Bebas dari Sikap Suka Menyalahkan
GIBRAN pernah mengatakan, “Kesalahan kita yang paling buruk adalah terlalu
sibuk mengurusi kesalahan orang lain." Ucapan ini memang tak pernah
terbantahkan. Sayang, hanya sedikit orang yang bisa bebas dari sikap mencari
kesalahan itu. Bagaimana Anda?
Entah mengapa, kecenderungan menjadi sosok yang gemar sekali mencari-cari kesalahan
orang lain terasa begitu menggoda. Kita biasanya gampang sekali menilai orang, mengkritik,
marah, mencela, bahkan, di saat orang itu butuh perhatian dan dukungan kita. Jarang kita mau
mengembalikan dulu apa yang akan kita ucapkan ke diri kita, sebelum mengatakannya pada
orang lain.
Sebenarnya boleh-boleh saja mengkritik teman atau siapa pun. Namun ada yang harus diingat
bahwa dalam banyak hal yang namanya kritik itu bisa menjadi sebuah proses yang tidak
berfaedah, bahkan cenderung destruktif, jika tak dilakukan secara tepat dan tulus.
Bagaimana dengan Anda, apakah belakangan ini Anda merasa kerap bersikap seperti itu?
Apakah dalam benak Anda seperti ada seseorang yang ingin Anda kendalikan, ingin Anda ubah,
atau pun ingin Anda perbaiki? Baiklah. Namun akan lebih bijak jika Anda memulainya dari diri
sendiri, bukan?
Tengoklah apa yang dikatakan oleh Glenn Van Ekeren dalam bukunya 12 Simple Secrets of
Happiness. “Kebanyakan kita sebagai manusia merasa sulit menerima ketidaksempurnaan orang
lain. Padahal, kalau mau jeli kesalahan tersebut bukan tidak mungkin juga menempel dalam diri
kita,” ucap Van Ekeren. Karenanya, masih menurut Van Ekeren, menghindari kebiasaan mencari
kesalahan di dalam suatu hubungan apa pun, termasuk pacar, suami atau atasan/bawahan,
merupakan tanggung jawab yang utama dan paling penting.
Apalagi, kebiasaan mencari kesalahan itu dianggap sebagai racun bagi jiwa. Perbuatan tersebut
konon bisa merusak harga diri, menghilangkan rasa aman, merangsang timbulnya sikap defensif
serta hilangnya kepercayaan. Tidak heran jika lahir anggapan, bahwa dalam sebuah hubungan
yang penuh dengan noda kritik akan menghalangi terciptanya kerjasama, saling menyayang,
saling mendukung dan saling memahami.
Nah, untuk mengatasi problem tersebut, berikut ada beberapa pendekatan yang perlu Anda
lakukan, jika Anda berniat menjadi pribadi yang tulus dalam mendatangkan perubahan positif
dalam hidup seseorang tanpa perlu mencari-cari kesalahannya:
Menjunjung harga diri seseorang. Sebelum menyampaikan informasi yang sifatnya sebuah
koreksi, katakan kepada sahabat Anda bahwa apa yang Anda katakan merupakan bentuk
kepedulian Anda kepadanya. Ada baiknya Anda bersikap ramah dan lembut. Jangan pernah lupa
bahwa perasaan orang itu mudah sekali runtuh.
Pusatkan pula perhatian pada kemampuannya. Carilah satu kelebihan dalam diri sahabat Anda
yang bisa Anda beri pujian. Kendati tampaknya sepele, namun pujian seperti sangat berarti bagi
sebagian orang yang membutuhkannya. Ingat kritik akan lebih mudah dicerna apabila didahului
dengan penegasan hal-hal yang baik.
Periksa lagi motif Anda. Apa keuntungan yang Anda raih setelah mengkritik dan mencari
kesalahan orang lain, termasuk kepada sahabat Anda sendiri? Kadangkala yang namanya kritik
itu hanyalah sebuah upaya untuk menonjolkan konsep tentang diri sendiri dengan
membandingkan kesalahan-kesalahan kita terhadap kelemahan-kelemahan orang lain. Jika motif
Anda hanya untuk memperkuat ego sendiri, maka segeralah berhenti untuk mengkritik dan
menyalahkan orang lain.
Waspadai terus sikap Anda. Kenapa? Karena kewaspadaan akan menambah kepekaan
terhadap segala bentuk emosi dalam diri kita. Di samping juga kemampuan untuk menahan diri.
Tawarkan bantuan. Berikan saran yang menyiratkan kepedulian. Bicarakan harapan-harapan
yang belum terpenuhi secara jujur dan objektif. Doronglah sahabat Anda untuk melakukan yang
terbaik. Dan jangan lupa untuk menerima orang apa adanya!
Gampang, kan? (hwc/cn02)