
"Kau... kau tahu urusanku?" tanyanya dengan suara
menggeragap.
Orangtua itu menggeleng-geleng kepala.
"Aku tidak tahu urusan mu, tapi tahu kau punya urusan,
Batinmu terpukul berat sehingga nyaris membuat hawa
murnimu bubar. Kalau aku terlambat selangkah, nyawamu
sudah melayang."
Tam Goat Hua tertawa getir.
"Bukankah lebih baik mati?"
Orangtua itu membentak.
"Omong kosong!"
Tam Goat Hua menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku tidak omong kosong!"
Tangan orangtua itu merogoh ke dalam bajunya, Ketika
dikeluarkan lagi, langsung menyentil hingga menimbulkan

1449
suara berdesir Tampak sebuah benda kecil meluncur ke arah
mulut Tam Goat Hua,
Gadis itu ingin merapatkan mulutnya, namun sudah
terlambat Benda kecil itu sudah masuk ke mulutnya, Begitu
kena ludah, benda itu langsung mencair dan mengalir ke
dalam tenggorokannya.
Tak lama kemudian, Tam Goat Hua merasa nyaman sekali,
Dia tahu benda kecil itu pasti semacam obat mujarab.
"Kakek Tua, kenapa harus menyia-nyiakan obat mujarab
ini?"
Orangtua tercengang, Ditatapnya wajah gadis cantik itu,
"Gadis kecil, kau punya orangtua? Punya saudara? Punya
kekasih ? Punya orang yang mencintai-mu?"
Tam Goat Hua manggut-manggut
"Semua punya!"
Orangtua itu menjulurkan tangannya, pertahankan
menepuk bahu Tam Goat Hua dua kali
"Nona Kecil, kalau begitu kau tidak boleh mati, Kau harus
tahu hidup di dunia tidak cuma kau seorang, Walau nyawamu
milikmu, kau tidak berhak menghabisinya."
Tertegun Tam Goat Hua mendengar itu. Kemudian dia
memejamkan mata, seketika muncul begitu banyak bayangan
orang di benaknya. Ayah, kakak, Tong Hong Pek, juga
bayangan Lu Leng. Akhirnya dia menghela nafas panjang.

1450
Orangtua itu tertawa terkekeh-kekeh,
"Gadis Kecil, kau sudah mengerti?"
Tam Goat Hua menggeleng kepala.
"Kakek Tua. Meski aku terus berpikir, belum tentu akan
mengerti!"
Orangtua itu masih tertawa.
"Kalau begitu, jangan berhenti berpikir! Suatu saat kau
pasti mengerti! Yang kau makan tadi adalah obat Kiu Coan
Tay Hoan Tan. Aku berani mengatakan di kolong langit hanya
tinggal sebutir itu!"
Begitu dengar obat Kiu Coan Tay Hoan Tan, Tam Goat
Hua tahu dia tidak akan mati, Karena obat tersebut
merupakan obat nomor satu dalam rimba persilatan Ketika
membuat obat tersebut, pembuatnya hanya menghasilkan
sembilan butir. Sisa bahannya dibuat jadi obat Kiu Coan Siau
Hoan Tan! jangan kata Kiu Coan Tay Hoan Tan, Kiu Coan Siau
Hoan Tan pun sulit diperoleh.
Telah diceritakan di atas, ketika Lu Sin Kong dan Sebun It
Nio terkena pukulan Im Si Ciang, sampai di rumah si Pecut
Emas-Han Sun, Han Sun memberikan mereka dua butir obat
Kiu Coan Siau Hoan Tan, yang membuat Lu Sin Kong dan
Sebun It Nio terbelalak kaget!
Tam Goat Hua juga tahu khasiat obat Kiu Coan Siau Hoan
Tan, Setelah makan obat itu, dia pasti pulih dan Lweekangnya
akan bertambah pesat.

1451
Namun gadis itu sama sekali tidak merasa gembira.
wajahnya masih tampak murung, Karena me-rasa, meskipun
dirinya hidup tetap tak ada artinya, Karena itu, dia tertawa
getir.
"Kakek Tua, sungguh kau menyia-nyiakan obat Kiu Coan
Siau Hoan Tan ini!"
Orangtua itu tercenung lagi, sepasang matanya menyorot
tajam ke wajah Tam Goat Hua.
"Gadis Kecil, kalau urusan yang mengganjal dalam hati
amat menyusahkan, kau boleh pergi ke suatu tempat yang
sepi untuk hidup menyendiri Sepuluh dua puluh tahun atau
tiga puluh tahun kemudian, kau pasti akan menyadari.
Tindakanmu ini hal yang amat bodoh! Kalau kau mati
sekarang, bukankah kau tidak akan menyadari hal tersebut?"
"Kakek Tua, apakah karena ini, kau hidup menyendiri di
sini?"
Sepasang mata orangtua itu menyorot tajam lagi.
"Omong kosong! Aku hidup di sini karena ada sebab lain!"
Tam Goat Hua berpikir Teringat akan Tok Ciu Lo Sat-Seh
Cing Hua ibunya, pernah membawanya ke sebuah goa, Di
sana ibunya banyak bercerita, mengenai kakeknya yang
tinggal di sebuah lembah. Bahwa kelak dirinya akan dibawa ke
tempat kakeknya itu. Tanpa ibunya, tak pernah ada orang lain
bisa ke sana.
Teringat akan itu, Tam Goat Hua menganggap perkataan
orangtua ini memang masuk akal.

1452
"Kakek Tua, aku yakin Kakek Tua adalah orang aneh
dalam rimba persilatan! Entah apa sebenarnya sebutan Kakek
Tua!"
Orangtua itu tertawa.
"Ha ha! Beritahukan dulu siapa kau sebenar nya?!"
"Namaku Tam Goat Hua, Ayahku Cit Sat Sin Kun-Tam Sen
dan ibuku Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua!"
Orangtua itu manggut-manggut.
"Aku pernah mendengar tentang mereka berdua, Ayahmu
Cit Sat Sin Kun cukup lumayan!"
Padahal Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memiliki ilmu pukulan Cit
Sat Sin Ciang yang sangat tersohor di rimba persilatan
Orangtua itu hanya mengatakan cukup lumayan.
Kedengarannya menganggap remeh akan ilmu pukulan
tersebut
"Sudah lama aku tinggal di sini, tidak mencampuri urusan
luar lagi Terserah, setelah aku jelaskan ini, kau mau memilih
atau tidak tinggal di sini, Yang penting, kau jangan
mengganggu ketenanganku di sini!"
Tam Goat Hua mengangguk
"Kalau begitu, bolehkah aku tahu siapa Kakek Tua?"
Orangtua itu tampak berpikir sejenak.
"Kau pernah dengar nama Beng Tu Lojin?"

1453
Begitu mendengar nama tersebut, Tam Goat Hua terkejut
bukan main.
Beng Tu Lojin adalah ketua Go Bi Pai generasi dulu, juga
guru Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Sui Cing Siansu, Ang
Eng Leng Long yang telah binasa, Lu Sin Kong dan lainnya,
Kepandaian Beng Tu Lojin amat tinggi, boleh dikatakan tiada
duanya dalam rimba persilatan Namun beliau sudah lama
meninggal.
Kini orangtua itu mengaku sebagai Beng Tu Lojin
Benarkah dia Beng Tu Lojin ketua Go Bi Pai. Namun
bagaimana orang yang sudah mati bisa hidup kembali?
Ketika Tam Goat Hua termangu-mangu, orangtua itu
berkata lagi,
"Jangan salah paham, aku hanya bertanya pada-mu,
pernahkah kau dengar nama Beng Tu Lojin?"
Tam Goat Hua mengangguk.
"Pernah!"
"Kalau begitu, pernahkah kau dengar nama dua orang lagi,
yaitu Tiang Pek San Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po
dari daerah Miau?"
Tam Goat Hua langsung menyahut.
"Pernah!"
Usai menyahut hati Tam Goat Hua tergetar, ada rasa tak
sabar, maka tanpa sadar segera melanjutkan.

1454
"Kakek Tua, yang Kakek Tua tanyakan itu adalah Thian Ho
Si Lo. Apakah Kakek Tua adalah...."
Mendengar pertanyaan Tam Goat Hua yang belum selesai,
orangtua itu manggut-manggut.
"Tidak salah, aku adalah salah satu Thian Ho Si Lo, Thiat
Ye Tocu Tiat Sin Ong!"
Ketika orangtua itu menyebut namanya, Tam Goat Hua
sudah tidak merasa kaget lagi, Sebab, orangtua ini memang
memiliki Ginkang yang amat tinggi Yang membuatnya merasa
heran, yakni kenapa orangtua itu sudah sekian lama tinggal di
tempat ini?
Karena setelah Beng Tu Lojin meninggal, tiga tahun
kemudian Tong Hong Pek diusir dari pintu perguruan.
Tong Hong Pek pergi ke gunung salju mencari Soat Hun
Cu. Dua puluh tahun kemudian baru muncul dalam rimba
persilatan lagi.
Ketika Beng Tu Lojin meninggal, Pian Liong Sian Po, Thian
Sun Sianjin dan Tiat Sin Ong masih pergi melawat, Namun
sejak itu, mereka bertiga menghilang entah ke mana, tiada
jejak mereka sama sekali. Hal inilah yang kemudian menjadi
suatu teka-teki dalam rimba persilatan.
Karena Thian Sun Sianjin tidak pulang ke gunung Tiang
Pek San, Pian Liong Sian Po juga tidak kembali ke daerah
Miau, Begitu pula Tiat Sin Ong, tidak pulang ke pulau Tiat Ye
To. Ketiga tokoh ini lenyap begitu saja bagai ditelan bumi.
Hingga beberapa hari lalu, Tam Goat Hua baru tahu
tentang Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po dari Lu Leng

1455
dan Han Giok Shia, Kenapa kedua orang itu berada di pulau
Hek Ciok To, memang menjadi sebuah teka-teki pula.
Kini dia bertemu Tiat Sin Ong di gunung Go Bi San, tokoh
yang pernah dianggap musnah dari muka bumi ini. Bukankah
ini suatu yang sangat mengherankan?
Terdengar suara tawa Tiat Sin Ong,
"Gadis kecil, kau pasti merasa heran, kenapa aku bisa
berada di tempat ini?"
Tam Goat Hua manggut-manggut
"Ya! Karena Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po...."
"Kenapa mereka berdua?" Tiat Sin Ong menatap gadis itu.
"Lebih baik kau tidak usah memberitahukan!" ujarnya
kemudian.
"Kuberitahukan juga tidak apa-apa! Belum lama ini ada
orang menemukan mereka berdua, Karena bertarung akhirnya
binasa di sebuah pulau!"
Tiat Sin Ong terbelalak.
"Kalau begitu, kini hanya tertinggal aku yang belum juga
mampus!" ucapannya itu amat sederhana, namun
mengandung kedukaan.
"Mengenai hilangnya Cianpwee bertiga dalam rimba
persilatan merupakan suatu teka-teki. Entah bagaimana Kakek
Tua bisa tinggal di dalam gunung Go Bi San ini?"

1456
Tiat Sin Ong menyahut.
"Memangnya aku ingin tinggal di sini? Belasan tahun lalu
terpaksa, beberapa tahun belakangan baru merasa tidak mau
meninggalkan tempat ini. Maka aku tetap tinggal di sini!"
Tam Goat Hua tercengang. Berdasarkan kepandaian yang
dimiliki Tiat Sin Ong, siapa yang bisa melarangnya
meninggalkan tempat ini?
Sebelum Tam Goat Hua bertanya, Tiat Sin Ong sudah
berkata.
"Gadis Kecil, kau melihat ketiga batu besar itu?"
Tam Goat Hua mengangguk.
"Baik! Aku akan bercerita sejelas-jelasnya, maukah kau
mendengarnya?"
Tam Goat Hua amat tertarik. Dia mengangguk Rasa duka
dalam hatinya mulai sirna dengan sendirinya.
"Kakek Tua, tuturkanlah! Aku ingin sekali mendengarnya?"
Tiat Sin Ong menghela nafas panjang.
"Padahal sesungguhnya, hanya karena nama, Kalau dipikir
kembali, itu amat menggelikan!"
Tam Goat Hua juga ikut menghela nafas panjang.
"Memang betul apa yang dikatakan Kakek Tua!"

1457
Tiat Sin Ong tertawa dan berkata,
"Gadis Kecil, usiamu masih muda. Kau tahu apa?"
Berkata sampai di situ, Tiat Sin Ong menghela nafas
panjang lagi seraya melanjutkan
"Ketika itu, aku, Thian Sun Sianjin, Pian Liong Sian Po dan
Beng Tu Lojin disebut Thian Hu Si Lo (Empat Tokoh Tua
Sungai Langit)! Walau kepandaian yang kami miliki berbeda,
namun tiada seorang pun dapat menandingi kami berempat
Kami berempat memang tidak pernah bertanding secara
terbuka, * namun masing-masing masih memiliki hati yang
ingin menang, Maka secara diam-diam kami pun bertanding,
kami mengakui kepandaian Beng Tu Lojin paling tinggi di
antara kami berempat...
Bagian 32
Berkata sampai di situ, Tiat Sin Ong kelihatan seperti
mengenang akan kejadian masa lampau, wajahnya tampak
tersenyum tapi juga seperti meringis.
"Siapa tahu Beng Tu Lojin yang berkepandaian paling
tinggi itu, justru meninggal duluan, Kami bertiga pergi
melawat..." ujar orangtua itu melanjutkan.
Perlahan-lahan Tiat Sin Ong mendongakkan kepala
memandang ke langit, seakan sedang membayangkan
kejadian masa lampau itu.
Ketika Beng Tu Lojin meninggal, banyak kaum rimba
persilatan datang melawat, pergaulan Beng Tu Lojin memang

1458
luas, Namun waktu itu golongan hitam muncul mencari
urusan.
Ketika itu, Tiat Sin Ong, Thian Sun sianjin dan Pian Liong
Sian Po juga datang melawat, Namun sudah terlambat dua
bulan, Tempat tinggal mereka amat jauh, sehingga lama
menerima berita duka itu.
Wajar jika kedatangan mereka jadi terlambat dua bulan,
sedangkan jenazah Beng Tu Lojin justru dicuri Giok Bin Sin
Kun-Tong Hong Pek.
Mereka bertiga cuma memberi hormat di hadapan meja
sembahyangan dan berpamit.
Setelah meninggalkan Go Bi mereka bertiga ingin pulang
ke tempatnya masing-masing. Akan tetapi, ketika mereka
memasuki Cin Yua Ling, muncul tiba-tiba seekor rusa
berbintik-bintik tak jauh dari mereka.
Karena mereka bertiga berkepandaian amat tinggi, gerakgerik
mereka tidak menimbulkan suara, namun rusa berbintikbintik
itu merasakannya.
Jarak mereka bertiga dengan rusa berbintik-bintik itu
berada belasan depa, namun telinga rusa itu sudah bergerakgerak
dan menoleh kearah tiga orang itu.
Pian Liong Sianpo memandang sekejap, kemudian berkata
kepada Thian su sianjin dan Tiat Sin Ong dengan
menggunakan ilmu menyampaikan suara.
"Kini Beng Tu Lojin sudah meninggal, Peng Hu Si lo tinggal
tiga orang, kelihatannya kita bertiga harus tahu siapa yang
lebih unggul.

1459
Adat Thian Su sianjin paling keras, begitu mendengar Pian
Liong Sian Po berkata begitu, langsung menyahut dengan ilmu
menyampaikan suara pula.
"Benar. Tapi bagaimana caranya?"
Pian Liong Sian Po menunjuk rusa berbintik-bintik itu
seraya berkata.
"Kita bertiga menggunakan ginkang mengejar rusa itu dan
siapa yang berhasil mengejarnya dan mengambil tanduknya,
dialah yang paling unggul, bagaimana menurut kalian
berdua?"
Saat Pian Liong Sian Po menunjuk, rusa berbintik-bintik itu
lari bagaikan kilat. Bersamaan itu mereka bertigapun bersiul
panjang, sambil mengerahkan Ginkang mengejar rusa
tersebut.
Rusa berbintik-bintik itu ketika melihat ada orang
mengejarnya, segera mempercepat larinya. Terjadi kejarkejaran
ketiga tokoh sakti itu terhadap rusa tersebut.
Tak terasa sudah sejauh dua-tiga puluh lie, namun mereka
bertiga tidak ada yang lebih cepat atau lambat!
Tak seberapa lama kemudian, sampai disebuah lembah.
Jarak mereka dengan rusa berbintik-bintik hanya dua-tiga
depa saja.
Mendadak Pian Liong Sian po tertawa aneh sambil
menjulurkan tangannya, ternyata dia ingin mencengkeram
tanduk rusa tersebut.

1460
Rusa berbintik-bintik itu memang sudah lelah sekali, begitu
terkena angin cengkeraman, langsung jatuh berguling-guling.
Dan saat itu pula terdengar pula suara berdesir keras,
ternyata Thian Su Sianjin dan Tiat Sin Ong sudah melesat ke
arah rusa tersebut.
Pian Liong Sian Po juga tidak mau ketinggalan, melesat ke
arah rusa tersebut, namun terlambat selangkah, sehingga
membuatnya berteriak sengit
"Kalian berdua mau main curang, ya?"
Usai berteriak, Pian Liong Sian Po melancarkan pukulan ke
arah mereka berdua dengan mengerahkan ilmu pukulan Thai
Im Ciang yang sangat dahsyat.
Pian Liong Sian Po juga mengeluarkan jurus Sio Ngo Peng
Goat (Bidadari Mengejar Bulan) dan jurus Giok Thou Yang Yok
(Kelinci Giok Menaburkan Ooat), bahkan menggunakan tenaga
dalam sepenuhnya.
Thian Sun Sianjin dan Tiat Sin Ong sudah berada di sisi
rasa itu, namun pukulan yang dilancarkan Pian Liong Sian Po
sudah sampai ke arah mereka pula, Kedua orang itu tahu akan
kehebatan ilmu pukulan Thai Im Ciang, maka segera
membalikkan badan sekaligus melancarkan pukulan.
Ketika Pian Liong Sian Po melihat mereka berdua
membalikkan badan, bahkan melancarkan pukulan,
membuatnya jadi terkejut.
Berdasarkan kepandaian hanya akan bertanding seimbang
dengan salah seorang di antara mereka berdua, Namun kalau
harus menangkis pukulan mereka berdua, sudah pasti dirinya

1461
akan celaka, Karena itu, Pian Liong Sian Po cepat-cepat
mencelat ke belakang.
Namun tenaga pukulannya telah dilancarkan begitu pula
pukulan Thian Sun Sianjin dan Tiat Sin Ong, sehingga tenaga
pukulan mereka beradu, menimbulkan suara yang
memekakkan telinga. Bahkan kekuatan tenaga sakti yang
saling beradu itu sangat menggetarkan Dedaunan dan ranting
pepohonan di sekitar tempat itu pun rontok.
Sementara rasa berbintik-bintik yang tadi tergeletak di
tanah, ternyata belum mati, Namun akibat tersambar oleh
angin pukulan tadi badannya melayang membentur dinding
tebing, akhirnya mati seketika!
Dan kematian binatang itu menandakan akhir
pertandingan mereka.
Pian Liong Sian Po teringat akan kejadian tadi. Hatinya jadi
gusar sekali.
"Hm! Ginkang kalian berdua cukup lumayan ya!"
Ucapan Pian Liong Sian Po bernada sindiran sehingga
wajah Thian Sun Sianjin langsung berubah.
"Kau tidak tunduk?" sahutnya sinis.
Perlu diketahui, walau Thian Sun Sianjin berkepandaian
amat tinggi, namun sifatnya agak berangasan dan cepat naik
darah, kaum rimba persilatan mengetahui itu.
Tiat Sin Ong melihat kedua kawannya jadi bentrok, Kalau
terjadi pertandingan mungkin sampai ribuan jurus pun akan

1462
tetap berimbang, Kemungkinan besar akhirnya akan samasama
terluka parah. Karenanya Tiat Sin Ong berkata:
"Sudahlah! Kalian berdua tidak perlu bertengkar!"
Pian Liong Sian Po tetap marah-marah, dia menuding
Thian Sun Sianjin.
"Thian Sin Sianjin, kudengar kau belum lama ini terus
menerus berlatih Kim Kong Sin Cin, bagaimana kalau aku
mohon petunjuk?" dengan halus dia mulai menantang.
Thian Sun Sianjin tertawa gelak.
"Ha ha ha , Pian Liong Sian Po lebih baik kau jangan
mohon petunjuk?"
Mata Pian Liong Sian Po mendelik. "Mengapa ?"
Thian Sun Sianjin menyahut dengan dingin.
"Kim Kong Sin Ci merupakan ilmu yang menandingi ilmu
pukulan Thai Im Ciang mu itu ! Maka bagaimana begitu
gampang memberi petunjuk ?"
Pian Liong Sian Po memang berhati sombong dan egois.
Kalau tadi dia tidak mengusulkan mengejar rusa berbintikbintik
itu, tentunya tidak akan terjadi pertikaian ini.
Mendengar ucapan itu,. Wajah Pian Liong Sian Po langsung
berubah gusar.
"Benarkah begitu? Aku nenek tua yang tidak takut mati!"

