Nggak Ada Bunga, Cokelat Pun Jadi
Say I love you with roses and chocolate. Rasanya memang kurang afdol jika
hubungan cinta tidak diramaikan oleh bunga mawar dan cokelat. Karenanya, dalam
setiap pernyataan cinta, bunga mawar dan cokelat itu lantas menjadi hadiah favorit
buat mereka yang tengah kasmaran.
Harap mafhum jika mereka memilih bunga mawar sebagai hadiah. Pasalnya, bunga
yang kaya akan warna itu memang telah ditahbiskan sebagai the flower of love atau
bunga cinta yang konon mengandung banyak makna, hingga melebihi segala katakata
yang terucap.
Lantas bagaimana pula dengan cokelat? Kalau tidak istimewa, tentu saja cokelat tidak
mungkin mendapat tempat di hati banyak orang. Menilik rasanya, cokelat memang
lezat lagi nikmat. Saking lezatnya, sampai-sampai lahir lelucon yang mengatakan
kalau cokelat itu lebih nikmat ketimbang seks, lho!
Belum lagi dengan kemasannya. Cokelat bisa dikemas sesuai selera dan kebutuhan.
Dan konon, lewat tekstur serta kemasan menarik, yang namanya cokelat itu bisa pula
mempengaruhi perasaan seseorang.
Tidak heran jika kemudian muncul pendapat yang mengatakan kalau camilan yang
berasal dari biji kakao ini sedikit banyak memberikan implikasi di berbagai dimensi
kehidupan manusia. Mulai dari urusan bisnis, cinta, hingga urusan seks.
Begitu dahsyatnya pesona cokelat juga mendorong banyak ahli untuk melakukan
penelitian. Para ahli kesehatan misalnya, mengamati khasiat cokelat yang ternyata
kalau dikonsumsi dalam jumlah tertentu memang cukup baik bagi kesehatan jantung.
Pun kharisma cokelat telah mendorong para penulis menuangkan pemikirannya
tentang cokelat dalam sebuah buku. Berapa banyak buku yang telah ditulis dengan
bertemakan cokelat, seperti buku karya Joel Glenn Brenner bertajuk The Emperor of
Chocolate: Inside the secret world of Hershey and Mars atau pun The True History of
Chocolate karya Sophie D. Coe dan Michael D. Coe. Selain itu, cokelat ternyata juga
mengilhami novelis Joanne Harris untuk menelurkan karya novelnya bertajuk
Chocolat. (berbagai sumber/eno)