28. GHASILIL MALAIKAT (ORANG YANG DIMANDIKAN
MALAIKAT)
05/17/2002
Mekah menggelegak terbakar kebencian terhadap orang-orang Muslim karena kekalahan
mereka di Perang Badr dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saat
itu. Hati mereka membara dibakar keinginan untuk menuntut balas. Bahkan karenanya
Quraisy melarang semua penduduk Mekah meratapi para korban di Badr dan tidak perlu
terburu-buru menebus para tawanan, agar orang-orang Muslim tidak merasa diatas angin
karena tahu kegundahan dan kesedihan hati mereka.
Created by: Syihab
Page 35 of 38
Hingga tibalah saatnya Perang Uhud. Di antara pahlawan perang yang bertempur tanpa
mengenal rasa takut pada waktu itu adalah Hanzhalah bin Abu Amir. Ayahnya adalah seorang
tabib yang disebut si Fasik.
Hanzhalah baru saja melangsungkan pernikahan. Saat mendengar gemuruh pertempuran, yang
saat itu dia masih berada dalam pelukan istrinya, maka dia segera melepaskan pelukan
istrinya dan langsung beranjak untuk berjihad. Saat sudah terjun kekancah pertempuran
berhadapan dengan pasukan musyrikin, dia menyibak barisan hingga dapat berhadapan
langsung dengan komandan pasukan musuh, Abu Sufyan bin Harb. Pada saat itu dia sudah
dapat menundukan Abu Sufyan, namun hal itu diketahui oleh Syaddad bin Al-Aswad yang
kemudian menikamnya hingga meninggal dunia sebagai syahid.
Tatkala perang usai dimana kaum muslimin menghimpun jasad para syuhada dan akan
menguburkannya, mereka kehilangan usungan mayat Hanzhalah. Setelah mencari kesana
kemari, mereka mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuran
air disana.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa malaikat
sedang memandikan jasadnya. Lalu beliau bersabda, "Tanyakan kepada keluarganya, ada apa
dengan dirinya?"
Lalu mereka bertanya kepada istrinya, dan dikabarkan tentang keadaannya sedang junub saat
berangkat perang. Dari kejadian ini Hanzhalah mendapatkan julukan Ghasilul Malaikat (Orang
yang dimandikan malaikat). Wallahu ta'ala 'alam
Sumber: Sirah Nabawiyah, Syeikh Shafiyyur Rahman Al Mubarakfury
Oleh: Abu Rumaysa Iwan Sutedi