1463
Tiat Sin Ong yang berdiri di situ, melihat pertengkaran
mereka berdua semakin jadi. Kalau terjadi pertarungan,
mereka berdua pasti sama-sama celaka. Ketika dia hendak
menasehati, mendadak melihat tiga buah batu besar tidak
jauh dari tempat mereka bertiga.
Begitu melihat batu-batu itu, timbullah suatu ide dalam
hatinya, Langsung bersiul panjang menarik perhatian Thian
Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po.
"Kalian berdua! Kita bertiga kalau ingin tahu siapa yang
lebih unggul, tidak perlu berantam! Aku punya suatu usul yang
amat tepat!"
Pian Liong Sian Po bertanya dengan dingin.
"Apa usulmu?"
Tiat Sin Ong menunjuk ke arah tiga buah batu besar itu,
"Di sana terdapat tiga buah batu, Kita bertiga duduk
bersandar pada batu-batu itu, Sebulan kemudian, bekas
punggung siapa yang paling dalam, tentunya tahu siapa yang
unggul! Bagaimana menurut kalian berdua?"
Usul tersebut membuat Pian Liong Sian Po dan Thian Sun
Sianjin tertegun, karena harus mengerahkan Lweekang pada
punggung, agar membekas di batu, itu sungguh tidak
gampang! Lagipula mengadu kepandaian dengan cara begitu,
belum pernah terjadi dalam rimba persilatan.
Tiat Sin Ong yang mengusulkan begitu pun sebenarnya
tidak tahu apakah dirinya sanggup atau tidak berbuat demi
kian. Namun kalau dia tidak mengusulkan itu, Thian Sun

1464
Sianjin dan Pian Liong Sian Po pasti bertarung, Maka ada
penyesalan juga dalam hatinya,
"Thian Sun Sianjin, kau berani?" tanya Pian Liong Sian Po
setelah ketiganya sama-sama terdiam beberapa saat lamanya.
Thian Sun Sianjin tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Kenapa tidak?"
Thian Sun Sianjin segera menghampiri salah sebuah batu
besar itu, lalu duduk bersila bersandar.
Begitu pula Tiat Sin Ong dan Pian Liong Sian Po, mereka
berdua pun duduk bersila bersandar pada batu yang lain.
Itu adalah kejadian belasan tahun lampau. semula Tiat Sin
Ong hanya mengusulkan satu bulan duduk bersandar di batu,
Akan tetapi, sebulan kemudian mereka bertiga melihat masih
tiada bekas punggung di batu.
Karena itu mereka bertiga melanjutkan lagi. sebulan lewat
sebulan setahun lewat setahun maka kaum rimba persilatan
menganggap mereka bertiga menghilang begitu saja,
Bertahun-tahun itu mereka tak pernah muncul lagi di rimba
persilatan Tak seorang pun yang tahu bahwa mereka bertiga
berada di tengah-tengah gunung Go Bi, sedang mengadu
Lweekang dengan cara aneh itu.
Tiga tahun kemudian barulah ada bekas di batu, Akan
tetapi, bekas punggung itu sama dalamnya, Mereka bertiga
terpaksa melanjutkan lagi.

1465
Tujuh tahun kemudian Malam itu kebetulan bulan
purnama, Pian liong Sian Po bangkit berdiri, kemudian
menunjuk batu itu seraya berkata.
"Thian Sun Sianjin, kita melanjutkan lagi!"
Padahal waktu itu, bekas punggung di batu sudah cukup
dalam Karena Pian liong Sian Po menantang, Thian Sun
Sianjin pun mengiyakan Setelah itu dia bangkit berdiri Tiat Sin
Ong melirik batu di belakang, ternyata lebih dalam
dibandingkan dengan mereka berdua, Diam-diam dia merasa
gembira karena lebih unggul dari yang lain seketika Tiat Sin
Ong tertawa gelak,
Namun rupanya karena rasa gembira dia lupa dalam tujuh
tahun ini, terus menerus mengerahkan Lweekang, Maka saat
tertawa gelak dia lupa menarik kembali Lweekangnya!
Di saat dia baru mau bangkit berdiri, mendadak sekujur
badannya terasa seperti tergetar oleh sesuatu, kemudian jadi
kesemutan Ternyata dia telah tersesat, sekujur badannya tak
dapat bergerak lagi.
Betapa gugup dan paniknya Tiat Sin Ong, namun itu telah
terjadi, sudah tidak bisa apa-apa!
Thian Sun Sianjin dan Pian liong Sian Po terkejut
menyaksikan apa yang dialami Tiat Sin Ong akhirnya
"Tiat Sin Ong, kenapa kau?" tanya mereka yang keheranan
Sesungguhnya Tiat Sin Ong masih bisa menyuruh mereka
menggeserkan badannya, melihat bekas punggungnya di batu,
Akan tetapi, ketika tahu dirinya telah tersesat, maka hatinya

1466
jadi tawar. Walau tahu Lweekangnya lebih tinggi dari mereka,
namun dia tidak ingin memberitahukan.
Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po saling
memandang dengan mulut tertutup.
Tiat Sin Ong menatap mereka lalu berkata.
"Kalian berdua pergilah! Aku masih punya dua ekor
monyet melayaniku, tidak akan mati kelaparan di sini, Kalau
kelak aku sudah bisa pulih seperti sedia kala, kita masih bisa
berjumpa kembali."
Kedua monyet itu memang setia membantu mereka
bertiga. Dahulu ketika tahun-tahun pertama pertandingan adu
Lweekang ini, mereka telah terlebih dulu menundukkan
monyet, untuk diperintah agar melayani mereka dengan
mencari buah-buahan di hutan sekitar tempat itu,
Sedangkan Thian Sun Sianjin dan Pian Uong Sian Po tidak
menyangka akan kejadian itu menimpa diri Tiat Sin Ong,
mereka berdua masih menemaninya beberapa hari, setelah itu
barulah mereka berdua meninggalkan lembah itu.
Sepuluh tahun kemudian, barulah Tiat Sin Ong berhasil
memulihkan keadaan dirinya dengan hawa murninya.
Padahal dia masih ingin meninggalkan lembah itu, pergi
mencari Thian Sun Sianjin dan Pian liong Sian Po untuk
mengadu kepandaian Namun setelah sekian tahun hidup
seorang diri di dalam lembah itu, maka hatinya sudah tawar
terhadap segala macam urusan dunia.

1467
Oleh karena itu, dia tetap tinggal di sini ditemani kedua
ekor monyet yang amat setia itu, Mengenai urusan di luar, dia
tidak tahu sama sekali.
Bagaimana keadaan Thian Sun Sianjin dan Pian Uong Sian
Po setelah meninggalkan lembah itu, dia pun tidak tahu.
Tiat Sin Ong memandang Tam Goat Hua. Dia telah usai
menutur tentang semua kejadian tersebut kemudian tertawa
gelak seraya berkata,
"Gadis kecil, menurutmu apakah itu menggelikan?"
Padahal Thian Sun Sianjin, Pian Liong Sian Po dan Tiat Sin
Ong merupakan tiga tokoh tua dalam rimba persilatan bahkan
amat terkenal dan berkepandaian amat tinggi pula,
Akan tetapi, mereka bertiga justru tidak terluput dari
"Nama", akhirnya menjadi seperti itu.
Tiat Sin Ong dan Tam Goat Hua saling memandang.
Kemudian hati Tam Goat Hua tergerak
"Kakek Tua, kini kepandaian Kakek Tua pasti tiada duanya
di kolong langit Ya, kan?" katanya,
Tiat Sin Ong tertawa.
"Jangan membicarakan ini."
"Kakek Tua, kini dalam rimba persilatan telah timbul
malapetaka...."

1468
Ketika Tam Goat Hua berkata sampai di situ, mendadak
Tiat Sin Ong menjulurkan tangannya menotok jalan darah
gagu gadis itu. Maka, kalau bibir gadis itu tetap bergerak,
namun tidak bisa mengeluarkan suara.
Tam Goat Hua terperanjat dan langsung bangkit berdiri
dengan kening berkerut-kerut.
"Ha ha! Gadis kecil, legakanlah hatimu! Bagaimana
mungkin aku mencelakaimu? Hanya saja aku telah
membulatkan hati, tidak mau tahu dan tidak mau mencampuri
urusan rimba persilatan lagi. Kelihatannya kau ingin
menceritakan suatu kejadian dalam rimba persilatan maka aku
segera menotok jalan darah gagumu itu. Tiga hari kemudian,
akan terbuka sendiri Kau tidak boleh memberitahukan kepada
siapa pun tentang diriku berada di sini." kata Tiat Sin Ong.
Memang tidak salah, Tam Goat Hua bermaksud
menceritakan tentang Liok Ci Khim Mo yang malang melintang
dalam rimba persilatan.
Namun belum juga dia menceritakan Tiat Sin Ong telah
menotok jalan darah gagunya, sehingga membuatnya tidak
bisa bicara.
Tam Goat Hua menghela nafas panjang dalam hati, Tiat
Sin Ong telah membulatkan hatinya, tidak mau mencampuri
urusan rimba persilatan lagi. Maka, kalaupun diceritakan juga
tiada gunanya.
"Gadis kecil, tadi kau mau mati tidak mau hidup, sekarang
pikiranmu sudah terbuka?" kata Tiat Sin Ong,

1469
Tam Goat Hua mendongakkan kepala memandang langit
Dia tertegun tapi tak mengeluarkan suara, Hatinya terasa
sudah beku.
Entah berapa banyak kaum rimba persilatan tersiksa dan
menderita karena Pat Liong Thian Im, namun tiada seorang
pun lebih tersiksa dan menderita dari Tam Goat Hua.
Tiat Sin Ong tertawa.
"sebetulnya kau merupakan gadis yang tabah, tapi kenapa
jadi mau mati? Kini kau telah makan obat Kiu Coan Tay Hoan
Tan, otomatis Lweekangmu bertambah. Dua hari kemudian,
aku akan mengajarmu beberapa jurus ilmu silat, yaitu jurusjurus
andalanku. jangan memandang remeh lho!"
Padahal hati Tam Goat Hua telah beku, namun semua
perkataan Tiat Sin Ong amat menyentuh hatinya, Dari pada
mati dicela, lebih baik mati meninggalkan nama, Tiat Sin Ong
akan mengajarnya beberapa jurus ilmu silat, itu merupakan
kesempatannya untuk melawan Liok Ci Khim Mo.
Oleh karena itu, dia segera menjatuhkan diri berlutut di
hadapan Tiat Sin Ong.
Tiat Sin Ong mengibaskan lengan bajunya, maka seketika
Tam Goat Hua tertahan tak bisa berlutut
Tiat Sin Ong tertawa.
"Ha ha ha! Tidak perlu memberi hormat karena kau bukan
muridku, Namun kelak kalau bertemu para murid pulau Tiat
Ye To, janganlah kau turun tangan berat terhadap mereka."
Tam Goat Hua mengangguk.

1470
Sesungguhnya gadis itu sudah berkepandaian tinggi. Kini
dia makan obat Kiu Coan Tay Hoan Tan, maka Lweekangnya
bertambah tinggi pula.
Akan tetapi ketika Tiat Sin Ong mengibaskan lengan
bajunya, Tara Goat Hua merasa ada serangkum tenaga lunak
menahan dirinya. Dia memaksa diri untuk berlutut, tapi sia-sia.
Betapa terkejut gadis itu. Dia baru sadar bahwa Tiat Sin Ong
betul-betul berkepandaian amat tinggi.
Tiat Sin Ong tersenyum.
"Baik, Ketiga jurus ilmu silatku itu bukan ilmu pedang juga
bukan ilmu pukulan, Tapi dengan tangan kosong atau
bersenjata tetap boleh menggunakan ketiga jurus ilmu silat
itu. Ketiga jurus itu amat aneh, lihay dan dahsyat. Pihak lawan
pasti kebingungan menghadapi salah satu jurus saja."
Berkata sampai di situ, Tiat Sin Ong berhenti sejenak,
kemudian melanjutkan dengan wajah serius.
"Ketiga jurus itu adalah Thian Lo Te Bong (Perangkap Di
Langit jebakan Di Bumi), Pao Lo Ban Siang (Segala-galanya
Pasti Ada) dan jurus Chai Cu Sih Mi (Menutup Biji Sawi),
Bukan aku omong besar, kalau kau sudah mulai belajar ketiga
jurus ilmu silat itu, kau akan tahu kedahsyatannya."
Tam Goat Hua tidak bisa bicara, hanya manggut-manggut
saja.
Tiat Sin Ong mulai memberitahukan perubahan-perubahan
ketiga jurus ilmu silat berikut teorinya.
Tam Goat Hua memang cerdas. Hanya sekali mendengar
dia sudah mengerti Kemudian Tiat Sin Ong memperagakan

1471
ketiga jurus ilmu silat tersebut" Tam Goat Hua memperhatikan
dengan cermat sekali
Akan tetapi justru membuat pandangannya menjadi kabur
setelah Tiat Sin Ong mengulang hingga tujuh kali barulah Tam
Goat Hua dapat menangkap sedikit gerakan-gerakan itu.
Padahal Tiat Sin Ong hanya menyiapkan waktu dua hari
untuk mengajar Tam Goat Hua ketiga jurus ilmu silat itu.
Namun gadis itu harus menggunakan waktu setengah bulan,
baru mulai paham akan keistimewaan ketiga jurus ilmu silat
tersebut.
Di hari keempat, Tam Goat Hua sudah bisa bicara, namun
dia pun tidak menceritakan tentang Liok Ci Khim Mo.
Setengah bulan kemudian, Tiat Sin Ong berpesan kepada
Tam Goat Hua, harus terus berlatih ketiga jurus ilmu silat yang
diajarkannya itu, setelah itu, dia pun menyuruh Tam Goat Hua
meninggalkan lembah tersebut.
Dalam setengah bulan ini, kepandaian Tam Goat Hua
sudah bertambah maju.
Gadis itu berpikir, seandainya urusan itu tidak terjadi kini
dia pasti sudah hidup bahagia, Akan tetapi urusan itu justru
terjadi.
Hari ini Tam Goat Hua berpamit kepada Tiat Sin Ong,
keluar dari lembah tersebut Dia pun tidak mau memikirkan
kejadian yang menyedihkan itu lagi.
Setelah meninggalkan gunung Go Bi San, tiba-tiba dia
teringat akan perkataan ibunya, bahwa di lembah gunung

1472
Tang Ku Sat terdapat sebuah istana, yaitu tempat tinggal
kakeknya.
Teringat akan itu, Tam Goat Hua mengambil keputusan
untuk berangkat ke gunung tersebut.
Setelah mengambil keputusan itu, Tam Goat Hua segera
berangkat Tujuannya adalah gunung Tang Ku Sat. Dalam
perjalanan itu, dia hanya berselisih tiga hari dengan Lu Leng.
Mereka berdua sama-sama menuju gunung itu.
* * * *
Bab 68
Ketika memasuki gunung tersebut, Tam Goat Hua baru
menyadari bahwa dirinya amat bodoh, Di gunung yang begitu
luas, bagaimana mungkin mencari istana tersebut?
Beberapa hari Tam Goat Hua terus mencari. Hari itu ketika
dia berdiri di atas sebuah tebing, melihat beberapa ekor
burung elang raksasa sedang menukik ke bawah. Dia yakin
pasti ada kaum rimba persilatan berada di situ bertarung
dengan burung elang raksasa itu, Karena tertarik dan merasa
heran, maka dia melesat ke sana.
Akan tetapi, dia tidak bertemu Lu Leng, melainkan
bertemu Hek Sin Kun, Padahal saat itu, Lu Leng jatuh ke
bawah bersama raja burung elang raksasa.
Ketika melihat kemunculan Tam Goat Hua, hati Hek Sin
Kun tersentak. Ternyata dia khawatir Tam Sen suami istri akan
muncul juga.

1473
Setelah bertanya jawab sejenak dengan Tam Goat Hua,
barulah dia tahu bahwa Tam Goat Hua datang di tempat itu
seorang diri Tujuannya sama dengan tujuan Hek Sin Kun.
Hek Sin Kun tetap tidak bisa melupakan Kitab Iblis, Oleh
karena itu dia menyuruh Tam Goat Hua pulang ke pulau Hwe
Ciau To mengambil kitab tersebut untuknya tapi Tam Goat
Hua menolak.
Pembicaraan mereka berdua di atas tebing, terhembus
angin ke bawah, maka Lu Leng dapat mendengarnya namun
ada beberapa patah kata yang terlewat, Lu Leng yakin bahwa
Hek Sin Kun sedang bercakap-cakap dengan Tam Goat Hua,
karena itu, dia berteriak-teriak memanggil gadis itu.
Akan tetapi karena angin gunung berhembus ke bawah,
maka Tam Goat Hua tidak mendengar suara teriakan Lu Leng.
Kemudian Hek Sin Kun dan Tam Goat Hua meninggalkan
tebing itu, Akhirnya dia berhasil mencari lembah tersebut, dan
langsung masuk ke dalam.
Begitu sampai di dalam, justru mereka terperangkap ke
dalam formasi itu. Padahal Hek Sin Kun pernah mempelajari
formasi tersebut, sebab yang menciptakan formasi itu Mo
Liong Seh Sih, ayahnya.
Akan tetapi, Hek Sin Kun telah lupa cara memecahkannya.
Ketika mendengar suara orang, barulah dia teringat akan
pesan ayahnya, Dia segera berseru memanggil nama kedua
wanita itu, akhirnya dapat keluar dari formasi.
Nyawa Toa Sah dan Ji Sah diselamatkan Mo Liong Seh Sih,
maka mereka berdua menganggapnya bagaikan seorang
dewa, setelah keluar dari formasi, Hek Sin Kun menampar

1474
mereka berdua, namun kedua wanita diam saja, sebab Hek
Sin Kun adalah majikannya juga.
Sementara Toa Sah dan Ji Sah membawa Hek Sin Kun ke
istana melalui goa itu, Keluar dari goa, tak lama sudah berada
di hadapan istana tersebut
Begitu menyaksikan istana itu, Hek Sin Kun menghela
nafas panjang saking takjub akan keindahannya, Dia pun
berkata dalam hati, kalau tahu istana ini sedemikian indah dan
megah, dari dulu dia sudah ke mari, tidak usah menetap di
gunung Thay San.
Hek Sin Kun langsung melesat ke depan. Didorongnya
pintu istana itu sekaligus masuk ke dalam. Ketika berada di
dalam ruang besar itu, dia terbelalak itu bukan karena dia
menyaksikan barang-barang berharga, melainkan karena
melihat Lu Leng sedang duduk bersila di lantai.
Wajah Lu Leng tampak kemerah-merahan dan bercahaya,
Namun keberadaan Hek Sin Kun di situ, dia sama sekali tidak
tahu.
Hek Sin Kun berpengetahuan cukup luas, Ketika
menyaksikan itu, dia sudah tidak sempat berpikir lagi, kenapa
Lu Leng tidak mati, Saat ini, dia tahu bahwa Lu Leng dalam
keadaan genting, karena hawa murninya berusaha menembus
bagian Jin Tok.
Kalau bagian Jin Tok tertembus, Lweekang Lu Leng pasti
bertambah tinggi dan dia pun bukan tandingannya lagi.
Semula Hek Sin Kun tertegun, namun kemudian
membentak keras.

1475
"Bocah! Untung aku tidak terlambat datang!"
Badannya melesat ke depan, sekaligus melancarkan
sebuah pukulan ke arah jalan darah Thian Ling Kay.
ilmu pukulan Hek Sah Ciang amat dahsyat Apa-lagi kini
dilancarkannya dengan sepenuh tenaga. Terdengar suara
menderu-deru mengarah kepada Lu Leng.
Saat ini, hawa murni Lu Leng telah berhasil menembus
bagian Jin, maka berkumpul di bagian jalan darah Bi Li Hiat,
sedang menerjang ke arah bagian Tok.
Jangankan Lu Leng tidak tahu serangan itu, kalaupun tahu
juga sudah tidak bisa menangkis.
Sebab apabila badannya bergerak, hawa murninya tidak
dapat menembus bagian Tok. Dan apabila hawa murni itu
menerjang sembarangan dapat menyebabkan dia menjadi gila
atau tersesat itu betul-betul merupakan saat yang tidak boleh
terganggu.
Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara seruan
kaget dan tampak dua sosok bayangan menerjang ke dalam.
Betapa terkejutnya Hek Sin Kun. Dia langsung menarik
kembali serangannya tadi, kemudian memutar badannya
sekaligus melancarkan serangan itu ke arah dua sosok
bayangan.
Bum! Salah seorang sudah terkena pukulannya, Terdengar
suara jeritan dan tampak badan orang itu terpental bagaikan
layang-layang putus tali. Kini Hek Sin Kun baru melihat jelas,
dua sosok bayangan itu ternyata Toa Sah dan Ji Sah yang
sedang menerjang ke arahnya.

