Apakah Suami Anda Fetihistik?
Lita mengeluh. Setelah menikah, dia temukan satu "penyakit" Aulia A, suaminya, yang hanya
bisa terangsang saat bercumbu jika Lita mengenakan bra warna hitam. Jika dia berganti warna
bra, bisa dipastikan, Aulia tak ereksi. Lita stres. Dia merasa, bra hitam itu lebih berharga
daripada dirinya.
"Penyakit" yang diidap Aulia A itu biasa dinamakan fetihisme, atau "pemberhalaan/pemujaan"
terhadap sesuatu benda. Dalam kasus ini, fetihisme dapat didefenisikan sebagai
ketergantungan pada suatu bagian tubuh atau benda mati untuk mendapatkan rangsangan
seksual dan ejakulasi. Membingungkan, bukan? Dalam ekonomi pun, dikenal istilah ini, tentu
dengan definisi yang berbeda.
Jangan salah, keadaan seperti ini tidak sedikit dialami oleh kita - disadari ataupun tidak. Tapi,
keadaan seperti ini sering ditemukan pada pria ketimbang wanita. Walaupun baru sedikit orang
melakukan penelitian tentang hal ini. Tetapi, keadaan ini diduga merupakan suatu fenomena
seksual yang paling banyak terjadi pada manusia, namun, paling jarang dibahas maupun
didiskusikan mengenai cara penanganannya.
Biasanya, setelah perilaku seseorang penderita fetihisme sudah menginterupsi kokohnya tali
perkawinan, barulah orang itu datang memeriksakan diri ke dokter ataupun ke klinik konsultasi
perkawinan. Seorang "fetish" akan terganggu fungsi seksualnya, apalagi kalau objek
fetihismenya tidak/susah didapatkan, atau perilakunya menimbulkan masalah dengan hukum.
Fetish sepatu dan kaki adalah yang paling banyak dan sering kemungkinannya, karena sepatu
dan kaki berada pada ketinggian mata anak laki-laki yang sering bermain-main di lantai. Fetish
lain adalah pakaian dalam wanita, rambut yang tergerai panjang, dan pakaian yang terbuat dari
karet, lateks, atau kulit, yang kadang-kadang digunakan oleh si penderitanya sendiri atau
pasangannya.
Jika seorang pria terangsang secara seksual setelah menggunakan pakaian wanita, ataupun
setelah menggunakan pakaian dalam wanita, maka ia menderita fetihisme transvestik atau dalam
terminologi populer disebut transvestite.
Sebagian penderita fetihisme mengumpulkan benda-benda yang disukainya, pakaian dalam
wanita, misalnya. Walaupun banyak pria menganggap bagian tubuh atau benda tersebut
merangsang birahinya, penderita fetihisme sejati hanya bisa terangsang oleh fetish (objek
fetihisme).
Tidak ada yang mengetahui secara pasti mengapa seorang pria bisa menjadi seorang fetihisme.
Mungkin saja ketergantungan pada fetish untuk membangkitkan rangsangan didapat selama
masa anak-anak dan seringkali menjadi bermanifestasi di masa remaja (sejak puber pertama
kali). Jika seorang penderita fetihisme berusia muda, maka hanya dengan membayangkan objek
fetish, mereka biasanya dapat mencapai ereksi dan ejakulasi. Seiring dengan berjalannya waktu,
kebutuhan akan adanya objek fetish akan menjadi lebih jelas.
Namun, penderita fetihisme ini jarang sekali mencari pengobatan. Kalau pasangannya memaksa,
barulah mereka berobat. Si penderita akan terus menjalani kehidupan fetihisme selama
pasangannya dapat menerima dan memakluminya. Tapi walaupun keduanya merasakan
ketidaknyamanan dengan hal ini, kehidupan itu kurang menyakitkan dibandingkan jika mereka
berdua mencoba untuk berubah.
Seorang penderita fetihisme tidak memiliki jalan lain untuk terangsang selain melalui fetish-nya.
Dalam terapi, penderita akan belajar memperpanjang pengetahuannya dan memperluas
pandangannya. Ia akan selalu terangsang oleh bra berwarna biru, tapi ia dapat belajar
terangsang oleh cara lain.
Caranya adalah melalui kombinasi mengendalikan fantasinya secara bertahap, mengubah
bayangan fetish menjadi bayangan yang lebih dapat diterima dan melakukan teknik terapi seks
standar/normal bersama pasangannya. Hal ini juga akan dapat membuat Aulia A belajar menjadi
terangsang dan mengalami ejakulasi tanpa fetish.
Jadi, jika suatu obsesi bagian tubuh tertentu atau benda mendominasi kehidupan seksual Anda,
Anda harus secepatnya mencari pertolongan. Keinginan untuk kadang-kadang mencium lutut
pasangan Anda atau menggunakan pakaian dalam yang seksi bukanlah masalah perilaku,
selama tidak selalu berpatokan pada hal atau benda yang monoton dan membosankan diri kita
sendiri, pada setiap kita menginginkan hubungan seksual yang indah. (distc/cn02)