Haruskah Cowok Mentraktir Cewek?
Haruskah cowok mentraktir cewek? Apakah setiap cewek selalu ingin ditraktir? Jangan anggap "enteng"
soal traktir mentraktir ini. Perlu diketahui, tidak sedikit masa "PeDeKaTe" yang gagal karena masalah satu
ini. Satu hal yang pasti, para cowok memang ingin terlihat "lebih", termasuk dalam urusan kantong.
Beberapa nilai religi memang menempatkan cowok pada posisi itu. Tapi, disadari atau tidak,
justru faktor peradabanlah yang banyak berperan. Kalau saja cewek tidak selalu menempatkan cowok pada
posisi yang lebih tinggi, porsi yang lebih besar, lebih kuat dan super -termasuk soal keuangan- mungkin
masalahnya tidak akan serumit ini.
Memang tidak semua cewek seperti itu, namun demikian kira-kira dogma yang terlanjur terbentuk di
masyarakat, terutama di Indonesia. Paling tidak, anggapan itu jelas terlihat dari penuturan cewek-cewek
yang ditanyai Astaga!com, yang sebagian besar mengharapkan bertemu cowok yang bisa diandalkan, baik
sebagai teman maupun pendamping hidup.
Trus terang, kata mereka, sulit bagi cewek memberi tempat kepada cowok yang kurang dari dirinya -dalam
segala hal, terutama uang-. "Ya, cowok yang bisa ngasih nafkah lahir batin," jelas karyawati jebolan
Universitan Padjajaran, "Cinta sih cinta, tapi saya nggak bisa membayangkan bagaimana kalau harus
pacaran dan hidup dengan pengangguran."
Uang adalah Sejata Cowok
Bagaimana sikap cowok menghadapi hal itu? Ternyata sebagian besar cowok biasa memakai jurus
"mengeluarkan dompet" sebagai aji pamungkas, dalam upaya menggaet para cewek. Tanpa diminta pun,
nampaknya masalah uang ini sudah menjadi pertimbangan utama para cowok dalam upaya menarik atensi
dan menunjukkan powernya di depan cewek.
Namun cewek yang mendapat perlakuan seperti itu sebaiknya jangan "ge-er" dulu. Asal tahu saja, para
cowok sebenarnya tidak hanya mengeluarkan jurus itu kepada cewek yang diincarnya, melainkan juga
kepada para sahabat, kolega dan anggota keluarga mereka. Tujuannya jelas untuk mendapat penghargaan
dan akses yang lebih luas.
Tidak heran bila saat "perhitungan" tiba, para cowok berlomba-lomba menjadi pihak yang pertama
mengeluarkan uang. Baik untuk membayar ongkos bus, taksi atau makan di restoran. Paling tidak, mereka
akan terlihat sibuk mencari dompet di kantong. Ini mungkin sebuah trik, tapi bisa juga tuntutan. Satu hal
yang pasti, para cowok umumnya akan merasa cukup puas mendapat tepukan di pundak dan ucapan
terimakasih atas apa yang dilakukannya.
Tapi di luar itu, sebenarnya kemampuan para cowok juga terbatas. Bahkan tidak sedikit cowok yang
"ngebela-belain" mentraktir cewek. "Prinsipnya, kita sama-sama enaklah. Kalau lagi ada, kita nggak
keberatan mengeluarkan uang. Tetapi harus ada pengertian juga," kata seorang karyawan sebuah
perusahaan asuransi di Jakarta.
Beban Cewek
Pertanyaannya sekarang, apakah para cewek selalu ingin ditraktir? Tidak juga. Malah sebagian besar
cewek mengaku risih ditraktir cowok. Apalagi bila yang mentraktir itu cowok yang mempunyai maksudmaksud
tertentu. "Saya selalu ada beban untuk bersikap baik kepada dia, padahal cuma ditraktir segelas
orange juice."
Paling tidak, ada perasaan nggak enak untuk bertingkah cuek dan menghindar. Dan itu sangat membuat
"BeTe". "Bayangkan, saya merasa harus selalu memperhatikan ceritanya, pura-pura interested dengan isi
pembicarannya dan tertawa waktu dia ngelucu. Terus terang saja, saya merasa nggak enak hidup seperti
itu."
Menurutnya, sebenarnya cewek lebih senang bila dilibatkan dalam hal bayar-membayar ini. "Paling tidak
fifty-fiftylah. It's oke. Dengan begitu, saya tidak ada beban. Dan saya pikir, justru saya yang harus nraktir
cowok makan, kalau memang saya yang mengajaknya," ujar seorang karyawati swasta di Jakarta.
(imaulana)