1476
Dapat dibayangkan, betapa gusarnya Hek Sin Kun.
"Kalian berdua mau berontak ya?" bentaknya, Yang
terpental itu adalah Ji Sah. setelah dia roboh, wajahnya
tampak pucat pias dan mulutnya mengeluarkan darah,
pertanda sudah terluka parah.
Toa Sah tertegun, kemudian berteriak-teriak.
"Kau bukan orang baik! Kau bukan orang baik!" Toa Sah
langsung menyerang Hek Sin Kun dengan sengit sekali,
sesungguhnya gampang sekali bagi Hek Sin Kun melukai Toa
Sah.
Tapi dia telah melihat dekorasi ruang besar itu, berikut
barang-barang yang amat berharga, Tentunya masih banyak
barang berharga tersimpan di dalam istana itu, Kalau dia
membunuh Toa Sah dan Ji Sah, bukankah dia tidak tahu
disimpan di mana barang-barang berharga lain?
Oleh karena itu, ketika melihat Toa Sah menyerangnya dia
segera menjulurkan tangannya untuk mencengkeram lengan
Toa Sah.
Walau Toa Sah memiliki tenaga yang amat kuat, namun
tetap tak sebanding dengan Lweekang yang dimiliki Hek Sin
Kun.
Seketika lengan Toa Sah sudah tercengkeram, Toa Sah tak
dapat melepaskannya, maka menjadi gugup sekali dan
berteriak-teriak.
"Kau bukan orang baik, juga bukan majikan kami! Majikan
lama tidak pernah memukul orang, kenapa kau ke mari
langsung memukul orang?"

1477
Hek Sin Kun tertawa dingin sambil mengerahkan
Lweekang, Wajah Toa Sah berubah pucat pias saking
menahan rasa sakit di lengannya.
Hek Sin Kun tertawa dingin lagi,
"Aku tidak sama dengan majikan lama, Kalau kalian tidak
mendengar perintahku, nyawa kalian pasti melayang!"
katanya.
Saat ini Toa Sah menderita sekali, Walau kedua wanita itu
agak ketolol-tololan, namun berhati keras. Setelah Ji Sah
terluka parah, Toa Sah menganggap Hek Sin Kun sebagai
musuh besar.
Begitu Hek Sin Kun usai berkata, Toa Sah langsung
meludah.
"Phui!"
Sepasang tangan Hek Sin Kun mencengkeram lengan Toa
Sah, jarak mereka begitu dekat Lagipula Hek Sin Kun mengira,
bahwa setelah lengannya tercengkeram, Toa Sah pasti akan
menuruti perintahnya. Namun tidak tahunya wanita itu malah
meludahinya, tak ampun lagi segumpal ludah kental melekat
pada pipi Hek Sin Kun.
Betapa gusarnya Hek Sin Kun. Dia langsung melepaskan
cengkeramannya sekaligus menampar Toa Sah dua kali.
Plak! Plak!
Setelah itu, dia pun menotok jalan darah Hu Keng Hiat di
bahu Toa Sah, sehingga wanita itu tak dapat bergerak,

1478
Barulah dia mundur dan lalu menghapus ludah yang di
pipinya.
Sejak berkecimpung dalam rimba persilatan belum pernah
Hek Sin Kun mengalami penghinaan seperti itu, Maka tidak
mengherankan kalau kegusaran menjadi memuncak dan niat
jahatnya pun timbul seketika.
"Benarkah kalian sudah bosan hidup?" katanya dengan
dingin.
Sembari berkata, dia membuka totokan Toa Sah. Sebelum
Toa Sah menyahut, dia sudah mengayunkan tangannya
menghantam Toa Sah. Wanita itu terpental beberapa depa
kemudian roboh terguling di lantai ke arah Ji Sah.
Toa Sah dan Ji Sah saling memeluk sambil menangis,
sedangkan Hek Sin Kun terus tertawa dingin.
Selangkah demi selangkah Hek Sin Kun menghampiri
mereka berdua, Ji Sah memandangnya dan mendadak
berkata.
"Kakak, ketika majikan tua mau pergi, beliau pesan apa
kepada kita? Kalau ada orang jahat ke mari mencelakai kita,
kita harus bagaimana?"
Wajah Toa Sah tampak berseru.
"Majikan tua berpesan, kita harus mengeluarkan "Bola
Emas", pasti bisa menang!" sahutnya.
Apa yang dibicarakan mereka berdua, Hek Sin Kun
mendengarnya namun tidak tahu apa maksud-nya.

1479
Usai berkata begitu, kedua wanita itu merogoh ke dalam
baju masing-masing mengeluarkan sebuah bola sebesar
kepalan berwarna keemas-emasan dan bergemerlapan.
Padahal Hek Sin Kun sedang mendekati mereka.
pengetahuannya juga luas, Namun dia tidak tahu benda apa
yang dikeluarkan oleh kedua wanita itu, Maka dia segera
menghentikan langkahnya dan membentak.
"Kalian berdua masih tidak mau tunduk?"
Toa Sah dan Ji Sah tidak menyahut, melainkan memaksa
diri untuk bangkit berdiri, lalu mengayunkan tangan
melemparkan kedua buah bola itu ke depan kaki Hek Sin Kun.
Cring! Cring! Ke dua buah bola jatuh tepat pada
sasarannya.
Hek Sin Kun bertambah heran, namun bahwa tahu kedua
buah bola itu digunakan untuk menghadapinya, Maka, dia
tidak memandang sebelah mata pun pada Toa Sah dan Ji Sah.
Akan tetapi, Hek Sin Kun tahu jelas akan kepandaian
ayahnya, sedangkan kepandaiannya masih jauh di bawah
ayahnya. Oleh karena itu, dia segera mundur Namun di saat
bersamaan terdengar suara "Plak Plak" dua kati. Ternyata
kedua buah bola itu telah pecah, Dan seketika terdengar pula
suara "Ser Ser" tak henti-hentinya dan tampak jarum-jarum
halus meluncur keluar bagaikan kilat
Toa Sah dan Ji Sah tertawa gembira, Toa Sah yang belum
terluka itu langsung menarik Ji Sah untuk diajak kabur keluar
Walau Hek Sin Kun berkepandaian tinggi namun di saat itu
dia gugup sekali.

1480
Untung sebelumnya dia sudah siap, maka cepat-cepat
mengibaskan kedua belah tangannya dan berhasil juga
menangkis semua jarum halus itu, Tapi sekujur badannya
telah mengucurkan keringat dingin.
Setelah dia berhasil merontokkan semua jarum halus itu,
Toa Sah dan Ji Sah sudah tidak kelihatan.
Sebetulnya Hek Sin Kun ingin mengejar mereka, namun
mendadak teringat akan Lu Leng yang duduk bersila di lantai,
Dia memandang Lu Leng sejenak kemudian tertawa dingin
sambil mendekatinya.
Ketika sampai di hadapan Lu Leng dan siap mengayunkan
tangannya, mendadak Lu Leng mendongakkan kepala dan
membuka matanya. wajahnya tampak berseri otomatis
mereka beradu pandang. Sorot mata Lu Leng membuat Hek
Sin Kun tertegun.
Ternyata sorot mata Lu Leng amat tajam bagaikan
sepasang sembilu menembus ke dalam hatinya.
Begitu tertegun, Hek Sin Kun tahu bahwa dirinya telah
tertambat Kini keadaan genting Lu Leng telah lewat Hawa
murninya berhasil menembus bagian Tok dalam tubuhnya,
maka Lweekangnya bertambah tinggi.
Akan tetapi, Hek Sin Kun masih penasaran Dia langsung
mengerahkan Lweekangnya sekaligus melancarkan pukulan
dengan sepenuh tenaganya ke arah Lu Leng. Tenaga pukulan
itu mengurung badan Lu Leng, Ketika Hek Sin Kun baru
bergirang dalam hati karena pukulan yang dilancarkannya
akan berhasil membinasakan Lu Leng, mendadak dia melihat
Lu Leng dengan tenang menggerakkan sebuah jari
telunjuknya.

1481
Gerakannya tampak begitu tenang dan lamban, namun
ketika jari telunjuknya bergerak, langsung terdengar suara
"Bum" dan serangkum tenaga yang amat dahsyat menangkis
pukulan Hek Sin Kun, sehingga membuat tenaga pukulan Hek
Sin Kun menjadi berbalik!
Hek Sin Kun terhuyung-huyung ke belakang tujuh delapan
langkah. Ternyata dia terkena tenaga pukulannya sendiri yang
berbalik itu, sedangkan Lu Leng bangkit berdiri perlahan-lahan
sambil menepuk-nepuk pakaiannya seraya berkata.
"Hek Sin Kun, selamat bertemu! Di antara kita memang
terdapat hutang-piutang dan harus diperhitungkan sekarang !"
Ketika melihat wajah Lu Leng yang bercahaya-cahaya itu,
Hek Sin Kun segera tahu bahwa kini dirinya bukan lawannya
lagi Maka, dia berniat mengambil langkah seribu.
Ketika melihat Lu Leng mendekatinya, dia langsung
membentak
"Bocah busuk, kau tidak takut mati?"
Lu Leng mengira Hek Sin Kun akan melancarkan serangan,
tidak tahunya malah membalikkan badannya dan langsung
melesat pergi
Lu Leng tertawa "Ha ha" dan segera melesat
mengejarnya. Bahkan dia juga melancarkan serangan
menggunakan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang puncak
Menembus Awan), ke punggung Hek Sin Kun.
Saat ini, jarak mereka kira-kira dua tiga depa. Namun
setelah makan Ling Che tujuh warna, dalam waktu
semalaman, Lweekangnya sudah bertambah tinggi maka ilmu

1482
Kim Kong Sin Ci sudah berbeda t dengan tempo hari
Terdengar suara "Bum Bum" dua kali dan ketika itu pula
badan Hek Sin Kun terpental ke depan,
Harus diakui Hek Sin Kun memang berkepandaian tinggi
Ketika terpental dia justru menggunakan tenaga pentolan itu
untuk melesat ke depan lebih cepat
* * * *
Bab 69
Lu Leng tertawa dan melesat lebih cepat mengejar Hek Sin
Kun. Keluar dari istana, terlihat Hek Sin Kun berlari secepatnya
bagaikan dikejar setan menuruni undakan batu,
justru di saat itulah, tampak tiga orang di bawah undakan
batu itu sedang berlari ke atas.
Lu Leng memandang ke bawah. Salah seorang dari
mereka ternyata Tam Goat Hua, Begitu melihat gadis itu, Lu
Leng segera berhenti
Begitu pula Tam Goat Hua, ketika melihat Lu Leng berada
di atas, dia pun tertegun.
Semua itu tidak terlepas dari mata Hek Sin Kun. Dia
langsung melesat ke arah Tam Goat Hua, Menyaksikan itu, Lu
Leng segera menyadari adanya gelagat ketidakberesan, Maka
dia segera berseru, "Kakak Goat, hati-hatilah! Akan tetapi
sudah terlambat sekonyong-konyong terdengar suara jeritan
dan ketika itu pula badan Tam Goat Hua bergerak
mengeluarkan jurus yang amat aneh.

1483
Namun Hek Sin Kun sudah turun tangan lebih dulu, Maka,
walau Tam Goat Hua berhasil memukul Hek Sin Kun, namun
Hek Sin Kun berhasil pula mencengkeram pinggang gadis itu.
Tam Goat Hua membungkukkan badannya, Di saat itulah
cengkeraman itu berubah menjadi pukulan.
Plak! pinggang Tam Goat Hua terpukul sehingga membuat
gadis itu sempoyongan.
Hek Sin Kun tertawa sambil mencelat ke depan dan
menjulurkan tangannya ke arah kepala gadis itu.
Sedangkan Lu Leng sudah melesat ke sana, tapi tangan
Hek Sin Kun sudah berada di ubun-ubun Tam Goat Hua,
Padahal Lu Leng sudah mau melancarkan Kim Kong Sin Ci.
Namun ketika menyaksikan itu, dia malah tertegun, bahkan
batal melancarkan serangan.
Walau Tam Goat Hua telah dikuasai Hek Sin Kun, namun
gadis itu seakan tidak merasa.
Dia mendongakkan kepala untuk memandang Lu Leng,
Timbullah berbagai perasaan di dalam hatinya, Kemudian dia
menghela nafas panjang sambil menundukkan kepala.
Pandangannya itu, membuat hati Lu Leng terasa pedih
sekali. Dia memanggil Tam Goat Hua dengan suara rendah.
"Kakak Goat...."
Saat ini, Lu Leng justru telah lupa akan keberadaan musuh
besarnya.

1484
Sejak terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im di bawah Cing
Yun Ling, hingga kini mereka berdua baru berjumpa, maka
timbullah berbagai macam perasaan dalam hati masingmasing.
Hek Sin Kun memang licik, Ketika melihat Lu Leng seperti
kehilangan sukma, secara diam-diam dia mengayunkan
tangannya ke dada Lu Leng,
Setelah melancarkan serangan gelap itu, barulah dia
membentak Begitu mendengar suara bentakan itu, Lu Leng
baru sadar akan adanya gelagat yang kurang menguntungkan
Dia segera berkelit namun terlambat Plak!
Pukulan itu telak mengenai jalan darah Hwa Kay Hiat
bagian dada Lu Leng, Hwa Kay Hiat merupakan jalan darah
penting di tubuh orang, Maka begitu terpukul, dada Lu Leng
terasa sakit sekali.
Akan tetapi, Lu Leng justru tidak mengeluarkan suara,
sebaliknya malah Hek Sin Kun yang menjerit sambil
termundur-mundur, sehingga melepaskan Tam Goat Hua.
sedangkan wajah Hek Sin Kun tampak kehijau-hijauan dan
tangan kirinya memegang tangan kanannya.
Pukulan yang dilancarkannya memang tepat mengenai
dada Lu Leng, tentunya membuat Lu Leng terluka parah.
Tapi setelah makan Ling Che tujuh warna, Lwee-kang Lu
Leng bertambah tinggi, lagipula bagian Jin Toknya sudah
tertembus oleh hawa murni sehingga hawa murni di dalam
tubuhnya pun bertambah kuat Maka walau dia tidak sempat
menangkis pukulan itu, tenaga murni di dalam tubuhnya
mampu mengadakan perlawanan, sehingga menyebabkan
tulang lengan kanan Hek Sin Kun patah seketika.

1485
Toa Sah yang berdiri di situ kelihatan gembira sekali,
Wanita itu memang amat membenci Hek Sin Kun, maka
langsung menyerangnya pula,
Walau lengan kanan Hek Sin Kun telah patah, namun
tetap tidak memandang sebelah mata pun terhadap Toa Sah.
Ketika melihat wanita itu menyerang, dia segera
membungkukkan badannya sedikit kemudian mendadak
mengibaskan tangan kirinya ke arah Toa Sah.
Plak!
Toa Sah terpental lalu jatuh terduduk dan tak bisa bangun
lagi
Saat ini Lu Leng telah terluka dalam. Badannya
sempoyongan tapi hanya sebentar, kemudian bisa berdiri
tegak kembali
Sedangkan Tam Goat Hua masih berdiri tertegun di
tempat
"Kakak Goat! Kakak Goat!" panggil Lu Leng sambil maju
selangkah
Begitu mendengar suara panggilan Lu Leng, mendadak
Tam Goat Hua membalikkan badannya lalu melesat pergi
Hati Lu Leng bagaikan tertusuk ribuan duri Dia berdiri
termangu-mangu di tempat, kemudian berseru.
"Kakak Goat! Kakak Goat...." Dia pun berlari ke bawah
mengejar Tam Goat Hua.

1486
Setelah memukul jatuh Toa Sah, Hek Sin Kun melarikan
diri ke bawah. Dia berlari di depan, Tam Goat Hua di tengah,
sedangkan Lu Leng berada di belakang. Mereka bertiga terus
berlari laksana kilat, maka tak lama sudah berada di bawah
undakan batu.
Mengenai kejadian Tam Goat Hua dengan Lu Leng, Hek
Sin Kun masih tidak begitu jelas.
Dia pun tidak tahu bahwa saat ini gadis itu berlari begitu
cepat, tidak lain hanya menghindari Lu Leng, Tapi Hek Sin Kun
menyangka sedang mengejarnya.
Oleh karena itu, mendadak dia membelok ke samping.
Ternyata di situ terdapat semacam lantai yang miring, Dia
langsung menjatuhkan diri lalu merosot ke bawah.
Kini dia hanya ingin melarikan diri, sama sekali tidak
memperhatikan Tam Goat Hua dan Lu Leng, yang sebenarnya
tidak mengejarnya. Sampai di bawah, dia lalu segera
menghilang.
Sementara Tam Goat Hua terus berlari Ketika sampai di
ujung, dia tertegun, karena di saat dia mau merosot ke
bawah, Lu Leng justru telah muncul.
Demi mengejar Tam Goat Hua, Lu Leng sama sekali tidak
menghiraukan luka dalamnya.
Setelah mendekati gadis itu, dia justru terkulai karena
kehabisan tenaga, Kebetulan saat itu Tam Goat Hua baru mau
merosot ke bawah.

1487
Lu Leng cepat-cepat menjulurkan tangannya untuk
memegang kaki Tam Goat Hua erat-erat, kemudian
memanggilnya dengan air mata bercucuran
"Kakak Goat! Kakak Goat...."
Tam Goat Hua tertegun dan secara reflek mengayunkan
kakinya.
Saat ini hati Tam Goat Hua amat kacau, Maka, ketika
mengayunkan kakinya, dia menggunakan tenaga yang amat
besar sehingga membuat tangan Lu Leng yang memeganginya
nyaris terlepas.
Lu Leng cepat-cepat mengerahkan tenaga untuk
mempererat pelukannya, Namun karena itu maka dari mulut
Lu Leng keluar darah segar.
Walau Lu Leng telah makan Ling Che tujuh warna,
sehingga Lweekangnya bertambah tinggi, namun kini dia telah
terluka dalam yang amat parah, bahkan tadi mengerahkan
tenaga, sehingga menyebabkan luka dalamnya bertambah
parah, Lu Leng tidak menghiraukan itu, tetap memeluk kaki
Tam Goat Hua seerat-eratnya.
"Kakak Goat, kau boleh memukul atau membunuhku
Tapi... jangan begitu melihat diriku, langsung pergi"
Air mata Tam Goat Hua mengalir deras.
"Kau... kau... kau... kau...."
Dia hanya dapat mencetuskan itu, tidak dapat
melanjutkan, sesungguhnya Tam Goat Hua juga tiada
perkataan yang harus dicetuskannya, lalu dia harus

1488
mengatakan apa? padahal dia akan menjadi istri Giok Bin Sin
Kun-Tong Hong Pek, namun kenyataannya malah menjadi istri
Lu Leng yang tak resmi. Dia dan Lu Leng memang terjalin
hubungan baik, tapi itu bukan percintaan Yang dicintai Tam
Goat Hua adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.
Gadis itu membungkukkan badannya sedikit untuk
menotok jalan darah Thian Ceh Hiat di bahu Lu Leng,
sehingga bahu Lu Leng terasa berkesemutan. Setelah itu dia
melesat pergi!
Lu Leng berseru sekeras-kerasnya.
"Kakak Goat! Kakak Goat...."
Tam Goat Hua yang melesat pergi, mendadak berjungkir
balik dan dalam sekejap sudah sampai di bawah!
Lu Leng berusaha bangkit berdiri, namun matanya
berkunang-kunang, bahkan bayangan Tam Goat Hua muncul
di depan matanya, Dia menggapai di depan beberapa kali,
kelihatannya ingin menggapai gadis itu, Namun itu hanya
merupakan bayangan khayalan Bagaimana mungkin
tangannya dapat menggapai Tam Goat Hua? Dia maju
beberapa langkah dengan badan sempoyongan Mendadak
matanya menjadi gelap akhirnya dia jatuh pingsan.
Entah berapa lama kemudian barulah Lu Leng siuman
Namun sekujur badannya masih tetap tak bertenaga Dia
membuka matanya dan seketika terkejut, karena
mendapatkan dirinya berada di dalam sebuah kamar yang
amat indah, berbaring di atas sebuah ranjang besar yang
dibikin dari giok.

