Selingkuh, Mata Pria dan Wanita
BANYAK yang mengatakan, wanita lebih merasa sakit jika pasangannya selingkuh secara
emosional daripada seksual. Sementara pria lebih tersakiti jika pasangannya selingkuh secara
seksual daripada emosional. Benarkah dua perbedaan itu? Penelitian Dr Christine berusaha
mencari kebenarannya.
Berawal dari serangkaian artikel yang dikeluarkan secara seri dalam Journal of Personality and
Social Psychology yang menunjukkan berbagai reaksi terhadap perselingkuhan pria dan wanita,
yang menunjukkan persamaan daripada yang diperkirakan orang sebelumnya. Untuk
memperoleh bukti, peneliti dari Universitas California, Dr. Christine R. Harris menguji dan
mengobservasi sekitar 200 pria dan wanita. Didapatkan hasil bahwa umumnya pria lebih
mempedulikan perselingkuhan seksual, karena mereka tidak menginginkan pasangannya
membesarkan anak dari pria lain.
Di lain pihak, para wanita justru menginginkan kehadiran pasangannya untuk ikut andil dalam
membesarkan anak, sehingga mereka cenderung peduli pada perselingkuhan yang bersifat
emosional. Teori ini menyatakan bahwa kedua jenis seks mengembangkan reaksi sebagian dari
evolusi.
Dr. Christine melakukan serangkaian studi perbandingan untuk mengamati reaksi fisik pria dan
wanita yang membayangkan skenario tentang perselingkuhan secara seksual maupun
emosional. Pada studi pertama, sekitar 43 wanita dan 35 pria diukur tekanan darah dan denyut
nadinya, dan didapatkan perubahan yang lebih besar ketika mereka membayangkan
ketidaksetiaan seksual. Sama dengan wanita yang mengeluarkan reaksi yang sama terhadap
kedua jenis perselingkuhan dan cenderung lebih tipis pada ketidaksetiaan seksual.
Pria lebih menyesalkan perselingkuhan seksual daripada emosional, hal ini berarti mereka
dipastikan akan marah akan segala skenario perselingkuhan. Setelah skenario ditambah dengan
bayangan seks dan jatuh cinta, lagi-lagi pria mengeluarkan lebih banyak reaksi terhadap
ketidaksetiaan seksual. Ternyata membayangkan aktivitas seksual lebih merangsang mereka
ketimbang membayangkan aktivitas emosional, tanpa melihat yang mereka bayangkan - apakah
itu pasangannya atau orang lain.
Selain itu, mereka dimintai untuk mengisi kuesioner tentang jenis perselingkuhan mana yang
lebih mengganggu. Sekitar 80% wanita mengatakan bahwa perselingkuhan emosi lebih
mengganggu mereka, terbukti dari kondisi fisik mereka sama dengan dua kondisi
perselingkuhan.
Kemudian Dr. Christine juga mengamati sejumlah wanita yang dalam kenyataannya sedang
menjalin hubungan asmara dengan seseorang untuk membandingkan responnya dengan wanita
yang melajang. Hasilnya, ditemukan suatu kenyataan bahwa wanita menunjukkan reaksi yang
lebih hebat terhadap perselingkuhan emosional. Tetapi kenyataan lain menunjukkan bahwa
wanita yang mempunyai pengalaman menjalin hubungan asmara ternyata lebih bereaksi
terhadap skenario perselingkuhan seksual ketimbang yang emosional.
Di lain pihak, bukti fisiologis yang didapatkan dari teori evolusioner ternyata membuahkan hasil
yang lemah. Karena pria ternyata menunjukkan reaksi sesuai dengan teori tersebut, hanya saja
mereka bereaksi lebih kuat terhadap bayangan seksual secara umum.
Jadi, dari sini kita mendapatkan kesimpulan bahwa reaksi wanita tentang perselingkuhan tidak
sama dengan pria. Namun reaksi wanita yang telah melakukan hubungan seksual cenderung
menunjukkan pola reaksi yang sama dengan pria, yaitu lebih menyesalkan perselingkuhan
secara seksual daripada perselingkuhan secara emosional.
Bagaimana dengan Anda? (dtc/cn02)