Si Dia Temperamental?
CYBERNEWS. Memiliki pasangan yang temperamen memang amat
merepotkan. Ia bisa marah di mana saja, tak pandang situasi. Bahkan
masalah sepele pun bisa menjadi pendongkrak amarahnya. Jika di depan
umum Anda ikut menanggung malu. Kalau Anda yang jadi sasarannya,
jelas amat menyakitkan. Lalu Anda tak bisa berkutik.
Jalan terbaik tentu mengajaknya berbicara secara terbuka. Namun ini pun bukan perkara mudah.
Orang yang sedang marah amat susah diajak berbicara. Karena itu, ajakan ini sebaiknya
dilakukan setelah pasangan Anda sudah tenang dengan pertanyaan-pertanyaan yang lembut.
Nah, sebelum Anda berbicara dengan pasangan Anda, ikuti tips untuk menghadapi dan
meredam kemarahnnya.
Pertama, kenali pemicunya. Kendalikan diri Anda. Bagaimana jadinya jika si dia meledak, Anda
pun meledak? Bukankah keadaan malah akan makin buruk. Marah itu termasuk salah satu terapi
emosi. ia bisa dipicu oleh mood yang bisa dikenali tanda-tandanya. Sifat itu mudah sekali muncul
bila seseorang kelelahan, perasaan sedih, dan sebagainya. Dengan demikian Anda dapat
berjaga-jaga jika faktor pemicu itu sudah tampak. Misalnya, membuat suasana nyaman dan
menyenangkan.
Kedua, beri dia kesempatan untuk menyendiri sejenak. Atau biarkanlah dia menghabiskan
waktunya dengan menonton acara olahraga, atau membaca koran. Diamkan sesaat sampai
kemarahannya mereda, sementara Anda mengurusi urusan Anda sendiri.
Ketiga, alihkan perhatiannya. Anda bisa mengalihkan perhatiannya agar kemarahan mereda.
Ajak si dia berjalan kaki bersama di taman, atau bertanding playstation, mainan kesukaannya.
Tertawa akan membuat seseorang menjadi rileks. Beberapa humor ringan mungkin dapat
memperbaiki mood-nya. Seorang ahli malah dengan yakin menyebutkan bahwa humor sangatlah
efektif untuk meredam moody.
Keempat, sesekali jangan hiraukan. Ada saatnya Anda menelan bulat-bulat sikap buruknya, dan
melupakannya. Jika sikap moody-nya belum menyangkut sesuatu yang prinsip, cobalah untuk
memaafkan dan melupakannya saja. Seorang pria (juga wanita) akan bertambah risau karena
harus membahas, mengomunikasikan, atau menyelesaikan secara bersama-sama setiap
masalah, dari yang kecil hingga yang besar. Keadaan itu malah bisa membuat stres.
Lima, kritik agar sehat. Jika sikap temperamentalnya tak mau berhenti dan malah kelewat batas,
saatnya untuk menyetopnya. Bicarakanlah dengan dia secara baik-baik. Kritiklah sikapnya.
Adalah hak masing-masing pasangan untuk didengar pendapatnya. Jika Anda merasa tak berhak
memprotes perilaku si dia pada Anda, maka itulah salah satu ciri utama korban emotional abuse
(penyiksaan emosi): merasa tidak setara di hadapan pasangan. Tunjukkan keberatan Anda atas
perlakuan pasangan Anda. "Jika si dia tak menanggapi dan menganggap itu hanyalah problem
Anda semata, maka tak dapat disangkal, si dia memang abuser," ujar Gerard Webster, seorang
psikolog.
Enam, jika semua gagal, ajak dia berkonsultasi pada seorang psikolog. Datanglah bersamasama,
dan menganggap ini adalah masalah bersama pula. Dengan begitu pasangan Anda
merasa tak ditempatkan sebagai pihak yang disalahkan. (CN03)