1489
Di empat sisi ranjang besar itu terdapat mutiara-mutiara
yang memancarkan cahaya.
Lu Leng tertegun dan tidak tahu dirinya berada di mana,
Mendadak hidungnya mencium bau yang amat harum "Dia
segera menoleh dan seketika juga hatinya berdebar-debar.
Ternyata dia melihat seorang gadis berbadan langsing
berdiri di situ membelakangi.
Seketika Lu Leng tidak memikirkan yang lain, Dia hanya
menganggap setelah dirinya pingsan, Tam Goat Hua merasa
tidak tega, maka membawanya ke situ, Kini Tam Goat Hua
berdiri di situ, sudah jelas ingin menjadi istrinya.
Berpikir sampai di sini, Lu Leng gembira, Dia langsung
menjulurkan tangannya untuk memegang bahu gadis itu.
"Sungguh beruntung aku pada hari ini!" katanya,
Mendadak gadis itu membalikkan badannya, wajahnya
tampak kemerah-merahan bagaikan sekuntum bunga yang
baru mekar, bahkan tampak amat gembira pula.
"Lu Siauhiap, jangan begitu!" ujarnya dengan suara
rendah.
Ketika melihat gadis itu membalikkan badannya, seketika
juga Lu Leng tersentak
Ternyata gadis itu bukan Tam Goat Hua, melainkan Toan
Bok Ang.

1490
Betapa malunya Lu Leng, Dia cepat-cepat melepaskan
tangannya dari bahu gadis itu, dan tiba-tiba terdengar suara
"Buk", Ternyata Lu Leng terjatuh dari ranjang.
Dia segera memegang pinggiran ranjang, lalu bangkit
berdiri seraya berkata terputus-putus.
"Aku... aku...."
Wajah Toan Bok Ang bertambah merah, kemudian
memandang Lu Leng.
"Lu Siauhiap, aku yang tidak baik, tidak seharusnya
mengejutkanmu!"
Teringat akan ucapannya tadi dan melihat sikap Toan Bok
Ang, Lu Leng tahu bahwa gadis itu telah salah paham
terhadapnya, Lu Leng tertegun lama sekali, kemudian berkata.
"Nona Toan, kenapa kau berada di sini?"
Toan Bok Ang tampak tersipu.
"Mana aku tahu?"
Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara di luar
pintu, yakni suara Ji Sah.
"Kakak, tadi terdengar suara gedebuk, mungkin ada yang
iseng menendangnya ke bawah ranjang."
"Betul!" sahut Toa Sah.

1491
Kemudian terdengar suara "Krek", kemudian pintu itu
terbuka dan Toa Sah serta Ji Sah masuk ke dalam. Walau luka
Ji Sah belum pulih, namun begitu masuk ke dalam kamar, dia
kelihatan gembira sekali.
"Ha ha! Ternyata Nona kecil yang iseng!" katanya sambil
bertepuk-tepuk tangan,
Ketika melihat ada orang masuk ke dalam, bahkan
mendengar perkataan begitu, Toan Bok Ang betul-betul
merasa malu dan langsung menyambar sehelai kain, lalu
menutup kepalanya.
Toa Sah dan Ji Sah tampak puas, kemudian menunjuk Lu
Leng seraya bertanya. "Lukamu sudah sembuh?"
Kini Lu Leng baru tahu bahwa semua itu adalah ulah
kedua wanita Toa Sah dan Ji Sah.
Sedangkan Toan Bok Ang telah salah paham terhadap Lu
Leng, kalau terus berlanjut, entah apa akibatnya. Semua itu
gara-gara ulah Toa Sah dan Ji Sah. Lu Leng ingin memarahi
mereka, namun sikap mereka berdua tidak tampak berniat
jahat Akhirnya dia menghela nafas panjang dan duduk di
pinggir ranjang seraya menyahut
"Belum begitu sembuh."
Toa Sah tertawa.
"Kalau begitu, kau tetap beristirahat di sini saja, Aku akan
membawa makanan untukmu."

1492
Mereka berdua tertawa lalu meninggalkan kamar itu.
Ketika sampai di pintu, Ji Sah menoleh kebelakang lalu
tersenyum.
"Nona kecil, kau jangan menendang orang ke bawah
ranjang lagi lho!" katanya,
Usai berkata begitu, Ji Sah menutup pintu. Baru lah Toan
Bok Ang melepaskan kain yang menutupi kepalanya lalu
memandang Lu Leng seraya berkata.
"Lu Siauhiap, tempat apa ini? Siapa pula kedua wanita
mentertawakan kita itu?"
Sikap Toan Bok Ang memang kelihatan malu-malu, namun
sesungguhnya hatinya sedang berbunga-bunga.
"Nona Toan, bagaimana kau bisa berada di rumah ini?" Lu
Leng balik bertanya.
Wajah Toan Bok Ang tampak kemerah-merahan lagi.
"Kau menotok jalan darahku di dalam goa di gunung Go Bi
San. Setelah kau pergi, mendadak muncul si Nabi Setan-Seng
Ling dan putranya, mereka berdua memasuki goa itu."
"Hah? Kalau begitu kau.,." ujar Lu Leng,
Berkata sampai di situ, mendadak teringat akan kesalah
pahaman tadi. Kini bagaimana boleh memperlihatkan sikap
menaruh perhatian terhadap gadis itu?
Lagi pula saat ini dia baik-baik saja berada di depan mata,
tentunya tidak dicelakai mereka berdua, maka Lu Leng tidak
melanjutkan ucapannya,

1493
Akan tetapi, walau Lu Leng hanya berkata begitu, wajah
Toan Bok Ang sudah memperlihatkan rasa kebahagiaan dalam
hatinya.
"Aku nyaris mati di tangan mereka, Kebetulan aku
menelan mutiara Kura-Kura Mayat maka sekujur badanku
menjadi dingin tak bisa bergerak Di saat itulah Sou Mia Su
Seng Bou menculikku. Dia... terus mendesakku agar menikah
dengannya, sedangkan aku tak punya tenaga untuk melawan,
Tapi aku menyuruhnya mengobati dulu diriku, setelah itu baru
membicarakan urusan tersebut"
Lu Leng sama sekali tidak menyangka Padahal waktu itu
dia bermaksud baik menotok jalan darah Toan Bok Ang,
kemudian menaruhnya di dalam goa, tapi justru nyaris
mencelakainya.
Sementara Toan Bok Ang terus memandang Lu Leng
dengan penuh cinta kasih, lalu berkata.
"Seng Bou bilang, dia tahu bahwa di gunung Tang Ku Sat
terdapat sebuah sumber air hangat Kalau badan mengidap
racun dingin, berendam di sana pasti sembuh. Maka dia
membawaku ke mari. Aku berendam di dalam air hangat
selama tujuh hari, maka hawa dingin di dalam tubuh lenyap,
bahkan Lweekangku bertambah tinggi Ketika aku akan
bertindak terhadapnya, dia justru bilang telah meracuniku.
Kalau aku tidak menuruti perkataannya aku pasti mati
keracunan."
"Dia sungguh jahat!" kata Lu Leng dengan penuh
kegusaran
"Aku pun mencacinya demikian, dan akhirnya bergebrak
dengannya, Dia tidak bisa melawanku, maka aku

1494
mendesaknya agar mengeluarkan obat penawar. Namun kami
justru memasuki formasi itu sehingga dia mati di dalam
formasi tersebut, sedangkan aku pingsan. Ketika siuman aku
terkejut karena mendapatkan dirimu tidur di sisiku."
Berkata sampai di situ, Toan Bok Ang menundukkan
kepala, namun mencuri melirik Lu Leng.
Setelah mendengar penuturan itu, Lu Leng segera paham
bahwa gadis yang dimaksudkan Toa Sah dan Ji Sah adalah
Toan Bok Ang.
Tentunya di saat Lu Leng jatuh pingsan, kedua wanita itu
pergi menolong Toan Bok Ang mengeluarkan dari formasi.
Kedua wanita itu memang tolol Walau mereka sudah
berusia empat puluhan, namun masih tidak tahu bedanya
wanita dengan lelaki, maka menaruh Lu Leng dan Toan Bok
Ang di dalam satu ranjang.
Berpikir sampai di sini, Lu Leng menghela nafas panjang,
"Nona Toan, pada waktu itu aku pingsan tak sadarkan diri
Kau... kau kok duduk di sini, belum mau bangun?"
Ternyata saat ini, Toan Bok Ang duduk di pinggir ranjang,
maka Lu Leng bertanya demikian kepadanya.
Wajah Toan Bok Ang memerah, kemudian menyahut
dengan wajah cemberut.
"Bagaimana sih kau? Hingga kini sekujur badanku masih
tak bertenaga, maka aku... terpaksa duduk di pinggir ranjang,
Mungkin racun yang ada di dalam tubuhku mulai menjalar"

1495
Lu Leng berpikir Apa yang dikatakan Toan Bok Ang
memang masuk akal, maka dia tidak dapat menyalahkannya.
Di saat Lu Leng sedang berpikir, Toan Bok Ang justru
bertanya dengan wajah kemerah-merahan.
"Lu Siauhiap, tadi.. tadi apa yang kau katakan itu,
apakah... apakah "berdasarkan suara hatimu?"
Lu Leng tertegun, lama sekali baru menyahut.
"Nona Toan, tadi yang kukatakan, justru...." Lu Leng
berpikir sejenak harus bagaimana mengatakannya agar tidak
menyinggung perasaan gadis itu,
Akan tetapi, di saat bersamaan, mendadak terdengar
suara jeritan yang menyayat hati di luar pintu.
Lu Leng mengenali bahwa itu suara jeritan Toa-Sah.
Suara jeritan menyayat hati itu hanya setengah lalu putus.
Hati Lu Leng tersentak Dia sudah tahu bahwa di luar pasti
kedatangan musuh tangguh, dan Toa Sah sudah celaka.
Betapa gugupnya Lu Leng. penjelasan yang akan
dicetuskannya menjadi batal Ketika dia mau berjalan ke pintu
untuk melihat apa yang terjadi sekonyong-konyong terdengar
suara "Blara Blam", seperti suara barang pecah.
Di saat bersamaan, terdengar pula suara Ji Sah terputusputus,
"Kau... kau siapa?"

1496
Menyusul terdengar suara jeritannya dan "Buk" suara
jatuh gedebuk di lantai
Kemudian tidak terdengar suara apa pun lagi Semula Lu
Leng mengira bahwa Hek Sin Kun kembali lagi, Tapi setelah
mendengar Ji Sah bertanya "Kau siapa", pertanda pendatang
itu bukan Hek Sin Kun.
Lagi pula dapat dibayangkan bahwa pendatang itu
berkepandaian amat tinggi Walau kepandaian Toa Sah dan Ji
Sah tidak begitu tinggi namun tenaga mereka berdua amat
kuat pendatang itu dapat membunuh kedua wanita itu dalam
waktu sekejap, membuktikan kepandaiannya amat tinggi
Lu Leng membatalkan niatnya, sebab saat ini lukanya
belum pulih, tentunya sulit baginya mengadakan perlawanan
Kalau dia membuka pintu bukankah sama juga mencari mati?
Di dalam istana itu banyak kamar Lu Leng dan Toan Bok
Ang berada di dalam kamar itu. Belum tentu pendatang itu
dapat menemukan mereka, Maka dia harus segera
mengerahkan hawa murni untuk mengobati lukanya, Tak
sampai satu hari lukanya pasti akan sembuh, setelah itu
barulah pergi melihat siapa pendatang itu.
Setelah mengambil keputusan tersebut, Lu Leng segera
berbisik kepada Toan Bok Ang.
"Nona Toan, entah orang lihay dari mana yang berada di
luar, kau dan aku sama-sama terluka, maka tidak boleh
bersuara menarik perhatiannya."
Toan Bok Ang tahu bahwa keadaan itu amat genting,
maka cepat-cepat mengangguk sambil menahan nafas.

1497
Lu Leng merogoh ke dalam bajunya, Dikeluarkannya Soat
Hun Cu lalu diserahkan kepada Toan Bok Ang.
Wajah Toan Bok Ang tampak berseri
"Lu Siauhiap, ini.... Soat Hun Cu?" tanyanya dengan suara
rendah.
Lu Leng mengangguk.
"Betul. Sekujur badanmu tak bertenaga, sudah pasti
terkena racun Seng Bou. Soat Hun Cu dapat memunahkan
berbagai macam racun. Kalau racun di dalam tubuhmu dapat
dipunahkan memang lebih baik dari pada kita berdua tak
bertenaga melawan musuh."
Toan Bok Ang menerima Soat Hun Cu dengan wajah
menyiratkan rasa haru yang teramat dalam.
"Lu Siauhiap, kau... kau sungguh baik terhadapku !"
katanya.
Lu Leng tertegun. Namun ketika mau mengucapkan
beberapa patah kata untuk menjelaskan mendadak terdengar
suara langkah berat di luar pintu.
Lu Leng segera memberi isyarat agar Toan Bok Ang tidak
bersuara, kemudian mereka berdua langsung menahan nafas.
Ketika suara langkah itu sampai di depan pintu kamar itu,
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandang dengan hati
kebat-kebit.

1498
Selang beberapa saat terdengar suara langkah itu
mengayun pergi, maka Lu Leng dan Toan Bok Ang menarik
nafas lega.
Lu Leng segera duduk bersila sambil memejamkan mata,
mulai menghimpun hawa murninya.
Bagian 33
Toan Bok Ang memandangnya sejenak dengan penuh
cinta kasih, kemudian menyingkap lengan bajunya, Ternyata
di situ terdapat sebuah tanda merah, maka dia segera
menggosok-gosokkan Soat Hun Cu di tanda merah itu.
Sekujur badan Toan Bok Ang tak bertenaga karena
terkena racun dari Seng Bou.
Setelah menggosok beberapa kali, Toan Bok Ang
mengangkat Soat Hun Cu. Tanda merah itu sudah hilang,
sedangkan di dalam Soat Hun Cu tampak urat-urat merah,
tapi sekejap sudah hilang lenyap.
Toan Bok Ang segera duduk bersila sambil memejamkan
mata dan menghimpun hawa murni. Beberapa saat kemudian
dia bangkit berdiri dan wajahnya tampak cerah berseri-seri.
Lu Leng membuka matanya dan memandang Toan Bok
Ang seraya bertanya dengan suara rendah.
"Nona Toan, bagaimana rasanya sekarang? Apakah Nona
masih tetap tidak bertenaga?"
Toan Bok Ang tersenyum.

1499
"Kini aku sudah pulih, Lu Siauhiap, kau sungguh
mempercayaiku, menyerahkan Soat Hun Cu ini padaku,"
ujarnya dengan suara rendah.
Lu Leng melihat, sikap gadis itu amat lembut terhadapnya,
bahkan tatapan matanya penuh diliputi cinta kasih.
Dengan adanya kesalahpahaman tadi, Toan Bok Ang
menganggap Lu Leng telah menjadi miliknya.
Itu membuat pikiran Lu Leng menjadi kacau. Dia ingin
menjelaskan tapi tidak tepat pada waktunya, Lagipula dia
khawatir akan menyinggung perasaan gadis itu. Maka dia
hanya tersenyum getir, tidak tahu apa yang harus dikatakan
Lu Leng pikir, lebih baik menyembuhkan luka dalamnya
dulu, setelah itu batu dibicarakan.
Oleh karena itu, dia memejamkan matanya lagi sambil
mengerahkan hawa murninya, sedangkan Toan Bok Ang terus
memandangnya dengan wajah berseri-seri.
Tapi tak seberapa lama kemudian, suara langkah itu
terdengar lagi. Saat ini Toan Bok Ang masih tidak tahu dirinya
berada di mana. Maka ketika mendengar suara langkah itu dia
tercengang
Dia tidak dapat mengendalikan diri lalu berjalan perlahanlahan
ke arah pintu dan pasang kuping di situ.
Suara langkah yang amat berat di luar itu terdengar
selangkah demi selangkah semakin mendekat dan tak lama
sudah berada di sekitar pintu kamar Gadis itu tak tahan lagi
lalu perlahan-lahan menjulurkan tangannya ingin membuka
pintu sedikit untuk mengintip keluar

1500
Di saat bersamaan, kebetulan Lu Leng membuka matanya,
Ketika melihat Toan Bok Ang menjulurkan tangannya ingin
membuka pintu itu, bukan main terkejutnya.
Kini dia pun mendengar suara langkah itu di sekitar pintu
kamar Kalau dia berseru, pasti terdengar oleh orang yang di
luar
Lu Leng menjadi gugup dan langsung bangkit berdiri
Setelah dia duduk bersila mengerahkan hawa murninya,
luka dalam yang dideritanya mulai sembuh Begitu berdiri, dia
cepat-cepat menubruk ke arah Toan Bok Ang.
Akan tetapi, luka dalam yang diderita Lu Leng memang
parah sekali Ketika menubruk ke arah gadis itu, dia justru
merasa kepalanya berat sekali sedangkan gadis itu memang
sudah siap membuka pintu, ingin mengintip siapa yang berada
di luar Tiba-tiba dia merasa ada angin di belakangnya, maka
segera menoleh ke belakang dan kebetulan Lu Leng sedang
sempoyongan ke arahnya,
Toan Bok Ang tertegun Kemudian tanpa sadar dia
merentangkan sepasang lengannya untuk merangkul Lu Leng
yang hampir jatuh itu,
Lu Leng merasa jengah sekali Wajah langsung memerah
dan dia meronta sambil mundur setengah langkah.
Gadis itu berdiri termangu-mangu di tempat dan ekspresi
wajahnya sulit dilukiskan Begitu pula rasa manis dalam hatinya
sulit diuraikan dengan kata-kata.
Sejak melihat Lu Leng di Cing Yun Ling Go Bi San, Toan
Bok Ang sudah terkesan baik terhadapnya.

1501
Ketika Lu Leng menotok jalan darahnya lalu menaruh nya
di dalam goa, kemudian muncul si Nabi Setan-Seng Ling dan
putranya, sehingga gadis itu nyaris celaka di tangan mereka,
Namun Toan Bok Ang tahu bahwa Lu Leng melakukan itu
demi keselamatan dirinya,
Maka dia tidak menyalahkan Lu Leng, sebaliknya cintanya
terhadap Lu Leng malah mulai bersemi.
Hingga ketika dia pingsan di dalam formasi kemudian
ditolong oleh Toa Sah dan Ji Sah, di saat siuman dia justru
berbaring di sisi Lu Leng dalam satu ranjang.
Ketika itu, hati Toan Bok Ang memang gugup dan merasa
malu, karena menganggap dirinya telah dihina oleh Lu Leng,
Akan tetapi, setelah dia memperhatikan wajah Lu Leng,
ternyata pucat pias dalam keadaan pingsan dan terluka parah.
Toan Bok Ang berusaha tenang, jarak mereka berdua
begitu dekat, maka membuat hati gadis itu berbunga-bunga
dan terasa manis pula,
sepasang matanya yang indah itu terus memandang Lu
Leng, boleh dikatakan tak berkedip sama sekali Semakin lama
memandangi cintanya pun semakin bersemi. Akhirnya dia
merasa malu sendiri dan berupaya bangun berdiri di pinggir
ranjang membelakangi Lu Leng,
Tak lama Lu Leng pun siuman, Ketika melihat punggung
Toan Bok Ang, dia justru mengira gadis itu Tam Goat Hua,
sehingga menebuskan perkataan yang menimbulkan
kesalahpahaman itu.

1502
Ketika mendengar perkataan tersebut Toan Bok V Ang
mengira Lu Leng mencintainya maka rasa girangnya pun
meluap-luap.
Di saat dia ingin membuka pintu kamar untuk mengintip
keluar, mendadak Lu Leng menubruk ke arahnya, itu
membuat hatinya menjadi kacau, Dia tidak sempat berpikir
bahwa Lu Leng bermaksud mencegahnya membuka pintu,
hanya menganggap Lu Leng ingin bermesra-mesraan
dengannya,
Oleh karena itu, setelah Lu Leng mundur setengah
langkah, wajah Toan Bok Ang langsung memerah sambil
menundukkan kepala,
"Lu Siauhiap, lukamu belum pulih, jangan... memikirkan
yang bukan-bukan!" katanya dengan lembut sekali,
Begitu mendengar ucapan itu Lu Leng tertegun setelah
berpikir lama sekali, barulah dia sadar akan maksud gadis itu,
Lu Leng tertawa getir dan membatin Siapa berpikir yang
bukan-bukan? Kau sendiri yang memikirkan yang bukanbukan.
sementara suara langkah itu sudah dekat dengan pintu
kamar tersebut Maka tidak ada kesempatan bagi Lu Leng
untuk memberikan penjelasan kepada Toan Bok Ang, Dia
segera memberi isyarat kepada gadis itu agar tidak membuka
pintu,
Toan Bok Ang tersenyum sekaligus maju mendekatinya
lalu berbisik dengan lirih.

1503
"Lu Siauhiap, aku ingin melihat sebetulnya tempat apa ini.
Boleh kan?"
* * * *
Bab 70
Jarak mereka berdua begitu dekat, maka Lu Leng
mencium hawa harum gadis itu, sehingga nyaris tak dapat
mengendalikan diri, Namun Lu Leng cepat-cepat berusaha
menenangkan hatinya dan setelah hatinya tenang dia berkata,
"Nona Toan, tunggu lukaku sembuh dulu!"
"Kini aku sudah pulih, apakah masih harus takut
menghadapi musuh ?" sahut Toan Bok Ang dengan manja.
Melihat sikapnya begitu angkuh, ingin rasanya Lu Leng
memberi sedikit nasihat, tapi khawatir akan menyinggung
perasaan gadis itu. Setelah berpikir sejenak, dia segera
berbisik
"Keadaan di sini amat aneh, lebih baik jangan membuat
ulah!"
Toan Bok Ang tersenyum.
"Baik, aku tidak akan pergi melihat-lihat," sahutnya.
Melihat senyumannya, Lu Leng dapat menduga bahwa
gadis itu seakan mengatakan "Apa katamu, aku pasti
menurut". itu membuat Lu Leng menghela nafas panjang
dalam hati.

1504
Ketika Lu Leng baru mau duduk bersila, mendadak
terdengar suara "Blam" di luar,
Begitu mendadak suara itu, sehingga amat mengejutkan
Lu Leng dan Toan Bok Ang.
Blam! Blam! Blam! Blam! Terdengar lagi suara yang amat
keras itu beberapa kali,
Kedengaran suara itu seperti suara pukulan menghantam
setiap pintu kamar agar terbuka, Menyusul terdengar lagi
suara "Blam", begitu dekat sepertinya di kamar sebelah.
Air muka Lu Leng dan Toan Bok Ang berubah seketika,
Kemudian mereka berdua cepat-cepat bersembunyi di
belakang ranjang.
Baru saja mereka bersembunyi terdengar lagi suara "Blam"
di pintu kamar itu dan seketika pintu kamar itu roboh.
Lu Leng dan Toan Bok Ang yang bersembunyi di belakang
ranjang dapat melihat jelas ke arah pintu, Ketika pintu itu
roboh, tampak sesosok bayangan tinggi besar berkelebat pergi
Gerakan orang itu amat cepat sehingga Lu Leng dan Toan
Bok Ang tidak dapat melihat wajah orang itu, hanya terlihat
sosok bayangan tinggi besar saja.
Saat ini, mereka berdua meringkuk berdampingan di
belakang ranjang, Toan Bok Ang justru memanfaatkan
kesempatan itu untuk menggenggam tangan Lu Leng eraterat.

1505
Lu Leng ingin pergi, namun khawatir ketahuan oleh orang
yang di luar, Maka dia terpaksa menahan rasa jengah diam di
situ tak berani bergerak sedikit pun.
Tak seberapa lama kemudian mendadak ada serangkum
angin berhembus ke dalam kamar membuat kelambu kamar
itu tersingkap, Di saat itulah tampak sosok bayangan
berkelebat ke dalam kamar itu, yang ternyata orang tadi juga.
Ketika mengetahui orang itu memasuki kamar, teganglah
Lu Leng dan Toan Bok Ang.
Semula Lu Leng ingin mengibaskan tangannya yang
digenggam Toan Bok Ang. Tapi kini saking tegangnya, dia
malah balas menggenggam tangan gadis itu tanpa sadar
Walau tidak melihat jelas wajah orang itu, namun Lu Leng
merasa kenal akan bentuk badannya.
Orang itu berhenti di tengah-tengah kamar, kemudian
berputar ke sana ke mari.
Mulut Lu Leng berkomat-kamit, kelihatannya seperti
sedang berdoa agar orang itu tidak menemukan mereka
berdua di belakang ranjang.
Lu Leng dan Toan Bok Ang bisa melihat orang itu,
tentunya orang itu pun dapat melihat mereka, walau dihalangi
kelambu tipis, Orang itu tampak tertegun, mukanya
menghadap ke arah mereka berdua.
Seketika jantung Lu Leng terasa mau meloncat keluar
saking tegangnya, Akan tetapi, justru sungguh di luar
dugaannya, ternyata mendadak orang itu berkelebat keluar,
lalu berdiri di luar pintu.

1506
Di sisi kaki orang itu terdapat pecahan piring mangkok,
tampak pula Toa Sah dan Ji Sah tergeletak di situ.
Mungkin Toa Sah dan Ji Sah akan mengantar makanan ke
kamar itu, namun di depan pintu dicelakai oleh orang itu.
Tapi... kenapa begitu melihat Lu Leng dan Toan Bok Ang
di belakang ranjang orang itu malah lari keluar?
Di saat Lu Leng tidak habis berpikir, orang itu
mengeluarkan suara dengusan dan tertawa dingin.
Hati Lu Leng tersentak dan di saat itu dia merasakan
badan Toan Bok Ang bergetar.
Mereka berdua saling memandangi seakan bertanya
bagaimana kalau orang itu mendatangi tempat ini?
Seusai tertawa dingin, orang itu pun berkata dingin pula.
"Seh tua! Aku tahu kau agak licik! Di dalam istana iblis ini,
tentunya tidak mungkin tiada seorang pun! Yang bersembunyi
di belakang ranjang, adalah kau atau orang lain, kenapa masih
tidak mau keluar?"
Ketika mendengar suara tawa dingin orang itu, Lu Leng
dan Toan Bok Ang sudah tahu, ternyata orang itu adalah Liat
Hwe Cousu, ketua Hwa San -Pai.
Namun mereka berdua justru tidak mengerti, kenapa Liat
Hwe Cousu mendatangi tempat ini?
"Setelah mendengar perkataan Liat Hwe Cousu, mereka
berdua tambah heran dan bingung.

1507
Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak tahu kalau tempat ini
adalah istana iblis milik Mo Liong Seh Sih. Liat Hwe Cousu
menyebut "Seh tua", tentunya mereka berdua tidak jelas akan
itu.
Namun mereka berdua amat cerdas, ketika menyebut "Seh
tua", Liat Hwe Cousu tampak segan.
Dia berkelebat keluar, sudah pasti juga dikarenakan "Seh
tua tersebut.
Oleh karena itu, Lu Leng terus berpikir, kini Liat Hwe
Cousu sudah tahu tempat persembunyian mereka berdua, tapi
masih tidak tahu siapa yang bersembunyi itu.
Hui Yan Bun dan Hwa San Pai tidak punya hubungan apaapa,
tapi dirinya sendiri dengan Liat Hwe Cousu, justru punya
sedikit dendam kebencian Kalau Liat Hwe Cousu tahu Lu Leng
yang bersembunyi di situ, kemungkinan besar akan mencelakainya,
Maka, karena di dalam kamar itu tidak terdapat orang
luar, maka Lu Leng mengambil keputusan untuk
mengelabuinya
"Ha ha ha!" Lu Leng tertawa dengan suara parau, "Liat
Hwe, ternyata kau masih ingat dalam rimba persilatan
terdapat diriku Seh tua! Kau telah mencelakai kedua
pelayanku, bagaimana tanggung jawabmu?" katanya.
Tentunya Lu Leng tidak tahu siapa itu "Seh tua", namun
dia tahu bahwa orang itu adalah orang aneh yang amat
terkenal, maka ketika mengatakan begitu, memang cocok dan
sesuai dengan diri Mo Liong Seh Sih (Naga iblis Seh Sih).
Badan Liat Hwe Cousu tergetar sedikit, kelihatannya dia
amat terkejut

1508
Justru di saat bersamaan, terdengar suara tawa di
belakang Lu Leng.
Lu Leng menganggap yang tertawa itu adalah Toan Bok
Ang. sungguh keterlaluan gadis itu, di hadapan musuh
tangguh masih tertawa, pikirnya.
Karena itu, Lu Leng menoleh ke belakang, sedangkan
Toan Bok Ang juga memandangnya dengan wajah
tercengang.
Itu membuat Lu Leng tahu, bahwa yang tertawa tadi
bukan gadis itu.
Belakang mereka adalah dinding, Tidak mungkin ada
orang ketiga berada di situ, Kalau begitu, dari mana
munculnya suara tadi? Kalau salah dengar, bagaimana
mungkin kedua-duanya salah dengar?
Lu Leng merasa bahwa urusan semakin ganjil,
Bukan hanya di depan pintu terdapat musuh yang amat
lihay, namun masih terdapat orang tangguh yang tak kelihatan
dan itu amat membahayakan diri mereka berdua.
Setelah tertegun sejenak, mendadak Liat Hwe Cousu
tertawa gelak,
"Ha ha ha! Seh tua, kalau kau masih hidup, kawan lama
menerjang ke mari tanpa sengaja! Kenapa kau harus
bersembunyi di belakang kelambu ?"
Apa boleh buat!" Pikir Lu Leng, sudah kepalang tanggung
menyamar sebagai "Seh tua", harus di lanjutkan.

1509
"Liat Hwe, kini kau sudah berada di depan kamar, kenapa
tidak masuk beristirahat sebentar?"
Seusai Lu Leng berkata begitu, mendadak terdengar suara
tawa lagi di belakangnya, seperti suara tawa geli.
Betapa terkejutnya Lu Leng, Dia langsung menoleh ke
belakang, tapi tetap hanya melihat dinding.
Di saat bersamaan, terdengar Liat Hwe Cousu
mengeluarkan suara "lh" lalu berkata.
"Seh tua, sudah sekian lama kau tidak memunculkan diri
dalam rimba persilatan seharusnya ilmu silatmu bertambah
tinggi, Tapi kenapa suaramu justru seperti suara orang terluka
parah?"
Lu Leng terkejut bukan main. Dia tidak menyangka bahwa
Liat Hwe Cousu begitu lihay. Dapat dikelabui satu kali, tidak
dapat dikelabui dua kali,
Kalau Lu Leng masih berkata lagi, Liat Hwe Cousu pasti
tahu bahwa ada orang lain menyamar sebagai "Seh tua" Dia
tidak berani memasuki kamar itu, sebab masih merasa segan
terhadap "Seh tua" Oleh karena itu, Lu Leng mengambil
keputusan menciptakan kemisteriusan
"Ha ha ha!" Lu Leng cuma tertawa parau, tidak
mengucapkan sepatah kata pun.
Setelah itu, Lu Leng memberi isyarat kepada Toan Bok
Ang, agar gadis itu jangan mengeluarkan suara, sedangkan
dia sendiri mulai menghimpun hawa murni untuk
menyembuhkan luka dalamnya. Kalau bisa cepat sembuh,
mungkin masih dapat menghadapi musuh itu.

1510
Terdengar suara langkah berat di luar pintu kamar dan tak
lama Liat Hwe Cousu berkata.
"Seh tua, aku ke mari tidak berniat jahat. Kalau kedua
pelayanmu itu tidak mendadak menyerangku, lagipula
kepandaian mereka berdua amat rendah, tentunya nyawa
mereka tidak akan melayang."
Berkata sampai di situ, dia maju selangkah ke kamar,
kemudian melanjutkan
"Sudah lama kau hidup menyepi di sini, sudah pasti tidak
berniat keluar Dengar-dengar di dalam gudangmu terdapat
beberapa macam barang pusaka, sungguh sayang sekali
hanya disimpan di dalam gudang, bagaimana kalau aku
pinjam?"
Mendengar ucapan itu, hati Lu Leng tersentak, sebab
tujuannya ke gunung Tang Ku Sat, justru mencari panah Bulu
Api demi menghadapi Liok Ci Khim Mo. Majikan istana iblis
sudah lama tinggal di tempat ini, jangan-jangan dia yang
menemukan ketujuh batang Panah Bulu Api, lalu disimpan di
dalam gudang.
Saat ini, Lu Leng merasa ingin sekali membuka mulut
bertanya kepada Liat Hwe Cousu, berada di mana gudang
tersebut.
Teringat akan ketujuh batang Panah Bulu Api, semangat
Lu Leng terbangun otomatis hawa murninya berputar lebih
cepat di dalam tubuhnya.
Tak seberapa lama, wajahnya sudah mulai tampak
bercahaya dan rasa sakit di dadanya mulai hilang.

1511
Lu Leng tahu bahwa saat ini luka dalamnya telah hampir
pulih, dia segera memandang ke depan, tampak tangan Liat
Hwe Cousu membawa begitu banyak batangan besi, kemudian
ditancap-tancapkan di depan pintu kamar, sepertinya sedang
membentuk semacam formasi.
Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak tahu, Liat Hwe Cousu
sedang berbuat apa di situ,
Berselang beberapa saat, puluhan batang besi sudah
tertancap semua di depan pintu kamar.
sedangkan Lu Leng masih terus menghimpun hawa
murninya dan tak seberapa lama, luka dalamnya sudah pulih.
Lu Leng segera menoleh ke arah Toan Bok Ang. Tampak
sepasang mata Toan Bok Ang yang indah itu, terus menerus
memandang Lu Leng dengan berbinar-binar.
"Kita..." kata Lu Leng sambil tersenyum,
Belum juga Lu Leng usai berkata, sudah terdengar suara
Liat Hwe Cousu.
"Seh tua, kecuali di dalam kamarmu terdapat jalan
rahasia, Kalau tidak, jangan harap kau bisa keluar, sebab aku
sudah membentuk Tu Thian Liat Hwe Tin (Formasi Api Langit)
di luar pintu! Apakah kau ingin mencoba menerjang formasi
yang kubentuk itu?"
Lu Leng melihat Liat Hwe Cousu berdiri di sisi formasi
tampak puas sekali
Kini luka dalam Lu Leng telah pulih, Tentunya dia ingin
mencoba, tetapi Liat Hwe Cousu merupakan tokoh tua yang

1512
amat terkenal. Selama puluhan tahun, belum pernah bertemu
lawan yang setanding, sedangkan dirinya....
Mendadak terdengar suara "Hah" di sisinya, ternyata
badan Toan Bok Ang meluncur ke depan.
Begitu cepat gerakan Toan Bok Ang sehingga tak
terkendali. Maka dia menubruk sebuah meja.
Namun badan gadis itu tetap tidak berhenti, terus
meluncur ke depan.
Betapa terkejutnya Lu Leng menyaksikan itu. Dia pun
langsung melesat ke depan, akhirnya mereka berdua berhenti
di dekat mulut pintu kamar Wajah gadis itu tampak
kebingungan.
Saat ini, mereka berdua berdiri di hadapan Liat Hwe
Cousu. Lu Leng tahu bahwa keadaan saat itu amat genting
dan tiada waktu lagi baginya untuk bertanya kepada Toan Bok
Ang apa sebabnya mendadak dia meluncur ke depan,
Ketika melihat mereka berdua, Liat Hwe Cousu terbelalak.
"Hah? Kalian berdua juga berada di sini?" kata-nya.
Jarak Lu Leng dengan Liat Hwe Cousu hanya beberapa
depa. Walau merasa tegang sekali, namun wajah maupun
sikapnya kelihatan acuh tak acuh.
"Kenapa merasa heran?" tanyanya.
"Di mana Seh tua? Kenapa dia tidak berani memunculkan
diri?" Liat Hwe Cousu balik bertanya,

1513
"Orang tua itu malas bertemumu." sahut Lu Leng sambil
tertawa.
Wajah Liat Hwe Cousu tampak gusar
"Orang tua itu tidak mau diganggu, lebih baik kau pergi
saja!" kata Lu Leng,
Mendadak Liat Hwe Cousu seperti teringat se-suatu,
kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Sungguh licik kau! Ternyata kau yang tadi
menyamar sebagai Seh tua!"
Padahal Lu Leng berkata begitu tadi, maksudnya agar Liat
Hwe Cousu meninggalkan tempat itu.
Namun ketika mendengar Liat Hwe Cousu berkata begitu,
dalam hatinya terasa dingin dan dia segera memandang Toan
Bok Ang.
"Nona Toan, kau mundurlah!" katanya, "Lu Siauhiap,
tadi.,." sahut gadis itu. Sebelum Toan Bok Ang usai berkata,
Liat Hwe Cousu sudah tertawa lagi memutuskan ucapan gadis
itu.
"Ha ha ha! Bagus! Hari itu Giok Bin Sin Kun yang sialan itu
berhasil menyelamatkanmu! Kini aku ingin tahu bagaimana
cara kau meloloskan diri!"
Liat Hwe Cousu bergerak menerjang ke arah Lu Leng,
Begitu melihat badan Liat Hwe Cousu bergerak Lu Leng segera
siap dan langsung menggerakkan tangannya mengeluarkan
jurus Sam Hoan Toh Goat (Tiga Lingkaran Mengelilingi BuIan).

1514
Saat ini luka dalam Lu Leng memang sudah pulih, maka
betapa dahsyatnya jurus tersebut Kemudian terdengar suara
"Bum Bum Bum" tiga kali.
Liat Hwe Cousu tertegun dan langsung melancarkan
sebuah pukulan, Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya angin
pukulan Liat Hwe Cousu.
Lu Leng terkejut dan mengakui bahwa Liat Hwe Cousu
tidak bernama kosong, Kalau keras lawan keras, sudah jelas
Lu Leng bukan lawannya, Maka, dia cepat-cepat berkelit ke
samping menghindari serangan itu. Namun kemudian tangan
kanannya bergerak, jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari
Mengejutkan Langit) dikeluarkan untuk balas menyerang.
Di saat Lu Leng mengeluarkan jurus tersebut, terdengar
suara seruan kaget Toan Bok Ang dan badannya mencelat ke
belakang,
Saat ini Lu Leng sedang berhadapan dengan tokoh tua
yang amat lihay, maka perhatian Lu Leng tidak boleh pecah.
Maka, ketika mendengar suara jeritan Toan Bok Ang, dia
hanya melirik sekilas saja, Ternyata gadis itu tersambar oleh
angin pukulan Liat Hwe Cousu, sehingga membuat badannya
mencelat ke belakang.
Lu Leng balas menyerang dengan jurus It Ci Keng Thian,
Di saat bersamaan, Liat Hwe Cousu o pun sudah melancarkan
pukulan-pukulan kedua, pukulan tersebut lebih hebat dari
pukulan yang pertama, Angin jari telunjuk Lu Leng dan angin
pukulannya beradu dan seketika terdengar suara benturan
yang amat dahsyat
Bum!

1515
Badan mereka tampak bergoyang. Lu Leng berusaha
berdiri tegak namun tidak berhasil, maka terdengar suara
"Ser" ternyata dia mundur selangkah.
Walau Liat Hwe Cousu tidak tergempur mundur oleh angin
jari telunjuk Lu Leng, tapi badannya bergoyang-goyang tiga
kali, itu boleh dikatakan merupakan suatu kejadian yang tidak
pernah terjadi selama dua puluh tahun ini. Maka tidak
mengherankan kalau wajahnya tampak tercengang.
Bahwa Lu Leng memiliki ilmu Kim Kong Sin Ci, Liat Hwe
Cousu sudah mengetahuinya sejak di Cing Yun Ling Go Bi San.
Ketika itu Lu Leng melukai si Nabi Setan-Seng Ling dengan
satu jari telunjuknya.
Akan tetapi Liat Hwe Cousu juga tahu, walau ilmu Kim
Kong Sin Ci amat lihay, namun Lweekang Lu Leng masih
dangkal Maka Lu Leng sudah pasti tidak dapat melukainya,
Oleh karena itu, dia menggunakan pukulannya untuk
menggempur balik tenaga jari telunjuk Lu Leng, agar Lu Leng
terluka oleh tenaganya sendiri
Akan tetapi, ketika dia melancarkan pukulan kedua,
ternyata tidak mampu menggempur balik tenaga Kim Kong Sin
Ci, bahkan sebaliknya tenaga pukulannya nyaris tergempur
balik.
Betapa terkejutnya Liat Hwe Cousu, Dia segera
mengerahkan Lweekangnya hingga delapan bagian, barulah
dapat menggempur Lu Leng mundur selangkah tapi badannya
pun bergoyang-goyang sampai tiga kali
Kalau dinilai dari Lweekang, tentunya Lu Leng tidak bisa
dibandingkan dengan Liat Hwe Cousu, Namun setelah Lu Leng

1516
makan Ling Che tujuh warna, Lweekangnya telah bertambah
maju,
Lagipula Kim Kong Sin Ci yang dilatih Lu Leng, merupakan
ilmu yang teramat tinggi tingkatnya, maka mampu membuat
badan Liat Hwe Cousu bergoyang-goyang tiga kali
Ketika menyaksikan Lweekang Lu Leng begitu hebat, Liat
Hwe Cousu justru tidak mengerti sehingga membuatnya tidak
berani melancarkan serangan lagi
Lu Leng menarik nafas lega, lalu menoleh ke arah Toan
Bok Ang.
Seketika dia terbelalak karena di dalam kamar itu tidak
tampak bayangan gadis tersebut
Tadi Toan Bok Ang masih di dalam kamar, itu memang
nyata sekali sedangkan Lu Leng berada dekat mulut pintu
kamar, Kalau Toan Bok Ang pergi tentunya harus melalui pintu
kamar itu. Lagipula tidak mungkin Lu Leng tidak melihatnya,
seandainya gadis itu terluka oleh angin pukulan Liat Hwe
Cousu, juga harus berada di dalam kamar, Akan tetapi, kini
justru tiada bayangannya sama sekali.
Lu Leng tertegun Dia mendongakkan kepala untuk
memandang Liat Hwe Cousu, sedangkan Liat Hwe Cousu
berada di hadapannya Kalau tadi Toan Bok Ang pergi lewat di
sisinya, sudah pasti Liat Hwe Cousu melihatnya.
Ketika Lu Leng memandangya, wajah Liat Hwe Cousu
tampak penuh keheranan

1517
Ekspresi wajahnya itu, pertanda dia pun tidak tahu Toan
Bok Ang pergi ke mana, sedangkan di dalam kamar itu tidak
terdapat jalan lain,
Lu Leng segera teringat ketika tadi dirinya menyamar
sebagai "Seh tua", Ketika dia berkata kepada Liat Hwe Cousu,
telinganya mendengar suara tawa orang dua kali. Lagipula
ketika Toan Bok Ang menerjang ke depan, sikapnya sungguh
aneh sekali, dan kelihatannya gadis itu ingin mengatakan
sesuatu kepadanya,
Kini Lu Leng merasa tempat itu semakin ganjil, Dia
mundur selangkah. sementara Liat Hwe Cousu terheranheran,
ketika melihat Toan Bok Ang kehilangan jejak.
Lama sekali Liat Hwe Cousu tertegun Setelah melihat tiada
gejala apa pun, dia teringat akan kejadian tempo hari,
Kemunculan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyelamatkan
Lu Leng dan Tam Goat Hua, bahkan sekaligus
mempermainkannya pula, Teringat akan kejadian itu,
kegusarannya menjadi memuncak, wajahnya langsung
berubah, kemudian dia tertawa dingin.
"Bocah, kepandaianmu sungguh maju pesat sekali !"
Sembari berkata, sepasang matanya menyorot tajam ke
arah Lu Leng, sedangkan Lu Leng memang berdiri berhadapan
dengannya, Sudah barang tentu mereka beradu pandang
ketika menyaksikan sorotan yang begitu tajam, Lu Leng
tertegun.
Setelah itu, dia merasa hatinya mulai kacau dan merasa
ada sesuatu kekuatan yang amat dahsyat menerjang ke arah
nya.

1518
Lu Leng terkejut bukan main dan seketika dia teringat
akan ilmu Hian Sin Tay Hoat yang dimiliki Liat Hwe Cousu,
Bagaimana boleh beradu pandang dengannya?
Untung saat ini Lweekangnya sudah tinggi. Begitu merasa
tidak beres, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah
lain.
Di saat bersamaan, Liat Hwe Cousu justru telah maju dua
langkah, Kelima jari tangannya bagaikan cakar, menyerang
bagaikan kilat dan tidak menimbulkan suara ke arah dada Lu
Leng.
Saat ini, Lu Leng sedang berusaha mengalihkan
pandangannya, agar tidak terpengaruh ilmu Hian Sin Tay
Hoat, maka sama sekali tidak memperhatikan serangan
tersebut.
Di saat serangan itu hampir mengenai dadanya, mendadak
terdengar suara tawa nyaring di luar pintu, kemudian
terdengar pula suara teguran.
"Liat Hwe Cousu, kenapa kau begitu tak tahu malu,
menyerang orang secara diam-diam?"
Suara teguran itu amat nyaring dan merdu, bagaikan
kicauan burung di pagi hari, membuat Liat Hwe Cousu
menjadi tertegun.
Padahal dia amat angkuh, Terhadap orang yang
dianggapnya tidak sederajat dengan dirinya, dia pasti tidak
akan turun tangan, Namun semua itu hanya di hadapan
orang. sedangkan kini di dalam kamar itu tiada orang lain,
maka dia menggunakan ilmu Hian Sin Tay Hoat untuk

1519
mempengaruhi Lu Leng, kemudian menyerangnya secara
diam-diam.
Itu termasuk serangan secara tidak terang-terangan. Kalau
tersiar keluar, namanya pasti rusak dan akan dijadikan bahan
pembicaraan kaum Bulim.
Oleh karena itu, ketika mendengar suara teguran di
belakangnya, dia menjadi tertegun. sedangkan Lu Leng sudah
berkelit ke samping.
Lu Leng dan Liat Hwe Cousu sama-sama menoleh ke arah
suara itu, ternyata Toan Bok Ang.
Bagaimana cara dia keluar dari kamar itu, memang
sungguh membingungkan! Kini wajahnya tampak berseri-seri,
bahkan berdiri di atas sebatang besi yang ditancapkan Liat
Hwe Cousu tadi, matanya terus memandang ketua Hwa San
Pai itu.
Wajah Liat Hwe Cousu merah padam
"Omong kosong!" bentaknya,
Toan Bok Ang tertawa.
"Hi hi! Liat Hwe Cousu, kau tidak usah menyangkal lagi,
tadi aku melihat dengan jelas sekali! Kau menggunakan ilmu
Hian Sin Tay Hoat, lalu melancarkan serangan secara diamdiam!
Tentang itu, kalau terdengar oleh kaum rimba persilatan
mereka tentu akan mentertawakanmu!"
Wajah Liat Hwe Cousu berubah ungu.

1520
"Kau pun tidak bisa keluar dari sini!" ujarnya dengan
dingin.
Toan Bok Ang tertawa lagi dan memandang Liat Hwe
Cousu,
"Tahukah Liat Hwe Cousu, tempat apakah ini?"
Liat Hwe Cousu mendengus,
"Hm! Kalau tidak tahu, bagaimana aku berani masuk?"
"Tidak salah! Maka Liat Hwe Cousu harus tahu diri, jangan
macam-macam di sini!" kata Toan Bok Ang.
Mendengar ucapan itu, Lu Leng menjadi terperangah.
Karena kedengarannya, setelah dia menghilang secara
misterius tadi, dan kini muncul mendadak, kelihatannya telah
mengalami sesuatu, maka tahu tempat apa ini.
Liat Hwe Cousu tertawa dingin
"Gadis liar! Ajalmu telah tiba, apakah masih punya
dekingan?"
Toan Bok Ang tertawa, lalu melayang turun dari batang
besi yang diinjaknya tadi, Gadis itu sama sekali tidak
menghiraukan apa yang diucapkan Liat Hwe Cousu, sebaliknya
malah bergumam.
"Apa ini Tu Thian Liat Hwe Tin? Sama juga tahi anjing
yang amat bau!"

1521
Apa yang dikatakan Toan Bok Ang barusan, merupakan
suatu sindiran yang amat menggelikan sebab Tu Thian Liat
Hwe Tin yang amat lihay itu disamakan dengan tahi anjing, itu
sungguh merupakan suatu penghinaan bagi Liat Hwe Cousu.
Sejak Liat Hwe Cousu mulai terkenal dalam rimba persilatan
tidak pernah mengalami penghinaan seperti itu.
Akan tetapi, Liat Hwe Cousu memang licik.
Ketika melihat sikap Toan Bok Ang yang tidak takut akan
formasi itu, dia menduga pasti ada apa-apanya.
Liat Hwe Cousu tidak takut terhadap siapa pun, hanya
merasa segan terhadap Mo Liong Seh Sih.
Namun sudah sekian lama Mo Liong Seh Sih tidak pernah
memunculkan diri dalam rimba persilatan mati atau masih
hidup tiada seorang pun mengetahuinya, sedangkan Liat Hwe
Cousu memang tidak sengaja memasuki istana iblis tersebut
Dia berhasil menerobos keluar dari formasi yang di mulut
lembah, itu dikarenakan Toa Sah dan Ji Sah telah menolong
Hek Sin Kun, kemudian menolong Tam Goat Hua dan Toan
Bok Ang, maka beberapa bagian yang amat penting telah
dirusak mereka, sehingga Liat Hwe Cousu dapat menerobos
keluar.
Setelah menerobos keluar, dia sudah tahu bahwa formasi
itu dibuat oleh Mo Liong Seh Sih.
Ketika melihat Lu Leng dan Toan Bok Ang berada di situ
dia terheran-heran dan tidak habis pikir.
Oleh karena itu, dia menekan hawa kegusarannya lalu
berkata dengan dingin.

1522
Tidak salah. itu memang formasi Tu Thian Liat Hwe Tin.
Kau yakin dapat menerobosnya?"
Liat Hwe Cousu membentuk formasi itu di depan pintu
kamar, khususnya untuk menghadapi Mo Liong Seh Sih.
Karena tadi Lu Leng dengan suara parau menyamar
sebagai Mo Liong Seh Sih, Liat Hwe Cousu tidak tahu yang
berkata itu asli Mo Liong Seh Sih atau bukan, Maka, dia
langsung membentuk formasi tersebut yang merupakan
formasi rahasia Hwa San Pai, aslinya adalah Cap Ji Tu Thian
Liat Hwe Tin. Siapa yang memasuki formasi tersebut pasti sulit
keluar lagi,
Liat Hwe Cousu ingin mengurung Mo Liong Seh Sih di
dalam formasi itu, Maka, dapat dibayangkan betapa lihaynya
formasi tersebut Oleh karena itu, Liat Hwe Cousu yakin bahwa
Toan Bok Ang tidak akan berani memasuki formasi itu,
Akan tetapi, justru sungguh di luar dugaannya, Toan Bok
Ang malah tertawa cekikikan.
"Hi hi hi! Formasi tahi anjing Liat Hwe Tin ini, dapat
mengurung diriku?"
Usai berkata begitu, Toan Bok Ang memasuki formasi itu.
seketika juga air muka Liat Hwe Cousu berubah dan
terperangah.
Sebab Cap Ji Tu Thian Liat Hwe Tin berjumlah dua belas
pintu, hanya ada satu pintu hidup, sebelas pintu lain
merupakan pintu mati, Apabila salah melangkah, jangan harap
bisa hidup lagi.

1523
Namun kini, Toan Bok Ang justru memasuki pintu hidup,
tentunya membuat Liat Hwe Cousu terheran-heran.
Setelah memasuki formasi itu, Toan Bok Ang tampak
berlari ke sana ke mari, bahkan kadang-kadang maju dan
mundur, kelihatannya seperti terkurung di dalam formasi
tersebut Tapi kalau dilihat secara cermat, justru langkah Toan
Bok Ang amat teratur.
Sementara Lu Leng terus memperhatikan wajah Liat Hwe
Cousu yang kian lama kian bertambah tak sedap dipandang.
Tak sampai seperminuman teh, Toan Bok Ang tertawa lalu
badannya berkelebat keluar dari formasi itu dan tahu-tahu dia
sudah berdiri di mulut pintu kamar tersebut.
* * * *
Bab 71
Toan Bok Ang tertawa merdu dan memandang Liat Hwe
Cousu.
"Bagaimana?" tanyanya,
Ketika Toan Bok Ang muncul di situ, Lu Leng melihat
wajah Liat Hwe Cousu berubah hebat.
Dia terkejut menyaksikan perubahan wajah Liat Hwe
Cousu, sebab perubahan wajah itu menandakan niat tidak
baik.
"Hati-hati!" serunya.

1524
Dia maju selangkah sambil mengeluarkan jurus Cap Bin Li
Cing (Menggati sepuluh Arah), mengerahkan tujuh bagian
tenaga dan langsung menyerang Liat Hwe Cousu.
Akan tetap i, di saat itu mendadak Liat Hwe Cousu bersiul
aneh dan sepasang telapak tangannya diarahkan pada Toan
Bok Ang.
Betapa dahsyatnya Lweekang Liat Hwe Cousu, Temyata
dia telah menyerang Toan Bok Ang dengan sepenuh tenaga,
sehingga sekujur badan gadis itu terkurung oleh tenaga yang
amat dahsyat itu.
Menyaksikan kejadian itu hati Lu Leng terasa dingin sekali.
Karena dia tahu, walau jurusnya itu dapat melukai Liat
Hwe Cousu, namun Toan Bok Ang pasti mati terserang
pukulan Liat Hwe Cousu,
Walau Lu Leng tidak akan menerima cinta gadis itu, tapi di
mata Lu Leng Toan Bok Ang merupakan gadis yang baik dan
lemah lembut Bagaimana mungkin Lu Leng menyiarkannya
mati?
Lu Leng pun tahu, mau menyelamatkan Toan Bok Ang di
bawah pukulan Liat Hwe Cousu, itu merupakan hal yang tak
mungkin, Namun melihat keadaan Toan Bok Ang dalam
bahaya, dia sama sekali tidak memikirkan hal lain lagi,
Mendadak dia membentak sambil melesat ke depan
dengan jurus tak berubah, menerjang ke arah Liat Hwe
Cousu.

1525
Tujuan Lu Leng dengan jurus tersebut membuyarkan
tenaga pukulan Liat Hwe Cousu, agar Toan Bok Ang dapat
menyelamatkan diri,
Tapi bagaimana dirinya? Apakah akan terluka oleh pukulan
Liat Hwe Cousu? Dia sama sekali tidak memikirkan itu.
Akan tetapi, di saat dia menerjang, tiba-tiba terdengar
suara seruan Toan Bok Ang yang amat merdu.
"Lu Siauhiap, jangan menempuh bahaya!"
Lu Leng tertegun, namun masih sempat memandang Toan
Bok Ang. Tampak wajah gadis itu berseri, seakan tiada urusan
apa-apa.
Seketika juga Lu Leng batal menyerang Liat Hwe Cousu,
karena dia melihat Toan Bok Ang menggerakkan sepasang
lengannya. Terdengar suara "Cring Cring" yang amat nyaring
dua kali kemudian tampak cahaya yang menyilaukan mata
mengarah pukulan Liat Hwe Cousu,
Kejadian itu sungguh cepat, namun Lu Leng dapat
menduga, tadi Toan Bok Ang hilang mendadak, pasti bertemu
orang berilmu tinggi dan memperoleh petunjuknya.
Lu Leng menarik nafas lega, Namun jaraknya dengan Liat
Hwe Cousu hanya satu depa lebih.
Walau Lu Leng batal menyerang Liat Hwe Cousu, tapi
angin jari telunjuknya tetap mengarah punggung Liat Hwe
Cousu, maka Liat Hwe Cousu diserang dari depan belakang,
itu merupakan perubahan yang mendadak, sehingga Liat Hwe
Cousu tidak dapat berkelit.

1526
Akan tetapi, Liat Hwe Cousu yang sudah terkenal puluhan
tahun, tentunya memiliki kepandaian yang luar biasa,
Terutama di saat itu, dia sudah mengenali benda apa yang
menyerangnya.
Kalaupun tiada angin serangan Lu Leng dari belakang, Liat
Hwe Cousu juga tidak berani menyambut benda yang
berkilau-kilauan itu, sepasang telapak tangan yang diarahkan
pada Toan Bok Ang, mendadak diturunkan mengarah ke lantai
Terdengar suara "Bum Bum" dua kali dan seketika lantai
yang terbuat dari batu pualam hancur berkeping-keping.
Dengan tenaga itu maka badan Liat Hwe Cousu mencelat ke
atas secara mendadak, Sudah barang tentu dia berhasil
berkelit menghindari angin serangan Lu Leng dan kedua
benda bercahaya itu, Lu Leng dan Toan Bok Ang terperangah,
karena kejadian itu sungguh di luar dugaan mereka,
Justru terjadi perubahan yang amat mengejutkan jurus
Cap Bin Li Cing (Menggali Sepuluh Arah) yang dilancarkan Lu
Leng langsung mengarah pada Toan Bok Ang, sedangkan
kedua benda bercahaya meluncur ke arah Lu Leng.
Seketika mereka berdua terkejut bukan main, Entah harus
bagaimana baiknya, sebab serangan mereka sudah tidak bisa
ditarik kembali.
Di saat mereka berdua akan saling melukai, mendadak
terdengar suara "Ser Ser Ser" tiga kali,
Seketika Lu Leng merasa jalan darahnya yang di bagian
pinggang berkesemutan, sehingga tenaganya menjadi hilang
lenyap, maka jurus Cap Bin Li Cing yang dilancarkannya tadi
sudah tidak mengandung tenaga Kim Kong Sin Ci.

1527
Betapa girangnya Lu Leng, namun tetap terbelalak
menyaksikan kedua benda bercahaya mengarah kepadanya
Mendadak terdengr suara Ting Ting" dua kali. Kedua benda itu
sudah berada di depan matanya, Benda-benda itu
menyilaukan sehingga nyaris membuat matanya tak dapat
dibuka,
Namun mendadak kedua benda bercahaya itu berputar
dan meluncur ke atas,
Terdengar suara "Plak Plak" dua kali, kemudian disusul
suara geraman Liat Hwe Cousu.
Lu Leng dan Toan Bok Ang mendongakkan kepala, Mereka
berdua tampak terkejut tapi juga tertawa geli.
Ternyata Liat Hwe Cousu mencelat ke atas, tadi
maksudnya ingin menjebol langit-langit dan atap untuk keluar,
setelah itu barulah bertindak lagi.
Akan tetapi, di saat itu pula kedua benda bercahaya itu
meluncur laksana kilat ke arahnya, sehingga dia harus
berjungkir balik untuk menghindar Namun dia terlambat,
hingga salah satu benda itu menembus jubahnya dan terus
menancap di langit-langit, maka Liat Hwe Cousu bergantung di
situ.
Kini tentunya Lu Leng tahu bahwa ada seseorang yang
berilmu amat tinggi telah menyelamatkan mereka berdua,
Sebab kalau tidak, mereka berdua pasti sudah terluka parah.
Ketika melihat Liat Hwe Cousu bergantung di langit-langit,
Lu Leng dan Toan Bok Ang tertawa geli, kemudian Toan Bok
Ang membentak Terdengar suara "Ser Ser", kedua benda
bercahaya sudah kembali ke tangan gadis itu.

1528
Liat Hwe Cousu melayang turun, wajahnya menghijau
sambil tertawa dingin, lalu menggeram,
“Seh tua, kau masih tidak mau keluar?"
Toan Bok Ang tertawa,
"Liat Hwe Cousu, melawan kami berdua saja kau tidak
sanggup, kenapa masih berteriak-teriak memanggil orang
lain?"
Jubah Liat Hwe Cousu bergerak-gerak, pertanda dia sudah
marah besar
Toan Bok Ang tertawa lagi.
"Hi hi! Liat Hwe Cousu, tadi keadaanmu sungguh sedap
dipandang, persis seperti kura-kura bergantung di langitlangit,
mau naik susah, mau turun tidak bisa!"
Kali ini Liat Hwe Cousu sungguh marah besar, bahkan Lu
Leng pun merasa Toan Bok Ang agak keterlaluan
Liat Hwe Cousu menggeram keras dan langsung
menjulurkan kelima jari tangannya ke arah dada Toan Bok
Ang.
Gadis itu memang sudah siap, karena tahu Liat Hwe Cousu
pasti marah besar disindir seperti itu. Maka dia segera
mengerahkan Ginkang untuk berkelit ke samping, Gin kang
Hui Yan Bun memang amat terkenal dalam rimba persilatan
Maka, begitu bergerak, Toan Bok Ang langsung menghilang
dari hadapan Liat Hwe Cousu, sehingga cengkeraman Liat
Hwe Cousu membentur tempat kosong,

1529
Namun Liat Hwe Cousu segera membalikkan tangannya ke
arah gadis yang telah berkelit itu, Kali ini Liat Hwe Cousu
menggunakan tenaga yang amat dahsyat Badan Toan Bok
Ang termundur-mundur tersambar angin pukulan itu, dan
nyaris roboh seketika.
Betapa terkejutnya Toan Bok Ang. Dia langsung
menggerakkan tangannya dan seketika tampak dua benda
bercahaya meluncur ke arah Liat Hwe Cousu,
Akan tetapi, saat ini Liat Hwe Cousu telah siap, Dia
menggeram lagi sambil mencengkeram kedua benda
bercahaya itu, sekaligus menyentak sehingga Toan Bok Ang
tersentak ke arahnya,
Liat Hwe Cousu pun mengangkat sebelah tangannya,
Kelihatannya dia sudah siap menghantam ubun-ubun gadis
itu.
Betapa terkejutnya Lu Leng menyaksikan itu, Dia ingin
melancarkan Kira Kong Sin Ci untuk menyelamatkan Toan Bok
Ang, tapi sudah terlambat
Di saat itulah mendadak terdengar suara tawa "Ha ha"
kemudian entah dari mana munculnya, tahu-tahu di dalam
kamar itu sudah bertambah seorang.
Orang itu berbadan tinggi besar. Liat Hwe Cousu yang
tergolong tinggi besar, masih lebih pendek sedikit dari orang
itu,
Kemunculan orang itu begitu mendadak, maka membuat
Liat Hwe Cousu tertegun Tangannya yang telah diangkat siap
menghantam ubun-ubun Toan Bok Ang berhenti seketika,

1530
Di saat tangan Liat Hwe Cousu berhenti, orang tersebut
sudah berada di hadapannya.
Lu Leng hanya melihat punggung orang itu. Tampak orang
itu menjulurkan tangannya ke arah tangan Liat Hwe Cousu
yang terangkat itu.
Kelihatannya dia seperti ingin menangkis tangan Liat Hwe
Cousu agar tidak menghantam ubun-ubun Toan Bok Ang.
Gerakan orang itu seperti gerakan anak kecil bermain silatsilatan,
Padahal yang dihadapinya adalah Liat Hwe Cousu yang
amat terkenal. Maka, Lu Leng terperangah menyaksikannya.
Mendadak kedua jari tangan Liat Hwe Cousu bergerak ke
arah muka orang tersebut itu adalah jurus Siang Liong Cioh Cu
(Sepasang Naga Merebut Mutiara), Ternyata Liat Hwe Cousu
ingin menyerang sepasang mata orang itu,
Sementara Toan Bok Ang terpaksa harus melepaskan
senjata anehnya. Kemudian dengan wajah kehijau-hijauan dia
mendekati Lu Leng dan berdiri di sampingnya
Sedangkan perhatian Lu Leng sedang terpusat pada
orangtua yang baru muncul ini.
"Ha ha!" Orang itu tertawa.
Badannya dibungkukkan sedikit lalu dengan kepalanya dia
menyundul dada Liat Hwe Cousu, Gerakannya sama sekali
bukan merupakan jurus apa pun, melainkan seperti
perkelahian anak kecil.
Akan tetapi, jurus yang tidak karuan itu justru amat tepat
digunakan di saat itu, sebab tangan Liat Hwe Cousu berada di

1531
atas, sedangkan badan orangtua itu berada di bawah karena
membungkuk maka jurus Siang Liong Cioh Cu (Sepasang
Naga Merebut Mutiara) yang dilancarkan Liat Hwe Cousu jatuh
di tempat kosong, Malah dia pun tidak menyangka akan
datangnya jurus yang tidak karuan itu, maka dia tidak
berjaga-jaga.
Liat Hwe Cousu tertegun, namun dia masih sempat
berkelit ke samping, sekaligus mengeluarkan jurus Pou Ti
Seng Sin (Kapak Membelah Kayu), Tangannya menghantam
dari atas ke bawah.
Orang tua itu tertawa lagi, kemudian mendadak mencelat
ke belakang dan memandang Liat Hwe Cousu.
"Liat Hwe Cousu, kenapa adatmu masih sebakul? Kenapa
harus begitu ?"
Kini Lu Leng baru melihat jelas orangtua itu.
"Hm! Seh tua, jangan banyak omong!" kata Liat Hwe
Cousu.
Sementara Lu Leng memperhatikan orang yang baru
muncul itu, Orang itu mengenakan jubah dari bahan kain
kasar, yang panjangnya cuma sampai di lutut Kakinya tanpa
alas, sepuluh jarinya berkuku amat panjang, rambutnya putih
keperak-perakan, muka merah dan sepasang matanya
menyorot tajam sekali.
Liat Hwe Cousu memelototi orang tua itu, kemudian
mengibaskan tangannya seraya berkata.

1532
"Seh tua! senjatamu Sian Tian Sin So (Bola Sakti Kilat)
yang menggemparkan rimba persilatan di masa lalu, sudah
berada di tanganku! Kau masih berani sok di hadapanku?"
Orangtua itu tertawa.
"Ha ha! Liat Hwe Tua, jangan menempelkan emas pada
wajah sendiri! Senjata Sian Tian Sin So telah kuhadiahkan
kepada gadis itu, Kau merebutnya dari tangan gadis itu, sudah
membuatmu kehilangan muka, masih berani membusungkan
dada?"
Wajah Liat Hwe Cousu memerah, lalu dia mengalihkan
pembicaraan lain.
"Tadi aku memanggilmu kenapa kau tidak memunculkan
diri?"
Padahal Lu Leng tidak tahu siapa orangtua itu. Tapi karena
mendengar Liat Hwe Cousu mengatakan begitu, maka dia
menjadi tahu siapa yang disebut "Seh tua" tersebut
Dia nyaris tertawa karena teringat tadi dirinya menyamar
sebagai orang itu untuk menakut-nakuti Liat Hwe Cousu.
"Sudah lama aku meninggalkan tempat ini, baru pulang
tadi, maka tidak mendengar kau memanggilku" sahut
orangtua itu,
"Selama itu kau berada di mana?" tanya Liat Hwe Cousu,
"Kolong langit begitu luas, empat penjuru lautan adalah
rumah, Liat Hwe Tua, kau telah melukai kedua pelayanku!
sesungguhnya aku tidak bisa melepaskanmu. Tapi dua puluh
tahun ini, aku sudah tidak mau bergebrak dengan siapa pun!

1533
Lagipula aku pernah berhutang kepadamu, Maka, pergi lah,
tapi tinggalkan senjata Sian Tian Sin So Hu!" sahut orangtua
itu sambil tertawa.
Liat Hwe Cousu tertawa dingin. "Seh tua, apakah kau takut
padaku?" Ketika mendengar sampai di situ, Lu Leng segera
berbisik kepada Tan Bok Ang.
"Nona Toan, kau tahu siapa orangtua itu?"
Toan Bok Ang menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku pun tidak tahu, Tadi ketika aku tersambar oleh angin
pukulan Liat Hwe Cousu, badanku terpental menubruk
dinding, sehingga dinding itu bergerak dan aku masuk ke
dalam, Di situ aku bertemu orangtua itu, Dia memberiku
senjata Sian Tian Sin So, dan mengajarku cara
mempergunakannya, serta cara memecahkan formasi Liat
Hwe Tin. Setelah itu barulah aku muncul."
Lu Leng sudah menduga Toan Bok Ang bisa hilang
mendadak dan orangtua itu pun bisa muncul dengan tiba-tiba,
tentunya di situ ada pintu rahasia. Tadi dia mendengar suara
tawa, dan yang menyelamatkan mereka berdua, sudah jelas
orangtua itu pula.
Dilihat dari nada suaranya, sepertinya orangtua tersebut
majikan tempat ini. Kalau begitu, Cit Sek Ling Che yang
dimakan Lu Leng adalah milik orangtua tersebut Apakah dia
akan mempersalahkan-nya?
Di saat Lu Leng sedang berpikir, tiba-tiba terdengarlah
suara orangtua tersebut

1534
"Liat Hwe tua, kau bilang tadi apakah aku takut
kepadamu?"
Liat Hwe Cousu tertegun.
"Sulit dikatakan," sahutnya beberapa saat kemudian .
Orangtua itu tersenyum,
"Liat Hwe tua, dulu kita pernah bertemu beberapa kali,
Pada waktu itu, melihat kedudukanmu sebagai ketua Hwa San
Pai dan begitu banyak para muridmu, aku masih tidak takut
kepadamu, Apa lagi kini Hwa San Pai sudah tidak berani
tinggal di gunung Hwa San, bahkan kau pun sudah berani
memakai jubah Liat Hwe. Apakah aku akan takut kepadamu?
Kenapa kau berkata sok begitu?"
Wajah Liat Hwe Cousu merah padam saking menahan rasa
malunya dan mulutnya pun membungkam.
Orangtua itu tertawa gelak.
"Ha ha ha! Terus terang, kepandaianmu memang amat
tinggi! Kalau kita punya ganjelan hati, harus disingkirkan dulu!
Lebih baik kita merundingkan bagaimana cara menghadapi
Liok Ci Khim Mo, itu baru benar!"
Liat Hwe Cousu tampak terkejut
"Kau juga tahu tentang Liok Ci Khim Mo itu?" tanyanya,
Orangtua itu menghela nafas panjang.

1535
"Sesungguhnya aku pun tidak tahu, Hanya tanpa sengaja
aku bertemu orang-orang Cing Sia Pai, mereka mengatakan
bahwa putriku Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, dulu ribut hingga
berpisah dengan suaminya dan kini sudah akur kembali. Aku
paling menyayangi putriku itu, maka pergi menengok mereka,
Di tengah jalan barulah aku mendengar tentang sepak terjang
Liok Ci Khim Mo, Ha ha! Tak kusangka sekian lama aku
meninggalkan Tionggoan, justru di rimba persilatan telah
mengalami perubahan bahkan hingga Go Bi Pai yang amat
terkenal itu juga membubarkan para muridnya Sui Cing Sian
pun harus menjadi padri kelana! Kalau Beng Tu Lojin yang
sudah di alam baka tahu tentang itu, pasti meneteskan air
mata!"
Usai orangtua itu bicara, Lu Leng dan Toan Bok Ang saling
memandang, Mereka berdua masih ingat akan Tok Ciu Lo Sat
yang mengacau ruang pernikahan.
Kini orangtua itu bilang Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua
adalah putrinya, tentunya orangtua itu pasti Mo Liong Seh Sih.
Toan Bok Ang dan Lu Leng saling memandang.
Terhadap orangtua itu mereka merasa hormat tapi juga
merasa takut.
Karena semua kaum rimba persilatan tahu bahwa Mo
Liong Seh Sih berdiri di antara lurus dan sesat, lagipula segala
tindak perbuatannya hanya berdasarkan kemauan hatinya
saja,
Kalau dia merasa cocok dengan seseorang, pasti membela
orang itu secara mati-matian. Namun kalau merasa tidak
cocok, walau orang itu amat terkenal, dia tidak akan peduli.

1536
Terdengar Liat Hwe Cousu berkata dengan dingin.
"Seh tua, kalau Thian Ho Si Lo masih ada, ditambah kita
berdua See Thian Siang Khie (Sepasang Orang Aneh Langit
Barat), juga bukan lawan Pat Liong Thian Im."
Kedudukan Liat Hwe Cousu dalam rimba persilatan amat
tinggi, setingkat dengan Mo Liong Seh Sih, Liat Hwe Cousu
sebagai ketua Hwa San Pai, sedangkan Mo Liong Seh Sih
berada di See Hek (Bagian Barat Di Luar Tionggoan), Mereka
berdua dijuluki See Thian Siang Khie (Sepasang Orang Aneh
Langit Barat),
Setelah Liat Hwe Cousu mengatakan begitu, kening Mo
Liong Seh Sih tampak berkerut.
"Kalau begitu, kau selamanya tidak mau memakai jubah
api lagi?"
Hwa San Pai merupakan partai yang cukup besar, akan
tetapi demi menghindari Liok Ci Khim Mo, justru tidak berbeda
dengan partai lain, harus meninggalkan tempat pusat, ganti
nama dan ganti jubah meninggalkan tempat asal.
Teringat akan hal itu, Liat Hwe Cousu menghela nafas
panjang, nadanya sudah tidak seberang tadi lagi.
"Seh tua, apakah kau punya cara untuk menundukkan Liok
Ci Khim Mo?"
Mo Liong Seh Sih berjalan mondar-mandir beberapa
langkah, kemudian menyahut.
"Pat Liong Thian Im merupakan ilmu yang paling tinggi
dalam rimba persilatan. Tiada cara menundukkannya, Namun

1537
aku pikir dari Thian Ho Si Lo, kecuali Beng Tu Lojin yang
sudah meninggal yang lain tiada jejaknya, Kini yang ada
tinggal generasi berikutnya misalnya Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek, putriku dan menantuku Bagaimana kalau mereka
bersatu menemui Liok Ci Khim Mo lagi?"
Liat Hwe Cousu tertawa dingin.
"Liok Ci Khim Mo justru menghendaki begitu, bisa
menghabiskan kita semua sekaligus."
Mo Liong Seh Sih tertawa.
"Liat Hwe tua, bukankah selama ini kau amat angkuh?
Kenapa kini malah menjadi begini?"
Liat Hwe Cousu hanya menghela nafas panjang, diam saja.
Ketika Lu Leng mendengar sampai di situ, walau tahu
kalau menyela memang kurang sopan, namun karena itu
merupakan urusan yang teramat penting, maka dia terpaksa
menyela,
"Seh Locianpwee, aku tahu ada satu cara untuk
memecahkan Pat Liong Thian Im."
Lu Leng baru berkata begitu, Liat Hwe Cousu sudah
mendengus dingin.
Mo Liong Seh Sih malah tertawa sambil memandang Lu
Leng.
"Bocah, kau jangan menganggap gampang urusan itu!"

1538
"Seh Locianpwee, aku mendengar dengan telinga sendiri
dari Liok Ci Khim Mo." sahut Lu Leng.
Mo Liong Seh Sih menatapnya tajam.
"Oh? Betulkah begitu? Coba kau tuturkan tentang itu!"
Ketika Lu Leng baru mau menutur, mendadak Liat Hwe
Cousu berkata dengan wajah tidak senang.
"Seh tua, kalau kau sudi mendengarkan omongan
binatang kecil itu, untuk apa kau masih berunding denganku?"
Mo Liong Seh Sih tersenyum.
"Liat Hwe tua, gelombang belakang mendorong
gelombang depan. Aku tahu kau masih marah kepada mereka,
bagaimana kalau kusuruh mereka minta maaf kepadamu?"
katanya lalu menggapaikan tangannya ke arah Lu Leng dan
Toan Bok Ang. "Kalian ke marilah!"
Setelah mendengar apa yang dikatakan Mo Liong Seh Sih,
Lu Leng berpikir, memang dirinya tidak bersalah terhadap Liat
Hwe Cousu, Tapi Liat Hwe Cousu adalah Bulim Cianpwee,
maka minta maaf kepadanya juga merupakan hal yang wajar.
Lagipula kini Liat Hwe Cousu bermaksud melawan Liok Ci
Khim Mo, bahkan merupakan kekuatan inti, Kalau Lu Leng
berkeras menentangnya, sehingga membuatnya berbalik
membantu Liok Ci Khim Mo, bukankah itu amat bahaya sekali?
Karena berpikir begitu, maka Lu Leng segera menghampiri
Liat Hwe Cousu lalu memberi hormat seraya berkata dengan
setulus hati.

1539
"Liat Hwe Cianpwee, dulu aku banyak berlaku kurang ajar,
harap Cianpwee sudi memaafkan kesalahanku !"
Walau kegusaran Liat Hwe Cousu belum reda, tapi Lu Leng
justru mau mengaku salah dan minta maaf kepadanya,
tentunya Liat Hwe Cousu tidak banyak bicara lagi jelas sikap
Mo Liong Seh Sih berada di pihak mereka berdua, maka
apabila mereka masih terus ribut, akhirnya yang rugi adalah
dirinya sendiri
Bagian 34
Oleh karena itu, Liat Hwe Cousu mendongakkan kepala,
kemudian mengeluarkan suara "Ng", pertanda dia telah
memberi maaf kepada Lu Leng.
Toan Bok Ang juga berhati lapang, Dia segera
menghampiri Liat Hwe Cousu, lalu bersujud di hadapannya
seraya berkata.
"Liat Hwe Cianpwee, aku masih muda tidak tahu apa-apa.
Mohon Cianpwee sudi memaafkanku!"
Liat Hwe Cousu mengeluarkan suara "Ng" lagi, lalu Toan
Bok Ang melanjutkan ucapannya sambil tersenyum.
"Kepandaian Cousu sungguh tinggi. Sekali bergerak dapat
merebut senjata Sian Tian Sin So dari tangan ku. Harap Cousu
sudi mengembalikan kepada-ku, sekaligus memberi petunjuk
agar kelak senjataku itu tidak akan direbut orang lain!"
"Ha ha ha!" Mo Liong Sih tertawa gelak, "Liat Hwe tua, kali
ini kau tidak bisa mengelak. Setahuku Hwa San Pai memiliki

1540
beberapa jurus ilmu tangan kosong yang dapat
mempertahankan senjata, Aku lihat tentunya kau tidak enak
menolak permintaan gadis kecil itu." Katanya.
Liat Hwe Cousu menjadi serba salah, karena Toan Bok Ang
memujinya berkepandaian amat tinggi membuatnya merasa
tidak enak menolaknya.
Seketika Liat Hwe Cousu berpikir, kemudian berkata.
"Senjata Sian Tian Sin So ini terbuat dari baja murni dan
amat tajam, merupakan senjata andalan Seh Tua di masa
lampau, Kini kukembalikan kepadamu, tapi kau harus
menjaganya baik-baik. Hwa San Pai memang memiliki ilmu
tangan kosong mempertahankan senjata, Setelah Liok Ci Khim
Mo dibasmi, kau boleh ke gunung Hwa San, aku pasti
menurunkan ilmu itu kepadamu."
Sesungguhnya Toan Bok Ang tidak bermaksud minta
diajari ilmu silat, melainkan hanya ingin minta kembali senjata
itu, Maka itu dia segera berkata.
"Terimakasih, Cousu!"
Liat Hwe Cousu mengembalikan Sian Tian Sin So kepada
Toan Bok Ang. Gadis itu menerimanya dengan wajah berseri,
kemudian mundur ke samping Lu Leng.
Lu Leng memperhatikan senjata itu, ternyata merupakan
sepasang bola baja yang memancarkan cahaya putih, melekat
pada seuntai rantai baja pula, itu memang merupakan senjata
pusaka, yang tak kalah bila dibanding dengan golok Su Yang
To.

1541
Mo Liong Seh Sih memandang Lu Leng dan Toan Bok Ang
seraya bertanya.
"Bagaimana asal-usul kalian berdua?"
"Guruku, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, ayahku Thian
Hou Lu Sin Kong, ibuku Sebun It Nio dari Tiam Cong Pai."
sahut Lu Leng, Mo Liong Seh Sih manggut-manggut
"Oooh! Bagaimana keadaan kedua orangtuamu?"
pertanyaan itu membuat mata Lu Leng menjadi basah.
"Kedua orangtuaku telah meninggal gara-gara Liok Ct
Khim Mo, maka aku punya dendam berdarah dengannya."
Mo Liong Seh Sih menghela nafas panjang, kemudian
menunjuk Toan Bok Ang seraya berkata.
"Kau pasti murid si Walet Hijau-Yok Kun Sih, generasi
kedua, bukan ?"
Toan Bok Ang tertawa.
"Bukan murid generasi kedua, melainkan murid langsung,
Beliau adalah guruku."
Mo Liong Seh Sih tampak terkejut Setelah itu menatapnya
kemudian menatap Lu Leng seraya berkata
"Gadis kecil, kalau kelak kau ingin meninggalkan
perguruan Hui Yan Bun, boleh minta bantuanku."

1542
Toan Bok Ang terperanjat Dia tidak tahu apa maksud Mo
Liong Seh Sih. Bagaimana seorang tokoh tua menyuruh
tingkatan muda meninggalkan perguruan nya?
"Seh Locianpwee mentertawakanku?" tanyanya setelah
beberapa saat dia tertegun.
Mendadak wajah Mo Liong Seh Sih berubah serius.
"Siapa mentertawakanmu? Yang penting kau harus selalu
ingat kata-kataku tadi!"
Toan Bok Ang mengangguk, Mo Liong Seh Sih merupakan
tokoh tua yang aneh, maka gadis itu tidak berani banyak
bicara.
Sedangkan Mo Liong Seh Sih tersenyum misterius,
sepertinya mengandung suatu arti tertentu dan itu sungguh
membingungkan Toan Bok Ang.
Sementara Lu Leng terus memperhatikan air muka Liat
Hwe Cousu, yang kini sudah tampak lembut Kalau dia berkata
sekarang, sudah pasti Liat Hwe Cousu tidak akan
melarangnya.
Oleh karena itu, Lu Leng segera membuka mulut
"Cianpwee berdua, aku mendengar pembicaraan Liok Ci
Khim Mo dengan putranya, bahwa hanya Busur Api dan Panah
Bulu Api..."
Ketika Lu Leng baru mengatakan "Panah Bulu Api", wajah
Mo Liong Seh Sih mendadak berubah, lalu dia membentak
dengan suara mengguntur.

1543
"Bocah! Kau bilang apa?"
Betapa terkejutnya Lu Leng ketika mendengar suara
bentakan Mo Liong Seh Sih. seketika dia berpikir dalam
perkataannya sama sekali tidak menyinggung perasaan Mo
Liong Seh Sih, tapi kenapa orangtua itu mendadak marah?
Lama sekali barulah Lu Leng melanjutkan ucapan-nya.
"Aku bilang.... Busur Api dan Panah Bulu Api dapat
menundukkan Pat Liong Im dari jarak beberapa mil. Beberapa
ratus tahun yang lampau, Pat Liong Thian Im pernah muncul
dalam rimba persilatan, justru dengan cara begitu
membasminya."
Sembari berkata, Lu Leng terus memperhatikan ekspresi
wajah Mo Liong Seh Sih.
Air muka orangtua itu sudah berubah seperti biasa. Dia
duduk dengan kening berkerut-kerut seakan sedang
memikirkan suatu masalah pelik.
Seusai Lu Leng berkata, Liat Hwe Cousu dan Toan Bok
Ang kelihatan kurang percaya.
Berselang sesaat, Mo Liong Seh Sih mendongakkan kepala
untuk memandang Lu Leng seraya bertanya.
"Bagaimana Liok Ci Khim Mo bilang begitu kepadamu?"
"Liok Ci Khim Mo bukan bilang kepadaku, melainkan
kepada putranya!"

1544
Lu Leng menutur tentang dirinya bersembunyi di dalam
sebuah lobang pohon, siap membokong Liok Ci Khim Mo dan
lain sebagainya
Seusai Lu Leng menutur, Mo Liong Seh Sih menghela
nafas panjang.
Dari tadi Lu Leng sudah melihat, wajah Mo Liong Seh Sih
langsung berubah ketika dia menyebut "Panah Bulu Api", -
Oleh karena itu dia memberanikan diri berkata.
"Seh Locianpwee, aku tidak berhasil mencari Panah Bulu
Api itu di gunung Tang Ku Sat ini, sebaliknya malah nyaris
tewas di tangan Hek Sin Kun. Untung Toa Sah dan Ji Sah
memberiku Cit Sek Ling Che, maka racun di tanganku dapat
dipunahkan dan Lweekang pun bertambah tinggi. Seh
Locianpwee sudah lama tinggal di gunung Tang Ku Sat ini,
apakah pernah melihat Panah Bulu Api itu?"
Mendadak Mo Liong Seh Sih menatap Lu Leng dengan
dingin sekali, tapi sama sekali tidak mengeluarkan suara, Hati
Lu Leng berdebar-debar keras, tidak tahu Mo Liong Seh Sih
sedang memikirkan apa.
Berselang beberapa saat kemudian, Mo Liong Seh Sih
menghela nafas panjang seraya berkata.
"Kalian bertiga ikut aku!"
Liat Hwe Cousu tertegun.
"Seh tua, kau jangan macam-macam, lebih baik terus
teranglah!"

1545
Mo Liong Seh Sih tertawa, "Ha ha! Liat Hwe tua,
ucapanmu tadi, kalau dicetuskan tiga puluh tahun lampau,
masih ada harganya! Namun kini hatiku telah jernih bagaikan
air, tiada niat mencelakai siapa pun lagi! Mati dan hidup
tergantung takdir, kalau tidak, apakah aku akan membiarkan
kedua pelayanku mati begitu saja?"
Wajah Liat Hwe Cousu memerah, diam dengan mulut
membungkam.
Mo Liong Seh Sih menghampiri sebuah dinding, lalu
menjulurkan tangannya untuk menekan dinding itu. Mendadak
dinding itu bergerak, lalu tampak sebuah lorong yang amat
panjang.
Beberapa depa di sisi kiri kanan lorong itu terdapat dua
buah patung orang, yang dibikin dari batu, persis seperti
orang hidup, namun gaya berdirinya tidak sama, Yang sama
hanya tangan patung-patung itu memegang sebuah mutiara
yang memancarkan cahaya.
Lorong itu tampak remang-remang, sehingga
menimbulkan kesan misterius,
Setelah dinding itu terbuka, Mo Liong Seh Sih langsung
masuk ke dalam.
Wajah Liat Hwe Cousu kelihatan berseri dan mendadak dia
berkata.
"Seh tua, harap berhenti sebentar!"
Mo Liong Seh Sih menoleh ke belakang. Namun dia belum
sampai bersuara, Liat Hwe Cousu sudah bertanya,

1546
"Seh tua, apakah barang ini salah satu barang rahasia di
dalam istana Iblismu ini!"
Mo Liong Seh Sih tertawa sambil mengangguk
"Tidak salah!"
"Seh tua, konon selesai dibangun empat puluh sembilan
lorong rahasia, yang membangun lorong-lorong itu mati di
tangan kalian suami istri. Dan, selain kalian berdua, orang luar
dilarang memasuki lorong-lorong itu. Betulkah?" tanya Liat
Hwe Cousu.
Mo Liong Seh Sih tersenyum getir.
"Liat Hwe tua, itu kejadian di masa lampau. Tidak perlu
diungkit kembali. Kau boleh masuk dengan hati lega, aku tidak
akan mencelakaimu."
Lu Leng dan Toan Bok Ang melihat, ketika Liat Hwe Cousu
sedang berbicara, wajahnya tampak serius sekali, pertanda itu
bukan urusan sederhana. Lagipula mereka berdua pun
mendengar bahwa empat puluh sembilan lorong rahasia yang
dikatakan Liat Hwe Cousu barusan, penuh diliputi bahaya,
Toan Bok Ang segera merapatkan badannya pada Lu
Leng, kemudian berbisik dengan pelan sekali.
"Lu Siauhiap, kita masuk apa tidak?"
"Tentu masuk, Kalau Seh Locianpwee ingin mencelakai
kita, kenapa harus repot-repot begini?" sahut Lu Leng tanpa
berpikir lagi.

1547
Walau mereka berbisik-bisik dengan pelan sekali, namun
ketika Lu Leng usai berbisik, Mo Liong Seh Sih membalikkan
badannya memandang Lu Leng sambil tertawa.
"Ha ha! Bocah, pengetahuanmu lebih luas! Apa yang kau
katakan tadi masuk akal!"
Mo Liong Seh Sih memuji Lu Leng, padahal sesungguhnya
sedang menyindir Liat Hwe Cousu, sehingga menggusarkan
ketua Hwa San Pai itu.
"Seh tua, kau tidak perlu menyindir! Bocah itu tidak tahu
tentang empat puluh sembilan lorong rahasia, maka tidak tahu
akan bahayanya !"
Mo Liong Seh Sih tertawa lagi lalu berkata sungguhsungguh.
"Kalian bertiga ikut di belakangku jangan terlampau jauh!"
Usai berkata, dia mulai mengayunkan kakinya selangkah
demi selangkah ke depan,
Padahal Ginkang Mo Liong Seh Seh Sih amat tinggi,
namun ketika berada di dalam lorong itu, dia sama sekali tidak
menggunakan Ginkang, hanya berjalan selangkah demi
selangkah
Begitu pula Liat Hwe Cousu, berjalan selangkah demi
selangkah di belakang Mo Liong Seh Sih, wajahnya tampak
serius dan tegang, padahal dia amat angkuh dalam rimba
persilatan

1548
Lu Leng dan Toan Bok Ang tercengang, tapi mereka
berdua tidak berani banyak berpikir, karena harus terus
mengikuti di belakang Liat Hwe Cousu,
Mereka berdua berjalan sambil memperhatikan sepanjang
lorong tersebut Tampak beberapa buah patung orang, seakan
menerjang ke arah mereka. Kalau sebelumnya mereka tidak
tahu bahwa itu patung orang yang dibuat dari batu, pasti
mengira orang hidup yang menjaga di situ,
Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah sampai di
ujung lorong, Di sana terdapat sebuah patung orang
menghadang di tengah. Dari depan sampai ke ujung lorong,
Lu Leng menghitung secara diam-diam, patung orang yang
dilewati berjumlah empat puluh delapan buah, Berikut yang
menghadang di tengah berjumlah empat puluh sembilan buah,
Apakah itu disebut empat puluh sembilan lorong rahasia? Lu
Leng dan Toan Bok Ang tidak mengetahuinya.
Mo Liong Seh Sih mendekati patung itu, kemudian
menoleh ke belakang seraya berpesan.
"Kalian harus hati-hati! Himpun hawa murni kalian dan
jangan membentur patung orang itu!"
* * * *
Bab 72
Di saat bersamaan, Lu Leng justru sedang berpikir, kini
sudah sampai di ujung lorong, tapi apa gunanya? Tiada jalan
keluarnya.

1549
Tanpa sengaja dia mendongakkan kepala, Dilihatnya
sebuah lobang di atas kepala patung orang itu, Gelap gulita di
dalam lobang tersebut, tak tampak apa-apa sama sekali
Seusai Mo Liong Seh Sih berpesan begitu, tidak kelihatan
cara bagaimana badannya bergerak, tahu-tahu sudah
mencelat ke atas dan masuk ke lobang itu.
Setelah itu, Liat Hwe Cousu pun ikut mencelat mengikuti
nya.
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandangi kemudian
gadis itu bertanya,
"Lu Siauhiap, bagaimana kau?"
"Nona Toan, perlukah aku membantumu ?"
Gadis itu menatap Lu Leng dengan penuh cinta kasih,
karena sahutan Lu Leng barusan kedengaran amat
memperhatikan nya.
"Aku bisa."
Badan Toan Bok Ang bergerak lalu mencelat ke atas. Gadis
itu adalah murid ketua Hui Yan Bun, yang amat terkenal ilmu
Ginkangnya.
Walau gerakannya tidak secepat Liat Hwe Cou-su, tapi dia
pun berhasil memasuki lobang itu.
Setelah melihat Toan Bok Ang berhasil Lu Leng segera
menghimpun hawa murninya dan seketika mencelat ke atas.

1550
Di saat hampir memasuki lobang itu, mendadak Toan Bok
Ang menoleh ke arah Lu Leng sambil tersenyum.
Lu Leng tertegun, kenapa di saat begitu genting, Toan Bok
Ang masih menyempatkan waktu memandangnya sambil
tersenyum? Apa makna senyuman itu?
Sesungguhnya senyuman gadis itu tidak mengandung
makna apa pun. Hanya karena dia mendadak teringat Lu Leng
tadi amat raemperhatikannya, maka memandangnya sambil
tersenyum,
Akan tetapi, Lu Leng memperhatikannya justru tidak
mengandung rasa cinta di dalamnya,
Sejak tahu maksud gadis itu, hati Lu Leng menjadi kacau
dan resah, rasanya ingin cepat-cepat meninggalkannya Oleh
karena itu, ketika Toan Bok Ang tersenyum, hati pemuda itu
semakin risau, sedangkan rasa cinta Toan Bok Ang
terhadapnya bertambah dalam.
Saat ini, Lu Leng berada di udara. Lantaran hatinya risau,
maka badannya langsung merosot ke bawah.
Menyaksikan itu, Toan Bok Ang sangat terkejut dan
seketika mengeluarkan seruan kaget.
"Hah? Hati-hati Lu Siauhiap, jangan membentur patung
orang itu!"
Lu Leng memandang ke bawah, Ternyata dirinya berada di
atas kepala patung orang itu, Walau dia tidak tahu apa
akibatnya kalau membentur patung orang tersebut, namun Mo
Liong Seh Sih telah berpesan, maka sudah pasti ada alasan
tertentu.

1551
Bukan main terkejutnya Lu Leng, Dia cepat-cepat
menghimpun hawa murni. Namun ketika badannya mulai
melambung ke atas, mendadak tampak bayangan Toan Bok
Ang merosot ke bawah dan seketika juga terdengar suara
teguran.
"Gadis kecil! Kau mau cari mati ya? Cepat ulurkan tangan
saling menarik!"
Lu Leng segera menjulurkan tangannya untuk menarik
tangan Toan Bok Ang. Akhirnya mereka berdua merosot ke
bawah.
Di saat bersamaan, tampak Mo Liong Seh Sih muncul dari
lobang itu, lalu bergantung seperti kelelawar dengan kedua
kakinya menggait pinggiran lobang dan tangannya langsung
dijulurkan untuk menangkap mereka.
"Orangtua itu berhasil menangkap tangan Toan Bok Ang,
wajah gadis itu telah berubah pucat pias.
Toan Bok Ang ditarik ke atas, sudah barang tentu Lu Leng
juga tertarik ke atas, akhirnya mereka masuk ke lobang,
Mo Liong Seh Sih menarik nafas lega, Lu Leng dan Toan
Bok Ang tahu bahwa dirinya nyaris mengalami kecelakaan.
Mo Liong Seh Sih sama sekali tidak mempermasalahkan
mereka. Setelah berada di dalam lobang, orangtua itu berkata.
"Ayoh! Kita melanjutkan ke depan!"
Di saat Mo Liong Seh Sih berkata, Lu Leng melirik Liat Hwe
Cousu, Tampak wajahnya menyiratkan rasa keheranan,

1552
membuktikan bahwa dia pun tidak tahu tentang empat puluh
lorong rahasia tersebut
Lu Leng dan Toan Bok Ang bangkit berdiri, ternyata
lobang itu merupakan sebuah ruang batu, Di sebelah kiri
terdapat sebuah pintu batu berwarna kehitam-hitaman, Pada
permukaan daun pintu terdapat bintik-bintik putih bagaikan
bintang di langit
Mo Liong Seh Sih menghampiri pintu batu itu. Di saat
bersamaan, Liat Hwe Cousu berseru girang.
"Seh tua, ternyata kau memang sudah berbeda dengan
dulu! Bersedia membawa kami ke gudang penyimpanan
barang pusaka!"
Mo Liong Seh Sih tersenyum.
"Gudang pusaka ini tidak seperti kabar berita yang tersiar
di luar Setelah kau masuk pasti akan merasa kecewa."
Liat Hwe Cousu juga mendekati pintu batu itu. Tangan Mo
Liong Seh Sih bergerak cepat sekali menekan-nekan bintikbintik
putih tersebut.
Plak! Plak! Plak! Plak!
Kemudian Mo Liong Seh Sih mendorong pintu batu
tersebut
Kreeek! pintu batu itu terbuka kemudian mereka berempat
berjalan masuk, Ternyata mereka memasuki ruangan batu
juga, Di dalam ruangan itu tampak sebuah batu merah di atas
meja batu, Batu merah itu memancarkan cahaya ke seluruh

1553
ruangan sehingga ruangan itu tampak kemerah-merahan. Di
sisi batu merah itu terdapat suatu benda aneh.
Ketika Liat Hwe Cousu melihat batu merah dan benda
aneh itu, wajahnya langsung berseri dan matanya berbinarbinar.
Bahkan dia segera menjulurkan tangannya untuk
mengambil kedua macam benda itu.
Akan tetapi, ketika dia menjulurkan tangannya, Mo Liong
Seh Sih juga menjulurkan tangannya untuk menotok jalan
darah Kek Ti Hiat di bagian bahu Liat Hwe Cousu.
Liat Hwe Cousu menjulurkan tangannya mengambil kedua
macam benda itu, sedangkan Mo Liong Seh Sih menjulurkan
tangannya menotok jalan darah di bahunya, maka mau tidak
mau Liat Hwe Cousu harus menghindar.
Dia segera menarik kembali tangannya, sekaligus balas
menotok jalan darah Yang Ti Hiat di lengan Mo Liong Seh Sih.
Namun secepat kilat Mo Liong Seh Sih menggeserkan
tangannya, lalu bersiul panjang dan berkata.
"Liat Hwe tua, kau adalah ketua Hwa San Pai!
Kedudukanmu dalam rimba persilatan pun amat tinggi Tapi
kenapa melakukan hal serendah itu?"
Wajah Liat Hwe Cousu tampak biasa.
"Seh tua, di sini banyak pusaka rimba persilatan Kau
seorang diri yang memilikinya. Apakah tidak terlampau
serakah?"
Mo Liong Seh Sih tertawa.

1554
"Liat Hwe tua, aku yang serakah atau kau yang tidak tahu
malu?"
"Kalau begitu, kenapa tadi kau turun tangan
menghalangiku?" sahut Liat Hwe Cousu dengan gusar.
Mo Liong Seh Sih tertawa gelak.
"Aku memperoleh semua pusaka itu, dengan
mempertaruhkan nyawaku. Kau ingin mengambilnya begitu
saja, apakah tidak takut akan ditertawakan orang di kolong
langit? Aku sudah bilang, barang siapa berhasil melewati
empat puluh sembilan lorong rahasia, maka dia berhak
mengambil satu macam barang pusaka yang ada di dalam
gudang ini! Liat Hwe tua, tentang itu, alangkah baiknya
dikerjakan kaum muda rimba persilatan saja! Kenapa kau
harus marah?"
Liat Hwe Cousu diam saja, tak menyahut.
Di dalam gudang itu memang banyak barang pusaka,
Namun Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak begitu menaruh
perhatian.
Akan tetapi, kini setelah mendengar apa yang dikatakan
Mo Liong Seh Sih, kedengarannya mengandung suatu arti
yang amat dalam.
Sedang Liat Hwe Cousu yang sudah amat terkenal itu,
begitu masuk ke gudang tersebut tidak dapat mengendalikan
diri, langsung menjulurkan tangan ingin mengambil barang
pusaka itu, Dapat dibayangkan, sudah jelas semua barang
yang ada di dalam gudang itu pasti merupakan barang pusaka
rimba persilatan.

1555
Oleh karena itu, Lu Leng dan Toan Bok Ang pun mulai
menaruh perhatian terhadap barang-barang pusaka tersebut.
Mo Liong Seh Sih berjalan perlahan sekali, dan berhenti
sejenak di setiap barang pusaka, seakan menikmati
keindahannya, juga kelihatan sedang mengenang cara
bagaimana dulu dia memperoleh barang pusaka tersebut
Di atas meja batu, terdapat pula sebuah lempengan besi
berbentuk empat persegi, tidak begitu panjang dan tidak
begitu lebar
Di sisi besi itu terdapat sebuah belati berwarna kehijauhijauan,
sebuah kotak berisi sebilah golok tipis bergemerlapan
yang bentuknya amat aneh, dan masih banyak barang pusaka
lain.
Selain itu, masih banyak barang pusaka lain.
Mo Liong Seh Sih menghampiri sebuah kotak kayu,
kemudian menghela nafas panjang.
Dibukanya kotak kayu tersebut namun setelah terbuka, di
dalamnya tidak berisi apa-apa, hanya terdapat bekas tujuh
batang panah.
Lu Leng amat cerdas. Maka dia tahu tidak mungkin tiada
sebab Mo Liong Seh Sih membawa mereka bertiga ke dalam
gudang itu.
Oleh karena itu, begitu melihat isi kotak kayu tersebut dia
langsung mengeluarkan suara "Hah", kemudian berkata.

1556
"Seh Locianpwee hanya memperoleh kotak penyimpan
ketujuh batang Panah Bulu Api, tidak mendapatkan
panahnya?"
Mo Liong Seh Sih menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak. Dulu aku memang mendapatkan Panah Bulu Api
yang berjumlah tujuh batang."
Begitu mendengar ucapan itu Lu Leng nyaris berjingkrak
dan berseru saking girangnya.
"Bagus sekali! Walau Busur Api berada di tangan putra
Liok Ci Khim Mo, namun tidak sulit mencarinya! Maka rimba
persilatan akan tenang kembali..."
Mendadak Lu Leng teringat akan sesuatu, sehingga katakatanya
terputus. Ketika Lu Leng menyinggung soal Panah
Bulu Api, kenapa wajah Mo Liong Seh Sih langsung berubah
dan tampak tidak senang?
Sudah pasti terjadi sesuatu, setelah Mo Liong Seh Sih
memperoleh Panah Bulu Api itu.
Toan Bok Ang yang tidak tahu apa yang dipikirkan Lu
Leng, segera bertanya dengan heran.
"Lu Siauhiap, kenapa tidak dilanjutkan?"
Lu Leng belum membuka mulut, Mo Liong Seh Sih sudah
berkata.
"Bocah! Kau amat cerdas, tentunya sudah menduga ada
liku-likunya kan?"

1557
Lu Leng mengangguk
"Betul, harap Locianpwee sudi menjelaskannya!"
"Mari kita meninggalkan gudang ini dulu!" kata Mo Liong
Seh Sih.
Mendadak dia menepuk meja batu, lalu terdengar suara di
ujung.
"Kreek!
Sebuah pintu terbuka, dan kemudian tampak sebuah
lorong.
"Liat Hwe tua, silakan jalan duluan!" kata Mo Liong Seh
Sih sambil memandang ke lorong.
Wajah Liat Hwe Cousu tampak tidak senang.
"Seh tua, apa maksudmu menyuruhku berjalan duluan?"
Mo Liong Seh Sih tertawa.
"Liat Hwe tua, kita tahu isi hati masing-masing. Kenapa
masih harus bertanya?"
Wajah Liat Hwe Cousu penuh kegusaran.
"Baik! Aku pasti tidak akan melupakan kata-katamu itu!"
katanya lalu berjalan menuju lorong itu.
Lu Leng dan Toan Bok Ang tahu, kenapa Mo Liong Seh Sih
menyuruh Liat Hwe Cousu berjalan duluan, itu agar ketua Hwa

1558
San Pai tidak memanfaatkan kesempatan untuk menyambar
satu dua macam barang pusaka yang di dalam gudang itu.
Mereka berdua masih ingat, betapa angkuhnya Liat Hwe
Cousu dalam rimba persilatan namun setelah bertemu Mo
Liong Seh Sih, dirinya seakan dikendalikan Maka, tidak
mengherankan kalau Liat Hwe Cousu amat gusar Tapi dia
tidak berani melampiaskan kegusarannya,
Setelah Liat Hwe Cousu melangkah, Mo Liong Seh Sih, Lu
Leng dan Toan Bok Ang mengikutinya dari belakang.
Mo Liong Seh Sih menekan di dinding, kemudian pintu
batu itu tertutup kembali
Lorong itu berbelok-belok akhirnya sampai di lobang yang
mereka masuk tadi, Dengan hati-hati sekali mereka turun dari
lobang tersebut, kemudian kembali ke kamar tadi Lu Leng
tercengang dan tidak habis berpikir maka dia bertanya.
"Seh Locianpwee, sebetulnya ketujuh batang Panah Bulu
Api itu berada di mana?"
"Kalian bertiga ikut aku!"
Liat Hwe Cousu tertawa dingin,
"Mau ke mana lagi?"
Mo Liong Seh Sih tertawa.
"Ha ha! Liat Hwe tua, kini kau telah berada di gunung
Tang Ku Sat, berjalan beberapa mil lagi apa salah nya?"


XtGem Forum catalog